Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BIOFARMASETIKA

RESUME JOURNAL: MUCOADHESIVE BUCCAL PATCHES BASED ON


INTERPOLYMER COMPLEXES OF CHITOSAN-PECTIN FOR DELIVERY OF
CARVEDILOL

Disusun Oleh :
Kenny Kowira

138114034

Gregorius Kevin Besari

138114050

Willy Sandjojo

138114051

Kevin Giovedi

138114063

Asti Aprilia Putri

138114071

Edwin Tesalonika

138114072

Regina Hiacinta Eva A.

138114096

FST A 2013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

1. Sifat Fisiko Kimia Carvedilol


1.1 Karateristik Fisik
Carvedilol memiliki penampilan fisik berupa kristal polidispers putih berbentuk
batang pada suhu kamar. Memiliki daya kohesif yang rendah dan kemampuan deformasi
partikel (perubahan bentuk) yang rendah (Alves, 2015).
Tampilan fisik patch carvedilol memilik tekstur lembut; ketebalan, bobot dan
komposisi obat yang seragam, tidak ada retakan yang terlihat. Patch carvedilol
menunjukkan ketahanan lipat yang baik. Ketebalan patch berkisar dari 0.45 hingga 0.78
mm dan bobotnya berkisar dari 44 hingga 55 mg. Patch ini memiliki pH permukaan
antara 3.3 hingga 7.2 dan komposisi obat berkisar dari 97.52% hingga 100.85%. pH
permukaan patch yang dihasilkan mendekati 6, dapat disimpulkan bahwa patch ini tidak
akan menimbulkan iritasi.
1.2 Karakteristik Kimia
Carvedilol adalah basa lemah dengan nilai pKa sekitar 7,8, dan bioavailabilitas
oral adalah 25-35%. Nilai log koefisien partisi carvedilol adalah 3,967 (Choudhary,
2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa carvedilol memiliki lipofilisitas yang cukup
untuk melewati membran & mengalami metabolisme fase II dengan jalur glukoronidasi.
2. Bentuk Sediaan Carvedilol
Penulis melakukan evaluasi terhadap carvedilol dalam bentuk sediaan patch,
dengan formulasi menggunakan bahan mucoadhesive berupa komplek interpolimer yang
terdiri dari kitosan dan pektin.
3. Komposisi Formulasi Carvedilol Patch

(Choudhary, 2010).
Carvedilol : zat aktif ; HPMC K15 dan Carbopol 940 sebagai mucoadhesive
polymer. Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan kompleks interpolimer kitosan dan
pektin sebagai bio-mucoadhesive polymer untuk meningkatkan waktu tinggal pada
tempat aksi (mukus rongga mulut). Kitosan dan pektin merupakan polisakarida alami
sehingga kemungkinan terjadinya inkompatibilitas dan biodegradasi oleh tubuh lebih
kecil.
Gliserin dan etanol berfungsi sebagai penetration enchancer agar obat mudah
terabsorpsi ke dalam tubuh tanpa menimbulkan iritasi pada membran mukosa ; Tween 80
berfungsi sebagai aquoeus coating film untuk meningkatkan disolusi partikel carvedilol.
4. Alasan Pembuatan Carvedilol menjadi Buccal Patch
Obat carvedilol merupakan antagonis -adrenergik yang digunakan untuk
pengobatan hipertensi dan angina pektoris, yang membutuhkan onset yang cepat dan
kadar yang tetap dalam darah agar tetap berada dalam kadar terapeutik. Carvedilol
diabsorpsi sempurna pada saluran cerna namun bioavailabilitasnya pada sistem sistemik

hanya 25-35% karena tingginya metabolisme presistemik melalui jalur glukoronidasi


(metabolisme fase II).
Sistem penghantaran obat secara mucoadhesive memiliki kelebihan dibanding
penghantaran obat konvensional, karena membran mukus merupakan salah satu tempat
absorpsi yang memiliki tingkat permeabilitas yang baik sehingga obat dapat diabsorpsi
secara cepat ke dalam sistem sirkulasi sistemik, dan bioavailabilitas suatu obat dapat
ditingkatkan dengan menghindari beberapa sistem pertahanan tubuh (first pass effect).
Alasan lainnya karena dapat memperlama waktu tinggal obat pada tempat aplikasinya,
dan menjada kadar obat tetap dalam rentang efek terapeutiknya sehingga mengurangi
frekuensi pasien meminum obat.
5. Profil Studi In Vivo dan In Vitro Carvedilol Patch
5.1 Karakterisasi In Vivo
Konsentrasi carvedilol dalam plasma darah antara sediaan patch dan pemberian
secara oral dalam fase air menujukkan peningkatan hingga mencapai level steady-state
hingga 8 jam namun konsentrasi dalam plasma sediaan patch lebih tinggi dibandingkan
larutan oral carvedilol. Sediaan patch Cmax 245 ng/ml ; Tmax 4 jam ; AUC 32,325 ng.
jam/ml, lebih tinggi dibandingkan larutan oral carvedilol yaitu 15,05 ng.jam/ml. Dapat
disimpulkan bahwa formulasi sediaan bukal memiliki bioavailabilitas 2,14 kali lebih
tinggi dibanding larutan oral carvedilol.
5.2 Karakterisasi In Vitro
Digunakan mukosa bukal dari daging babi untuk pengujian in vitro patch
carvedilol. Patch diformulasikan dengan berbagai perbandingan kitosan dan pektin.
Berdasarkan uji in vitro perbandingan kitosan dan pektin paling baik adalah 20 : 80.
Peningkatan kitosan dan pektin menyebabkan pengembangan berlebih dari matriks
polimer, dan menyebabkan laju difusi obat menjadi lebih cepat.
6. Ketentuan Bentuk Sediaan Buccal Patch
Pada sediaan patch umumnya 2 faktor yang mempengaruhi kualitas bentuk
seidaan adalah, kecepatan pelepasan obat dari patch, dan durasi total pelepasan obat dari
patch. Sediaan patch didesain untuk melepaskan obat secara konstan (steady state
concentration) hingga patch dilepaskan (umumnya 1- 7 hari) (Food and Drug
Administration, 2011). Sediaan buccal patch harus dapat merekat dengan baik pada
daerah mukosa sehingga laju perpindahan obat ke dalam sirkulasi sistemik berlangsung
konstan. Hal ini menyebabkan kadar obat di dalam darah akan selalu berada pada
konsentrasi yang sama (Anonim, 2013). Sediaan bukal patch carvedilol mencapai steadystate concentration dalam waktu 8 jam, dan melepaskan obat secara konstan dengan
konsentrasi 32,325 ng/ ml tiap jam nya. Sediaan ini juga tidak mengiritasi mukosa, maka
carvedilol patch memenuhi kualitas sebagai sediaan buccal patch yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alves, J. M. V., Prado, L. D., and Rocha, H. V. A., 2015, Evaluation and Correlation of the
Physicochemical Properties of Carvedilol, Pharmaceutical Development and
Technology, Taylor and Francis Group, 2.
Anonim, 2013, United States Pharmacopoeia XXXVI/ NF XXXI, Pharm. Convention Inc.,
Twin Brook Parkway, 1151.
Choudhary, A., Tiwari, G., Pandey, M., Kymonil, K. M., and Saraf, S. A., 2010,
Formulation and Characterization of Carvedilol Buccal Mucoadhesive Patches,
International Journal Research Pharmaceutical Science Vol. 1, (4), 396 397.
Food and Drug Administration, 2011, Guidance for Industry : Residual Drug in
Transdermal and Related Drug Delivery Systems, Center for Drug Evaluation and
Research, USA, 75 76.

Anda mungkin juga menyukai