Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS MATA

GLUKOMA FAKOMORFIK

Oleh:

NURHASANAH

Pembimbing :
Dr. MARJIS, Sp.M
KKS BAGIAN ILMU BEDAH RSUD. BANGKINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Glukoma Fakomorfik
yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu Penyakit Mata. Shalawat
beriring salam kami hadiahkan kepada nabi besar Muhammmad SAW yang telah
menyelamatkan kita dari alam kejahilan menjadi alam yang terang benderang dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Marjis Sp.M yang
telah bersedia membimbing kami, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Mohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat kesalahan, dan kami
mohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kasus ini. Atas perhatian dan
sarannya kami ucapkan terima kasih.

Bangkinang, Februari 2016


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Peningkatan tekanan intraokular dapat dicetuskan

oleh lensa kristalin

melalui beberapa mekanisme yang kemudian merupakan penyebab signifikan


glaukoma sekunder. Walaupun glaukoma yang disebabkan oleh lensa cenderung
lebih umum terjadi pada negara-negara berkembang yang warga negaranya
mempunyai akses yang lebih kecil untuk mendapatkan perawatan pembedahan,
namun dapat juga terjadi pada negara-negara maju yang individunya, oleh karena
berbagai macam penyebab, menderita katarak matur yang kemudian menjadi
hipermatur.
Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder sudut tertutup, yang
dikarenakan

lensa

intumesen.

Peningkatan

ketebalan

lensa

oleh

karena

progresivitas katarak, membuat lensa menjadi intumesen secara cepat, atau katarak
traumatika dapat berakibat pada hambatan dan sudut tertutup.
Pada mata dengan pembentukan katarak lebih lanjut, lensa menjadi bengkak
atau intumesen. Pengurangan progresif terjadi pada sudut iridokorneal. Pada mata
yang seperti itu, glaukoma dengan hambatan pupil dikarenakan oleh perubahan
pada ukuran dan posisi permukaan anterior lensa. Sudut tertutup merupakan akibat

dari mekanisme terhalangnya pupil, atau karena diafragma lensa-iris yang salah
penempatannya (luksasio).
Walaupun tidak ada statistik epidemiologi resmi mengenai glaukoma
fakomorfik, glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih
umum terjadi pada negara dengan tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi
namun metode pembedahannya belum cukup siap. Glaukoma dapat terjadi pada ras
apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut
dengan katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien usia muda yang
menderita katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang secara
cepat.
II.

Tujuan
Telaah ilmiah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai glaukoma fakomorfik.

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI

1.

Anatomi Lensa
Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh
darah, tembus pandang, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm.
Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dam nukleus. Ke depan,
lensa berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan
dengan badan kaca. Di belakang iris, lensa digantung pada prosesus siliaris
oleh zonula Zinii (ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada
ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan korpus siliare. Zonula
Zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliare.
Zonula Zini melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada
bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada
permukaan anterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan
di sebelah posteriornya terdapat korpus vitreus. Lensa diliputi oleh kapsula
lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang melalukan air
dan elektrolit untuk makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel
subkapsuler sampai ekuator.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 4

Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel


ini berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari
aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari
lamel-lamel panjang yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar
subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih
besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae
konsentris yang panjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan
terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan
epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae
ini akan berbentuk seperti huruf {Y} dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y}
ini tegak di anterior dan terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).
Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35%
protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh),
dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein
lensa terdiri dari water soluble dan water insoluble. Water soluble
merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (), beta () dan delta
() kristalin, sedang yang termasuk dalam water insoluble adalah urea
soluble dan urea insoluble. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah disinggung
sebelumnya, tidak ada reseptor nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.
KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 5

2.

Fungsi lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah
sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya
refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah
kelengkungan lensa terutama kurvatura anterior.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini,
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan akan berkurang.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang
dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses
sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus
berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses
bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks
bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng,

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 6

warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey reflex


atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena
proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya
pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dan biasanya dimulai pada
umur 40 tahun.

Gambar 1. Histologi sudut bilik mata

3.

Sudut Kamera Anterior


Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer
dan akar iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis schwalbe,
jalinan trabekular yang terletak diatas kanalis Schlemm, dan taji-taji
sklera.
Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel cornea, jaringan
trabekular berbentuk segitiga pada potongan melintang, yang dasarnya
mengarah ke korpus siliaris. Garis ini tersusun dari lembar-lembar
berlobang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 7

dengan memperkecil ukuran pori ketika mendekati canalis schelemm.


Bagian dalam jalinan ini, yang menghadap ke anterior, dikenal dengan
jaringan uvea: bagian luar, yang berada di dekat canalis schlemm disebut
jalinan korneosklera. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip ke
dalam jaringan trabecular tersebut. Taji sclera merupakan penonjolan
sclera ke arah dalam diantara corpus siliaris dan kanalis schlemm, tempat
iris dan korpus siliaris menempel. Saluran saluran eferen dari kanalis
schlemm ( sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aquaeous)
berhubungan dengan sistem vena episklera.
Sudut kamera anterior tersebut terletak pada persambungan kornea
perifer dan akar iris. Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah
kamera fotografi biasa. Media refraksi mata terdiri dari kornea, humor
akueus (cairan bilik mata), permukaan anterior dan posterior lensa, badan
kaca (korpus vitreum).
Sudut kamera terdiri dari sudut kamera anterior dan posterior.
Sudut kamera anterior dan posterior merupakan sistem drainase aliran
keluar humor akueus untuk menjaga keseimbangan tekanan intraokular.
Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar
iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis schwalbe, jalinan
trabekular yang terletak diatas kanalis Schlemm, dan taji-taji sklera. Sudut
kamera posterior terletak dibelakang kamera okuli anterior, dibatasi oleh
permukaan belakang iris, korpus siliar,dan lensa. Kamera okuli posterior
dilewati oleh zonula zinii atau ligamentum suspensorium lentis, dan
KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 8

berhubungan dengan kamera okuli anterior melalui celah melingkar antara


pupil dan lensa. Kamera okuli anterior dan posterior berisi humor akuos
yang menjaga keseimbangan tekanan intra okular (TIO).
4.

Fisiologi Humor Akuos


Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera
anterior dan posterior mata.

Volumenya adalah sekitar 250 mL, dan

kecepatan pembentukannya yang bervariasi di urnal, adalah 1,5-2


mL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma.
Komposisi humor akuos serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan
protein, urea,dan glukosa yang lebih rendah.
5.

Pembentukan dan Aliran Humor Akuos


Humor akuos diproduksi oleh korpus siliaris. Ultra-filtrat plasma
yang dihasilkan di stroma prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar
dan prosesus skretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli
posterior, humor akuos mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke
jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini terjadi
pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.
Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi
protein. Hal ini disebut humor akuos plasmoid dan sangat mirip dengan
serum darah.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 9

6.

Aliran Keluar Humor Akuos


Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen
dan elastik yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori
semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot
siliaris melaui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran
pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor akuos juga
meningkat. Aliran humor akuos ke dalam kanalis Schlemm tergantung
pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel.
Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12
vena akuos) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena.

Sejumlah kecil

humor akuos keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela
sklera (cairan uveoskleral).
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor akuos dari kamera
anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan
trabekular di dekatnyabukan dari sistem pengumpul vena.

Tetapi

tekanan di jaringan vena episklera menentukan batas minimum tekanan


intraokular yang dicapai oleh terapi medis.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 10

Gambar 2. Sudut Bilik Mata

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 11

BAB III
GLAUKOMA FAKOMORFIK

Definisi
Glaukoma fakomorfik, seperti yang digambarkan oleh terminologinya
(fako: lensa; morfik: bentuk) merupakan glaucoma yang berkembang sekunder
dikarenakan oleh perubahan bentuk lensa. Adanya peningkatan tekanan
intraokuler karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular
meshwork oleh iris perifer. Glaukoma sudut tertutup yang dapat terjadi secara
akut, subakut, ataupun kronik oleh karena katrak matur atau intumesen.

Angka Kejadian
Walaupun tidak ada statistik epidemiologi resmi mengenai glaukoma
fakomorfik, glaukoma sudut tertutup yang dikarenakan katarak hipermatur lebih
umum terjadi pada negara dengan tingkat prevalensi katarak yang lebih tinggi
namun metode pembedahannya belum cukup siap. Glaukoma dapat terjadi pada
ras apapun, jenis kelamin apapun, dan lebih sering ditemukan pada pasien usia
lanjut dengan katarak senilis, namun juga dapat terjadi pada pasien usia muda
yang menderita katarak traumatika atau katarak intumesen yang berkembang
secara cepat.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 12

Etiologi

1.
2.
3.

Beberapa faktor predisposisi glaukoma fakomorfik adalah:


Katarak intumesen
Katarak traumatika
Perkembangan katarak senilis yang cepat

Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil

dengan lensa yang besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal.
Serangan akut sudut tertutupnya dapat dicetuskan oleh dilatasi pupil pada
penerangan yang suram. Dilatasi menjadi midposisi merelaksasikan iris
perifer sehingga menjadi terdorong ke depan, berkontak dengan jaringan
trabekular, mengakibatkan terhalangnya pupil. Sudut tertutup juga dapat
difasilitasikan oleh penekanan yang berasal dari posterior lensa dan

pembengkakan lensa.
Kelemahan zonular yang merupakan akibat dari ekfoliasi, trauma atau
faktor usia juga berperan dalam menyebabkan glaucoma fakomorfik.

Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokuli, glaukoma dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous
humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan
glaukomasudut tertutup adalah gangguan akses aqueous humor ke sistem
drainase.
Glaukoma sudut terbuka terdiri dari kelainan pada membran pratrabekular
(seperti glaukoma neovaskular dan sindrom Irido Corneal Endothelial), kelainan
KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 13

trabekular (seperti glaukoma sudut terbuka primer, kongenital, pigmentasi dan


akibat steroid) dan kelainan pascatrabekular karena peningkatan tekanan
episklera. Sedangkan glaukoma sudut tertutup terdiri dari glaukoma sudut tertutup
primer, sinekia, intumesensi lensa, oklusi vena retina sentralis, hifiema, dan iris
bombe.
Patogenesis dan Patofisiologi
1. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka.
Glaukoma sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran
keluar aqueous humor, sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat
memicu proses degenerasi trabecular meshwork, termasuk pengendapan
materi ekstrasel di dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis
Schlemm.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan
hubungannya dengan tingginya tekanan intraokular masih belum begitu
jelas. Teori utama memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan
elemen penunjang struktural akibat tingginya tekanan intraokular di saraf
optikus, setinggi dengan lamina kribrosa atau pembuluh darah di ujung
saraf optikus. Teori lainnya memperkirakan terjadi iskemia pada
mikrovaskular

diskus

optikus.

Kelainan

kromosom

(mengekspresikan myocilin) juga menjadi faktor predisposisi.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 14

1q-GLC1A

2. Glaukoma Sudut Tertutup


Glaukoma sudut tertutup terjadi apabila terbentuk sumbatan sudut
kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran aqueous humor
dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan, dan penglihatan yang kabur. Serangan akut sering
dipresipitasi oleh dilatasi pupil, yang terjadi spontan di malam hari, saat
pencahayaan kurang.

a.

Glaukoma Sudut Tertutup Akut


Pada glaukoma sudut tertutup akut terjadi peningkatan tekanan
bola mata dengan tiba-tiba akibat penutupan pengaliran keluar aqueous
humor secara mendadak. Ini menyebabkan rasa sakit hebat, mata merah,
kornea keruh dan edematus, penglihatan kabur disertai halo (pelangi

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 15

disekitar lampu). Glaukoma sudut tertutup akut merupakan suatu keadaan


darurat.
Pada mata dengan pembentukan katarak lebih lanjut, lensa menjadi
bengkak atau intumesen. Pengurangan progresif terjadi pada sudut
iridokorneal. Pada mata yang seperti itu, glaukoma dengan terhalangnya
pupil dikarenakan oleh perubahan pada ukuran dan posisi permukaan
anterior lensa. Sudut tertutup merupakan akibat dari mekanisme
terhalangnya pupil, atau karena diafragma lensa-iris yang salah
penempatannya (luksasi).
b. Glaukoma Sudut Tertutup Kronis
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi
jalan keluar tanpa gejala yang nyata, akibat terbentuknya jaringan parut
antara iris dan menempel pada tepi kornea.

Manifestasi klinis
1. Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut,
pandangan kabur, melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar
cahaya, mual, dan muntah.
2. Pasien secara umum mengalami penurunan visus sebelum episode akut
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dikarenakan adanya riwayat katarak.


Tingginya tekanan intraokuler (TIO) lebih dari 35 mmHg
Pupil mid dilatasi, ireguler.
Edema kornea
Injeksi konjungtiva dan silier
Bilik mata depan yang dangkal
Pembesaran lensa dan letak lensa yang lebih ke depan
Pembentukan katarak yang tidak equal pada kedua mata

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 16

BAB IV
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan


intraokuler secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik,
kornea, dan untuk menjegah terbentuknya sinekia. Penurunan tekanan intraokuler

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 17

penting dalam mempersiapkan tindakan iridotomi laser, yang dapat memulihkan


terhalangnya pupil yang mengakibatkan glaukoma.
a. Penatalaksanaan inisial harus ditujukan pada pemulihan sudut tertutupnya
yaitu dengan beta-blocker, alpha 2-adrenergic agonists, dan carbonic
anhydrase inhibitor.
b. Penatalaksanaan sekunder dimulai

dengan

iridotomi

laser

untuk

memulihkan terhalangnya pupil.


Prosedur ini merupakan rute pengganti bagi akuos yang terjebak
pada bilik posterior untuk dapat masuk ke bilik anterior,
memunginkan iris untuk lepas tidak menyumbat jaringan

trabekuler. Dapat digunakan laser argon dan Nd:YAG.


Iridektomi laser kadang memulihkan serangan akut sudut tertutup,
tapi bilik anterior tetap dangkal. Sehingga mata rentan untuk
kembali mengalami serangan sudut tertutup, maka ekstraksi

katarak harus dilakukan.


c. Gonioskopi berguna setelah iridektomi dilakukan untuk penilaian
retrospektif sudut bilik mata. Jika sudut bilik terlihat melebar, maka
mekanisme terhalangnya pupil yang cenderung mengakibatkan tekanan
intraokuler meningkat, dan iridektomi laser merupakan terapi efektif untuk
kasus tersebut. Jika sudut tidak terlalu dalam secara signifikan, lensa
intumesen atau terdorongnya lensa ke depan merupakan faktor
penyebabnya, dan pasien harus ditatalaksana dengan ekstraksi katarak.
Jika sudut tertutup tidak pulih dengan iridotomi laser, maka perlu
dipertimbangkan sindroma iris plateau sebagai diagnosis bandingnya.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 18

Pembedahan
a. Iridotomi laser secara sementara menghentikan serangan akut hambatan
pupil, tapi pada sebagian besar pasien glaukoma fakomorfik, dibutuhkan
ekstraksi katarak. Iridotomi laser harus dilakukan ketika midriasis karena
pembedahan dapat mengeksaserbasi serangan. Metode ekstrakapsular
digunakan

dalam

ekstraksi

kataraknya.

Trabekulektomi

sering

dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.


b. Pembedahan pada mata nanophtalmik bukanlah prosedur pilihan, laser
iridektomi perifer dan iridoplasty dengan terapi medis adalah yang
dibutuhkan. Mata nanophtalmik kecil dengan bilik mata depan yang
dangkal dan hiperopia sedang sampai tinggi. Pada pasien-pasien seperti
ini, ekstraksi katarak sering memiliki robekan koroid dan badan siliar
dengan robekan retina regmatogen.

Medikamentosa
Tujuan dari farmakoterapi bagi glaukoma fakomorfik adalah untuk
mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.
a. Carbonic anhydrase inhibitors (Acetazolamide, Dorzolamide)
Carbonic anhydrase merupakan enzim yang banyak ditemukan pada
jaringan tubuh, termasuk mata. Mengkatalisis reaksi reversibel sehingga
karbon dioksida menjadi terhidrasi dan asam karbonar menjadi
terdehidrasi. Dengan memperlambat pembentukan ion bikarbonat dengan
mengurangi secara berurutan transport sodium dan cairan, maka dapat

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 19

menghambat anhidrase karbonat pada badan silier di mata. Efek tersebut


mengurangi sekresi akuos humor, kemudian menurunkan tekanan
intraokuler
b. Alpha-adrenergic agonists (Apraclonidine)
Menurunkan TIO dengan mengurangi produksi akuos humor.
c. Agen Hiperosmotik (Isosorbide, Mannitol)
Menurunkan TI) dengan membentuk gradien osmotik antara cairan okuler
dan plasma. Tidak untuk penggunaan jangka panjang.
d. Prostaglandin (Bimatoprost, Travoprost, Unoproston, Latanoprost)
Menurunkan TIO, dengan memperbesar aliran akuos humor.
e. Beta-blockers (Levobunolol, Timolol)
Mengurangi produksi akuos humor.
BAB V
KESIMPULAN
Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder yang disebabkan
oleh kelainan pada lensa, dapat menyerang ras apapun, baik laki-laki maupun
perempuan. Glaukoma fakomofik mudah terjadi pada pasien dengan katarak
matur. Katarak matur dapat mengakibatkan sudut bilik mata tertutup dan
mengakibatkan glaukoma fakomorfik, sedangkan katarak hipermatur dapat
mengakibatkan glaukoma fakolitik.
Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut,
pandangan kabur, melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar cahaya, mual,
dan muntah. Pasien secara umum mengalami penurunan visus sebelum episode
akut dikarenakan adanya riwayat katarak.
Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil
dengan lensa yang besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 20

akut sudut tertutupnya dapat dicetuskan oleh dilatasi pupil pada penerangan yang
suram.
Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan
tekanan intraokuler secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada
saraf optik, kornea, dan untuk menjegah terbentuknya sinekia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pradhan D, Hennig A, Kumar J, et al. A prospective study of 413 cases of


lens-induced glaucoma in Nepal. Indian J Ophthalmol 2001;49(2):
103-7.
2. Rao SK, Padmanabhan P. Capsulorhexis in eyes with phacomorphic
glaucoma. J Cataract Refract Surg 1998;24(7):882-4.
3. Prajna NV, Ramakrishnan R, Krishnadas R, et al. Lens induced
glaucomasvisual results and risk factors for final visual acuity. Indian J
Ophthalmol 1996;44(3):149-55.
4. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa
Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183
5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi
Tegal, Jakarta, 1993 : 190-196.
6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1998 : 209-210.
7. Glaucoma Phacomorphic http://emedicine.medscape.com/article/1204917media.

KKS Ilmu Mata RSUD BANGKINANG

Page 21

Anda mungkin juga menyukai