Step 1
Step 2
1. Mengapa pasien pusing, pegal-pegal, tidak mau makan-minum?
2. Mengapa pasien mengeluh perut sakit serta muntah jika makan?
3. Apa hubungan antara pasien dengan tetangga pasien yang menderita keluhan
sama?
4. Apa penyebab demam naik kembali setelah diberi obat penurun panas?
5. Apa patofisiologi dari demam?
6. Apa saja klasifikasi dari demam?
7. Apa saja pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
penyakit di scenario?
8. Apa diagnosis banding dan diagnosis dari scenario?
9. Apa etiologi dari scenario?
10.
Bagaimana transmisi virus pada scenario?
11.
Bagaimana imunogenesis virus pada scenario?
12.
Apa saja manifestasi klinis dari diagnose kasus pada scenario?
13.
Bagaimana penatalaksanaan dari kasus pada scenario?
14.
Apa saja koplikasi yang dapat timbul dari penyakit pada scenario?
AURORA_Modul Tropis 1
Step 3
1. Mengapa pasien pusing, pegal-pegal, tidak mau makan-minum?
a. Tidak mau makan dan minum
Demam: pirogen (apa saja yang menginduksi produksi mediator inflamasi?
Pirogen endogen dan eksogen apakah hanya karena produksi toksin?)
mediator inflamasi (histamine, TNF, IFN, IL-1) leptin meningkat oleh sel
adipose feedback negative pada hipotalamus penurunan nafsu makan
b. Pusing dan pegal-pegal (?): IFN menginduksi makrofag yang poten hambat
replikasi virus ; sel B membentuk antibody
Histamin vasoaktif vasokonstriksi pembuluh darah di otak tekanan
intracranial naik pusing (saraf mana yang terangsang nyeri???)
Pegal-pegal: saraf???
*Fungsi tiap Interleukin?
2. Mengapa pasien mengeluh perut sakit serta muntah jika makan?
a. Nafsu makan yang menurun karena pelepasan leptin berlebih tidak ada
intake makanan yang masuk di lambung asam lambung meningkat nyeri
perut
b. Reseptor 5HT3 menginduksi rasa ingin muntah (???)
3. Apa hubungan antara pasien dengan tetangga pasien yang menderita keluhan
sama?
- Virus dengue: naik saat musim pancaroba
- Transmisi virus: setelah nyamuk menghisap darah yang mengandung virus
dengue menggigit/menusuk orang lain tertular
- Mengapa banyak penderita DBD anak-anak (usia 4-9 tahun): usia anak bermain
di luar
- Penderita dewasa ???
4. Apa penyebab demam naik kembali setelah diberi obat penurun panas?
- Obat penurun panas: antipiretik yang menurunkan prostaglandin 2 produksi
lewat jalur COX-2
- Demam naik lagi karena virus masih ada dan terus bereplikasi
5. Apa patofisiologi dari demam?
IL-1 (preoptik hipotalamus anterior) masuk ke ???
**Infeksi sekunder lebih parah karena antbody non netralisir(tidak spesifik saat serotip
virus berbeda)
AURORA_Modul Tropis 1
Step 7
EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia.Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah
air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga
1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000
penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga
mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (terutama A.
aegyepti dan A. albopictus).Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu
bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air
lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
1).Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di
lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain; 2). Penjamu :
terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3).Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi, dan
kepadatan penduduk.
SUmber : IPD
komplemen
oleh
kompleks
imun
AURORA_Modul Tropis 1
AURORA_Modul Tropis 1
Sumber : IPD
2 Patofisiologi
- Patofisiologi berdasarkan klasifikasi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening,
hati dan limpa. Ruam pada DD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah dibawah
kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DD dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan
zat anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskular. Berakibat berkurangnya volum plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam
dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi
dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan
dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya
masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit dalam
sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan
proses imunologis dengan terdapatnya sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang terganggu oleh aktivitasi sistem koagulasi.
DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan. Pada awal
DHF pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma, tetapi bila
penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka akan
memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol.
AURORA_Modul Tropis 1
AURORA_Modul Tropis 1
3. Apa hubungan antara pasien dengan tetangga pasien yang menderita keluhan
sama?
4. Apa penyebab demam naik kembali setelah diberi obat penurun panas?
Kurva suhu demam dengue
AURORA_Modul Tropis 1
AURORA_Modul Tropis 1
10
11
berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan
merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu
substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan
adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh
hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran
prostaglandin
dibantu
oleh
enzim
siklooksigenase (COX).
Pengeluaran
prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.
Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan
suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini
dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang
dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya
proses mengigil ( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan
panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam. (Ref : Fisiologi
Sheerwood)
AURORA_Modul Tropis 1
12
1 Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian
turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya.
demam pelana kuda
Sumber : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Ed. 11.EGC dan Dr. Suryo Wibowo, MKK,
SpOk
AURORA_Modul Tropis 1
13
Demam kontinyu, Terjadi variasi suhu sepanjang hari tidak lebih dari 1oC. Pada
demam yang terus menerus meninggi tiap hari di sebut hiperpireksia.
Demam siklik, Terjadi kenaikan suhu selama beberapa hari yang diikuti periode
bebas demam selama bebrapa hari kemudian diikuti kenaiakan suhu seperti
semua.
( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV )
AURORA_Modul Tropis 1
14
Pola demam
Penyakit
Kontinyu
Remitten
Intermiten
Hektik atau
septik
Quotidian
Double
quotidian
Relapsing
atau periodik
Demam
rekuren
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi
derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam,
dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan
suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam.
Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam
yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk
AURORA_Modul Tropis 1
15
penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila
demam disebabkan oleh proses infeksi.
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari,
dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam
terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam
yang terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus
12 jam)
AURORA_Modul Tropis 1
16
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada
satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau
sistem organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh
klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam
dengue, demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus),
dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Relapsing fever dan demam periodik:
o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval
regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa
minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah
malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana
bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.
17
Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan dan fatigue
sampai reaksi anafilaktik full-blown.
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan
Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10 minggu sebelum
awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887,
pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien
dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH.
Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 10 hari,
diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini
mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan
anemia hemolitik.
18
arkus
Diagnosis
Diagnosis
DHF dapat dibuat secara klinis dengan memenuhi kriteria klinis dan laboratoris tertentu
(WHO 1975).
AURORA_Modul Tropis 1
19
Kriteria Klinis
1 Demam tingi yang timbul mendadak, terus menerus selama 2-7 hari.
1. Manifestasi perdarahan, paling tidak test tourniquet positip sampai didapatnya
perdarahan spontan, yang dapat berupa petechiae, echimosis, epistaxis, perdarahan
gusi dan hematemesis melena.
1. Pembesaran hepar.
1. Shock yang ditandai oleh nadi cepat dan lemah disertai penyempitan tekanan nadi (
20 mmHg) atau adanya hypotensi dengan disertai adanya kulit yang teraba dingin
dan lembab, penderita menjadi gelisah.
Kriteria Laboratoris
1 Thrombocytopenia ( 100.000).
1. Hemoconcentrasi, hematocrite meningkat 20% dari harga normal.
Ditemukannya dua atau tiga kriteria klinis pertama disertai thrombocytopenia dan
hemoconcentrasi sudah cukup untuk secara klinis membuat diagnosis DHF.
Ternyata pembuatan diagnosis atas dasar cara ini mempunyai ketepatan sampai 90%
apabila dibandingkan dengan diagnosis berdasar serologis.
20
Definisi
Demam dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue & disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
yang telah terinfeksi dengan virus dengue tersebut. Demam dengue sendiri terbagi
menjadi 2 yaitu demam dengue (DD) & demam berdarah dengue (DBD). Demam
berdarah dengue merupakan bentuk yang lebih parah dari demam dengue, dimana
pendarahan & syok terkadang dapat terjadi yang berakibat pada kematian.
http://medicastore.com/artikel/297/Bahaya_Demam_Dengue_DD_&_Demam_Berdarah_D
engue_DBD.html
Etiologi
Dengue is caused by Dengue virus (DENV), a mosquito-borne flavivirus. DENV is
an single stranded RNA positive-strand virus of the family Flaviviridae, genus Flavivirus.
This genus includes also the West Nile virus, Tick-borne Encephalitis Virus, Yellow Fever
Virus, and several other viruses which may cause encephalitis. DENV causes a wide
range of diseases in humans, from a self limited Dengue Fever (DF) to a life-threatening
syndrome called Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or Dengue Shock Syndrome (DSS).
There are four antigenically different serotypes of the virus:
DENV-1
DENV-2
DENV-3
DENV-4
Infection induces long-life protection against the infecting serotype, but it gives
only a short time cross protective immunity against the other types. The first infection
cause mostly minor disease, but secondary infections has been reported to cause severe
diseases (DHF or DSS) in both children and adults. This fenomenon is called AntibodyDependent Enhancement.
AURORA_Modul Tropis 1
21
DENV is a 50-nm virus enveloped with a lipid membrane (see figure 1). There are
180 identical copies of the envelope (E) protein attached to the surface of the viral
membrane by a short transmembrane segment. The virus has a genome of about 11000
bases that encodes a single large polyprotein that is subsequently cleaved into several
structural and non-structural mature peptides. The polyprotein is divided into three
structural proteins, C, prM, E; seven nonstructural proteins, NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a,
NS4b, NS5; and short non-coding regions on both the 5' and 3' ends (see figure 2). The
structural proteins are the capsid (C) protein, the envelope (E) glycoprotein
and the membrane (M) protein, itself derived by furine-mediated cleavage
from a prM precursor. The E glycoprotein is responsible for virion attachment to
receptor and fusion of the virus envelope with the target cell membrane and bears the
virus neutralization epitopes. In addition to the E glycoprotein, only one other viral
protein, NS1, has been associated with a role in protective immunity. NS3 is a protease
and a helicase, whereas NS5 is the RNA polymerase in charge of viral RNA replication.
AURORA_Modul Tropis 1
22
http://www.denguevirusnet.com/dengue-virus.html
Patogenesis
Hingga kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous
infection/sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi
apabila seorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe
virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu tertentu yang diperkirakan berkisar
antara 6 bulan sampai 5 tahun.
Penyelidikan sistem komplemen mengungkapkan keterangan lebih jelas mengenai
mekanisme DBD dan DSS. Terjadinya aktivitas sistem komplemen dan konsumsi C3
dapat dibuktikan, baik pada DBD primer maupun sekunder.
Adanya kompleks imun diduga atas dasar ditemukannya virus dengue datt antibodi
dalam serum darah penderita pada waktu bersamaan, di samping itu disokong oleh
adanya konsumsi C l , juga dengan ditemukannya IgG, antigen dengue dan deposit C3
dalam ginjal penderita pada masa konvalesen.
Ikeuchi dkk., berhasil menemukan adanya kompleks imun yangbersirkulasi
(circulating immune complex) baik pada penderita DBD derajat ringan maupun berat.
AURORA_Modul Tropis 1
23
24
Hemokonsentrasi.
d Hiponatremia.
Penyelidikan volume plasma pada penderita DBD dengan menggunakan I labelled
human albumin sebagai indikator membuktikan bahwa plasma merembes selama
perjalanan penyakit dimulai dengan permulaan masa demam untuk mencapai
puncaknya pada masa renjatan.
Pada penderita dengan renjatan berat volume plasma dapat menurun sampai lebih
dari 30%. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera diatasi dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Pada sebagian besar penderita, plasma yang rnenghilang dapat diganti secara efektif
dengan memberikan plasma atau ekspander plasma. Pada masa dini dapat diberikan
cairan yang mengandung elektrolit. Renjatan yang terjadi secara akut dan perbaikan
klinis secara cepat dan drastis, sedangkan pada otopsi tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yang bersifat destruktif atau akibat radang menimbulkan
dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah agaknya disebabkan oleh
mediator farmakologis yang bekerja secara cepat.
Sumarmo . Aspek Klinis dan Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
http://www.kalbe.co.id/printed-cdk/190/demam-berdarah-bagian-i.html
Manifestasi Klinis & Patofisiologi
Bentuk ringan demam Dengue menyerang segala golongan umur dan
bermanifestasi lebih berat pada orang dewasa dari pada anak. Bayi dan anak yang
diserang penyakit ini menderita demam ringan disertai timbulnya ruam
(rash)
makulopapular. Pada anak besar dan orang dewasa dikenal sindrom trias yang berupa
demam tinggi, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung dan sendi) dan
timbulnya ruam makulopapular.
Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita
sembuh tanpa gejala sisa. Kasus DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis,
yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan terutama perdarahan kulit,
hepatomegali dan kegagalan peredaran darah (circulatory failure).
Pada tahun 1975 WHO menyusun patokan dalam mem-buat diagnosis klinis pada
penderita yang tersangka DBD, yaitu:
1 Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus se-lama 2-7 hari.
AURORA_Modul Tropis 1
25
AURORA_Modul Tropis 1
26
27
1 kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung
sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi yang insufisien
yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara refleks;
2 anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun
menjadi apatis, sopor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan sirkulasi serebral;
3 perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat dan
lembut sampai tidak dapat diraba oleh karena kolaps sirkulasi;
4 tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang;
5 tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang; dan
6 oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.
Pada kira-kira sepertiga penderita DBD setelah demam berlangsung beberapa hari,
keadaan umum penderita tibatiba memburuk. Hal ini terjadi biasanya pada saat atau
setelah demam menurun, yaitu di antara hari ke-3 dan ke-7 sakit.
Pada penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit yang
teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lembut dan
akhirnya penurunan tekanan darah.
Penderita kelihatan lesu, gelisah dan secara cepat masuk dalam fase kritis dari
renjatan. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum renjatan
timbul. Fabie mengemukakan bahwa nyeri perut hebat seringkali mendahului
perdarahan gastrointestinal, sedangkan Lim dkk. berpendapat bahwa nyeri di daerah
retrosternal tanpa sebab yang dapat dibuktikan, memberikan petunjuk terdapatnya
perdarahan gastrointestinal yang hebat. Renjatan yang terjadi selama periode demam,
biasanya mempunyai prognosis buruk. Penatalaksaaan mengatasi renjatan sangat
diperlukan secara tepat, oleh karena bila tidak, penderita dapat masuk dalam renjatan
berat (profound shock), tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak dapat diraba.
Lama renjatan singkat; penderita oapat meninggal dalam waktu 1224 jam atau
menyembuh.
Penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi
asidosis metabolik, hipoksi, perdarahan gastrointestinal hebat dengan prognosis buruk.
Sebaliknya, dengan pengobatan tepat, begitu pula pada kasus renjatan berat, masa
penyembuhan nampak cepat sekali dan seringkali tidak kelihatan. Penderita menyembuh
dalam waktu 23 hari. Selera makan yang bertambah merupakan petunjuk prognosis
baik.
Gejala klinis lain
Nyeri abdomen seringkali menonjol pada anak besar yang menderita DSS.
Ditemukannya gejala ini pada penderita DSS, merupakan canang bahaya oleh karena
AURORA_Modul Tropis 1
28
AURORA_Modul Tropis 1
29
Diagnosis
Pembagian derajat DBD menurut WHO (1986) :
Derajat 1 : Demam dan uji turniket positip.
Derajat 2 : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat 3 : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( 20 mmHg) atau hipotensi disertai ekstremitas dingin dan anak gelisah.
Derajat 4 : Renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak terukur).
Dalam pelaksanaan sehari-hari diagno sis klinik DBD dapat ditegakkan kalau
didapatkan :
1 Demam.
2 Manifestasi perdarahan.
3 Trombositopeni.
4 Hemokonsentrasi atau tanda-tanda kebocoran plasma lainnya seperti efusi pleura,
asites dan hipoalbuminemi.
Adanya renjatan disertai Ht yang tinggi dan trombositopeni menyokong diagnosa DSS.
Indra Susanto. Demam Berdarah Dengue di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Sumber Waras Tatang Kustiman Samsi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, , Jakarta
http://www.kalbe.co.id/printed-cdk/193/demam-berdarah-bagian-ii.html
AURORA_Modul Tropis 1
30
DIAGNOSIS BANDING
Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang luas.
Pada hari-hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan
idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari ke 3
4 demam, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar, apabila gejala klinis lain
seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata.
Kesulitan akan kadang-kadnang dialami dalam membedakan renjatan pada DBD
dengan renjatan karena sepsis; dalam hal ini trombositopeni dan hemokonsentrasi di
samping penilaian gejala klinis lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu.
31
mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.Sistem imun yang sudah
terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan mengakibatkan
kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua
kalinya.Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama
masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali
akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
11.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor
pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina
danAedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan
menyebabkan penyakit ini.Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah
menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa
inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.Nyamuk
betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya
melalui telur (transovarial).Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga
dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber
infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
12.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada
seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi
pertama.Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita,
seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari
ras Kaukasia.
Etiologi
Dengue is caused by Dengue virus (DENV), a mosquito-borne flavivirus. DENV is
an single stranded RNA positive-strand virus of the family Flaviviridae, genus Flavivirus.
This genus includes also the West Nile virus, Tick-borne Encephalitis Virus, Yellow Fever
Virus, and several other viruses which may cause encephalitis. DENV causes a wide
range of diseases in humans, from a self limited Dengue Fever (DF) to a life-threatening
syndrome called Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) or Dengue Shock Syndrome (DSS).
There are four antigenically different serotypes of the virus:
DENV-1
DENV-2
DENV-3
DENV-4
Infection induces long-life protection against the infecting serotype, but it gives
only a short time cross protective immunity against the other types. The first infection
cause mostly minor disease, but secondary infections has been reported to cause severe
AURORA_Modul Tropis 1
32
diseases (DHF or DSS) in both children and adults. This fenomenon is called AntibodyDependent Enhancement.
DENV is a 50-nm virus enveloped with a lipid membrane (see figure 1). There are
180 identical copies of the envelope (E) protein attached to the surface of the viral
membrane by a short transmembrane segment. The virus has a genome of about 11000
bases that encodes a single large polyprotein that is subsequently cleaved into several
structural and non-structural mature peptides. The polyprotein is divided into three
structural proteins, C, prM, E; seven nonstructural proteins, NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a,
NS4b, NS5; and short non-coding regions on both the 5' and 3' ends (see figure 2). The
structural proteins are the capsid (C) protein, the envelope (E) glycoprotein
and the membrane (M) protein, itself derived by furine-mediated cleavage
from a prM precursor. The E glycoprotein is responsible for virion attachment to
receptor and fusion of the virus envelope with the target cell membrane and bears the
virus neutralization epitopes. In addition to the E glycoprotein, only one other viral
protein, NS1, has been associated with a role in protective immunity. NS3 is a protease
and a helicase, whereas NS5 is the RNA polymerase in charge of viral RNA replication.
AURORA_Modul Tropis 1
33
http://www.denguevirusnet.com/dengue-virus.html
13.
Patogenesis
Hingga kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous
infection/sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi
apabila seorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe
virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu tertentu yang diperkirakan berkisar
antara 6 bulan sampai 5 tahun.
Hubungan DBD dengan infeksi dengue heterolog sekunder di Thailand
menimbulkan dugaan bahwa proses imunologik memegang peranan dalam patogenesis
penyakit ini.
Bukti yang menyokong konsep ini ialah :
a Menghilangnya virus dengue cepat dari, peredaran darah dan jaringan.
b Respons pembentukan antibodi secara anamnestik dengan terbentuknya antibodi
IgG anti dengue dalam peredaran darah pada masa dini penyakit.
AURORA_Modul Tropis 1
34
35
Ditemukannya efusi pleura atau bendungan pembuluh darah pada foto rontgen
toraks.
g Hemokonsentrasi.
h Hiponatremia.
AURORA_Modul Tropis 1
36
AURORA_Modul Tropis 1
37
AURORA_Modul Tropis 1
38
16.
AURORA_Modul Tropis 1
39
AURORA_Modul Tropis 1
40
AURORA_Modul Tropis 1
41
Penatalaksanaan
SIKAP DAN TINDAKAN PADA RAWAT JALAN
Dalam menentukan sikap dan tindakan terhadap penderita tersangka DBD diperhatikan
beberapa patokan yaitu :
1 Kriteria diagnosis klinis dan diagnosis penyakit menurut WHO.
AURORA_Modul Tropis 1
42
2 Anak berumur < 5 tahun cenderung menderita penyakit yang lebih berat.
3 Keluhan nyeri abdomen pada penderita 5 tahun berkaitan dengan derajat
penyakit lebih berat.
4 Nilai Ht pada pemeriksaan pertama 40% dipertimbangkan untuk observasi lebih
ketat.
5 Letupan penyakit/insiden DBD di daerah tempat tinggal.
6 Pengertian dan kerjasama dari orang tua penderita.
Bagan di bawah ini menggambarkan sikap dan tindakan terhadap penderita
tersangka DBD.
AURORA_Modul Tropis 1
43
AURORA_Modul Tropis 1
44
Pengelolaan DBD bersifat suportif dan simtomatik dengan tujuan utama untuk
memperbaiki sirkulasi/mengatasi hipovolemi serta mencegah terjadinya DIC dan
renjatan.
Pengobatan DBD di Bagian Anak RS Sumber Waras meliputi:
Derajat I:
Pengobatan simtomatik, minum cukup dan makanan seimbang serta pemantauan yang
teratur dan ketat.
Derajat II:
1) Hipovolemi
Untuk mengatasi hipovolemi diberikan cairan kristaloid (Dextrose 5% NaCl
0,45%) sesuai dengah kebutuhan. Pada umumnya berkisar antara 100 ml 200
ml/kgbb/hari sesuai dengan umur penderita.
2) Pencegahan DIC13
Sejak tahun 1977 diberikan kombinasi asetosal dan dipiridamol (10
mg/kgbb/hari) untuk mencegah timbulnya DIC. Kombinasi ini diberikan pula pada
penderita DBD derajat I.
Dipiridamol (DPM) mempunyai khasiat anti agregasi trombosit dan asetosal
(ASA) dalam dosis rendah berpengaruh secara selektif pada siklooksigenase di
trombosit dengan akibat mencegah pembentukan pro agregating tromboxane A2
sehingga memperkuat khasiat dipiridamol dalam pencegahan pembentukan
trombus.
Meskipun belum dilakukan studi perbandingan akan tetapi sampai saat ini belum
ditemukan pengaruh yang buruk, sehingga kombinasi tersebut masih diberikan
pada penderita DBD.
3) Pengobatan DIC14
Karena DIC merupakan penyulit pada DBD maka pada tahun 1973 heparin
diberikan dalam pengobatan DBD dengan DIC14. Dosis heparin 1
mg/kgbb/4 jam I.V. selama 24 48 jam. (Sejak tahun 1984 praktis heparin
jarang lagi dipergunakan dalam pengobatan standar).
4) Komponen Darah
Pemberian suspensi trombosit dan atau darah lengkap sesuai dengan kebutuhan.
45
AURORA_Modul Tropis 1
46
47
http://www.kalbe.co.id/printed-cdk/193/demam-berdarah-bagian-ii.html
Pencegahan
Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol & mencegah terjadinya
demam berdarah dengue adalah dengan melakukan pemberantasan terhadap
nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah. Di dalam
rumah biasanya nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap seperti di
lemari, gantungan baju, di bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di luar rumah
nyamuk Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab. Nyamuk
betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar rumah,
sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu 10 hari.
Oleh sebab itu gerakan 3 M (menguras bak air, menutup tempat-tempat yang berisi air &
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi genangan air) sangat penting untuk
dilakukan, bukan hanya oleh pemerintah saja melainkan oleh semua anggota
masyarakat supaya nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat dibatasi keberadaannya.
http://medicastore.com/artikel/297/Bahaya_Demam_Dengue_DD_&_Demam_Berdarah_D
engue_DBD.html
Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang
mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.(6) Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada
vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu
mediator kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan
ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor: perubahan vaskuler, trombositopeni
dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas
vaskuler dan trombositopeni, dan banyak diantaranya penderita menunjukkan
koagulogram yang abnormal.
Sistim respon imun
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain
anti netralisasi, antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada
umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk,
dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster effect).
AURORA_Modul Tropis 1
48
DD
Dijumpai trias
syndroma:
- Demam tinggi
- Nyeri pd anggota
badan
- Timbulnya ruam
(Rash)
tidak disertai syok
Demam dengue selalu
infeksi primer
Definisi kasus
- Tersangka:
Demam mendadak tinggi
dengan 2 atau lebih
manifesatsi di bawah ini:
Sakit kepala
Nyeri retro-orbita
Mialgia
Artralgia/ nyerin otot
Ruam
Manifestasi perdarahan
(uji Tourniquet, petekie,
epistaksis)
Leukopeni
HI >1280 atau IgM/IgG
serum konvalesen
Pada KLB:
Demam tinggi
Tourniquet positif atau
petekie
Leukopenia (<5000)
AURORA_Modul Tropis 1
49
DBD
Dijumpai 4 manfes klinis:
- Demam tinggi
- Perdarahan
- Perdarahan kulit
- Hepatomegali
- Kgagalan peredaran drh
(circulatory failure)
Definisi kasus
Dua kriteria klinis dan
2 kriteria lab:
Demam
mendadak
tinggi 2-7 hari
Manifestasi
perdarahan
(min. positif
tourniquet test)
Trombosit <
100.000
Hemokonsentras
i
Kriteria klinis
Demam mendadak
tinggi 2-7 hari
Manifestasi
perdarahan(min.tourni
quet positif)
Pembesaran hati
Ganguan
sirkulasi/syok
Kriteria laboratorium
Trombosit < 100.000
Hemokonsentrasi
(kenaikan HT >20%)
Apa saja koplikasi yang dapat timbul dari penyakit pada scenario?
Kelebihan cairan
Perdarahan masif
Ensefalopati DBD
AURORA_Modul Tropis 1
50
Ditandai dengan kesadaran menurun dengan atau tanpa kejang, baik pada DBD
dengan atau tanpa syok
Ketepatan diagnosis
Sumber : IPD
AURORA_Modul Tropis 1
51