Anda di halaman 1dari 3

SERI TAUJIHAT RIAYAH MANAWIYAH KADER PK-SEJAHTERA 1424 H

TAUJIHAT DUA PEKANAN

Seri 06/67
AL-QURAN SEBAGAI BEKAL DAN TUNTUNAN PERJUANGAN DAKWAH


:
Kedudukan dan fungsi Al-Quran
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga
memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas
kekhalifahan, yakni Al-Quran Al-Karim.
Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka
bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang
mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (lihat Q.S. 2/Al-Baqarah
: 2).
Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di
masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari
segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh.
Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari
ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena di
hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Quran, cahaya sempurna.(Hadits Tsulatsa/23-24)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
tetapi
Kami
menjadikan
Al
Qur'an itu
cahaya,
yang
Kami
tunjuki
dengan dia
siapa
yang Kami
kehendaki
di
antara
hambahamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S.
26/Asy-Syuaraa: 52)
Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Quran sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan
sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia
bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.

Interaksi dengan Al-Quran


Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Quran akan
mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya
telah Kami
turunkan
kepada
kamu
sebuah kitab yang
di
dalamnya terdapat
sebabsebab
kemuliaan
bagimu.
Maka apakah kamu tiada memahaminya? (Q.S. 21/ Al-Anbiyaa: 10)
Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara
membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam),
fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan Al-Quran
dalam kehidupan/membumikan Al-Quran) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat-demi
ayat Al-Quran).
Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan Al-Quran kepada setiap Muslim.
Upaya membangun ruh Al-Quran bagi kader dan kiat-kiatnya
Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Quran, maka perlu disadarkan kembali kewajibankewajiban kita di hadapan Al-Quran.
Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberapa kewajiban Muslim terkait dengan AlQuran yaitu :
1. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang
dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT.
Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Quran pasti akan
menuai kegagalan.
2. Kaum Muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita
harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan
dengan Allah SWT melalui Al-Quran.
Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan AlQuranul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya
untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak
kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau
mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, Agar saya
tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan.
3. Ketika membaca Al-Quran kita harus memperhatikan adab-adab membacanya. Demikian pula saat
kita mendengarkan Al-Quran harus memperhatikan adab-adabnya. Hendaklah kita berusaha
merenungkan dan meresapinya.
4. Setelah kita mengimani bahwa Al-Quran adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan
hukum-hukumnya, baik dalam tingkatan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan
masyarakat atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa.


-
Seri Taujihat Riayah Manawiyah terdiri dari Khithab Qiyadi, Taujihat Lailatul Katibah dan Taujihat Dua Pekanan.

Taujihat tersedia dalam bentuk audio, vcd dan tulisan.


Taujihat Riayah Manawiyah terbit secara berkala dalam rangka penyiagaan kader menghadapi agenda Dakwah 1424 H.
kaderisasi@pk-sejahtera.org

Anda mungkin juga menyukai