KARTINI
DISUSUN OLEH :
FEBRI ANJAR
PURWANINGSIH
KELAS X AKUNTANSI 2
SMK N 2
PURWOREJO
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan buku tentang Macam Macam
Makanan Korea ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap buku ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai makanan korea , dan juga bahan yang dibutuhkan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam bukuv ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan buku
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga buku sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Febri Anjar P.
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
Isi ............................................................................................................................................................. 1
Biografi R.A Kartini .............................................................................................................................. 4
Buku Habis Gelap Terbitlah Terang..................................................................................................... 9
Surat-Surat R.A. Kartini ..................................................................................................................... 11
Panggil Aku Kartini Saja ..................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... ..23
R.A Kartini sendiri memiliki saudara berjumlah 11 orang yang terdiri dari saudara kandung
dan saudara tiri. Beliau sendiri merupakan anak kelima, namun ia merupakan anak
perempuan tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, R.A Kartini juga berhak
memperoleh pendidikan.
Ayahnya kemudian menyekolahkan Kartini kecil di ELS (Europese Lagere School). Disinilah
Kartini kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun
sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk
'dipingit'.
Pemikiran-Pemikiran R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita
Meskipun berada di rumah, R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau suratmenyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga fasih dalam berbahasa
Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa
yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca.
Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab
dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial
yang cukup rendah kala itu.
R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa yang
menjadi langganannya yang berbahasa belanda, di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak
membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden,
Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa
belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan
Surat-Surat Cinta.
...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa
diperbuat orang atas nama agama itu - (R.A Kartini)."
Ketertarikannya dalam membaca kemudian membuat beliau memiliki pengetahuan yang
cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan, R.A Kartini memberi perhatian khusus
pada masalah emansipasi wanita melihat perbandingan antara wanita eropa dan wanita
pribumi.
Selain itu ia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang terjadi menurutnya, seorang
wanita perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum.
Surat-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita
pribumi dimana ia melihat contoh kebudayaan jawa yang ketika itu lebih banyak
menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu. Ia juga mengungkapkan dalam
tulisannya bahwa ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa
agar bisa lebih maju.
Kartini menuliskan penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam
menuntuk ilmu atau belajar, serta adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.
Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ia ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu
dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan
hak wanita pribumi olah Kartini, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan
masyarakat. Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang yaitu makna Ketuhanan,
Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme.
Kartini juga menyinggung tentang agama, misalnya ia mempertanyakan mengapa laki-laki
dapat berpoligami, dan mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban
untuk memahaminya.
Teman wanita Belanda nya Rosa Abendanon, dan Estelle "Stella" Zeehandelaar juga mendukung
pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh R.A Kartini. Sejarah mengatakan bahwa Kartini
diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang guru sesuai dengan cita-cita namun ia dilarang untuk
melanjutkan studinya untuk belajar di Batavia ataupun ke Negeri Belanda.
Hingga pada akhirnya, ia tidak dapat melanjutanya cita-citanya baik belajar menjadi guru di Batavia
atau pun kuliah di negeri Belanda meskipun ketika itu ia menerima beasiswa untuk belajar kesana
sebab pada tahun 1903 pada saat R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan dengan K.R.M.
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan seorang bangsawan dan juga bupati di
Rembang yang telah memiliki tiga orang istri.
Meskipun begitu, suami R.A Kartini memahami apa yang menjadi keinginan R.A KArtini sehingga ia
kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama yang kemudian berdiri di
sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang kemudian sekarang dikenal sebagai Gedung
Pramuka.
Sepeninggal R.A Kartini, kemudian seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon mulai
mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan
korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa ketika itu.
Dari situ kemudian disusunlah buku yang awalnya berjudul 'Door Duisternis tot Licht' yang
kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada
tahun 1911. Buku tersebut dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan kelima terdapat
surat-surat yang ditulis oleh Kartini.
Pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh Kartini kemudian banyak menarik perhatian
masyarakat ketika itu terutama kaum Belanda sebab yang menulis surat-surat tersebut adalah
wanita pribumi.
Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat belanda terhadap wanita pribumi
ketika itu. Tulisan-tulisannya juga menjadi inspirasi bagi para tokoh-tokoh Indonesia kala itu
seperti W.R Soepratman yang kemudian membuat lagu yang berjudul 'Ibu Kita Kartini'.
Presiden Soekarno sendiri kala itu mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, yang berisi penetapan
Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari lahir
Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang ini.
Munculnya Perdebatan Surat-Surat Yang Ditulis Oleh Kartini.
Banyak perdebatan serta kontrovesi mengenai surat-surat yang ditulis oleh Kartini, sebab
hingga saat ini sebagian besar naskah asli surat Kartini tak diketahui keberadaannya. jejak
keturunan J.H. Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh Pemerintah Belanda. Banyak
kalangan yang meragukan kebenaran dari surat-surat Kartini.
Ada yang menduga bahwa J.H. Abendanon, melakukan rekayasa surat-surat Kartini.
Kecurigaan ini didasarkan pada buku Kartini yang terbit saat pemerintahan kolonial Belanda
menjalankan politik etis di Hindia Belanda ketika itu, dimana J.H Abendanon sendiri
termasuk yang memiliki kepentingan dan mendukung pelaksanaan politik etis.
Selain itu penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga banyak diperdebatkan.
Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini
saja, namun merayakannya bersama dengan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih, sebab masih ada pahlawan wanita lain yang
tidak kalah hebat perjuangannya dengan Kartini seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien,
Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain. Menurut sebagian kalangan, wilayah perjuangan
Kartini itu hanya di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah mengangkat senjata
melawan penjajah kolonial.
Buku-Buku R.A Kartini
saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanitawanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah
kebiasan kurang baik itu.
Pada saat itu, Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April
1879, ini sebenarnya sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi,
namun sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya.
Dia hanya sempat memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau
tingkat sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adatistiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan
sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa pingitan sampai tiba
saatnya untuk menikah.
Merasakan hambatan demikian, Kartini remaja yang banyak bergaul dengan orang-orang
terpelajar serta gemar membaca buku khususnya buku-buku mengenai kemajuan wanita
seperti karya-karya Multatuli "Max Havelaar" dan karya tokoh-tokoh pejuang wanita di
Eropa, mulai menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan
wanita bangsa lain terutama wanita Eropa.
Dia merasakan sendiri bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah
dasar saja padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa sedih melihat
kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan sama sekali.
Sejak saat itu, dia pun berkeinginan dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya,
Indonesia. Dan langkah untuk memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan.
Untuk merealisasikan cita-citanya itu, dia mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk
anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran menjahit,
menyulam, memasak, dan sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa memungut bayaran
alias cuma-cuma.
Bahkan demi cita-cita mulianya itu, dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di Negeri
Belanda dengan maksud agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang lebih baik.
Beasiswa dari Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya, namun keinginan tersebut
kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya. Guna mencegah kepergiannya tersebut,
orangtuanya pun memaksanya menikah pada saat itu dengan Raden Adipati Joyodiningrat,
seorang Bupati di Rembang.
Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah
menikah, dia masih mendirikan sekolah di Rembang di samping sekolah di Jepara yang sudah
didirikannya sebelum menikah. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti
oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan Sekolah Kartini di tempat masing-masing
seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.
Setelah meninggalnya Kartini, surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan
menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis
Gelap Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar dalam
mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah menjadi sumber
motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari.
10
Apa yang sudah dilakukan RA Kartini sangatlah besar pengaruhnya kepada kebangkitan
bangsa ini. Mungkin akan lebih besar dan lebih banyak lagi yang akan dilakukannya
seandainya Allah memberikan usia yang panjang kepadanya. Namun Allah menghendaki
lain, ia meninggal dunia di usia muda, usia 25 tahun, yakni pada tanggal 17 September 1904,
ketika melahirkan putra pertamanya.
Mengingat besarnya jasa Kartini pada bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan
Presiden Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini
sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21
April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini.
Sumber: http//www.tokohindonesia.com
2.SURAT-SURAT KARTINI
Tokoh perempuan yang kehadirannya selalu diperingati setiap 21 April ini terkenal dengan
buku yang ditulisnya, Habis Gelap Terbitlah Terang . Buku tersebut sebenarnya merupakan
kumpulan lebih dari 100 surat yang ditulis Raden Adjeng Kartini untuk sahabat penanya.
Dalam versi aslinya, buku itu ditulis Kartini dalam bahasa Belanda, yaitu Door Duistemis Tot
Licht.
Habis Gelap Terbitlah Terang adalah versi terjemahan Armijn Pane yang terbit tahun 1938.
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno yang diberi judul Surat-surat
Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.
Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu isi pemikiran Kartini yang dituangkan dalam suratsuratnya. Bahkan, tak banyak perempuan yang membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
11
. Selama ini, perayaan Hari Kartini selalu dirayakan dengan mengadakan lomba memakai
konde dan kebaya saja.
Tentu, masih menjadi pemikiran kenapa perayaan Kartini selalu diwujudkan dengan
pemakaian konde dan kebaya (atau pakaian nasional lainnya). Padahal itu jauh dari esensi
mengapa Kartini ditetapkan Soekarno sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964.
Karena itu, amat penting bila kaum perempuan mengetahui apa sebenarnya yang menjadi
buah pikiran Kartini dalam surat-suratnya. Ia menulis dalam bahasa Belanda kepada sahabatsahabatnya, antara lain Estella H Zeehandelaar, Nyonya Ovink-Soer, Nyonya RM
Abendanon-Mandri, Tuan Prof Dr GK Anton dan Nyonya, Hilda G de Booij, dan Nyonya
van Kol.
Sajak Jiwa , misalnya, terasa sangat menyentuh, syahdu, dan romantis. "Bahagia nian bila
bertemu jiwa yang sama," tulis Kartini. Kata-kata yang disampaikan mewakili keinginan
Kartini menemukan jiwa yang sama, yang seiring sejalan dengannya.
Kartini ternyata merupakan sosok yang riang. Surat pertamanya pada Stella menggambarkan
suasana perkenalan dan gagasan Kartini akan emansipasi. Katanya, sudah lama sekali dia
(Kartini) menginginkan kebebasan. Selama ini sebagai perempuan, dia merasa dikurung di
dalam rumah. Titik terang hanyalah saat dia bisa membaca buku dan menuliskan surat pada
teman-temannya.
"Hukum dan pendidikan hanya milik laki-laki belaka," tutur perempuan yang lahir 21 April
1899 ini.
Kartini adalah yang penuh semangat, berseri-seri, dan berani berteriak lantang. "Tahukah
kamu apa semboyan saya, 'Saya Mau!' Dua patah kata pendek itu sudah melalui bergununggunung rintangan," soraknya.
Dalam surat lainnya, Kartini mengungkapkan bahwa jalan yang dia tempuh sekarang,
berbatu-batu, terjal, dan belum dirintis. Itulah jalan menuju kebebasan perempuan
bumiputera. Kartini bahagia karena boleh mengajar jadi guru. Baginya, pendidikan adalah
perkara penting. Rasanya satu mimpi sudah terwujud. Di surat-surat ini, yang tampak adalah
Kartini yang terus berdebat dengan pikiran-pikirannya.
Di mata koleganya, Kartini memang dikenal suka bercerita dan bersemangat di setiap katakatanya. Bagaimana ia bercerita tentang seorang anak malang yang ia temui di jalan, dan
mendorongnya untuk tetap berjuang. Dan banyak perihal perkara lain yang dihadapinya.
Kartini tidak menyukai perkawinan dan poligami, karena ayahnya sendiri berpoligami.
Tampak bagaimana gundahnya Kartini akan perkawinan, dan akan cinta yang rasanya
mustahil ada.
Ia juga sempat menyoalkan agama dalam suratnya yang ditulisnya pada sahabatnya, Stella
Zeehandelar. Kartini berkeluh tentang agama Islam yang dia anut karena nenek moyangnya
beragama Islam. Tentang Quran yang bisa dibaca, tapi tak dipahami maknanya.
Bagaimana bila Kartini bersedih? Itulah ketika ayahnya jatuh sakit. "Kesehatan ayah adalah
utama, dan mimpi berasa makin jauh," ujarnya meratap.
12
Dari surat-suratnya, tertangkap jelas bahwa Kartini adalah sosok yang peka terhadap apa
yang terjadi di lingkungannya, dan kaya akan buah pikiran. Jadi, bukan hanya soal konde dan
kebaya saja.
13
14
Tetapi apalah artinya pandai dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, apabila ia tidak dapat
menerangkan secara jelas kepada murid-murid.
Aneh. Tetapi saya sekali-kali tidak merasa ngeri, takut atau pun gentar. Saya tenang dan
benar-benar berani. Hanya hati yang bodoh dan gila ini yang teramat pedih.
Kami manusia, seperti halnya orang laki-laki. Aduh, berilah izin untuk membuktikannya.
Lepaskan belenggu saya! Izinkan saya berbuat dan saya akan menunjukkan, bahwa saya
manusia. Manusia seperti laki-laki.
Tidak menjadi soal bagaimana caranya mengabdi kepada kebaikan, asalkan baik saja.
Tetapi saya tidak puas, sama sekali masih belum puas. Lebih jauh, selalu lebih jauh yang
saya kehendaki! Bukan, bukan perayaan, bukan bersuka-sukaan yang saya inginkan, yang
menjadi tujuan keinginan saya akan kebebasan. Saya ingin bebas agar saya boleh, dapat
berdiri sendiri, tidak perly bergantung kepada orang lain, agar ... agar tidak harus kawin.
Tetapi kami harus kawin, harus, harus. Tidak kawin adalah dosa yang paling besar bagi
seorang perempuan Islam, cela yabg paling besar yang ditanggung seorang gadis Bumiputera
dan keluarganya.
Saya tidak dapat membayangkan apa jadinya, apa bila hidup - mudah-mudahan dijauhkan
Allah - memisahkan kita. Seolah-olah samudera tak terbatas sekarang belum terbentang
memisahkan kita. Tetapi jiwa yang bertemu dalam rasa simpati yang besar tidak
memperhitungkan jarak, jiwa itu menyebrangi lautan-lautan yang paling besar dan negerinegeri yang terbentang luas untuk saling berhubungan. Surat menyurat merupakan pertemuan
yang luar biasa. Selamat bagi mereka yang pertama kali menemukannya.
Kami anak-anak perempuan tidak boleh mempunyai pendapat, kami harus menerima dan
menyetujui serta mengamini semua yang dianggap baik oleh orang lain.
Karena bila taraf hidup kesenian suaty bangsa tinggi, maka budi bangsa itu sendiri adalah
suatu puisi.
Dalam hatinya karena perlawanan terhadap keadaan zaman, jiwanya menjadi matang. Ia
tidak akan, tidak mau tunduk. Ia harus menempuh jalan baru.
Pergilah, bekerjalah untuk mewujudkan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan.
Bekerjalah untuk kebahagiaan ribuan orang tertindas oleh hukum yang lalim, dengan faham
yang keliru tentang benar dan salah, tentang baik dan jahat. Pergilah, pergilah, tanggunglah
derita dan berjuanglah tetapi bekerjalah untuk sesuatu yang kekal.
Kecerdasan otak saja tidak berarti segala-galanya. Harus ada juga kecerdasan lain yang lebih
tinggi, yang erat berhubungan dengan orang lain untuk mengantarkan orang ke arah yang
ditujunya. Di samping otak, juga hati harus dibimbing, kalau tidak demikian peradaban
tinggal permukaannya saja.
Bahasa yang mana yang sebenarnya, yang kita kuasai secara baik yang dapat
mengungkapkan getaran jiwa setepat-tepatnya? Bahasa semacam itu tidak ada."
15
Saya sependapat dengan nyonya, bahasa seperti itu tidak ada. Tidak ada dalam bahasa lisan
dan tulisan. Tetapi ada satu bahasa ajaib yang tak terucapkan. Bahasa tersebut yang tidak
berwujud kata-kata maupun lambang huruf, tetapi artinya dapat dimaklumi serta difahami
oleh siapapun yang memiliki perasaan. Bahasa yang demikian itu dapat dipercaya
sepenuhnya, karena di dalam seluruh perbendaharaan katanya, kata "dusta" tidak terdapat.
Bahasa demikian adalah bahasa mata yang suci dan bersih. Cermin jiwa yang cerah.
Untuk mendapatkan kebebasan dan persamaan bagi dirinya, bukankah harus dimulainya
dengan memberikan hal itu kepada orang lain?
Potret memotret itu kegemaran yang mahal sekali.
Dapatkah Ibu membayangkan sesuatu yang lebih mengerikan dari pada manusia acuh tak
acuh?
Tetapi kami tidak dapat dan tidak mau menurut yang lain, kecuali suara hati kami sendiri.
Kami seharusnya lahir sebagai anak laki-laki, dan mungkin pula kami akan jadi laki-laki
gagah perkasa.
Tetapi saya ingin sekali bijaksana dan tidak merajuk, karena kenikmatan itu tidak untuk
saya.
Hidup, alangkah penuh teka-teki dan rahasia kamu!
Jangan kau katakan saya tidak dapat, tetapi katakan saya mau.
Percayalah akan masa depan.
Karena saya yakin sedalam-dalamnya, perempuan dapat menanamkan pengaruh besar ke
dalam masyarakat, maka tidak ada sesuatu yang lebih baik dan lebih sungguh-sungguh yang
saya inginkan kecuali dididik dalam bidang pengajaran, agar kelak saya dapat mengabdikan
diri kepada pendidikan anak-anak perempuan kepala-kepala Bumpiputera. Aduhai, ingin
sekali, benar-benar saya ingin mendapat kesempatan memimpin hati anak-anak, membentuk
watak, mencerdaskan otak muda, mendidik perempuan untuk masa depan, yang dengan baik
akan dapat mengembangkannya dan menyebarkannya lagi.
Ingin benar saya mengetahui agar daya dapat mengerti. Itulah yang kami ingini benar!
Dokter itu terang jabatan yang amat baik, tidak semua orang dapat menjadi dokter.
16
17
Sampai di situ pembekalan ilmu sejarah berhenti. Selama setiap tanggal 21 April, orangorang sibuk menggunakan kebaya Jawa untuk merayakan hari lahirnya, maka nama Kartini
akan selalu harum di mata rakyat Indonesia.
Ironisnya, saya adalah salah satu orang Indonesia yang mengetahui Kartini sebatas itu.
Panggil Aku Kartini Saja, adalah sebuah biografi atau mungkin lebih tepatnya memoar dari
pahlawan pertama wanita yang ditulis dari tangan seorang penulis kritis, Pramoedya Ananta
Toer. Pramoedya mencoba mengisahkan seorang Kartini dari pendekatan yang lain. Dari
judulnya, sama dengan salah satu kalimat yang ditulis dalam surat Kartini, Panggil aku
Kartini saja mencirikan keinginan dasar Kartini untuk diperlakukan sama dengan rakyatnya.
Terlahir dari keluarga Aristrokrat, Kartini hadir kedunia dengan membawa nama Raden
Ajeng Kartini. Dengan menyandang nama tersebut, Kartini diperlakukan berbeda dari gadisgadis pribumi seusianya.
Dengan nama tersebut pula Kartini bisa mengenyam pendidikan dasar bersama dengan anakanak pegawai pemerintahan utama lainnya, dan tentunya sebagian besar anak-anak kulit
putih. Kartini merupakan segelintir anak pribumi perempuan yang beruntung mengenyam
pendidikan di saat anak-anak pribumi lain sudah masuk ke lapangan pekerjaan untuk menjadi
pekerja kasar.
Di sekolah tersebut, Kartini belajar bahasa belanda, satu-satunya bahasa pengantar dalam
pendidikan. Keahlian bahasa belandanya pun semakin terasah karena dia banyak bersahabat
dengan anak-anak Belanda lainnya, bahkan sampai anak-anak tersebut kembali ke negeri
kincir angin. Salah satunya adalah sahabat korespondensi-nya Stella.
Perjuangan seorang Kartini dimulai saat ia memasuki fase 'wajib' anak perempuan jawa saat
itu yaitu dipingit. Setelah lulus dari sekolah dasar, di usia 11 tahun Kartini harus 'dikurung' di
dalam tembok tinggi rumahnya. SAat itu, keinginan belajar Kartini yang kuat membuatnya
berontak, dia memohon kepada kakak laki-lakinya dan Ayahnya untuk melanjutkan sekolah.
namun tradisi saat itu tidak mengijinkan anak perempuan untuk berkeliaran di luar rumah
sampai akhirnya dia dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Bahkan tradisi
tersebut juga berlaku untuk anak seorang Bupati Jepara sekalipun.
Pada masa dipingit tersebut, dalam keadaan frustasi dan sedih, Kartini tetap melanjutkan
nafsu belajarnya dengan cara mengasah bahasa belanda nya secara otodidak. Dia menyadari
bahwa hanya dengan bahasa belanda dia bisa belajar banyak hal. Melihat nafsu baca nya
yang tinggi, keluarga Kartini terus menyuplainya dengan buku-buku berbahasa belanda yang
didatangkan langsung dari negaranya. Bahkan, Kartini juga belajar bahasa-bahasa lain agar
dia dapat membaca buku-buku yang berbahasa asing lainnya seperti Prancis.
Bukti bahwa buku dapat memperkuat karakter seseorang telah terbukti dari sejarah Kartini.
Kepribadian Kartini terbentuk berdasarkan kekuatan buku yang di bacanya. Di dalam suratsurat yang Ia tulis ke sahabat korespondennya, Kartini beberapa kali menyebut-nyebut betapa
dia sangat menyukai literatur-literatur tertentu.
Dari buku-buku tersebut, Kartini juga akhirnya mengetahui apa saja yang terjadi di dunia
luar. Bagaimana karakter dan tradisi suatu negara, serta cara berfikir orang-orangnya. Di saat
itulah Kartini menyadari bahwa tradisi feodal yang sedang berlaku di negaranya, sangat tidak
18
baik. Kartini menentang feodalisme. Seorang anak perempuan lulusan sekolah dasar akhirnya
mengerti tentang konsep pembagian strata yang berlaku di negerinya, bahkan dia juga
mengerti konsep akan rakyat.
Uniknya, sebagai seorang bangsawan Jawa, Kartini merasakan bahwa sesungguhnya dia
adalah bagian dari rakyat pribumi. Dia sadar bahwa posisi dia bukan untuk memerintah
rakyat, namun dia adalah bagian dari rakyat, dan harus berjuang atas nama rakyat untuk
mengubah nasib bangsanya.
Selama 4 tahun dalam masa pingitan, Kartini tidak hanya bersahabat dengan buku-buku asing
yang dibacanya, dan rajin mengirim surat kepada teman-temannya. Namun KArtini juga aktif
menulis tentang pikirannya terhadap permasalahan bangsa. tulisan-tulisan tersebut tidak
hanya ditulis dalam nota-nota yang dengan susah payah diterbitkan oleh surat kabar belanda,
namun juga surat-surat kepada temannya terutama Stella.
Saat itu Kartini sadar akan kekurangan bangsanya, yaitu kepemilikannya akan pengetahuan.
Alasan mengapa Kartini memilih menjadi penulis, bukan guru ataupun dokter (yang sempat
ia pelajari) adalah karena dia ingin mempengaruhi pembacanya lebih luas, mencakup seluruh
nusantara,
"Kekuatan suatu negeri sama sekali tidak terletak pada besar kecilnya jumlah penduduk atau
luas sempitnya negerinya tetapu pada nilainya dalam menguasai ilmu pengetahuan"Pramoedya
Namun perjuangan Kartini tidak menemui jalan mudah. Posisi Ayahnya sebagai Bupati,
bukanlah yang tertinggi di Jepara, masih ada penjajah kolonial Belanda yang lebih berkuasa.
Setiap tulisan Kartini harus melalui sensor yang ketat dari Ayahnya, bahkan sering kali
Ayahnya tidak mengijinkannya.
Keadaan itu tentu semakin membuat Kartini frustasi, namun kecintaan luar biasa terhadap
Ayahnya yang menahannya untuk memberontak. Rasa frustasinya dilampiaskan dalam suratsuratnya.
Uniknya, Kartini sangat jarang menulis atau membaca dalam bahasa Jawa atau Melayu. Hal
itulah yang membuat sebagian orang menganggap bahwa Kartini terlalu mencintai Belanda.
Dalam beberapa surat Kartini memang menyampaikan bahwa dia sangat memimpikan berada
di Negara Belanda, namun dalam penjelasan Pramoedya dia mencoba memoderasi alasan
mengapa KArtini sangat menyukai Belanda.
Sebagai gadis kecil yang membaca buku berbahasa belanda dengan latar belakang belanda,
tentu hal itu berhasil membentuk imajinasi gadis itu tentang suatu negeri yang dikisahkan
dalam bukunya. Merupakan hal yang wajar bagi seorang pembaca yang terlalu mencintai
bukunya, jatuh cinta pada deskripsi tentang setting buku tersebut. Selain itu, Kartini juga
menyadari bahwa Negeri Belanda adalah negeri harapan dimana dia bisa menuntut ilmu
setinggi-tingginya. Pendidikan di Indonesia saat itu sangatlah menyedihkan dan terbatas, dan
sebagian besar pemuda Indonesia dikirim ke Belanda untuk menuntut ilmu.
"KAmi akan goncangkan dia, Bunda, dengan seluruh kekuatan kami, sekalipun hanya
19
sebuah batu saja yang runtuh dan dengan demikian kami tak bakal menganggap hidup kami
sia-sia " R.A Kartini.
Pilihan mengapa dia memilih menulis dalam bahasa Belanda juga berdasarkan pertimbangan
yang teliti. Meskipun Kartini berjuang untuk rakyat pribumi, namun dia menyadari bahwa dia
harus memilih audiensinya. Jika dia menulis dalam bahasa jawa, maka pembacanya adalah
rakyat jelata yang tidak mungkin tidak akan mengerti tentang tulisannya, bahkan tidak bisa
membacanya. Jika dia menulis dalam bahasa melayu, tidak banyak surat kabar yang terbit
dalam bahasa melayu saat itu. Maka ia memilih bahasa belanda, karena dia berharap
pembacanya adalah orang Belanda yang peduli pada nasib pribumi, dan terpenting adalah
pribumi terpelajar yang peduli pada nasib bangsanya. Pilihan bahasa Kartini bukan karena dia
kebarat-baratan, melainkan dia memilih dimana dia ingin berjuang.
Di 1/4 bagian akhir bukunya, Pramoedya akhirnya memoderasi polemik yang berkembang
mengenai keberadaan Kartini yang disinyalir sebagai produk propaganda Belanda dalam
kebijakan politik balas budi (ethical politics) yang ada di jaman itu. Hal itu dikarenakan
surat-surat Kartini dipublikasikan secara sepihak oleh seorang Menteri Kebudayaan, Agama,
dan Kerajinan saat itu, Mr. Abendanon dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan
mendukung politik etis tersebut.
Saat itu Belanda sedang ditekan oleh dunia tentang eksploitasi-nya terhadap Indonesia
sehingga Pemerintah Belanda menyusun politik balas budi sebagai tanda terima kasih
pemerintah Belanda atas kemakmuran yang diusahakan oleh Indonesia. Sama seperti di
negara-negara lain yang sedang berkembang trend pahlawan wanit, yang kemudian
menghasilkan banyak simpati negara-negara lain untuk mengucurkan dana atas nama fondasi
pahlawan wanita tersebut, Belanda juga menginginkan hal itu terjadi di Indonesia.
Dengan mengorbitkan tentang seorang gadis jawa yang berfikiran cerdas tentang bangsanya,
kemudian mempublikasikan surat-suratnya secara sepihak, Belanda berharap akan banyak
dana yang masuk untuk membiayai gadis jawa tersebut. KArena itulah ke-otentikan surat
Kartini, yang diedit sedemikian rupa, mulai dipertanyakan karena hingga sekarang
Pemerintah Belanda tidak mampu melacak bukti-bukti surat Kartini yang telah dipegang oleh
Abendanon di Belanda.
"Betapa inginku waktu itu kau berada di tengah-tengah lingkungan kami, kau akan
seperasaan dengan kami, sama-sama menikmati, sama-sama mengimpi. Mengimpi! tapi
hidup bukanlah impian, tapi kenyataan-kenyataan yang dingin dan telanjang, tetapi
kenyataan itupun tak terlalu buruk kalau orang tidak menghendakinya, dia tidak buruk, dia
adalah indah, selalu indah selama ada keindahan dalam batin kita " Salah satu tulisan surat
Kartini.
Well, terlepas dari Kartini adalah hasil orbitan Belanda atau tidak, namun harus diakui bahwa
untuk seorang gadis dengan pendidikan sekolah dasar yang terlalu mencintai buku, buah
pemikirannya sangat luar biasa. Dia adalah wanita pertama yang (dikenali sejarah)
memikirkan tentang keseteraan strata, dia juga yang memikirkan bahwa wanita juga berhak
mendapatkan pendidikan, tidak hanya laki-laki. Dia adalah orang yang membenci feodalisme,
dan dia adalah orang pertama yang memperjuangkan agar kesenian Jepara dikenal sampai ke
mancanegara dan cara perjuangannya itu telah banyak ditiru oleh wanita-wanita Indonesia
yang memperjuangkan agar kesenian Indonesia dikenal oleh mancanegara.
20
Kartini, terlepas dari kontroversinya, adalah wanita yang menentang keras poligami namun
karena rasa cintanya yang mendalam kepada Ayahnya, akhirnya ia harus mengalah pada
konsep poligami tersebut.
Kartini adalah simbol dari kecerdasan, kemandirian, keuletan dan keberanian seorang wanita
Indonesia. Dia adalah contoh pertama bagi rakyat Indonesia tentang potret sikap seorang
wanita yang berani mengambil sikap namun tidak mengabaikan norma-norma yang
dimilikinya.
Kartini bukanlah potret wanita memakai kebaya seperti yang setiap tahun kita rayakan.
Kartini juga bukan wanita jawa yang pintar karena banyak memiliki teman orang Belanda.
Kekritisan dia bahkan tumbuh saat dia terpenjara. Dia adalah wanita yang sangat mencintai
rakyatnya dan tanpa ragu mempelajari dunia asing tanpa kehilangan identitas bangsanya.
Alangkah baiknya jika setiap tahun bangsa Indonesia mentransfer kembali filosofi mengapa
Kartini adalah pahlawan wanita kepada setiap generasi baru yang hadir di Indonesia.
Sedihnya, judul " Habis gelap terbitlah terang" yang diterbitkan oleh Abendonen , yang
mengutip dari salah satu surat Kartini, seharusnya tidak bermakna demikian secara harfiah.
Overall, Pramoedya sekali lagi menunjukkan kekritisannya dalam meneksplorasi sejarah
bangsa dan berhasil memoderasikannya dalam koridor yang netral.
Well, 4 thumbs up untuk Pramoedya karena dia berhasil membuatku akhirnya mengerti
perjuangan Kartini yang sesungguhnya. Meskipun, sedikit banyak aku perlu melakukan
pencarian sendiri tentang riwayat hidup Kartini, karena Pramoedya tidak secara detail
merunutkan kehidupan Kartini di sini. Dia mengambil pendekatan dengan mencoba
menafsirkan pola berfikir Kartini melalui surat-surat dan runutan kejadian saat itu.
"Barang siapa tidak berani, dia tidak bakal menang"-R.A Kartini
21
DAFTAR PUSTAKA
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-ra-kartini.html
http://koleksitempodoeloe.blogspot.co.id/2013/03/buku-karangan-ra-kartini-habis-gelap.html
http://uniqpost.com/73774/mengenang-r-a-kartini-lewat-10-ungkapan-isi-surat-suratnya/
http://theflybirdsnest.blogspot.co.id/2013/07/panggil-aku-kartini-saja.html
https://www.goodreads.com/work/quotes/14658285-surat-surat-kartini-renungan-tentang-danuntuk-bangsanya
22