Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang hak uji materil soal


Poligami yang menyatakan bahwa hidup berpoligami tidak bertentangan dengan
Konstitusi Negara dan boleh dilakukan dengan sejumlah syarat, antara lain izin
dari isteri pertama dan hakim, menimbulkan polemik tentang hal yang satu ini
kembali. Di satu sisi, yang berpandangan poligami halal dilakukan menggugat
syarat adanya izin isteri pertama dan hakim mengingat hal itu tidak disyaratkan
oleh Islam. Sedang yang kedua, yang menolak adanya poligami berpandangan
bahwa diperbolehkannya poligami hanya akan menambah penderitaan
perempuan.Terlepas dari kontroversi di atas, terlepas dari kontroversi aneka ayat
dan kajian syariah yang biasa dipergunakan sebagai landasan argumentasi masing-
masing pihak, maka ada baiknya kita menengok kembali perjalanan hidup
Rasulullah SAW, seorang manusia teladan dan terbaik sepanjang zaman.
Rasulullah berpoligami, namun pada situasi dan kondisi yang sangat khusus.
Poligami Rasulullah dalam sirah disebutkan, Rasulullah mengakhiri masa
lajangnya di usia 25 tahun dengan mengawini seorang perempuan mulia bernama
Khadijah binti Khuwalid yang saat itu merupakan seorang janda empat anak dari
perkawinan sebelumnya dan telah berusia 40 tahun. Ini adalah pernikahan yang
ditunjuk Allah karena Khadijah merupakan wanita mulia dan yang pertama
memeluk Islam. Dari Rasulullah SAW, Khadijah mendapat 6 orang anak
lagi.Rasulullah menjalani monogami—tidak menikah lagi—selama 25 tahun
bersama Khadijah. Tidak ada satu pun petunjuk bahwa selama bersama Khadijah,
Rasulullah pernah menyatakan niat untuk melakukan poligami atau tergoda
dengan perempuan lain. Kesetiaan terhadap Khadijah dijalaninya selama 25 tahun
masa pernikahan hingga Khadijah wafat.Jika Rasulullah mau poligami di masa
itu, di saat masih muda dan prima, tentu Rasulullah akan mudah untuk
melakukannya. Terlebih sejumlah pemimpin suku Quraisy pernah merayu Beliau
dengan tawaran perempuan-perempuan paling cantik seantero Arab sekali pun
agar Rasulullah mau menghentikan dakwahnya. Tawaran yang di saat sekarang ini
sangat menggiurkan, sebuah tawaran yang banyak sekali membuat pejabat, Raja,
Presiden, dan bangsawan jatuh dari kursi kekuasaannya, tidak membuat
Rasulullah bergeming. Rasulullah tetap setia pada Khadijah dan Dakwah
Islam.Ketika Khadijah wafat di kala Rasulullah berusia 50 tahun, beberapa waktu
dilalui Rasulullah dengan menduda.
Barulah di saat usia beliau menginjak 51 atau dilain kisah ada yang
menulis 52 tahun, maka Rasulullah mengakhiri masa dudanya dengan menikahi
Aisyah yang baru berusia 9 tahun (ada catatan lain yang mengatakan Aisyah
ketika dinikahi Rasulullah berusia 19 tahun). Namun pernikahan dengan Aisyah
ini baru disempurnakan ketika Beliau hijrah ke Madinah.Setelah dengan Aisyah,
Rasulullah yang telah berusia 56 tahun menikah lagi dengan Saudah binti Zam’ah,
seorang janda berusia 70 tahun dengan 12 orang anak. Setelah dari Saudah,
Rasulullah kembali menikah dengan Zainab binti Jahsy, janda berusia 45 tahun,
lalu dengan Ummu Salamah (janda berusia 62 tahun). Di saat berusia 57 tahun,
Rasulullah kembali menikahi Ummu Habibah (janda 47 tahun), dan Juwairiyah
binti Al-Harits (janda berusia 65 tahun dengan telah punya 17 anak).Setahuh
kemudian Rasulullah kembali menikahi Shafiyah binti Hayyi Akhtab (janda
berusia 53 tahun dengan 10 orang anak), Maimunah binti Al-Harits (anda berusia
63 tahun), dan Zainab binti Harits (Janda 50 tahun yang banyak memelihara anak-
anak yatim dan orang-orang lemah).Setahun kemudian, Rasulullah menikah lagi
dengan Mariyah binti Al-Kibtiyah (gadis 25 tahun yang dimerdekakan), lalu
Hafshah binti Umar bin Khattab (janda 35 tahun, Rasulullah berusia 61 tahun),
dan ketika berusia 61 tahun itulah Rasulullah baru menyempurnakan
pernikahannya dengan Aisyah, saat mereka telah hijrah ke Madinah.
Dalam setiap pernikahan poligami yang dilakukan Rasulullah SAW
terdapat keistimewaan-keistimewaan dan situasi khusus sehingga Allah
mengizinkan Beliau untuk itu. Dari segala catatan yang ada, tidak pernah ada satu
catatan pun yang menyatakan bahwa pernikahan poligami yang dilakukan
Rasulullah disebabkan Rasulullah ingin menjaga kesuciannya dari perzinahan atau
dari segala hal yang berkaitan dengan hawa nafsu. Maha Suci Allah dan Rasul-
Nya. Alasan yang banyak dikemukakan para poligamor sekarang ini dalam
melakukan kehidupan poligami adalah untuk menjaga kesucian mereka dari
perzinahan. Ini tentu tidak salah. Hanya saja, dengan memiliki isteri lebih dari
satu, hal itu bukanlah jaminan bahwa seorang lelaki terbebas dari godaan terhadap
perempuan lain. Rasulullah SAW tidak pernah menjadikan alasan ini untuk
poligaminya.

Dalam resume ini akan dipaparkan satu-persatu keistimewaan pernikahan


poligami Rasulullah SAW., yang dilakukan bukan karena desakan hawa nafsu,
bukan agar tidak tergoda lagi dengan perempuan lain, bukan untuk alasan klise
menjaga syahwat, dan sebagainya. Tujuan poligami Rasulullah SAW memiliki
landasan yang lebih agung dan mulia. Bukan sekadar alasan yang dicari-cari agar
bisa nikah lagi.
POLIGAMI ADALAH
TATANAN SOSIAL KLAS1K

1. Jelaskan bahwa perilaku poligami bukanlah tatanan sosial yang pertama


kali diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW berdasarkan sejarahnya?
Poligami bukanlah tatanan sosial yang pertama kali diciptakan oleh
Muhammad. Sesungguhnya para pendukung pernyataan dusta yang
menyatakan bahwa poligami adalah tatanan sosial yang pertama kali diciptakan
oleh Nabi Muhaammad SAW, benar-benar berada dalam kesalahan yang
sangat fatal, atau mereka berada dalam kedunguan yang memalukan. Karena
sebenarnya, masalah poligami telah ada ratusan tahun sebelum agama Islam itu
datang.
Secara fakta historis, umat-umat terdahulu semuanya melakukan apa yang
kini dinamakan dengan poligarni. Kita dapat melihatnya dari berbagai sejarah
yang pernah mencatat adanya perilaku poligami sebelum agama Islam datang,
antara lain:
1. Bangsa Ibrani telah melakukan poligami sejak zaman dahulu sementara
taurat telah rnembolehkan poligatni tanpa menyebutkan batasan jumlah
wanita yang boleh dinikahi, yang kemudian batasan tersebutdapat
ditemukan di kitab Talmud.
Bahkan jumlah wanita yang dinikahi oleh Nabi Sulaiman telah mencapai
seratus wanita.
2. Bangsa Atena membolehkan bagi seorang laki-laki untuk menikahi wanita
dalam jumlah yang tidak terbatas, hingga Daimosin membanggakan
dirinya karena beristrikan tiga tingkatan wanita ( dua tingkatan adalah istri
resmi dan tingkatan berikutnya adalah semi resmi).
3. Bangsa Mesir Kuno, pada masa Diodur Ash-Shaqly dan para pembesar
dan tokoh mereka selain melakukan poligami juga melakukan hubungan
biologis dengan budak-budak wanita.
4. Bangsa Persia melakukan poligami, sesuai ajaran Zoroaster, selain
melakukan tindakan poligami mereka juga mengambil para wanita-wanita
selir dan piaraan. Alasannya karena mereka adalah bangsa yang selalu
bertempur dan senantiasa membutuhkan pemuda-pemuda tangguh.
5. Bangsa Romawi, Raja Saila telah mengwini empat orang wanita dalam
masa yang sama. Sementara itu kaisar telah mengawini empat orang
wanita yang diikuti oleh puteranya Bumbay.
6. Orang-orang Nashrani, sebagian mereka telah melakukan poligami, seperti
Raja Qastantin serta putera mahkotanya. Bahakan Raja Falafius telah
membuat suatu undang-undang yang membolehkan poligami. Dalam
undang-undnag tersebut diperbolehkannya masyarakat secara keseluruhan
untuk melakukan poligami bagi yang mau.
7. Bangsa-bangsa lain yang juga meberlakukan sistem poligami adalah
Bangsa India Kuno, Bangsa Mabdiyan, Bangsa Babilonia, dan Bangsa
Asyuriah.

Maka tidak mengherankan jika bangsa Arab di masa jahiliyah juga telah
melakukan poligami ini. Ambil contoh, Mundzir bin Harits bin Abu Jabalah
Al Ghassani seorang betrik serta seorang tokoh gereja timur telah mengawini
wanita dalam jumlah yang sangat banyak, An-Nu’man raja Hirah telah
mengawini sejumlah wanita hingga setelah ia memeluk agama Nashrani. Dan
setelah Islam datang, dalam bani Tsaqif terdapat sejumlah laki-laki yang
memiliki isteri sepuluh wanita, diantaranya Ghailan bin Salamah, Sufyah bin
Abdullah serta Mas’ud bin Amir. Setelah mereka memeluk agama Islam
mereka rela menceraikan enam orang isteri-isterinya tersebut. Adapula Qais
bin Harits yang memiliki delapan orang isteri dan Naufal bin Mu’awiyah
memiliki lima orang isteri, kemudian Rasulullah memerintahkan mereka
untuk memilih empat orang isteri-isteri mereka.
Dari uraian di atas tentang bangsa-bangsa terdahulu yang memberlakukan
sistem poligami dalam masyarakatnya serta contoh-contoh lain, yang
kesemuanya itu telah ada sebelum Islam datang. Agama yang bawa oleh
Rasulullah ke bumi. Jadi dapat kita tarik kesmipulan bahwa poligami bukan
tatanan sosial yang pertama kali diciptakan oleh Nabi Muhammad saw.
Melainkan tatanan sosial yang sudah ada sejak dulu, sebelum Islam lahir.
2. Sebutkan 4 contoh akhlak mulia dari Nabi Muhammad yang
membuktikan bahwa poligami yang beliau lakukan bukan karena hawa
nafsu!
Banyak musuh-musuh Islam yang mengatakan bahwa poligami yang
dilakukan oleh Nabi Muhaamd SAW hanya semata-mata untuk memenuhi
hawa nafsu beliau. Na’udzubillahi min dzalik.
Mungkin orang yang tidak mengetahui dan mendalami Islam akan
berpikiran seperti itu. Bahwa poligami yang dilakukan oleh Rasulullah bukan
untuk ibadah kepada Allah swt, tetapi hanya untuk pemenuhan nafsu semata.
Sungguh disayangkan memang. Andai mereka tahu apa yang sebenarnya
tersimpan dalam tindakan poligami beliau pasti mereka akan diam sementara.
Meskipun mereka tahu pernyataan mereka salah, mereka tetap tidak mau
mengakui bahwa mereka salah. Mereka akan terus mencari kelemahan dan
kekurangan dalam diri Nabi Muhammad. Tetapi apa yang akan mereka
dapatkan? Yang akan mereka dapatkan tak lain dan tak bukan keutamaan diri
dari Rasulullah.
Akhlak mulia dari Rasulullah yang dapat membuktikan bahwa tindakan
poligami beliau bukan semata-mata untuk hawa nafsu, antara lain:
1. Rasulullah mengawini wanita yang sebagian besar adalah janda-janda tua,
setelah kematian isteri pertama beliau Sayyidah Khadijah binti Khuwailid.
Kecuali Aisyah bintiAbu Bakar. Jikalau memang Rasulullah melakukan
poligami hanya untuk hawa nafsu belaka, semestinya Rasulullah
mengawini para perawan bukan malah dengan janda-janda para syuhada.
2. Pernikahan Rasulullah semata-mata didasari atas faktor agama bukanlah
untuk kepentingan dunia. Pernikahan itu dilangsungkan untuk suatu
hikmah dan bukan untuk menuruti hawa nafsu belaka. Pernikahan ini untuk
mengokohkan, meperkuat dan menyebarkan dakwah dan bukan untuk
bersenang-senang, menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi ataupun
hanya sekadar hobi meperbanyak isteri. Salah satunya pernikahan Nabi
untuk menambah keakraban orang yang sangat dekat dengan beliau,
kadang pula untuk menambah kecintaan mereka yang sangat dicintainya,
seperti saat Rasulullah menikahi Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah.
3. Poligami Rasulullah dilakukan untuk memuliakan dan memberi
penghargaan bagi seorang lanjut usia yang ditinggal gugur suaminya di
medan perang. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan menanggung semua
beban hidup mereka. Seperti saat Rasulullah menikahi janda tua Saudah
binti Zam’ah bin Qais bin Abdu Syams.
4. Poligami Rasulullah untuk melunakkan hati orang-orang yang sedang
dijinakkan untuk menerima agama Islam, selain itu jug auntuk menambah
keikhlasan kepasa Allah dan Rasul-Nya bagi mereka yang sejak awalnya
telah berlaku ikhlas.
Selain tujuan poligami Rasulullah yang ada di atas masih banyak tujuan
Rasulullah melakukan poligami. Tujuan tersebut merupakan salah satu
cerminan dari akhlak mulia Rasulullah.tak jarang pula beliau mengharapkan
dari pernikahan itu untuk memperbanyak kaum kerabat dari jalur pernikahan,
agar mereka menjadi pembela-pembelanya serta pendukung-pendukung yang
handal terhadap agama Allah. Hal ini beliau lakukan dalam suatu masyarakat
yang beranggapan bahwa hubungan kekerabatan karena pernikahan adalah
hubungan yang sangat kokoh sehingga mengharuskan pembelaan dan
kesetiaan, seperti saat Rasulullah menikahi
Selain itu juga, Nabi bermaksud dari pernikahannya untuk melapangkan
kesempatan di hadapan kaum muslimin yang telah memenangkan suatu
pertempuran, agar mereka bersedia untuk mebebaskan para tawanan perang
baik laki-laki maupun permpuan yang berasal dari suku ataupun bangsa
taklukan. Ada pula untuk memeuliakan suatu kaum yang mengharapkan
kemuliaan jika menjalin kekerabtan dengan Nabi. Serta untuk menjalin
hubungan kekerabatan dari jalur pernikahan adalah untuk menetralisasi
permusuhan yang demikian dahsyat, semoga dengan adanya hubungan
kekerabatan itu akan membuat ornag-orang tersebut menahan diri serta
berhenti dari melakukan permusuhan.
Dari semua tujuan Rasulullah melakukan poligami, tak satupun yang
menjelaskan bahwa pernikahan Rasulullah setelah kematian Khadijah hanya
pemenuhan hawa nafsu belaka. Malahan, yang beliau lakukan semata-mata
untuk dakwah agama Islam supaya diterima namyak kalangan masyarakat serta
untuk kemaslahatan Islam itu sendiri. Jadi, poligami yang dilakukan Nabi
bukan untuk hawa nafsu beliau.
Jika sekarang banyak sekali orang-orang Islam yang melakukan poligami,
mengambil isteri kedua, isteri ketiga, dan isteri keempat, yang semuanya masih
gadis, cantik, muda usia, dan sesungguhnya tidak berada dalam kondisi yang
memerlukan pertolongan darurat terkait keimanannya, maka hal itu berpulang
kepada mereka masing-masing. Adakah poligami yang demikian itu sesuai
dengan poligami yang dilakukan dan dijalani Rasululah SAW? Silakan tanya
pada hati nurani masing-masing, karena hati nurani tidak pernah mampu untuk
berbohong. Wallahu’alam bishawab.
3. Sebutkan ke-12 isteri Nabi Muhammad serta berilah alasan dan latar
belakang beliau menikahinya?
Sekarang marilah kita memulai menyebutkan isteri-isteri Rasulullah satu
persatu secara berurutan, disertai penje1asai tentang alasan yang melatar
be1akangi pernikahannya dengan setiap isterinya serta tujuan daripada
pernikahan tersebut.
1. Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid
Nama : Khadijah
Status : 2 kali janda
Usia Dinikahi : 40 tahun
Usia Rasul : 25 tahun
Kondisinya : Pengusaha, Keturunan Bangsawan, memiliki 4 anak dari
pernikahan sebelumnya, memiliki 6 anak dari Rasulullah
Alasan dinikahi: Petunjuk Allah, karena dia adalah wanita pertama yang
memeluk islam, dan mendukung dakwah Nabi

Sejarah kehidupan Rasulullah berbicara kepada kita, bahwasanya masa


muda beliau (yang umumnya penuh dengan kenangan serta segala kenikmatan
yang mudah didapatkan), semuanya dilewatinya di Kota Makkah.
Sayyidah Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki garis keturunan
yang terhormat serta kekayaan yang melimpah. Beliau ssebelumnya sudah
menikah dua kali dengan dua orang laki-laki dari bani Makhzum, kemudian ia
dipinang oleh sebagian para pembesar Quraisy, namun semua lamaran itu
ditolaknya. Khadijah mengagumi kejujuran dan kebaikan perjalanan hidup
Muhammad.
Khadijah kemudian mengutus saudara perempuannya atau seorang teman
dekatnya untuk menenmui Muhammad, lalu utusan tersebut, “Apakah yang
menjadi kendala anda untuk menikah?” Muhammad menjawab, “Aku tidak
memiliki harta yang cukup untuk membiayai suatu pernikahan.” Utusan itu
berkata, “Jika ada orang yang yang menanggung hal itu, lalu mengajak anda
untuk menikahi seseorang yang berparas cantik dan menarik serta memiliki
kekayaan di samping keturunan yang terhormat, maka apakah anda mau
menerima tawarannya?” Muhammad berkata, “Akan tetapi siapakah orang
itu?” Utusan tersebut menjawab, “Dia adalah Khadijah binti Khuwailid.”
Muhammad berkata, “Bagaimana yang demikian itu terjadi padaku?” Utusan
tersebut menjawab, “Serahkan persoalannya padaku.”
Kemudian sempurnalah pernikahan Rasulullah dengan Khadijah, dan
seketika lenyaplah perbedaan usia di anatara keduanya, melebur dalam
kebahagiaan, kejujuran, kehidupan rumah tangga yang rukun serta dengan
kegembiraan akan kehadiran anak-anak. Dimana Khadijah Radhiyallahu Anha
bersama Rasulullah telah melahirkan; Qasim, Abdullah (keduanya yang diberi
gelar dengan At-Thahir dan At-Thayyib), Zainab, Ummu Kaltsum, Fathimah
serta Ruqayyah.

2. Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdu Syams


Status : janda
Usia dinikahi : 70 tahun
Usia Rasul : 52 tahun
Kondisi : Wanita kulit hitam, janda dari sahabat nabi yang menjadi perisai
nabi saat perang. Memilih 12 anak dari pernikahan dengan suami pertama.
Alasannya : Menjaga keimanan Saudah dari gangguan kaum musyrikin

Beliau tergolong wanita yang terdahulu memeluk agama Islam, dia telah
menerima Islam bersama suaminya yang juga merupakan saudara sepupunya,
yaitu As-Sukran bin Amr bin Abdu Syams. Keislamannya itu telah
menyebabkan ia dikucilkan oleh saudara-saudara sepupunya serta kaum
kerabatnya. Kemudian ia bersama suaminya turut serta dalam rombongan yang
hijrah ke Habasyah (Ethiopia) pada kali yang kedua, dalam rangka
menghindarkan diri dari gangguan kaum musyrikin. Dan pada saat beliau
kembali ke Makkah, sang suami akhirnya meninnggal dunia.
Saudah adalah seorang wanita tua, gembrot dan lamban bergerak. Satu hal
yang perlu kita ingat, meskipun Saudah adalah seorang wanita tua yang tidak
lincah, namun beliau adalah seorang wanita yang penuh pengertian oleh sebab
itu beliau berkata kepada Rasulullah, “Engaku telah kubebaskan atas segala
kewajibanmu (sebagai seorang suami) kepadaku, aku hanya menginginkan dari
pernikahan ini agar aku dikumpulkan dalam suatu barisan bersama-sama para
isterimu di hari kemudian nanti. Untuk itu aku telah menghibahkan giliranku
buat Aisyah Radhiyallahu Anha.”

3. Aisyah binti Abu Bakar


Status : gadis
Usia dinikahi : 9 tahun (tetapi tinggal serumah dengan Nabi ketika usia 19
tahun)
Usia Rasul : 52 tahun
Kondisinya : Cantik, cerdas, putir Abu Bakar Ash-Shiddiq
Alasannya : petunjuk Allah (lewat mimpinya 3 malam berturut-turut),
hikmahnya : Rasulullah mengajarkan tentang kewanitaan kepada Aisyah
agar disampaikan kepada para umatnya kelak. Aisyah banyak
meriwayatkan hadits dari Rasulullah yang disampaikan pada umat.

Rasulullah menikahi Aisyah pada saat kondisi beliau sangat membutuhkan


seorang pendamping sepeninggal isterinya yang pertama, Khadijah. Sebab
isteri beliau yang kedua yakni Saudah lebih mirip isteri simbolis, daripada
isteri dalam artian yang sebenarnya.

4. Hafshah
Nama : Hafsah binti Umar bin Khaththab
Status : Janda
Usia dinikahi : 35 tahun
Usia Nabi :61 tahun
Kondisi : Putri sabahat Umar bin Khattab. Janda dari Khunais bin Huzafah
yang meninggal karena perang uhud
Alasan : Petunjuk allah . hikmah : hafsah adalah wanita pertama yang hafal
alqura’an. Dinikahi oleh rasulullah agar bisa menjaga keotentikan alquran.

Suami Hafshah yang pertama yakni Khunais bin Hudzafah As-Sahmi telah
meningghal dunia akibat luka parah yang dideritanya saat Perang Badar. Lalu
Umar bin Khaththab sebagai seorang bapak menawarkan putrinya kepada Abu
Bakar As-Shiddiq untuk menikahi Hafshah. Namun Abu Bakar tak meberi
jawaban apa-apa sehingga Umar merasa kesal karenanya.
Kemudian Umar bin Khaththab menawarkan puterinya kepada Ustman bin
Affan, yang kebetulan pada saat itu isteri Uastman yakni Ruqayyah binti
Rasulullah telah meninggal dunia. Akan tetapi Ustman menolak tawaran Umar
dengan perkataan, “Aku belum berfikir untuk menikah lagi pada saat-saat
sekarang ini.” Sebab Ustman bermaksud untuk menikah dengan Ummu
Kaltsum puteri Rasulullah.
Penolakan kedua sahabatnya terasa begitu menyakitkan bagi Umar bin
Khaththab, lalu beliau pergi menemui Rasulullah dan menceritakan atas apa
yang telah ia terima dari kedua sahabatnya tersebut. Disini Rasulullah
memahami betapa sakitnya perasaan Umar akibat penolakan Abu Bakar dan
Ustman untuk menikahi puterinya. Maka Rasulullah bersabda kepada Umar,
“Hafshah akan dinikahi orang yang lebih baik daripada Ustman, dan Ustman
akan menikahi pula wanita yang lebih baik daripada Hafshah.” Tak lama
kemudian Rasulullah melamar Hafshah untuk dinikahi.

5. Ummu Salamah
Nama : Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah bin Al
Mughirah Al Makhzumy.
Status : Janda
Usia dinikahi : 62 tahun
Usia Rasul : 56 tahun
Kondisi : Putri bibi nabi, seorang janda yang pandai berpidato dan
mengajar.
Alasan : Perintah Allah untuk membantu dakwah nabi.

Wanita yang satu ini termasuk salah seorang wanita yang terdahulu masuk
Islam, beliau bersama suaminya yang pertama termasuk dalam rombongan
yang hijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia). Setelah pasangan suami isteri ini
kembali dari Habasyah, keduanya ikut pula hijrah ke Madinah. Lalu sang
suami yang dikenal sebagai prajurit yang gagah perkasa dan pemberani turut
serta dalam perang Badar, kemudian beliau kembali terjun dalam Perang Uhud,
dimana ia menderita luka parah yang pada akhirnya membawa pada
kematiannya.

6. Zainab binti Khuzaimah


Status : Janda
Usia dinikahi : 50 tahun
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Seorang janda yng banyak memelihara anak yatim dan
orang lemah di rumahnya. Mendapat gelar ibu para masakin.
Alasan : Petunjuk allah untuk bersama – sama menyantuni anak yatim dan
orang lemah.

Dialah yang pada masa jahiliyah digelari dengan Ummul Masaakiin (ibu
orang-orang yang miskin). Beliau pada mulanya adalah isteri Thufail bin Harits
bin Munthalib, salah seorang pahlawan yang gugur dalam perang Uhud. Dan
versi lain mengatakan bahwa beliau isteri dari Abdullah bin Jahsy, merupakan
syuhada di medan perang Uhud.
Zainab binti Khuzaimah bukanlahseorang wanita yang berparas cantik serta
menarik, sementara umurnya telah melewati usia seorang pemudi.
7. Juwairiyah binti Al Harits bin Abu Dhirar Al Khuza’iyah
Status : Janda
Usia dinikahi : 65 tahun
Usia Nabi : 57 tahun
Kondisi : Tawanan perang yang dinikahi oleh rasulullah, tdk memiliki
sanak saudara, dan memiliki 17 anak dari pernikahan yang pertama
Alasan : Petunjuk Allah, memerdekakan memerdekakan perbudakan dan
pembebasan dari tawanan dan menjaga ketauhidan.

8. Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb


Status : Janda
Usia dinikahi : 47 tahun
Usia nabi : 57 tahun
Kondisi : mantan istri Ubaidillah bin Jahsy, cerai karena suaminya pindah
agama menjadi nashrani.
Alasan : Untuk Menjaga keimanan Ummu Habibah agar tidak murtad.

9. Zainab binti Jahsy bin Ri’ab


Status : Janda
Usia dinikahi : 45 tahun
Usia Rasul : 56 tahun
Kondisi : Mantan isteri Zaid bin Harits
Alasan : Perintah Allah bahwa pernikahan harus sekufu, Zainab adalah
mantan istri anak angkatnya Rasulullah. Sekaligus menginformasikan
bahwa anak angkat tidak bisa dijadikan anak kandung secara nasab. Maka
istrinya tetap bukan mahrom untuk ayah angkatnya. Jadi boleh dinikahi.
10. Shafiyah binti Huyay bin Akhthab
Status : 2 kali janda
Usia dinikahi : 53 tahun
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Wanita muslimah dari kalangan yahudi bani Nadhir, memiliki 10
anak dari pernikahan sebelumnya.
Alasan : Rasulullah menjaga keimanan Shafiyyah dari boikot orang
Yahudi.

11. Maimunah binti Al Harits bin Hazn Al Hilaliyah


Status : Janda
Usia dinikahi : 63 tahun
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi : Mantan istri Abu Ruham bin Abdul Uzza
Alasan : Istri rasulullah dari kalangan yahud bani Kinanah. Menikah
dengan rasulullah adalah untuk menjaga dan mengembangkan dakwah di
kalangan bani Nadhir

12. Mariyah Al Qibthiyah


Status : Gadis
Usia dinikahi : 25 tahun
Usia Nabi : 59 tahun
Kondisi : Seorang budak yang dihadiahkan oleh raja Muqauqis dari Mesir
Alasan : Menikahi untuk memerdekakan dari kebudakan dan menjaga
keimanan Mariyah.

Ternyata dari sekian banyak istri. Rasul hanya menikahi dua wanita
berstatus gadis. Yang pertama, Aisyah.. itu pun dinikahi saat belum baligh, dan
baru serumah dengan Nabi ketika baligh. Dan kedua, gadis Mesir Mariyah Al-
Qibtiyah (25 tahun). Tapi itu pun ketika usia Rasul sudah 59 tahun. Selebihnya
para wanita tersebut adalah janda. Bahkan ada yang sudah janda dua kali. Dan
bahkan ada yang janda dengan 10 anak.
Saat kita memperhatikan usia saat Nabi menikah. Saat pernikahan
Rasulullah dengan Khadijah, Rasul menikah di usia 25 tahun. Dan.. kapan Rasul
menikah lagi? Yaitu ketika menikah dengan Aisyah di usianya ke 52 tahun. Yup..
ini berarti, Rasulullah menjalani hidup dengan istri pertamanya sekitar 27 tahun
(dari usia 25 ke 52), dan menjalani hidup poligaminya hanya 9 tahun (dari 52 ke
63). Rasul lebih lama setia dengan istri pertamanya dari pada hidup berpoligami.
Inilah pernikahan-pernikahan agung yang dilakukan Rasulullah SAW.
Beliau banyak menikahi para janda tua dengan banyak anak sebelum menikah
dengan dua gadis (Mariyyah dan Aisyah), itu pun atas perintah Allah SWT dan di
saat usia Beliau sudah tidak muda lagi. Poligami yang diajarkan, yang
disunnahkan Rasulullah SAW adalah poligami yang berdasarkan syariat yang
sejati, bukan berdasar akal-akalan, bukan berdasarkan syahwat yang berlindung di
balik ayat-ayat Allah SWT.
4. Sebutkan empat isteri Nabi yang membantu dalam dakwah islam dan satu
isteri yang membantu dalam mengemukakan hadist beliau dan beri satu
contohnya
Sepeninggal Khadijah ra., Rasulullah SAW sangat bersedih hati. Namun
kesedihan ini tidak dipendam lama-lama karena dakwah Islam yang masih berusia
sangat muda memerlukan penanganan yang teramat serius. Sebab itu, Rasulullah
SAW memerlukan pendamping hidup sepeninggal Khadijah r. A. Maka beliau
pun, atas izin Allah SWT, menikah kembali.
Di antara isteri-isteri beliau yang membantu beliau dalam menyebarkan agama
Islam dan berdakwah antara lain:
1. Sayyidah Khadijah Binti Khuwailid
Isteri pertama Rasulullah inilah yang mendermakan harta kekayaannya
kepada sang suami untuk digunakan dalam menjalankan dakwah Islamnya.
Serta dialah yang menemani Rasulullah dan meyakinkan beliau saat
diangkat menjadi Rasul oleh Allah swt.

2. Hafshah binti Umar bin Khattab


Dia merupakan puteri dari Umar bin Khattab, seorang janda pahlawan
perang Uhud yang telah berusia 35 tahun. Allah SWT memerintahkan
Rasulullah untuk menikahi perempuan mulia ini karena Hafshah
merupakan salah seorang perempuan pertama di dalam Islam yang hafal
dengan seluruh surat dan ayat al-Qur’an (Hafidzah). Pernikahan ini
dimaksudkan agar keotentikan al-Qur’an bisa tetap terjaga.

3. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan


Dalam pengembangan dakwah Islam yang masih sangat terbatas, umat
Islam mendapat cobaan ketika salah seorang darinya, Ubaidillah bin Jahsy,
murtad dan menjadi seorang Nasrani. Secara syar’i, murtadnya Ubaidillah
ini menyebabkan haram dan putusnya ikatan suami-isteri dengan Ummu
Habibah Ramlah binti Abu Sufyan. Untuk menyelamatkan akidah janda
berusia 47 tahun ini, Rasulullah mengambil langkah cepat dengan menikahi
Ummu Habibah. Kelak langkah Rasulullah SAW ini terbukti tepat dengan
aktifnya Ummu Habibah di dalam menunjang dakwah Islam.

4. Ummu Salamah binti Abu Umayyah


Setelah menikahi Saudah dan Zainab, Rasulullah kembali mendapat
perintah Allah SWT agar menikahi puteri dari bibinya yang pandai
mengajar dan juga pandai berpidato. Ummu Salamah binti Abu Umayyah,
seorang janda berusia 62 tahun. Setelah menikah dengan Rasulullah SAW,
Ummu Salamah kelak banyak membantu Nabi dalam medan dakwah dan
pendidikan bagi kaum perempuan.

Dan salah satu isteri Rasulullahyang membantunya dalam meriwayatkan


Hadits, yakni:
Aisyah binti Abu Bakar
Puteri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ini merupakan seorang perempuan
muda yang cantik, cerdas, dan penuh izzah. Allah SWT memerintahkan langsung
kepada Rasululah SAW agar menikahi gadis ini. Pernikahan Rasululah dengan
Aisyah r. A. Merupakan perintah langsung Allah SWT kepada Rasulullah SAW
lewat mimpi yang sama tiga malam berturut-turut (Hadits Bukhari Muslim).
Tentang usia pernikahan Aisyah yang katanya masih berusia 9 tahun, ini hanya
berdasar satu hadits dhaif yang diriwayatkan oleh Hisyam bin ‘Urwah saat beliau
sudah ada di Iraq, dalam usia yang sangat tua dan daya ingatnya sudah jauh
menurun. Mengenai Hisyam, Ya’qub ibn Syaibah berkata, “Apa yang dituturkan
oleh Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang dipaparkannya ketika ia sudah
pindah ke Iraq. ” Malik ibnu anas pun menolak segala penuturan Hisyam yang
sudah berada di Iraq.
Sebagai contoh, Aisyah berkata, “Nabi bersabda,
“Jika seorang isteri menginfakkan makanan yang ada di rumahnya tanpa
menimbulkan efek yang tidak baik, maka isteri itu memperoleh pahala atas
perbuatannya yang telah menginfakkan, dan bagi suaminya pahala atas
perbuatannya mencari nafkah, sedang bagi pemegang kunci pahala yang serupa
dengan itu. Pahala sebagian mereka tidak mengurangi padala sebagian yang lain
sedikit pun.”
KESIMPULAN

Setelah kita melihat uraian di atas yang menerangkan bagaimana


sesungguhnya Rasulullah berpoligami, bahwa yang sebenarnya terjadi adalah
Rasulullah melakukan poligami bukan karena hawa nafsu belaka. Melainkan demi
tegaknya bendera Islam dan kemaslahatan umat Islam itu sendiri.
Dan pendapat yang mengatakan bahwa poligami adalah tatanan sosial
yang pertama kali diciptakan oleh Rasulullah hanya pendapat orang-orang yang
membenci Islam. Padahal tradisi poligami sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum
Islam lahir ke dunia.

Anda mungkin juga menyukai