Pendahuluan
Infeksi yang didapat di Intensive Care Unit (ICU) merupakan salah satu penyebab
utama dari morbiditas maupun mortalitas di seluruh dunia. Infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang bersifat Multidrug-resistant (MDR) merupakan permasalahan kesehatan yang
mencemaskan dan merupakan tantangan sehari-hari bagi dokter untuk dapat mengatasinya
terutama yang terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit kritis [2, 3]. Kontaminasi pada
permukaan peralatan-peralatan di ICU telah teridentifikasi [4-6] pada kejadian dimana
terjadi perpindahan pathogen antar pasien-pasien dengan penyakit kritis yang dirawat di
ICU [7, 8]. Kontaminasi tersebut dapat terjadi baik melalui tangan petugas kesehatan yang
sudah terkontaminasi maupun melalui penyebaran langsung dari pasien ke lingkungan di
sekitar tempat tidur pasien [9]. Bakteri MDR telah dilaporkan sebagai mikroorganisme
yang sering mengontaminasi permukaan dari peralatan-peralatan yang biasa digunakan di
ICU dan juga permukaan dari peralatan-peralatan yang umum digunakan (misalnya telefon,
keyboard, papan petunjuk medis) di ICU [10-13]. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa baik
bakteri gram prositif maupun bakteri gram negative dapat bertahan hidup selama berbulanbulan pada permukaan yang kering, dengan tingkat ketahanan yang semakin baik pada
kondisi yang lembab dengan suhu yang rendah [14]. Factor-faktor yang dapat
menyebabkan perpindahan mikroorganisme dari satu permukaan ke permukaan lainnya
antara lain adalah tipe mikroorganismenya, sumber dan destinasi dari peralatan yang
permukaannya terkontaminasi tersebut, tingkat kelembaban, dan ukuran dari inokulum [15,
16]. Akan tetapi, ada juga factor lain yang juga dapat berperan dalam terjadinya
kontaminasi dan transmisi kuman di ICU, termasuk diantaranya adalah kepatuhan terhadap
hand hygiene, level staf keperawatan, jumlah pasien yang mengalami infeksi, tampilan
structural ICU (misalnya ICU dengan susunan single-bed atau multi bed), dan juga adopsi
dari program stewardship antibiotic [17, 18]. Permasalahan kontaminasi lingkungan ini
dapat menyebabkan tantangan yang bahkan lebih besar lagi jika terjadi di ICU, dimana
pasien-pasien yang dirawat sedang mengalami penyakit yang kritis, dengan factor resiko
infeksi nasokomial yang memang sudah ada juga sebelumnya [19], dan juga oleh karena
penilaian yang seksama dalam melakukan penilaian terhadap tindakan pencegahan yang
tepat sulit dilakukan pada saat kondisi dimana pasien dalam keadaan yang nyawanya
terancam. Selain itu, lingkungan sekitar bed pasien di ICU juga dipenuhi oleh banyak
peralatan yang digunakan untuk memantau kondisi pasien dan memberikan life support,
yang sering disentuh oleh tangan petugas kesehatan, yang membutuhkan adanya prosedur
pembersihan yang rutin dan baik. Mengidentifikasi lokasi-lokasi mana saja yang sering
terkontaminasi dan kuman apa yang paling sering mengontaminasi akan dapat memberikan
dampak yang besar dalam pengontrolan infeksi dan mempromosikan intervensi baru [16].
Kontaminasi lingkungan oleh jamur dan virus juga telah dikenal sebelumnya di ICU [21,
22]. Akan tetapi, dalam makalah ini, kami memfokuskan kepada kontaminasi oleh bakteri.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyediakan landasan yang ter-update tentang
kontaminasi pada permukaan dari peralatan-peralatan yang biasa digunakan di ICU, yang
difokuskan kepada bakteri yang paling sering mengontaminasi, permasalahan kontaminasi
pada infeksi yang didapat di ICU, dan kemungkinan implikasinya pada pasien-pasien di
ICU.
Review
Kontaminasi pada permukaan peralatan di ICU dan infeksi yang didapat di ICU :
konsep dari wilayah pasien dan area petugas kesehatan
Luasnya permukaan yang dapat terkontaminasi mendukung adanya kontaminasi dan
transmisi pathogen kepada pasien-pasien ICU. Tangan petugas kesehatan juga merupakan
vector utama transmisi pathogen tersebut, dengan perkiraan sampai 20 sampai 40% infeksi
nasokomial yang berasal dari tangan petugas kesehatan [11, 23]. Kontaminasi bakteri dari
tangan petugas kesehatan semakin meningkat seiring waktu, dengan kemungkinan
kontaminasi yang semakin besar jika masa perawatan semakin lama [24]. Hal ini biasanya
terjadi setelah kontak langsung dengan pasien. Akan tetapi, petugas kesehatan bisa jadi
terkontaminasi tangannya setelah menyentuh atau berkontak dengan permukaan peralatan
yang ada di sekitar tempat tidur pasien (contohnya lantai, tangan tempat tidur, kartu
emergensi, troli) atau setelah menggunakan peralatan yang biasa disentuh oleh banyak
orang (contohnya stetoskop, monitor, ventilator, telefon, papan petunjuk medis) [9, 25, 26].
dibaca sebagai sebuah proses berupa siklus, dan pada setiap stasenya harus dianggap
sebagai titik awal. Kemungkinan hasil dari proses ini terjadinya transmisi dari
mikroorganisme, yang akan menyebabkan terjadinya infeksi pada pasien lainnya (yang
berada pada dua zona pasien berbeda), dan kemudian dapat menyebabkan kontaminasi pada
petugas kesehatan. Khususnya, kolonisasi kuman ini telah teridentifikasi sebelumnya
sebagai sebuah factor resiko yang dapat menyebabkan infeksi berulang yang disebabkan
oleh spesies bakteri yang berbeda-beda yang ada di ICU [19, 27]. Dalam permasalahan ini,
transmisi kuman, yang menyebabkan terjadinya kolonisasi kuman, harus dianggap sebagai
hasil yang negative dalam proses perawatan pasien [19, 31]. Bahkan, dalam laporan
outbreak kasus [4] lainnya dan dalam beberapa penelitian lain [7, 8, 12], bakteri isolate
MDR juga terlibat dalam kontaminasi lingkungan [32]. Data-data ini meningkatkan
kepedulian kita terhadap potensi terjadinya kontaminasi akibat spesies kuman yang
resistant terhadap berbagai terapi, serta perkembangan jumlahnya yang mengakibatkan
terjadinya kolonisasi dan infeksi yang didapat di ICU. Untuk alasan-alasan ini,
permasalahan kontaminasi lingkungan telah dimasukkan sebagai salah satu rekomendasi
yang
harus dituntaskan yaitu dengan penurunan angka infeksi yang didapat di ICU,
terutama yang disebabkan oleh pathogen yang bersifat MDR [17]. Akan tetapi, penelitian
yang lebih jauh dibutuhkan untuk lebih menjelaskan lagi mengenai kontribusi dari
permukaan peralatan-peralatan yang terkontaminasi, serta hubungannya dengan hasil
pengoobatan terhadap pasien (misalnya psien meninggal, atau lama masa rawatan dci ICU).
Penyebaran pathogen lebih luas terjadinya pada pasien-pasien yang mengalami infeksi, jika
dibandingkan pada pasien-pasien yang hanya mengalami kolonisasi saja [18, 32].
GAMBAR 1
Lebih dari itu, kontaminasi lingkungan yang lebih tinggi telah diamati disekitar pasien
dengan diare [33, 34]. Bakteri yang keluar dari pasien bisa bertahan sampai berbulan-bulan
pada permukaan benda mati yang kering dengan konsentrasi yang cukup untuk
menyebabkan transmisi dalam kebanyakan kasus. Ketika kami menganalisis hubungan
antara lingkungan dan transmisi mikroorganisme pada pasien, hubungan sementara antara
kontaminasi dan transmisi harus dibahas bersamaan dengan adanya potensi penyerta
(misalnya: kualitas kebersihan lingkungan dan kebersihan tangan) dan mengurangi angka
kejadian transmisi silang ketika pengendalian telah dilakukan [16]. Identifikasi molekuler
dari variasi bakteri yang bertanggung jawab untuk transmisi silang dan/atau infeksi
nosokomial, memberikan pengetahuan yang berguna tentang peran dari kontaminasi
lingkungan [10]. Terutama, pasien mungkin dikolonisasi oleh kuman yang berbeda dari
yang berhasil dideteksi pada permukaan atau peralatan medis dan mungkin terjadi dari
persebaran flora endogen (yang sudah ada di dalam tubuh). Profil genetik yang sama dari
kuman sudah cocok, justru ketika kontaminasi lingkungan sudah dianggap memiliki peran
dalam kolonisasi pada pasien atau infeksi [23]. Peran kontaminasi permukaan benda mati
untuk perolehan patogen-patogen nosokomial sudah menjadi perhatian lebih lanjut dari
berbagai studi yang menyelidiki peran dari sisa-sisa kontaminasi setelah pembersihan pasca
pemulangan pasien (yaitu pembersihan terminal: terminal cleaning) untuk kolonisasi atau
infeksi pada pasien yang menempati ruangan dari pasien yang terinfeksi sebelumnya.
Dalam studi retrospektif yang dilakukan pada 8 pasien dewasa ICU di rumah sakit tersier,
para peneliti menguji resiko dari memperoleh methicillin yang resisten terhadap
staphylococcus aureus (MRSA) dan vancomicin yang resisten terhadap enterokokus (VRE)
dari pasien yang menempati ruangan tersebut sebelumnya. Pasien diskrining pada saat baru
dirawat dan setiap minggu untuk karier MRSA dan VRE. Pasien yang menempati ruangan
dari karier menunjukkan resiko yang lebih tinggi secara signifikan terhadap perolehan
MRSA (odds ratio atau rasio peluang 1.4 , 95% interval kepercayaan 1.0-1.9) dan VRE
( odds ratio atau rasio peluang 1.6, 95% interval kepercayaan 1.2-2.2). Peningkatan resiko
ini masih diamati setelah koreksi variabel lain (seperti: umur, komorbiditas, lama rawat
sebelum di ICU) [7]. Khususnya, dalam semua ICU yang berpartisipasi, terminal cleaning
(metode pembersihan di RS untuk mengontrol persebaran infeksi) ruangan dilakukan sesuai
dengan standar rekomendasi dengan tindakan pencegahan tambahan yang diterapkan dalam
kepatuhan protokol lokal. Dalam studi kohort prospektif, resiko memperoleh patogen dari
penghuni ruangan sebelumnya diselidiki untuk MDR basil gram negatif. Karier bakteri
MDR dari penghuni ruangan sebelumnya adalah faktor resiko paling penting untuk
Pseudomonas aeruginosa-yang didapat di-ICU (odds ratio 2.3 ,95% interval kepercayaan
1.2-4.3) dan faktor resiko independen kedua terpenting untuk Acinetobacter baumanii-
didapat (OR 4.3, 95% interval kepercayaa 2.0-8.8), setelah ventilasi mekanik [8]. Bakteri
MDR yang terlihat telah diisolasi dalam biofilm pada permukaan dan pengambilan sampel
setelah terminal cleaning dalam ICU dengan 16 tempat tidur (bed) [35]. Biofilm bisa
meningkatkan kapasitas ketahanan bakteri pada permukaan kering dan bisa memberikan
resistensi terhadap agen fisika dan kimia. Tentunya, bakteri yang terlihat di dalam biofilm
1500 kali lebih resisten terhadap biosida daripada bakteri yang tumbuh dalam kultur cair
[36]. Bisa dihipotesiskan bahwa formasi biofilm bisa berkontribusi untuk observasi sisa
kontaminasi setelah prosedur terminal cleaning yang digunakan saat ini. Hasil ini bisa
menunjukkan kurangnya pemberantasan penuh pada patogen yang mengkontaminasi
setelah terminal cleaning ruangan sudah sesuai dengan standar yang direkomendasikan saat
ini, walaupun ketidakefisienan ini mungkin dikaitkan dengan beberapa faktor yang terlibat
dalam proses (misalnya tipe produk, waktu kontak yang cukup, kelemahan dalam
prosedur). Kesimpulannya, zona pasien yang terkolonisasi atau pasien yang terinfeksi
adalah sangat terkontaminasi oleh bakteri, termasuk spesies MDR. Tangan pekerja
kesehatan memiliki peran yang besar dalam kontaminasi lingkungan bersamaan dengan
bakteri yang keluar langsung dari pasien [26]. Kontaminasi permukaan benda mati
berfungsi sebagai reservoir untuk bakteri transmisi silang pasien dan mungkin berkontribusi
pada kolonisasi pasien dan, infeksi, dalam beberapa situasi [23]. Dalam tidak adanya
kebersihan tangan yang layak dan penilaian kontrol infeksi yang lain, pasien yang
terkolonisasi dan pasien yang terinfeksi adalah titik awal dari sebuah lingkaran setan yang
baru [16,28].
Bukti kontaminasi peralatan dan benda yang sering digunakan di ICU
Pasien ICU terpapar setiap hari pada peralatan monitoring dan peralatan pendukung.
Alat invasif didefinisikan sebagai alat-alat yang memisahkan kulit dan menghilangkan
integrasi mukosa atau berkontak secara langsung dengan mukosa dan darah pasien
(misalnya pipa endotrakeal, kateter vena sentral). Hubungan antara alat-alat invasif dengan
infeksi nosokomial sudah jelas dibuktikan ( misalnya pneumonia terkait ventilator, infeksi
aliran darah terkait kateter) [23]. Sejumlah laporan, observasi dan studi kontrol infeksi,
menunjukkan peran dari alat-alat ICU yang noninvasif sebagai sumber potensial dari
infeksi yang didapat di rumah sakit [4, 37, 38]. Dalam mayoritas kasus, kontaminasi sudah
melibatkan peralatan listrik [6, 39, 40] atau benda-benda yang susah dibersihkan karena
permukaan yang tidak rata/tersembunyi atau kurangnya pedoman disinfeksi [40]. Sampai
saat ini, bukti dari kontribusi langsung kontaminasi lingkungan pada infeksi nosokomial
belum jelas. Dalam paragraf selanjutnya, kami meninjau bukti tentang kontaminasi dari
beberapa benda-benda ICU yang biasa digunakan. Patogen yang paling sering diidentifikasi
diringkas dalam Tabel 1. Paragraf selajutnya ditujukan untuk menyediakan contoh
kontaminasi peralatan dalam ICU. Prosedur kebersihan dan penilaian kontrol infeksi yang
tidak efektif bertanggungjawab secara bersamaan untuk kontaminasi dari barang dan benda
yang berbeda dalam lingkungan ICU. Menyediakan detail tentang kebersihan dan prosedur
disinfeksi di ICU adalah diluar lingkup kajian ini. Kajian yang berbeda dalam topik tersebut
telah diterbitkan baru-baru ini [41,42].
Kabel Elektrokardiografi (EKG)
Dengan dibersihkan secara manual, penggunaan kabel EKG berulang kali sering
dilakukan di ICU. Kabel tersebut memang dipasang di kulit yang intak, tetapi ada peluang
tempat pemasangan kabel tersebut berdekatan dengan luka, jalur intravena, bekas
pembedahan, dan daerah yang sakit. Kontaminasi kabel EKG telah dilaporkan pada kasus
outbreak VRE di unit luka bakar [4], dan juga telah dinilai dalam studi observasional
dimana kabel EKG dijadikan sampel kontaminasi bakteri [40,43]. Sebagai catatan, kabel
EKG dibersihkan dulu dan siap untuk digunakan terhadap pasien sebelum dijadikan
sampel. Kabel di ICU telah dilaporkan sangat terkontaminasi oleh proporsi patogen
nosokomial dengan range sekitar 20(40) sampai 45% (43) dari total sampel. Stafilokokus
koagulasi negatif adalah bakteri gram positif terbanyak yang teridentifikasi, sedangkan P.
Aeruginosa adalah bakteri gram negatif terbanyak [40]. Penggunaan kabel EKG sekali
pakai dianggap sebagai solusi potensial dalam mengurangi transmisi silang [44].
TABEL 1
Stetoskop
Whittington et al [45] telah menginvestigasi kontaminasi stetoskop bedside dan
stetoskop milik staf ICU. Kedua diafragma dan earpiece dari sampel stetoskop yang
digunakan di ICU ditemukan sangat terkontaminasi bakteri (diafragma: bedside stetoskop
95%, personal stetoskop 67% ; earpiece: bedside stetoskop 75%, personal stetoskop 100%).
Potensi bakteri patogen diisolasi dari diafragma bedside stetoskop 14% dan personal
stetoskop 8%. Earpiece mengandung bakteri patogen dari 21% bedside stetoskop dan 23%
personal stetoskop. S. aureus merupakan bakteri gram positif terbanyak yang ditemukan,
termasuk dua isolasi MRSA, sedangkan Acinetobacter spp merupakan bakteri gram negatif
terbanyak ditemukan, termasuk satu isolasi A. Baumannii yang resisten terhadap semua
antibiotik yang diujikan kecuali colistin. Partisipan diminta membersihkan stetoskop
menurut cara mereka masing-masing, dengan hasil penggunaan swab alkohol merupakan
metode yang paling banyak digunakan oleh partisipan. Setelah dibersihkan, 2% dari
diafragma dan 7% earpieces masih terkontaminasi. Kepatuhan dalam membersihkan
stetoskop lebih tinggi pada perawat (91% dari perawat yang diinterview membersihkan
stetoskop setiap selesai digunakan) dibandingkan dokter (hanya 30% dari yang diinterview
membersihkan stetoskop setelah digunakan) [45].
Permukaan ventilator mekanik
Sui et al [46] menginvestigasi kontaminasi bakteri pada permukaan sistim ventilator
mekanik di 15 bed respiratory center. Sampel swab tidak hanya mencakup faceplates,
ventilator plates, dan handrails tetapi juga mencakup Y-pieces dan water trap surfaces pada
sirkuit pernafasan. Total kontaminasi bakteri berkisar 70,6 - 100%. S. aureus dan P.
aeruginosa dicari secara spesifik. Kontaminasi tertinggi S. aureus terdapat pada Y-pieces
(86,7%) diikuti oleh handrails (64,7). Kontaminasi P. aeruginosa terdapat pada water trap
surfaces, dengan tanpa hasil kultur positif pada permukaan ventilator mekanik. Angka
kontaminasi meningkat seiring berjalannya waktu, dengan angka kontaminasi tertinggi
ditemukan pada 8 jam setelah desinfeksi inisial. Sebagai catatan, kontaminasi P. aeruginosa
lebih sering mengenai sirkuit pernafasan dan menetap secara persisten terutama pada water
trap surfaces, mengikuti 75% terapi alkohol. Kontak water traps dengan permukaan lantai
mungkin dapat menjadi penyebab temuan tersebut [46].
Peralatan radiografi portabel
Levin et al. [12] meneliti aktivitas teknisi radiografi, dengan fokus pada adopsi
langkah-langkah pengendalian infeksi dan tingkat kontaminasi peralatan radiografi
portabel. Mereka mengerjakan penelitian 3-fase, yang terdiri atas fase pengamatan
(penilaian adopsi awal terhadap langkah-langkah pengendalian infeksi), fase intervensi
(pemberitahuan hasil kontaminasi dan intervensi edukasi), dan fase tindak lanjut. Bakteri
Gram-positif terdeteksi pada 9% set kultur, sedangkan bakteri Gram-negatif diisolasi pada
45% set. Bakteri Gram-negatif yang resisten (A. baumannii, K. pneumoniae, P. aeruginosa,
Stenotrophomonas maltophilia) terdeteksi di 39% kultur, dan isolat VRE dikultur pada satu
kesempatan (3%). Khususnya, ketika spesies Gram-negatif resisten dikultur dari peralatan
radiografi, spesies yang sama hampir selalu terisolasi dalam surveilans atau kultur klinis
setidaknya pada satu pasien ICU. Selama periode intervensi, promosi langkah pengendalian
infeksi mengakibatkan penurunan yang signifikan kontaminasi peralatan radiografi, dengan
penurunan pada kedua strain Gram-positif-dan Gram-negatif-resisten. Peralatan radiografi
mungkin menjadi reservoir untuk bakteri, termasuk spesies MDR, di ICU. Peralatan dan
teknisi dapat melewati zona tiap pasien yang berbeda dalam satu hari, hal ini merupakan
kontribusi yang signifikan terhadap transmisi bakteri pada pasien ketika tindakan higienitas
yang kurang dilakukan sebelum memasuki zona pasien lain. Intervensi edukasi dapat
meningkatkan kesadaran terhadap potensi risiko ini, dan teknisi radiografi seharusnya
dilibatkan dalam program pengendalian infeksi.
Peralatan USG
Penggunaan point-of-care USG (US) saat ini sangat meningkat sebagai bagian dari
tindakan diagnosis dan penatalaksanaan pasien kritis baik di ICU dan instalasi gawat
darurat. Selain itu, beberapa manuver invasif steril saat ini dilakukan dengan panduan US
(misalnya, memasukkan akses vena sentral, akses arteri), menimbulkan masalah
dekontaminasi dan penjagaan alat-alat. Semua unsur mesin USG memungkinkan untuk
terkontaminasi oleh mikroorganisme, diantaranya probe, keyboard, kabel, control setting,
gel, dan botol gel [20, 47, 48]. Mesin USG biasanya digunakan untuk beberapa pasien,
berkali-kali per hari. Meskipun probe dapat didesinfeksikan setelah digunakan atau ditutupi
oleh selubung steril, tidak mungkin jika seluruh peralatan didesinfeksi setiap selesai
pemindaian [20]. Dengan demikian, peralatan dapat tetap terkontaminasi mikroorganisme
dari satu pasien ke tangan seorang operator dan ke pasien lain [49]. Sebagian besar bukti
tentang kontaminasi mesin USG berasal dari sebuah penelitian yang secara tidak khusus
mengamati echo di ICU (misalnya, mesin USG Departemen Gawat Darurat, mesin echo
anestesi regional, peralatan USG seluruh rumah sakit) [20, 50-54]. Beberapa penelitian
telah menunjukkan kontaminasi bagian mesin echo oleh beberapa jenis patogen, termasuk
kedua MRSA [47, 52] dan methicillin-sensible S. aureus [50] (yang paling umum),
coagulase-negatif staphylococcus [55], P. aeruginosa [50], Corynebacterium spp. [56],
Acinetobacter spp. [52], Bacillus spp. [57]. Khususnya, sebagian besar studi
mengumpulkan sampel dari mesin USG selama kegiatan normal sehari-hari, termasuk
desinfeksi menurut protokol setempat. Terdapat bukti peningkatan wabah yang disebabkan
oleh K. pneumoniae beta-laktamase spectrum luas yang berasal dari gel coupling USG
terkontaminasi [5] dan wabah MDR P. aeruginosa yang disebabkan oleh peralatan
transesophageal echocardiography terkontaminasi [6]. Hal ini juga menunjukkan bahwa,
penggunaan rutin, pertumbuhan bakteri pada mesin USG meningkat dari waktu ke waktu
dari pembersihan awal [53]. Bukti yang ada menggambarkan fakta bahwa pembersihan
USG sering
menghilangkan gel dan residu bahan lainnya yang berpotensi terkontaminasi [20]. Hal ini
juga dapat dianggap bahwa desinfektan berbasis alkohol tidak boleh digunakan untuk
mendesinfeksi transduser echo karena berpotensi merusak kepala karet transduser [58]. Hal
ini dapat direkomendasikan sesuai pedoman dari pabrik tentang cara pembersihan alat yang
ada sesuai dengan jenis penggunaan (yaitu, kulit sehat, luka, kontak dengan darah, pus, dan
cairan tubuh pasien MDR) [20]. Dokter harus menyadari pentingnya tindakan
membersihkan alat tidak hanya probe tetapi juga semua bagian lain mesin USG setelah
digunakan ditiap area pasien untuk mengurangi risiko kontaminasi silang.
Rekam medis
Rekam medis rentan terhadap kontaminasi pada sampulnya karena dipengang oleh
dokter, perawat, dan staf medis berkali-kali setiap harinya, dan digunakan sebagai catatan
kasus setelah kontak pemeriksaan fisik atau prosedur invasif pada pasien. Rekam medis
dapat berpindah dari satu ruangan ke tempat lain dan dapat diletakkan pada permukaan
yang terkontaminasi (mis, tempat tidur, brankar/troli). Penelitian berbeda yang menyelidiki
angka kontaminasi sampul bagian luar rekam medis di ICU, ditemukan tingkat kontaminasi
setinggi 80-90% [38, 59, 60]. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini diterbitkan, risiko
kontaminasi patogen sekitar dua sampai empat kali lipat lebih tinggi di ICU dibandingkan
di bangsal umum. Insiden kontaminasi oleh MRSA yang lebih tinggi juga dilaporkan [60].
Teng et al. [38] meneliti kontaminasi rekam medis ICU bedah di Taiwan. Sembilan puluh
persen dari sampel rekam medis terkontaminasi. Isolasi bakteri Gram-positif paling banyak
adalah staphylococci koagulase-negatif, sedangkan A. baumanii dan K. pneumoniae adalah
bakteri Gram-negatif yang paling banyak diisolasi. A. baumannii diisolasi dari pasien yang
masuk kategori empat dari sembilan rekam medis yang terkontaminasi, sedangkan K.
pneumoniae pada dua dari tiga pasien [61]. Terutama, profil kerentanan antimikroba bakteri
terisolasi mirip dengan kerentanan pada patogen yang menyebabkan kolonisasi atau infeksi
pada pasien. Mengingat penggunaan rekam medis yang sama antara bangsal umum dan
ICU, memungkinkan hipotesis bahwa risiko peningkatan kontaminasi di ICU terjadi karena
perluasan penyebaran bakteri dan kontaminasi lingkungan. Kepatuhan yang ketat terhadap
protokol kebersihan tangan sangat dianjurkan sebelum dan sesudah memegang rekam
medis [60].
Ponsel
Ponsel adalah peralatan elektronik non medis yang paling umum digunakan di ICU.
Alat ini tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga untuk konsultasi via web
dan penggunaan aplikasi perawatan pasien (misalnya, perhitungan dosis infus, rumus
koreksi elektrolit). Tidak seperti telepon meja, yang kontaminasinya juga dilaporkan [62],
ponsel sering digunakan di dekat pasien dan di dalam area pasien. Sejumlah laporan dan
studi observasional telah menyoroti kontaminasi berat pada ponsel oleh bakteri, termasuk
bakteri MDR [63]. Dalam studi yang berbeda, spesimen di ponsel dikaitkan dengan
pembersihan saat ini dan sistem pemantauan kontaminasi lingkungan diluar tujuan artikel
ini, tetapi secara khusus telah dijelaskan oleh artikel dan pedoman yang diterbitkan barubaru ini [29, 41, 64].
Kesimpulan
Permukaan peralatan dan benda mati di ICU terkontaminasi parah oleh bakteri,
termasuk spesies MDR. Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kolonisasi atau infeksi
yang diperoleh saat perawatan di ICU, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengevaluasi korelasi ini. Dokter dan peneliti harus menyadari risiko lintas transmisi
patogen dari permukaan benda mati untuk membentuk langkah-langkah pengendalian
infeksi yang tepat.
Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terima kasih atas kontribusi Priulla SRL, Palermo, Italia, untuk
dukungan grafis.
Singkatan
ATP
adenosine triphosphate
CDC
ECG
electrocardiography
ICU
MDR
multidrug-resistant
MRSA
MSSA
OR
odds ratio
US
Ultrasound
VRE
vancomycin-resistant enterococci