Anda di halaman 1dari 6

Perdarahan Postpartum

A. Pengertian Perdarahan Postpartum


Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 cc setelah
bayi lahir.
B. Etiologi Perdarahan PostPartum
Penyebab perdarahan Postpartum antara lain :
4T
-Tonus : Atonia uteri 50% - 60%
Akibat anastesi
Distensi berlebihan (gemeli, janin besar, hidramnion)
Partus lama
Partus presipitatus
Persalinan karna induksi oksitosin
Multiparitas
Korioamnionitis
Pernah atonia sebelumnya
-Tissue : Retensio plasenta 16% - 17%
Sisa plasenta 23% - 24%
Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
-Trauma : Laserasi jalan lahir 4% - 5%
Episiotomi yang melebar
Robekan pada perineum, vagina, dan serviks
Ruptura uteri
-Trombin : Kelainan darah 0,5% - 0,8%
Trombofilia
Sindrom HEELP
C. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio
uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan pascapersalinan yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh
infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.

D. Gejala dan tanda Perdarahan Postpartum

Gejala dan tanda


yang selalu ada

Uterus tidak berkontraksi dan lembek

Perdarahan setelah anak lahir


(perdarahan pascapersalinan primer
atau)

Gejala dan tanda yang

Diagnosis

Kadang-kadang ada

kemungkinan

Syok

Atonia uteri

Perdarahan segera

Pucat

Darah segar yang mengalir segera


setelah bayi lahir

Lemah

Robekan jalan
lahir

Menggigil

Tali pusat putus akibat


traksi berlebihan

Inversio uteri akibat


tarikan

Perdarahan lanjutan

Uterus berkontaksi
tetapi tinggi fundus
tidak berkurang
(kontraksi hilangtimbul)

Uterus kontraksi baik

Plasenta lengkap

Plasenta belum lahir setelah 30 menit

Perdarahan segera (P3)

Uterus kontraksi baik

Plasenta atau sebagian selaput


(mengandung pembuluh darah) tidak
lengkap

Perdarahan segera

Retensio
plasenta

Tertinggalnya
sebagian
plasenta

Uterus tidak teraba


Lumen vagina terisi massa
Tampak tali pusat (jika plasenta
belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau berat

Syok neurogenik
Pucat dan limbung

Inversio uteri

Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan > 24 jam setelah
persalinan. Perdarahan sekunder atau
P2S. Perdarahan bervariasi (ringan
atau berat, terus menerus atau tidak
teratur) dan berbau (jika disertai
infeksi)

Anemia
Demam

Sisa plasenta
(terinfeksi atau
tidak)

Perdarahan segera (Perdarahan


intraabdominal dan / atau pervaginam
Nyeri perut berat atau akut abdomen

Syok
Nyeri tekan perut
Denyut nadi ibu cepat

Robekan
dinding uterus
(Ruptura uteri

E. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya kontraksi rahim yang menyebabkan utertus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah
bayi dan plasenta lahir.
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan :
Melakukan manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
Pemvberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 ug) segera setelah bayi
lahir
Faktor predisposisinya dalah sebagai berikut :

Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau


anak terlalu besar
Kelelahan karna persalinan lama
Kehamilan grande- multipara
Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun
Mioma uteri yang mengganngu kontraksi rahim
Infeksi intrauterin
Ada riwayat atonia sebelumnya

Tatalaksana

Dilakukan secaea simultan (bila pasien syok ) hal-hal sebagai berikut:


-Sikap trendelenburg, memasang iv line, memberikan oksigen
-Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara

Masase fundus uteri dan merangsang puting susu


Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara i.m., i.v. atau
s.c.
Memberikan derivat prostaglandin F2a (carboprost tromethamine) yang
kadang memberikan efek samping diare, hipertensi, mual muntah, febris dam
takikardi
Pemberian misoprostol 800-1000 ug per-rektal
Kompresi bimanual eksterna dan/ interna
Kompresi aorta abdominalis
Pemasangan tampon kondom dalam cavum uteri disambung dengan kateter
difiksasi dengan karet gelang dan diisi cairan infus 200 ml yang akan
mengurangi perdarahan dan menghindari tindakana operatif
Bila semua tindakan gagal dipersiapkan laparotomi dengan p;ilihan bedah
konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi.
Alternatifnya berupa
-ligasi arteri uterina atau arteri ovarika
-operasi ransel B Lynch
-histerektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal

F. Retensio Plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut
sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sulit dilepaskan dapat disebabkan karena
adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
-Plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalisdan Nitabuch layer
-Plasenta inkreta bila plasenta menembus miometrium
-Plasenta perkreta bila vili korialius sampai menembus perimetrium.
Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah

plasenta previa
bekas SC
pernah kuret berulang
multiparitas.

Bila sebagian kecil plasenta tertinggal dalam uterus disebut rest plasenta dan dapat
menimbilkan perdarahan postpartum primer atau sekunder lebih sering. Tatalaksana
retensio plasenta dan rest plasenta dengan melakukan manual plasenta.

G. Robekan jalan lahir


Dapat terjadi pada persalinan dengan trauma, akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forceps, vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi.
Robekan bisa ringan (lecet,laserasi), luka episiotomi,robekan perineum, robekan pada
dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra bahkan yang
terberat adalah ruptur uterus. Oleh karna itu harus dilakukan inspeksi yang teliti untuk
mencari sumber perdarahan karena robekan.
Tatalaksan robekan jalan lahir adalah semua sumber perdarahan yang terbuka harus di
klem, diikat, dan ditutupdengan jahitan catgur lapis demi lapis sampai perdarahan
berhenti. Teknik penjahitan memerlukan asisten, anastesi lokal, penerangan lampu
yang cukup, spekulum, dan memperhatikan kedalaman luka.
H. Inversi Uteri
Inversi uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adanya
Atonia uteri
Serviks masih terbuka lebar
Adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (plasenta akreta, inkreta,
perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah)
Adanya tekanan pada fundus uteri (manuver Crede)
Tekanan pada fundus uteri yang tiba tiba misalkan batuk keras atau bersin
Tanda tanda
Syok karna kesakitan
Perdarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih
melekat
Tatalaksana

Panggil bantuan
Berikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalikj sebelum
reposisi manual yaitu mendorong endometrium keatas masuk ke dalam
vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus
pada posisi normalnya.
Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim sambil memberikan uterotonika lewat infus atau
i.m dan tangan tetap dipertahankan sampai konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan
Pemberian antibiotika dan transfusi darah
Intervensi bedah seperti laparotomi untuk reposisi dilakukan bila jepitan
serviks keras menyebabkan manuver tidak bisa dikerjakan, atau
histerektomi bila uterus mengalami infeksi dan nekrosis.

I. Gangguan pembekuan darah


Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal hemostasis yang
abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang, trombositipenia,
terjadi hipofibrogenemia, dan terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product)
serta perpanjanganb tes protombin dan PTT (partial thromboplastin time).
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan produksnya seperti plasma
beku segar, trombosit, fibrinogen, heparinisasi, pemberian EACA (epilson amino
caproic acid)

Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, S. 2013. Ilmu Kebidanan
2. Sastrawinata, S, 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi; Obstetri Patologi.
EGC; Jakarta
3. Wiknjosastro, H, 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai