Anda di halaman 1dari 2

Dampak Kesepian Bagi Kesehatan

Orion Ardi R. (G1A 015 116)

Kesepian adalah keadaan emosi dan kognitif yang tidak bahagia yang
diakibatkan oleh hasrat akan hubungan akrab tetapi tidak dapat mencapainya.
Individu yang tidak menginginkan teman bukan orang yang kesepian, tetapi
seseorang yang menginginkan teman dan tidak memilikinyalah orang yang
kesepian. Kesepian adalah pengalaman subjektif. Kesepian juga dideskripsikan
sebagai kesakitan sosial - suatu mekanisme psikologis untuk memperingatkan
seorang individu atas isolasi yang tidak diinginkan dan memotivasinya untuk
mencari hubungan sosial.
Menurut Middlebrook (1980), ada dua faktor penyebab dari kesepian,
yaitu faktor psikologis dan faktor sosiologis. Faktor psikologis diantaranya adalah
Existential Loneliness atau terpisahnya seseorang dengan orang-orang lain,
pengalaman traumatis hilangnya orang-orang terdekat, kurangnya dukungan dari
orang lain, adanya masalah krisis dalam diri seseorang, kurangnya rasa percaya
diri, kepribadian yang tidak sesuai dengan lingkungan, serta ketakutan untuk
menanggung resiko sosial. Disamping itu ada juga faktor sosiologis, yang
biasanya disebabkan karena takut dikenal orang lain, merasa terikat oleh nilainilai yang berlaku pada lingkungan sosial, jenuh akan kehidupan di rumah,
adanya perubahan pola-pola dalam keluarga, seringnya berpindah tempat tinggal,
dan lain sebagainya.
Seorang ilmuwan neuro-social dari University of Chicago, John Cacioppo,
mengatakan bahwa efek isolasi sosial atau penolakan, sama nyatanya dengan rasa
haus, lapar dan sakit. Karena manusia makhluk sosial, berada pada batas terjauh
dari kehidupan sosial adalah posisi yang berbahaya. Ia menambahkan, otak
tenyata bereaksi terhadap perasaan kesepian, yang menyebabkan efek buruk bagi
kesehatan.
Saat kita merasa kesepian, otak kita akan waspada begitu pula tubuh kita.
Hal ini menyebabkan tingkat hormon kortisol meningkat di pagi hari, karena kita

mengantisipasi hari itu sebagai hari yang penuh tekanan lagi. Kita mengalami
produksi hormon kortisol yang rata di sepanjang hari, utamanya mencapai puncak
di pagi hingga siang hari. Sebagai hasilnya, tubuh yang masih memproduksi
kortisol di malam hari akan menyebabkan tidur malam sering diselingi bangun
tiba-tiba. Hal ini yang seringkali menyebabkan orang yang kesepian mengalami
gejala depresi bahkan dapat meningkatkan kemungkinan tekena penyakit jantung.
Cacioppo menyatakan, sesungguhnya kesepian mengubah ekspresi gen
atau ekspresi apa yang gen tunjukan atau tidak, untuk membantu tubuh waspada
akan serangan. Namun, hal ini juga meningkatkan stress dan penuaan pada
tubuh. Penelitian pada hewan telah membuktikan bahwa isolasi sosial
meningkatkan tingkat dopamine, yakni neurotransmitter yang mendorong perilaku
impulsif.
Kombinasi dari efek ini dapat mempengaruhi performa kognitif serta
sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan risiko gangguan pembuluh darah,
peradangan, serta penyakit hati. Penelitian menunjukan bahwa kesepian
menaikkan risiko kematian dini sampai 45% dan kemungkinan mengalami
kepikunan pada hari tua sebanyak 64%. Di sisi lain, orang dengan ikatan erat
dengan keluarga dan teman, memiliki kurang dari 50% kemungkinan risiko
kematian yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak.
Merasa terisolasi dan dijauhi memang dapat mempengaruhi kesehatan
kita, tetapi ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya.
Pertama, sadar akan kesepian. Orang cenderung menyangkal ataupun menutupi
rasa kesepian mereka, yang kenyataannya berubah menjadi lebih parah. Kedua,
memahami bagaimana dan apa pengaruh kesepian terhadap pikiran dan tubuh kita.
Karena jika kita tidak memahami kompleksitas secara psikologi dari rasa kesepian
itu, kita tidak akan mengerti apa yang harus kita lakukan. Lalu respon ketiga
adalah bertindak. Kita harus berhubungan kembali dengan orang di sekitar kita
dengan aman. Tanamkan dalam pikiran bahwa untuk mengatasi kesepian, kita
perlu merasa terhubung kembali dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai