Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No.

3 (2013)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE


SOCIAL RESPONSIBILITYDISCLOSURE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI

Sukmawati Safitri Dewi


Sukmadewy91@gmail.com

Maswar Patuh Priyadi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Suraba ya

ABSTRACT
This main aims of this studyis to test whether the company characteristics consist of size, profitability, leverage,
management ownership, and the number of the board of commissioners.The results of this study show that: (1)
size have an influence to the corporate social responsibility disclosure, (2) profitability have no influence to the
corporate social responsibility disclosure, (3) leverage have no influence to the corporate social responsibility
disclosure, (4) management ownership have an influence to the corporate social responsibility disclosure, dan (5)
the number of the board of commissioners have an influence to the corporate social responsibility disclosure.
Keywords:

Size, Profitability, Leverage, Management Ownership, Size of the Board of Commissioners,


Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD).

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan, yang terdiri dari size,
profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran dewan komis aris berpengaruh terhadap
corporate social responsibility disclosure. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) size berpengaruh
terhadap corporate social responsibility disclosure; (2) profitabilitas tidak berpengaruh terhadap corporate
social responsibility disclosure; (3) leverage tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility
disclosure; (4) kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure;
dan (5) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure.
Kata kunci: Size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris, Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD).

PENDAHULUAN
Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini menga lami
perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR) dimana perusahaan ikut dalam
berpartisipasi dan empathy terhadap berbagai masalah lingkungan dan sosial sekitar
perusahaan. Dari keberadaan perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya selain memberi
banyak manfaat tetapi juga banyak menimbulkan dampak negatif dari aktivitas perusahaan
ditengah lingkungan. Membuat perusahaan tidak lagi hanya memperhatikan catatan
keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan harus memperhatikan berbagai
macam aspek yang meliputi aspek keuangan (profit), aspek sosial (people), dan aspek
lingkungan (planet), yang biasa disebut triple bottom line.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep akuntansi yang dapat
membawa perusahaan agar melaksanakan tanggungjawabnya terhadap lingkungan dan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

masyarakat. Menurut studi yang dilakukan oleh Jung (dalam Nursahid, 2006),
kedermawanan sosial perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor
pertama menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan, dimana perusahaan besar dan
mapan cenderung lebih potensial memberikan sumbangan dari pada perusahaan kecil dan
belum mapan. Kedua, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah, semakin
buruk penataan pajak dalam negeri akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan
untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Ketiga, bentuk
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dimana kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
yang terpisah cenderung memiliki prakarsa untuk mendirikan yayasan sosial (Nursahid,
2006).
Jika didalam pengungkapan informasi perusahaan akan memeperoleh banyak manfaat
lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan maka perusahaan akan dengan sukarela
mengungkapkan informasinya. Informasi yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan
sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh
standar akuntansi atau peraturan badan pengawasan. Yang sering diminta untuk
diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial
perusahaan.
Secara implisit Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2009) paragraf 12 menyarankan untuk mengungkapkan
tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut :
Entitas dapat pula menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana
faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan
tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. (IAI, 2009).
Pemerintah Indonesia sadar betul makna ramah lingkungan dan upaya pengurangan
global warming, sehingga sepakat membuat aturan main yang menjadi dasar pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungan yaitu diterbitkannya Undang-Undang
No. 40 tahun 2007. Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tersebut
menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang sumber daya alam dan
bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan (Hadi, 2011).
Dalam melakukan tindakan pengambilan keputusan investasi perusahaan, seringkali
para investor melihat dari besar kecilnya suatu perusahaan yang selanjutnya akan dilakukan
penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Size atau ukuran perusahaan
merupakan variabel penduga yang banyak digunakan dalam menjelaskan variasi
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi,
dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, oleh
karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi dari pada
perusahaan kecil. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti,
pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005).
Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur yang digunakan perusahaan dalam
menilai keefektifan kinerja suatu perusahaan. Donovan dan Gibson (2000) menyatakan
berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan halhal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,
pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
good news kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian
investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Jadi, profitabilitas menjadi
pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
Leverage merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mempunyai tingkat resiko hutang tak tertagihnya kepada kreditur yang
nantinya akan digunakan dalam membiayai aset perusahaan. (Watt dan Zimmerman, 1990)
dalam (Scott, 1997) menyampaikan pendapat bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan
perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan
memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa
perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage,
modal kerja dan ekuitas pemegang saham.
Kepemilikan manajemen, konflik kepentingan yang sering terjadi antara pihak manajer
dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan
semakin kecil. Dengan demikian, manajer akan terus berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan dirinya dibandingkan dengan kepentingan perusahaannya. Sebaliknya,
semakin besar kepemilikan manajer di dalam suatu perusahaan maka semakin produktif
tindakan yang akan dilakukan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan
kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan
mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image positif (brand)
dari para pemangku kepentingan dapat dirasakan, serta membantu dalam pembangunan
berkelanjutan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray
dan Maunders, 1988).
Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan komisaris ini berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh menajemen (direksi). Dengan demikian
dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi
pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen (direksi). (Mulyadi, 1993).
Dari hasil yang dilakukan penelitian terdahulu terdapat beberapa macam variabel
yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR masih menunjukkan hasil yang berbeda beda dalam setiap penelitian yang dilakukan, bahkan saling bertentangan antara hasil
penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Hal inilah yang akan menjadi dasar dalam
penelitian ini. Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Apriwenni
(2009). Penggunaan penelitian Apriwenni (2009) sebagai dasar penelitian dikerenakan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh variabel size, leverage,
persentase kepemilikan manajemen dan profitabilitas, terhadap pengungkapan laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan, seperti halnya dengan variabel yang digunakan
dalam penelitian Sembiring (2005). Akan tetapi dalam penelitian ini akan menambahkan
satu macam variabel, yaitu ukuran dewan komisaris.
Penelitian-penelitian tersebut hasilnya tidak konsisten seperti yang dilakukan oleh
beberapa peneliti menunjukan ketertarikan untuk dilakukan penelitian ulang. Atas dasar
alasan tersebut penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan
program SPSS for windows seri 16.0 untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Karateristik
Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka
mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk
mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri
ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011).
Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang
yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik (Hadi,
2011). Berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari
masyarakat. Dengan demikian legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial
bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern) ODonovan (2002).
Deegan dan Tobin (2002) menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat
kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi
sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika terjadi pergeseran yang
menuju ketidaksesuaian, maka pada saat itu legitimasi perusahaan dan terancam.
Melihat dari konteks uraian diatas dapat dinyatakan bahwa legitimasi perusahaan
dimata stakeholder merupakan faktor signifikan untuk mendukung citra dan reputasi
perusahaan dimata stakeholder (Hadi, 2011). Dengan demikian, maka pengungkapan
informasi CSR merupakan investasi jangka panjang, dan memiliki manfaat dalam
meningkatkan image dan legitimasi, sehingga dapat dijadikan sebagai basis konstruksi
strategi perusahaan.
Teori keagenan (Agency Theory)
Agency Theory mengarah pada hubungan agensi, pemilik (principal) yang memberi
mandate pada pekerja (agent). Agency Theory menjelaskan mengenai hubungan agensi
dengan menggunakan metamorfosa dari sebuah kontrak (Ikhsan dan Suprasto, 2008).
Dalam agency theory, pemegang saham (principal) merupakan pemilik perusahaan dan
memiliki hak kepemilikan terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Sementara itu,
para manajer merupakan agen (agents) yang bertindak untuk kepentingan pemilik
perusahaan. Di dalam pasar modal yang efisien, pemegang saham secara mutlak akan
sepakat bahwa mereka lebih menyukai maksimalisasi laba yang akan meningkatkan nilai
perusahaan. Dengan demikian, jika manajemen tidak melakukan maksimalisasi laba maka
pasar akan melakukan koreksi terhadap manajemen perusahaan, misalnya dengan
mengganti manajer (Dewanta, 2011).
Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility
Perusahaan tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata
(single bottom line), melainkan harus meliputi aspek keuangan (profit), aspek sosial (people),
dan aspek lingkungan (planet), yang biasa disebut triple bottom line.
Definisi lain menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
mendefinisikan CSR merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan
beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara dunia, lewat
publikasinya Making Good business Sense mendefinisikan CSR merupakan satu bentuk
tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarah kan untuk
meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan
berikut keluarganya, sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
masyarakat lebih luas (Hadi, 2011).

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa
CSR merupakan suatu bentuk tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atas berbagai macam aktivitas perusahaan dengan mengintegrasikan bukan
cuma keuntungan (profit) yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)
sehingga tidak mengorbankan kemampuan dan kebutuhan generasi muda dimasa datang.
Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (social responsibility)
Menurut Crowther (2008) terdapat tiga prinsip dasar dari tanggung jawab sosial (social
responsibility). Pertama, Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitasnya (action) tentang memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya
dimasa depan.
Kedua, Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab
atas aktivitas yang telah dilakukan.
Ketiga, Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Berperan untuk
mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.
Corporate Social Responsibiliy Disclosure
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai
social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) atau corporate social
responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis
informasi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar
apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawasan.
Manfaat Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut ODonovan (2002), beberapa manfaat yang diperoleh dari praktik
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu pertama,menyelaraskan nilai-nilai
perusahaan dengan nilai-nilai social. Kedua, Menghindari tekanan dari kelompok tertentu.
Ketiga, Meningkatkan image dan reputasi perusahaan. Dan keempat menunjukkan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Karakteristik Perusahaan
Ada lima karakteristik perusahaanyang dipakai dalam penelitian ini yang bertujuan
untuk berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure, yaitu size, profitabilitas,
leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran dewan komisaris.
Size
Size perusahaan merupakan suatu variabel penduga yang sering digunakan dalam
menjelaskan berbagai macam variasi pengungkapan sosial yang digunakaan perusahaan
dalam laporan tahunan perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapan
informasi yang lebih besar dari pada perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung
memiliki resiko yang lebih besar terhadap kerusakan lingkungan sosial.
Profitabilitas
Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti


semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besa r pengungkapan
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Leverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung
pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan, dengan demikian
menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa
perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak
informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi
(Jensen & Meckling, 1976).
Kepemilikan Manajemen
Pada perusahaan tertentu untuk memotivasi kinerja manajer, perusahaan mulai
menerapkan kebijakan kepemilikan manajerial. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham, sehingga dengan
terlibatnya ini kedudukan manajer sejajar dengan pemegang saham. Manajer dipelakukan
bukan semata sebagai pihak eksternal yang digaji untuk kepentingan perusahaan tetapi
diperlakukan sebagai pemegang saham. Dengan demikian diharapkan dengan adanya
keterlibatan manajer pada kepemilikan saham dapat efektif untuk meningkatkan kinerja
manajer (Dewanta, 2011).
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh menajemen (direksi). Dengan demikian
dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi
pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen (direksi). (Mulyadi, 1993).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh size terhadap corporate social responsibility disclosure.
Menurut teori agensi yang secara umum menyatakan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan maka biaya keagenan yang akan dikeluarkan juga lebih besar. Untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan
informasi yang lebih luas. Selain itu, perusahaan besar merupakan emiten yang banyak
disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Size berpengaruh signifikancorporate social responsibility disclosure.
Pengaruh profitabilitas terhadap corporate social responsibility disclosure.
Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hubungan antara kinerja keuangan suatu
perusahaan, dalam hal ini profitabilitas, dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
menurut Belkaoui dan Karpik (1989) paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta
untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Pengaruh leverage independen terhadap corporate social responsibility disclosure.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih
tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagena n perusahaan
dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah (Apriwenni, 2009). Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H3 : Leverage berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap corporate social responsibility disclosure.
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika
kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan
berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan
perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka
semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata
lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan
mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan,
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. (Gray dan
Maunders, 1988). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4 : Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Ukuran dewan komisaris terhadap corporate social responsibility disclosure.
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat
perusahaan akan semakin luas. Menurut teori agensi, anggota dewan yang lebih besar akan
memudahkan pengendalian terhadap agen dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif sehingga dapat mengurangi tindakan menyimpang dari agen. Selain itu, tekanan
yang lebih besar terhadap manajemen akan mendorong manajemen untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih besar. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H5 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI selama tahun 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011 berturut-turut, (2)
Perusahaan Manufaktur yang mengeluarkan laporan tahunan selama tahun 2009-2011 secara
berturut-turut, (3) Perusahaan Manufaktur yang mengungkapkan CSR dalam laporan
tahunan selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
mencakup dalam tujuh kategori antara lain: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori
ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Ketujuh
kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No
VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di
Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh puluh
delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri
sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda -beda (Sembiring,
2005).
Tabel 1
Checklist Item Tingkat Pengungkapan CSR
LINGKUNGAN
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi.
2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi
ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi
daratan atau reboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
6. Penggunaan material daur ulang.
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
11. Pengolahan limbah.
12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.
13. Perlindungan lingkungan hidup.
ENERGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.


Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.
Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.
Peningkatan efisiensi energi dari produk.
Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.
Kebijakan energi perusahaan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA


1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risk dalam lingkungan kerja
2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik/mental.
3. Statistik kecelakaan kerja.
4. Menaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.
6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.
8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja.
LAIN-LAIN TENAGA KERJA

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.


Presentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat manajerial.
Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan.
Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat.
Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.
Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.
Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkar diri atau yang telah
membuat kesalahan.
9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi.
11. Presentase gaji untuk pensiun.
12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan.
13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.
14. Tingkatan menejerial yang ada.
15. Disposisi staff-dimana staf ditempatkan.
16. Jumlah staf, masa kerja dan kelompok usia mereka.
17. Statistik tenaga kerja, misal: Penjualan per tenaga kerja.
18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.
19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.
20. Rencana pembagian keuntungan lain.
21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.
22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.
23. Laporan tenaga kerja yang terpisah.
24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh.
25. Gangguan dan aksi tenaga kerja.
26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegoisasikan.
27. Kondisi kerja secara umum.
28. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.
29. Statistik perputaran tenaga kerja.
PRODUK
1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya.
2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.
3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.
4. Produk memenuhi standar keselamatan.
5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.
7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.
8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan.
9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.
10. Informasi yang dapat diversifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (ISO 9000).
KETERLIBATAN MASYARAKAT
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.
2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar.
3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.
4. Membantu riset medis.
5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar, atau pemeran seni.
6. Membiayai program beasiswa.
7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.
8. Sponsor kampanye nasional.
9. Mendukung pengembangan industri lokal.
UMUM
1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
masyarakat.
2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.
Sumber : (Sembiring, 2005).

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

10

Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan


dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument CSR dalam penelitian diberi nilai satu jika
diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa dan Cooke, 2005). Selanjutnya,
skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap
perusahaan, rumus penghitungan CSRI adalah sebagai berikut :

CSRIj =

Xij
nj

Dimana :
CSRIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j
nj
=Jumlah item untuk perusahaan j, n j 78
Xij
=Jumlah item yang diungkapkan, jika diungkapkan diberi nilai 1. Jika tidak
diungkapkan diberi nilai nol.
Dengan demikian, 0 CSRIj 1.
Variabel Independen
a. Variabel Size
Menurut Hackston dan Milne (1996) dari beberapa penelitian, ukuran perusahaan dapat
diukur dengan jumlah karyawan, total aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks.
Skala pengukuran untuk size perusahaan dengan logaritma natural. Size perusahaan
diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan
dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total
aktiva perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam
penelitian ini.
b. Variabel Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam rangka
untuk meningkatkan nilai shareholder (pemegang saham). Profitabilitas dalam penelitian
ini akan diukur dengan menggunakan pendapatan per-lembar saham (earning per-share).
Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
ROA = Laba setelah Pajak / Total Aset
c. Variabel Leverage
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leveragejuga mencerminkan
tingkat resiko keuangan perusahaan, ECFIN (Indonesian Capital Market Directory, 2002:
xxix) menyebutkan rumus dari leverage ratio ini adalah total debt divided by total assets.
Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
Rasio utang = Total Hutang / Total Aset
d. Kepemilikan Manajemen
Christiawan dan Tarigan (2007) menejelaskan kepemilikan manajemen adalah situasi
dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari dalam laporan
keuangan yang ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

11

e. Ukuran Dewan Komisaris


Ukuran Dewan Komisaris (UDK) yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris dalam
penelitian ini adalah konsisten dengan Sembiring (2005) yaitu dilihat dari banyaknya
jumlah anggota dewan komisaris perusahaan
Pengujian Hipotesis
Pengujian Signifikasi Secara Parsial (Uji t)
Adapun kriteria sebagai berikut:
1. Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya pengaruh yang signifikan
antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
2.

Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengujian Signifikasi Secara Simultan (Uji F)


Menetapkan ketentuan tolak atau terima hipotesis
Tolak H0 dan terima Ha bila Signifikansi < 0,05
Tolak Ha dan terima H0 bila Signifikansi > 0,05
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu size,
profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris, Corporate Social
ResponsibilityDisclosure (CSRD).
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CSRD

102

.0641

.5000

.220080

.1026472

SIZE

102

10.0707

14.1862

1.218738E1

.8029406

PROF

102

-.7558

.4162

.084036

.1592263

LEV

102

.0739

2.0691

.534841

.3088277

MANJ

102

.0000

37.3050

3.459775E0

7.0470896

KOM

102

11

4.44

2.042

Valid N (listwise)

102

Sumber : Hasil olahan SPSS

Pada variabel Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada tabel 2, semakin
besar nilai CSR artinya perusahaan lebih banyak mengungkapkan item-item CSR.
Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui bahwa angka CSRD pada penelitian ini
berkisar di 0,0641 sampai dengan 0,5000. CSRD terendah dimiliki oleh PT. Jembo Cable
Company Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Astra Graphia Tbk
Variabel size yang diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan
ditransformasikan dalam logaritma natural. Pada tabel 2 berdasarkan hasil perhitungan maka

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

12

diketahui bahwa logaritma natural pada penelitian ini berkisar di 10,07 sampai dengan 14,18.
Logaritma natural terendah dimiliki oleh PT. Aneka Kemasindo Utama Tbk kemudian yang
tertinggi adalah PT. Astra International Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan Return on Asset (ROA) pada tabel 2 maka diketahui
bahwa ROA pada penelitian ini berkisar di -0,75 sampai dengan 0,41. ROA terendah
dimiliki oleh PT. Aneka Kemasindo Utama Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT.
Unilever Indonesia Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio utang pada tabel 2 maka diketahui bahwa rasio
utang pada penelitian ini berkisar di 0,0739 sampai dengan 2,0690. Rasio utang terendah
dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Unitex Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan kepemilikan saham pada tabel 2 maka diketahui bahwa
kepemilikan saham pada penelitian ini berkisar di 0 sampai dengan 37,30. Kepemilikan
saham manajemen terendah banyak dimiliki oleh perusahaan yaitu sebesar nol karena
kebanyakan sahamnya dimiliki oleh pemilik perusahaan. Kemudian yang tertinggi adalah
PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan ukuran dewan komisaris pada tabel 2 maka diketahui
bahwa ukuran dewan komisaris pada penelitian ini berkisar di 2 sampai dengan 11. Ukuran
dewan komisaris paling terendah selama tiga tahun berturut-urut ada diperusahaan PT.
Betonjaya Manunggal Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Astra International Tbk.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Pada grafik histogram, didapatkan garis kurva normal, berarti data
yang diteliti di atas berdistribusi normal. Demikian juga dar normal probability plot diatas
berdistribusi normal karena (titik-titik) menyebar mengikuti arah garis diagonal. Dengan
memperhatikan grafik tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas, sehingga layak digunakan.
b. Uji Multikolinearitas. Dari hasil uji multikolinearitas yang terdapat diatas
mununjukkan tidak ada variabel independen (size, profitabilitas, leverage, kepemilikan
manajemen dan ukuran dewan komisaris) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10.
Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan hasil yang sama, tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolerasi antara variabel dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi. Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji DurbiWatson (DW). Dari hasil olah data di atas, ditemukan Durbin Watson test = 0,849. Nilai
tersebut berada diantara -2 0,849 +2. Maka disimpulkan bahwa data di atas tidak terjadi
autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan uji heteroskedastisitas dengan grafis, maka
diketahui titik-titik menyebar secara acak serta tertebar baik di atas maupun di bawah angka
0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedasitas pada
model regresi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

13

Uji Hipotesis

No.

Tabel 3
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil perhitungan Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Variabel bebas
Koef.
t hitung
Sig.
Regresi

1.

Konstanta ()

2.

SIZE

(X1)

3.

PROF

(X2)

4.

LEV

(X3)

5.

MANJ

(X4)

6.

KOM

(X5)

-.567

-3.125

.002

.072

4.500

.000

-.013

-.213

.832

-.042

-1.395

.166

-.003

-2.269

.026

-.013

-2.163

.033

R = 0, 517
R2 = 0, 267
Adjusted R Square =
0, 229
Std. Error of the
Estimate = 0, 0901432
Fhitung = 6,993
FSign. = 0,000

Sumber : Hasil olahan SPSS

Dari hasil tabel 3 pengujian diatas maka dapat disusun persamaan regresi, sebagai
berikut:
CSRD = -0,567 + 0,072 Size 0,013 Prof - 0,042 Lev - 0,003 Manj - 0,013 Kom + ei
Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah -0,567 dengan nilai negatif, ini
dapat diartikan bahwa nilai Y (CSRD) akan bernilai -0,567 jika variabel bebas yakni size,
profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris masing-masing
bernilai 0. Dengan kata lain sebelum ada pengaruh dari size, profitabilitas, leverage,
kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris besar CSRD = -0,567.
Koefisien regresi 0,072 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
size, maka akan menambah pula CSRD sebesar 0,072.
Koefisien regresi -0,013 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
profitabilitas, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,013.
Koefisien regresi -0,042 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
leverage, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,042.
Koefisien regresi -0,003 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
kepemilikan manajemen, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar - 0,003.
Koefisien regresi -0,013 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
ukuran dewan komisaris, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,013

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

14

Tabel 4
Hasil perhitungan statistik deskriptif tema pengungkapan CSR
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

CSRD

102

.06

.50

.2201

.10265

Tema lingkungan

102

.00

.12

.0346

.02891

Tema energy

102

.00

.08

.0083

.01801

Tema kesehatan dan


keselamatan TK

102

.00

.08

.0184

.02250

Tema lain-lain TK

102

.00

.19

.0842

.04256

Tema produk

102

.00

.12

.0140

.02042

Tema keterlibatan masy

102

.00

.09

.0387

.01951

Tema umum

102

.00

.03

.0220

.00814

Valid N (listwise)

102

Sumber : Hasil olahan SPSS

Berdasarkan hasil statistik deskriptif tema pengungkapan pada tabel 4, dari seluruh
daftar item-item pengungkapan tersebut menggambarkan ketujuh kategori pengungkapan
dapat disimpulkan bahwa rata-rata luas pengungkapan pada perusahaan di Indonesia
tergolong masih sangat rendah, hal tersebut bisa diamati dari rata -rata nilai indeks yang
hanya 22,01% dari total indeks CSR yang diharapkan. Perusahaan paling banyak melakukan
pengungkapan pada kategori lain-lain tenaga kerja dengan nilai rata-rata sebesar 8,42%
Pada kategori lain-lain tenaga kerja, merupakan informasi yang berhubungan dengan
tanggung jawab perusahaan terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia atau
karyawan perusahaan, karena perusahaan menganggap SDM merupakan aset yang sangat
berharga yang dimiliki oleh perusahaan.
Kategori keterlibatan masyarakat 3,87%, kategori keterlibatan masyarakat dalam
aktivitas sosialnya perusahaan beranggapan tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial, antara lain memberikan sumbangan,
memberikan beasiswa, mendukung pengembangan industri lokal (UKM).
Kategori lingkungan 3,46%, kategori lingkungan dalam praktiknya semakin terus
meningkat, hal ini terjadi karena adanya tuntutan masyarakat atas kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan dan semakin banyaknya aturan tentang kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan dalam kategori lingkungan ini yang tertuang di dalam UndangUndang menyebabkan perusahaan semakin sadar akan pentingnya kesadaran terhadap
lingkungan.
Kategori umum 2,20%, kategori umum ini ada karena beragamnya kegiatan CSR yang
diadakan oleh perusahaan, walaupun beragam sebisa mungkin jenis-jenis pengungkapan
CSR di kelompokkan kedalam kelompoknya masing-masing. Tujuan adanya kategori umum
ini adalah digunakan untuk menginformasikan kepada publik bahwa perusahaan
mempunyai kegiatan sosial yang beragam dan banyak macamnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja 1,84%, pada kategori kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja merupakan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan
terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya (karyawan) perusahaan, kesehatan
dan keselamatan kerja karyawan menjadi perhatian utama dari manajemen dalam
menjalankan bisnis

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

15

Kategori produk 1,40% merupakan informasi produk-produk yang ramah lingkungan


baik ditinjau dari konsumsi energi yang dibutuhkan, maupun dari bahan pakai dan bahan
dasar produk tersebut, dan yang terendah diungkapkan adalah kategori energi 0,83% dalam
hal energi dilakukan perusahaan untuk tujuan memberitahukan kepada masyarakat bahwa
di dalam kegiatan operasional perusahaan tetap memperhatikan penghematan energi,
sehingga di dalam menjalankan usahanya perusahaan senantiasa mengutamakan etika dan
kelestarian lingkungan hidup, mengupayakan pertumbuhan usaha yang berkesinambungan
untuk jangka panjang guna memenuhi kebutuhan konsumen yang jumlahnya terus
meningkat tanpa merusak sumber daya alam.
Pengujian Signifikan Secara Parsial (Uji t)
Berdasarkan hasil tabel 3 diatas dapat diketahui size memiliki nilai sig sebesar 0,000.
Nilai sig yang berada lebih kecil dari = 0,05 yang menunjukkan bahwa size mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap CSRD. Ini dapat diartikan besar kecilnya perusahaan
akan memepengaruhi luas pengungkapan informasi sosialnya. Karena perusahaan besar
dianggap memiliki resiko yang lebih besar terhadap kerusakan lingkungan sosial dari pada
perusahaan kecil. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Veronica (2009) yang
menyebutkan bahwa hasil yang didapat menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki suatu
perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dikarenakan adanya
UU No. 40 Tahun 2007 yang mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga
besar atau kecil ukuran perusahaan tersebut harus tetap mengungkapkan tanggung jawab
sosial perusahaan yang telah mereka lakukan.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori agensi yang secara umum menyatakan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka biaya keagenan yang akan dikeluarkan juga
lebih besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung
mengungkapkan informasi yang lebih luas. Selain itu, perusahaan besar merupakan emiten
yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya
politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Apriwenni (2009) bahwa
semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula pengungkapan sosial yang
dibuat perusahaan.
Profitabilitas, memiliki nilai sig sebesar 0,832. Nilai sig yang berada lebih besar dari =
0,05 yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap CSRD. Karena semakin tinggi atau rendahnya tingkat profitabilitas maka tidak
akan mempengaruhi luas CSRD. Hal ini dianggap ketika perusahaan memiliki tingkat laba
yang tinggi, perusahaan menganggap tidak perlu menambah biaya pengungkapan ataupun
menambah tindakan-tindakan sosialnya. Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung teori
agensi dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan
mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Dan berbeda dengan hasil penelitian
Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya hubungan
yang berbanding terbalik antara profitabilitas dengan tingkat pengungkapan tanggung
jawab sosial. Meskipun profitabilitas yang dimiliki perusahaan sangat rendah namun
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan cukup tinggi. Dan begitu
juga sebaliknya semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka pengungkapan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

16

tanggung jawab sosial perusahaan semakin sedikit atau rendah. Ini menunjukkan adanya
kesadaran bagi pihak perusahaan atas pentingnya melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial. Ini menjelaskan profitabilitas yang rendah perusahaan akan tetap melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial lebih baik karena perusahaan berharap walapun
profitabilitas perusahaan tersebut rendah para investor akan tetap mau berinvestasi di
perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Donovan
dan Gibson (2000) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam
hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah
bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang
sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka
berharap para pengguna laporan akan membaca good news kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan
tersebut.
Leverage, memiliki nilai sig sebesar 0,166. Nilai sig yang berada lebih besar dari =
0,05 yang menunjukkan bahwa variabel leverage pengaruh yang tidak signifikan terhadap
CSRD. Artinya semakin tingggi atau rendahnya tingkat leverage tidak akan mempengaruhi
CSRD. Karena masing-masing perusahaan diwajibkan untuk melakukan pengungkapan
sosialnya. Dengan demikian hasil ini tidak berhasil mendukung teori agensi. Teori keagenan
memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan
mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan
struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976).
Leverage mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya hubungan
yang berbanding terbalik antara leverage dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab
sosial. Yang berarti keberadaan leverage dapat menurunkan tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial yang akan dilakukan perusahaan. Meskipun leverage yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi tingkat leverage
perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin sedikit atau
rendah. Ini menunjukkan adanya kesadaran bagi pihak perusahaan atas pentingnya
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini berarti dengan tingkat leverage
rendah maka besar kemungkinannya bagi perusahaan untuk memprioritaskan
pengungkapan CSR karena perusahaan hanya ingin meningkatkan citra perusahaan dimata
debtholders untuk tetap memberikan modal pinjaman yang nantinya akan digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Dan penelitian ini sejalan dengan Belkaoui dan Karpik (1989) yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapan lebih sedikit informasi
CSR. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan lebih tinggi, maka
manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi
CSR.
Kepemilikan manajemen, memiliki nilai signifikan sebesar 0,026. Nilai sig yang berada
lebih kecil dari = 0,05 yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh
signifikan terhadap CSRD. Semakin besar kepemilikan manajemen di dalam perusahaan,
manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial. Dengan
demikian hasil ini tidak berhasil mendukung pendapathasil ditunjukkan oleh penelitian

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

17

Said et al. (2009) yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Kepemilikan manajemen mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya
hubungan yang berbanding terbalik antara kepemilikan manajemen dengan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial. Meskipun kepemilikan manajemen yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakuka n
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi tingkat kepemilikan
manajemen perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin
sedikit atau rendah.Ini menunjukkan adanya kesadaran bagi pihak perusahaan atas
pentingnya melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini berarti apabila
kepemilikan saham yang di miliki manajemen semakin sedikit maka perusahaan akan
melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility yang lebih baik dibandingkan
dengan kepemilikan saham yang dimiliki manajemen yang cukup tinggi. Alasan yang bisa
menjelaskan ini dikarenakan kepemilikan manajemen yang sedikit dalam perusahaan
mampu menjadikan proses monitoring menjadi lebih baik sehingga informasi yang dimiliki
oleh pihak manajemen dapat diberikan secara menyeluruh kepada stakeholders perusahaan.
Selain itu, kepemilikan manajemen yang berjumlah besar juga menjadi kurang efektif karena
konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar, manajer akan
berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan
perusahaan sehingga mengesampingkan kepentingan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gray dan
Maunders (1988) menyatakan konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi
semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal
ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan
kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam
perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai
perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer
perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image
perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.
Ukuran dewan komisaris, memiliki nilai signifikan sebesar 0,033. Nilai sig yang berada
lebih kecil dari = 0,05 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap CSRD. Hal ini berarti semakin besar ukuran dewan komisaris yang
dimiliki suatu perusahaan maka akan meningkatkan pengawasan dalam memonitoring
perusahaan sehingga dapat meningkatkan pula luas pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Fahrizqi (2010) dalam Wijaya (2012) menyatakan dewan komisaris merupakan wakil
shareholder yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen, maka dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba
perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan dari pada
melakukan aktivitas sosial.
Ukuran dewan komisaris mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan
adanya hubungan yang berbanding terbalik antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial. Meskipun ukuran dewan komisaris yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi ukuran dewan
komisaris perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin
sedikit atau rendah. Hal ini berarti apabila dewan komisaris berjumlah kecil maka
perusahaan akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih baik dibandingkan dengan
dewan komisaris yang berjumlah besar. Alasan yang bisa menjelaskan ini dikarenakan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

18

dewan komisaris yang berjumlah kecil akan memiliki efektivitas yang baik terhadap
pengawasan manajemen perusahaan. Selain itu, dewan komisaris yang berjumlah besar
juga menjadi kurang efektif karena dominasi anggota dewan komisaris yang mementingkan
kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya sehingga mengesampingkan
kepentingan perusahaan (Muntoro, 2006) dalam Waryanto (2010). Oleh karena itu,
seharusnya pembentukan dewan komisaris harus memperhatikan komposisi, kemampuan,
dan integritas anggota sehingga dapat melakukan fungsi pengawasa n, pengendalian dan
memberikan arahan yang baik demi kepentingan perusahaan (Waryanto, 2010).
Hasil penelitian ini berhasil mendukung teori agensi dan Sembiring (2005) menyatakan
bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas.
Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
secara simultan
Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah CSRD, sedangkan
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah size, profitabilitas, leverage,
kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris. Dengan menggunakan persamaan
regresi berganda dan uji F seperti yang ada pada table 3 dengan tingkat signifikan sebesar
0,000 angka tersebut jauh lebih kecil dari = 0,05 dengan demikian maka H 0 ditolak dan Ha
diterima. Yang artinya variabel size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen,
ukuran dewan komisaris secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap CSRD.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Determinasi (adjusted R2 ) yang rendah sebesar
0,229 atau 22,9% Hal ini berarti 22,9% CSRD yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kelima
variabel independen yaitu variabel size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen,
ukuran dewan komisaris. Sedangkan sisanya sebesar 77,1% dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar regresi.
Secara parsial, pengaruh masing-masing variabel pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : 1) Size terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 2) Profitabilitas terbukti
tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada laporan
tahunan perusahaan manufaktur; 3) Leverage terbukti tidak berpengaruh terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 4)
Kepemilikan manajemen terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 5) Ukuran dewan
komisaris terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)
pada laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Secara simultan size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran
dewan komisaris berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)
pada laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Keterbatasan
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah 1) Terdapat unsur subjektivitas
dalam menentukan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan tidak
adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk
indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti; 2) Tidak ada aturan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

19

yang mewajibkan pengungkapan CSR dengan menentukan item-item apa saja yang wajib
diungkapkan; 3) Penelitian ini hanya mengidentifikasi 5 variabel independen yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan;
4) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanya perusahaan manufaktur saja sehingga
perusahaan yang dijadikan sampel tidak dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang ada
di Indonesia; 5) Tidak semua perusahaan mencantumkan lapora n keberlanjutannya,
sehingga penilaian masing-masing item pengungkapan berbeda.
Saran
Saran bagi Peneliti selanjutnya : 1) di harapkan menambah variabel, periode penelitian
diperpanjang dan ruang lingkup bidang atau sektor perusahaan lebih luas; 2) Jumla h sampel
yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit yaitu sebanyak 102 perusahaan
manufaktur, sehingga disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah
sampel dan memperpanjang periode penilitian; 3) Rendahnya adjusted R2 dari model yang
diuji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap CSRD, sehingga penelitian
selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain diluar variabel
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Apriwenni, P. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Laporan Tahunan Perusahaan untuk Industri Manufaktur Tahun
2008. IBII, Jakarta.
Belkaoui, A. and Karpik, P.G. 1989. Determinants Of The Corporate Decision To Disclose
Social Information, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 2 No. 1, pp. 3651.
Christiawan, Y. J. dan J. Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja
dan Nilai Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, Mei 2007, Hal : 1-8.
Crowther, D. 2008. Corporate Social Responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing ApS
Deegan. C, Rankin. M, Tobin. J. 2002. An Examination of the Corporate Social and
Environmental Disclosure BHP from 1983-1997 a Test of Legitimacy
Theory.Accounting, Auditing and Accountability. Vol. 15, No 3, pp 312343
Dewanta, D. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan ILQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Donovan, G. and K. Gibson. 2000. Environmental Disclosure in the Corporate Annual
Report: A Longitudinal Australian Study. Paper for Presentation in the 6 th Interdisciplinary
Environmental Association Conference, Montreal, Canada.
Gray, R.H Owen, D. and K. Maunders. 1988. Corporate Social Reporting: Emerging Tren ds
In Accountability and The Social Contract, Accounting, Auditing &Accountability
Journal, Vol. 1 No. 1, pp. 6-20.
Hackston, D. and Milne, M. J. Milne. 1996. Some Determinants Of Social And
Environmental Disclosures In New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 9.No. 1. Pp, 77-107
Hadi, N. 2011 Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu: Yogyakarta
Haniffa, R.M. dan T.E. Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on Corporate
Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy 24,pp. 391-430.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

20

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva
Kontinjensi.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.57 (Rev. 2009). DSAK-IAI.
Jakarta.
Ikhsan, A. dan, H. B. Suprasto. 2008. Teori akuntansi dan Riset Multiparadigma, Edisi 1,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jensen, M. C. dan Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol 3. p. 305-360
Mathews, M. R. 1995. Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of
Ethical Concern, Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp
663-671
Mulyadi. 1993.Sistem Akuntansi. Edisi 3.Cetakan ke-1.Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN, Yogyakarta.
Nursahid, F. 2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model Kedermawanan Sosial
PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia.
O Donavon, G. 2002. Environmental Disclosure in the Annual Report: Extending the
Aplicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing&
Accountability Journal. Vol. 15.No. 3. pp. 344-371
Said, et al.. 2009. The Relatinship between Corporate Social Responsibility and Corporate
Governance
Characteristic
in
Malaysian
Public
Listed
Companies.
SocialResponsibility.Journal.Vol. 5, No. 2, hal 212-226.
Scott, W. R. 1997. Finacial Acconting Theory. New Jersey: Prentice Hall.
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VIII.
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 40 Tahun 2007 TentangPerseroan Terbatas
Veronica, T. M. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Waryanto.2010. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia.Skripsi.Universitas
Diponegoro.
Wijaya, M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai