Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


MAGISTER MANAJEMEN KOMUNIKASI

“The Culture of Technology”


Arnold Pacey, Cambridge: MIT Press, 1983.
Ringkasan Chapter 1 & 3

RAHMAD SETIADI
(0706184916)
TEKNOLOGI :
PENERAPAN DAN BUDAYA

Manusia mengembangkan teknologi untuk mempermudah usahanya memenuhi


kebutuhan. Pisau, pengungkit, traktor, pesawat, dan jaringan internet merupakan sebagian
contoh dari sekian banyak produk teknologi. Hasil teknologi membantu mengubah pola
komunikasi yang mulanya dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi
informasi tanpa batas. Dengan demikian, pada dasarnya teknologi bersifat baik namun
pada aplikasinya dapat dipakai untuk menjalankan tujuan baik atau buruk. Lalu sebuah
pertanyaan mengemuka, apakah teknologi imparsial dari nilai-nilai budaya?

Jika melihat dari prinsip kerja dan konstruksi dasar mesinnya, maka muncul
respon yang positif. Dalam buku dikatakan bahwa, jika angka kematian sangat tinggi,
jika penduduk dunia ketakutan dengan senjata nuklir dan jika banyak hewan dan
tumbuhan yang punah karena polusi maka jangan salahkan teknologi tetapi salahkan
orang-orang yang menyalahgunakannya. Prinsip kerja teknologi sudah barang tentu valid
dan tidak dapat dengan mudah dirubah-rubah, apakah teknologi tersebut berdampak baik
atau buruk terhadap lingkungan sekitar tergantung pada bagaimana orang-orang
mengaplikasikannya.

Namun, jika melihat dari bagaimana teknologi dipakai dalam kehidupan sehari-hari,
status yang dibawa oleh pemakai teknologi tersebut, serta kemampuan pemakai dalam
menyuplai kebutuhan teknologi tersebut, maka jelas bahwa teknologi tidak imparsial dari
nilai-nilai budaya dan aspek humanisme.

Pacey menjabarkan aspek penerapan teknologi, antara lain Aspek organisasi, meliputi
kegiatan perseorangan, institusi, organisasi. Wujud dari aspek ini berupa suatu kebijakan
atau policy yang mengatur pemanfaatan teknologi pada masyarakat dimana kebijakan ini
dikeluarkan oleh organisasi yang mengatur masyarakat dalam lingkup lebih luas yaitu
pemerintah.

Terdapat pula Aspek teknis, meliputi aspek internal yang dimiliki oleh teknologi,
pengetahuan, keahlian, teknik. Misalnya dari spesifikasi, fitur, perangkat keras maupun
lunak, compatibility, inovasi, dll yang dimiliki oleh teknologi tertentu.

Aspek lain yang tak bisa dipisahkan adalah Aspek budaya, meliputi tujuan, perilaku, tata
nilai, norma, etika, kepercayaan yang melekat di masyarakat yang menggunakan

2
teknologi. Aspek terakhir inilah yang paling abstrak dibandingkan dengan dua aspek
sebelumnya karena faktor-faktor yang mempengaruhi budaya ini sangat kompleks.

Mendefinisikan teknologi yang semata-mata hanya meliputi aspek teknis


menimbulkan masalah di masyarakat, mereka cenderung mengabaikan peran organisasi,
bahkan mengabaikan peran ide, nilai, dan kepercayaan. Oleh karena itulah, dengan
dukungan dari ketiga elemen yaitu organisasi, teknis, budaya kehadiran teknologi
sesungguhnya dapat diimplementasikan lebih efektif di masyarakat.

Pada suatu titik waktu tertentu, ketika ketiga aspek teknologi dapat menjadi satu
kesatuan yang harmonis, maka masyarakat akan memiliki kepedulian yang lebih terhadap
berbagai keumngkinan yang akan terjadi ketika teknologi diterapkan, termasuk antisipasi
serta pilihan tindakan untuk meminimalisir kurangnya energi di bumi akibat penerapan
teknologi yang disalahgunakan ataupun dipakai berlebihan. Bahkan pada saat itu akan
muncul gerakan inovasi yang akan mendorong pada perkembangan dan kemajuan
industri ataupun bidang yang lain.

3
BUDAYA KEAHLIAN

Lewis Thomas mengakategorikan teknologi ke dalam real high technology dan


halfway technology. Sebuah teknologi dikatakan real high technology jika teknologi
dapat digunakan secara efektif dan tidak memakan biaya yang begitu besar, tidak
membebankan penggunanya. Contohnya pencegahan virus yang menyerang anak-anak
melalui imunisasi, hampir semua anak-anak dapat merasakan penemuan ini.

Sedangkan halfway technology adalah teknologi yang bermanfaat namun tidak


semua orang dapat merasakan manfaatnya. Hal ini disebabkan teknologi tersebut tidak
terjangkau oleh semua orang dan tidak dapat diaplikasikan setiap saat. Sebagai contoh,
transplantasi organ dan perawatan kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan riset lebih lanjut
agar teknologi ini bisa merakyat. Teknologi muncul sebagai suatu solusi menyelesaikan
masalah namun setelah disadari ternyata teknologi tidak memecahkan masalah yang
sebenarnya.

Kehebatan sebuah teknologi bukan dilihat dari rancangannya tetapi bagaimana metode
kerja dan biaya yang dihabiskan untuk konsumsi teknologi tersebut. Jika teknologi justru
membuang-buang energi dan sumber daya alam, biaya yang dikeluarkan cukup besar, dan
perawatan serta metode kerjanya tidak efektif maka itu adalah halfway technology.

Halfway technology tercipta untuk menyelesaikan masalah yang muncul, bukan


mengantisipasi permasalahan tersebut. Perawatan yang kurang terhadap teknologi yang
sudah diterapkan juga menimbulkan teknologi yang sia-sia. Selain itu, jika teknologi
diterapkan tanpa adanya organisasi yang terstruktur maka masalah yang ingin
diselesaikan justru akan semakin parah.

Hal yang paling penting dalam perencanaan teknologi adalah prediksi kebutuhan
masyarakat di masa depan. Persoalannya adalah seorang ahli atau pakar teknologi
cenderung lebih selektif dalam menggali inovasi pada satu objek, dari bidang yang
diperkirakan bisa sukses dalam penerapannya. Sehingga mereka lebih terkonsetrasi pada
pembenahan satu masalah saja tanpa memperhatikan aspek lain yang juga menjadi bagian
masalah tersebut. Masalah ini terjadi bukan hanya karena kurangnya integritas atau
kemalasan mereka tetapi karena komitmen yang kurang terhadap keahlian pada cabang
ilmu yang ditekuni.

Teknologi juga kadang disalahgunakan demi kepentingan politik dan para


penguasa. Penyalahgunaan ini erat kaitannya dengan teknologi militer, terlebih di negara-

4
negara adidaya. Ketika Uni Soviet masih kokoh dan menjadi rival kuat Amerika, kedua
negara tersebut terus mengembangkan teknologi untuk saling menjatuhkan, mulai dari
teknologi senjata, biologi hingga kimia. Praktek-praktek kotor pun mulai mencengkeram
teknologi yang sebenarnya ditujukan untuk kebaikan masyarakat. Teknologi seolah
menjadi momok bagi masyarakat dan membahayakan dunia, seperti teknologi nuklir,
senjata biologis & kimia yang terus dibicarakan. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan
baru dalam teknologi sehingga pergerakan militer yang dilatarbelakangi teknologi tidak
lagi menakutkan.
Para ahli di bidang teknologi harus dapat menerapkan teknologi yang mereka
ciptakan dengan tepat. Dalam membenahi bentuk teknologi perlu kombinasi antara
tekanan politik dan industri, serta nilai-nilai pribadi dan profesional si pencipta teknologi.
Dalam menciptakan teknologi, seorang ahli harus sadar bahwa teknologi ini ditujukan
untuk kesejahteraan manusia, bukan diri sendiri. Terkadang seorang ahli selalu
memandang manfaat dari sesuatu hanya dari sudut pandangnya tanpa memperhatikan
manfaat pada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai