Anda di halaman 1dari 17

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb
Dengan mengucap syukur kehadirat illahi rabbi, yang senantiasa
memberikan rahmat, serta hidayahnya kepada penulis. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPHOID.
Adapun maksud dan tujuan dari penulis makalah ini adalah sebaga
salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah SISTEM PENCERNAAN .
Bersama ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
terutama kepada:
1.

Bapak Endang SKM, M.MKes, selaku ketua STIKes Cirebon

2.

Bapak Awaluddin jahid S,Kep. M.kes, selaku kaprodi PSIK

3.

Ibu Endah s.kp. selaku dosen mata kuliah sistem pencernaan


Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh

karena itu kritik dan saran dari semua kalangan sangat penulis harapkan.
Semoga makalah yang ditulis oleh penulis dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya kepada semua pembaca.
Wassalamualaikum wr wb

Cirebon , 05 APRIL 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 1
BAB 1.................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
Latar Belakang Masalah..................................................................................... 3
Rumusan Masalah............................................................................................... 3
BAB II.................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 5
2.1. Definisi........................................................................................................ 5
2.2. Etiologi........................................................................................................ 5
2.3. Pathway....................................................................................................... 6
2.4. Manifestasi Klinik......................................................................................... 6
2.5. Komplikasi.................................................................................................. 7
2.6. Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 7
2.7. Pencegahan................................................................................................. 8
2.8. Terapi Medis................................................................................................. 9
BAB III................................................................................................................ 10
PENGKAJIAN...................................................................................................... 10
3.1. Anamnesa.................................................................................................. 10
3.2. Pemeriksaan Fisik...................................................................................... 10
3.3. Pemeriksaan penunjang............................................................................10
3.4. Analisa Data.............................................................................................. 11
3.5. Diagnosa Keperawatan (NANDA)...............................................................12
3.5. Tujuan (NOC)............................................................................................. 13
3.6. Intervensi (NIC).......................................................................................... 13
3.7. Evaluasi.................................................................................................... 14
BAB IV................................................................................................................ 15
PENUTUP............................................................................................................ 15

4.1. Kesimpulan................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16

BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Thypoid masih merupakan penyakit endemik di indonesia . penyalit
ini termasuk penyakit menular tercantum dalam undang undang no 6
tahun 1962 tentang wabah . kelompok penyakit menular ini merupakan
penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan wabah .
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat
mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi
kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus
menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat
dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau
diare beberapa hari

Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian dari thyphoid?
1.2.2 Apa etiologi atau penyebab terjadinya thypoid ?
1.2.3 Bagaimana pathway thypoid ?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis yang disebabkan karena thypoid ?
1.2.5 Apa saja komplikasi yang terjadi akibat terserang thypoid ?
1.2.6 Bagaimana terapi medis yang harus dilakukan pada penderita
thypoid ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk
penderita thypoid ?
1.2.8 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Thypoid ?
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian dari thypoid
1.3.2 Untuk mengetahui Etiologi thypoid

1.3.3 Untuk mengetahui pathway thypoid


1.3.4 Untuk mengetahui Manifestasi klinis yang disebabkan karena
thypoid

1.3.5 Untuk mengetahui Komplikasi yang terjadi akibat terserang


thypoid
1.3.6 Untuk mengetahui cara untuk mencegah supaya tidak terkena
thypoid
1.3.7 Untuk mengetahui Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada
penderita thypoid
1.3.8 Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang yang akan dilakukan
untuk penderita

thypoid

1.3.9 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Thypoid


1.4. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada klien tyhphoid
tentunya akan banyak sekali pembahasan yang dapat kita ulas . Tetapi
penulis hanya membatasi pembahasan mengenai definisi thyphoid ,
Etiologi thyphoid , Pathway

thyphoid , Manifestasi klinik thyphoid ,

Komlokasi thyphoid , Pemeriksaan penunjang thyphoid , Pencegahan


pada thypoid , Terapi Medis thyphoid dan asuhan keperawatan pada
tyhphoid .
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang di gunakan dalam pembuatan makalah
ini:
BAB I

PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang , rumusan
masalah , Tujaun penulisan, pembatasan masalah , Dan
sistematika penulisan

BAB II TNJAUAN PUSTAKA


Menguraikan tentang definisi thyphoid , Etiologi
thyphoid , Pathway thyphoid , Manifestasi klinik thyphoid ,
Komlokasi thyphoid , Pemeriksaan penunjang thyphoid ,
Pencegahan pada thypoid , Terapi Medis thyphoid .

BAB III PENGKAJIAN


Menguraikan tentang Anamnesa , Pemeriksaan Fisik ,
Pemeriksaan penunjang , Analisa Data , Diagnosa Keperawatan
(NANDA) , Intervensi (NIC) , Tujuan (NOC) , evaluasi
BAB IV PENUTUP
Menguraikan tentang Kesimpulan dan Rencana Tindak
Lanjut
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu , gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran .
Typoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan
gejala-gejalasistemik

yang

disebabkan

oleh

salmonella

typhosa,

salmonella type A.B.C.Penularan terjadi secara pecal, oral melalui


makanan dan minuman yang terkontaminasi .
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella.

2.2. Etiologi
Menurut Dr. Nursalam ( 2005 )

Penyebab penyakit typoid adalah salmonella typhi. Salmonella


para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi
yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih
dari 1 tahun .
Salmonella typhi mempunyai ciri ciri sebagai breikut :
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak
berspora .
2. Mempunyai sekurang kurang nya 3 macam antigen , yaitu antigen
O ( somatik yang terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida ) ,
antigen H ( flagella ) , dan antigen Vi . dalam serum
pasien terdapat zat anti ( aglitin ) terhadap ketiga macam antigen
tersebut .

2.3. Pathway
Salmonella typhi ( makanan dan minuman )
Saluran pencernaan
Di serap oleh usus halus
Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjer limfoid
endotoksin
Usus halus
deman
tukak
perdarahan dan
perforasi

Hati
Hepatomegali
Nyeri perabaan

limfe
splenomegali
mual/tidak nafsu makan
perubahan nutrisi

resiko kurang volume cairan


kelemahan
Intoleransi aktivitas

2.4. Manifestasi Klinik


Masa tunas typhoid 7 14 hari

Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,

epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.


Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.

2.5. Komplikasi
Komplikasi yang sering adalah pada usus halus , namun hal
tersebut jarang terjadi . apabila komplikasi ini di alami oleh seoarang
anak , maka dapat berakibat fatal . gangguan pada usus halus dapat
berupa :

Perdarahan usus
Perforasi usus
Peritonotis
Komplikasi di luar usus

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan rutin .
Walaupundalam pemeriksaan darah perifer lengkap sering di
temukan leukopenia , dapat juga terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis . selain itu dapat di temukan anemia ringan dan
trombositopenia . pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat
terjadi aneosinofilia maupun limfopenia . laju endap darah pada
thyphoid dapat meningkat .

SGOT dan SGPT seringkali meningkat , tetapi akan kembali menjadi


normal setelah sembuh . kenaikan SGOT dan SGPT tidak perlu
penangan khusus .
2. Uji widal
Uji widal di lakukan untuk deeksi antibodi terhadpa kuman S.typhi .
pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman
S.thypi dengan antibodi yang di sebut aglutin . antigen yang di
gunakan pada uji widal adalah susupensi samonella yang sudah di
matikan dan di olah di laboratorium . maksud uji widal adalah untuk
menentukan adanya aglutin dalam serum penderita tersangka
thypoid yaitu :
a. aglitin O ( dari tubuh kuman )
b. aglutin H ( flagela kuman )
c. aglutin Vi ( simpai kuman )
Dari ketiga aglutin tersebut hanya aglutin O dan H yang di
gumakan untuk diagnosis thypoid . semakin tinggi titernya semakin
besar kemungkinan terinfeksi kuman ini .
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal :
Pengobatan dini dengan antibiotik
Gangguan
pembentukan
antibodi
,
dan

pemberian

kortikosteroid
Waktu pengambilan darah
Daerah endemik atau non endemik
Riwayat vaksinasi
Reaksi anamnestik
Faktor pemeriksaan antar laboratorium .
3. Uji thypidot
Uji thypidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membran luar salmonella thypi . hasil positif pada uji
thypidot di dapatkan 2 3 hari setelah infeksi dan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadpa
antigen S.thypi seberat 5 Kd , yang terdapat pada strip nitroselulosa
.
4. Uji IgM Dipstik
Uji ini secara khusus untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik
terhadap S.thypi pada spesimen serum atau whole blood . uji ini
menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida ( LPS
) S.thypi

dan anti IgM ( sebagai kontrol ) , raegen deteksi yang

mengandung antibodi anti IgM yang di lekati dengan lateks pewarna

, cairan membasahi strip sebelum di inkubasi dengan reagen dan


serum pasien , tabung uji . komponen perlengkapan ini stabil untuk
di simpan selama 2 tahun pada suhu 4 25 derajat celsius di
tempat kering tanpa paparan sinar marahari . pemeriksaan di mulai
dengan inkubasi strip di bilas dengan air mengalir dan di keringkan .
5. Kultur Darah
Hasil biakan darah positif memastikan thypoid , akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan thypoid , karena mungkin di sebabkan
beberapa hal sebagai berikut :
Telah mendapat terapi antibiotik .
Volume darah yang kurang
Riwayat vaksinasi
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama , pada saat
aglutin meningkat.

2.7. Pencegahan
a) Usaha Terhadap Lingkungan hidup.
Penyediaan air bersih terpenuhi
Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.
Pemberantasan lalat
Pengawasan terhadap rumah rumah penjual makanan
b) Usaha Terhadap Manusia
Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci tangansebelum

makan
Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan dantempat
jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karenapenyebaran demam

typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemaroleh bakteri ini.


Vaksinasi demam Thypoid.
Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene.

2.8. Terapi Medis


Terapi Medika Mentosa
Kloramfenikol merupakan obat yang paling efektif untuk thyfoid dosisi 4 x 500
mg/hari (dewasa), 40-50 mg/hari (anak-anak) diberikan hingga 10 hari bebas

panas
Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 4 kali
pemberian intravena saat belum dapat minum obat selama 21
hari .

10

Amoksilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 4


kali , pemberian oral selama 21 hari .
Kotrimoksasol dengan dosis ( tmp ) 8 mg/kgBB/hari terbagi

dalam 2 kali pemberian oral selam 14 ari


bias juga diberikan vitamin B komplek dan vitamin C
Non Medika Mentosa
Tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu
normal kembali . seminggu kemudian boleh duduk selanjutnya

berdiri dan berjalan .


Makanan harus mengandung cukup cairan , kalori , dan tinggi
protein

tidak

boleh

mengandung

banyak

serat

tidak

merangsang maupun menimbulkan banyak gas .

BAB III
PENGKAJIAN
3.1. Anamnesa
Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan , lesu , nyeri
kepala , pusing , dan kurang bersemangat , serta nafsu makan
kurang ( terutama selama mas inkubasi )
Suhu tubuh : pada ksus yang khas , demam berlangsung selama 3
minggu , bersifat febris remiten , dan suhunya tidak tinggi sekali .
selam minggu pertama , suhu tubuh berangsur angsur naik setiap
harinya , biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari . dalam minggu kedua , pasien terus berada
dalam keadaan demam . pada minggu ketiga , suhu berangsur turun
dan normal kembali pada akhir minggu ketiga .

11

Kesadaran : umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak


berapa dalam , yaitu apatis sampai samnolen . jarang terjadi sopor ,
koma , atau gelisah ( kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendpatkan pengobatan ) . di samping gejala gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya . pad punggung dan anggota gerak
dapat di temukian reseola , yaitu bintik bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yabg dapat di temukan pad minggu
pertama demam . kadang kadang di temukan pula bradikardia dan
epitaksis pada anak dewasa .

3.2. Pemeriksaan Fisik


Mulut : terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah pecah (
ragaden ) . lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ) , sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerahan dan jarang di sertai tremor .
Abdomen : dapat di temukan keadaan perut kembung ( meteorismus ) . bisa terjadi
konstipasi , atau mungkin diare atau normal .
Hati dam limfa membesar di sertai dengan nyeri pada perabaan .

3.3. Pemeriksaan penunjang


pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia ,
limfositosis relatif , dan aneosinofilia pada permukaan sakit .
darah untuk kultur ( biakan , empedu ) dan widal .
biakan empedu basil salmonella typhosa dapat di temukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit . selanjutnya , lebih sering
di temukan dalam urin dan feses .
pemeriksaan widal
untuk membuat diagnosis , pemeriksaan yang di butuhkan ialah
titer zat anti aglutin O . titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikan yang progresif .

3.4. Analisa Data


N
O

DATA

PENYEBAB

MASALAH

12

Ds :
Makanan yang terkontaminasi
- Klien mengeluh badan salmonela typosa a,b,c masuk
panas
ke dalam usus halus dan terjadi
proses imflamasi
Do :
- Suhu tubuh 38oC
- Frekuensi nadi > 100 Masuk ke dalam aliran darah
x/menit
- Muka merah
- Bibir pecah
Bakteri melepas endotoxin
- Banyak keringat

Hipertermia
berhubungan
dengan proses
penyakit

Merangsang sistesa dalam


pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang
merangsang

Do : Klien mengatakan
mulut terasa pahit dan
badan terasa lemah serta
tidak nafsu makan .
Ds : porsi makan
hanya
habis
3
sendok

Impuls disampaikan
hypothalamus bagian
thermoreijulator melalui
cluctus thoracicus

Proses infeksi di usus halus


Fungsi usus halus dalam
mengabsorpsi makanan
terganggu

Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan b/d
tidak
adekuatnya
nutrisi

Sari-sari makanan yang di


absorpsi menurun
Nutrisi kurang terpenuhi

3
Ds :
- Pasien mengatakan
lemah untuk melakukan
aktivitas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien Bedrest

Intake nutrisi kurang


Metabolisme glukosa
terganggu

Intoleransi
aktivitas b/d
imobilisasi/tirah
baring,
kelemahan.

13

- Aktivitas dibantu

Pembentukan ATP dan ADP


terganggu
Energi berkurang dan terjadi
kelemahan otot

3.5. Diagnosa Keperawatan (NANDA)


a.

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.


Indikator menurut NANDA International (2012) :
1) Kisaran suhu tubuh di atas nilai normal.
2) Takikardi, takipnea, dan kejang.
3) Kulit kemerahan dan terasa hangat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya
nutrisi
Indikator menurut NANDA International (2012) :
1) Kram dan nyeri abdomen
2) Menghindari makan
3) Berat badan 20% dibawah berat badan ideal
4) Diare, bising usus hiperaktif
5) Mukosa pucat, ketidakmampuan memakan makanan
6) Tonus otot menurun, kelemahan otot pengunyah
7) Sariawan ronnga mulut
8) Penurunan berat badan.
c. Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi/tirah baring, kelemahan.
Indikator menurut NANDA International (2012) :
1) Respon tekanan darah abnormal terhadap intoleransi aktivitas

14

2)
3)
4)
5)

Menyatakan merasa letih


Menyatakan meraa lemah
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Perubahan EKG mencerminkan aritmia dan iskemia.

3.5. Tujuan (NOC)


Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Termogulasi : keseimbangan antara produksi panas , peningkatan panas , dan

kehilangan panas
Tanda tanda vital : Nilai suhu , denyut nadi , frekuensi pernapasan , dan tekanan

darah dalam rentang normal .


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya
nutrisi yang masuk kurang .
Status gizi : Asupan Makanan Dan Cairan : Jumlah makanan dan

cairan yang di konsumsi tubuh selama 24 jam


Pengendalian berat badan : tindakan personal untuk mencapi

dan mempertahankan berat badan yang optimal .


Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi/tirah baring, kelemahan.
Menoleransi aktivitas yanf biasa di lakukan .

3.6. Intervensi (NIC)


Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Terapi hipertermia : menghangatkan kembali dan melakukan surveilans pasien

yang memiliki suhu tubuh inti kurang dari 35 derajat celcius .


Regulasi suhu : mempertahankan atau mencapai suhu tubuh dalam batas normal .
Pemantauan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler ,

pernapasan , dan suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah komplikasi .


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuatnya
nutrisi yang masuk kurang .
Modifikasi prilaku : memfasilitasi perubahan prilaku
Manajemen gangguan makan : mencegah dan menangani pembatasan diet yang
sangat ketat dan aktivitas yang berlebihan atau memasukkan makanan dan

minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha menveluarkan semuanya .


Manajemen nutrisi : membantu dan menyelesaikan asupan makanan dan cairan

dengan diet seimbang .


Konseling nutrisi : memberi bantuan dengan proses interaksi yang berfokus pada

kebutuhan untuk memodifikasi diet .


Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk

mencegah atau meminimalkan kurang gizi .


Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi/tirah baring, kelemahan.

15

Terapi aktivitas : memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik .
Mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk

mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi .


Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan

mengoptimalkan funsi .
Memfasilitasi latihan otot secara rutin untuk mempertahankan atau memulihkan
gerakan tubuh yang terkontrol .

3.7. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk
klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil,
kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang
penyakitnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella. Penularan salmonella thypi dapat

16

ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu


Food(makanan),

Fingers(jari

tangan/kuku),

Fomitus

(muntah),

Fly(lalat), dan melalui Feses.


Masa inkubasi rata-rata 7 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat
lebih ringan dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara
semua penampakan klinis . Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat
berupa Pemeriksaan rutin , uji widal , Uji thypidot , Uji IgM Dipstik ,
dan kultur darah .

DAFTAR PUSTAKA
Hegar , badriul dkk . 2010 . pedoman pelayanan medis . Jakarta : EGC
Nanda, 2011. Diagnosis Keperawatan . Jakarta : EGC
Ngastiyah . 2005 . Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC
Nursalam , dr . 2005 . Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak . Jakarta : Salemba Medika
Sudoyo , Aru W . 2009 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : InternalPublishing

17

Wilkinson , juditd M . 2012 . buku saku diagnosa keperawatan . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai