Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KIMIA FISIK

GAS

OLEH:

INDAH PUTRIKA REZKY


(DBD 114 123)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
kasih dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah GAS mata
kuliah Kimia Fisik, yang diberikan oleh dosen Meiry Frid Dwi Yansi, ST,. MT. untuk
dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada teman-teman serta dosen
pengampu mata kuliah Kimia Fisik yang dengan telah mendampingi dan memberi
arahan kepada penyusun dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat diharapkan untuk penyusunan makalah selanjutnya agar lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Palangka Raya, Oktober 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benda dapat kita temui dalam tiga wujud yaitu padat, cair, dan gas.
Ketiganya mempunyai struktur yang sangat berbeda antara satu dan lainnya.
Gas merupakan keadaan zat yang memiliki struktur paling renggang diantara
kedua wujud benda lainnya. Sebagaimana wujud benda yang lain, gas juga
dapat dirubah kebentuk lainnya, seperti berubah ke bentuk cair atau kedalam
bentuk padat. Gas merupakan zat yang tidak akan lepas dari kehidupan kita,
karena yang kita hirup sehari-hari untuk kepentingan tubuh kita berupa gas,
oksigen (O2).
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut
mengenai gas. Yang akan dibahas pada makalah ini meliputi sifat-sifat gas,
hukum-hukum gas ideal, teori kinetik gas, persamaan keadaan gas ideal, berat
molekul gas, panas jenis gas, kapasitas gas, dan viskositas gas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apa saja sifat-sifat gas?
2. Apa saja hukum yang berkaitan dengan gas?
3. Apa yang dimaksud dengan teori gas ideal?
4. Bagaimana persamaan keadaan gas ideal?
5. Bagaimana cara menghitung berat molekul gas?
6. Apa yang dimaksud dengan panas jenis gas?
7. Apa yang dimaksud dengan kapasitas gas?
8. Apa yang dimaksud dengan viskositas gas?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat gas.
2. Untuk mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan gas.
3. Untuk mengetahui tentang teori kinetik gas.
4. Untuk mengetahui persamaan keadaan gas ideal.
5. Untuk mengeahui cara penghitungan berat molekul gas.
6. Untuk mengetahui tentang panas jenis gas.
7. Untuk mengetahui tentang kapasitas gas.
8. Untuk mengetahui tentang viskositas gas.

Sedangkan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan


pemahaman yang lebih lagi kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan
tentang salah satu keadaan materi, yaitu gas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Gas adalah salah satu dari tiga keadaan materi. Gas mempunyai sifat
khusus yang tidak dimiliki oleh zat cair maupun zat padat. Hal yang
membedakan gas dari cairan dan padat adalah pemisahan partikel gas yang
sangat besar. Pemisahan ini biasanya membuat gas tak berwarna menjadi tak
terlihat oleh pengamatan manusia.
Salah satu yang menarik dari gas adalah sifat-sifatnya yang tidak
tergantung dari komposisi kimianya. Semua gas memperlihatkan sifat-sifat
yang hampir sama, bila variabel seperti tekanan dan suhunya diubah. Sifat-sifat
fisik gas secara umum dapat dinyatakan dalam hukum-hukum gas. Hukum-
hukum ini berlaku untuk gas ideal, sedangkan untuk gas nyata (non-ideal)
seperti yang banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, rumusannya agak
menyimpang. Meski demikian, sifat-sifat ideal suatu gas dapat diketahui
dengan pendekatan oleh gas nyata pada kondisi tertentu.

2.1.1 Sifat-Sifat Gas


Gas merupakan wujud benda yang tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan keberadaannya. Berbeda dengan benda padat dan cair, benda
gas lebih sulit untuk diamati. Gas merupakan salah satu faktor pendukung
penting bagi kehidupan. Pemanfaatan gas oleh manusia sangat beragam
seperti untuk menyalakan kompor yang berbahan bakar gas bumi, untuk
menerbangkan balon udara, untuk mengisi ban pada kendaraan, untuk
berlangsungnya proses fotositesis pada tumbuhan, serta yang paling
utama adalah untuk bernafas bagi makhluk hidup. Sifat-sifat gas dapat
dirangkumkan sebagai berikut:
1. Gas terdapat di segala tempat. Benda gas yang selalu ada disekitar
kita adalah udara. Di semua tempat ada udara. Bahkan wadah yang
terlihat kosong pun ternyata berisi udara. Seperti pada gelas yang
tidak dapat dibenamkan ke dalam air dalam keadaan tertelungkup.
Karena didalam gelas tersebut telah ada udara yang mengisi gelas.

Gambar 2.1 gelas yang tidak dapat dibenamkan kedalam air

2. Gas menekan ke segala arah dan terdistribusi merata dalam ruang.


Seperti halnya benda cair, benda gas juga memiliki sifat menekan ke
segala arah. Bila balon yang terisi gas kita tusuk dengan jarum maka
gas akan mengalir ke luar seperti halnya aliran air dalam botol yang
dilubangi. Hal ini menunjukkan bahwa gas menekan ke segala arah
dan hanya dapat berpindah ke tempat yang tekanannya lebih rendah.
3. Gas mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya. Saat meniup balon,
udara akan masuk ke dalam balon. Semakin kuat meniupnya, maka
semakin banyak udara yang masuk ke dalam balon. Akibat tiupan
tersebut, balon mengembang. Udara mengisi seluruh ruang dalam
balon. Hal ini menunjukkan bahwa gas mengisi seluruh ruangan yang
ditempatinya.
Gambar 2.2 Balon yang ditiup

4. Gas memiliki bentuk dan volume yang berubah-ubah,


karena molekul-molekul gas dapat bergerak bebas. Sehingga susunan
partikel gas tidak teratur dan jarak partikelnya berubah-ubah serta
gaya tarik menariknya sangat lemah.

Gambar 2.3 Susunan partikel gas

5. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak
diwadahi, volume gas akan menjadi tak terhingga besarnya, dan
tekanannya akan menjadi tak terhingga kecilnya.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi
merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi,
gas akan mengembang. Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan gas adalah manometer.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, dan akan mengkerut jika
didinginkan.

2.1.2 Hukum-Hukum Gas


Berdasarkan sifatnya, gas dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Gas ideal, yaitu suatu gas hipotesis yang mengikuti semua hukum-
hukum gas.
2. Gas nyata, yaitu gas yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti
gas N2, CO2, O2, dan yang lainnya yang mengikuti hukum gas pada
tekanan rendah.
Gas ideal sebenarnya tidak ada, tetapi sifat-sifatnya bisa didekati
oleh gas nyata monoatomik yang bersifat inert, seperti He, Ne, dan Ar,
pada tekanan rendah dan suhu tinggi. Suatu gas dianggap ideal jika pada
molekul-molekulnya tidak terjadi interaksi atau gaya tarik-menarik dan
tidak memerlukan ruang.
Berdasarkan hasil percobaan, sifat-sifat umum dari gas telah
dirumuskan dalam hukum-hukum gas. Hukum-hukum ini menyatakan
hubungan, volume, tekanan, dan suhu dari gas. Percobaan umumnya
dilakukan dengan mengambil suatu sampel gas pada tempat tertutup, lalu
mengamati apa yang terjadi bila tekanan, volume, dan suhunya diubah-
ubah. Karena menyangkut tiga variabel, maka salah satu variabel tersebut
harus dibuat konstan dan hubungan kedua variabel lainnya juga harus
ditentukan.

a. Hukum Boyle
Hukum Boyle, yaitu hukum fisika yang menjelaskan bagaimana
kaitan antara tekanan dan volume suatu gas. Penemu Hukum Boyle
adalah Robert Boyle (1627-1691), dia melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada suhu
yang konstan. Dari hasil penelitiannya, Robet Boyle menemukan
bahwa hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruangan tertutup
adalah tetap/konstan. Pernyataan Robert Boyle dikenal dengan
Hukum Boyle, yang berbunyi:

Pada suhu tetap, tekanan gas didalam ruang tertutup berbanding


terbalik dengan volumenya

Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume
gas dalam ruang tertutup adalah konstan (tetap) asalkan suhu gas
tetap. Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk rumus:

Dimana k = bilangan tetap (konstanta)

Bila tekanan diubah maka volume gas juga berubah maka rumus
diatas dapat ditulis sebagai berikut:

. = .

Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volume gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volume gas akhir (m3, cm3)

Penerapan Hukum Boyle


Penerapan Hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja semprotan
obat. Pompa pada semprotan obat nyamuk berfungsi untuk
mengubah volume gas dalam tabung semprotan. Saat pompa
digerakkan ke kanan maka volume gas akan mengecil dan tekanan
gas meningkat. Tekanan gas yang besar keluar melalui ujung
tabung dan membuat cairan pada pipa tadon tersemprot keluar.
Sedangkan ketika pompa ditarik ke arah kiri maka volume gas
semakin besar dan tekanan gas dalam tabung menjadi menurun.

Gambar 2.4 Peralatan dengan prinsip Hukum Boyle

Hubungan antara volume dan tekanan pada peristiwa tersebut dapat


ditunjukkan melalui grafik pada gambar 2.5. Grafik tersebut
menunjukkan jika volume bertambah maka tekanan gas akan
berkurang.

Gambar 2.5 Grafik hubungan pada Hukum Boyle

b. Hukum Charles
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Robert Boyle, Jacques
Charles (1747-1823) menggerakkan piston namun parameter yang
dibuat konstan adalah tekanan gas. Dari hasil percobaannya,
Charles memperoleh kesimpulan bahwa:

Jika gas dalam ruang tertutup tekanannya dijaga konstan maka


volume gas dalam jumlah tertentu berbanding lurus dengan
temperatur mutlaknya

Selain itu Charles juga telah mampu menentukan hubungan antara


suhu dan volume secara kuantitaf. Berikut adalah persamaan
matematis untuk menggambarkan hubungan kedua variabel
tersebut:

Bila volume diubah maka suhu gas juga berubah maka rumus diatas
dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:
k = konstanta Boltzmann = 1,38110-23 J/K

V1 = volume gas mula-mula (m3)


V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = suhu gas mula-mula (K)
T2 = suhu gas akhir (K)

Hubungan antara volume dan suhu pada peristiwa tersebut dapat


ditunjukkan melalui grafik pada gambar 2.6. Grafik tersebut
menunjukkan jika volume bertambah maka tekanan gas juga akan
bertambah.
Gambar 2.6 Grafik hubungan pada Hukum Charles

Peristiwa yang ditunjukkan pada grafik dan persamaan dapat dilihat


secara langsung melalui balon yang ditempatkan pada mulut botol
yang direndam air panas (Gambar 2.7). Gambar 2.7 menunjukkan
semakin tinggi suhu gas dalam botol maka volume gas juga
membesar.

Gambar 2.7 Balon membesar saat botol direndam air panas

c. Hukum Gay Lussac


Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama
Joseph Gay Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa:

Jika gas dalam wadah tertutup volumenya dijaga konstan maka


tekanan gas berbanding lurus dengan temperatur mutlaknya
Peristiwa yang berkaitan dengan pernyataan tersebut adalah botol
pengharum ruangan yang dipanaskan. Semakin tinggi suhu botol
saat dipanaskan maka semakin besar pula tekanan gas dalam botol
sehingga menyebabkan botol akhirnya meledak. Secara matematis
hubungan antara suhu dan tekanan adalah:

=
Bila tekanan diubah maka suhu gas juga berubah maka rumus diatas
dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:
k = konstanta Boltzmann = 1,38110-23 J/K

P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)


P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
T1 = suhu gas mula-mula (K)
T2 = suhu gas akhir (K)

Berikut ini grafik yang menunjukkan hubungan antara suhu dan


tekanan pada volume ruang yang tetap.

Gambar 2.8 Grafik hubungan pada Hukum Gay Lussac


d. Hukum Boyle - Gay Lussac
Berdasarkan 3 hukum yang telah dijelaskan di atas maka diperoleh
Hukum Boyle-Gay Lussac yang menyatakan hubungan antara suhu,
tekanan dan volume gas yang secara matematis sebagai berikut:

Keterangan:
k = konstanta Boltzmann = 1,38110-23 J/K
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volume gas mula-mula (m3)
V2 = volume gas akhir (m3)
T1 = suhu gas mula-mula (K)
T2 = suhu gas akhir (K)

Persamaan di atas hanya digunakan pada keadaan gas yang


massanya tetap atau jumlah partikel konstan dalam ruang tertutup
rapat. Sedangkan pada peristiwa dimana jumlah partikel gas dalam
wadah berubah, persamaan tersebut tidak berlaku.

Gambar 2.9 Orang Meniup Balon


Misalkan saat seseorang meniup balon maka partikel gas dalam
balon tersebut akan bertambah. Persamaan yang digunakan dalam
peristiwa ini adalah:


=

Keterangan:
P = tekanan gas (N/m)
V = volume gas (m)
N = banyak partikel
k = konstanta Boltzmann = 1,38110-23 J/K
T = suhu mutlak (K)

e. Hukum Avogadro
Hukum Avogadro adalah hukum gas yang diberi nama sesuai
dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang pada 1811
mengajukan hipotesis bahwa:

Gas-gas yang memiliki volume yang sama, pada temperatur dan


tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula

Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volume gas tidak
tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai
contoh, 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah
molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini
dapat dinyatakan secara matematis:

Dengan:

V = volume gas (m)


n = jumlah mol dalam gas tersebut.
k = tetapan kesebandingan

Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa


konstanta gas ideal memiliki nilai yang sama bagi semua gas.

Artinya, konstanta memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak
tergantung pada ukuran atau massa molekul gas. Hipotesis
Avogadro dibuktikan melalui teori kinetika gas. Satu mol gas ideal
memiliki volume 22.4 liter pada kondisi standar (STP), dan angka
ini sering disebut volume molar gas ideal. Gas-gas nyata (non-ideal)
memiliki nilai yang berbeda.

2.1.3 Teori Kinetik Gas


Pada pertengahan abad ke-19, ilmuwan mengembangkan suatu teori
baru untuk menggantikan teori kalorik. Teori ini berdasarkan pada
anggapan bahwa zat disusun oleh partikel-partikel sangat kecil yang
selalu bergerak. Bunyi teori Kinetik adalah sebagai berikut:

Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih cepat


dan karena itu memiliki energi yang lebih besar daripada partikel-
partikel dalam benda yang lebih dingin

Teori kinetik pada gas berupaya menjelaskan sifat-sifat


makroskopik gas, seperti tekanan, suhu, atau volume, dengan
memperhatikan komposisi molekular dan gerakan dari gas tersebut.
Intinya, teori ini menyatakan bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh
denyut-denyut statis diantara molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac
Newton, melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang
bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula
sebagai Teori Kinetik Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori Kinetik
pada Gas.
Teori kinetik gas adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan
sifat-sifat atau kelakuan suatu gas. Teori kinetik gas tidak mengutamakan
kelakuan sebuah partikel, tetapi meninjau sifat zat secara keseluruhan
sebagai hasil rata-rata kelakuan partikel tersebut.
Secara kualitatif dapat diambil suatu pemikiran berikut. Jika suhu
gas berubah, maka kecepatan partikel gas berubah. Jika kecepatan partikel
gas berubah,maka energi kinetik tiap partikel gas dan tekanan gas juga
berubah. Hubungan ketiga faktor tersebut secara kuantitatif membentuk
persamaan:

=

dapat disubstitusi dengan persamaan energi kinetik, yaitu Ek = mv2 ,
sehingga terbentuk persamaan:


= dan =

sehingga


=

dengan:
Ek = energi kinetik partikel gas (J)
Dengan mensubstitusikan persamaan umum gas ideal pada persamaan
tersebut, maka akan diperoleh hubungan energi kinetik dengan suhu gas
sebagai berikut.
=


= = ( )


=

Gas terdiri atas partikel-partikel gas, setiap partikel memiliki energi
kinetik. Kumpulan dari energi kinetik dari partikel-partikel gas
merupakan energi dalam gas. Besar energi dalam gas dirumuskan:

= .
dengan:
U = energy dalam gas (J)
N = jumlah partikel

2.1.4 Persamaan Keadaan Gas


Persamaan keadaan (Equation of State) adalah persamaan yang
menghubungkan antara tekanan, suhu dan volum jenis (spesific volume)
dari suatu zat. Pada tulisan sebelum ini, kita telah melihat bagaimana
hubungan dari ketiga properti ini melalui tabel yang berlaku untuk air.
Ada banyak jenis persamaan keadaan, namun yang paling
sederhana diantaranya adalah persamaan gas ideal.


= ( )

R adalah konstanta proporsionalitas yang disebut dengan gas constant


memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung jenis gas nya.
Persamaan diatas biasa ditulis dengan:

Karena

=

dimana Ru merupakan konstanta gas universal (universal gas constant)


dan M adalah berat molekul. Dan, massa adalah jumlah molekul di
kalikan dengan berat molekul, yakni m = N.M, persamaan keadaan gas
ideal dapat ditulis menjadi:

Nilai untuk Universal Gas Constant, Ru dalam berbagai jenis satuan


adalah sebagai berikut:
8.314 kJ/(kmolK)
8.314 kPam3/(kmolK)
1.986 Btu/(lbmolR)
1545 ftlbf/(lbmolR)
10.73 psiaft3/(lbmolR)

Jika suatu gas mengalami tekanan yang jauh lebih rendah dari tekanan
kritisnya dan suhu yang jauh lebih tinggi dari suhu kritisnya maka gas
tersebut dapat diperlakukan sebagai gas ideal

Jika suatu gas diperlakukan sebagai gas ideal, maka rumusan berikut
berlaku pada gas tersebut:

Persamaan keadaan gas ideal sangat sederhana, namun range


penerapannya terbatas, sehingga diperlukan suatu persamaan keadaan
yang akurat pada range yang lebar. Persamaan keadaan lain yang
dikenal antara lain adalah:
a. Persamaan Van der Waals (salah satu persamaan keadaan yang
terdahulu)
b. Persamaan Beattie-Bridgeman (terkenal dan cukup akurat)
c. Persamaan Benedict-Webb-Rubin (terbaru dan sangat akurat)

2.1.5 Berat Molekul Gas


Densitas dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul
suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang
akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui
berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan
tekanan yang sama. Densitas gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam
gram per liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang
sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya. Menurut hukum
gas ideal:

PV = nRT

Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang


sederhana ialah PV = nRT, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat
dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada
tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan
penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas
ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi
kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas
akan mempunyai volume yang sangat besar. Untuk suatu berat tertentu
bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang.
Densitas yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan
densitas dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap
dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan
berikut:
P V = RT
M = RT = (d/p)o R T

Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang
diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada
kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara
dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram
cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap
dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung
dengan hukum gas ideal.
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa
perbandingan PV/T adalah konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata)
seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat,
ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan
mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum
gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas
nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif
rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas
akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat
dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal
ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat
sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).

2.1.6 Panas Jenis Gas


Suhu suatu gas dapat dinaikkan dalam kondisi yang bermacam-
macam. Volumenya dikonstankan, tekanannya dikonstankan atau kedua-
duanya dapat dirubah-rubah menurut kehendak. Pada tiap-tiap kondisi ini
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebesar satu satuan suhu
untuk tiap satuan massa adalah berlainan. Dengan kata lain suatu gas
mempunyai bermacam-macam kapasitas panas. Tetapi hanya dua macam
yang mempunyai arti praktis yaitu:
a. Kapasitas panas pada volume konstan.
b. Kapasitas panas pada tekanan konstan.

Kapasitas panas gas ideal pada tekanan konstan selalu lebih besar dari
pada kapasitas panas gas ideal pada volume konstan, dan selisihnya
sebesar konstanta gas umum (universil) yaitu: R = 8,317 J/mol 0K.

Cp Cv = R

Cp = kapasitas panas jenis (kalor jenis) gas ideal pada tekanan konstan.
Cv = kapasitas panas jenis (kalor jenis) gas ideal pada volume konstan.

Panas jenis dari suatu gas dapa dihitung dengan menggunakan rumus:

2.1.7 Kapasitas Gas


Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan "banyaknya kalor Q yang
diperlukan untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin". Pernyataan ini
dapat dituliskan secara matematis sebagai

= =

keterangan:

C= Kapasitas Kalor

Q = Qalor

T = Kenaikan Suhu

Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk
menaikan suhunya dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik)
atau volum tetap (proses isokhorik). Karena itu, ada dua jenis kapasitas
gas kalor yaitu:

Uraikan Konsep Kapasitas Kalor Gas


Kapasitas kalor gas diperoleh dari fungsi empirik temperatur, dan
biasanya dalam bentuk yang sama. Kapasitas kalor gas sangat
dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada sifat
termodinamika tidak digunakan dalam. Karena gas pada tekanan rendah
biasanya mendekati ideal, kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk
hampir semua perhitungan gas real pada tekanan atmosfir.
1. Kapasitas Kalor Gas Pada Tekanan Tetap (Cp)
Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan
suhu suatu zat satu Kelvin pada tekanan tetap. tekanan system dijaga
selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan, maka perubahan
energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini tidak ada yang bernilai
nol. Maka secara matematis:


= =[ ] = [ ]

2. Kapasitas Kalor Gas Pada Volum Tetap (Cv)


Kapasitas kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan
untuk menaikan suhu suatu zat satu kelvin pada volum tetap. Artinya
kalor yang diberikan dijaga selalu konstan. Karena volume sistem
selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa
melakukan kerja pada system. Jadi kalor yang ditambahkan pada
sistem digunakan untuk menaikan energi dalam sistem. Maka secara
matematis :


= = [ ]

Berdasarkan persamaan di atas dapat diperoleh bahwa:

Cp Cv = 5/2nR 3/2nR

Cp Cv = nR

Kapasitas yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah untuk gas


monoatomik. Sedangkan untuk gas diatomik dan poliatomik
tergantung pada derajat kebebasan gas. Dapat digunakan pembagian
suhu sebagai berikut:

a. Pada suhu rendah ( 250 K): Cv = 3/2nR dan Cp = 5/2nR

b. Pada suhu sedang ( 500 K): Cv = 5/2nR dan Cp = 7/2nR

c. Pada suhu tinggi ( 1000 K): Cv = 7/2nR dan Cp = 9/2nR

Oleh karena itu, konstanta Laplace dapat dihitung secara teoretis


sesuai persamaan sebagai berikut:
Gas monoatomik: = Cp/Cv = ((5/2nR)/(3/2nR)) = 5/3 =
1,67
Gas diatomik pada suhu kamar: = Cp/Cv =
((7/2nR)/(5/2nR)) = 7/5 = 1,4

Dengan memasukan nilai Qp danQc sertqa W diperoleh:

CpT CvT = pV

(C p Cv ) = pV

Cp Cv= pV / T
Akhirnya kita mendapatkan rumus lengkap usaha yang dilakukan
oleh gas seperti dibawah ini:

W = pV = p (V2- V1)

W = nRV = nR(T2- T1)

W = Qp - Qv = (Cp Cv)T
2.1.8 Viskositas Gas
Viskositas adalah ukuran tahanan yang diberikan oleh suatu fluida
terhadap gaya geser terapan. (Robert A. Alberty, 1984: 144) Semakin
tinggi interaksi dan ikatan antarmolekul fluida, semakin tinggi tahanan
yang diberikan oleh suatu fluida ke tekanan geser yang diterapkan pada
fluida tersebut. Karenanya, viskositas fluida akan semakin tinggi.
Tekanan geser adalah gaya geser dibagi dengan luas. Tekanan geser
berbanding lurus dengan dengan laju regangan geser (atau gradien
velocity).
Dalam definisi sederhana viskositas alias kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu
fluida. Atau kita sebut juga sebagai gesekan internal fluida. Jadi molekul-
molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika
fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul. Viskositas berhubungan langsung dengan temperatur, dimana
pada viskositas liquid, semakin tinggi temperatur semakin rendah
viskositas. Sedangkan pada viskositas gas, semakin tinggi temperatur
semakin tinggi viskositas, dapat diartikan bahwa pada liquid (zat cair)
semakin tinggi temperatur, interaksi dan ikatan antar molekul fluida pada
zat cair akan berkurang (gaya kohesi melemah), sehingga tahanan fluida
akan semakin rendah, viskositas semakin rendah. Pada fluida gas
semakin tinggi temperatur, interaksi dan ikatan antarmolekul fluida pada
gas akan semakin tinggi (molekul-molekul bertumbukan), sehingga
tahanan fluida akan semakin tinggi, viskositas gas semakin tinggi. Dua
poin ini dapat dijelaskan dengan teori kinetik. Tumbukan antara partikel
yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk bola adalah tumbukan
elastik atau hampir elastic, seperti pada fluida gas. Namun, tumbukan
antara partikel yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastic,
seperti pada fluida cair. Dalam tumbukan tidak elastik, sebagian energi
translasi diubah menjadi energy vibrasi, dan akibatnya partikel menjadi
lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi. Viskositas secara
umum dibagi dua:
1. Dynamic viscosity atau absolute viscosity
2. Kinetic viscosity, adalah dynamic viscosity dibagi dengan densitas
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Sifat-sifat gas:
Gas terdapat di segala tempat
Gas menekan ke segala arah dan terdistribusi merata dalam ruang
Gas mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya
Gas memiliki bentuk dan volume yang berubah-ubah
Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya.
Bila dipanaskan gas akan mengembang, dan akan mengkerut jika
didinginkan.
Gas dapat ditekan dengan tekanan luar.
b. Hukum-hukum gas
Hukum Boyle
Hukum Gay Lussac
Hukum Charles
Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum Avogadro
c. Teori kinetik gas
Teori ini menyatakan bahwa tekanan tidaklah disebabkan oleh denyut-
denyut statis diantara molekul-molekul, seperti yang diduga Isaac Newton,
melainkan disebabkan oleh tumbukan antarmolekul yang bergerak pada
kecepatan yang berbeda-beda.
d. Persamaan keadaan (Equation of State) adalah persamaan yang
menghubungkan antara tekanan, suhu dan volum jenis (spesific volume)
dari suatu zat.
e. Densitas dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas,
ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung
berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya
(sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama.
f. Kapasitas kalor suatu zat menyatakan "banyaknya kalor Q yang diperlukan
untuk menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin".
g. Viskositas adalah ukuran tahanan yang diberikan oleh suatu fluida terhadap
gaya geser terapan. Semakin tinggi interaksi dan ikatan antarmolekul
fluida, semakin tinggi tahanan yang diberikan oleh suatu fluida ke tekanan
geser yang diterapkan pada fluida tersebut.

Anda mungkin juga menyukai