Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut
selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Bahaya bagi
ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan
perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.1
Di amerika serikat, jumlah dan frekuensi kehamilan kembar dua dan kehamilan kembar
tiga (triplet) serta kehamilan multijanin lainnya telah meningkat secara tidak terduga selama dua
dekade terakhir. Jumlah kelahiran kembar meningkat 52 % dan jumlah kelahiran triplet serta
kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak 404 persen. Sebaliknya,
kehamilan janin tunggal hanya meningkat 6 %. Peningkatan luar biasa kehamilan multijanin ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena para bayi ini lebih kecil kemungkinannya
untuk bertahan hidup, dan lebih sering mengalami kecacatan jangka panjang akibat kelahiran
preterm.2
Insidensi kehamilan kembar semakin sering terjadi, terutama akibat adanya teknologi
reproduksi dengan bantuan ( assisted reproductive technology, ART ). Kondisi ini terutama
berlaku untuk kehamilan kembar dalam jumlah banyak (hamil kembar tiga atau lebih ) yang
sekarang berjumlah 0,1 0,3 % dari seluruh kelahiran. 3 Di Amerika Serikat, antara tahun 1980
dan 2006, tingkat kehamilan kembar naik 101%. Tingkat kehamilan kembar juga meningkat di
Austria, Finlandia, Norwegia, Swedia, Kanada, Australia, HongKong, Israel, Jepang, dan
Singapura. Beberapa penyebab yang membuat perubahan dalam peningkatan kehamilan kembar
antara lain: penggunaan teknik reproduksi bantuan (ARTs) dan prosedur non-ART, usia ibu,
etnis, variasi etnis di 50 negara, dan terdapat penurunan pada kehamilan kembar tiga dan
kehamilan multipel lainnya.4
Dan distosia atau persalinan macet didefinisikan sebagai suatu persalinan yang
abnormal. Gangguan persalinan ini dapat terjadi pada kala 1 yang diukur dalam batasan waktu 2
jam sejak pemeriksaan terakhir atau setelah dilakukan pimpinan persalinan (Kala 2).1,2,3
Dilain pihak, dapat pula terjadi overdiagnosa terhadap persalinan lama. Di Amerika
Serikat, persalinan lama (juga disebut distosia) merupakan indikasi dilakukannya Sectio
1

caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani operasi seksio sesar primer. Hal ini
disebabkan oleh bebrapa hal, antara lain diagnosis yang tidak tepat, penggunaan anestesi
epidural, kekhawatiran yang berlebihan dan keterbatasan ketersediaan waktu para klinisi. Tidak
semua kondisi persalinan lama disebabkan oleh kondisi-kondisi patologis. Namun kondisi ini
perlu dikenali karena persalinan lama bisa saja merupakan sebuah indikasi bahwa diperlukan
pengawasan dan penanganan yang lebih intensif.4 Saat ini, distosia adalah indikasi paling sering
untuk dilakukannya seksio sesaria primer. Gifford dkk (2000) melaporkan bahwa tidak majunya
persalinan merupakan alasan bagi 68 persen seksio sesaria non-elektif pada presentasi kepala. 4
Sedangkan hipertensi gestasional, merupakan jenis hipertensi yang paling beresiko
pada kehamilan. Angka kejadian hipertensi gestasional pada wanita primigravida adalah 617% sedangkan pada wanita multigravida angka kejadian hipertensi gestasional adalah 24%.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran, dan aborsi yang tidak aman. Di
Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup adalah 390 pada tahun
1992 dan 307 pada tahun 2002. Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian
wilayah Indonesia, angka kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000
persalinan1 Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal
setiaptahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat.2
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan
salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di indonesia
mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih
ditangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.1
Pada tahun 2001, menurut National Center for Health Statistics, hipertensi
gestasional telah diidentifikasi pada 150.000 wanita, atau 3,7% kehamilan. Selain itu, hampir
16% dari 3.201 kematian yang berhubungan dengan kehamilan di Amerika Serikat dari
tahun 1991 - 1997 adalah akibat dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.3
2

Anda mungkin juga menyukai