Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di masyarakat pada umumnya dapat menyejukan dan
menyedihkan. Apabila seseorang mempunyai gangguan mental yang disebut
skizofrenia yang oleh masyarakat awam banyak disebut gila. Hal ini dapat
dipahami karena salah satu unsur manusia yang tergabung dalam bio, psiko,
sosial, spiritual dan kultural terganggu. Gejala ini tidak hanya di anggap sebagai
bencana bagi dirinya sendiri akan tetapi juga bagi lingkungannya mulai dari
keluarga teman-temannya masyarakat di sekelilingnya. (Majalah psikiatri Jiwa
tahun 1995 : 49).
Gangguan psikotik akut skizofrenia akut merupakan suatu gangguan
psikotik akut dengan gejala-gejala psikokotik yang secara koperatif bersifat
cukup setabil dan memenuhi kreteria untuk skizofrenia tetapi hanya berlangsuyng
kurang dari satu bulan lamanya (PPDGJ III, 1993 hal 128).
B. Batasan Masalah
Kelompok napza membatasi laporan ini hanya pada asuhan keperawatan
pada kx dengan skizofrenia katatonik stupor di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya
C. Tujuan
Untuk

memperoleh

pengalamannya

dan

mengembangkan

serta

mendapatkan pengetahuan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada kasus


medis skizofrenia katatonik stupor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia yaitu sekelompok gangguan psikosis dengan gejela
terpecahnya unsur-unsur kepribadian (proses berfikir, afek / emosi,
kemauan dan psikomotor) yang mulai timbul pada usia kurang dari 45
tahun (UPF, 94 : 37).
b. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik dimana permulaannya perlahan atau sub
akut dan sering timbuk pada masa remaja atau antara usia 15-25 tahun.
Gejala yang mencolok adalah gangguan adanya depersonalisasi,
gangguan psikomotor seperti prilaku kekanak-kanakan yang sering
terdapat pada hebefrenik (W.F. Maramis, 1995, 99).
c. Hubungan sosial dengan perilaku menarik diri
Menarik diri adalah suatu tindakan melepas diri dari alam
sekitarnya, individu tidak minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial
secara langsung. Dengan menarik diri tersebut klien kurang berespon
terhadap orang lain maupun lingkungannya sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam membina hubungan dengan orang lain. Dimana individu
tersebut mampu mempengaruhi, mengubah perilaku individu yang lain
dan alam sekitarnya.
2. Etiologi
a. Teori keturunan
1). Faktor keturunan
Faktor keturunan ternyata juga berpengaruh. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian tentang keluarga skizofrenia dan
keturunannya. Bagi anak dengan salah satu orang tua menderita
skizofrenia kemungkinan menderita 7-16%. Bila kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-60%. Bagi saudara kandung 7-15%. Namun
pengaruh ini dapat kuat atau lemah tergantung juga faktor
lingkungan.
2). Endokrin
Skizofrenia mungkin terjadi karena gangguan endokrin teori
muncul dengan timbulnya skizofrenia sewaktu puberitas, kehamilan,

puerperium maupun klimakterium. Tetapi hal ini belum dapat


dibuktikan.
3). Metabolisme
Teori ini muncul karena umumnya penderita skizofrenia tampak
pucat dan tidak sehat. Hipotesa ini tidak dibenarkan oleh para sarjana.
Belakangan ini teori ini mendapat perhatian lagi berhubungan dengan
afek penggunaan obat-obatan halusinogenik yang mirip dengan
gangguan skizofrenia tetapi reversibel.
4). Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab ke arah kelainan patologis ini
ditemukan sebagai akibat perubahan post mortem atau artefact
sewaktu membuat sediaan.
b. Teori psikogenik
1). Teori Adoft Mayer
Skizofrenia tidak timbul, sebagai penyakit badaniah. Namun penyakit
badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Skizofrenia
merupakan suatu reaksi yang salah atau maladaptasi. Oleh karena itu
timbul suatu disorganisasi kepribadian yang lama kelamaan individu
itu akan menjauhkan diri dari kenyataan.
2). Teori Sigmund Freud
Pada skizofrenia terdapat :
1.1

Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik


ataupun somatik.

1.2

Super ego dikesampingkan dan idlah yang berkuasa.

1.3

Kehilangan

kapasitas

untuk

pemindahan

(transference)

sehingga dapat terapi psikonalitik tidak mungkin.


3). Eugen Bleuler
Menganjurkan

penggunaan

istilah

skizofrenia

yang

lebih

menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah


belah. Adanya disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Gejala primer skizofrenia terdapat pada gangguan proses
pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan otisme. Sedangkan gejala
sekunder berupa waham, halusinasi, gangguan psikomotor utamanya
gejala katatonik.

c. Teori yang lain


1). Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang disebabkan oleh berbagai
macam sebab antara lain : keturunan, pendidikan yang salah, tekanan
jiwa.
2). Suatu gangguan psikosomatis. Gejala yang nampak pada badan hanya
sekunder, karena gangguan dasar yang psikogenik.
3. Patofisiologi
Krilin dan Bleuler mengajukan suatu hipotesa bahwa keadaan
neuropatologi tertentu merupakan penyebab dari timbulnya skizofrenia, maka
dengan datangnya kemajuaan ilmu kesehatan yang di dukung oleh
kecanggihan peralatan medis maka banyak dilakukan penelitian dengan
menggunakan CT-Scan, penelitian diawali oleh Jhon Ston (1976-1978)
dengan dilanjutkan oleh beberapa tokoh sampai sekarang dan banyak
dilakukan oleh para peneliti adanya kelainan gambaran CT-Scan kepala klien
skizofrenia dan yang paling sering dikemukakan adalah adanya pelebaran
ventrikel baik lateralis maupun vent rikel III, juga adanya atropi dari kortek
serebri terutama daerah prefromtal, juga pernah dilaporkan adanya kalianan
patologi atau vermis serebelum pada klien skizofrenia tetapi masih banyak
juga para peneliti yang tidak menemukan adanya kelainan dengan CT-Scan
pada klien skizofrenia. Tetapi walaupun dengan hasil pemeriksaan tersebut
belum bisa menerangkan dengan pasti patofisiologi dari timbulnya
skizofrenia.
4. Gejala Klinik
Gejala-gejala khas yang meliputi berbagai hal psikologis terdiri dari
beberapa aspek yaitu :
a. Isi pikiran : gangguan utama pada isi pikir ialah waham yang seringkali
majemuk, terpecah atau aneh, misalnya berupa waham kerja dan waham
yang menyangkut dirinya (delusion of reference).
b. Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai
assosiasi longgar, inkoherensi, kemiskinan pembicaraan dan lain-lain.
c. Persepsi : gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang
paling sering adalah halusinasi dengar.
d. Afek : sering sekali berupa afek yang datar atau tidak serasi.
e. Rasa kesadaran diri : sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang
parah tentang identitas dirinya dan maka eksistensinya.
f.

Dorongan kehendak (volition) : gangguan dapat berupa minat atau


dorongan yang tidak adekuat.

g. Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk


menarik diri dari dunia luar, berfreokupasi pada ide atau fantasi yang ego
sentrik dan apabila keadaanya parah, maka jatuh ke dalam keadaan
autisme.
h. Tingkah laku psikomotor : gangguan tingkah laku psikomotor bisa
beraneka ragam, dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas
spontan atau dapat pula berupa gerakan motorik yang berlebihan.
i.

Gambaran penyerta : hampir semua gejala dapat timbul tampak


kehilangan akal, berpakaian atau berdadan eksentrik, aktivitas motorik
yang tidak wajar afek tidak menyenangkan, depersonalisasi, derealisasi
dan gangguan yang mirip wahan yang mengangkut dirinya.
Gambaran utama pada skizofrenia tipe hebefrenik adalah berupa :
1). Inkoherensi yang jelas.
2). Afek datar, tak serasi atau ketolol-tololan.
3). Sering di sertai tertawa-tawa kecil atau senyum tak wajar.
4). Waham atau halusinasi yang terpecah-pecah.
Gambaran penyerta yang sering dijumpai adalah :
1).

Menyeringai, pelegakan (mannerism) berkelakar.

2).

Kecenderungan untuk menarik diri secara ektrem dari hubungan


sosial.

3).

Berbagai perilaku tanpa tujuan.

5. Jenis skizofrenia
a. Skizofrenia simplex
1).

Timbul pertama kali pada masa puberitas.

2).

Gejala utama emosi yang dangkal dan kemauan menurun.

3).

Tidak pernah terdapat waham, halusinasi dan tidak menunjukkan


tanda-tanda psikotik yang jelas seperti kelompok skizofrenia.

4).

Pertama kali menarik diri dari pergaulan semakin lama semakin


mundur dalam pekerjaan, akhirnya jadi pengangguran, pengemis,
penjahat atau gelandangan.

5).

Oneet kronis.

6).

Prognosa : paling jelek.

b. Skizofrenia hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja /
antara 15-25 tahun.

Gejala utama :
1).

Gangguan bentuk pikiran.

2).

Gangguan inkoherensi yang jelas.

3).

Waham yang aneh.

4).

Tingkah laku kekanak-kanakan.

5).

Efek emosi datar, inade kuat.

Gejala tambahan :
1).

Gangguan psikomotor.

2).

Menyeringai, berkelakar, menarik diri.

3).

Oneet penyakit : sub akut-kronis

4).

Prognosa : jelek.

c. Skizofrenia katatonik
Usia 15-30 tahun. Biasanya bersifat akut, didahului dengan stres
emosional.
Macam :

1). Stupor katatonik


-

Tidak ada perhatian dengan lingkungannya.

Emosi dangkal

2). Gaduh gelisah katatonik


Terdapat hiperaktivitas motorik dan tak di sertai
emosi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya.
d. Skizofrenia paranoid
Usia lebih dari 30 tahun. Gejala yang jelas waham primer, waham
sekunder dan halusinasi. Terdapat gangguan pada proses berfikir, afek
emosi, kemauan. Sering menyerang orang berkepribadian skizoid (mudah
tersinggung suka menyendiri).
e. Episode skizofrenia acut
Timbul mendadak sebab dan klien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut sehingga dapat timbul perasaan seakanakan dunia luar maupun dirinya berubah.
Prognosa baik dalam beberapa minggu, dan kurang dari 6 bulan klien
sudah baik.
f. Skizofrenia residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primer Bleuler, tapi tidak jelas adanya
gejala sekunder. Keadaan ini timbul setelah beberapa kali serangan
skizofrenia.

LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus (Masalah Utama)
Menarik diri
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
-

Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang


lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993 hal.336)

Menarik diri adalah individu tidak dapat menyelesaikan masalah


sehingga individu mengadalam penarikan diri dari lingkungan (Catt. Kul
Medis Jiwa)

B. Etiologi
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi
terjadinya prilaku menarik diri, karena kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya kepada orang lain,
putus asa dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menibulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai diri sendiri .
C. Tanda dan gejala
Data objektif
-

Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul.

Menyendiri (menghindar dari orang lain), kx tampak memisahkan diri


dengan orang lain.

Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap


dengan orang lain atau perawat .

Tidak ada kontak mata / klien lebih sering menunduk

Kx suka berdiam diri di kamar.

Menolak berhubungan dengan orang lain.

Tidak melakukan kegiatan sehari hari (perawatan diri)

Posisi janin pada saat tidur.

Data subyektif
Data subyektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa
data subyektif adalah kx menjawab singkat dengan kata-kata tidak, ya dan
tidak tahu.

III. A. Pohon Masalah


Resiko perubahan sensori : halusinasi
Akibat
Isolasi sosial : menarik diri Cp
Etiologi
Gangguan harga diri : harga diri rendah
B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Isolasi sosial : menarik diri.
DS
DO

Kx tidak banyak bicara, apabila bicara hanya mengatakan ya,

tidak, tidak tahu.


Kontak mata menurun, suaranya tidak jelas, diam di tempat
atau menjauhi orang lain, menolak berhubungan dengan orang

lain, suka menghindar dari orang lain.


2. Gangguan harga diri :harga diri rendah.
DS
DO

:
:

Kx hanya diam saja / tidak banyak bicara


Kx selalu menghindar dari orang lain, kx suka berdiam diri,

kepala selalu menunduk, kontak mata menurun.


3. Resiko perubahan sensori persepsi.
DS
DO

Kx mengatakan suka mendengar-dengar suara-suara yang

aneh atau merasa disentuh-sentuh oleh sesuatu.


Kx suka menyendiri, suka bicara sendiri, kx tampak gelisah,
tidak suka melakukan kegiatan sehari-hari.

IV. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan umum : Tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus : Klien dapat
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Mengenal penyebab perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
3. Membina hubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.
4. Mendapati dukungan keluarga dalam mengembangkan kemampuan klien
untuk berhubungan dengan orang lain.
5. Menggunakan obat dengan benar sesuai program pengobatan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI I TGL 17 MEI 2005

a. Proses Keperawatan
2. Kondisi klien
-

Klien diam, mengurung diri, suka bicara sendiri dengan mulut komatkamit.

Tidak ada kontak mata.

Ekspresi wajah sedih.

3. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar berhubungan dengan menarik
diri.
4. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
5. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
- Sikap terbuka dan empati.
- Terima klien apa adanya.
- Sapa kx dengan ramah.
- Tepati janji.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Pertahankan kontak mata selama interaksi.
- Penuhi kebutuhan kx saat itu.
1.

Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
Salam therapeutik
Selamat pagi mas ! perkenalkan mana saya ............................
Biasa dipanggil ................ oh ya mas namanya siapa ? biasa dipanggil siapa ?
kami mahasiswa Akper Unmuh Surabaya, saya ditugaskan disini selama 2
minggu dan saya akan merawat mas selama dirumah sakit ini.
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan mas hari ini ?
3. Kontrak
Topik

: Setelah kita perkenalan, bagaimana kalau kita berbincangbincang tentang kenapa mas suka menyendiri ?

Waktu

: Bagaimana kalau besok jam 10.00

Tempat

: - Dimana tempat yang menurut mas baik ?


- Bagaimana kalau di kamar mas saja ?

Kerja

1. Coba mas ceritakan kenapa mas suka menyendiri ?


2. Apa yang anda fikirkan bila anda menyendiri ?
3. Apa yang sering anda lakukan bila anda menyendiri ?
4. Mengapa anda tidak mau mengajak orang lain untuk berbicara ?
5. Kapan anda suka menyendiri ?
6. Situasi yang bagaimana yang membuat mas suka menyendiri ?
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif : Apa yang mas rasakan setelah kita berbincangbincang selama ini.
Evaluasi perawat : Coba sebutkan cara-cara apa supaya mas tidak suka
menyendiri
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan
yang telah di lakukan)
Usahakan mas agar selalu bergaul dengan orang lain.
3. Kontak yang akan datang
Topik

: Besok, kita bercakap-cakap lagi ya, mas!


Kita akan diskusikan penyebab mas menarik diri

(menyendiri) ?
Waktu : Waktunya lebih lama (10-15 menit) ya mas ?
Tempat : Tempatnya dimana ya mas ?
Bagaimana kalau di ruang ini saja (di kamar mas) ?

STRATEGI PELAKSANAAN TUJUAN II TGL 18 MEI 2005


Tujuan khusus
Kx dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.

Rencana tindakan
-

Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri.

Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab


menarik diri.

Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya.

Beri pujian terharap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.

Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam therapeutik
Selamat pagi Mas N ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan mas N hari ini, masih ingat dengan saya ?
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1. Mas N kenapa anda suka menyendiri ? apakah ada masalah ?
Kalau ada, ceritakan pada saya mungkin saya bisa bantu.
2. Apa yang anda pikirkan bila anda menyendiri ?
3. Apa yang sering anda lakukan bila anda menyendiri ?
4. Mengapa anda tidak mau mengajak orang lain untuk berbicara ?
5. Kenapa anda suka menyendiri ?
6. Situasi yang bagaimana yang membuat mas suka menyendiri ?
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
-

Evaluasi subyektif : Kx hanya diam.

Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Kx tetap diam

b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang
telah di lakukan)
Usahakan mas, kalau ada masalah bicara sama teman atau perawatnya,
jangan menyendiri !
c.

Kontak yang akan datang


Topik

: Besok, kita bercakap-cakap lagi ya, mas!


Topik untuk besok adalah agar anda dapat berhubungan

Waktu

dengan teman-temannya dan tidak menyendiri


: Untuk waktunya sama seperti sekarang pukul 10.00 tetapi

Tempat

sedikit lebih lama ( 15 menit)


: Tempatnya dimana ya mas karena lebih nyaman bagi mas N

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

KE III TGL 19 MEI 2005


Tujuan khusus
Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap
Rencana tindakan
1. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku
menarik diri.
2. Dorong dan bantu kx untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap
sebagai berikut :
a. Kx-perawat.
b. Kx-perawat-perawat lain.
c. Kx-perawat-perawat lain-kx lain.
d. Kx-kelompok kecil.
e. Kx-keluarga / kelompok / masyarakat.
3. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dipacai kx.
4. Bantu kx mengevaluasi manfaat dari berhubungan.
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan kx dalam mengisi waktunya.
6. Motivasi kx untuk mengikuti kegiatan di ruangan.
7. Beri pujian atas keikutsertaan kx dalam kegiatan di ruangan.
Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam therapeutik
Selamat pagi Mas N ?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan mas N hari ini, masih ingat dengan saya ?
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1. Mas N, apakah anda tahu kerugian dan keuntungan dari menyendiri ?
2. Ayo mas N, makan bersama di R. makan sama teman-temannya.
3. Ayo mas N, nonton TV atau bermain di luar sana saja.
4. Kalau mas N mau ngobrol dan bermain sama saya / perawat dan temanteman nanti pasti cepat pulang.
5. Bagaimana perasaan mas N setelah berbincang dan bermain bersama temantemannya.
6. Mas N kalau ada kegiatan disini mas N ikut yach ?
7. Mas nanti membuat jadwal kegiatan yach, agar mas N tidak lagi menyendiri
3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


-

Evaluasi subyektif : iya mbak, saya ikut

Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Kx tetap diam


meskipun banyak temannya.

b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang
telah di lakukan)
Ayo mas, anda harus aktif dalam kegiatan diruangan ini, sering berbincang
dengan teman atau perawatnya agar mas cepat pulang.
c.

Kontak yang akan datang


Topik

Besok, kita bercakap-cakap lagi yach, tetapi masalah yang


akan dibicarakan berbeda dengan hari ini yaitu keuntunga

Waktu
Tempat

:
:

dari berhubungan dengan orang lain.


Waktunya sama seperti kemarin jam 10.00 yach
Tempatnya juga sama disini saja yach !

3. Kontak
Topik
Waktu
Tempat

Setelah kita berkenalan, bagaimana kalau kita berbincang-

:
:

bincang tentang kenapa mas kesini dan suka menyendiri


Bagaimana kalau yang menurut mas baik ?
Dimana tempat yang menurut mas baik ?

Bagaimana kalau di kamar mas saja ?


Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
6. Bagaimana perasaan anda hari ini ?
7. Apakah anda sudah sarapan pagi ?
8. Apakah anda sudah mandi ?
9. Saya disini mau berbincang-bincang bersama anda dan mau bertanya kenapa
anda suka menyendiri
Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
-

Evaluasi subyektif : apa yang mas rasakan setelah kita berbincangbincang selama ini ?

Evaluasi perawat : coba sebutkan dan menjelaskan kenapa mas suka


menyendiri

b. Tindak lanjut klien


usahakan mas agar selalu bergaul dengan orang lain.
c.

Kontak yang akan datang


Topik

Besok, kita bercakap-cakap lagi ya mas ! dan besok kita

Waktu

akan diskusikan kenapa mas suka menyendiri.


10-15 menit

Tempat

Tempatnya tetap, disini saja yach mas (kamar mas)

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus didepan maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Skizofrenia

merupakan

terpecahnya

unsur-unsur

kepribadian

yang

mengakibatkan terjadinya gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan


adanya dipersonalisasi.
2. Dalam melakukan suatu pengkajian terutama untuk merumuskan diagnosa
keperawatan diperlukan kecermatan ketelitian dan kepekaan dalam menggali
data teritama data subyektif sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar
valid.
3. Perencanaan tindakan keperawatan dalam kasus nyat di buat berdasarkan
urutan prioritas masalah yang mengancam jiwa, mengganggu fungsi organ
dan mengganggu kesehatan dengan menekankan pada keadaan jiwa klien.
4. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. P dengan skizofrenia
hebefrenik berkelanjutan dengan masalah perilaku menarik diri pada
prinsipnya di lakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi pada akhirnya asuhan keperawatan dengan melihat hasil respon
klien yang bertitik tolak pada kriteria hasil yang telah di buat sebelumnya.
B. Saran-saran
1. Keluarga sebaiknya memberikan informasi yang berhubungan dengan
penderita secara benar karena kekurangan informasi tersebut sangat
menunjang perawatan dan pengobatan penderita. Menumbuhkan sikap
terbuka dan menerima apa adanya keadaan penderita sehingga dapat
menimbulkan kesabaran dalam membimbing penderita bila sudah berada
dalam lingkungan penderita.
2. Perawat perlu memberikan perhatian khusus dari pada klien karena klien
dengan menarik diri dapat melakukan suatu tindakan yang membahayakan
dirinya dan klien cenderung kurang memperhatikan diri.
3. Sikap simpati, menghargai dan kesabaran sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan penderita penyakit jiwa.
4. Sebelum melakukan interaksi dengan penderita sebaiknya mengetahui seluk
beluk penderita, karena walaupun dengan diagnosa medik sama belum tentu
mempunyai masalah yang sama.
5. Jika klien sudah pulang agar tidak mengucilkannya tetapi memperlakukannya
sama seperti anggota keluarga yang lain.
6. Tepat mempertahankan tatanan yang sudah baik dan selalu meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.
7. Kerja sama antara perawat, keluarga serta klien perlu adanya peningkatan
dalam melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan
agar tujuan tercapai.

8. Dalam menerapi klien dengan menarik diri diperlukannya terapi kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya Airlangga, 1992.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Kedokteran Jiwa FK Universitas
Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994.
Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, RSJD Menur Surabaya, 1997.
Majalah Psikiatri Jiwa tahun 1995 : 49.

Anda mungkin juga menyukai