Anda di halaman 1dari 8

FARINGITIS AKUT

PENDAHULUAN

Faringitis akut adalah salah satu penyakit yang paling banyak pada
anak-anak. Di USA, setiap tahunnya lebih dari 10 juta pasien
didiagnosa sebagai faringitis akut.
Insidensi dari faringitis bakteri maupun virus ini muncul pada anakanak usia sekolah yakni antara 4-7 tahun. Faringitis, terutama yang
disebabkan oleh infeksi
Grup A -Hemolyticus Stretococcus
( GABHS ) jarang terjadi pada anak-anak dibawah 3 tahun.
Penyebab dari infeksi ini 40-60 % disebabkan oleh virus, dan 5-40%
oleh karena bakteri. GABHS ini juga lebih sering menyerang anakanak usia sekolah. GABHS menyebabkan kurang dari 15% kasus
faringitis pada orang dewasa dan 15 -30 % pada anak-anak.
Nyeri tenggorokan, demam, malaise merupakan gejala yang sering
muncul pada faringitis, dan hanya beberapa kasus yang tidak berat
dan sembuh sendiri.
Namun demikian terapi antibiotik harus diberikan pada faringitis
yang disebabkan oleh Grup A Stretococcus -Hemolyticus untuk
mengatasi morbiditas dan komplikasi yang ditimbulkan.
Oleh
karena itu faringitis karena GABHS ini yang paling penting adalah
melihat klinisnya.

PEMBAHASAN
1. ANATOMI
Faring merupakan suatu saluran fibromuskular yang berfungsi pada
saluran traktus respiratorius dan digestivus.
Panjangnya pada
orang dewasa sekitar 12 14 cm yakni dari dasar tulang tengkorak
kepala dan di belakang hidung dan mulut sampai vertebra cervikalis
ke -6, yang mana berlanjut sebagai esofagus. Mukosa bagian atas
ditutup oleh epitel ciliata pseudostratified
sedangkan bagian
bawahnya oleh epitel squamous stratified.
Faring ini dibagi dalam 3 segmen :
a. Nasofaring merupakan bagian faring paling atas dan merupakan
suatu ekstensi posterior dari kavum nasal dan berakhir pada
palatum lunak.
b. Orofaring merupakan regio antara palatum lunak dengan dasar
lidah, bagian bawah nya keujung superior dari epiglotis, bagian
lateralnya dikelilingi
oleh
lengkungan palatoglossal dan
palatopharyngeal.
c. Laringofaring adalah bagian posterior dari laring dan memanjang
dari pinggiran superior dari epiglotis menuju inferior dari
kartilago krikoid.

2. PENYAKIT
Faringitis adalah suatu penyakit inflamasi yang melibatkan mukosa
dan submukosa dari
tenggorokan.
Diklasifikasikan sebagai

faringitis akut dan kronik. Faringitis akut terjadi secara mendadak


dan merupakan proses inflamasi yang berat dari faring. Sedangkan
faringitis kronis terjadi oleh karena iritasi yang berulang dari faring,
yang ditandai dengan adanya bentuk granul dan atrofi.
Faringitis selalu disebabkan oleh virus dan bakteri. Trauma operasi,
minuman panas, atau masuknya benda asing juga dapat
menyebabkan faringitis. Penyebab paling sering dari faringitis
adalah virus yakni rhinovirus dan adenovirus. Tetapi bakteri yang
paling sering pada faringitis adalah GABHS.
Beberapa
mikroorganisme penyebab faringitis dapat dilihat pada tabel 1.
TABLE 1. Common Cause of Acute Pharyngitis

Infeksi faringitis, baik oleh virus maupun bakteri menginvasi mukosa


secara langsung sehingga menyebabkan respon inflamasi lokal. Virus,
yakni rhinovirus menyebabkan iritasi dari mukosa faring sehingga
berpengaruh terhadap sekresi hidung. GABHS menghasilkan toksin
yang mengiritasi dinding faring. Beberapa orang mengalami faringitis
karena penularan dari orang lain melalui udara dari droplet.

a.

GEJALA KLINIS

Adapun gejala dan tanda dari faringitis akut seperti nyeri tenggorokan,
nyeri menelan, demam, menggigil, mialgia, malaise, sakit kepala, nyeri
perut, mual, muntah, bersin-bersin, suara serak, batuk, diare,
konjuntivitis, dll.
Dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan eritema dan inflamasi dari
uvula dan faring, tonsil yang membesar, warna abu-abu, eksudat
berwarna putih, peteki pada palatum, pembesaran pada limfonode dari
cervikal anterior.
Kriteria centor sebagai salah satu yang digunakan untuk mendiagnosa
faringitis streptokokus. Kriteria centor ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabl0078e 2. Modified Centor Criteria

Symptom
Points
Fever (>38C )
1
Absence of cough
1
Tender anterior cervical adenopathy
1
Tonsillar swelling or exudates
1
Age
Younger than 15 years
+1
15 to 45 years
0
Older than 45 years
1
Scoring:
0 or 1 points: streptococcal infection ruled out (2 percent);
1 to 3 points: order rapid test and treat accordingly;
4 to 5 points: probable streptococcal infection (52 percent),
consider empiric antibiotics.
(Am Fam Physician 2004)
b.

PENATALAKSANAAN

Untuk menentukan penyebab faringitis GABHS atau tidak, tes


laboratorium melalui pemeriksaan kultur tenggorokan atau rapid
antigen test. Kultur tenggorokan adalah gold standar untuk diagnosis
faringitis streptokokus
dengan angka false positif yang tinggi.
Beberapa tes laboratorium yang bisa mengidentifikasi penyebab
faringitis akut ditunjukkan dalam tabel 3.

Table 3.

Choby BA. Selected LaboratoryTest for Identifying the Cause of Pharyngitis :Pharyngitis [Table on the internet]. C2004
[cited 2009 April 27]. Avaible from www.aafp.org/afp/20040315/1465.html.

c. KOMPLIKASI
Bila penyebabnya virus, komplikasi jarang terjadi.
Tetapi jika
penyebabnya bakteri terutama GABHS komplikasi bisa terjadi terutama
bila antibiotik tidak diberikan. Komplikasi yang muncul bisa berupa
demam rematik, glomerulonefritis, abses peritonsil.
Komplikasikomplikasi pada GABHS ini dapat dilihat pada tabel 4.
Table 4. Complications of GABHS pharyngitis

d. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding faringitis tergantung dari etiologi faringitis. Pasien
dengan gejala nyeri tenggorokan sering didiagnosa oleh dokter
sebagai faringitis akut, nyeri tenggorokan streptokokus, infeksi
pernafasan atas, tonsilitis akut, infeksi virus yang tidak spesifik.
e. TERAPI

Faringitis akut suatu penyakit yang sembuh sendiri. Terapi diberikan


ke pasien adalah terapi simptomatis, seperti analgetik dan antipiretik.
Tetapi untuk faringitis streptokokus, antibiotik harus diberikan untuk
menghindari
komplikasi
terutama
demam
rematik
dan
glomerulonefritis.
Antibiotik untuk GABHS adalah penicillin V, Penicilline G benzathine,
eritromisin, cefalosporin generasi pertama. Antibiotik dan dosis yang
direkomendasikan untuk faringitis GABHS ditunjukkan dalam tabel 5.

Table 5. Recommendations for antibiotic therapy for GABHS pharyngitis.

f. PROGNOSA
Prognosa faringitis baik oleh karena dapat sembuh sendiri kecuali
pada faringitis streptokokus yang sering menyebabkan komplikasi.

III. LAPORAN KASUS

1. ANAMNESIS
Seorang anak R perempuan umur 5 tahun dari sleman datang ke
poliklinik THT dengan keluhan nyeri di tenggorokan sejak 2 hari yang
lalu, sakit waktu menelan (+), batuk (+), berdahak (+) sedikit, encer
dan berwarna keputihan ,suara serak (-), demam (+), anak kelihatan
lemas dan kurang bertenaga. orang tua os sudah memberikan
paracetamol tetapi keluhan masih tetap. Keluhan pada telinga (-),
keluhan pada hidung (-), mual/muntah (-), riwayat kontak dengan
penderita yang sama (-).
RPD : Riwayat menderita penyakit yang sama (-)
- Riwayat telinga berair (-)
- Riwayat hidung tersumbat dan hidung meler (-)

2. PEMERIKSAAN FISIK
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
BB
: 21 kg
Kesadaran : CM
Gizi
: Baik
Denyut nadi
: 90 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
Temperatur : 37,8 C.
Dari pemeriksaan telinga aurikula dan membran timpani dalam batas normal.
Pemeriksaan rhinoscopi anterior dan posterior dalam batas normal. Pada pemeriksaan
orofaring didapat dinding hiperemis tetapi granul tidak dijumpai. Pada pemeriksaan
laringoskop indirec dalam batas normal. Pembesaran kelenjar getah bening tidak
dijumpai.
3. DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tengorokan,
sakit menelan, batuk, demam, dan hiperemis pada dinding orofaring, sehingga didiagnosa
dengan FARINGITIS AKUT.
4. DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada pasien ini adalah hanya ke arah faktor penyebabnya yaitu
- faringitis ok virus
- faringitis ok GABHS
- faringitis ok bakteri selain GABHS.
- Faringitis ok iritasi dari makanan atau minuman

5. PENGOBATAN
Pengobatan yang diberikan adalah paracetamol 3x 250 mg, ambroxol 2x 30 mg dan
nasehat kepada pasien supaya istirahat, tidak mengkonsumsi makanan yang bersifat
iritasi, dan selalu minum air hangat. Pasien kontrol ke poli THT 5 hari kemudian tetapi
bila tidak ada perubahan dalam dua hari pasien segera ke poli THT.

6. PERMASALAHAN
-

Penyebab dari faringitis akut tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kekambuhan

7. RENCANA
Telah disarankan untuk rapid antigen test atau kultur apusan faring tetapi orangtua pasien
menolak dan meminta hanya diberi obat dulu.

IV.

DISKUSI
-

V.

Apakah perlu pemberian antibiotik sebelum dilakukan pemeriksaan


laboratorium?
Baigaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan? Apakah
sudah ada vaksin untuk mencegah faringitis?

KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang anak perempuan umur 6 tahun dengan faringitis akut, dan
telah diterapi dengan Paracetamol 3x sehari, Ambroxol 2x sehari dan vitamin sekali
sehari.

REFERENCES
1. Lin M, Fong W, Chang P, Yen C, Hung K, Lin S. Predictive value of clinical features in
differentiating group A hemolytic

streptococcal pharyngitis in children. J Microbiol

Immunol Infect. 2003;36:21-25


2. Thomas BJ. Pharyngitis, bacterial [homepage on the internet]. C2004 [update 2006 Aug 1;
cited 2009 Apr 10]. Avaible from

http://emedicine.medscape.com/article/225362-

overview
3. Bisno AL. Acute Pharyngitis. N Engl J Med. 2001; 344(3), 205-211

4. Lowry LD, Onart S. Anatomy and Physiology of the Oral Cavity and Pharynx. In: Snow
JB, Ballenger JJ, editors. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16 th ed.
Hamilton : BC Decker , 2003; p.1009-1019.
5. Thompson LDR. Pharyngitis. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, editors. Head &
Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2006 ; p.602-614.
6. Diseases of the mouth and Pharynx. In :Gray RF,ed. Synopsis of Otolaryngology. 5 th ed.
Oxford:Butterworth Heineman, 1992 ; p.332-343.
7. Choby BA. Diagnosis and Treatment of Streptococcal Pharyngitis [Homepage on the
internet]. C2009 [cited 2009 April 27]. Avaible from www.aafp.org/afp/20090301/383.html
8. Bisno AL, Gerber MA, Gwaltney JM, Kaplan EL, Schwartz RH. Practice Guidelines for
the Diagnosis and Management of Group A Streptococcal Pharyngitis. CID. 2002;35:113125
9. Linder JA, Bates DW, Lee GM. Antibiotic Treatment of Children With Sore Throat.
JAMA. 2005;294(18):2315-2322.
10. Hayden GF, Turner RB. Acute pharyngitis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
editors. Nelson Textbook of Pediatrics.17th ed. Philadelphia : Saunders, 2003;p.1393-1395

Anda mungkin juga menyukai