Anda di halaman 1dari 25

BAB I

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
a. Identitas Pasien
No. CM

: 02-24-64-35

Nama pasien

: An. BA

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.Cipinang, Jatinegara

Tempat Tangal Lahir / umur : Jakarta, 23 Juni 2011 /4 tahun 11 bulan


Masuk RSUP Persahabatan

: 27 April 2016

b. Identitas Orang Tua


Ayah
Nama
: Tn. L
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Cipinang, Jatinegara
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan : Rp 4.500.000 5.000.000 / Bulan
Ibu
Nama
: Ny. W
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Cipinang Mutiara, Jatinegara
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien dan pasien pada tanggal 27 April 2016
pukul 17:30 WIB di bangsal Bougenville Atas dan pengamatan melalui data rekam medis.
Keluhan Utama:
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan:
Bercak kemerahan diseluruh tubuh, Batuk, BAB cair dan penurunan nafsu makan
Riwayat Penyakit Sekarang:

Empat hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam naik turun, tidak ada waktu
yang spesifik kapan demam muncul. Demam di rasakan tinggi, saat diukur suhu mencapai
40,1o C. Ibu pasien mengaku telah memberikan paracetamol sirup., demam sempat turun
sebentar kemudian demam kembali muncul. Demam tidak sampai menyebabkan pasien
menggigil ataupu kejang.
Tiga hari SMRS pasien mengalami batuk pilek, ingus pasien berwarna bening
sedangkan batuk berdahak putih bening, batuk tidak dirasakan semakin parah saat malam
hari,keringat saat malam hari ataupun berat badan yang sulit naik adanya sesak nafas juga
disangkal.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh BAB cair , BAB cair sebanyak
1 kali warna kuning disertai dedikit ampas, tidak ada lender ataupun darah, tidak terdapat
mual muntah. Muncul bercak kemerahan pada wajah.
Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien BaB cair sebanyak 2x warna kuning
sediki ampas, lendir (-), darah (-), mual muntah didak ada, pasien tidak mau makan dan
terlihat lemas. Bercak kemerahan semakin semakin banyak hingga sampai badan, tangan
dan kaki pasien. Bercak kemerahan tidak nyeri ataupun gatal. Keluhan mata belekan,
lengket di pagi hari disangkal,mata merah berair disangkal, mimisan, gusi berdarah
disangkal.
Keesokan harinya karena demam tak kunjung turun dan pasien BAB cair sebanyak 4x
makan pasien dibawa ke IGD RSU Persahabatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma,TBC paru disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kehamilan

Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal

Infeksi saat kehamilan (-) Riwayat


darah tinggi saat kehamilan (-)
keputihan (-) alkohol/rokok (-)
Periksa rutin ke bidan

Persalinan

Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

Rumah bersalin
Bidan
Spontan
Cukup bulan
BB: 2800 gram
PB: 48 cm
Langsung menangis, warna kulit
merah

Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik


Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya serta dua orang kakak pasien yang berusia 10
tahun,7 tahun. Orang tua pasien berpenghasilan sekitar empat juta lima ratus ribu rupiah dan
dirasa cukup untuk menghidupi ketiga anaknya. Pasien tinggal didaerah yang cukup padat
penduduk. Orang tua pasien mengaku menguras bak mandi setiap hari dan menutup tong
sampah di rumah. Terdapat tetangga pasien yang mengalami sakit campak dalam waktu 2
minggu terakhir.
Kesan : Sosial ekonomi cukup, lingkungan berisiko
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 6 bulan

Berdiri

: 8 bulan

Berjalan

: 11 bulaan

Bicara

: 1 tahun

Saat ini pasien sudah lancer berbicara, pasien dapat mengemukakan pendapatnya dan
berkomunikasi dengan baik.
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan pasien baik.
Riwayat Makanan
Umur
(bulan)
06
6 10
10 12
Saat ini

ASI / PASI

Buah /
Bubur susu
Nasi tim
Biskuit
(ASI)
(ASI)

(ASI)

Menu keluarga, Nasi, Lauk, Buah frekuensi makan 3-4 kali


sehari

Kesulitan makan

: Tidak ada

Kesan

: Kualitas dan kuantitas makan baik

Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT
Hepatitis B
Polio
Campak
Kesan

Dasar
(2)
(2)
(0)
(2)
(9)

(4)
(2)
(4)

(6)
(4)
(6

Ulangan (Umur)
(6)

: Riwayat imunisasi dasar lengkap

II. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal 27 April 2016 pukul 17:30 WIB
Kesan umum
: Tampak sakit sedang, tenang, pasien sadar, status gizi baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Data Antropometri
Berat badan
: 14.5 kg
Tinggi badan
: 99 cm
Status Gizi
BB/U : 0<Z<0
Kesan : Baik/normal
TB/U : 0<z<2
Kesan : Baik/normal
BB/TB : -1<Z<0
Kesan : Baik/normal
Kesimpulan
: Status gizi normal
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 129 x/menit (regular, isi cukup dan kuat angkat)
Suhu
: 38 C
Pernapasan
: 28x/menit
Kepala
: Distribusi rambut normal,merata tidak mudah dicabut, tampak
Mata

makuopapular eritematosa diwajah


: Alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, pupil bulat isokor 3 mm, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+, edema palpebra -/-, injeksi
konjungtiva -/-, perdarahan subkonjungtiva -/-, mata cekung -/-, air
mata +

Telinga

: Bentuk telinga normal, serumen +/+ minimal, sekret -/-, membran

Hidung

timpani sulit dinilai, nyeri tekan dan tarik -/: Tidak ditemukan deviasi septum, nafas cuping hidung -/-, cavum nasi

Bibir
Mulut

lapang, sekret +/+ bening, epistaksis -/: mukosa lembab, sianosis (-)
: Trismus (-),langit-langit normal, uvula letak di tengah, tonsil T1-T1,

Tenggorokan
Leher

mukosa mulut tidak hiperemis


: Faring hiperemis (-), injeksi faring (-)
: Trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba membesar

Thoraks
Paru
Inspeksi

: Simetris saat statis dan dinamis, pernafasan abdominotorakal,


retraksi (-)

Palpasi

: Vocal fremitus sulit dievaluasi

Perkusi

: Sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi

:Suara nafas vesicular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas jantung sulit dinilai

Auskultasi

: Bunyi jantung I tunggal - II regular normal, murmur (-), gallop (-)

Kesimpulan

: Paru dan Jantung dalam batas normal

Abdomen
Inspeksi

: Datar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Perkusi

: Timpani di semua kuadran abdomen

Palpasi

: Supel, tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-), turgor
baik

Kesimpulan

: Abdomen dalam batas normal

Ekstremitas
Atas: Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+, gerak sendi : Aktif, CTR < 2 detik
Bawah: Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+, gerak sendi : Aktif, CTR < 2 detik
Kulit

makulopapular eritematosa diwajak, leher, dada, abdomen,


ekstremitas atas dan bawah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

Tanggal 27 Mei 2016 pkl. 13.10


Darah Rutin
Leukosit
Hitung jenis
-Basofil
-Eosinofil
-Netrofil
-Limfosit
-Monosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit

Nilai
11.24

Satuan
Ribu/mm3

Nilai Normal
5-14.5

0,2
1
58,0
38.0
2.8
5,05
13.1
40
85
27
35
238

%
%
%
%
%
Juta/uL
g/dL
%
Fl
Pg
%
Ribu/mm3

01
15
25 60
25 50
16
3,95 5,26
11.5-13.5
34-40
75-87
24-30
31-37
150-440

Kesimpulan : hasil pemeriksaan laboratorium hematologic darah rutun dalam batas normal
III.

DIAGNOSIS KERJA
Morbili stadium erupsi
Diare akut tanpa dehidrasi

IV.

DIAGNOSIS BANDING
German Measles
Eksantema subitum

V.

PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa :
Tirah baring
Edukasi
Diet makan rendah serat
Rawat ruang isolasi
Medikamentosa

IVFD Kaen 3B 20 tetes per menit (makro)


Kebutuhan cairan berat badan 14,5 = 1225 ml/hari ditambah koreksi suhu
menjadi 1378 ml/hari
1378 x 20 / (24 x 60) = 19 tpm (makro)
Paracetamol sirup 4 x 1.5 ml jika panas
10-15 mg/kgBB/kali 145 217.5 mg/kali
Zinc syrup 1 x 5 mg
Lacto B 3 x1 sachet

VI.

Vit A 1 x 200.000 (hari 1 dan hari 2)

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

Ad functionam

: Dubia ad bonam

VII.

FOLLOW UP

Jam
Keluhan
Kesan
Umum
Tanda
Vital
Pf fisik

28 Desember 2015

29 Desember 2015

07.00 WIB
Demam, mencret 1 kali, Batuk (-)
Sadar, aktif, sesak (-), makulopapular
eritematosa (+)
TD: 100/70 mmHg
N : 120 /menit, isi dan tegangan
cukup
RR : 30/menit
t
: 37.80C
Kepala : normosefall
Mata
: cekung(-),Injeksi
konjungtiva (-/-)lakrimasi
(-)
Telinga : discharge(-), nyeri tekan
tragus (-)
Hidung : sekret (+) serous.
Mulut : bibir kering (-), sianosis(-),
Tenggorok:
Tonsil
T1-1,
faring
hiperemis (-)
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor
: BJI-II normal, bising(-),
gallop(-)
Pulmo : suara dasar vesikuler
Abdomen : datar, supel, turgor baik
Hepar : tak teraba
Lien : tak teraba

07.00 WIB
Demam (-),mencret (-), batuk(-), sesak(-)
Sadar, aktif, sesak (-),makulopapular
eritematosa
TD : 100/70mmHg
N : 120 /menit, isi dan tegangan
cukup
RR : 28 /menit
t
: 36.700C
Kepala : normosefal
Mata
: cekung (-), Injeksi Konj (-/-)
sekret (-), lakrimasi (-)
Telinga : discharge(-),
nyeri
tekan
tragus(-)
Hidung : sekret (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : Tonsil T1-1, faring hiperemis
(-)
Leher : pembesaran
KGB
(-),
hiperpigmentasi
dibelakang
leher
Thorax : simetris,
retraksi
(-),
hiperpigmentasi
Cor
: BJ I-II normal, bising(-),
gallop(-)
Pulmo : SD vesikuler
Abdomen : datar,
lemas,
turgor
baik,hiperpigmentasi
Hepar : tak teraba
Lien : tak teraba

Ekstremitas
Makulopapular eritematosa
Hiperpigmentasi
-/- -/Sianosis
-/- -/Akral dingin
-/- -/-

+/+ +/+

Ruam : Belakang telinga,waja leher,

Ekstremitas
Eksantema

+/+
+/+
santema
-/+/+
Makulopapular eritematosa
-/- -/-

30 Desember 2015
07.00 WIB
Demam (-), Mencret 1 kali, batuk (-)
Sadar, cukup aktif, sesak (-),
Hiperpigmentasi (+)
TD : 100/70mmHg
N : 100 /menit, isi dan tegangan cukup
RR : 28 /menit
t
: 36,80C
Kepala : normosefal
Mata
: cekung(-), Injeksi(-/-) lakrimasi
(-/-/)
Telinga : discharge(-), nyeri tekan tragus(-)
Hidung : sekret (-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-),
Tenggorok: TonsilT1-1, Faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran
KGB
(-),
hiperpigmentasi dibelakang leher
Thorax : simetris,
retraksi
(-),
hiperpigmentasi
Cor
: BJ I-II normal, bising(-),
gallop(-)
Pulmo : SD vesikuler
Abdomen : datar, lemas, turgor baik,
hiperpigmentas
Hepar : Tak teraba
Lien : tak teraba
Ekstremitas
Makulopapular eritematosa
-/Hiperpigmentasi
+/+
+/+
Hiperpigmentasi:belakang
badan, lengan, kaki

telinga,

-/leher,

badan, ekstemitas atas dan bawah

Px
penunja
ng

Assesment
Terapi

Program

Hb
: 13,0 g/dl
Ht
: 36 g%
Leukosit
: 7100/mm3
Trombosit : 201.000/mm3
MCV
: 74,5.8 Fl
MCH
: 24,5 Pg
MCHC
: 38.5 g/dl
Glukosa sewaktu : 97 mg/dl
Na : 141 mmol/l
K
: 3.6 mmol/l
Cl
: 107 mmol/l
1. Morbili fase erupsi

Sianosis
-/-/Akral dingin
-/-/Hiperpigmentasi: Belakang telinga, dada
Eksantema:, punggung, ekstremitas atas
dan bawah
-

1.

Morbili fase konvalensi

1. Morbili fase konvalensi

- Infus KaEN 3B 20 tpm


- PO :
-Paracetamol
-VitaminA
200.000 IU
- Ore zinc syrp

Infus KaEN 3B 20 tpm


PO :
- Paracetamol
- Ore zinc syrp

Infus KaEN 3B 20 tpm


- PO : -Paracetamol (kalau panas)
- Ore zinc syrp

Dosis tidak berubah

Dosis tidak berubah

Dosis tidak berubah


Pasien rawat jalan

Pengawasan KU dan TV

Pengawasan KU dan TV

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1

MORBILI

III.1.1 Definisi
Ialah penyakit infeksi virus akut dan menular yang umumnya menyerang anak,
ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral sekitar 10-12 hari, stadium erupsi dan
stadium konvalesen1
III.1.2 Epidemiologi
Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur < 1 tahun
sebesar 48,9 per 100.000 orang pertahun, umur 1-4 tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang
tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan
tahun 2009 masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di Indonesia.
kasus campak banyak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dengan insiden
> 16 per 100.000 orang tahun, pada kelompok umur < 5 tahun dengan status tidak
diimunisasi. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000
penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35
per 10.000 penduduk dari tahun 2005.2
III.1.3 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus
dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam virus
terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemaglutinin.1,5
Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama
masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal
34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
disimpan dalam temperature 350C, dan beberapa hari pada suhu 00C. virus tidak aktif pada
pH rendah.1
III.1.4 Patogenesis

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara
terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai
4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke
sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari sel Whartin-findkeley, sedangkan Limfosit-T
(termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.1,5
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas,
kulit, kandung kemih dan usus.1
Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,
satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk
kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon
imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti
dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang
menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak
koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.1
Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada
saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai
akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,
kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak
menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi
virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik
menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit diduga suatu reaksi
Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan
lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.1,5

Gambar 1. Patogenesis Campak

Gambar 2. Karakteristik dari campak


III.1.5 Gejala Klinis
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium, yaitu:6
Stadium kataral (prodromal).
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul exantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar

ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan
dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.1,6
Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler
disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema
timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.1,6
Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan
perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.1
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi
(gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula
kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.1,6
Panas
Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat puncak timbulnya
erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan peningkatan awal yang cepat dalam
24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi
peningkatan yang cepat sampai 390-40,60 C saat erupsi rash mencapai puncaknya.1,5
Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis antara
hari ke-2 dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, 2 hari setelah
timbulnya rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan
penderita mengalami komplikasi.1
Coryza

Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung
tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai
puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.1
Konjungtivitis
Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line
injection pada palpebral inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi
konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai
adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya peningkatan lakrimasi dan
fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun.1,6
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluan pernapasan. Intensitas batuk
meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat bertahan lebih
lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.1
Koplik spot

Gambar 3. Bercak Koplik


Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang
berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini
merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Beberapa jam sebelum timbulnya rash
sudah dapat ditemukan adanya Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam hari kedua
timbulnya rash.
Rash

Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapular, mulai
timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher,
seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas
dan selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash sudah
sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang.1

Gambar 4. Eritema Makulopapular


III.1.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan
serologi, isolasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.1,5,6
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum,
sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.
Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitive bila diperiksa antara hari ke-3
sampai hari ke-28 timbulnya rash.5
Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen
fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya
rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 mingggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan
spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.1,6
III.1.7 Diagnosis Banding
German Measles
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran napas bagian atas, demam
ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah oksipital dan post aurikuler. Rash lebih halus,
yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3
hari, tidak ada bercak koplik.1,5,6

Gambar 5. German measles


Eksantema Subitum
Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.
Perjalanan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat suhu badan turun.
Demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum timbulnya
kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara drastis menjadi normal.5,6
Ruam karena obat-obatan
Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak
disertai panas. Rash kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya timbul setelah ada
riwayat penyuntikan atau menelan obat.1
Ricketsia
Gejala prodromal lebih ringan, batuk, rash tidak dijumpai di wajah dan bercak koplik tidak
ada yang secara khas dapat ditemui pada penyakit campak.1,7
Mononukleosis infeksiosa
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.1,7
Demam skarlatina
Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan muntah. Gejala
prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudatif atau
membranosa.1,7

Gambar 6. Lidah stroberi


Penyakit Kawasaki
Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorok mendahului penyakit ini selama 2-5 hari.
Biasa ditemukan adanya eksantema yang bersifat generalisata dan makulopapuler. Telapak
tangan dan kaki membengkak merah dan menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.
Gejala klinik lain yang dapat ditemukan adanya bibir, mulut dan lidah yang mengering dan
merah serta adanya konjungtivitis non purulen.1,5,7

Gambar 7. Klinis penyakit Kawasaki


III.1.8 Komplikasi

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:1,7
Bronkopneumonia
Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus
campak maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus dan
hemophilus influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya
ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia
akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi.
Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran napas masih terus
berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya
leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi
masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila
tidak diberi antibiotik.1,5,7
Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress
pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan
gejala akan menghilang.1,7
Encephalitis morbili akut
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari
ke-4 dan ke-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus
campak, dengan mortalitas 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme
imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis
dapat berupa kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas
meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal
menunjukkan pleisitosis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein
ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.1,7
Kejang demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam
keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.7\

SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)


SSPE (dawsons disease) yaitu suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,
kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun
setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi.
Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul
setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun
kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap
10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000. Penyebab
SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam
patogenesisnya.1,7
Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,
antibody terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi
untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.1,7
Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik
karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.1,7
Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga
biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada
lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.1
Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul
enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).1,7
Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya
mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi

infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi
konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya
hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus
kornea.1,7
Sistem kardiovaskuler
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi
premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan
tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.1
III.1.9 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
-

Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri

Pemeriksaan untuk komplikasi bila terindikasi :

Ensefalopati/ensefalitis : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit


darah dan analisis gas darah

Enteritis : feses lengkap

Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

III.1.10 Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan
dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,
antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi
system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.1,5,6
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul,
yaitu1,6,7 :

Bronkopneumonia
-

Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena


dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,
sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik
diberikan sampai tiga hari demam reda.

Berikan oksigen 2 liter/menit.

Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.

Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak
sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya
negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed
hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.

Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan
antibiotik kotrimoksazol (4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)

Ensefalopati/ensefalitis
-

Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100mg/kgBB/hari selama 710 hari.

Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5


g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian
lebih dari 5 hari dilakukan tapering off).

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi


edema otak. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

Indikasi masuk rumah sakit yang dianjurkan:5

Bercak/eksantema merah kehitaman yang menimbulkan deskuamasi dengan skuama


yang lebar dan tebal.

Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia.

Dehidrasi berat

Kejang dengan kesadaran menurun.

III.1.11 Pencegahan
III.1.11.1 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) 1
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena
penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi
campak untuk semua bayi.
b.

Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua
anak berumur 9 bulan atau lebih. Sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun. Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada
umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan
kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.3
Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak sebanyak 1
dosis pada usia 9 bulan. Tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian vaksin
campak dosis ke 2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan MMR) akan memberikan
cakupan imunitas lebih dari 90%.3
Vaksin

campak

tidak

dianjurkan

untuk

wanita

hamil,

anak-anak

dengan

immunodefisiensi primer, TBC yang tidak diobati, kanker, atau transplantasi organ,
mereka yang menerima terapi imunosupresif jangka panjang, atau anak-anak yang
terinfeksi HIV dengan immunocompromised berat. Anak-anak yang terinfeksi HIV
tanpa imunosupresi parah dan tanpa bukti kekebalan campak dapat menerima vaksin
campak.2
Anak dengan infeksi TBC aktif harus menerima pengobatan antituberkulosis ketika
vaksin campak diberikan. Tes tuberkulin sebelum atau bersamaan dengan imunisasi
aktif terhadap campak dipertimbangkan jika tuberkulosis terkendali.2,3
Reaksi KIPI :2,3

Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang
pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin
campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun
dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan.

Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50C yng terjadi pada 5-15% kasus,
demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2
hari.

Berbeda dengan infeksi alami, demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan
suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.

Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi
yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi
penyakit alami.

Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan risiko terjadinya kedua efek
samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.

Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan imunoglobulin efektif untuk pencegahan dan meredam
campak dalam waktu 6 hari setelah paparan. Pada rumah tangga yang rentan dan kontak
dengan rumah sakit untuk anak dengan usia kurang dari 12 bulan atau wanita yang sedang
hamil harus menerima imunoglobulin (0,25 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular
secepat mungkin setelah terkena, dalam waktu 5 hari. Orang dengan immunocompromised
harus menerima imunoglobulin (0,5 ml/kg. maksimum: 15 ml) intramuskuler tanpa melihat
status imunisasi. Bayi dengan usia 6 bulan atau lebih muda yang lahir dari ibu nonimun harus
menerima imunoglobulin. Bayi usia 6 bulan atau lebih muda lahir dari ibu yang memiliki
kekebalan dianggap dilindungi oleh antibodi ibu. Anak-anak usia rentan 6-12 bulan juga
harus divaksinasi, vaksinasi ini tidak dihitung sebagai salah satu dari dua vaksinasi campak
yang diperlukan. anak-anak Anak-anak usia 12 bulan atau atau lebih yang rentan harus

menerima vaksin dalam waktu 72 jam. Wanita hamil dan orang immunocompromised
seharusnya menerima imunoglobulin tetapi bukan vaksin.3
Kegagalan vaksinasi
Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder.
Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila
tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang menyebabkan
tidak terjadinya serokonversi ialah2,3 :
a) Adanya antibodi yang dibentuk sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin
campak yang masuk
b) Vaksinnya yang rusak
c) Akibat pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama.
Kegagalan sekunder dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga
respon imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan
pada tubuh terhadap serangan campak secara alami.
III.1.11.2 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progresifitas penyakit, mencegah komplikasi, dan
membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama
empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium
kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat
mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.

c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik


untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi
sekunder untuk mencegah komplikasi.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis,
otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
III.1.11.3 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat
terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

III.1.12 Prognosis
Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga
bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.
Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul

Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita

Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

Anda mungkin juga menyukai