Anda di halaman 1dari 7

Debate versus Dialogue

Debate

Dialog

Tujuannya adalah untuk menang

Mendengar untuk mencari titik lemah


lawan

Mendengar untuk memahami

Terbuka untuk memahami semua


pendapat / pandangan

Berasumsi bahwa ide-ide yang berbeda


bisa berkonstribusi untuk solusi yang
menyeluruh.

Mengekspresikan perasaan, kekhawatiran,


ketakutan and kebingungan

Menunjukkan kekuatan semua pihak dalam


sebuah isu

Menemukan kemungkinan-kemungkinan
dan kesempatan baru

Menjembatani pemahaman

Mengedepankan kolaborasi

Mengkritik pendapat / pandangan lain

Berasumsi bahwa hanya ada satu jawaban


tepat untuk pertanyaan atau masalah.

Berasal dari keinginan untuk membela


suatu posisi / pendapat

Menunjukkan kesalahan pada pendapat /


pandangan orang lain

Menguatkan pendapat yang sudah siapkan

Memperdalam polarisasi posisi


permusuhan.

Mengedepankan kompetisi

Tujuannya adalah untuk mencari kesamaan

Dialog: Sebuah Undangan untuk Membuka Percakapan Baru


SIT Graduate Institute

Dialog menghindari:

Perdebatan yang mungkin muncul pada isu-isu yang biasa diperdebatkan


Polarisasi dan kebuntuan posisi
Solusi yang gegabah

Dialog mengundang:

Inkuiri yang asli


Mengembangkan disiplin untuk mendengarkan perspektif lain yang mungkin

pada awalnya tampak sangat bertentangan dengan perspektif kita


Meningkatkan kemampuan seseorang untuk bertoleransi
Peserta berubah melalui proses

Dialog mengembangkan:

Sebuah pendalaman hubungan antara manusia


Wawasan dan pemahaman baru melalui ketegangan kreatif yang mentoleransi

perbedaan
Tanggapan baru dan yang tak terduga untuk masalah yang kompleks

Membangun Dialog melalui Komunikasi yang Baik

SIT Graduate Institute

Dialog adalah proses latihan menggunakan cara baru dalam


berbicara dan mendengar.

Mendengar Aktif : Mendengar dan memahami kebenaran


pengalaman orang lain.

Berikan perhatian penuh pada pembicara


Dengar untuk memahami, bukan memverifikasi asumsi atau

ekspektasi
Dengar dengan empati, melihat masalah dari sisi pandang orang lain,

menempatkan diri pada posisi mereka


Bertanya untuk mengklarifikasi atau memperluas pemahaman, bukan
untuk menentang atau mendebat.

Berbicara Otentik (Authentic Speaking): Ceritakan kebenaran


dari pengalamanmu

Bicara atas nama diri sendiri, bukan untuk kelompok atau posisi
Bicara untuk menceritakan pengalaman sendiri, bukan untuk

mempersuasi orang lain


Bedakan antara pendapat dengan fakta atau kenyataan
Akui pengalaman dan asumsi yang membentuk pendapat dan

pandangan kamu
Berbicaralah dari hati.

Aturan Dasar (Ground Rules) dalam Dialog

SIT Graduate Institute

Proses dialog memerlukan latihan pemahaman dan menciptakan aturan-aturan dasar.


Membangun batas-batas percakapan- mengenai konteks dan cara penyampaiannya
adalah faktor penting yang memungkinkan untuk membuka dan memperdalam ke dalam
pemahaman baru.
Aturan-aturan dasar dibuat dengan konsensus kelompok yang melibatkan seluruh
kelompok agar menciptakan kondisi yang optimal bagi kebebasan berekspresi dan eksplorasi.
Aturan dasar mengekspresikan semangat diskusi, yang didasarkan pada prinsip
mendengarkan dengan hormat dan tanpa argumen ketika membahas masalah yang mungkin
membuat kebanyakan kita untuk berdebat. Aturan dasar mendorong semua orang untuk
terlibat aktif.
Grup membuat aturan-aturan dasar; fasilitator memastikan bahwa ada kesepakatan,
daftarnya lengkap dan aturan-aturan yang diikuti.

Aturan dasar bisa meliputi:

Hormati konfidensialitas
Hormati perbedaan
Berbicara dari pengalaman pribadi, bukan sebagai wakil dari kelompok tertentu
Ceritakan pengalaman, bukan pendapat
Jangan mencoba untuk meyakinkan atau mengubah pendapat orang lain
Dengarkan secara terbuka dan tanpa gangguan
Menghargai waktu bicara; beri kesempatan teman yang belum banyak bicara
Jangan membuat forum dalam forum

Fase dalam Dialog


1. Fase Pembukaan
Tujuan: Membangun kepercayaan dan keamanan

SIT Graduate Institute

Menentukan aturan (ground rules)


Mencari titik temu
Munculkan ekspektasi
Melatih kemampuan komunikasi
Bahas apa yang disebut dialog dan yang bukan

Tantangan: Kurangnya rasa percaya mungkin menyebabkan

Dialog yang dangkal


Kembali menjadi debat atau argumen

2. Inti Dialog
Tujuan: Mencapai pemahaman baru mengenai diri sendiri dan orang lain
sehubungan dengan konflik

Mengundang pengekspresian perasaan dan pengalaman pribadi


Memungkinkan peserta untuk menceritakan aspek yang relevan dari

cerita mereka
Menumbuhkan kemampuan mendengar yang memungkinkan peserta

untuk mengembangkan pemahaman dengan berbagai perspective.


Memberikan kesempatan untuk refleksi pribadi

Tantangan: Perubahan pemahaman yang tidak lengkap mungkin


menyebabkan

Dominasi oleh satu persfetif atau faksi


Tekanan untuk menyesuaikan dengan norma dalam grup
Mengarah ke debat atau penghindaran dari isu yang sulit.

3. Fase Penutup
Tujuan: Mengkonsolidasi pembelajaran dan pengalaman; mengembangkan
rencana kongkrit (action)

Melibatkan kepala, hati dan tangan dalam mengitegrasikan

pengalaman dialog
Mengartikulasi visi dan pandangan baru, memahami dampak
Merencanakan bagaimana agara pembelajaran baru ini menjadi action

SIT Graduate Institute

Evaluasi terhadap proces dialog


Menyiapkan diri untuk kembali ke masyarakat masing-masing

Tantangan: Konsolidasi yang tidak memadai dapat menyebabkan:

Tekanan untuk menyesuaikan dengan keputusan kelompok


Melakukan action yang tidak realistik atau premature
Terlalu banyak ide/ kehilangan fokus.

Peranan Fasilitator dalam Dialog


Peacebuilding
Peran fasilitator dialog adalah untuk menciptakan, menjamin dan
menjaga dialog sebagai wadah yang aman untuk komunikasi terbuka
selama fase-fase dialog.
Ini bisa dicapai dengan langkah-langkah berikut:

1. Klarifikasi tujuan dialog

Mendengar dan membicarakan tentang topik-topik yang sulit dengan

keterbukaan dan rasa hormat


Meningkatkan kemampuan melihat masalah dari sisi pandang
peserta lainnya

SIT Graduate Institute

Melatih pengungkapan jujur atas pengalaman pribadi tanpa usaha


untuk meyakinkan atau mengubah pandangan orang lain

2. Menetapkan dan memantau ground rules

Membantu grup untuk mengembangkan dan mematuhi ground rules


Beri contoh kepatuhan terhadap ground rules melalui tingkah laku
kita sendiri

3. Memberikan teladan tentang tingkah laku dan


komunikasi efektif grup

Hormati semua perspektif


Memberikan dukungan verbal dan non verbal
Mendengarkan dengan aktif dan penuh empati
Ingat dan panggil peserta dengan nama mereka
Mendorong peserta yang tidak terlalu aktif untuk terlibat aktif
Berkolaborasi dengan baik dengan ko-fasilitator

4. Awasi Prosesnya

Atur waktu, monitor waktu bicara peserta dan jadwal secara

keseluruhan
Pastikan agar grup tetap fokus pada topik
Mendorong partisipasi penuh
Penuhi tahapan-tahapan dalam proses grup dan apa yang

dibutuhkan dalam setiap tahapan


Memantau nada emosional
Perhatikan dinamika dalam kelompok; cegah dominasi oleh
pandangan tunggal atau faksi tertentu.

SIT Graduate Institute

Anda mungkin juga menyukai