PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal itu
disebabkan karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh sub bagian diare Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI) dari tahun 2000 sampai tahun 2010
menyatakan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan insiden (Depkes
RI, 2011).
Pada tahun 2000 insiden diare yaitu 301 per 1000 penduduk, pada
tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374 per 1000 penduduk, kemudian
pada tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423 per 1000 penduduk dan pada
tahun 2010 insiden diare naik lagi menjadi 411 per 1000 penduduk. Dari hasil
survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 2004, menunjukkan angka
kematian akibat diare adalah 23 per 100.000 penduduk dan pada balita
kematian akibat Diare adalah 75 per 100.000 balita (Manalu, 2012).
Menurut data Depkes RI (2009), seluruh insiden diare di Indonesia,
60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur lima tahun. Setiap anak
mengalami diare rata-rata satu sampai dua kali setahun dan secara
keseluruhan, rata-rata mengalami tiga kali episode diare per tahun. (Bela,
2009). Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi
di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%) (Fazlin,
2013).
diare, infekai saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu burung, bahkan
disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah
memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat
mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Berbagai survey di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidak
hadiran anak karena sakit yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut di
atas, setelah diintervensi dengan CTPS (Depkes RI, 2009).
Namun demikian, pentingnya perilaku sehat CTPS untuk mencegah
penyakit-penyakit menular masih belum dipahami masyarakat secara luas dan
praktiknya pun masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa ISPA dan diare masih ditemukan
dengan persentase tertinggi pada anak umur dibawah lima tahun masingmasing 43% dan 16%. Demikian pula perilaku CTPS yang tidak benar masih
tinggi ditemukan pada anak umur 10 tahun ke bawah. Karena anak pada
umur-umur tersebut sangat aktif dan rentan terhadap penyakit, maka
dibutuhkan kesadaran dari mereka bahwa pentingnya perilaku sehat cuci
tangan pakai sabun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Depkes RI,
2009).
Kejadian
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan beberapa faktor risiko terhadap kejadian diare
di SDN Wates 1,3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2015?
C. Tujuan
1. Umum
Mengetahui hubungan beberapa faktor risiko terhadap kejadian
diare di SDN Wates 1,3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto
Tahun 2015.
2. Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada siswa di SDN
Wates 1,3 dan 4
b. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
diare pada siswa di SDN Wates 1,3 dan 4
c. Mengidentifikasi hubungan kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian diare pada siswa di SDN Wates 1,3 dan 4
d. Mengidentifikasi hubungan kebiasaan jajan sembarangan dengan
kejadian diare pada siswa di SDN Wates 1,3 dan 4
e. Mengidentifikasi hubungan BAB sembarangan dengan kejadian
diare pada siswa di SDN Wates 1,3 dan 4
D. Manfaat
1. Tenaga Medis
Memberikan informasi tentang hubungan beberapa faktor risiko
terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Wates 1,3 dan 4 Kecamatan
Magersari Kota Mojokerto.
2. Bagi SDN Wates 1,3 dan 4
Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi guru tentang
kejadian diare pada siswa serta sebagai acuan untuk evaluasi dan
perencanaan program UKS.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan puskesmas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam
24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. (Juffrie, 2010)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. (Simadibrata, 2006)
Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi,
volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun,
yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200
g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan
indikator untuk volume tinja. (Boyle, 2000)
2. Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines
2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
a. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
b. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
c. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium
coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
stercoralis
d. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan
motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan (Simadibrata, 2006).
di
beberapa
negara
membuktikan
bahwa
upaya
saku yang banyak, karena itulah mereka cenderung memilih jenis jajanan
yang murah, biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin
rendah pula kualitasnya. Hal ini berakibat digunakannya bahan-bahan
makanan yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman. Itulah
sebabnya anak-anak yang telah mulai suka jajan sering terkena penyakit
diare.
d. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan
Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan peningkatan
kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat
menghindarkan diri dari diare. Apabila kita selalu mencuci tangan, kondisi
tangan kita selalu bersih, sehingga dalam melakukan aktivitas terutama
makan tangan yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh.
4. Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
a.
b.
5. Patofisiologi
Diare
dapat
disebabkan
oleh
satu
atau
lebih
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung
kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah
banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi
sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan
dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi
ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan
khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering,
malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara
umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih
mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang
dihasilkan (Simadibrata, 2006).
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan
umum
Baik, sadar
*Gelisah, rewel
*Lesu,
lunglai,
atau tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Mulut
dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa
haus
Minum biasa
tidak haus
*haus,
ingin
minum banyak
*malas
minum
atau tidak bisa
minum
Periksa:
turgor
kulit
Kembali cepat
*kembali
lambat
*kembali
lambat
sangat
Hasil
pemeriks
aan:
Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda
* ditambah 1
atau lebih tanda
lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Terapi
Rencana
Terapi A
Rencana Terapi
B
Rencana Terapi C
harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus,
lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya
leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain (Hadi, 2002).
d. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), berikut penatalaksanaan diare
berdasarkan klasifikasinya:
1) Dehidrasi tanpa dehidrasi:
a) Beri cairan lebih banyak dari biasanya
Beri Oralit sampai diare berhenti dengan ketentuan: umur > 1 tahun
diberi 100-200 ml setiap kali berak. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.
b) Beri obat zinc
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air
matang. Dengan ketentuan: umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per
hari.
c) Beri makanan untuk mencegah kurang gizi
(1) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat
(2) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
(3) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa
hijau.
(4) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap
3-4 jam)
(5) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu
d) Antibiotic hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya: disentri, kolera, dll
2) Dehidrasi ringan / sedang:
a) Jumlah oralit yang diberikan dalam tiga jam pertama adalah 75 ml/kg
bb. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:
(1) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.
(2) Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
3) Dehidrasi berat :
Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena
(intravenous hydration) dengan kadar 100ml/kgBB/3-6 jam.
7. Komplikasi Diare
Menurut IDAI (2010), komplikasi dari diare dapat menyebabkan:
a. Gangguang elektrolit
1) Hipernatremia edema otak
2) Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat edema
3) Hiperkalemia
4) Hipokalemia kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal
dan aritmia jantung
8. Pencegahan
Pencegahan diare adalah sebagai berikut: (Depkes RI, 2006)
a. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum,
jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes
RI, 2006).
B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah
(Notoatmodjo, 2007).
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
b. Tingkat pendidikan
keyakinan
diperoleh
secara
turun-temurun,
baik
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku,
dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).
e. Penghasilan
Penghasilan
tidak
berpengaruh
secara
langsung
terhadap
4. Kategori Pengetahuan
Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh pertanyaan
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
C. Cuci Tangan
1. Konsep Cuci Tangan
Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan
penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
Sekolah (Kemenkes RI, 2011). PHBS merupakan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran. Sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Munculnya berbagai penyakit
yang sering menyerang anak umur sekolah (6-10 tahun), ternyata
umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai
PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan
melalui pendekatan UKS (Kemenkes RI, 2011).
Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun
secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas
yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005). Mencuci
tangan paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme
transient paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan
waktu yang lebih lama (Perry, 2005).
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh
manumur untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.
Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan
menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak
tampak minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan
bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan segar
merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun (Depkes
RI, 2009).
CTPS merupakan kebiasaan yang bermanfaat untuk membersihkan
tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang
merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik membutuhkan beberapa
peralatan berikut : sabun antiseptic, air bersih, dan handuk atau lap tangan
bersih. Untuk hasil maksimal disarankan untuk mencuci tangan selama 20-
Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling
mengunci.
f. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan
berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
g.
D. Makanan Jajanan
1. Definisi Makanan Jajanan
Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang dipersiapkan
dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Konsumsi makanan jajanan yang
tidak sehat dapat mengakibatkan penurunan status gizi dan meningkatnya
angka kesakitan pada anak sekolah. Makanan jajanan juga dikenal sebagai
street food adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan,
di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta tempat yang sejenisnya
(Mudjajanto, 2005).
Makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok : yaitu pertama
makanan utama atau main dish contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi
pecel, dan sebagainya; yang kedua panganan atau snack contohnya kue-kue,
2.
gangguan
emosi,
gangguan
bicara,
hiperaktif
hingga
2. Klasifikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan buang air besar
berdasarkan tempat yang digunakan sebagai berikut:
a. Buang air besar di tangki septic
adalah buang air besar yang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan
yaitu dengan membuang tinja di tangki septic yang digali di tanah dengan
syaratsyarat tertentu. Buang air besar di tangki septic juga digolongkan
menjadi:
keluar dapat langsung jatuh kedalam tangki septic. Jamban ini kurang
sehat karena dapat menimbulkan kontak antara septic tank dengan
manumur yang menggunakannya.
b. Buang air besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban.
Buang air besar tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah
perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi kesehatan manumur. Buang air besar tidak
menggunakan jamban dikelompokkan sebagai berikut:
1) Buang air besar di sungai atau dilaut.
Buang air besar di sungai atau dilaut dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang
berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai
atau di laut dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat
ditularkan melalui tinja.
2) Buang air besar di sawah atau di kolam.
Buang air besar di sawah atau kolam dapat menimbulkan keracunan
pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan
padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.
3) Buang air besar di pantai atau tanah terbuka.
Buang air besar di pantai atau tanah terbuka dapat mengundang
serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, yang dapat menyebarkan
penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga dapat
menjadi pencemaran
mengganggu estetika
2. Karakteristik
Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik
mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasanbatasan norma. Di sinilah variasi individu mulai lebih mudah dikenali
seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan
zat gizi, perkembangan kepribadian, serta asupan makanan. Ada
beberapa karakteristik lain anak umur ini adalah sebagai berikut:
(Yatim, 2005)
a. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
b. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
c. Pada umur ini anak akan mencari jati dirinya
d. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
e.
Pertumbuhan lambat.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
FAKTOR INTERNAL
Umur
Jenis kelamin
Jenis kelamin
Pengetahuan
Psikologis
Kejadian diare
FAKTOR EKSTERNAL
Kebiasaan
Cuci tangan
Kebiasaan
jajan sembarangan
BAB sembarangan
Infeksi
Malabsorbsi
Faktor makanan
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka konsep, modifikasi (Hidayat, 2006)
Kejadian suatu penyakit (diare) dipengaruhi oleh faktor intrinsik
B. Hipotesis
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian diare pada siswa di
SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2015.
2. Ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada siswa di
SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2015.
3. Ada hubungan kebiasaan jajan sembarangan dengan kejadian diare pada
siswa di SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto
Tahun 2015.
4. Ada hubungan BAB sembarangan dengan kejadian diare pada siswa di
SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan Magersari Kota Mojokerto Tahun 2015.
Faktor Resiko
Terpajan
Tidak Terpajan
Kasus
a
c
=
bc
Kontrol
B
D
Keterangan :
a = Kasus yang mengalami pajanan
b = Kontrol yang mengalami pajanan
c = Kasus yang tidak mengalami pajanan
d = Kontrol yang tidak mengalami pajanan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Intervensi dan
penyuluhan perilaku
hidup bersih dan sehat
pada kelompok rumah
tangga dengan
pencapaian66% dari
target
E. Definisi Operasional
39
No.
1.
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat ukur
Cara Pengukuran
Variabel
Tingkat pengetahuan
Betul >80% dari Kuesioner
Independent adalah peringkat
jawaban kuesioner
(Pengetahuan pengetahuan tentang rantai Baik
tentang diare) penularan diare
Betul <80% dari
jawaban kuesioner
Kurang
Kuesioner
Kebiasaan
Tindakan untuk
1s/d 7 langkah Kuesioner
Cuci Tangan membersihkan tangan dan iya
Pakai Sabun jari jemari menggunakan
air mengalir dan sabun
1 s/d 2 langkah
tidak
Kuesioner
3.
Kebiasaan
makanan dan minuman
Jajan
dibeli di luar kantin sekolah
Sembarangan
Kuesioner
Kuesioner
4.
BAB
Buang air besar tidak di
Sembarangan jamban.
Kuesioner
Kuesioner
2.
5.
Variabel
Diare adalah keluarnya
Dependent
tinja berbentuk cair
(kasus Diare) sebanyak 3 kali/ lebih
dalam 24 jam pertama
dengan atau tidak disertai
terdiagnosa diare
pada rekam medis
tidak terdiagnosa
diare pada rekam
Kategori/
Kriteria
Skala
Nominal Baik : 1
Jawaban betul >80%
Kurang Paham : 2
Jawaban betul <80%
Nominal Iya : 1
Melakukan 1s/d 7
langkah cuci tangan
Tidak : 2
Melakukan 1 s/d 2
langkah cuci tangan
Iya, bila
Iya, bila
>80% dari >80% dari jawaban
jawaban
kuesioner
kuesioner
Tidak, bila
Tidak,
<80% dari
bila
<80% dari
jawaban
kuesioner
Iya, bila
Nominal
>80% dari
jawaban
kuesioner
Tidak,
bila
<80% dari
jawaban
kuesioner
Data rekam
Data rekam medis Terkena
medis puskesmas puskesmas
Diare,
Pada bulan Juli Pada bulan Juli s/d
bila
s/d Oktober
Oktober 2015.
terdiagno
2015.
sa diare
Nominal
40
c. Processing
Processing adalah memproses data dengan menggunakan
menggunakan perhitungan manual odds ratio.
d. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada
kesalahan atau tidak ada masing-masing variabel yang sudah di proses
sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.
2. Analisis data
Analisis data menggunakan uji Odds Ratio untuk menguji hipotesis
statistik sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian diare pada siswa di SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan
Magersari Kota Mojokerto.
H1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kejadian
diare pada siswa di SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan
Magersari Kota Mojokerto.
H0 ditolak apabila OR > 1
2. H0 : Tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian diare pada siswa di SDN Wates 1, 3 dan 4 Kecamatan
Magersari Kota Mojokerto.
2
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil SDN Wates 1,3, 4
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Wates 1,3, 4 Kota
Mojokerto dengan periode pengumpulan data mulai 12 Oktober 7 November
2015. Sekolah ini beralamat di Jalan Raya Ijen No. 7 Kecamatan Magersari Kota
Mojokerto. Tahun 2015, total siswa di SDN Wates 1,3 dan 4 berjumlah 902 siswa.
Dengan rincian 145 siswa kelas I, 145 siswa kelas II, 161 siswa kelas III, 151
siswa kelas IV, 151 siswa kelas V, dan 149 siswa kelas VI. Sekolah ini masingmasing mempunyai 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruang mushola, 1 ruang
kantin, 6 kamar mandi/ WC untuk SDN Wates 1, 3 kamar mandi/ WC untuk SDN
Wates 3 dan 2 kamar mandi/WC untuk SDN Wates 4.
c. SDN Wates 4
1) Visi: sekolah yang unggul, amndiri, berwawasan kebangsaan
berdasarkan iman dan taqwa.
2) Misi: meningkatkan iman dan taqwa para siswa dengan kegiatan intra
dan ekstra kurikuler.
B. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil tanggapan responden, maka dibawah ini akan penulis
jelaskan terlebih dahulu mengenai identitas responden. Karakteristik
responden diidentifikasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Berikut
disajikan hasil penelitian dari identifikasi karakteristik responden.
5
1. Umur
Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada
Siswa SDN Wates 1, 3 dan 4
Kasus
No
1
2
3
4
5
Umur
Persentase
(%)
Frekuensi
8 Tahun
9 Tahun
10 Tahun
11 Tahun
12 Tahun
TOTAL
Kontrol
67
33
100
Frekuensi
Persentase
(%)
2
9
7
1
8
27
7
33
26
4
30
100
33%
9 tahun
12 tahun
67%
8 Tahun
9 Tahun
7%
10 Tahun
30%
11 Tahun
33%
4%
12 Tahun
26%
2. Jenis kelamin
Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Siswa SDN Wates 1, 3 dan 4
Kasus
Kontrol
No
Jenis
Kelamin
Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
Laki-Laki
Perempuan
1
2
33
67
TOTAL
100
Frekuensi
Persentase
(%)
6
21
27
22
78
100
33%
Laki-laki
Perempuan
67%
22%
Laki-laki
Perempuan
78%
3. Tingkat pengetahuan
Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan pada Siswa SDN
Wates 1, 3 dan 4
No
Tingkat
Kasus
8
Kontrol
1
2
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
(%)
Paham
Kurang Paham
1
2
33
67
100
TOTAL
Frekuensi
Persentase
(%)
21
6
27
78
22
100
berikut:
33%
Paham
Kurang Paham
67%
10
22%
Paham
Kurang Paham
78%
Kebiasaan
Cuci Tangan
Ya
Tidak
TOTAL
Kontrol
Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
33
67
100
Frekuensi
Persentase
(%)
22
5
27
81
19
100
10
11
4%
96%
19%
Kebiasaan Cuci Tangan
81%
11
12
No
1
2
Kebiasaan
Jajan
Sembarangan
Ya
Tidak
TOTAL
Kasus
Kontrol
Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
33
67
100
Frekuensi
Persentase
(%)
7
20
27
26
74
100
12
13
4%
Kebiasaan Jajan Sembarangan
96%
74%
Kebiasaan
Tidak Jajan Sembarangan
6. BAB sembarangan
13
14
BAB
Sembarangan
Kontrol
Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
33
67
100
Ya
Tidak
TOTAL
Frekuensi
Persentase
(%)
4
23
27
15
85
100
33%
BA B Sembarangan
Tidak BA B Sembarangan
67%
15
15%
BA B Sembarangan
Tidak BA B Sembarangan
85%
No
1
2
Tingkat
Pengetahuan
Paham
Kurang Paham
TOTAL
Kejadian Diare
Tidak
Ya
Total
Frek
(%)
Frek
(%)
Frek
(%)
1
2
33,3
66,7
21
6
77,8
22,2
22
8
73,3
26,6
100
27
100
30
100
axd
OR = bxc
1x6
OR =
= 0,143
2 x 21
Hasil penghitungan odds ratio 0,143 menunjukkan bahwa siswa
yang tingkat pengetahuannya kurang paham bukan merupakan faktor
resiko melainkan sebagai faktor protektif.
15
16
No
1
2
Kebiasaan Cuci
Tangan
Ya
Tidak
TOTAL
Kejadian Diare
Tidak
Ya
Total
Frek
(%)
Frek
(%)
Frek
(%)
1
2
33,3
66,7
22
5
81,5
18,5
25
5
83,3
16,6
100
27
100
30
100
axd
OR = bxc
1x5
OR =
= 0,113
2 x 22
Hasil pengitungan odds ratio 0,113 menunjukan bahwa siswa yang
memiliki kebiasaan cuci tangan maupun tidak bukan merupakan faktor
resiko melainkan sebagai faktor protektif.
No
1
2
Kebiasaan Jajan
Sembarangan
Ya
Tidak
Kejadian Diare
Tidak
Ya
Total
Frek
(%)
Frek
(%)
Frek
(%)
1
2
3
33,3
66,7
100
7
20
27
25,9
64,1
100
8
22
30
26,6
73,3
100
TOTAL
16
17
axd
OR = bxc
1 x 20
OR =
= 1,429
2x7
No
1
2
BAB
Sembarangan
Ya
Tidak
Kejadian Diare
Tidak
Ya
Total
Frek
(%)
Frek
(%)
Frek
(%)
1
2
33,3
66,7
4
23
14,8
85,2
5
25
16,6
83,3
17
18
TOTAL
100
27
100
30
100
axd
OR = bxc
1x23
OR =
= 2,875
2x4
Hasil penghitungan odds ratio 2,875 yang berarti Ho di tolak atau
ada hubungan antara BAB sembarangan dengan kejadian diare. Bahwa
siswa yang memiliki BAB sembarangan mempunyai resiko 2,875 kali
lebih besar untuk diare dibandingkan dengan siswa yang tidak BAB
sembarangan.
BAB VI
PEMBAHASAN
18
19
19
20
20
21
tentang bahaya BAB sembarangan dan menyarankan pihak sekolah untuk lebih
memperhatikan kebersihan toilet/WC sekolah.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
21
22
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan judul Hubungan Beberapa faktor
risiko dengan Kejadian Diare pada Siswa di SDN Wates 1,3,4 Kecamatan
Magersari Kota mojokerto Tahun 2015 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
22
23
5.
23