Disusun oleh
Nama
: Ranggit Oktanita
No. Mahasiswa
: 20080310106
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Perumusan Masalah......................................................................................4
C. Keaslian Penelitian........................................................................................4
D. Tujuan...........................................................................................................7
1.
Tujuan Umum............................................................................................7
2.
Tujuan Khusus...........................................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
A. Dasar Teori....................................................................................................9
1.
b.
2.
b.
ii
iii
c.
Spermatogenesis......................................................................................16
d.
Spermatozoa............................................................................................17
3.
Analisa Semen.............................................................................................18
4.
Infertilitas....................................................................................................19
a. Usia dan Infertilitas..................................................................20
b. Inferilitas dan Nigella sativa......................................................22
B. Kerangka Konsep........................................................................................24
C. Hipotesis......................................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26
A. Jenis dan Desain penelitian.........................................................................26
B. Tempat dan Waktu.......................................................................................26
C. Populasi dan Sampel...................................................................................26
1.
Populasi Target........................................................................................26
2.
Populasi terjangkau.................................................................................26
3.
Besar Sampel...........................................................................................26
2.
2.
3.
Variabel Lain
4.
Definisi Operasional...................................................................................28
iii
iv
a. Habbatussauda.......................................................................................28
b. Analisis Kuantitas Sperma.....................................................................28
F.
Instrumen Penelitian...................................................................................28
Cara Penelitian........................................................................................29
2.
Etika Penelitian........................................................................................29
3.
Rencana Kegiatan....................................................................................30
H. Analisis Data...............................................................................................31
1.
a.
Validitas...................................................................................................31
1) Validitas Sampel......................................................................31
2) Validitas Cara Pengukuran........................................................31
b.
Reliabilitas...............................................................................................32
1) Reliabilitas Intra Peneliti...........................................................32
2) Reliabilitas Antar Peneliti..........................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................33
LAMPIRAN...........................................................................................................37
iv
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
terjadinya infertilitas pada pria yang berusia 35 tahun ke atas adalah 2 kali lebih
besar dibandingkan dengan pria yang berusia di bawah 25 tahun (Pal & Santoro,
2003; Dunson & Baird, 2004).
Seorang pria dikatakan relatif fertil apabila dalam semennya terdapat lebih
dari 80 juta spermatozoa motil per volume ejakulat (Farris, 1951). Pada pria
dengan infertilitas, diperlukan penanganan dalam berbagai bentuk terapi yang
dikembangkan dengan baik. Salah satu bentuk terapi yang cukup banyak dipilih
masyarakat dalam mengatasi masalah infertilitas adalah dengan menggunakan
obat tradisional. Dan diantara obat tradisional yang sering digunakan adalah
tanaman Jintan Hitam (Nigella sativa) (Rahim, 2008).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Nigella sativa memiliki
potensi untuk meningkatkan fertilitas. Diantaranya dilaporkan pemberian Nigella
sativa dapat meningkatkan kesuburan sistem reproduksi pada tikus jantan dewasa
(Mohammad, 2009). Selain itu terdapat penelitian lain yang menunjukkan bahwa
Pemberian minyak Nigella sativa sebanyak 0.09 ml/hari selama 18 hari
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan jumlah spermatozoa mencit
hiperlipidemia (Umami, 2009). Nigella sativa tidak hanya memiliki efek
meningkatkan jumlah spermatozoa, namun juga dapat meningkatkan motilitas
spermatozoa (Sopia, 2009).
Walaupun telah banyak penelitian yang menunjukan adanya khasiat dari
Nigella sativa untuk kasus infertilitas, namun masih sedikit penelitian yang
membuktikan manfaat Nigella sativa pada manusia, khususnya pada fertilitas dan
sistem reproduksi manusia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh pemberian Nigella sativa pada tingkat fertilitas laki-laki yang berusia
lebih dari 40 tahun. Peneliti memilih untuk memberikan spesifisitas pada pria
yang berusia diatas 40 tahun karena pada usia tersebut terdapat penurunan kualitas
dan kuantitas sperma yang cukup signifikan. Penurunan kualitas dan kuantitas
pada pria tentu saja akan berdampak buruk pada tingkat fertilitas pasangan
sehingga akan mempersulit terjadinya konsepsi pada istri.
Konsepsi dan kelahiran anak yang sehat merupakan peristiwa dalam
kehidupan yang penting. Bagi kebanyakan wanita, menjadi ibu merupakan
peristiwa dalam kehidupan yang penting. Bagi laki-laki, menjadi bapak adalah
wujud dari maskulinitas dan potensinya. Bagi kebanyakan pasangan, kedudukan
sebagai orang tua merupakan ungkapan kasih sayang mereka satu sama lain
(Jones, 2001). Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya memiliki anak
dalam kehidupan berumah tangga. Dalam Islam, anak adalah anugerah Allah
SWT, tempat kita meneruskan cita-cita dan garis keturunan keturunan. Dalam
kasus ini kita wajib meneladani sikap Nabi Zakaria AS dan Nabi Ibrahim AS.
Kedua Nabi ini senantiasa berdoa kepada Allah Maha Pencipta,
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami Iman bagi orang-orang yang
bertakwa (QS 25:74).
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian Nigella sativa terhadap kesuburan lakilaki.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil kuantitas spermatozoa pada pria yang berusia lebih
dari 40 tahun.
b. Mengetahui pengaruh pemberian Nigella sativa terhadap kuantitas
spermatozoa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.
2.
penelitian.
Meningkatkan kesehatan dan memperbaiki tingkat kesuburan bagi
3.
responden
Pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran. Hasil penelitian dapat
digunakan sebagai penatalaksanaan infertilitas pada pria, menambah dasar
ilmiah tentang penggunaan Nigella sativa, dan memberikan bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan Nigella
4.
sativa.
Memberikan informasi mengenai infertilitas pada pria dengan usia lebih
dari 40 tahun dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
manfaat
konsumsi
Nigella
sativa
dalam
memperbaiki
kuantitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1.
merupakan salah satu dari spesies famili Ranunculaceae. Nigella sativa adalah
tanaman mengagumkan dengan biji berkeping 2 yang kaya akan sejarah dan latar
belakang religius (Mohammad, 2009). Tumbuhan herba Jintan hitam (Nigella
sativa) dipercaya berasal dari daerah Mediterania namun saat ini telah
dikembangbiakan di berbagai belahan dunia, termasuk Arab Saudi, Afrika Utara,
dan sebagian Asia (Bashandy, 2006). Nigella berasal dari bahasa latin niger
yang artinya hitam, sesuai dengan warna hitam biji jintan hitam ini. Tanaman ini
dikenal dengan berbagai nama, antara lain black cumin (Inggris), black caraway
seeds (USA), habbatussauda (Arab), nutmeg flower, black cumin, black caraway,
small fennel (Eropa), cinnamonea (Itali) dan tchernushka (Rusia) (Sirat et al.,
2001).
a.
daun hijau, lonjong, ujing dan pangkal runcing, tepi beringgit dan pertulangan
menyirip. Bunganya majemuk berbentuk karang, kepala sari berwarna kuning,
mahkota berbentuk corong berwarna biru hingga puth, dengan 5 - 10 kelopak
bungan dalam satu batang pohon (Hutapea, 1994). Buah tanaman ini berbentuk
10
105 mg kg - 1
18 mg
60 mg
527 mg
1860 mg
15,4 mg
57 mg
5 mg
160 g
Tabel 2. Komposisi Asam Amino Biji Jintan Hitam (Babayan et al., 1987)
Asam Amino
Persentase
Asam Amino
Persentase
Alanin
3,77
Asam Aspartat
5,02
Valin
3,06
Metionin
6,16
Gilisin
4,17
Fenilalanin
7,93
Isoleusin
4,03
Asam Glutamat
13,21
Leusin
10,88
Tirosin
6,08
Prolin
5,34
Lisin
7,62
Treonin
1,23
Arginin
19,52
Serin
1,98
Menurut Yasni (2007), kapasitas antioksidan yang dimiliki oleh jintan
hitam sebesar 60% dari kapasitas antioksidan vitamin C. Pemanfaatan jintan
hitam juga dapat digunakan sebagai penurun kadar glukosa karena dapat
meningkatkan level insulin (El-Daly, 1994). Penelitian Buriro & Muhammad
11
genitalia interna terdiri atas sepasang testis, sepasang ductus deferens, vesiculae
seminalis, kedua ductus ejakulatorius, prostat dan glandula bulbouretralis.
Sedangkan alat genital eksterna terdiri dari penis, skrotum dan uretra (Moore,
2002).
12
13
14
uretra yang merupakan rantai penghubung terakhir dari terstis ke dunia luar
(Guyton & Hall, 2008).
b.
oleh poros hipotalamus, hipofisis anterior dan testis. Hormon yang terbentuk akan
menginisiasi dan menjaga produksi sperma serta bertanggung jawab terhadap
karakteristik seks skunder pria. Mekanisme pengaturan dari sekresi hormon ini
dikenal dengan mekanisme umpan balik (feed back mechanism) (Nieschlag &
Behre, 2000). Hormon yang berperan serta dalam pengaturan seistem reproduksi
antara lain GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon), FSH (Follicel Stimulating
Hormon), LH (Luteinizing Hormon) yang pada pria dikenal dengan nama ICSH
(Interstitial Cell Stimulating Hormon), testosteron dan estrogen.
Hormon yang pertama adalah GnRH (Gonadotropin Releasing hormon).
GnRH adalah suatu peptida dengan 10 asam amino yang disekresikan oleh
neuron-neuron yang sel-sel induknya terletak dalam nucleus arcuatus dari
hipotalamus (Guyton & Hall, 2008). Fungsi hormon ini adalah menstimulasi
pelepasan hormon gonadotropin hipofisis yaitu FSH dan LH. Hormon yang kedua
adalah gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH. FSH bertanggungjawab
terhadap
spermatogenesis,
sedangka
LH
bertanggung
jawab
LH
15
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan proses yang sangat kompleks, di mana
spermatogonium
berkembang
menjadi
spermatozoa
(David,
2001).
16
(Wuryantari, 2000). Hasil akhirnya adalah spermatozoa yang matur dan siap
dikeluarkan ke lumen tubulus semeniferus. Pelepasan spermatozoa ke dalam
lumen tubulus disebut spermiasi (Montaque, 1998). Waktu yang dibutuhkan agar
spermatogenesis dapat berlangsung dengan lengkap berbedabeda untuk masing
masing spesies yaitu 5153 hari pada tikus, 3743 hari pada kera, dan sekurang
kurangnya 64 hari pada manusia (Nieschlag & Behre, 2000).
d.
Spermatozoa
Spermatozoa adalah hasil diferensiasi dan pemanjangan spermatid
(Guyton & Hall, 2008). Strukturnya menyerupai kecebong kecil dengan panjang
0,06 mm. Spermatozoa yang matur terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala/
head, leher/ midpiece, dan ekor/ tail (Janquiera, 1998). Salah satu bagian yang
penting dari struktur spermatozoa adalah akrosom dan flagellum.
Akrosom adalah bagian dari kepala spermatozoa yang berasal dari nukleus
yang mengalami kondensasi dan elongasi. Akrosom mengandung enzim hidrolitik
seperti hyaluronidase, neuraminidase, dan protease. Enzimenzim ini berfungsi
untuk menembus corona radiata dan zona pelusida di sekeliling sel telur Ekor,
atau disebut juga dengan flagellum spermatozoa terdiri dari beberapa mikrotubuli
yang dilingkupi oleh membran sel yang memanjang. Pergerakan flagellum adalah
hasil dari interaksi mikrotubuli, ATP, dan dynien, yaitu suatu protein dengan
aktivitas ATP-ase (Guyton & Hall, 2008).
3.
Analisa Semen
Analisis semen adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai
fungsi organ reproduksi pria. Untuk mengetahui apakah seseorang pria fertil atau
infertil. Peranan analisa semen penting sekali. Semen diperiksa harus dari seluruh
17
ejakulat. Karena itu mengambilnya dari tubuh harus dengan masturbasi atau
coitus interuptus (bersetubuh dan waktu ejakulasi persetubuhan dihentikan dan
mani ditampung semua) (Khaidir, 2006). Ejakulat yang telah harus dianalisa
paling lama 1 jam setelah dikeluarkan (Jones, 2001). Sampel diambil setelah
abstinensi (tidak melakukan hubungan kelamin) minimal 2 hari dan maksimal 7
hari (WHO, 2010).
Pemeriksaan
dilakukan
secara
makroskopik
dan
mikroskopik.
terhadap
sperma
meliputi
konsentrasi
18
Infertilitas
Pasangan yang menjalani hubungan seksual secara teratur tanpa
19
20
ion superoksida (O2-) dan sebagian lainnya bukanlah radikal seperti singlet
oksigen (O2), hidrogen peroksida (H2O2), dan ion hipoklorit (ClO). Diantara
senyawa ROS tersebut radikal hidroksil adalah yang paling reaktif (Hajar et al.,
2005).
ROS adalah grup radikal bebas yang diproduksi spermatozoa pada saluran
reproduksi pria. Dalam kondisi fisiologis, spermatozoa memproduksi ROS dalam
jumlah yang kecil. Dalam jumlah yang kecil, ROS dibutuhkan untuk regulasi
fungsi sperma, kapasitasi sperma dan reaksi akrosom. Sedangkan dalam jumlah
yang besar ROS toksik terhadap sel normal dan menurunkan potensi fertilitas dari
sperma melalui kerusakan DNA dan apoptosis epitel germinal, sehingga
menurunkan hitung jumlah sperma (Bashandy, 2007). Senyawa ROS ini dapat
menginduksi lipid peroksidase di dalam membran sel, jika lipid peroksidase
dalam jumlah yang banyak ditambahkan ke dalam suspensi sperma akan
mempengaruhi motilitas sperma dan menyebabkan agregasi sperma (Aziz, 2004).
Usia mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat
kesuburan seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan. Kesuburan
pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ
reproduksi pria, rata-rata usia 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi pria
mencapai keadaan stabil usia 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai
dengan pertambahan usia dan akan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun.
Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-ahan,
dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Usia memiliki pengaruh yang besar terhadap waktu
kehamilan dan proporsi pasangan yang yang diklasifikasikan sebagai infertil
21
secara klinis. Untuk pria yang berusia kurang dari 35 tahun, tidak ada pengaruh
yang bermakna, tetapi mulai akhir usia 30-an dampaknya mulai bermakna.
Persentasi gagal untuk menghamili dalam waktu 12 siklus meningkat 18 - 28%
pada usia 35 hingga 40 tahun (Dunson, 2004).
b. Inferilitas dan Nigella sativa
Suatu penelitian menunjukan bahwa pada keadaan infertilitas terjadi
peningkatan dari ROS pada seminal. Pada keadaan ROS yang meningkat juga
diiringi peningkatan konsentrasi LDL, namun tidak selalu diiringi dengan
peningkatan konsentrasi HDL. Hal inilah yang memacu timbulnya stres oksidatif.
Stres oksidatif timbul sebagai konsekuensi peningkatan yang berlebihan dari
produksi ROS dan menyebabkan terganggunya mekanisme pertahanan oleh
antioksidan. Bersamaan dengan itu, hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
menyebabkan peningkatan ROS dan kadar lipid peroksida di jaringan yang
berasosiasi dengan penurunan efek antioksidan (Bashandy, 2006).
Thymoquinon yang terkandung dalam minyak Nigella sativa memiliki
aktivitas antioksidan yang memegang peranan sangat penting sebagai protektor
spermatozoa terhadap ROS hal ini memungkinkan membantu memperbaiki
abnormalitas spermatozoa akibat radikal bebas sehingga dapat meninggkatkan
kualitas dan kuantitas spermatozoa. Asam lemak tidak jenuh yang terkandung
dalam
Nigella
sativa
dapat
menstimulasi
aktivitas
17-hydroxysteroid
22
B. Kerangka Konsep
17 hydroxysteroid
dehidrogenase
Axis Hipotalamus
Hipofisis
LH
Lipid Peroksidase
FSH
Spermatogenesis
Testosteron
Nigella sativa
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
JUMLAH SPERMATOZOA
C. Hipotesis
Pemberian Nigella sativa pada pria berusia lebih dari 40 tahun yang sudah
menikah signifikan dalam meningkatkan kuantitas sperma dibandingkan dengan
plasebo.
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah semua pria berusia diatas 40 tahun
Populasi terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua laki-laki berusia diatas 40
Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan sebaiknya representatif dan dapat
23
24
a.
b.
c.
d.
Laki-laki
Berusia lebih dari 40 tahun
Sudah menikah
Bersedia dengan sukarela untuk menjadi responden
2. Kriteria eksklusi :
a. Penderita
b.
c.
d.
e.
f.
Diabetes
Mellitus,
Hipertensi,
penyakit-penyakit
2. Variabel bebas
Dosis Nigella sativa yang diberikan adalah dosis yang meliputi dosis terapi
tikus yaitu 0,09 ml/ hari (Umami, 2009) dengan faktor konversi dari tikus
(200 g) ke manusia (70 kg) sebesar 56,0 (Ngatidjan, 1990).
Dosis terapi tikus = 0,09 ml
Faktor konversi tikus (200 g) ke manusia (70 kg) = 56,0
Maka dosis terapi pada manusia = 0,09 ml 56,0
= 5,04 ml/ 70kg BB
= 0,072 mg /kg BB/hari
3. Variabel Lain
4. Definisi Operasional
25
No. Variabel
a.
Habbatussauda
b.
Analisis Kuantitas
Sperma
Defnisi
Skala
Bahasa arab dari Nigella sativa (Sirat
et al., 2001). (Nigella sativa =
Tumbuhan dengan daun hijau,
lonjong, ujung dan pangkal runcing,
tepi beringgit dan pertulangan
menyirip.
Bunganya
majemuk Nominal
berbentuk
karang,
kepala
sari
berwarna kuning, mahkota berbentuk
corong berwarna biru hingga putih,
dengan 5 - 10 kelopak bungan dalam
satu batang pohon (Hutapea, 1994).)
Penyelidikan
untuk
mengetahui
keadaan yang sebenarnya dari jumlah
(KBBI, 2001) sperma ( Sperma, semen
= sekret kental keputihan dari organ
reproduksi
jantan;
terdiri
dari
spermatozoa
di
dalam
plasma
nutriennya, sekret prostat, vesikula
seminalis, dan berbagai kelenjar lain,
Rasio
sel-sel epitel, dan unsur-unsur minor)
Spermatozoon = sel germinal jantan
matang, hasil khusus testis, merupakan
unsur
generatif
semen
yang
mengadakan fertilisasi dengan ovum.
Terdiri dari kepala, leher, bagian
tengah dan ekor dengan bagian ujung.
(Dorland, 2002).
F. Instrumen Penelitian
1. Bahan Penelitian
a. Air mani yang dikeluarkan secara masturbasi atau coitus interuptus
b. Bahan pemeriksaan analisis kuantitas sperma
c. Habbatussauda peroral
d. Plasebo peroral
2. Alat
a. Mikroskop cahaya dengan sumber arus listrik
b. Alat-alat pemeriksaan analisis kuantitas sperma
G. Rencana Kerja dan Pengumpulan Data
1. Cara Penelitian
Pria berusia diatas 40 tahun
yang sudah menikah
26
Habbatussauda
Plasebo
25 hari
27
3. Rencana Kegiatan
Keterangan
Minggu ke
1. Perijinan
2. penetapan sampel
penelitian
3. Penandatanganan
persetujuan pasien
4. Pelaksanaan
Program
5. Pengolahan data
dan analisis data
6. Penyusunan laporan
7. Pengiriman
Laporan
Bulan I
Bulan II
II III IV I II III IV
Bulan III
I II III IV
Bulan IV
I II III IV
H. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS 15.0 for
Windows. Data yang diperoleh dari penghitungan jumlah spermatozoa sebelum
dan sesudah pemberian plasebo dan habbatusauda akan diuji menggunakan uji
distribusi normalitas data yaitu uji Saphiro-Wilk test. Apabila data terdistribusi
normal maka perbedaan nilai kuantitas sperma sebelum dan sesudah perlakuan
akan diuji dengan uji paired sample T-test pada tingkat kemaknaan p<0,05.
Apabila data terdistribusi tidak normal akan dilakukan uji statistik non parametrik
Wilcoxon test pada tingkat kemaknaan p<0,05. Selisih jumlah sperma sebelum dan
sesudah antara pemberian plasebo dan habbatusauda akan diuji dengan
intependent sample T-test pada tingkat kemaknaan p<0,05.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdulelah, H. A. A. and Zainal-Abidin B. A. H. (2007). In Vivo Anti-malarial
Tests of Nigella sativa (Black Seed) Different Extracts. American Journal
of Pharmacology and Toxicology. 2(2). hlm.46-50.
Alwi, H. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. hlm. 43.
Aziz, N., Ramadan, A. S., Rakesh K. S., Iwan, L. J., Navid, E., Anthony, J. T., and
Ashok, A. (2004). Novel association between sperm reactive oxygen
species production, sperm morphological defects, and the sperm deformity
index. Fertlity and Sterility. 2(81). hlm. 349-54.
Babayan, V. K., Koottungal, D., Halaby, G. A. (1987). Proximate Analysis, Fatty
Acid and Amino Acid Composition of Nigella sativa L. Seeds. Journal of
Food Science. 43(4). hlm. 1314 1315.
Bashandy, A. E. S. (2007). Effect of fixed oil Nigella sativa on male fertility in
normal and hyperlipidemic rats. Int J Pharmacol; 3(1). hlm. 27-33.
Buriro, M. A. & Muhammad, T. (2007). Effect of Nigella Sativa on Lipid
Profile in Albino Rats. Gomal Journal of Medical Sciences. 5 (1). hlm. 27
31.
David, E. M. (2001). Infertilitas. Dalam buku : Hacker NF, Moore JG, editor.
Esensial obstetri dan ginekologi (ed 2). Jakarta: Hipokrates. hlm.598-602.
Dorland, W. A Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (Edisi 29). Jakarta:
EGC. hlm. 2032
Dunson, D. B., Donna D. B., Bernardo, C. (2004). Increased infertility with age in
men and women. Am J Obstet Gynecol, 103(1). hlm. 51-56.
El-Daly, E. S. (1994). The Effect of Nigella Sativa L. Seeds on Certain Aspects of
Carbohydrates and Key Hepatic Enzymes in Serum of Rat. Journal of
Islamic Academy of Sciences. 7(2). hlm. 93-99.
Farris, E. J. (1951). Male Fertility. British Medical Journal. hlm.1475.
Galli, H. M., Nahed, E. N. & Regine, S. S. (2006). The Medicinal Potential of
Black Seed (Nigella sativa) and its Components. Advances in
Phytomedicine. 2. hlm. 133 153.
Guyton, A. C. dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
30
31
32
Montaque DK. (1998). Disorders of male sexual function. Chicago: Yar Book
Medical Publisers, Inc.
Moore, K. L., Agur A. M. R. (2002). Anatomi Klinis Dasar. Editor : Sadikin Vivi,
Saputra Virgi. Jakarta : Hipocrates. hlm. 162-167.
Murti, B,. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan.. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
hlm.136.
Nieschlag, E., Behre, H. M., editor. (2000). Andrology Male Reproductive Health
Dysfunction (2nd ed). Berlin:Springer. hlm.24-57.
Pal, L. & Santoro, N. (2003). Age-related decline in fertility. Endocrinology
Metabolism Clinics of North America. 32(3). hlm. 669-688.
Pasqualotto, F. F., Junior, B. E. & Pasqualotto, B.E. (2008). The male biological
clock is ticking: a review of the literature Sao Paulo Medical Journal. 126
(23). hlm. 197-201.
Rahim, R. (2008). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa)
Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit Diabetes Melitus yang Diinduksi
Aloksan. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ramadan, M. F., Mrsel, J. T. (2002). Neutral lipid classes of black cumin
(Nigella sativa L.) seed oils. European Food Research and Technology.
214(3). pp. 202-206.
Santrock, J.W. (1995). Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5 jilid 2). Jakarta :
Erlangga.
Shier D, Butler J, Lewis R. (2003). Holes Essential of Human Anatomy and
Physiology (8th ed). New York, USA: McGrawHill. hlm.498-508.
Shohih HR Bukhori, no. 5688; Fathul Baari, X/143; dan Muslim, no. 2215.
Siong, T. E., Cho, K. S., Shahid, S. M. (1989a). Determinat of Calcium in Foods
by the Atomic Absorption Spectrophotometric and Titrimetric Methods.
Pertanika. 12(3). hlm. 303-311.
Siong, T. E., Cho, K. S., Shahid, S. M. (1989b). Determinat of Iron in Foods by
the Atomic Absorption Spectrophotometric and Titrimetric Methods.
Pertanika. 12(3). hlm. 313-322.
33
Sirat, H. M., Basar, N., Fang, E. M. (2001). Analisis Biji Jintan Hitam (Nigella
Sativa). Malaysian Journal of Analytical Sciences. Vol. 7, No. 1. hlm. 245248.
Sloalen, E. (2003). Anatomy and Phsyology An Easy Learner. Diterjemahkan oleh
Veldam J. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sopia, S. (2009). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella sativa)
Terhadap Motilitas Spermatozoa Tikus Wistar Hiperlipidemia. Karya
Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Diponegoro, Semarang.
Subijanto, A. A. & Diding H. P. (2008). Pengaruh Minyak biji jinten hitam
(Nigella sativa L.) Terhadap Derajat Inflamasi Saluran Nafas. Jurnal
Kedokteran YARSI. 16 (1). hlm. 006-012.
Takruri, H.R.H., Dameh, M. A. F. (1998). Study of the Nutritional value of Black
Cumin Seeds (Nigella sativa L.). J Science of Food and Agriculture. 76(3).
hlm. 404-410.
Tuminah, S. (2000). Radikal Bebas dan Antioksidan. Kaitannya dengan Penyakit
Kronik. Cermin Dunia Kedokteran. 128. hlm. 49 51.
Umami, H. M. (2009). Pengaruh Pemberian Minyak Jintan Hitam (Nigella
sativa) terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Hiperlipidemia. Karya Tulis
Ilmiah strata satu, Universitas Diponegoro, Semarang.
Winkjosastro.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo. hlm.
World Health Organization. (2002). Current Practices and Controversies in
Assisted Reproduction. Geneva. hlm. xv.
World Health Organization. (2010). Examination and Processing of Human
Semen (5th ed.). Geneva : WHO Press.
World Health Organization. (1992). Penuntun Laboratorium WHO untuk
Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Servik. Edisi
ke-3. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Wuryantari, M. N. (2000). Perkembangan Mutakhir Fisiologi Fungsi Testis: Dari
Organ Sampai Gen. Majalah Kedokteran Indonesia. 50. hlm.337-84.
Yasni, S. (2007). Potensi Pemanfaatan dan Pengembangan Jintan Hitam (Nigella
sativa L.) untuk Kesehatan Tubuh. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
PROSEDUR PEMBUATAN EKSTRAK MINYAK BIJI JINTAN HITAM
(Nigella sativa)
Bahan:
1. Biji Jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak 6 kg
2. Petroleum eter 42 liter
Alat:
1. Vacuum penguap
Cara Kerja:
1. Biji Nigella sativa dibuat menjadi serbuk.
2. Serbuk N. sativa direndam di dalam Petroleum Eter selama 5 X 24 jam, dengan
perbandingan N. Sativa : Petroleum Eter = 1kg : 7 liter.
3. Rendaman diuapkan di atas vacuum untuk memisahkan minyak dengan pelarut.
4. Didapatkan ekstrak minyak dari biji Nigella sativa sebanyak 210 ml.
Sumber : Laboratorium Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
34
35
Tikus Marmot
200 gr 400 gr
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
1.0
7.0
12.25
27.8
29.7
64.1
124.2
387.9
0.14
1.0
1.74
3.9
4.2
9.2
17.8
56.0
0.08
0.57
1.0
2.25
2.4
5.2
10.2
31.5
0.04
0.25
0.44
1.0
1.08
2.4
4.5
14.2
0.03
0.23
0.41
0.92
1.0
2.2
4.1
13.0
0.016
0.11
0.19
0.42
0.45
1.0
1.9
6.1
0.008
0.06
0.1
0.22
0.24
0.52
1.0
3.1
0.0026
0.018
0.031
0.07
0.076
0.16
0.32
1.0