Anda di halaman 1dari 27

1)

Gempa bumi

Pusat-pusat gempa di seluruh dunia pada tahun 1963-1998.

Lempengan tektonik gerakan global


Gempa Bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng
Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang
di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat
Seismometer. moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa
Bumi terjadi untuk seluruh dunia.skala rickter adalah skala yang di laporkan oleh
observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5
magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3
magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih
berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada
kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9,
meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0
atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per
Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai.
Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

Jenis Gempa Bumi


Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:

Berdasarkan Penyebab

Gempa bumi tektonik

Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu
menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan
tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya
gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. * Gempa bumi vulkanik
(gunung api) Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya
gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

Gempa bumi tumbukan

Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke
Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi

Gempa bumi runtuhan

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Gempa bumi buatan

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.

Berdasarkan Kedalaman

Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari
300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu
berbahaya.

Gempa bumi menengah

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara
60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada
umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

Gempa bumi dangkal

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari
60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan
yang besar.

Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa

Gelombang Primer

Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang


merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini
berasal dari hiposentrum.

Gelombang Sekunder

Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran


yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah
berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat
melalui lapisan cair.

Penyebab terjadinya gempa Bumi


Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan
itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi
akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut.
Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi
fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya

letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di
Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi
atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi
yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

Sejarah gempa Bumi besar pada abad ke-20


dan 21

11 Maret 2011, Gempa Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala
9,0 Skala Richter yang sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa
ini juga menimbulkan gelombang tsunami di sepanjang pesisir timur Jepang

26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter,


korban tewas ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang.
Gempa ini kemudian juga menimbulkan tsunami.

16 Juni 2010, Gempa Bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.

7 April 2010, Gempa Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera
bagian Utara lainnya berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak
menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik di beberapa daerah,
belum ada informasi korban jiwa.

27 Februari 2010, Gempa Bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432
orang tewas (data 30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi
Samudera Pasifik yang menjangkau hingga Selandia Baru, Australia,
kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan
dampak ringan dan menengah.

12 Januari 2010, Gempa Bumi Haiti dengan episenter dekat kota Logne
7,0 Skala Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban
meninggal 230.000 orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000
kehilangan tempat tinggal.

30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera Barat merupakan gempa


tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini
berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter

(BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan


sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan
bangunan.

2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang


Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali,
berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya
karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.

Kerusakan akibat gempa Bumi di San Francisco pada tahun 1906

Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa Bumi Loma Prieta pada tahun
1989

3 Januari 2009 - Gempa Bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.

12 Mei 2008 - Gempa Bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi


Sichuan, China. Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan
warga kehilangan tempat tinggal.

12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala


Richter

9 Agustus 2007 - Gempa Bumi 7,5 Skala Richter

6 Maret 2007 - Gempa Bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera


Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [1].

27 Mei 2006 - Gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah


Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9
pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada
skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000
keluarga kehilangan tempat tinggal.

8 Oktober 2005 - Gempa Bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di


Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.

26 Desember 2004 - Gempa Bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter


mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang
tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari
220.000 jiwa.

26 Januari 2004 - Gempa Bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala Richter


mengguncang India dan merenggut lebih dari 3.420 jiwa.

26 Desember 2003 - Gempa Bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran
6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.

21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan
menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.

26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan


menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai
13.000 orang.

21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter,


menyebabkan 2.400 korban tewas.

17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan
merenggut 17.000 nyawa.

25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171


nyawa.

30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada
skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.

17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan
merenggut 6.000 nyawa.

30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala


Richter dan menewaskan 1.000 orang.

12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter


dan menewaskan 2.500 orang.

21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter,
merengut 50.000 nyawa.

7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter
dan menyebabkan 25.000 kematian.

19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala


Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa.

16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter
dan menyebabkan 25.000 kematian.

4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan
sekitar 1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma
Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania,
Bukares (Bucureti).

28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan
menyebabkan 240.000 orang terbunuh.

4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan


menyebabkan 22.778 terbunuh.

29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada


ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan
memusnahkan seluruh kota Agadir.

26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan


menyebabkan 33.000 orang tewas.

24 Januari 1939 - Di Chillan, Chili dengan ukuran 8,3 pada skala Richter,
28.000 kematian.

31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan
menewaskan 50.000 orang.

1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter


dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.

Akibat Gempa Bumi

Bangunan roboh

Kebakaran

Jatuhnya korban jiwa

Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus

Tanah longsor akibat guncangan

Banjir akibat rusaknya tanggul

Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami

Tips Menghadapi Gempa Bumi


Bila berada didalam rumah:

Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau
tempat tidur.

Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.

Jauhi rak buku, lemari dan jendela kaca.

Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang


tergantung di dinding dsb.

Bila berada di luar ruangan:

Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik,
papan reklame, pohon yang tinggi, dsb.

Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.

Jauhi rak-rak dan jendela kaca.

Bila berada di dalam ruangan umum:

Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi


orang.

Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari dan jendela
kaca dsb.

Bila sedang mengendarai kendaraan:

Segera hentikan di tempat yang terbuka.

Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan


layang/jembatan penyeberangan.

Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall:

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan

Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam

Bila sedang berada di dalam lift:

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih


baik menggunakan tangga darurat

Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka
tekanlah semua tombol

Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah

Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan


menggunakan interphone jika tersedia

Bila sedang berada di dalam kereta api:

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta dihentikan secara mendadak

Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta

Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan


mengakibatkan kepanikan

Bila sedang berada di gunung/pantai:

Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke


tempat aman.

Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan


getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran
yang tinggi.

Beri pertolongan:

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi
gempabumi besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan
mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah
memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar
anda.

Evakuasi:

Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah


daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat
gempabumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki
dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. * * * Bawalah
barang-barang secukupnya.

Dengarkan informasi:

Saat gempabumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk


mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan
bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh

informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK.
Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.
2) Tsunami

Gambar Tsunami menurut Hokusai, seorang pelukis Jepang dari abad ke 19.

Tsunami yang menghantam Mal, Maladewa pada 26 Desember 2004

Tsunami (bahasa Jepang: ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara


harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami
dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan
kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1

meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang
mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih
terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami
sebagai "gelombang laut seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya
beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai
daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami.
Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre

(PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada


wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian

Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.


Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang
menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi

Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti
gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya
196 tsunami telah terjadi.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam
tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama
dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya
dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang
menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang
bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh
lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang
yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut"
meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang
pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada
pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang
merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, i beuna atau aln buluk
(menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam
bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti
"gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam
Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong
berarti tsunami.
o

Penyebab terjadinya tsunami

Skema terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi

jika terjadi gangguan

yang menyebabkan

perpindahan sejumlah

besar air, seperti

letusan gunung api,

gempa bumi, longsor

maupun meteor yang

jatuh ke bumi. Namun,

90% tsunami adalah

akibat gempa bumi

bawah laut. Dalam

rekaman sejarah

beberapa tsunami

diakibatkan oleh gunung

meletus, misalnya ketika

meletusnya Gunung

Krakatau.

Gerakan vertikal pada

kerak bumi, dapat

mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per
jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh

dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami

Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)

Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter

Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Sistem Peringatan Dini

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,


mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani
kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi
seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat
dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atau permukaan laut yang
terhubung dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung
di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat
dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama
kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah
dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih
dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946
dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center
pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan
internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project,
dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA,
dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik
universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses
terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari
sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat
dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa

besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan


waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh
rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor
alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya
corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu
kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa
dimodelkan secara akurat.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah


mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini
memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang
disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat
peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik
instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga
non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara
Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan
bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem
ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling
lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan
Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan
permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
o

Tsunami dalam sejarah

1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan


menelan 60.000 korban jiwa.

1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami


menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.

2004 - Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami
menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan
Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,

2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa,
Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan.
Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis

2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian


tsunami 3-4 m.

2010 - 27 Februari, Santiago, Chili

2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia

2011 - 11 Maret, Sendai, Jepang

3)

Banjir

Orang-orang mengungsi dari banjir di Jawa. ca. 1865-1876.

Banjir sungai kecil akibat hujan monsun deras deras dan pasang laut tinggi di
Darwin, Northern Territory, Australia.
Banjir dekat Key West, Florida, Amerika
Serikat akibat banjir badai Wilma pada
Oktober 2005.

Banjir bandang akibat hujan deras dalam waktu singkat.


Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan.[1] Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. [2]
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.

Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau
yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
[3]

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan
dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika
air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan
permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah
dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan
akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air
yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai
menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan
untuk menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering
muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di dunia.

Jenis dan penyebab utama

Lusinan desa terendam ketika hujan


meluapkan sungai di barat laut Bangladesh
pada awal Oktober 2005. Moderate
Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS) di satelit Terra NASA menangkap
citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada
12 Oktober 2005. Sungai biru gelap tersebar
di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.

Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau
pencairan salju cepat melebihi
kapasitas saluran sungai. Diakibatkan
hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas
yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah

longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di


sebelah hulu rintangan.

Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir
besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang
bendungan, tanah longsor, atau gletser.

Muara

Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan


angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis
masuk dalam kategori ini.

Pantai

Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau
hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk
dalam kategori ini.

Malapetaka

Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau


bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi).

Manusia

Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.

Lumpur

Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.


Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi
tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui
ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses
lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan
pergerakan massal.

Lainnya

Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya
akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau
penguapan rendah).

Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.

Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan


dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak

Banjir Mediterania di Alicante (Spanyol),


1997.

Dampak primer

Kerusakan fisik - Mampu merusak


berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem
selokan bawah tanah, jalan raya, dan
kanal.

Dampak sekunder

Penyebaran penyakit bawaan air.

Persediaan air Kontaminasi air. Air


minum bersih mulai langka.

Penyakit - Kondisi tidak higienis.

Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh


kegagalan panen.[4] Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung
kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah
setempat.

Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.[5]

Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan


darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya


pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan
harga, dll.

Pengendalian
Di berbagai negara di seluruh dunia, sungai yang rawan banjir dikendalikan
dengan hati-hati. Pertahanan seperti bendungan,[6] bund, waduk, dan weir
digunakan untuk mencegah sungai meluap, peralatan darurat seperti karung pasir
atau tabung apung portabel digunakan. Banjir pantai telah dikendalikan di Eropa
dan Amerika melalui pertahanan pantai, seperti tembok laut, pengembalian
pantai, dan pulau penghalang.

Eropa
Mengingat penderitaan dan kehancuran yang diakibatkan Banjir Besar Paris 1910,
pemerintah Perancis membangun serangkaian waduk bernama Les Grands Lacs de
Seine (atau Danau-Danau Besar) yang membantu mengurangi tekanan dari Sungai
Seine ketika terjadi banjir, khususnya banjir rutin pada musim dingin. [7]
London terlindungi dari banjir laut oleh Thames Barrier, sebuah perintang
mekanis besar melintasi Sungai Thames yang dinaikkan ketika permukaan air laut
mencapai ketinggian tertentu.
Venesia memiliki perintang sejenis, namun kota ini sudah tidak mampu menangani
pasang laut yang sangat tinggi; sistem tanggul baru sedang dibangun. Pertahanan
banjir London dan Venesia dapat dianggap tidak berguna jika permukaan laut
terus naik.
Sungai Adige di Italia Utara memiliki kanal bawah tanah yang memungkinkan
sebagian alirannya dialihkan ke Danau Garda (di daerah aliran sungai Po) untuk
mengurangi risiko banjir muara. Kanal bawah tanah ini digunakan dua kali, pada
1966 dan 2000.

Sungai Berounka, Republik Ceko,


menumpahkan aliran sungainya dalam
banjir Eropa 2002 dan merendam rumahrumah di desa Hlsn Teba, Distrik
Beroun.
Pertahanan banjir terbesar dan tercanggih
di dunia dapat ditemukan di Belanda yang
disebut Delta Works dengan bendungan
Oosterschelde yang menjadi pencapaian
terbesar dalam pembangunan sistem
pengendalian banjir ini. Sistem ini dibangun sebagai tanggapan terhadap banjir
Laut Utara 1953 di bagian barat daya Belanda. Belanda telah membangun salah
satu bendungan terbesar di dunia di utara negara ini, yaitu Afsluitdijk (ditutup
tahun 1932).
Komplek Fasilitas Pencegahan Banjir Saint Petersburg di Rusia selesai dibangun
tahun 2008 untuk melindungi Saint Petersburg dari banjir badai. Komplek ini
juga memiliki fungsi lalu lintas, yaitu melengkapi jalan lingkar yang mengelilingi
kota ini. Sebelas bendungan membentang sepanjang 25,4 kilometer dan berdiri
delapan meter di atas permukaan laut.
Di Austria, banjir selama 150 tahun dikendalikan melalui berbagai tindakan
sesuai regulasi Danube Wina, termasuk pengerukan sungai utama Danube pada
187075 dan pembentukan Danube Baru pada 19721988.
Pengelolaan risiko banjir di Irlandia Utara dilakukan oleh Rivers Agency.

Amerika Utara

Puing-puing dan erosi tepi sungai yang tersisa


setelah Banjir Sungai Red 2009 di Winnipeg, Manitoba.

Banjir Pittsburgh 1936

Banjir dekat Snoqualmie, Washington, 2009.

Sistem pertahanan banjir dapat ditemukan di provinsi Manitoba, Kanada. Sungai


Red mengalir ke utara dari Amerika Serikat, melintasi kota Winnipeg (sungai ini
kemudian bertemu dengan Sungai Assinibone) menuju Danau Winnipeg.
Sebagaimana semua sungai yang mengalir ke utara di zona sedang belahan Bumi
utara, pencairan salju di bagian selatan dapat mengakibatkan permukaan sungai
naik sebelum bagian utara mencair sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan banjir
bandang, seperti yang terjadi di Winnipeg selama musim semi 1950. Untuk
melindungi kota ini dari banjir masa depan, pemerintah Manitoba melakukan
pembangunan sistem pengalihan sungai, tanggul, dan jalur banjir massal
(termasuk Red River Floodway dan Portage Diversion). Sistem ini melindungi
Winnipeg dari banjir 1997 yang merendam banyak permukiman di hulu Winnipeg,
termasuk Grand Forks, North Dakota dan Ste. Agathe, Manitoba. Sistem ini juga
melindungi Winnipeg dari banjir 2009.
Di AS, 35% Wilayah Metropolitan New Orleans yang berada di bawah permukaan
laut dilindungi oleh bendungan dan pintu banjir sepanjang ratusan mil. Sistem ini
gagal sepenuhnya di beberapa bagian ketika Badai Katrina menerjang kota dan
bagian timur wilayah metropolitan. Akibatnya sekitar 50% wilayah metropolitan
terendam, mulai dari beberapa sentimeter hingga 8,2 meter (beberapa inci
hingga 27 kaki) di permukiman pesisir.[8] Dalam upaya pencegahan banjir,
pemerintah federal Amerika Serikat menawarkan pembelian properti rawan
banjir di Amerika Serikat untuk mencegah bencana terulang setelah banjir 1993
di seluruh Midwest. Beberapa permukiman menerima tawaran ini dan pemerintah
federal bekerjasama dengan pemerintah negara bagian membeli 25.000 properti
yang diubah menjadi lahan basah. Lahan basah ini berperan sebagai penyerap air
ketika badai terjadi dan pada 1995, banjir terjadi dan pemerintah tidak perlu
mengerahkan sumber daya di daerah-daerah tersebut.[9]:)

Asia

Banjir Bangladesh 2009


Di India, Bangladesh dan Cina (tepatnya di kawasan Kanal Besar Cina), daerah
pengalihan banjir adalah kawasan pedesaan yang sengaja ditenggelamkan ketika
keadaan darurat untuk melindungi wilayah perkotaan. [10]
Banyak pihak mengatakan bahwa kehilangan vegetasi (deforestasi) akan
mendorong peningkatan risiko. Dengan hutan alami yang mencegah banjir, durasi
banjir akan berkurang. Mengurangi tingkat penebangan hutan akan mengurangi
pula insiden dan tingkat keparahan banjir.[11]

Afrika
Di Mesir, Bendungan Aswan (1902) dan Bendungan Tinggi Aswan (1976) telah
mengendalikan berbagai banjir di sepanjang Sungai Nil.

Keselamatan pembersihan
Aktivitas pembersihan setelah banjir biasanya mengancam pekerja dan relawan
yang terlibat. Bahaya-bahaya mengancam tersebut yaitu air berpolusi yang
tercampur dengan selokan bawah tanah, bahaya listrik, terpapar karbon
monoksida, bahaya otot tengkorak, hipertermia atau hipotermia, bahaya
kendaraan bermotor, kebakaran, tenggelam, dan terpapar bahan berbahaya.[12]
Karena daerah banjir tidak stabil, pekerja pembersih bisa saja menemukan
puing-puing tajam, bahan biologis dalam air banjir, kabel listrik, darah atau
cairan tubuh lain, dan sisa-sisa hewan dan manusia. Dalam merencanakan dan
merespon bencana banjir, manajer harus menyediakan helm keras, kacamata,
sarung tangan kerja, jaket keselamatan, dan sepatu bot kedap air berlapis besi
kepada para pekerja.[13]

tugas geografi

Anda mungkin juga menyukai