Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan intelektual atau intelligence quotient,
disingkat IQ adalah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan

sifat

pikiran

yang

mencakup

sejumlah

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,


memecahkan

masalah,

berpikir

abstrak,

memahami

gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan


erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
oleh

individu.

Kecerdasan

dapat

diukur

dengan

menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai


tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ
merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan
perbandingan usia kronologis.
Menurut
Howard
Gardner,

seorang

psikolog

terkemuka dari Universitas Harvard, menyatakan ada


delapan

kecerdasan

yang

dimiliki

oleh

manusia,

diantaranya adalah kecerdasan linguistik.


Orang
yang
memiliki
kecerdasan

linguistik

merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata


saat berbicara maupun menulis. Orang tipe ini biasanya
gemar mengisi teka teki silang, bermain scrable, membaca,
dan bisa mengartikan bahasa tulisan dengan jelas. Jika
orang memiliki kecerdasan ini, maka pekerjaan yang cocok
adalah jurnalis, penyair, atau pengacara.
Kecerdasan
linguistik
sangat
identik

dengan

kemampuan bahasa sehingga siswa yang mempunyai


kemampuan

linguistik

sudah

bisa

dipastikan

gemar

bermain dengan bahasa baik itu dalam bentuk menulis,


membaca, tertarik dengan suara, serta narasi. Selain itu
1

siswa yang mempunyai kemampuan linguistik pun handal


dalam hal berkomunikasi antar pribadi maupun komunikasi
kelompok, biasanya mereka akan berhasil meyakinkan
lawan bicara dan mampu menyampaikan pesan secara
efektif kepada teman sebayanya.
Ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa siswa
tersebut memiliki kecerdasan linguistik, berikut indikatorindikator yang dapat di temukan:
1. Siswa dengan kecerdasan linguistik

senang

dalam

berkomunikasi baik secara lisan ataupun tertulis.


2. Siswa dengan kecerdasan linguistik pada umumnya
gemar sekali dalam berdiskusi oleh karena itu dalam hal
cara

belajar,

metode

yang

cocok

adalah

berdiskusi dengan teman temannya yang lain.


3. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik

dengan
pada

umumnya suka membaca buku atau novel, dan bisa


mengartikan tulisan dengan baik dan jelas.
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki
pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat
dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis dan
semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Secara bahasa remaja berasal dari bahasa Inggris
"tenenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan
tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan

untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan


pendidik

sebagai

berpengalaman

bagian

memiliki

masyarakat
peranan

yang

penting

lebih
dalam

membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.


Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anakanak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan
anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa
atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam
Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23)
remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak
dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik
bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja
(adolescene)

diartikan

sebagai

masa

perkembangan

transisi

antara

mencakup

masa

anak

perubahan

dan

biologis,

masa

dewasa

kognitif,

dan

yang
sosial-

emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan


oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang
waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu:
Masa remaja awal, 12-15 tahun,
masa remaja
pertengahan, 15-18 tahun, masa remaja akhir, 18-21
tahun. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa praremaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa
remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir
18-21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan
oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah
masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada
masa

tersebut

pematangan

terjadi

fisik,

proses

maupun

pematangan

psikologis,

baik

sehingga

itu
para

remaja sering mengahadapi masalah terutama dalam


bergaul atau berhubungan dengan orang dewasa dan
sesama remaja.
Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang
beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada
dalam benak masyarakat justru cenderung negatif. dimulai
dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan,
tindakan

kriminal

seperti

pencurian

dan

perampasan

barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat


terlarang,

dan

pergaulan

bebas

yang

semakin

mengkhawatirkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
meneliti

lebih

jauh

tentang

hubungan

kecerdasan

lingusitik dengan keterampilan bergaul remaja khususnya


dengan teman sebaya pada siswa kelas VIII SMP N 3 Kota
Kediri tahun pelajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Membangun diri remaja bukanlah dimulai pada saat
anak itu menginjak remaja, membangun diri remaja
dimulai jauh lebih dini pada masa anak-anak itu kecil.
Waktu dia mulai menyadari kebisaannya, kemampuannya,
kekhususannya, itu menjadi fondasi, menjadi informasi
yang dia akan gunakan membentuk jati dirinya bahwa dia
mempunyai keistimewaan. Seandainya remaja itu gagal
menerima

keterbatasan

dirinya

atau

kekurangan-

kekurangan yang ada pada dirinya, dan dia tidak mengakui


itu sebagai suatu kekurangan. Ada dua reaksi yang akan
muncul,
1. Remaja

akan

menyangkal

keterbatasannya,

dia

mencoba menutupi kekurangannya.


2. Remaja justru akan membesarkan keterbatasannya, dia
akan membesar-besarkan kebisaannya di mana dia itu
bisa dikenali atau dihargai. Ini kebalikan dari yang
pertama, di sini dia mencoba untuk mendapatkan
pengakuan atas kelebihan-kelebihannya itu.
Kedua reaksi ini merupakan dua ekstrim, yang pertama
ciut, tidak berani begaul, menutup diri dan menjauhkan
diri dari pergaulan, yang kedua menggelembung karena
dia mencoba membesarkan dirinya. Yang pertama
keminderan, yaitu rasa kurang pada hal yang spesifik,
misalnya kurang bisa memimpin kelompok diskusi,
kurang bisa berdiri di muka umum, dan sebagainya.
Kurang trampilnya remaja dalam bergaul dengan teman

sebayanya

merupakan

masalah

yang

perlu

mendapatkan perhatian.
C. Pembatasan Masalah
Dalam masa-masa krisis remaja peran pendidikan baik
orang tua, guru pembimbing, atau pembina rohani besar
sekali.

Oleh

karena

itu

penulis

memfokuskan

masalah

hubungan anatara kecerdasan linguistik dengan keterampilan


bergaul

remaja

sebagai

fokus

kajian

untuk

bisa

mengungkapkan peran kecerdasan khusus pada remaja


seperti kemampuan linguistik, diluar kecerdasan kecerdasan
khusus lainya seperti kecerdasan matematika dan logika,
kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik dan jasmani dan lainlain sebagian masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini.
D. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian

ini

dirumuskan

sebagai

berikut.
1. Bagaimana tingkat kecerdasan linguistik peseta didik
kelas VIII di SMPN 3 Kediri?
2. Bagaimana keterampilan bergaul teman sebaya peserta
didik kelas VIII di SMPN 3 Kediri?
3. Apakah ada hubungan antara

kecerdasan

linguistik

terhadap keerampilan bergaul teman sebaya peserta didik


kelas VIII di SMPN 3 Kediri?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut.
1. Tingkat keerdasan linguistik peserta didik kelas VIII di
SMPN 3 Kediri.
2. Keterampilan bergaul teman sebaya peerta didik kelas VIII
di SMPN 3 Kediri.
3. Pengaruh kecerdasan linguistik terhadap keterampilan
berbahasa peerta didik kelas VIII di SMPN 3 Kediri.
F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan
pengetahuan

tentang

kemampuan

lingusitik

remaja,

khususnya yang berkaitan dengan keterampialan meraka


dalam pergaulan sehari-hari.
2. Manfaat Praktis.
a) Bagi guru pembimbing dapat memaksimalkan upaya
untuk membantu para siswa dalam memaksimalkan
kecerdasan-kecerdasan

khusus

agar

remaja

dapat

berinteraksi atau begaul dengan teman sebayanya


dengan lebih baik dan lebih edukatif.
b) Bagi institusi pendidikan penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan kajian selanjutnya untuk mengetahui
lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan sosial remaja disekolah khususnya.

Anda mungkin juga menyukai