3 (2013)
ABSTRACT
This main aims of this studyis to test whether the company characteristics consist of size, profitability, leverage,
management ownership, and the number of the board of commissioners.The results of this study show that: (1)
size have an influence to the corporate social responsibility disclosure, (2) profitability have no influence to the
corporate social responsibility disclosure, (3) leverage have no influence to the corporate social responsibility
disclosure, (4) management ownership have an influence to the corporate social responsibility disclosure, dan (5)
the number of the board of commissioners have an influence to the corporate social responsibility disclosure.
Keywords:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan, yang terdiri dari size,
profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran dewan komis aris berpengaruh terhadap
corporate social responsibility disclosure. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) size berpengaruh
terhadap corporate social responsibility disclosure; (2) profitabilitas tidak berpengaruh terhadap corporate
social responsibility disclosure; (3) leverage tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility
disclosure; (4) kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure;
dan (5) ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure.
Kata kunci: Size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris, Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD).
PENDAHULUAN
Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini menga lami
perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR) dimana perusahaan ikut dalam
berpartisipasi dan empathy terhadap berbagai masalah lingkungan dan sosial sekitar
perusahaan. Dari keberadaan perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya selain memberi
banyak manfaat tetapi juga banyak menimbulkan dampak negatif dari aktivitas perusahaan
ditengah lingkungan. Membuat perusahaan tidak lagi hanya memperhatikan catatan
keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan harus memperhatikan berbagai
macam aspek yang meliputi aspek keuangan (profit), aspek sosial (people), dan aspek
lingkungan (planet), yang biasa disebut triple bottom line.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep akuntansi yang dapat
membawa perusahaan agar melaksanakan tanggungjawabnya terhadap lingkungan dan
masyarakat. Menurut studi yang dilakukan oleh Jung (dalam Nursahid, 2006),
kedermawanan sosial perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor
pertama menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan, dimana perusahaan besar dan
mapan cenderung lebih potensial memberikan sumbangan dari pada perusahaan kecil dan
belum mapan. Kedua, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah, semakin
buruk penataan pajak dalam negeri akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan
untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Ketiga, bentuk
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dimana kepemilikan dan pengelolaan perusahaan
yang terpisah cenderung memiliki prakarsa untuk mendirikan yayasan sosial (Nursahid,
2006).
Jika didalam pengungkapan informasi perusahaan akan memeperoleh banyak manfaat
lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan maka perusahaan akan dengan sukarela
mengungkapkan informasinya. Informasi yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan
sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh
standar akuntansi atau peraturan badan pengawasan. Yang sering diminta untuk
diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial
perusahaan.
Secara implisit Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2009) paragraf 12 menyarankan untuk mengungkapkan
tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut :
Entitas dapat pula menyajikan, dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana
faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan
tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. (IAI, 2009).
Pemerintah Indonesia sadar betul makna ramah lingkungan dan upaya pengurangan
global warming, sehingga sepakat membuat aturan main yang menjadi dasar pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan dan lingkungan yaitu diterbitkannya Undang-Undang
No. 40 tahun 2007. Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tersebut
menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang sumber daya alam dan
bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan (Hadi, 2011).
Dalam melakukan tindakan pengambilan keputusan investasi perusahaan, seringkali
para investor melihat dari besar kecilnya suatu perusahaan yang selanjutnya akan dilakukan
penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Size atau ukuran perusahaan
merupakan variabel penduga yang banyak digunakan dalam menjelaskan variasi
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi,
dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, oleh
karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi dari pada
perusahaan kecil. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti,
pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005).
Profitabilitas merupakan salah satu alat ukur yang digunakan perusahaan dalam
menilai keefektifan kinerja suatu perusahaan. Donovan dan Gibson (2000) menyatakan
berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki
tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan halhal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,
pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
good news kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian
investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Jadi, profitabilitas menjadi
pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
Leverage merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mempunyai tingkat resiko hutang tak tertagihnya kepada kreditur yang
nantinya akan digunakan dalam membiayai aset perusahaan. (Watt dan Zimmerman, 1990)
dalam (Scott, 1997) menyampaikan pendapat bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan
perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan
memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa
perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage,
modal kerja dan ekuitas pemegang saham.
Kepemilikan manajemen, konflik kepentingan yang sering terjadi antara pihak manajer
dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan
semakin kecil. Dengan demikian, manajer akan terus berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan dirinya dibandingkan dengan kepentingan perusahaannya. Sebaliknya,
semakin besar kepemilikan manajer di dalam suatu perusahaan maka semakin produktif
tindakan yang akan dilakukan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan
kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan
mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image positif (brand)
dari para pemangku kepentingan dapat dirasakan, serta membantu dalam pembangunan
berkelanjutan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray
dan Maunders, 1988).
Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan komisaris ini berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh menajemen (direksi). Dengan demikian
dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi
pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen (direksi). (Mulyadi, 1993).
Dari hasil yang dilakukan penelitian terdahulu terdapat beberapa macam variabel
yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR masih menunjukkan hasil yang berbeda beda dalam setiap penelitian yang dilakukan, bahkan saling bertentangan antara hasil
penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Hal inilah yang akan menjadi dasar dalam
penelitian ini. Dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Apriwenni
(2009). Penggunaan penelitian Apriwenni (2009) sebagai dasar penelitian dikerenakan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh variabel size, leverage,
persentase kepemilikan manajemen dan profitabilitas, terhadap pengungkapan laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan, seperti halnya dengan variabel yang digunakan
dalam penelitian Sembiring (2005). Akan tetapi dalam penelitian ini akan menambahkan
satu macam variabel, yaitu ukuran dewan komisaris.
Penelitian-penelitian tersebut hasilnya tidak konsisten seperti yang dilakukan oleh
beberapa peneliti menunjukan ketertarikan untuk dilakukan penelitian ulang. Atas dasar
alasan tersebut penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan
program SPSS for windows seri 16.0 untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Karateristik
Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa
CSR merupakan suatu bentuk tindakan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atas berbagai macam aktivitas perusahaan dengan mengintegrasikan bukan
cuma keuntungan (profit) yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)
sehingga tidak mengorbankan kemampuan dan kebutuhan generasi muda dimasa datang.
Prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (social responsibility)
Menurut Crowther (2008) terdapat tiga prinsip dasar dari tanggung jawab sosial (social
responsibility). Pertama, Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitasnya (action) tentang memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya
dimasa depan.
Kedua, Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab
atas aktivitas yang telah dilakukan.
Ketiga, Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Berperan untuk
mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.
Corporate Social Responsibiliy Disclosure
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai
social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) atau corporate social
responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis
informasi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar
apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawasan.
Manfaat Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut ODonovan (2002), beberapa manfaat yang diperoleh dari praktik
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu pertama,menyelaraskan nilai-nilai
perusahaan dengan nilai-nilai social. Kedua, Menghindari tekanan dari kelompok tertentu.
Ketiga, Meningkatkan image dan reputasi perusahaan. Dan keempat menunjukkan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Karakteristik Perusahaan
Ada lima karakteristik perusahaanyang dipakai dalam penelitian ini yang bertujuan
untuk berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure, yaitu size, profitabilitas,
leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran dewan komisaris.
Size
Size perusahaan merupakan suatu variabel penduga yang sering digunakan dalam
menjelaskan berbagai macam variasi pengungkapan sosial yang digunakaan perusahaan
dalam laporan tahunan perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapan
informasi yang lebih besar dari pada perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung
memiliki resiko yang lebih besar terhadap kerusakan lingkungan sosial.
Profitabilitas
Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) menyatakan bahwa profitabilitas
merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta
untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Pengaruh leverage independen terhadap corporate social responsibility disclosure.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih
tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagena n perusahaan
dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah (Apriwenni, 2009). Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H3 : Leverage berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap corporate social responsibility disclosure.
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika
kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan
berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan
perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka
semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata
lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan
mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan,
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. (Gray dan
Maunders, 1988). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4 : Kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
Ukuran dewan komisaris terhadap corporate social responsibility disclosure.
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat
perusahaan akan semakin luas. Menurut teori agensi, anggota dewan yang lebih besar akan
memudahkan pengendalian terhadap agen dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif sehingga dapat mengurangi tindakan menyimpang dari agen. Selain itu, tekanan
yang lebih besar terhadap manajemen akan mendorong manajemen untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih besar. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H5 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan corporate social responsibility disclosure.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI selama tahun 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011 berturut-turut, (2)
Perusahaan Manufaktur yang mengeluarkan laporan tahunan selama tahun 2009-2011 secara
berturut-turut, (3) Perusahaan Manufaktur yang mengungkapkan CSR dalam laporan
tahunan selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
mencakup dalam tujuh kategori antara lain: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori
ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Ketujuh
kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No
VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di
Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh puluh
delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri
sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda -beda (Sembiring,
2005).
Tabel 1
Checklist Item Tingkat Pengungkapan CSR
LINGKUNGAN
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi.
2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi
ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi
daratan atau reboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
6. Penggunaan material daur ulang.
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.
10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
11. Pengolahan limbah.
12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.
13. Perlindungan lingkungan hidup.
ENERGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
9
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
CSRIj =
Xij
nj
Dimana :
CSRIj = Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j
nj
=Jumlah item untuk perusahaan j, n j 78
Xij
=Jumlah item yang diungkapkan, jika diungkapkan diberi nilai 1. Jika tidak
diungkapkan diberi nilai nol.
Dengan demikian, 0 CSRIj 1.
Variabel Independen
a. Variabel Size
Menurut Hackston dan Milne (1996) dari beberapa penelitian, ukuran perusahaan dapat
diukur dengan jumlah karyawan, total aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks.
Skala pengukuran untuk size perusahaan dengan logaritma natural. Size perusahaan
diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan
dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total
aktiva perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam
penelitian ini.
b. Variabel Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam rangka
untuk meningkatkan nilai shareholder (pemegang saham). Profitabilitas dalam penelitian
ini akan diukur dengan menggunakan pendapatan per-lembar saham (earning per-share).
Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
ROA = Laba setelah Pajak / Total Aset
c. Variabel Leverage
Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang
dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leveragejuga mencerminkan
tingkat resiko keuangan perusahaan, ECFIN (Indonesian Capital Market Directory, 2002:
xxix) menyebutkan rumus dari leverage ratio ini adalah total debt divided by total assets.
Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:
Rasio utang = Total Hutang / Total Aset
d. Kepemilikan Manajemen
Christiawan dan Tarigan (2007) menejelaskan kepemilikan manajemen adalah situasi
dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari dalam laporan
keuangan yang ditunjukan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen.
11
Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh
signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRD
102
.0641
.5000
.220080
.1026472
SIZE
102
10.0707
14.1862
1.218738E1
.8029406
PROF
102
-.7558
.4162
.084036
.1592263
LEV
102
.0739
2.0691
.534841
.3088277
MANJ
102
.0000
37.3050
3.459775E0
7.0470896
KOM
102
11
4.44
2.042
Valid N (listwise)
102
Pada variabel Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada tabel 2, semakin
besar nilai CSR artinya perusahaan lebih banyak mengungkapkan item-item CSR.
Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui bahwa angka CSRD pada penelitian ini
berkisar di 0,0641 sampai dengan 0,5000. CSRD terendah dimiliki oleh PT. Jembo Cable
Company Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Astra Graphia Tbk
Variabel size yang diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan
ditransformasikan dalam logaritma natural. Pada tabel 2 berdasarkan hasil perhitungan maka
12
diketahui bahwa logaritma natural pada penelitian ini berkisar di 10,07 sampai dengan 14,18.
Logaritma natural terendah dimiliki oleh PT. Aneka Kemasindo Utama Tbk kemudian yang
tertinggi adalah PT. Astra International Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan Return on Asset (ROA) pada tabel 2 maka diketahui
bahwa ROA pada penelitian ini berkisar di -0,75 sampai dengan 0,41. ROA terendah
dimiliki oleh PT. Aneka Kemasindo Utama Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT.
Unilever Indonesia Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio utang pada tabel 2 maka diketahui bahwa rasio
utang pada penelitian ini berkisar di 0,0739 sampai dengan 2,0690. Rasio utang terendah
dimiliki oleh PT. Betonjaya Manunggal Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Unitex Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan kepemilikan saham pada tabel 2 maka diketahui bahwa
kepemilikan saham pada penelitian ini berkisar di 0 sampai dengan 37,30. Kepemilikan
saham manajemen terendah banyak dimiliki oleh perusahaan yaitu sebesar nol karena
kebanyakan sahamnya dimiliki oleh pemilik perusahaan. Kemudian yang tertinggi adalah
PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan ukuran dewan komisaris pada tabel 2 maka diketahui
bahwa ukuran dewan komisaris pada penelitian ini berkisar di 2 sampai dengan 11. Ukuran
dewan komisaris paling terendah selama tiga tahun berturut-urut ada diperusahaan PT.
Betonjaya Manunggal Tbk. kemudian yang tertinggi adalah PT. Astra International Tbk.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Pada grafik histogram, didapatkan garis kurva normal, berarti data
yang diteliti di atas berdistribusi normal. Demikian juga dar normal probability plot diatas
berdistribusi normal karena (titik-titik) menyebar mengikuti arah garis diagonal. Dengan
memperhatikan grafik tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas, sehingga layak digunakan.
b. Uji Multikolinearitas. Dari hasil uji multikolinearitas yang terdapat diatas
mununjukkan tidak ada variabel independen (size, profitabilitas, leverage, kepemilikan
manajemen dan ukuran dewan komisaris) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10.
Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan hasil yang sama, tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolerasi antara variabel dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi. Untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji DurbiWatson (DW). Dari hasil olah data di atas, ditemukan Durbin Watson test = 0,849. Nilai
tersebut berada diantara -2 0,849 +2. Maka disimpulkan bahwa data di atas tidak terjadi
autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan uji heteroskedastisitas dengan grafis, maka
diketahui titik-titik menyebar secara acak serta tertebar baik di atas maupun di bawah angka
0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedasitas pada
model regresi.
13
Uji Hipotesis
No.
Tabel 3
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil perhitungan Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Variabel bebas
Koef.
t hitung
Sig.
Regresi
1.
Konstanta ()
2.
SIZE
(X1)
3.
PROF
(X2)
4.
LEV
(X3)
5.
MANJ
(X4)
6.
KOM
(X5)
-.567
-3.125
.002
.072
4.500
.000
-.013
-.213
.832
-.042
-1.395
.166
-.003
-2.269
.026
-.013
-2.163
.033
R = 0, 517
R2 = 0, 267
Adjusted R Square =
0, 229
Std. Error of the
Estimate = 0, 0901432
Fhitung = 6,993
FSign. = 0,000
Dari hasil tabel 3 pengujian diatas maka dapat disusun persamaan regresi, sebagai
berikut:
CSRD = -0,567 + 0,072 Size 0,013 Prof - 0,042 Lev - 0,003 Manj - 0,013 Kom + ei
Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah -0,567 dengan nilai negatif, ini
dapat diartikan bahwa nilai Y (CSRD) akan bernilai -0,567 jika variabel bebas yakni size,
profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris masing-masing
bernilai 0. Dengan kata lain sebelum ada pengaruh dari size, profitabilitas, leverage,
kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris besar CSRD = -0,567.
Koefisien regresi 0,072 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
size, maka akan menambah pula CSRD sebesar 0,072.
Koefisien regresi -0,013 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
profitabilitas, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,013.
Koefisien regresi -0,042 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
leverage, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,042.
Koefisien regresi -0,003 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
kepemilikan manajemen, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar - 0,003.
Koefisien regresi -0,013 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel
ukuran dewan komisaris, maka akan mengurangi pula CSRD sebesar -0,013
14
Tabel 4
Hasil perhitungan statistik deskriptif tema pengungkapan CSR
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSRD
102
.06
.50
.2201
.10265
Tema lingkungan
102
.00
.12
.0346
.02891
Tema energy
102
.00
.08
.0083
.01801
102
.00
.08
.0184
.02250
Tema lain-lain TK
102
.00
.19
.0842
.04256
Tema produk
102
.00
.12
.0140
.02042
102
.00
.09
.0387
.01951
Tema umum
102
.00
.03
.0220
.00814
Valid N (listwise)
102
Berdasarkan hasil statistik deskriptif tema pengungkapan pada tabel 4, dari seluruh
daftar item-item pengungkapan tersebut menggambarkan ketujuh kategori pengungkapan
dapat disimpulkan bahwa rata-rata luas pengungkapan pada perusahaan di Indonesia
tergolong masih sangat rendah, hal tersebut bisa diamati dari rata -rata nilai indeks yang
hanya 22,01% dari total indeks CSR yang diharapkan. Perusahaan paling banyak melakukan
pengungkapan pada kategori lain-lain tenaga kerja dengan nilai rata-rata sebesar 8,42%
Pada kategori lain-lain tenaga kerja, merupakan informasi yang berhubungan dengan
tanggung jawab perusahaan terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia atau
karyawan perusahaan, karena perusahaan menganggap SDM merupakan aset yang sangat
berharga yang dimiliki oleh perusahaan.
Kategori keterlibatan masyarakat 3,87%, kategori keterlibatan masyarakat dalam
aktivitas sosialnya perusahaan beranggapan tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sosial, antara lain memberikan sumbangan,
memberikan beasiswa, mendukung pengembangan industri lokal (UKM).
Kategori lingkungan 3,46%, kategori lingkungan dalam praktiknya semakin terus
meningkat, hal ini terjadi karena adanya tuntutan masyarakat atas kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan dan semakin banyaknya aturan tentang kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan dalam kategori lingkungan ini yang tertuang di dalam UndangUndang menyebabkan perusahaan semakin sadar akan pentingnya kesadaran terhadap
lingkungan.
Kategori umum 2,20%, kategori umum ini ada karena beragamnya kegiatan CSR yang
diadakan oleh perusahaan, walaupun beragam sebisa mungkin jenis-jenis pengungkapan
CSR di kelompokkan kedalam kelompoknya masing-masing. Tujuan adanya kategori umum
ini adalah digunakan untuk menginformasikan kepada publik bahwa perusahaan
mempunyai kegiatan sosial yang beragam dan banyak macamnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja 1,84%, pada kategori kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja merupakan informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab perusahaan
terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya (karyawan) perusahaan, kesehatan
dan keselamatan kerja karyawan menjadi perhatian utama dari manajemen dalam
menjalankan bisnis
15
16
tanggung jawab sosial perusahaan semakin sedikit atau rendah. Ini menunjukkan adanya
kesadaran bagi pihak perusahaan atas pentingnya melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial. Ini menjelaskan profitabilitas yang rendah perusahaan akan tetap melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial lebih baik karena perusahaan berharap walapun
profitabilitas perusahaan tersebut rendah para investor akan tetap mau berinvestasi di
perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Donovan
dan Gibson (2000) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam
hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah
bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang
sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka
berharap para pengguna laporan akan membaca good news kinerja perusahaan, misalnya
dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan
tersebut.
Leverage, memiliki nilai sig sebesar 0,166. Nilai sig yang berada lebih besar dari =
0,05 yang menunjukkan bahwa variabel leverage pengaruh yang tidak signifikan terhadap
CSRD. Artinya semakin tingggi atau rendahnya tingkat leverage tidak akan mempengaruhi
CSRD. Karena masing-masing perusahaan diwajibkan untuk melakukan pengungkapan
sosialnya. Dengan demikian hasil ini tidak berhasil mendukung teori agensi. Teori keagenan
memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan
mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan
struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976).
Leverage mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya hubungan
yang berbanding terbalik antara leverage dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab
sosial. Yang berarti keberadaan leverage dapat menurunkan tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial yang akan dilakukan perusahaan. Meskipun leverage yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi tingkat leverage
perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin sedikit atau
rendah. Ini menunjukkan adanya kesadaran bagi pihak perusahaan atas pentingnya
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini berarti dengan tingkat leverage
rendah maka besar kemungkinannya bagi perusahaan untuk memprioritaskan
pengungkapan CSR karena perusahaan hanya ingin meningkatkan citra perusahaan dimata
debtholders untuk tetap memberikan modal pinjaman yang nantinya akan digunakan
perusahaan dalam kegiatan operasionalnya.
Dan penelitian ini sejalan dengan Belkaoui dan Karpik (1989) yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapan lebih sedikit informasi
CSR. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan lebih tinggi, maka
manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi
CSR.
Kepemilikan manajemen, memiliki nilai signifikan sebesar 0,026. Nilai sig yang berada
lebih kecil dari = 0,05 yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh
signifikan terhadap CSRD. Semakin besar kepemilikan manajemen di dalam perusahaan,
manajer perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial. Dengan
demikian hasil ini tidak berhasil mendukung pendapathasil ditunjukkan oleh penelitian
17
Said et al. (2009) yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Kepemilikan manajemen mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan adanya
hubungan yang berbanding terbalik antara kepemilikan manajemen dengan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial. Meskipun kepemilikan manajemen yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakuka n
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi tingkat kepemilikan
manajemen perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin
sedikit atau rendah.Ini menunjukkan adanya kesadaran bagi pihak perusahaan atas
pentingnya melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini berarti apabila
kepemilikan saham yang di miliki manajemen semakin sedikit maka perusahaan akan
melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility yang lebih baik dibandingkan
dengan kepemilikan saham yang dimiliki manajemen yang cukup tinggi. Alasan yang bisa
menjelaskan ini dikarenakan kepemilikan manajemen yang sedikit dalam perusahaan
mampu menjadikan proses monitoring menjadi lebih baik sehingga informasi yang dimiliki
oleh pihak manajemen dapat diberikan secara menyeluruh kepada stakeholders perusahaan.
Selain itu, kepemilikan manajemen yang berjumlah besar juga menjadi kurang efektif karena
konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar, manajer akan
berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan
perusahaan sehingga mengesampingkan kepentingan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gray dan
Maunders (1988) menyatakan konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi
semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal
ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan
kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam
perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai
perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer
perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image
perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.
Ukuran dewan komisaris, memiliki nilai signifikan sebesar 0,033. Nilai sig yang berada
lebih kecil dari = 0,05 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap CSRD. Hal ini berarti semakin besar ukuran dewan komisaris yang
dimiliki suatu perusahaan maka akan meningkatkan pengawasan dalam memonitoring
perusahaan sehingga dapat meningkatkan pula luas pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Fahrizqi (2010) dalam Wijaya (2012) menyatakan dewan komisaris merupakan wakil
shareholder yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh
manajemen, maka dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba
perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan dari pada
melakukan aktivitas sosial.
Ukuran dewan komisaris mempunyai arah hubungan negatif, ini menunjukkan
adanya hubungan yang berbanding terbalik antara ukuran dewan komisaris dengan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial. Meskipun ukuran dewan komisaris yang dimiliki
perusahaan sangat rendah namun pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan cukup tinggi. Dan begitu juga sebaliknya semakin tinggi ukuran dewan
komisaris perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin
sedikit atau rendah. Hal ini berarti apabila dewan komisaris berjumlah kecil maka
perusahaan akan melakukan pengungkapan CSR yang lebih baik dibandingkan dengan
dewan komisaris yang berjumlah besar. Alasan yang bisa menjelaskan ini dikarenakan
18
dewan komisaris yang berjumlah kecil akan memiliki efektivitas yang baik terhadap
pengawasan manajemen perusahaan. Selain itu, dewan komisaris yang berjumlah besar
juga menjadi kurang efektif karena dominasi anggota dewan komisaris yang mementingkan
kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya sehingga mengesampingkan
kepentingan perusahaan (Muntoro, 2006) dalam Waryanto (2010). Oleh karena itu,
seharusnya pembentukan dewan komisaris harus memperhatikan komposisi, kemampuan,
dan integritas anggota sehingga dapat melakukan fungsi pengawasa n, pengendalian dan
memberikan arahan yang baik demi kepentingan perusahaan (Waryanto, 2010).
Hasil penelitian ini berhasil mendukung teori agensi dan Sembiring (2005) menyatakan
bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas.
Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
secara simultan
Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah CSRD, sedangkan
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah size, profitabilitas, leverage,
kepemilikan manajemen, ukuran dewan komisaris. Dengan menggunakan persamaan
regresi berganda dan uji F seperti yang ada pada table 3 dengan tingkat signifikan sebesar
0,000 angka tersebut jauh lebih kecil dari = 0,05 dengan demikian maka H 0 ditolak dan Ha
diterima. Yang artinya variabel size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen,
ukuran dewan komisaris secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap CSRD.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Determinasi (adjusted R2 ) yang rendah sebesar
0,229 atau 22,9% Hal ini berarti 22,9% CSRD yang bisa dijelaskan oleh variasi dari kelima
variabel independen yaitu variabel size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen,
ukuran dewan komisaris. Sedangkan sisanya sebesar 77,1% dijelaskan oleh sebab-sebab
lain diluar regresi.
Secara parsial, pengaruh masing-masing variabel pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : 1) Size terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 2) Profitabilitas terbukti
tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada laporan
tahunan perusahaan manufaktur; 3) Leverage terbukti tidak berpengaruh terhadap Corporate
Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 4)
Kepemilikan manajemen terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD) pada laporan tahunan perusahaan manufaktur; 5) Ukuran dewan
komisaris terbukti berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)
pada laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Secara simultan size, profitabilitas, leverage, kepemilikan manajemen, dan ukuran
dewan komisaris berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD)
pada laporan tahunan perusahaan manufaktur.
Keterbatasan
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah 1) Terdapat unsur subjektivitas
dalam menentukan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan tidak
adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk
indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti; 2) Tidak ada aturan
19
yang mewajibkan pengungkapan CSR dengan menentukan item-item apa saja yang wajib
diungkapkan; 3) Penelitian ini hanya mengidentifikasi 5 variabel independen yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan;
4) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanya perusahaan manufaktur saja sehingga
perusahaan yang dijadikan sampel tidak dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang ada
di Indonesia; 5) Tidak semua perusahaan mencantumkan lapora n keberlanjutannya,
sehingga penilaian masing-masing item pengungkapan berbeda.
Saran
Saran bagi Peneliti selanjutnya : 1) di harapkan menambah variabel, periode penelitian
diperpanjang dan ruang lingkup bidang atau sektor perusahaan lebih luas; 2) Jumla h sampel
yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit yaitu sebanyak 102 perusahaan
manufaktur, sehingga disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah
sampel dan memperpanjang periode penilitian; 3) Rendahnya adjusted R2 dari model yang
diuji dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap CSRD, sehingga penelitian
selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain diluar variabel
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Apriwenni, P. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Laporan Tahunan Perusahaan untuk Industri Manufaktur Tahun
2008. IBII, Jakarta.
Belkaoui, A. and Karpik, P.G. 1989. Determinants Of The Corporate Decision To Disclose
Social Information, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 2 No. 1, pp. 3651.
Christiawan, Y. J. dan J. Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajeral: Kebijakan Hutang, Kinerja
dan Nilai Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, Mei 2007, Hal : 1-8.
Crowther, D. 2008. Corporate Social Responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing ApS
Deegan. C, Rankin. M, Tobin. J. 2002. An Examination of the Corporate Social and
Environmental Disclosure BHP from 1983-1997 a Test of Legitimacy
Theory.Accounting, Auditing and Accountability. Vol. 15, No 3, pp 312343
Dewanta, D. 2011. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan ILQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Donovan, G. and K. Gibson. 2000. Environmental Disclosure in the Corporate Annual
Report: A Longitudinal Australian Study. Paper for Presentation in the 6 th Interdisciplinary
Environmental Association Conference, Montreal, Canada.
Gray, R.H Owen, D. and K. Maunders. 1988. Corporate Social Reporting: Emerging Tren ds
In Accountability and The Social Contract, Accounting, Auditing &Accountability
Journal, Vol. 1 No. 1, pp. 6-20.
Hackston, D. and Milne, M. J. Milne. 1996. Some Determinants Of Social And
Environmental Disclosures In New Zealand Companies. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 9.No. 1. Pp, 77-107
Hadi, N. 2011 Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu: Yogyakarta
Haniffa, R.M. dan T.E. Cooke. 2005. The Impact of Culture and Governance on Corporate
Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy 24,pp. 391-430.
20
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva
Kontinjensi.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.57 (Rev. 2009). DSAK-IAI.
Jakarta.
Ikhsan, A. dan, H. B. Suprasto. 2008. Teori akuntansi dan Riset Multiparadigma, Edisi 1,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jensen, M. C. dan Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol 3. p. 305-360
Mathews, M. R. 1995. Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of
Ethical Concern, Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp
663-671
Mulyadi. 1993.Sistem Akuntansi. Edisi 3.Cetakan ke-1.Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN, Yogyakarta.
Nursahid, F. 2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model Kedermawanan Sosial
PT Krakatau Steel, PT Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia.
O Donavon, G. 2002. Environmental Disclosure in the Annual Report: Extending the
Aplicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing&
Accountability Journal. Vol. 15.No. 3. pp. 344-371
Said, et al.. 2009. The Relatinship between Corporate Social Responsibility and Corporate
Governance
Characteristic
in
Malaysian
Public
Listed
Companies.
SocialResponsibility.Journal.Vol. 5, No. 2, hal 212-226.
Scott, W. R. 1997. Finacial Acconting Theory. New Jersey: Prentice Hall.
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VIII.
Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 40 Tahun 2007 TentangPerseroan Terbatas
Veronica, T. M. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Waryanto.2010. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia.Skripsi.Universitas
Diponegoro.
Wijaya, M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi