LUKA BAKAR
Oleh:
NURHASANAH
Pembimbing :
Dr. NURSHAL HASBI, Sp.B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan pengetahuan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Luka bakar grade II ec
air radiator yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu Penyakit
bedah. Shalawat beriring salam kami hadiahkan kepada nabi besar Muhammmad SAW
yang telah menyelamatkan kita dari alam kejahilan menjadi alam yang terang benderang
dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Nurshal Hasbi
Sp.B yang telah bersedia membimbing kami, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada
waktunya.
Mohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat kesalahan, dan kami
mohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kasus ini. Atas perhatian dan
sarannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat
khususnya rumah tangga dan ditemukan terbanyak adalah luka bakar derajat II. Luka
bakar merupakan cedera yang mengakibatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk
tahunnya dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat di rumah sakit, sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya. Anak
kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka
bakar, kaum remaja laki-laki dan pria usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langeerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh
ketebaln kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri dari lima lapisan (dari lapisan paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai sampai 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terdiri oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
Fungsi Epidermis : proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel langerhans).
DERMIS
SUBKUTIS
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
2.3 ETIOLOGI
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun
tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
a. Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat
alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh
yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar
akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
b. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
c. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya
trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46 oC.
Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.
Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan
2.7 PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada
kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh
kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain
berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran
napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi
invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam
invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau
pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng
yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh
dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa
elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel
kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam
mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik
jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami
kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,
peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase
mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak
Curling. Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga
keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena
eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang
rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase
ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu,
penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan
demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka
bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu:
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas tersembunyi. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah
mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika
dibanding dengan intubasi.
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
c. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi
yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat
dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah
terjadinya SIRS dan MODS.
1. Eksisi dini
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian
cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar
derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga
skin grafting (dianjurkan split thickness skin grafting). Tindakan ini juga
tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria
penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai
lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan
penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam.
Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong
electrocautery. Adapun keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
2.14 KOMPLIKASI
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap
berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma,
luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection,
injury, inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury.
Kriteria klinik yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of
Patofisiologi
Tahap I
Tahap II
Tahap III
MODS merupakan bagian akhir dari spektrum klinis SIRS. Pada pasien
luka bakar dapat dijumpai secara kasar 30% kasus mengalami MODS. Ada 3 teori
yang menjelaskan timbulnya SIRS, MODS dan sepsis; yang mana ketiganya
terjadi secara simultan.
Tatalaksana
Komplikasi
2.15 PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B
Usia : 54 tahun
Alamat : Tunas Harapan
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan utama
Dada, Perut dan lengan kiri terkena air panas radiator
Primary survey
A : Bebas, patent, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 24x/menit, reguler, kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2 detik, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi
84x/menit,
Secondary survey
Mata : kelopak mata edema (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Dada : Tampak luka bakar, bula (+), kemerahan (+), simetris dalam diam
dan pergerakan kiri dan kanan
Abdomen: cembung, tampak luka bakar, bula (+) yang sudah pecah,
kemerahan (+) nyeri (+), NT (-), tdk teraba massa, BU (+)
normal.
Ekstremitas superior kiri: tampak luka bakar pada antebracii, bula (+),
kemerahan (+), Akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik
Status Lokalis
Regio Thorak
Regio Abdomen
Status lokalis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
Hemoglobin : 11,2 g/dL
Hematokrit : 30 %
Leukosit : 11.000/L
Trombosit : 113.000/L
MCV : 75 fl
MCH : 27 pg
KIMIA DARAH
Ureum : 28 mg/dL
Creatinin : 0,8 mg/dL
SGOT : 15 U/L
SGPT : 17 U/L
DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar grade II 10% ec. air Radiator
TATALAKSANA
IVFD RL 10 tpm
Ceftriaxon 500 mg /12jam / IV
Ranitidin 1 amp/12 jam
Deet MB
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pasien dengan riwayat luka bakar pada dada, perut dan lengan kiri atas
yang disebabkan tersiram air radiator mobil. Pasien mengeluh adanya nyeri dan
kemerahan, bula yang sudah pecah dan dibersihkan pada daerah tempat luka bakar
tersebut. Pasien sudah ada berobat ke klinik dokter sebelumnya dengan keluhan
yang sama.
= 4 x 68 x 10
Diberikan antibiotik karena luka bakar yang tidak steril diakibatkan oleh
kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada
luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.
Selain pemberian antibiotik, pasien juga diberikan analgetik golongan NSAID
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini sudah
didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam pada
pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,
penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan
yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini
adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka
rekurensi.
Luka bakar pada pasien ini adalah luka bakar derajat II A yang
diakibatkan karena air panas radiator mobil. Luka bakar pada pasien ini
digolongkan derajat II sebab kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis
yang terlihat dari reaksi inflamasi akut dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar
luka berwarna merah atau pucat dan nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik.
Derajat II merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat
khususnya rumah tangga. Penanganan pada pasien ini dilakukan debridemant
dengan perawatan luka bakar tertutup dengan menggunakan kasa yang
dibersihkan 2 hari sekali. Luka bakar II A akan terjadi penyembuhan secara
spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
DAFTAR PUSTAKA