Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada
tahun 1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human immunodeficiency
virus (HIV-1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system
kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi diddapat dari hasil penularan.
penyakit ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di
beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat internasional
dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas 80 pada penderita 3 tahun
setelah timbulnya manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985 Cherman dan BarreSinoussi melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia mencapai angka
lebih dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di Amerika
Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika Latin
dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih dari 60.000 kasus yang
ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah dilaporkan pada
Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih dari setengahnya meninggal.
Kasus-kasus AIDS baru terus-menerus di monitor untuk ditetapkan secara pasti
diagnosisnya. Ramalan baru-baru ini dari United States Public Health Service
menyatakan, bahwa pada akhir tahun 1991, banyaknya kasus AIDS secara
keseluruhan di Amerika Serikat doperkirakan akan meningkat paling sedikit
menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian. Juga telah diperkirakan, bahwa
74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000 kematian yang berhubungan
dengan AIDS dapat terjadi selama tahun 1991 saja. Sebagai perbandingan dapat
dikemukakan, kematian pasukan Amerika selama masa perang di Vietnam
berjumlah 47.000 korban.
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode
Juli-September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air
telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita HIV/AIDS di
Indonesia dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis
terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan disekeliling
penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sisitem kekebalan tubuh penderitanya. Jika
ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien
1

terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan


angka kematian. Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan
(exhausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang
memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Modulasi
respon imun penderita HIV/AIDS akan menurun secara signifikan, seperti
aktivitas APC (makrofag); Thl (CD4); IFN ; IL-2; Imunoglobulin A, G, E dan
anti-HIV. Penurunan tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah CD4
hingga mencapai 180 sel/ l per tahun.
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir
sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah sakit
menunjukkan adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut
menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan factor yang diduga
sangat berpengaruh adalah stress.
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis,
stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada system
limbic berefek pada hipotalamus, sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF
(Corticotropin Releasing Factor). CRF memacu pengeluaran ACTH (Adrenal
corticotropic hormone) untuk memengaruhi kelenjar korteks adrenal agar
menghasilkan kortisol. Kortisol ini bersifat immunosuppressive terutama pada sel
zona fasikulata. Apabila stress yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar
adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga dapat menekan
system imun (Apasou dan Sitkorsky,1999), yamg meliputi aktivitas APC
(makrofag); Th-1 (CD4); sel plasma; IFN ; IL-2;IgM-IgG, dan Antibodi-HIV
(Ader,2001).
Perawat merupakan factor yang berperan penting dalam pengelolaan stress,
khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif
agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya. Selain itu perawat juga berperan
dalam pemberian dukungan social berupa dukungan emosional, informasi, dan
material (Batuman, 1990; Bear, 1996; Folkman Dan Lazarus, 1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah
model asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping
dan dukungan social yang bertujuan untuk mempercepat respon adaptif pada
pasien terinfeksi HIV, meliputi modulasi respon imun (Ader, 1991 ; Setyawan,
1996; Putra, 1990), respon psikologis, dan respon social (Steward, 1997).
Dengan demikian, penelitian bidang imunologi memilki empat variable yakni,
2

fisik, kimia, psikis, dan social, dapat membuka nuansa baru untuk bidang ilmu
keperawatan dalam mengembangkan model pendekatan asuhan keperawatan
yang berdasarkan pada paradigm psikoneuroimunologi terhadap pasien HIV
(Nursalam, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari AIDS?
2. Apa saja tanda dan gejala dari AIDS?
3. Apa saja anatomi fisiologi AIDS?
4. Apa manifestasi klinik AIDS?
5. Apa patofisiologi dari AIDS?
6. Bagaimana patoflo dari AIDS?
7. Apa komplikasi pada AIDS?
8. Apa penatalaksanaan pada AIDS?
9. Bagaimana askep pada AIDS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian AIDS
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari AIDS
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi AIDS
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik AIDS
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari AIDS
6. Untuk mengetahui patoflow dari AIDS
7. Untuk mengetahui komplikasi pada AIDS
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada AIDS
9. Untuk menegtahui Askep pada AIDS
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
membuat

asuhan

keperawatan

dengan

penyakit

aids

serta

mampu

mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya dirusak
oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah
terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang
bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita
keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak.
3

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus
mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk
membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang.
Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi
yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan
gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+
dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen
funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti
group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari
envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti.
Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env
mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain
yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan
vpr.
Jadi Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
(atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV, atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
B. Etiologi
HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV)
atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut human Tcell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk. Pada
tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di amerika
serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di temukan di
afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau afrika,70% dalam
darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan penyakit. Nama lain
virus tersebut ialah HIV.

Hiv TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas
dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel
hospes.
Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk
merusak sel darah putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit
pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
limposit T-helper secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta untuk
selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur, virus dan
parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita
akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk
antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi
virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita tetap akan
merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan
virusnya pada orang lain di sekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi
oleh virus AIDS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit,
akan tetapi pada beberapa orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan
berkembang menjadi AIDS yang full-blown.

C. Anatomi fisiologi

D. Manifestasi klinik
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat
malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah
membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
1. Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi
gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati
6

Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu
malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh
jamur kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh.
Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu
tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.
4. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap
infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru
pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman
opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum
saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal
sebelum waktunya
Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, dkk, (1999. 43) :
Gejala AIDS timbul setelah 5 10 tahun setelah teinfeksi HIV yang sering
terlihat gejalanya antara lain :
1. Gejala awal seperi orang terserang flu biasa
2. Berat badan menurun lebih dari 20 % dalam 1 bulan
3. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
4. Lemah dan letih
5. Pembesaran kelenjar getah bening
6. Kesadaran menurun
7. Nyeri otot dan sendi
8. Depresi
9. Putus asa
10. Penurunan respon stimulus
11. Ketidak nyamanan beraktifitas
12. Mengeluh
13. Gelisah
14. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
15. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
16. Dimensia/HIV ensefalopati
17. Nampak sehat, tetapi dapat menularkan Virus HIV ke siapa saja
18. Muncul gejala ARC (AIDS Related Domplex) seperti :
a) Rasa lelah yang bekepanjangan
b) Sering demam (lebih dari 38 derajat C)
c) Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
7

d)
e)
f)
g)

Berat badan menurun secara menolok dengan cepat


Bercak merah kebiruan pada kulit/mulut
Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
Bercak putih atau luka alam mulut

E. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang
yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan
mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus
lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel
target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik
virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel
virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag
dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel
ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat
memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan
pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama
bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak
partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan,
jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan
pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang
8

lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+
yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko
tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit
CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah,
maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi
yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi
yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam
melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan,
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela
(window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap
positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul
gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala).
Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu
sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV
positif.
F. Patoflow
Virus HIV
Terinfeksinya sel inang
Menginfeksi sel limfosit T
Sel limfosit T hancur
Menurunnya system imun

AIDS
Nafsu makan menurun

ketidak nyamanan

selera makan

Letih

Menurun
9

Berat badan menurun


Gelisah
Intake makanan
Inadekuat

selera makan
menurun

mengluh nyeri
Percaya diri rendah

Ketidak seimbangan
Nyeri akut
nutrisi krang dari
Keputusasaan
kebutuhan
tubuh
G. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1.
kompleks
dimensia
AIDS
karena
serangan

langsung

HumanImmunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan


kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi

demielinasi

oleh

serangan

Human

Immunodeficienci Virus (HIV)


c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma

Kaposi. Dengan efek, penurunan berat

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.


2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik.

Dengan

anoreksia,

mual

muntah,

nyeri

abdomen,

ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi

10

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,


pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek ,batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f.

Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

Beberapa Komplikasi HIV AIDS yang dapat terjadi sebagai berikut:


1. Tuberkulosis (Infeksi TBC)
Di negara-negaramiskinsumberdaya, TBC adalahinfeksi yang digadang gadang
paling banyakterkaitdengan HIV dan merupakan penyebab utama kematian di
antara penderita AIDS. Jutaan orang saat ini terinfeksi HIV dan tuberkulosis, dan
banyak ahli menganggap dua penyakit ini dapat menjadi epidemi yang berbahaya.
2. Salmonellosis (InfeksiPenyakit yang BerasaldariMakanan)
Penderita mendapat iinfeksi bakteri ini dari makanan atau air yang terkontaminasi.
Tanda dan gejala termasuk diareberat, demam, menggigil, sakit perut dan, kadangkadang, muntah.Meskipun setiap orang terkena bakteri salmonella dapat menjadi
11

sakit, tetapi salmonellosis jauh lebih banyak di derita oleh orang pengidap HIVpositif.
3. Cytomegalovirus (Infeksi Virus yang MenyerangSelImunTubuh)
virus herpes ini ditularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air
manidan air susuibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat memang dapat
menonaktifkan virus, namun virus tetapaktif di dalam tubuh penderita. Jika system
kekebalan tubuh melemah, maka virus muncul kembali dan akan menyebabkan
kerusakan padamata, saluranpencernaan, paru-paruatau organ lain penderita.
4. Herpes Encephalitis (Infeksi yang MenyerangSyarafOtak)
Herpes simpleksensefalitis (HSE) adalah penyakit akut atau sub akut, tanda-tanda
yang menyebabkan disfungsi syarafotak. Ditandai adanya dengan gejala demam,
sakitkepala, perubahanperilaku, kebingungan.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV -AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis,
Psikologis dan Aspek Sosial.
1. Aspek Medis meliputi
a. Pengobatan Suportif.
Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak
terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi
kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan
penderita dengan cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif
sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu makan
penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat
Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan
agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari.
Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong
daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di
maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu
juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.
b. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.
c. Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada
penderita infeksi HIV dan AIDS.
1) Tuberkulosis
Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH
300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu
tahun.
2) Toksoplasmosis

12

Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama


daging yang kurang matang. Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari.
3) CMV
Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan
kebutaam. Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak
yang dapat menyebabkan luka pada usus. Obat : Gansiklovir kapsul
1 gram tiga kali sehari.
4) Jamur
Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah
jamur Kandida. Obat : Nistatin 500.000 u per hari Flukonazol 100
mg per hari.
d. Pengobatan Antiretroviral (ARV)
1. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
2. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral therapy)
3. Kombinasi ARV lini pertama pasien nave (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.
4. Di Indonesia :
a. Lini pertama
: AZT + 3TC + EFV atau NVP
b. Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP AZT atau d4T + 3TC +
1PI (LPV/r)
5. Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat
terjadi resisten bila sering lupa minum obat.
2. Terapi non farmakologi
a. Penelitian terhadap akstrak meniran (phyllanthus niruri) bekerja sebagai
anti-viral dan imunostimulator (perangsang imunitas) pada penderita
HIV/AIDS.
b. Ekstrak buah mengkudu (morinda citrifolia) telah dipatenkan sejumlah
c.

peneliti di negara maju sebagai antiinfeksi dan antikanker.


Ekstrak Bratawali (tinospora cordifolia) mampu menurunkan gejala yang

terjadi pada infeksi HIV seperti mual, muntah, anoreksia dan lemah.
d. Ekstrak jambu biji (psidium guajava) sebagai penghambat virus HIV dan
meringankan efek samping penderita HIV, seperti diare.
3. Aspek Psikologis, meliputi :
a.
Perawatan personal dan dihargai
b.
Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c.
Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e.
Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f.
Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
4. Aspek Sosial
13

Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk


dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3
hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau
kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber
dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan empat jenis
dimensi dukungan social :
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien
dengan HIV AIDS yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu
dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain
c. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang,
kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya
d. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
I. Pengkajian
1. Intoleran aktivitas b/d Kelemahan umum :
1) Lemah
2) Letih
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis:
1) Berat badan menurun lebih dari 20% dalam satu bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
3) Nafsu makan kurang
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
1) Ketidaknyamanan beraktifitas
2) Mengeluh
3) gelisah
J. Diagnosa
1. Intoleran aktivitas b/d Kelemahan umum
14

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis


3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit
4. Resiko tinggi b/d kekurangan volume cairan.

K.

Askep
N
O
1.

DIAGNOSA

NOC

Intoleran

NIC

Setelah dilakukan

1. Kolaborasikan
dengan
tenaga rehabilitasi medic
aktivitas
b/d tindakan keperawatan
dalam
merencanakan
Kelemahan
selama 2x24 jam,
program terapi yang tepat
2. Bantu
klien
untuk
umum :
pasien diharapkan
mengidentifikasi aktivitas
1. Lemah
membaik dengan
yang mampu dilakukan
2. Letih
3. Bantu untuk memilih
kriteria:
3. Ketidaknyam
aktivitas konsisten yang
1. Mampu melakukakn
sesuai dengan kemampuan
anan setelah
aktivitas sehari-hari
fisik, psikologi dan social
beraktivitas
secara mandiri
2. Tanda-tanda
vital
normal
3. Level kelemahan
4. Status
repirasi:pertukaran
gas

dan

ventilasi

adekuat
2.

Ketidakseimba
ngan

Setelah dilakukan

1. Kaji kemampuan pasien

nutrisi tindakan keperawatan

kurang

dari selama 3x24 jam,

kebutuhan
tubuh

dan

b/d membaik dengan

1. Berat badan
menurun

yang di butuhkan
2. Monitor jumlah

pasien diharapkan

faktor biologis:

untuk mendapatkan nutrisi

kalori

kriteria:
1. Mampu
mengidentifikasi
15

jumlah

nutrisi

kandungan

lebih

dari

20% dalam
satu bulan
2. Diare
kronis yang
berlangsun

kebutuhan nutrisi
2. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
3. Tidak
terjadi
penurunan

berat

badan yang berarti

g lebih dari
satu bulan
3. Nafsu
makan
3.

kurang
Nyeri akut b/d

Setelah dilakukan

1. Lakukan

pengkajian

tindakan keperawatan

nyeri

selama 3x24 jam,

komprehensif

pasien diharapkan

lokasi,

membaik dengan

secara
termasuk

karakteristik,

durasi, frekuensi,kualitas
2. Evaluasi
pengalaman

kriteria:
1. Mampu
mengontrol nyeri
2. Melaporkan

nyeri masa lampau


3. Control lingkungan yang
dapat

mempengaruhi

bahwa nyeri

nyeri

berkurang

ruangan pencahayaan dan

dengan

kebisingan .

menggunakan
managemen
nyeri
3. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

16

seperti

suhu

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa kita harus waspada terhadap virus
HIV/AIDS. Makalah di atas juga menjelaskan pengertian, sejarah, cara
penularan, gejala-gejal dan pencegahannya.Adapun kesimpulan yang dapat
penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1) HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired
2)

ImmunoDeviensi

Syndromer)

adalah

kumpulan

gejala

menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.


Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung

daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.


3) Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.

17

DAFTAR PUSTAKA
http://deqwan1.blogspot.com/2013/10/contoh-makalah-tentang-hiv-aids.html
https://www.academia.edu/6373911/MAKALAH_IKM_HIV_AIDS
www.rijalhabibulloh.com/2014/08/makalah-hiv-aids.html
https://rahha.wordpress.com/2008/09/03/hiv-dan-aids/
Menurut H. JH. Wartono, Abu Chanif, Dra. Siti maryanti, Yon subardiyo Bsc.1999.
AIDS/HIV. LEPIN: Jakarta
https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/22/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan-hiv-aids/
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/2836
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/1750
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jspp/article/download/1348/1443
http://jfa.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jfa/article/view/9

18

Anda mungkin juga menyukai