Anda di halaman 1dari 20

Efektivitas Albendazol

Oral sebagai Terapi


Pedikulosis Kapitis

Amanda isramulniasih
NIM. 09101002
Pembimbing : dr. Imawan Hardiman Sp.KK
KKS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD BANGKINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2016

ABSTRAK
Latar Belakang :
Pedikulosis kapitis
merupakan masalah
kesehatan di seluruh
penjuru dunia.
Terlebih lagi, kini
parasit kepala
ditemukan menjadi
resisten terhadap
obat-obatan
pedikulisida yang
tersedia.

Tujuan :
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengevaluasi
efektivitas
albendazol oral
sebagai terapi
pedikulosis
kapitis.

Pasien dan Metode


Enam puluh pasien dengan pedikulosis kapitis disertakan
dalam penelitian ini
Pasien dibagi menjadi 3 kelompok:
Kelompok I terdiri dari 20 pasien yang menerima terapi
albendazol oral (400 mg dosis tunggal).
Kelompok II terdiri dari 19 pasien yang menerima terapi
topikal lotion malathion 0,5%.
Kelompok III terdiri dari 21 pasien yang menerima kedua
terapi di atas.
Seluruh pasien akan mengulangi terapi pada hari ke-10. Dua
minggu setelah kunjungan pertama, pasien dievaluasi ulang
untuk mengetahui hasil terapi. Pasien yang ditemukan
memiliki kutu dewasa ataupun larvae yang hidup dianggap
sebagai gagal terapi. Pasien juga diwawancara untuk
mencari efek samping terapi.

Hasil
Dari 60 pasien, 58 merupakan wanita dan 2 adalah
laki-laki. Rentang usia adalah 4-14 tahun
Terapi yang berhasil ditemukan pada 31 pasien
Pasien dengan terapi yang berhasil menurut
kelompok masing-masing adalah :
Kelompok I 6 dari 20 pasien
Kelompok II 11 dari 19 pasien
Kelompok III 14 dari 21 pasien.
Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari hasil
terapi antar ketiga kelompok ini. Namun, jumlah
pasien yang respons terhadap terapi lebih banyak
ditemukan pada kelompok III.
Efek samping bersifat minimal dan jarang ditemui.

Simpulan
Albendazol oral 400 mg dosis
tunggal/ malathion topikal lebih
efektif dibandingkan dengan
pemakaian salah satu terapi saja.
Pemberian albendazol oral saja
ditemukan kurang efektif
dibandingkan malathion topikal

PENGANTAR
Pedikulosis kapitis merupakan infeksi
parasit dengan prevalensi yang tinggi
pada anak-anak di seluruh dunia
Rasa gatal di kulit kepala merupakan
gejala utama dari penyakit ini
Kriteria untuk menegakkan diagnosis
kutu kepala adalah identifikasi kutu,
larva atau bekas gigitan di kulit
kepala

Ada tiga metode dasar terapi pedikulosis


kapitis : pedikulosida topikal, sisir basah dan
terapi oral
Peningkatan angka kejadian pedikulosis secara
global akhir-akhir ini diduga akibat pemakaian
insektisida yang kurang tepat sehingga muncul
sifat resistensi terhadap neurotoksin dari
pedikulosida, seperti permetrin dan malathion
Penggunaan pedikulosida dengan neurotoksin
yang belebihan telah menyebabkan munculnya
resistensi kutu terhadap obat ini

PASIEN DAN METODE


Penelitian ini diikuti oleh 60 pasien
dengan pedikulosis kapitis
Kriteria eksklusi dari penelitian adalah :
pasien dengan hipersensitivitas terhadap
albendazol, riwayat pengobatan kutu
kepala dalam satu bulan terakhir dan
pasien berusia di bawah dua tahun
Seluruh pasien harus menjalani:
Anamnesis, Pemeriksaan dan Diagnosis
Pedikulosis Kapitis, Pengobatan, Follow up

ANALISIS STATISTIK
Data kuantitatif dianalisis
menggunakan nilai mean dan
standar deviasi (SD).
Uji t-test berpasangan dilakukan
untuk mencari perbedaan yang
bermakna antara kedua mean dari
sampel.
Nilai p < 0,05 dianggap sebagai
signifikan

HASIL
Pasien dengan terapi yang berhasil ditemukan
sebanyak 31 pasien (51,67%, 30 wanita dan 1
laki-laki)
Pasien dengan terapi yang berhasil menurut
masing-masing kelompok :
Kelompok I 6 dari 20 pasien
Kelompok II 11 dari 19 pasien
Kelompok III 14 dari 21 pasien. Tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan dari hasil terapi antar
ketiga kelompok ini
jumlah pasien yang respons terhadap terapi
lebih banyak ditemukan pada kelompok III

Hasil terapi pada ketiga kelompok


penelitian
Kelompok
terapi

Hasil terapi
Terapi berhasil
N
%

Kelompok
I
(albendazol
oral)
Kelompok
II
(malathion
topikal)
Kelompok
III (oral +
topikal)
Total

30,00

Chi-square

Terapi gagal
N
%
14

70,00

Total
X2

nilai P

5,947

0,051

20

11

57,89

42,11

19

14

66,67

33,33

21

31

51,67

29

48,33

60

Efek samping bersifat minimal dan


jarang ditemui
Tidak ditemukan perbedaan efek
samping yang signifikan antar ketiga
kelompok
1 pasien dengan nyeri abdomen di
kelompok I
1 pasien dengan sensasi panas di kulit
kepala di kelompok II
1 pasien dengan anoreksia dan nyeri
abdomen pada kelompok III

Efek samping pada ketiga kelompok


penelitian
Kelompok
terapi

Efek samping

Angka kejadian
N
%
5,00

Chi-square

Jenis

Kelompok I
(albendazol
oral)

Nyeri
abdomen
ringan

Kelompok II
(malathion
topikal)

5,26

Sensasi panas
di kulit
kepala

Kelompok III
(oral +
topikal)

4,76

Anoreksia
dan nyeri
abdomen
ringan

X2

nilai P

0,0053

0,997

DISKUSI
Terapi infestasi kutu kepala berfokus pada
penggunaan ovisida dan pedikulisida
topikal seperti permetrin
Secara perlahan kutu kepala telah menjadi
resisten terhadap pirethroid (seperti
permetrin) dan lindane.
Permetrin telah tidak dianggap memiliki
sifat ovisida lagi
Untuk menghindari resistensi lebih lanjut,
maka alternatif jenis obat lain sangat
diperlukan

Albendazol adalah benzimidazol dengan


aktivitas spektrum luas terhadap parasit
helminth/cacing
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
efek albendazol sistemik untuk menentukan
efektivitasnya terhadap pedikulosis kapitis
albendazol oral 400 mg dosis tunggal
dengan pemakaian tunggal, kombinasi
dengan lotion malathion 0,5% versus lotion
malathion pemakaian tunggal
Penelitian ini menemukan bahwa hanya 30%
pasien (6 dari 20) penerima albendazol oral
dosis tunggal yang menunjukkan perbaikan
dilihat dari manifestasi kutu hidup.

Hasil berkontradiksi dengan hasil yang


didapatkan oleh Akisu et al yang melaporkan
bahwa penggunaan albendazol tunggal dan
kombinasi dengan permetrin menunjukkan
perbaikan pedikulosis kapitis yang signifikan
Dalam penelitian Akisu et al, penggunaan
permetrin 1% topikal meningkatkan angka
keberhasilan albendazol
Hasil ini serupa dengan hasil penelitian ini, di
mana penggunaan malathion 0,5% topikal
meningkatkan angka keberhasilan albendazol
Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa terapi
kombinasi lebih efektif dibandingkan degan
terapi obat tunggal

Thiabendazol, sebuah antiparasitik


spektrum luas, juga dilaporkan
efektif untuk pedikulosis kapitis
Pada penelitiannya Namazi
menemukan bahwa 61 pasien
dengan kutu kepala menunjukkan
respon sempurna setelah pemberian
thiabendazol 20 mg/kg dua kali
sehari selama 10 hari

Pada penelitian ini terdapat satu


pasien yang mengeluhkan efek
samping berupa sensasi terbakar
setelah pemakaian lotion malathion
0,5% di kulit kepala
Pada penelitian ini, efek samping
albendazol minimal,yaitu (satu pasien
dengan nyeri abdominal, satu dengan
anoreksia dan nyeri abdominal)
Albendazol relatif lebih aman dan
mudah digunakan.

SIMPULAN
kombinasi albendazol oral 400 mg
dosis tunggal/ malathion topikal lebih
efektif dibandingkan dengan
pemakaian salah satu terapi saja
Pemberian albendazol oral saja
ditemukan kurang efektif
dibandingkan malathion topikal.
Malathion merupakan alternatif obat
yang muncul karena adanya resistensi
pirmetrin

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai