Anda di halaman 1dari 3

Jurasan : Profesi Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Dosen : sari ida minarti sst,M.keb & ainal mardiah sst.M.keb

BERFIKIR KRITIS DALAM KEBIDANAN

Berpikir kritis dapat di definisikan dengan kemampuanu ntuk menganalisa fakta, mencetus
dan menata gagasan,mempertahan kan pendapat, membuat perbandingan, menarik
kesimpulan dan mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah

Scriven, M & Paul, R, dalam Anonim (2019) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu
proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan / atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau
komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya
ini, didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi:
kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti yang kuat, alasan yang baik,
kedalaman, luas, dan keadilan.

Proses berfikir kritis bertujuan untuk:

1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat.

2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.

3. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran.

4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk
masalah yang kompleks.

Keterampilan inti berpikir kritis

1. Interpretasi

2. Analisi

3. Evaluasi

4. Inferensi

5. Penjelasan
6. Regulasi diri

Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarikan dalam Elmansy (2016) adalah sebagai
berikut:

1) Knowledge.
Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang sesuai sebagai
dasarpengetahuan dalam pengambilan keputusan dalam berfikir kritis. Langkah ini
mengidentifikasi argumen atau masalah yang perlu diselesaikan. Pertanyaan harus diajukan
untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang masalah tersebut. Dalam beberapa
kasus, tidak ada masalah aktual, sehingga tidak perlu menggunakan langkah selanjutnya
dalam langkah-langkah model berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan dalam tahap ini harus
terbuka untuk memungkinkan kesempatan untuk membahas dan mengeksplorasi alasan
utama.

2) Comprehension.
Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan, dengan memahami apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara
komprehensif. Setelah masalah teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah memahami situasi
dan fakta-fakta yang sesuai. Data dikumpulkan berdasarkan permasalahannya menggunakan
salah satu metode penelitian yang dapat diadopsi tergantung pada masalah, jenis data yang
tersedia, dan batas waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

3) Aplication.
Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, dengan
mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan. Langkah ini melanjutkan langkah sebelumnya untuk melengkapi pemahaman
tentang berbagai fakta dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
dengan membangun hubungan antara informasi dan sumber daya. Peta pikiran dapat
digunakan untuk menganalisis situasi, membangun hubungan antaranya dan masalah inti, dan
menentukan cara terbaik untuk langkah selanjutnya.

4) Analize.
Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub masalah dan
mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang
mungkin muncul dari bukti-bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
Setelah informasi dikumpulkan dan hubungan dibangun di antara masalah utama, situasinya
dianalisis untuk mengidentifikasi situasi, titik kuat, titik lemah, dan tantangan yang dihadapi
saat memecahkan masalah. Prioritas ditetapkan untuk penyebab utama dan menentukan
bagaimana hal tersebut dapat diatasi dalam solusi. Salah satu alat yang umum digunakan
yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah dan keadaan di sekitarnya adalah diagram
sebab akibat, yang membagi masalah dari penyebabnya dan bertujuan untuk mengidentifikasi
berbagai penyebab dan mengelompokkannya berdasarkan jenis dan dampaknya pada
masalah.

5) Synthesis.
Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-analisis yang telah dibuat ke
dalam bentuk teori baru, dilakukan dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia
dalam bukti-bukti ilmiah yang didapat. Pada tahap ini, setelah masalah sepenuhnya dianalisis
dan semua informasi yang berkaitan dengannya dipertimbangkan, keputusan harus dibuat
tentang bagaimana menyelesaikan masalah dan rute awal yang harus diikuti untuk
mengambil keputusan ini menjadi tindakan. Jika ada sejumlah solusi, mereka harus
dievaluasi dan diprioritaskan untuk menemukan solusi yang paling menguntungkan. Salah
satu metode yang dapat digunakan dalam memilih solusi masalah adalah analisis SWOT yang
cenderung mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

6) Take action.
Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah dievaluasi (langkah 5) dengan
mempertimbangkan beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas
dengan menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami

Anda mungkin juga menyukai