Anda di halaman 1dari 12

BORANG PORTOFOLIO

Nama peserta

: dr. Nafisa Muthmainnah

Nama wahana

: RS Marinir Cilandak

Topik

: Kejang Demam Kompleks

Tanggal kunjungan : 22 Juni 2015


Nama pasien

: An K, Pr, 8 bln

No RM

Tanggal presentasi :

: 343454

Nama pendamping : dr. Shahnaz Fathia

Objektif presentasi
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Deskripsi : Pasien datang dengan keluhan utama kejang sejak 20 menit SMRS. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan suhu : 38,2

C, nadi : 120x/m. BB : 7,4 kg.

Regimen pengobatan yang diberikan berupa pemasangan kanul oksigen


dengan pemberian oksigen sebanyak 1-2 l/m, lalu pemberian Stesolid 5 mg
suppositoria, karena kejang belum berhenti maka diberikan kembali Stesolid
10 mg suppositoria.
Tujuan : Melakukan diagnosis dan tatalaksana kasus kejang demam pada anak.
Bahan bahasan
Tinjauan pustaka

Riset

Kasus

Audit

Diskusi

Email Pos

Cara membahas
Presentasi & diskusi
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ Gambaran klinis
Pasien datang dengan keluhan utama kejang sejak 20 menit SMRS, belum berhenti
saat di IGD. Kejang terjadi kelojotan pada seluruh tubuh, tidak kaku. Setelah kejang
pasien muntah, namun masih memberikan respon saat diajak bicara, tidak tidur.
Kurang lebih 1 jam sebelumnya pasien juga kejang, kejang berlangsung sekitar 5
menit, sebelum kejang pasien demam tinggi mendadak. Terdapat keluhan batuk pilek
sejak 1 hari SMRS, pasien belum berobat untuk batuk pileknya. Tidak ada BAB cair,
tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya.
1

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sudah 5x mengalami kejang sebelumnya, dan setiap kejang selalu diawali
dengan demam tinggi. Pasien sudah pernah dirawat 1x di RSMC karena kejang.
3. Riwayat Atopi
Riwayat asma dan alergi disangkal.
4. Riwayat Keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat kejang demam semasa kecil.
5. Riwayat kehamilan, kelahiran, imunisasi, dan tumbuh kembang
Pasien adalah anak pertama. Pasien lahir spontan, cukup bulan, dibantu bidan,
langsung menangis, tidak biru, dan tidak kuning. Berat badan lahir 2.900 gram dan
panjang lahir 49 cm.
Pasien tidak rutin dibawa ke Posyandu, namun pasien selalu diberikan imunisasi
sesuai jadwal. Pasien sudah dapat tengkurap sendiri dan berguling, namun belum bisa
duduk sendiri.
Kepustakaan
1. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of
Pediatric. Ed 19. Philadelphia: Elsevier ; 2011.
2. Pudjiaji AH, Hegar B, Handyastuti S, Idris NS, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.
3. Strange, GR, Ahrens WR, Schafermeyer R, Toepper WC,. Pediatric Emergency Medicine.
USA : McGraw-Hill; 1999.
Hasil pembelajaran
Mendiagnosis dan menatalaksana emergency kejang demam pada anak.
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

Subjektif
Keluhan Utama : kejang sejak 20 menit SMRS
Riwayat Penyakit :
2

Pasien datang dengan keluhan utama kejang sejak 20 menit SMRS, belum berhenti
saat di IGD. Kejang terjadi pada seluruh tubuh, tidak kaku. Setelah kejang pasien muntah.
Kurang lebih 1 jam sebelumnya pasien juga kejang, kejang berlangsung sekitar 5 menit,
sebelum kejang pasien demam tinggi. Tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Tidak ada
riwayat trauma sebelumnya. Terdapat keluhan batuk pilek sejak 1 hari SMRS, pasien belum
berobat untuk batuk pileknya.
Pasien sudah 5x mengalami kejang sebelumnya, dan setiap kejang selalu diawali dengan
demam tinggi. Pasien sudah pernah dirawat 1x di RSMC karena kejang.
Riwayat asma, alergi, dan alergi obat pada pasien disangkal. Namun ibu pasien memiliki
riwayat kejang demam semasa kecil.
Riwayat kelahiran maupun tumbuh kembang pasien normal tanpa kelainan.
Objektif
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: compos mentis
Kesan sakit: Tampak sakit sedang,
N: 120x/menit, RR:24 x/menit, S: 38,8C.
St.generalis:
Kepala

: normocephali

Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

THT

:T1-T1/Faring tenang

Cor

: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pul

: Suara napas vesikular, wheezing -/-, ronkhi -/-

Abdomen: datar, supel, NTE (+), BU (+) normal, hepar & lien tidak teraba membesar,
timpani
Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-), CRT <2 detik
Status Neurologis : tidak terdapat deficit neurologis.
Pemeriksaan Penunjang:
Hb: 10,9 gr/dl, Ht: 34 %, Leukosit: 10 ribu/ul, Trombosit: 446 ribu/ul
GDS : 155 mg/dl
Assessment
3

Kejang Demam Kompleks


Atas dasar :
Anamnesis: durasi kejang lebih dari 15 menit (20 menit), berulang dalam 24
jam ( sudah 2x dalam 3 jam), sebelum kejang pasien demam.
Pemeriksaan Fisik: suhu 38,8 (hiperpireksia), tidak ada deficit neurologis atau
kelainan neurologis.
Pemeriksaan penunjang : hasil laboratorium normal menunjukkan tidak
adanya infeksi berat yang mendasari terjadinya kejang.
Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat demam tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan elektrolit akut. Anak dengan kejang demam
tidak pernah mengalami kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam dibagi
menjadi 3, yaitu kejang demam sederhana, kejang demam kompleks, dan kejang
demam simptomatis. Pasien ini masuk dalam kategori kejang demam kompleks
karena durasi kejang lebih dari 15 menit, terjadi lebih dari 1x dalam 24 jam, diawali
dengan demam, tidak ada kelainan dan deficit neurologis.
Planning
1. Rencana diagnosis :
Pemeriksaan elektrolit.
Pemeriksaan EEG

2. Rencana terapi :
- Regimen pengobatan yang diberikan berupa pemasangan oksigen 2lpm, infus KaEN 1 B
sebanyak 8 tetes per menit, Stesolid 5 mgg suppositoria jika kejang, Diazepam 3 x 1,5 mg
pulv (p.o), dan Paracetamol syrup 3 x 3/4 Cth.
- Stop obat oral ataupun makanan atau minuman selama 4 jam.
- Evaluasi kejang selama perawatan, evaluasi tanda vital dan kesadaran
3. Rencana edukasi :
Penjelasan mengenai penyakit dan pengobatan yang diberikan, serta edukasi mengenai
tindakan preventif mencegah rekurensi penyakit kembali (pemberian obat penurun panas
apabila pasien panas untuk mencegah kejang, apabila pasien kejang tidak boleh minum
atau masuk makanan apapun, dan langsung dibawa ke RS).
4. Rencana konsultasi :
4

Konsultasi dilakukan dengan dokter spesialis anak.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Kejang Demam


Kejang adalah suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan
peregangan dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan 5 tahun, anak yang pernah
kejang tanpa demam lalu mengalami kejang demam tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang yang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang
demam. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
5

didahului demam pikirkan kemungkinan yang lain seperti infeksi sistem saraf pusat, atau
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama dengan demam.
Kejang pada anak bisa disebabkan oleh banyak hal dan tersering adalah kejang
demam. Akan tetapi beberapa hal bisa menyebabkan kejang seperti:

Infeksi intrakranial seperti meningitis dan ensefalitis


Keracunan alkohol, teofilin, kokain
Gangguan metabolik seperti hipoglikemik, hiponatremia, hipernatremia, hipoksemia,
hipokalsemia, hipomagnesemia, gangguan asam basa, defisiensi piridoksin, gagal

ginjal, gagal hati


Trauma kepala
Penghentian obat anti epilepsi yang mendadak
Lain-lain seperti ensefalopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intracranial.

Patofisisologi Kejang Demam


Para ahli berpendapat kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan
sampai 5 tahun. Menurut The American Academy of Pediatrics usia termuda bangkitan
kejang demam adalah 6 bulan. Sebenarnya patofisiologi kejang demam tidak sepenuhnya
diketahui. Kemungkinan ada dampak dari pengaktifan sitokin pada saat anak mengalami
demam, studi menunjukkan interleukin spesifik meningkatkan resiko dari kejang demam.

Diagram 1. Patofisiologi Kejang Demam

Klasifikasi Kejang Demam


Kejang demam dapat dibagi menjadi 2 yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks:
1. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan/atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang
demam sederhana terhitung hampir 80% di antara seluruh kejang demam.
7

2. Kejang demam kompleks adalah kejang yang lama atau lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara kejang anak tidak sadar, kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam. Kejang juga bisa merupakan kejang fokal atau kejang
parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Juga bisa
merupakan kejang berulang atau kejang 2 kali atau lebih dimana antara 2 kejang anak
sadar, kejang berulang terjadi pada 16% anak kejang demam.

Tabel 1. Klasifikasi Kejang Demam

Faktor Resiko Kejang Demam berulang


Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:8\
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia kurang dari 12 bulan


3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Tatalaksana Kejang Demam

Pengobatan Kejang Demam


Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya
kejang demam (level I, rekomendasi D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan (level III, rekomendasi B). Dosis parasetamol yang
digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
10

Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat
menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan
asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0.5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38.5 0C.5 Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
Pemberian obat rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya

kelainan

neurologisyangnyatasebelumatau

sesudah

kejang,

hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.


3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:

Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.

Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

kejang demam > 4 kali per tahun

11

misalnya

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya
dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek . Pemakaian fenobarbital setiap
hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2
dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

12

Anda mungkin juga menyukai