Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Bahan galian adalah semua produk dari pertambangan yang diperoleh dengan cara
pelepasan dari batuan induknya di dalam kerak bumi, yang terdiri dari mineral-mineral.
Mineral adalah suatu benda berbentuk padat,cair, atau gas yang homogeny dan
terdapat di alam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan anorganis, mempunyai
komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama.
2.2 Rumusan Masalah
A. Apa itu bahan galian?
B. Apa saja proses pembentukan endapan bahan galian?
C. Apa saja sifat-sifat endapan bahan galian?
2.3 Tujuan
A. Mengetahui tentang bahan galian.
B. Mengetahui proses-proses pembentukan bahan galian.
C. Mengetahui sifat-sifat bahan galian.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Galian


Bahan galian adalah semua produk dari pertambangan yang diperoleh dengan cara
pelepasan dari batuan induknya di dalam kerak bumi, yang terdiri dari mineral-mineral.
Mineral adalah suatu benda berbentuk padat,cair, atau gas yang homogeny dan
terdapat di alam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan anorganis, mempunyai
komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama.
2.2 Proses Pembentukan Bahan Galian
A. Magmatic Concentration
Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai
cairan panas dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari
bermacam-macam komponen, dimana dari masing-masing komponen mempunyai
daya larut yang berlainan. Pada waktu magma naik ke permukaan bumi, maka
temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya terjadi kristalisasi, dimana
1

komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai terbentuk
endapan bijih.
Proses magmatic concentration dibagi atas:
1. Early magmatic
Early magmatic disebabkan karena terjadi langsung dari proses magmatic
mineral yang terjadi lebih cepat dari membekunya batuan silikat dan dipisahkan
oleh kristalisasi diff.
a. Dissemination
Dimana mengkristalnya mineral-mineral terpencar tanpa adanya
konsentrasi.
Contoh:
Cebakan intan di Africa Selatan didapat pada batuan ultrabasa yang
disebut kimberlite. Intan ini dianggap sebagai Phenocryst yaitu kristalkristal besar yang mengkrital dalam magma yang dalam sekali yang
kemudian terangkat bersama magma sehingga didapat sebagai kejadian
yang sekarang.
Cebakan Corundum dalam batuan nepheline syenit di Ontaria, Canada.
b. Segregation
Terjadi dari hasil gravity diff dan akumulasi dari mineral-mineral. Ciri-ciri
jebakan ini:
hubungan dengan magma jelas
endapan terdapat dalam lingkungan intrusi
karena adanya gravity dif, maka dalam teksturnya menunjukkan
pseudootrasigrafi.
Contohnya Cebakan chromite di Transvall, Africa Selatan dalam batuan
anorthosite yang mempunyai lapisan Cr 20-30 inch.
c. Injection
Bijih mineral terkonsentrasi oleh adanya kristalisasoi diff, kemudian massa
ini menerobos masuk ke dalam celah-celah batuan sekelilingnya. Hubungan
struktur dari jebakan dengan batuan yang diterobosnya jelas sekali
menunjukkan adanya injection.
Ciri-cirinya:
adanya fragmen-fragmen batuan di dalamnya.
Terdapat dike atau badan intrusi yang lain di dalam batuan aslinya.
Terjadi metamorphose pada dinding batuan.
Contohnya Cebakan Titaniferous magnetite di Cubarland dan Cebakan
magnetite di faruna Swedia.
2. Late magmatic
2

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk


sisa magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang
lebih banyak. Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas
tinggi. Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan
silikat yang menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi.
Perubahan ini disebut Deuteric alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari
batuan beku dan cirri-cirinya hampir mirip dengan efek yang dihasilkan proses
pneumatolytic atau larutan hydrothermal.
Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan
disebabkan oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan
mgmatic termasuk dalam golongan ini.
a. Residual Liquid Segregation
Dalam proses diff magma, residual magma umumnya lebih kaya akan silikat
alkali dan uap air. Twetapi pada jenis magma yang basic menjadi kaya oleh
Fe dan Ti. Ini adalah magma yang utama yang menghasilkan anorthosite.
Plagiocelah mengkristal pertama-tama dan Fe oksida dengan atau tanpa
piroxenne mengkristal belakangan. Resudual liquid tadi mungkun
menerobos keluar atau bisa juga trepisah dari rongga-rongga kristal dari
dapur magma dan mengkristal disitu tanpa perpindahan.
Beberapa badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya untuk membetuk
jebakan yang berharga. Jebakan ini umumnya sejajar dengan struktur primer
btuan sekitarnya yang umumnya terdiri dari anhorthsite, norite, gabro atau
batuan lain.
Contohnya Cebakan Titanifereous magnetite di Bushveld complex di Afrika
Selatan dan Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.
b. Residual Liquid Injection
Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana kumpulan residual liquid
yang banyak mengandung Fe oleh adanya tekanan dari luar menyebabkan :
Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke

dalam celah atau perlapisan batuan di atasnya.


Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya
Fe akan terfilter keluar membentuk late magmatic injection deposite.

c. Immiscible Liquid Segregation


Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu Sulphide berupa saat
pendinginan mereka memisah membentuk bagian yang tidak bisa bercampur
mengumpul pada dasar sumber magma membentuk larutan yang terpisah.
Contoh nya Di Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan bijih Ni dalam
bentuk lensa yang teratur pipih disebut Marginal Deposite. Keseluruhan ini
terdapat dalam batuan norite brexia dimana mineral-mineralnya adalh
pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite ( bijih Ca dan Ni ), magnetite, pyrote.
Cebakan Ni, Cu Sulphide di Insizwa Afrika Selatan, mineral Pyrrhotite,
Chalcopyrite, Petlandite dalam batuan gabro yang kontak dengan sedimen.
Di samping itu terdapat pula au dan Ag.
d. Immiscible Liquid injection
Proses ini hampir sama dengan proses Immiscible Liquid Segregation di
atas. Dimana pada residu liquid yang kaya akan suphide diselingi gangguan
sebelum konsolidasi sehingga menyebabkan liquid menerobos ke dalam
celah-celah batuan. Bentuk jebakan tidak teratur atau dapat mirip bentuk
dike.
Contohnya Cebakan di Vlacfontein, Afrika Selatan dan jebakan Nickel di
Norwegia.
B. Sublimation
Proses ini termasuk suatu proses yang kurang begitu penting dalam ganesa
bahan galian. Dalam proses sublimasi terjadi penguapan yang langsung dari bentuk
badan kemudian diikuti ore deposit/pengendapan dari uap tersebut pada temperatur
atau tekanan yang lebih rendah. Proses ini berhubungan erat dengan gejala vulkanis
adalah endapan minerqal yang terdapat disekitar gunung api fumarol, dimana
kebanyakan tidak cukup besar dikerjakan, yang penting hanya beberapa endapan
Sulphide, misalnya di Itali, Jepang, dan Indonesia. Sedang beberapa endapan yang
tidak ekonomis seperti endapan cloridha Fe, Cu, Zn: Oksida Fe, Cu, boracic acis
dan logam logam alkali lainnya.
C. Hyrothermal Processes

Dalam poses differensiasi magma akan menghasilkan product akhir berupa larutan
magma dimana didalamnya dapat terkonsentrasi bermacam-macam meta, disebut
juga larutan hydrothermal. Larutan hydrothermal ini mengangkut mineral-mineral
yang terkumpul didalam intrusi membentuk cebakan mineral-mineral yang
ekonomis.
Sesuai dengan temperatur pembentukannya dan jarak terhadap intrusi magma,
menurut Lingren, proses hidrothermal dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
Proses pada temperatur tinggi (Hypothermal)
Proses pada temperatur intermedia (Misothermal)
Proses pada temperatur rendah (Epithermal)
Syarat syarat utama untuk pembentukan hydrothermal deposite.
Adanya larutan mineralisasi yang meralut dan mengankut unsur-unsur mineral.
Adanya celah-celah dalam batuan tempat larutan mengalir E
Adanya tempat pengendapan mineral yang terkadung larutan
Reaksi kimia yang ,emyebabkan pengendapan.
Cukupnya konsentrasi dari unsur-unsur minreal yang diendapkan untuk
membentuk cebakan yang ekonomis.
Celah rekahan dalam batuan tempat bergeraknya larutan mineralisation dibedakan
atas :
1. Original Cavities in Rock
Dalam keterangan yang lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a. Rongga asli (rock opening)
Pore space = antar butir (porosyte) Permeability batuan tergantung pada :
ukuran dan bentuk rongga
jumlah rongga dalam satu bidang
hubungan antar rongga
b. Struktur kristal adalah rongga antara atom-atom kristal-kristal hanya dapat
ditembus dengan cara difus
c. Visicle blow hole yakni rongga-rongga yang terjadi karena gas yang keluar
sewaktu magma membeku (lava basalt dan rhyolite)
d. Volume flow drains yaitu pipa/saluran yang terjadi karena magma mengalir.
e. Colling cracks celah yang terjadi sewaktu magma mendingin columnar
jointing.
f. Igneous breccea celah yang terjadi sewaktu magma mendingin columnar
jointing.
g. Bidang perlapisan tempat terbaik bagi proses hydrothermal.
5

2. Induced Cavities in Rock


a. Fissures, with or without faulting, Fissure dalam batuan karena terjadi
dijasnasi.
b. Shear-zone cavities, patahan kecil dalam batuan
c. Cavities due to folding and warping, Rongga karena perlipatan
Saddle reefs
Pitches and flats
Anticlinal and synclinal cracking and slumping
d. Volcanic pipes, Vulcanic pipe rongga di batuan karena peledakan.
e. Tectonic breccias, gejala patahan membentuk rongga-rongga antarfragmen.
f. Collapse breccias, gejala callapserongga
g. Solution caves,
h. Rock alteration opening, Rongga alterasi batuan yang mengalami alterasi
mineral tak stabil akan keluar meninggalkan rongga.
Proses hydrothermal termasuk salah satu proses uang penting dalam
pembentukan bijih, karena bijih-bijih sulphide Fe,Pb,Zn, dan Cu dihasilkan oleh
proses ini.
Dua proses penting dalam proses ini adalah :
1. Cavity Filling (Pengisian celah batuan oleh larutan mineral)
Pengendapan dari mineral dalam proses ini akan mengisi celah dalam lorong
pada umumnya terjadi dari dinding batuan menuju ke dalam secara berturutturut. Lubang yang terakhir proses tidak terisi disebut Vugs. Cara
pengisian celah batuan secara bertahap ini disebut Crustification.
Proses cavity filling telah menghasilkan banyak cebakan mineral yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam dan beberapa dari cebakan telah
menghasilkan kumpulan meter dari mineral mineral yang besar.
Cebakan yang terbentuk dari cavity filling dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Fissue Veins
Bentuk kebanyakan dari tabular pipih atau dua dimensi lebih besar dari
dimensi ketiga. Celah tempat mineralisasi terjadi karena gerakan tectonic
6

patahan. Peleburan juga sering terjadi pada bagian yang lemah oleh gaya
mineralisasi pada waktu masuknya mineralisator. Bentuk celah batuan yang
terjadi tergantung pada batuan induknya, dapat simple atau beraneka
macam.
Fissure (urat) yang terdapat dalam batuan diiisi oleh mineral. Fissure terjadi
karena adanya pengaruh tention compression atau gaya tersendiri terhadap
batuan, kedudukannnya vertikal atau bersudut 45o-90o. umumnya fissure
tidak lurus baik pada strike atau dipnya.
Contoh : Cebakan Cu di Montana, dikenal sebagai The Range Hill of Earth.
Susunan mineral terdiri dari: calcopyrite, enorgite, bornite, chalcosite,
tetradite dan covelite. Sedangkan batuan terdiri dari quartz dan quartz
monzolite yang dimana terjadi suatu sistem patahan sebagai mineralmineral.
b. Shear-zone deposite (sesaran)
Bentuknya tipis pada daerah sesaran. Ruangan yang terjadi pada sasaran ini
tidak cukup untuk pengumpulan non ferrous metal sebagai cebakan ini
pengumpulan telah banyak membentuk endapan yang ekonomis dalam
endapan primernya. Contoh : cebakan Au dengan Phyrite di Atago New
Zealand.
Umumnya berbentuk tabung atau tabular tetapi membentuk rongga yang
tipis dan jarang dalam jumlah yang besar karena kesempatan untuk
mengendap kecil-kecil.
c. Stockworks
Stockworks adalah jalinan (rangkaian) oro bearing veinless dalam massa
batuan. Tiap veinlet lebar beberapa inchi dan panjangnya beberapa feet.
Daerah diantara veinlet sendiri diliputi juga oleh bijih mineral F.
Contoh : cebakan Sn di Altenberg yang diliputi rangkaian celah jaringan
mineral dengan diameter 3000 yang memotong batuan granite porpyri.
Mineral-moneral peserta pyrite,chalcopyrite. Terrahedrite, magnetite,
specularite.
Stockworks veinlet terbentuk dari :
7

Rekahn pada waktu pendinginan bagian atas atau nagian tepi dari batuan
intrusi.
Rekahan yang tidak teratur
Contoh:
Endapan Sn alluvial di Malaysia dan Indonesia berasal dari desintegrasi
stockworks deposite
Cebakan Au dan Ag di Quartz Hill, Gilpin Colorado
d. Saddle Reef
Lekukan antiklinal pada batuan sedimen yang berlapis dimana terjadi
rongga pada lapisan yang kemudian diisi oleh larutan Hydrotermal lalu
membentuk cebakan bahan galian bentuk seperti pelana (saddle).
Contoh : cebakan Au di Bendigo. Batuan terdiri dari sandstone yang
mengandung rekahan yang diisi quartz yang mengandung Au dengan
mineral pyrite dan arsenopyrite (mesothermal lindgren).
e. Ladder Vein
Menurut Grout, rongga-rongga terjadi karena adanya pengaruh tangensial
disamping adanya kontraksi pada waktu pendinginan batuan. Celah-celah ini
kemudian diiisi oleh mineral yang dapat membentuk cebakan yang
ekonomis. Ladder vein deposite terjadi pada joint/celah yang memotong
dike bila dike vertikal maka celah horizontal.
Contoh:
The Morning Star Gold Bearing Dike di Victoria Australia
Endapan Au di Alaska yang terdapat bersama pyrolusite, tourmalin (apecific
catathermal disamping pengaruh albitasan)
f. Pitches and Flat (Fold Cracks)
Terjadi karena gaya penurunan sebuah sinklinal, sebagai lapisan sedimen
dapat menjadi retak-retak. Dalam retakan dilalui larutan mineralisator
sehingga terbentuk cebakan bahan galian. Cebakan ini umumnya pada
daerah kapur dan dapat menghasilkan bahan yang ekonomis.
Contoh: Pitches and flats Pb-Zn deposite di Missisipi Valley (galena)
g. Breccia Filling Deposits

Bentuk dan susunan cebakan ii tidak teratur rongga dan yang terjadi di sini
dengan breccia berasal dari :

Volcanic breccia deposit. terjadi karena aktivitas eksplosif gunung api


dimana menghasilkan kepundan yang vertikal atau synklin yang
kemudian diisi oleh breccia. Bahan galian terbentuk diantara fragmen
batuan.

Contoh:
Tambang Au di Bull Domingo dekat Lake City Colorado.
Tambang Cu di Braden Chili dengan kadar 2,3% Cu. Intrusi batuan andesite
monzonite/porpyry dalam andesit lava berumur tersier.
Mineralnya: Chalcopyrite, bornite, pegmatite, siderite, quartz, specularity,
tourmaline.

Collapse Breccia Deposite. Cebakan ini terjadi karene adanya guguran


dari batuan yang masuk ke dalam larutan yang ada di bawahnya,
sehingga terjadi batuan breccia yang mengandung rongga-rongga
lapisan terjadinya mineralisasi dalam rongga tersebut.

Contoh:
Cebakan Cactus pipe di Utah AS. Mengandung Ag, Pb dan Zn
Cebakan Zn di Appalachian AS dalam daerah kapur uang telah berubah
menjadi dolomit, terdapat sebagai shpalerite dengan calsite yang mengisi
batuan tersebut.
Tectonic breccia deposite. Breccia terbentuk oleh adanya patahan sesar
dan intrusi atau gaya-gaya tectonic lain sehingga didapatkan
bermacam-macam bentuk breccia.
Contohnya, cebakan Pb dan Zn di Arkansas dalam bentuk mineral sphalerite
yang terjadi bersama-sama scondary chert/dolomite yang diselingi dengan
quartz. Endapan ini terdapat dalam batu kapur orthovisium.
h. Solution Cavity Filling
Umumnya terjadi pada daerah kapur. Karena kerja dari air permukaan kapur
yang mengandung CO2 sehingga melarutkan lapisan kapur yang terletak
sebelah ata dari permukaan air tanah. Dalam rongga dapat terbentuk
mineralisasi sehingga pengisian di samping dan seterusnya terjadi pelebaran
pada rongga-rongga tersebut. Cebakan yang terjadi disebut Cave deposite.
9

Contoh:nya, Gua-gua yang terjadi di Wisconsin dan Illionis, terdapat Zn, Pb


ore dan Oksida Cu, Pb, Zn, Vanadium dan logam-logam lainnya.
i. Poreshace Filling
Rongga tempat terjadinya bijih adalah pori-pori batuan, umumnya endapan
minyak, gas alam dan air. Tetapi mungkin juga terdapat besi-besi.
Contoh:
cebakan Cu dalam pori-pori sand stone yang dikenal sebagai Red Bed Ores
di Texas, Mexico, Arizona, Colorado dan Utah.
j. Vesicular Filling
Terjadi karena gas yang keluar ketika pendinginan yang basalt yang
kemudian vesikular ini dapat diisi larutan hydrothermal yang membentuk
bahan galian.
Contohnya, cebakan Cu di Lake Superior yang telah ditambang sejak abad
17 Cu terbesar dalam batuan amydoloid.
2. Replacement
Proses yang penting bagi endapan epigenetic atau disebut juga metasomatic
replecement mencakup pembentukan mineral pada pada suhu pypothermal,
mesothermal dan terutama epithermal. Dalam proses ini terjadi
pseudomorphose dengan adanya penggantian mineral, karena bertemunya
mineralisator dengan mineral-mineral yang tidak stabil. Tempat mineral
yang satu diganti dengan mineral yang lain karena pengaruh difusi dengan
adanya gerakan ion-ion dalam larutan yang konsentras`inya berlainan.
Pertimbangan replacement tergantung pada sifat-sifat fisik dan kimia dari
batuan induk
Proses replacement dibagi 3, yaitu:
Dimulai dari celah batuan. Dinding celah yang mula-mula direplace
kemudian berlangsung terus-menerus ke dalam sampai pada batuan samping
yang merupakan batas proses replacement. Proses ini menghasilkan
massive ore body. Contoh: Cebakan bijih Sulphida di Kennecott, Alaska.

10

Melalui suatu rekahan yang merupakan center, kemudian menyebar,


sehingga dapat menyebabkan high grade ore body yang massive atau tak
teratur.
Secara multiplace center, karena batuan sampingnya mudah diserap oleh
larutan mineralisasi sehingga menimbulkan cebakan yang terpencar
(dissominated ore). Proses replacement dapat juga terjadi karena adanya
mineralisator yang berupa gas, uap, air panas dan pada suhu rendah dengan
mineralisasi komponen sederhana.
Bentuk endapan replacement disebut replacement vein. Dibandingkan
dengan fissure vein, pengaruhnya lebih luas dan perubahannya tidak teratur.
Contoh: Cebakan galena vein di Idaho. Lebar daerah mineralisasi 40, dip
48o dapat diikuti sedalam 4500. Kristalisasi terjadi karena intrusi dua
batuan monzonite. Umur paefaceus ke dalam formasi fine grade silicated
quartzcite.
Cebakan yang terbentuk dari replacement dapat dibagi atas:
Massive deposite
Replacement Lode deposite
Disseminated deposite
D. Sedimentation
Endapan sediment adalah endapan yang terbentuk dari proses pengendapan dari
berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan asalnya, yang
kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada suatu tempat.
Endapan sedimentasi dapat dibagi menjadi:
1. Proses pembentukan endapan residu
Pada prinsipnya pembentukan endapan residu akan terbentukjika ada sumber,
dimana sumber batuan berasal dari batuan yang sifatnya pembawa mineral /
unsure seperti Ni, Fe, Cr, Ti, Pt, Co, C, Al ,Cs, unsure tanah jarang dan yang
lainya .Bisa juga terbentuk dari mineralisasi primer seperti endapan magmatik
awal atau ensdapan magmatik akhir (cromit, nikel, magnetit, titan dan lainya).
Sumber untuk pembentukan endapan residu umumnya berasal dari batuan
pembawa seperti granit, granodiorit batuan beku ultra basa serta endapan
mineralisasi.
Perbedaan yang paling mendasar dari pembentukan endapan residu dengan
endapan magmatik awal, magmatik akhir dan hidrotermal adalah tekanan dan

11

temperature pembentukan, dimana pembentukan endapan ini tidak dipengaruhi


oleh tekanan dan temperature yang berasal dari magma.
Pembentukan endapan residu dipengaruhi oleh gaya-gaya geologi yang
bersumber dari luar bumi (eksogen), khususnya pelapukan kimia dan fisika
pelapukan akan berlangsung pada seluruh batuan dan endapan mineralisasi yang
telah tersingkap dipermukaan bumi, dimana intensitas pelapukannya sangat
ditentukan oleh komposisi kimia dari endapan mineralisasi, serta iklim yang
yang berlangsung didaerah tersebut, khususnya curah hujan.
Selain iklim dan komposisi kimia batuan, yang berpengaruh terhadap pelapukan
kimia, factor lainnya adalah komposisi fisik batuan, struktur geologi, porositas
dan tektonik.
Hubungan iklim dengan komposisi kimia batuan, dimana untuk iklim tropis
dengan curah hujan tinggi, maka pelapukan kimia dan fisik akan maksimal.
Pada batuan atau mineralisasi yang bersifat basa ultrabasa, bila kontak dengan
udara atau air hujan akan terjadi pada pelapukan kimia dan fisiknya yang
maksimal. Sedangkan batuan yang bersifat asam sampai dengan intermedier bila
terjadi kontak dengan udara dan air hujan pelapukan yang terjadi tidak
semaksimal seperti batuan yang bersifat basa-ultrabasa. Kondisi ini sesuai
dengan reaksi bowns yang mana batuan yang bersifat basa-ultrabasa terbetuk
duluan dan akan melapuk lebih dulu dibandingkan dengan batuan yang
mengandung mineral asamintermedier.air hujan relative melarutkan mineral
karena air hujan mengandung CO2 dan sedikit asam dari atmosfir.
Hubungan sifat fisik batuan, struktur dan tekstur dengan pembentukan endapan
residu, bila struktur geologinya rapat (patahan dan rekahan) dan porositas tinggi,
maka pelapukan kimia dan fisika akan maksimal, dibandingkan struktur yang
jarang dan porositas yang kecil. Hal ini disebabkan air hujan akan terakumulasi
baik pada struktur geologi rapat dan porositas yang tinggi.
Hubungan kondisi tektonik dengan pembentukan endapan residu adalah pada
daerah dengan kondisi pengangkatan berangsur, setelah pengangkatan awal
yang terletak pada lereng topografi yang tidak kritis, maka hasil pelapukan akan
tebal, sebab fluktuasi permukaan air tanah akan berangsur dan membentuk
penampang pelapukan akan menebal sampai ratusan meter.
12

Pelapukan pada pembentukan endapan residu ini sebagai:


Menghancurkan (Pelapukan Fisik, kimia, dan biologi), memeindahkan dan
mengumpulkan.
Mengubah material kurang berharga menjadi material berharga.
Melepaskan mineral aksesoris yang resisten melalui proses desintegrasi mineral
batuan disekitarnya.
Kondisi pelapukan batuan terhadap endapan bijih dan non logam dipengaruhi
oleh pH dan eH dari media penyebab dan lingkungannya. Dimana untuk batuan
yang tersusun oleh mineral-mineral mafic, Plagioklas basa dan batuan karbonat
akan intensif dipengaruhi oleh air hujan yang bersifat asam. Kondisi ini
disebabkan oleh pembentukan batuan tersebut, terutam batuan beku ultra basa.
Terjadi peda lingkungan basa dan temperature tinggi (1500 C) sedangkan air
hujan bersifat asam, sehingga kondisi ini bertolak belakang yang menyebabkan
batuan mudah mengalami pelapukan.
Kehadiran mineral-mineral/unsur-unsur tertentu pada hasil pelapukan
berhubungan erat dengan mobilitas mineral-mineral tersebut terhadap proses
pelapukan normal. Presentase kehadiran unsure-unsure logam, non logam dan
unsure lain dipengaruhi oleh mobilitas dan ketahanan mineral terhadap proses
reduksi, oksidasi, karbonisasi, berat jenis serta posisinya terhadap zona
pelapukan. Dibawa zona oksidasi maka unsure yang memiliki mobilitas lebih
tinggi dan tidak terpengaruh oleh proses oksidasi serta memiliki berat jenis lebih
besar akan lebih benyak dijumpai.
Setelah endapan bijih terbentuk, dan kemudian tersingkap di permukaan, maka
akan mengalami pelapukan yaitu pelapukan fisik dan kimia. Jika pelapukan
kimia dominant dan proses erosi relative tidak mempengaruhi, maka akan
terbentuk endapan residu dibagian atas endapan bijih. Akibat pengaruh
pelapukan terhadap endapan bijih, maka akan terbentuk zona pelapukan.
Konsentrasi endapan residu, Jika kondisinya ideal maka akan terbentuk
penampang lengkap, bila tidak ada bagian yang tererosi.
Bagian atas dari zona pelapukan endapan bijih/mineralisasi, disebut gossan,
yang merupakan bongkah-bongkah mineralisasi. Daerah ini terjadi jika telah
mengalami pengangkatan, dilanjutkan proses pelapukan dan erosi. Setelah
pembentukan gossen, maka pada bagian bawahnya akan terbentuk zona
13

pelindian atau pencucian, kemudian akumulasi dari bijih bijih primer yang
mengalami proses oksidasi yang kemudian akan membentuk mineral-mineral
oksida skunder seperti limonit, hematite atau pun mineral-mineral sulfide
lainnya. Zona oksidasi merupakan zona pengayaan mineral-mineral oksida
sekunder.
Setelah pembentukan zona pelindihan dan zona oksidasi, maka selanjutnya
adalah proses pelarutan garam-garam dan asam sulfat yang berlangsung
dibawah muka air, dimana zona ini merupakan zona sulfidasi atau zona
pengkayaan supergene, mineral-mineral yang terbentuk pada zona ini adalah
sulfide skunder, mialnya kalkosit(Cu2S). Reaksi-reaksi kimia terhadap mineralmineral primer yang terkonsentrasi pada endapan bijih akan terjadi pada zona
oksidasi dan sulfidasi.
Akibat adanya proses pelindihan menyebabakan migrasi logam-logam tertentu
damapak dari pelarutan mineral-mineral primer sulfide, akan meninggalkan
jarak berupa rongga-rongga yang merupakan tempat keberadaan awal mineral
mineral primer.
Endapan konsentrasi residu, umumnya terjadi terhadap endapan mineral primer,
porfir, vein, dessiminated, dan replacement. Beberapa contoh endapan residu
antara lain: endapan residu nikel residu besi, residu managan, residu alumunium
dan lain-lain.
2. Pembentukan Endapan Alluvial
Setelah batuan pembawa unsure mineral terbentuk dan tersingkap, karena
pengaruh iklim menyebabakan batuana pembawa tadi mengalami desintegrasi
dan dekomposisi, kondisi ini terus berlangsung sejak awal tersingkap hingga
hingga keberadaannya saat ini, sehingga akan terbentuk endapan hasil
pelapukan. Bila pelapukannya tidak tertransportasi maka akan terbentuk
endapan residu, dan tertransportasi membentuk endapan alluvial atau endapan
konsentrasi .pada proses pembentukan endapan konsentrasi diawali proses erosi
terhadap material sumber yang mkengalami pelapukan dan masih kompak.
Endapan alluvial adalah endapan hasil pelapukan yang mengalami erosi,
tertransportasi dan sedimentasi, yang terakumulasi. Sumber endapan alluvial
berasl dari hasil pelapukan daerah sepanjang sungai yang kemudian tererosi dan
tertransportasi. Endapan sungai ini akan terakumulasi sejalan dengan
14

berkurangnya gradient kemiringan sungai. Akumulasi endapan sungai ini dapat


dijumpai dari hulu, hilir, muara sungai dan sepanjang garis pantai.
3. Erosi Tertransportasi dan Sedimentasi
Setelah material sumber endapan mengalami erosi, maka material ini akan
tertransportasi oleh media air sepanjang sungai .Bentuk dasar sungai yang tidak
rata, sebagai akibat terdapatnya endapan batuan/mineral-mineral yang resisten,
akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran sungai, perubahan ini akan
menyebabka minerl-mineral berat yang awalnya tertransportasi akan mengendap
dan terakumulasi pada bagian dasar sungai.mineral-mineral berat yang resisten
terhadap perubahan fisik dan kimia ini antara lain: emas, casitrit, kromit, intan
platina dll. Perubahan kecepatan aliran sungai ini akan meyebabakan pula
pengandapan sediment lain akan bergradasi ke arah atas sesuai dengan berat
jenis atau ukuran sediment tersebut. Sedimen yang memiliki berat jenis
besar/ukuran besar akan terendapkan terlebih dahulu yang kemudian diikuti
oleh sediment yang berat jenis dan ukuran yang lebih ringan.
Kenampakan ini akan memperlihatkan suatu struktur yang disebut gradede
bedding.
Pada kondisi tertentu dimana aliran sungai sangat pekat dengan energi yang kuat
(arus cepat), maka terjadi endapan yang sangat tidak teratur dan yang akan
mengalami pengendapan pertama adalah material yang tertransport terlebih
dahulu.
Pada pengendapan emas skunder, umumnya akan berasosiasi baik dengan
endapan alluvial yang berukuran bongkah-bongkah krikil, dan akan dijumpai
hingga nugget dan peletit yang berukuran besar.
Material yang tertransportasi dan tersedimentasi, terutama mineral-mineral bijih
yang keras dan resisten memiliki nilai ekonomis yang tinggi, akan semakin
berukuran kecil dan berbentuk membulat sejalan dengan jauhnya jarak
transportasi. Mineral-mineral yang tersedimentasi di sepanjang pantai akan
memiliki ukuran pasir (1/16 -2 mm) dan bahkan berukuran lanaulempung.
Sedangkan yang berukuran lanaulempung adalah kasitrit dan bauxite.
Endapanendapan ini sangat dikontrol oleh arus sungai yang masuk ke laut dan
pengaruh ombak serta pasang surut sebagai agen sedimentasi.

15

Mineral-mineral lain yang terendapkan pada alur sungai seperti emas, intan,
kasitrit, platina, kromit, besi, dan lainnya, akan terkonsentrasi pada sungai
meandering baik pada bagian luar dan dalam. Endapan ini akan berkembang
mengikuti perkembangan alur sungai purba hingga saat ini.
Contoh endapan aluuvial yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia

antara lain:
Intan didaerah Martapura, Kalimantan.
Emas didaerah kalimanatan, Sumatra jawa barat, Sulawesi, NTB dan NTT.
Pasir besi di Jawa Tengah
Kasitrit dipulau Bangka, Bintan, dan Singkep.

E. Contact Metasomatisma dan Metamorfisma


Dalam proses magmatic dimana adanya intrusi dari magma terhadap batuan
sampingnya, maka oleh pengaruh kontak dari gas pada temperatur tinggi yang
keluar dari magma, akan terjadi dua gejala yang penting.
Effect gas panas ini menurut Barrel ada dua macam:
1. Contact Metamorphism. Yaitu effect gas panas dan tekana tanpa diikuti
penambahan material baru dari dapur magma.
2. Contact Metasomism, yaitu effect gas panas diikuti penambahan material dari
dapur magma.
Penambahan pada contact metamorphism menimbulkan cebakan mineral yang
penting, kecuali beberapa non metalicl deposite sepertri sillimanite, sedangkan
dalam contact metasomisim dapat menghasilkan cebakan mineral yang berharga
dan sifatnya lain sama sekali.

1. Contact Metamorphisim dapat menyebabkan:


Internal effect (endogene), yaitu effect yang terjadi pada batas tepi dari masa intrusi
itu sendiri, hal ini terutama mengubah texture dari mineral mineral pada daerah
tepi tersebut. Kemungkinan dapat terjadi pegmatit mineral seperti tourmaline, beryl
atau garnet.
External effect (exogene), yaitu effect terhadap batuan yang diterobos oleh massa
beku tersebut.
2. Contact metasomism.

16

Disebut juga pneumatolitic proses. Dengan material tambahan yang dibawa serta
oleh magma dimana oleh reaksi metasomism dengan batuan senntuhan
disekelilingnya membentuk mineral-mineral baru pada keadaan temperatur yang
tinggi.
Syarat kondisi untuk terjadi metasomisma kontak :
Type tertentu dari magma (komposisi intermed) grano deorite, biotite, quartz
monzonite, manchoniten.
magma mengandung Rock Jarming mineral.
kedalam cukup memadai, tidak terlalu dalam, cukup 4000-6500 jaraknya dari
permukaan bumi pada temperatur 800 derajat celcius.
bersentuhan dengan batuan yang relatifd seperti CaCo3.
Gejala metasotisme kontak sering terlihat pada structure batuan seperti lapisan yang
miring, retak, celah celah dan patahan.
Mineral mineral yang dihasilkan oleh proses metasotisme kontak antara lain
adalah : Magnite, hematite, chalcopyrite, bornite, pyrite, pyrolusite, spalerite,
molybdenite, galena, caserite, wolframite, sckiste, graphite, massareno pyrite,
mineral mineral manganis.
Metasotisme kontak terjadi dalam periode magmatis dimana cairan magma
mengalami perubahan pengerutan/ penambahan atau pengantian bahan yang
diperlukan oleh gas-gas cairan-cairan panas terbentuk mineral dengan komposisi
tertentu. Bila proses ini dominat adalah gas-gas maka proses Pneumatolitis. Bila
oleh cairan panas Hydrothermal.
2.3 Sifat-sifat Endapan Bahan Galian
Pada pengolahan bahan galian dalam prosesnya lebih mendasrkan pada sifat fisik
mineral dari pada sifat fisik kimia.
Sifat-sifat fisik mineral yang penting adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kekerasan/Kelunakan (hardness/softness)
Kerapuhan (brittleness)
Structure dan Fracture
Agregasi (aggregation)
Warna dan Kilap (listre)
Berat Jenis (specific gravity)
Sifat Kemagnetan (magnetic susceptibility)
Sifat kelistrikan (electro-conductivity)

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bahan galian adalah semua produk dari pertambangan yang diperoleh dengan cara
pelepasan dari batuan induknya di dalam kerak bumi, yang terdiri dari mineralmineral.
2. Macam-macam proses pembentukan bahan galian:
Magmatic Concentration
Sublimation
hydrothermal processes
Sedimentation
Metasomatism dan Metamorfisma
3. Sifat-sifat fisik mineral yang penting adalah :
Kekerasan/Kelunakan (hardness/softness)
Kerapuhan (brittleness)
Structure dan Fracture
Agregasi (aggregation)
Warna dan Kilap (listre)
Berat Jenis (specific gravity)
Sifat Kemagnetan (magnetic susceptibility)
Sifat kelistrikan (electro-conductivity)
3.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
2. Diharapkan kritik saran yang bersifat membangun agar membuat bahan ajar atau
makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/10/proses-terbentuknya-endapan-bahangalian.html . diakses pada tanggal 25 November 2015.


http://dunia-atas.blogspot.co.id/2011/03/bahan-galian.html . diakses pada tanggal 25
November 2015.
http://miningplandesign.blogspot.co.id/2011/12/proses-terbentuknya-endapanbahan.html . diakses pada tanggal 25 November 2015.

18

Anda mungkin juga menyukai