Anda di halaman 1dari 4

LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender)

LGBT mempunyai kaitan dengan homoseksual. Homoseksual, dalam Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, termasuk kategori
gangguan psikoseksual, artinya homoseksual dianggap sebagai kelainan hanya
karena seseorang tidak senang dengan orientasi seksualnya, serta bermaksud
mengubahnya (Depkes RI, 1998). Kristina menjelaskan bahwa homoseksual
merupakan ketertarikan secara emosi atau secara erotik terhadap sesama jenis,
baik dengan hubungan fisik atau tidak (Kristina, 2013).
Lesbian merupakan ketertarikan seksual seorang perempuan secara personal
(psikis, fisik, dan emosional) terhadap sesama jenisnya. Gay adalah seorang lakilaki yang memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama jenisnya. Biseksual adalah
seorang perempuan atau laki-laki yang memiliki ketertarikan seksual terhadap lakilaki atau perempuan dalam waktu yang bersamaan (Irawan, 2010). Transgender
berkaitan dengan seseorang yang mengenakan atribut-atribut gender yang
berlainan dengan gender yang sebenarnya, seperti seorang laki-laki yang berpikir,
merasa, dan terlihat seperti perempuan, demikian juga sebaliknya.
Bagi sebagian besar, kelompok homoseksual termasuk kelompok marjinal yang
memiliki kebiasaan atau gaya hidup yang berbeda atau unik dibandingkan dengan
mayoritas individu atau golongan masyarakat. Kelompok ini termasuk kelompok
terpinggirkan karena menyimpang dan menjadi masalah sosial di masyarakat.
Kelompok ini keberadaannya ditolak oleh sebagian masyarakat sehingga kelompok
ini berkembang secara sembunyi-sembunyi. Latar belakang kelompok ini menutupi
orientasi seksualnya karena secara sosial, adat, dan hukum tidak bisa menerima
kelompok ini.
Di kota-kota besar, komunitas-komunitas homoseksual mulai bermunculan.
Komunitas ini bermunculan dengan tujuan menjadi wadah bagi kaum homoseksual
untuk mengorganisasikan diri dan mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Persamaan hak antara homoseksual dengan identitas gender lainnya
menjadi isu yang mereka angkat (Kristina, 2013). Seseorang bernama Foucault
memiliki pandangan bahwa manusia ketika dilahirkan sebenarnya adalah makhluk
biseks. Manusia akan terkonstruksi seksualitasnya oleh lingkungan dimana ia
memperoleh pendidikan seksualitasnya (Soselisa, 2013)
Di Amerika, kaum LGBT mendapatkan dukungan dari pemerintah, hal ini dipertegas
dengan dukungan Menlu AS, Hillary Clinton dengan mengatakan Hak kaum Gay
adalah hak asasi manusia dan hak asasi manusia adalah hak kaum Gay, sekarang
dan untuk selamanya. Bahkan Presiden Obama mengatakan Saya rasa pasanganpasangan sesama jenis seharusnya diperbolehkan untuk menikah. Pernyataan
dukungan oleh Presiden Obama ini disampaikan juga pada U.N. Rights Council LGBT
Resolution tanggal 17 Juni 2011 (http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/).

Di Indonesia, gerakan LGBT mulai berkembang pada tahun 1960-an melalui


kegiatan pengorganisasian oleh kelompok wanita transgender (waria). Gerakan ini
mengalami perkembangan lebih besar dengan adanya beberapa pertemuan secara
nasional, antara lain pembentukan aliansi dengan berbagai organisasi feminis,
gerakan pro demokrasi dan HAM. Penggunaan wacana HAM yang memberikan
perubahan. Hukum nasional Indonesia dalam arti luas tidak memberikan dukungan
bagi kelompok LGBT, walaupun homoseksual sendiri tidak ditetapkan sebagai
tindak pidana (USAID).
Model kemanusiaan orang Indonesia adalah pemuliaan generasi dengan jelas garis
keturunan yang membentuk rumpun-rumpun kemasyarakatan. Penghargaan setiap
generasi dengan cara memposisikan jati diri pada tempatnya, sehingga perilaku
seksual diatur ketat dalam suatu ikatan perkawinan. Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun
1974 merumuskannya sebagai: Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Komnas HAM mengutip Permen 8/2012 dengan
menganggap komunitas LGBT diakui negara. (www.republika.co.id).
Dalam Kekristenan, mulai banyak pelayanan Tuhan yang membuka diri terhadap
perilaku homoseksual tersebut. Bahkan di antara mereka yang mengakui bahwa
mereka memiliki perilaku homoseksual tersebut, seperti Aika Taira, seorang pendeta
yang tinggal di Kanagawa Jepang, mengaku secara terbuka sebagai seorang gay.
Dia percaya bahwa keberanekaragaman seksualitas merupakan berkat dari Allah.
Contoh lain Heino Hurk, seorang dari keluarga Lutheran, yang mendirikan
Perhimpunan Gay Kristen. Dia mengatakan bahwa seksualitas dan spiritualitas
adalah dua ciri yang paling batiniah dan terdalam dari diri sebagai manusia dan
pribadi, serta hal itu tidak dapat diubah (Euopean Forum of LGBT Christian Groups,
2013).
Pendeta Ngeo Boon Lin, seorang pendeta gay, mengatakan bila kita percaya
bahwa hakikatnya Tuhan adalah cinta, lantas mengapa kita mengutuk kaum
homoseksual?. Pendeta yang memimpin jemaat di Metropolitan Community
Church(MCC), sebuah gereja LGBT di New York, menyontohkan yang terjadi dalam
kisah Sodom dan Gomora. Kisah itu menceritakan bahwa yang dikutuk adalah
pemerkosaan beramai-ramai, bukan homoseksualitas. Dia mengatakan bahwa
homoseksual bukanlah suatu pilihannya, hal tersebut sudah ada sejak dia dilahirkan
(www.suarakita.org). Hal ini bertentangan dengan penelitian Kapugu (2013). Dalam
penelitian Kapugu (2013) terhadap kaum lesbian di Manado, Kapugu menemukan
bahwa sebagian besar yang menyebabkan mereka berperilaku homoseksual adalah
karena faktor lingkungan (latar belakang keluarga yang kurang harmonis dan
kurang perhatian).
Banyak kalangan gereja yang berseberangan pendapat mengenai LGBT ini, ada
yang menolak dan tak sedikit pula yang mendukung. Kalangan Kristen konservatif
menilai bahwa jelas Alkitab melarang dan mengutuk homoseksualitas, tetapi

kalangan Kristen liberal progresif mengajukan metode tafsiran historis kritis dan
mengatakan bahwa konsep orientasi seksual sebagai homoseksual belum dikenal
penulis kitab-kitab suci kuno (ioanesrakhmat.blogspot.com).
Alkitab dengan jelas menentang perilaku homoseksual. Hubungan manusia sebagai
hubungan yang heteroseksual (lawan jenis), hal ini ditunjukkan pada kisah
penciptaan (Kej 2) dimana Allah menciptakan laki-laki dan perempuan yang
sepadan menurut rupa dan gambar-Nya, serta mereka disatukan dalam pernikahan.
Kejadian 1:28 menegaskan bahwa perintah Allah kepada manusia untuk beranak
cucu dan bertambah banyak merupakan bukti bahwa homoseksual tidak dibenarkan
(Soselisa,2013).
Dalam kisah Nuh (Kejadian 6:9 7: 24), Allah menyelamatkan Nuh dan keluarganya.
Dalam kisah tersebut (Kej 7:2-3) Nuh diminta mengambil binatang sepasang, jantan
dan betina supaya terpelihara hidup keturunan binatang tersebut di seluruh bumi.
Hal ini menunjukkan Allah menginginkan manusia, ciptaan Allah yang memiliki akal
dan moral, penguasa dari segala binatang, mengerti bahwa homoseksual tidak akan
bisa mencapai apa yang menjadi kehendak Allah.

Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia, Edisi ke III. Direktorat Kesehatan Jiwa,
dan Dirjen Pelayanan Kesehatan.
Kristina, Shinstya. 2013. Informasi dan Homoseksual-GAY (Studi Etnometodologi
Mengenai Informasi dan Gay Pada Komunitas GAYa Nusantara Surabaya).
Universitas Airlangga.
Irawan, Windy W. 2010. Negara dan Hak Asasi Kelompok Minoritas Seksual Lesbian,
Gay, Biseksual, Transgender/transeksual, Interseks, dan Queer. Skripsi. Fak.
Ilmu Pengetahuan Budaya. UI: Depok.
http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/embnews_15052012.html
(diakses
tanggal 11 April 2016)
USAID. Hidup sebagai LGBT di Asia: Laporan Nasional Indonesia. UNDP.
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/02/29/o3a5s0388lgbt-dalam-perspektif-hukum-di-indonesia (diakses pada 11 April 2016)

Euopean Forum of LGBT Christian Groups. 2013. Berdiri Bersama dalam Solidaritas
(versi Indonesia)
http://www.suarakita.org/2013/08/ngeo-boon-lin-menjadi-gay-dan-kristen/ (diakses
pada 12 April 2016)
http://ioanesrakhmat.blogspot.co.id/2015/09/lgbt-agama-teks-alkitab-danpandangan.html (diakses pada 12 april 2016)
Soselisa, Rifensia J. 2013. Gereja dan Homoseksualitas: Suatu Analisa Tentang Sikap
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Terhadap Homoseksualitas
dan Faktor-faktor Pendukungnya. Tesis. Program Pascasaarjana Magister
Sosiologi Agama. UKSW.
Kapugu, O. Chernovita. Fenomena Lesbian dalam Kajian Jender (Realita Lesbian di
Manado dikaji dalam kajian Jender). Skripsi. Fakultas Teologi. UKSW.

Anda mungkin juga menyukai