Anda di halaman 1dari 401

Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.

cc/

KUDA BESI
atau
Kuda Hitam Dari Istana Biru
Karya: S. D. Liong
Kiriman Gun gun Asdf dalam bentuk word dan di pdfkan oleh kang zusi

Jilid 1

Hah?

Empat wajah beku yang duduk mengitari


meja yang diterangi dengan sebatang lilin
itu, tampak dicengkam ketegangan.

Halilintar meringkik-ringkik menggetarkan


bumi. Api lilinpun memantulkan cahaya
bayangan yang bergoyang gontai.

Setiap kali kilat mencuatkan cahaya


menerangi tempat kegelapan, keempat
orang itu serempak mengangkat kepala memandang ke luar jendela.

Namun tiap kali, wajah merekapun hanya menyuram kecewa. Mereka tampak
menanti kedatangan seseorang tetapi yang ditunggu tak kunjung tiba.

Diantara keempat misteri guest atan tetamu misterius itu, terdapat seorang
wanita yang cantik. Usianya lebih kurang tigapuluh tahun.

Wanita itu mengenakan chang-ih (semacam long dress) dari sutera warna gres
atau soklat muda. Wajah dan penampilannya mempunyai, daya yang
mempesona.

Kemudian seorang pria yang brewok. Dihadapannya seorang sasterawan


setengah baya. Wajah sasterawan itu pucat seperti mayat sehingga
menyeramkan orang.

Yang misterius sendiri adalah orang keempat. Bagaimana raut wajahnya tak
diketahui karena dia mengenakan kain cadar atau kerudung muka. Tetapi yang
jelas, tubuhnya pendek kecil seperti seorang anak.

Tak berapa lama kemudian hujanpun turun seperti dicurahkan dari langit. Tiba2

mailto:22111122@yahoo.com 1
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

si brewok berbangkit dan berseru dengan suara menggeledek, "Menjemukan


sekali, maaf, aku tak dapat menemani kalian lebih lama !"

Sambil berkata diapun sudah ayunkan langkah keluar. Tetapi baru dua langkah,
dia sudah berhenti.

Saat itu hujan mencurah deras dan halilintar tak henti-hentinya mengamuk tetapi
sayup2 terdengar suara derap kuda berlari pesat. Makin lama makin dekat.

“Katanya menjemukan, mengapa anda tak jadi pergi," tiba2 sasterawan


berwajah pucat berseru dengan nada dingin.

Si brewok berputar tubuh. Tangannya melekat pada punggung kim to (golok


emas) yang terselip di pinggangnya. Dipandangnya sasterawan itu dengan
geram.

Sasterawan itu tertawa mengekeh. Secara seperti tak sengaja, kipas yang
berada ditangannya ditebar-katupkan. Waktu menebar kipas itu seperti
memantulkan bunyi mendering lembut menandakan bahwa kipas itu terbuat dari
logam.

Tring . . . . si brewok mencabut golok kim-tonya yang tipis dan ditudingkan ke


arah sasterawan.

"Siapakah Nyo toaya (tuan besar Nyo) ini? Masakan sudi duduk bersama
manusia semacam mayat hidup!"

Tampak sasterawan itu seperti agak membungkukkan tubuh sambil


membenturkan kipasnya ke ujung golok si brewok.

Si brewok mengendap tubuh dan menggentakkan goloknya keatas. Melihat itu


sasterawan berwajah pucatpun menekankan kipasnya lebih keras.

Baik wanita cantik maupun orang yang memakai kerudung muka, mengira tentu
akan terjadi benturan keras antara golok dan kipas.

Tetapi suatu peristiwa yang tak terduga telah muncul. Pada saat golok dan kipas
hanya terpaut beberapa inci, sekonyong-konyong pintu ruangan didobrak dan
seseorang terus. menerobos masuk.

Baik si brewok maupun sasterawan berwajah, pucat, walaupun terkejut tetapi


masih sempat untuk menarik pulang senjatanya masing-masing.

Sasterawan cepat duduk kemball di kursinya.

mailto:22111122@yahoo.com 2
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi si brewok lain. Dia cepat ulurkan tangan kirinya untuk menyambar
pendatang itu. Sambarannya cepat dan tepat. Dia dapat mencengkeram bahu
orang itu.

Tetapi gerak terjangan orang itu waktu menerobos masuk, cepat dan dahsyat,
maka diapun terus melaju sehingga bahu bajunya saja yang robek... brakkkkk

Meja berhamburan jungkir balik. Lilinnyapun tumpah dan padam. Wanita cantik
dan sasterawan berwajah pucat loncat ke belakang.

Kini ruang itu gelap gelita.

Wut, wut .... terdengar deru tinju menghamburkan angin. Tetapi dalam ruang
yang gelap itu tak dapat diketahui apa yang terjadi. Siapa yang memukul dan
siapa yang dipukul, tak diketahui dengan jelas. Untuk menjaga keselamatan diri
masing-masing maka setiap orang melintangkan tangan untuk melindungi diri
masing-masing.

"Siapa yang datang itu?" tiba2 si brewok berseru memecah kesunyian,


sedangkan tangannya masih mengepal secabik kain baju yang berasal dari
pendatang itu.

Tetapi tiada penyahutan sama sekali.

Kilat memancar. disusul dengan raung guruh yang menggerung-gerung di


angkasa. Pada lain saat sinar kilat itupun lenyap dan ruangan menjadi gelap lagi.

Namun walaupun hanya sekejab mata, pancaran sinar kilat yang merekah
kedalam ruang gelap, memberi penerangan yang cukup jelas bagi keempat
orang itu untuk melihat keadaan dalam ruang itu.

Pendatang yang menerjang masuk tadi, saat itu sedang ngelumpruk diatas
permukaan meja yang remuk tadi.

'"Lekas sulut korek!'' teriak si brewok pula.

"Cresss . . . terdengar suara orang membenturkan goresan korek api. Ternyata


yang menyulut korek itu adalah orang kate yang mukanya bertutup kain
kerudung hitam.

Dan dua buah lubang pada kain kerudung hitam, tampak kedua gundu mata si
kate itu bersinar tajam. Dia memungut lilin yang jatuh dilantai, menyulutnya lalu
diangkatnya untuk menyuluhi pendatang yang rebah di meja itu.

mailto:22111122@yahoo.com 3
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

“Mati!" serunya dengan nada sedingin es.

"Mati?" teriak si brewok, "siapakah dia? Apakah orang yang mengirim surat
undangan tanpa nama itu? Mengapa dia mati?"

Rupanya si brewok itu memang seorang limbung. Kalau tidak masakan dia
bertanya mengapa orang itu bisa mati? Bukankah dia sudah tahu kalau orang itu
menerjang masuk dengan laju sekali dan terus membentur meja sehingga meja
hancur berantakan?

Si brewok maju menghampiri ke tempat orang itu lalu membalikkan tubuhnya.


Sedang si katepun lalu menyuluhi muka orang tak dikenal itu.

Ihhhhh .

Mereka berempat serempak mendesis kaget. Bukan karena ngeri melihat wajah
orang tak dikenal itu. Memang wajahnya menampiikan kerut orang yang
menderita kesakitan hebat. Tetapi mereka berempat sudah biasa melihat orang
yang menampilkan wajah begitu. Mereka berempat adalah tokoh2 persilatan
yang ternama. Sepanjang perjalanan hidup mereka, entah sudah berapa banyak
lawan yang harus mereka hadapi. Dan banyak pula lawan yang dikalahkannya
itu juga menampilkan kerut wajah ngeri seperti itu.

Bukan, bukan karena hal itu yang menyebabkan keempat tokoh itu mendesis
kaget tetapi karena mereka kenal dengan wajah itu.

Orang yang menerjang masuk, membentur meja dan terus rubuh tak bernyawa
itu tak lain adalah seorang tokoh persilatan yang ternama yakni kepala cong-cu
keluarga Lui di wilayah Ou-pak.

Lui Toa Gui, demikian nama kepala dari marga Lui yang menggeletak tak
bernyawa itu, seorang jago silat yang termasyhur. Dia bergelar Sip-jiu-lo-han
atau Malaekat-bertangan-sepuluh.

Bluk . . . begitu si brewok lepaskan cekalannya, mayat Lui Toa Guipun jatuh ke
lantai lagi.

Sasterawan berwajah pucat cepat merogoh kedalam baju dan terus melontarkan
sebuah surat. Surat itu bertebaran melayang-layang ke atas. Ditengah cahaya
lilin, orangpun dapat membaca jelas huruf2 yang tertera pada kertas surat itu:

“Kepada Im kaucu ketua perkumpulan Thian-sim-kau di Bu-ih san.

mailto:22111122@yahoo.com 4
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Apabila pada tanggal empat-belas bulan enam, anda tiba di per-batasan Oupak
di Istana-biru yang terletak di kaki gunung Bok-tok-san Anda tentu akan
mengalami peristiwa yang amat menggembirakan sekali.

Kecuali anda, pun ketua Hoasan-pay Naga-emas-sakti Nyo Hwat, Siluman-cantik


Pik Ing Ing dari Thay-san, Lui Toa Gui kepala marga Lui, Thian-san-sin-kau (
kera-sakti gunung Thian-san) Lo Pit Hi, dan ketua Ceng-shia-pay Thian Go lojin
juga menerima undangan ini...”

Kertas surat yang dilontar dengan tenaga dalam oleh sasterawan berwajah
pucat, pelahan-lahan melayang keatas sampai beberapa meter, kemudian
melayang-layang turun dengan pelahan.

Cret .... tiba2 sasterawan berwajah pucat itu menutuk kertas dengan kipasnya
sehingga kertas itu berlubang.

Lubang dari tutukan kipas itu tepat sekali menembus pada huruf yang berbunyi:
Lui Toa
Gui kepala marga Lui.

Ketiga orang kawannya tahu maksud sasterawan itu yang hendak menyatakan
bahwa Toa Gui sudah mati.

Tokoh bermuka brewok itu tak lain adalah Nyo Hwat ketua partai Hoa-san-pay.
Dia bergelar Cek-kim-sin-liong atau Naga-emas-sakti..

"Hm," desuhnya, "aku tak sudi menunggu lagi. Siapa sih yang kenal dengan
pengirim surat itu!"

Dia terus hendak ayunkan langkah tetapi pada saat itu dari arah pintu besar
terdengar bunyi berderek-derek ....

Mereka berempat setelah menerima surat undangan yang aneh itu, sebenarnya
tak mau menghiraukan. Tetapi makin dekat waktunya yakni 14 bulan enam,
keinginan untuk mengetabui makin bergolak dalam hati mereka.

Keempat tokoh itu berasal dari partai perguruan yang tak sama. Dan tak sama
pula alirannya. Walaupun mereka sudah mempunyai nama besar dalam dunia
persilatan dan sudah banyak sekali pengalaman-pengalamannya, namun tetap
mereka tak mampu menebak siapakah orang yang mengirim surat undangan itu
dan apakah maksud tujuannya.

Sekalipun begitu, akhimya keempat tokoh itupun pergi juga untuk memenuhi
undangan misterius itu.

mailto:22111122@yahoo.com 5
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada waktu mereka tiba di sebuah kopoh (istana kuno) yang bercat warna biru
di kaki gunung Bo-tok-san, waktu mendorong pintu gerbang dari istana itu, daun
pintu yang engselnya sudah berkarat, mengeluarkan bunyi berderak-derak.

Maka pada saat mendengar dari arah pintu gerbang terdengar bunyi berderak-
derak, ketua Hoa-san-pay Nyo Hwat hentikan langkah dan ketiga orang yang
lainnyapun terkesiap. Mereka serempak memandang kearah luar.

Pintu yang diterjang oleh Lui Toa Gui tadi masih terpentang sehingga mereka
dapat memandang keluar.

Pada lorong yang gelap, terdengar suara langkah orang berjalan pelahan-lahan.
Bahkan langkah itu halus sekali sehingga keempat tokoh yang berada dalam
ruangan itupun menjadi sangat tegang.

Memang sebenarnya mereka menduga bahwa pengirim surat undangan itu


adalah orang yang mereka kenal yang sengaja suruh orang untuk mengantar
undangan itu dengan cara yang misterius. Untuk berolok-olok, demikian dugaan
mereka berempat.

Tetapi setelah terjadi peristiwa yang mengejutkan dalam ruangan itu tadi,
dimana tokoh Lui Toa Gui yang termasyhur begitu menerjang masuk terus rubuh
binasa, keempat orang itupun serentak menyadari bahwa anggapan mereka
terhadap pengirim surat undangan itu salah. Peristiwa yang akan mereka hadapi
bukan hanya sekedar olok-olok saja tetapi benar2 serius sekali.

Maka suara langkah kaki orang di lorong itu, cepat menimbulkan rasa tegang
dalam hati mereka berempat.

Walaupun mereka itu tokoh2 persilatan yang ternama namun menghadapi


keadaan yang sedemikian aneh yalah surat undangan yang tak diketahui
pengirimnya dan kematian Lui Toa Gui yang begitu mendadak sekali, mau tak
mau mereka menjadi gelisah sekali. Diam2 merekapun bersiap untuk
menghadapi apa yang akan terjadi.

Saat itu langkah kaki orang yang berasal dari lorong serambi makin lama makin
lambat. Rupanya setiap berjalan selangkah, orang itu berhenti beberapa saat.

Keempat tokoh yang berada dalam ruanganpun makin dicengkam rasa tegang
karena harus menunggu begitu lama.

Lebih kurang sepeminum teh lamanya, tiba2 terdengar suara bergedebuk di


lantai, seperti sebuah benda berat yang jatuh.

mailto:22111122@yahoo.com 6
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Haya, ada yang mati lagi!"' serentak Naga-emas-sakti Nyo Hwat, ketua Hoa-
san-pay melonjak kaget.

"Ngaco!" bentak si cantik Pek Ing Ing, "Thian Go lojin kan bukan tokoh
sembarangan mana mungkin akan bernasib seperti Lui Toa Gui!”

Diantara mereka berempat, walaupun ada yang belam pernah bertemu muka
dengan Thian Go lojin ketua partai Ceng-shia-pay, tetapi mereka rata2 sudah
pernah mendengar nama tokoh yang termasyhur itu. Apalagi dalam surat
undangan itu pun disebut juga nama Thian Go lojin turut diundang. Oleh karena
itu mereka segera dapat menebak siapakah kiranya yang menjadi korban diluar
ruangan itu.

Wanita cantik itu jelas adalah Thay-san-yau-ki atau Siluman-cantik-gunung-Thay-


san yang terkenal ganas. Dia seorang tokoh dari aliran hitam.

Sasterawan berwajah pucat itu adalah ketua perkumpulan Thian-sim-kau dari


gunung Bu-ih-san, bernama Im Som. Peraturan dari perkumpulan agama Thian-
sim-kau itu amat keras sekali. Anak muridnya tak boleh mengadakan hubungan
dengan orang luar. Oleh karena itu tiada seorang pun tak mengetahui
bagaimana keadaan perkumpulan itu, demikian pula tak ada orang yang tahu
bahwa Im Som, ketua perkumpulan agama itu sendiri sering mengembara dalam
dunia persilatan.

Memang ilmu kepandaian Im Som, sakti dan aneh sekali. Karena tak tahu jelas
akan dirinya maka kaum persilatanpun tak mau memusuhinya.

Sementara si pendek kecil yang mukanya bertutup kain hitam itu adalah tokoh
yang paling memusingkan kaum persilatan. Dia bernama Thian-san-sin-kau atau
Kera-sakti-gunung-Thian-san Lo Pit Hi. Wataknya nyentnk dan suka mengolok-
olok orang hingga orang sampai tobat, terutama tokoh aliran hitam, mereka
tentu gemetar apabila mendengar nama Lo Pit Hi.

Dalam surat undangan itu disebut lima tokoh yang diundang. Yang sudah datang
empat orang dengan begitu jelas yang akan datang dan mungkin yang jatuh
bergedebuk itu, tentulah ketua partai Ceng-shia-pay Thian Go lojin.

Tetapi hal itu memang sukar dipercaya. Siluman-cantik Pek Ing Ing juga tak
percaya kalau seorang tokoh seperti Thian Go lojin, belum datang sudah binasa.

"Kita lihat!" seru Nyo Hwat ketua Hoa-san-pay.

Mereka berempat serempak melangkah keluar. Si setan pendek yang mukanya

mailto:22111122@yahoo.com 7
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berkerudung kain hitam menyuluhi dengan lilin.

Tiba dilorong serambi mereka melihat sesosok tubuh berpakaian hitam,


menggeletak ditanah tak berkutik lagi.

Naga-emas-sakti Nyo Hwat melesat maju dan mencongkel tubuh orang itu
dengan ujung kaki. Begitu tubuh orang itu terbalik tertelentang, tampaklah
wajahnya dengan jelas. Tubuhnya kurus kering, jari2nya seperti seekor kera.
Wajah, mulut dan pipinya juga mirip orangutan.

Saat itu ujung mulutnya mengumur darah dan tubuhnya tak berkutik sama
sekah. Jelas dia sudah mati!

Sesaat Nyo Hwat terkesima lalu menjerit, "Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi!"

"Ya, memang dia," sahut Pek Ing Ing.

Im Som ketua Thian-sim-kau serempak ber-balik tubuh memandang si setan


pendek. Siluman-cantik Pek Ing Ing dan ketua Hoa-san-pay Nyo Hwatpun juga
serempak memandang kearah setan pendek itu dan serempak berseru
menegurnya, "Siapakah anda ini?”

Sebenarnya mereka sudah menduga bahwa setan pendek yang mukanya


bertutup kain kerudung itu adalah Lo Pit Hi. Tetapi saat itu ketika melihat Lo Pit
Hi menggeletak di lantai serambi dalam keadaan tak bernyawa lagi, serempak
mereka terkejut dan heran. Bukankah orang yang mukanya ditutup kain
kerudung itu juga Lo Pit Hi?

Ah, tidak, Lo Pit Hi jelas yang menggeletak tak bernyawa itu. Dan jelas pula
bahwa orang pendek yang mukanya bertutup kain kerudung itu tentu bukan Lo
Pit Hi dan tentu seorang tokoh luar yang misterius.

Mendengar pertanyaan ketiga orang itu, setan pendek bertutup kain kerudung
serentak mundur selangkah.

Sekali lintangkan tangannya, lilin yang dipegangnya itu disongsongkan kearah


kipas Im Som.

Cret .... karena Im Som menyalurkan tenaga-dalam yang kuat kearah kipasnya
maka lilin itupun padam seketika. Serambi itu menjadi gelap gelita lagi.

"Jangan lepaskan dia!" teriak Im Som.

Naga-emas-sakti Nyo Hwat cepat menabaskan goloknya tetapi serempak pada

mailto:22111122@yahoo.com 8
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

saat itu Pek Ing Ing membentaknya, "Sudah bosan hidup, ya?"

Dan saat itu juga Nyo Hwa merasakan sebuah gelombang tenaga dahsyat
melanda ke arah dadanya dan hidungnyapun tertampar bau yang amat harum.

Nyo Hwat menyadari bahwa tabasannya tadi telah salah alamat, menuju ke arah
Pek Ing Ing. Dan Pek Ing Ingpun lantas melontarkan sebuah hantaman yang
beracun. Sudah tentu Nyo Hwat terkejut dan cepat2 enjot tubuhnya mundur
menghindar.

Saat itu Nyo Hwat berada di samping pintu gapura. Saat itu kilat memancar dan
Nyo Hwat tiba2 melihat seseorang berada di sampingnya. Sudah dia kaget sekali
dan terus menarik tangannya lalu menabas kearah orang itu.

Nyo Hwat adalah ketua partai Hoa-san-pay. Dalam ilmu golok, partai Hoa-san-
pay memang menjagoi dunia persilatan. Sebagai ketua partai itu, sudah tentu
ilmu kepandaian Nyo Hwat hebat sekali. Apalagi dia menabas dengan kecepatan
yang luar biasa.

Jurus yang dimainkannya itu disebut Sun-cui-jip-jing atau Air-mengalir-


mencurah-cinta. Lengan agak ditekuk, siku terpisah beberapa dim dari pinggang,
tangkai golok dikepit diantara pinggang sedang ujung golok mencuat keluar.

Senjata goloknya disebut Cek-kim-to atau golok-emas-ungu. Panjangnya satu


meter. Sekali dimainkan segera menimbulkan sinar setengah ling-kar. Setiap
musuh yang dekat kepadanya tentu tak dapat menghindar lagi. Jurus Sun-cui-
jip-jeng itu merupakan jurus permainan yang istimewa untuk membabat musuh
yang berani mendekati.

Tetapi pada lain saat, terkesiaplah Nyo Hwat ketika merasakan ujung goloknya
seperti tergetar. Hal itu menandakan bahwa sekalipun ujung goloknya berhasil
memapas tetapi bukan mengenai tubuh orang melainkan hanya menabas
pakaiannya saja. Dan orang itu tetap berada di dekatnya. Je-las bahwa orang itu
tentu seorang yang berkepan-daian luar biasa.

Dalam keadaan seperti itu, sebelum jurus selesai Nyo Hwat sudah berganti
dengan lain gerak memutar golok untuk melindungi diri.

Dalam menggerakkan tiga buah lingkaran golok untuk melindungi tubuhnya itu,
sempat pula Nyo Hwat memandang ke muka untuk mengetahui situasi. Ternyata
yang berada di sebelah muka, hanya Siluman-cantik Pek Ing Ing, ketua Thian-
san-sin-kau Im Som yang tengah bertarung dengan setan pendek bertutup kain
kerudung tadi, orang yang dilihatnya berada disampingnya tadi tak tampak sama
sekali.

mailto:22111122@yahoo.com 9
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Apakah aku tadi khilaf?" mau tak mau Nyo Hwat tertegun.

Kilat memancar dan pada lain saat serambi itupun gelap lagi. Nyo Hwat maju
menghampiri dan membentak, "Ho, sahabat, bagaimana engkau mung-kin
menang kalau berhadapan dengan dua tokoh seperti mereka? Mengapa tak lekas
menyerah saja!"

Tetapi baru saja ia membuka mulut, tiba2 ia merasa sebuah gelombang tenaga-
dalam yang amat lunak, meniup kearah pinggangnya. Nyo Hwat terkejut dan
cepat membabat. Tring, sebelum babatan golok tiba, kembah sudah terdengar
dering dan su-atu senjata yang membentur goiok Nyo Hwat.

Sebenarnya senjata itu hendak ditujukan ke pinggang Nyo Hwat. Tetapi karena
walaupun kea-daarrnya gelap sekali, Nyo Hwat dapat merasakan bahwa benda
membentur pedangnya itu sebenarnya suatu gerak hendak menutuk
lumbungnya Maka cepat diapun melintangkan golok untuk menangkis.

Tring .....

Baru dia melintangkan golok, batang golok-nya sudah terbentur dengan sebuah
senjata lain. Memang karena suasana gelap, dia tak dapat me-lihat apa2 di
sekelilingnya. Tetapi sebagai seorang ketua partai persilatan yang berilmu tinggi,
diapun dapat merasakan bahwa yang membentur batang pedangnya itu adalah
sebuah benda runcing yang biasa digunakan untuk menutuk jalan darah. Dan
cepat diapun membayangkan bahwa jago yang me-miliki senjata penutuk jalan
darah bukan lain, adalah Im Som ketua perkumpulan agama Thian-sim-kau. Ya,
siapa lagi kalau bukan orang itu. De-ngan begitu jelas kalau Im Som diam2
hendak mencelakai dirinya ...

Seketika meluaplah kemarahan Nyo Hwat.

""Bajingan! Kalau engkau bisa menyerang secara gelap, apakah aku tidak
mampu berbuat begitu juga!" dia memaki keras dan terus menyerang dengan
jurus Ceng-hong-te-lui atau Tawon-hijau-memetik-madu, kearah tempat Im
Som.

Tetapi baru begerak sampai setengah jalan, tiba2 ia mendengar Pek Ing Ing
membentaknya, "Mau cari mati?"

Menyusul sebuah angin pukulan yang berbau anyir segera melandanya.

Nyo Hwat terkejut sekali. Dia tahu kalau pukulan itu bukan dari Im Som. Maka
buru-buru ia alihkan goloknya kepada Pek Ing Ing untuk menghapus pukulan

mailto:22111122@yahoo.com 10
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kemudian dia loncat mundur.

"Harap sekalian berhenti dulu," serunya.

"Uh, apa engkau tak ingin bertempur lagi?" seru Pek Ing Ing dengan nada
mengejek.

Nyo Hwat merasakan suatu gelombang angin pukulan kembali meniup ke


arahnya. Ia tahu kalau Pek Ing Ing menyerangnya lagi.

Nyo Hwat seorang limbung. Karena merasa diserang dia tak mau ambil pusing
lagi siapa Pek Ing Ing itu jika tadi dia hanya menangkis dan terus mundur,
sekarang dia marah dan terus menyerang wanita cantik itu. Dalam beberapa
saat saja dia segera terlibat pertempuran dengan Pek Ing Ing.

Keduanya bergerak dengan cepat sekali. Dalam beberapa kejab saja Nyo Hwat
sudah melancarkan tujuhbelas jurus.

Tiba2 pada saat itu dari arah pintu gerbang istana terdengar suara orang
membentak dengan keras.

Karena mendengar suara teriakan yang nya-ring tanpa disadari Nyo Hwat
hentikan serangan dan mundur selangkah. Tetapi karena takut Pek Ing Ing akan
menyerang, maka diapun tetap bersiaga.

Tetapi ternyata Pek Ing Ing tak bergerak. Jelas dia sendiri juga terkejut akan
suara bentakan yang nyaring itu.

Pada lain saat itu tepi pintu gapura yang terbuat dari besi itu tampak api
menyala terang. Pada saat itu juga Nyo Hwat baru tahu kalau Pek Ing Ing berdiri
di mukanya, lebih kurang satu dua meter jaraknya. Karena kaget, Nyo Hwat
menyurut mundur tiga empat langkah lagi supaya lebih jauh,

Tetapi Pek Ing Ing sendiri juga tak kalah kagetnya. Melihat Nyo Hwat dekat
dengan dia, diapun terus menyurut beberapa langkah.

Setelah keduanya saling menyurut mundur, baru mereka melihat ke pintu.


Ternyata pada saat itu di ambang pintu gerbang tampak tegak seorang lelaki
setengah tua dengan mengenakan jubah warna biru, seorang pria yang tinggi
besar, sehingga seperti sebuah tiang yang tegak di tengah ambang pintu.
Sikapnya gagah berwibawa.

Orang itu menyalakan korek, sepasang matanya berkilat-kitat memandang


keempat penjuru. Begitu kesompokan dengan pandang mata Nyo Hwat dan Pek

mailto:22111122@yahoo.com 11
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Ing Ing yang tengah memandang kepadanya, orang itupun tertawa dingin.

"Ah, kiranya kalian berdua sudah datang lebih dulu!" serunya.

Nyo Hwat dan Pek Ing Ing cepat mengenali orang itu. Tokoh tinggi besar itu
bukan lain adalah kepala dari Ngo-toa-kiam-pay.

Dalam dunia persitatan, terdapat berbagai persilatan, dengan dasar ilmu


pelajaran yang diutamakan masing2. Ada yang mengutamakan ilmusilat tangan
kosong dengan ilmupukulan dahsyat, baik ilmupukulan dengan tenaga-luar
(gwa-kang) maupun pukulan tenaga-dalam (lwekang). Tetapi ada juga partai
persilatan yang mengutamakan ilmu senjata. Dan ilmu bermain senjata yang
paling disegani adalah ilmu pedang Partai persilatan yang terkenal dengan
pelajaran ilmu pedangnya disebut Kiam-pay. Toa-kiam-pay artinya partai
persilatan ilmupedang yang tergolong besar atau kelas satu Ngo-toa-kiam-pay
artinya, lima perguruan ilmupedang.

Tokoh tinggi besar yang diagungkan sebagai pemimpin perguruan ilmupedang


itu tak lain adalah Thian Go lojin, ketua dari partai Ceng-shia-pay.

Sudah tentu Nyo Hwat kesima. Masakan seorang tokoh besar seperti Thian Go
lojin juga menerima undangan yang misterius itu.

Tidak demikian sambutan Pek Ing Ing. Wanita cantik itu diam2 terkejut setengah
mati.

Thian Go lojin seorang tokoh yang paling membenci kejahatan. Dia berwatak
berangasan dan keras. Thian Go lojin dengan Pek Ing Ing, iba-rat air dengan api.
Yang satu membenci kejahatan, yang satu berlumuran kejahatan. Apalagi Pek
Ing Ing dulu pernah melukai dua orang murid ang-katan ketiga dari partai Ceng-
shia-pay.

Dalam menghadapi penstiwa itu, walaupun partai Ceng-shia-pay memberi


keterangan kepada orang luar bahwa kedua mundnya itu yang salah karena
mudah terpikat oleh paras cantik dan Ceng-shia-paypun tak mau mencari Pek
Ing Ing untuk membuat perhitungan, tetapi sejak itu Ceng-shia-pay tak mau
berhubungan lagi dengan Pek Ing Ing. Dengan begitu jelas kedua belah fihak
masih mendendam permusuhan.

Waktu datang memenuhi undangan, sebenarnya Pek Ing Ing sudah tahu juga
kalau Thian Go lojin juga menerima undangan. Tetapi ia memperhitungkan,
menilik kedudukan Thian Go lojin, sebagai tokoh yang termasyhur, tentulah tak
mau datang.

mailto:22111122@yahoo.com 12
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi ternyata dugaan itu meleset. Apa boleh buat, terpaksa Pek Ing Ing
mengiakan tetapi tanpa disadari diapun menyurut.

Begitu Pek Ing Ing mundur selangkah, Thian Go lojin maju selangkah. Melihat itu
Pek Ing Ing mundur lagi selangkah. Tetapi Thian Go lojin maju selangkah pula.

Begitulah berulang suatu adegan. Yang satu mundur selangkah, yang satu maju
selangkah. Yang seorang mundur, yang seorang maju. Dalam beberapa kejab
keduanya sudah mundur sampai tujuh delapan langkah.

Melihat Thian Go lojin tak mau melepaskannya, diam2 Pek Ing Ing terkejut dan
gelisah. tetapi dia hanya main mundur saja dan tak sempat memperhatikan
keadaan tanah yang diinjaknya. Pada saat dia mundur sampai langkah yang
kedelapan, tiba2 tumitnya membentur sesosok benda yang lunak sehingga dia
hampir terhuyung ja-tuh.

Untunglah kepandaian siluman cantik itu hebat. Cepat ia menggunakan ujung


tumit untuk menyongsongkan tubuhnya melayang ke samping sampai tiga
empat meter jauhuya. Dan waktu masih melayang, dia sempat mencuri
kesempatan untuk melihat benda yang dibenturnya tadi. Ah, ternyata sesosok
tubuh manusia yang menggeletak di lantai.

"Ah, tentulah mayat dari Kera-sakti Lo Pit Hi," pikirnya.

Tiba2 ia terkejut ketika mendengar orang yang disangka mati itu kedengaran
merintih pelahan.

Pek Ing Ing memandang dengan seksama. Saat itu baru dia melihat jelas bahwa
yang menggeletak di lantai bukan Kera-sakti Lo Pit Hi tetapi Im Som, ketua
partai Thian-sim-kau dari gunung Bu-ih-san.

Jelas saat itu Im Som sedang menderita luka sehingga menggeletak tak dapat
berkutik. Dan mayat Lo Pit Hi tadi, entah kemana perginya. Dan si setan pendek
yang mukanya bertutup kain hi-tam itu juga tak tampak lagi.

Pek Ing Ing benar2 tak mengerti mengapa seorang tokoh sehebat Im Som,
dalam waktu yang singkat saja, sudah mendenta luka berat. Tetapi dia tak
sempat memikirkan hal itu lagi. Buru2 ia mengangkat kepala memandang ke
arah Thjan Go lojin.

Tampak Thian Go lojin masih memandang-nya dengan berapi-api. Melihat itu


siluman cantik yang ternasuk durjana perempuan nomor satu da-lam dunia
persilatan, diam2 merasa ngeri juga.

mailto:22111122@yahoo.com 13
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sambil berbatuk-batuk, dia berseru, "Apakah anda juga datang keman?"

Dengan nada dingin Thian Go lojin menja-wab, "Siapa yang menjadi tuan
rumah? Apakah belum unjuk diri?"

"Kami semua telah dipermainkan orang," seru Nyo Hwat.

Thian Go lojin terus melangkah maju dan ayunkan tangan, banggg .... sebuah
pintu kayu yang besar dan kokoh, sempal seketika dan papannya berhamburan
jatuh. Thian Go lojin memungut sebilah papan lalu disulut dengan api. Seketika
lorong serambipun terang.

Pertama-tama, ketua partai Ceng-shia-pay itu memandang ke arah Im Som. Saat


itu Im Som sudah merangkak bangun dan berdiri. Wajahnya pucat seperti
kertas. Tanpa berkata apa2 dia terus melangkah keluar.

Saat itu hujan sudah berkurang. Sejenak ber-henti di halaman, Im Som terus
melanjutkan lang-kah menerobos hujan.

“Im kaucu, apakah engkau memerlukan ban-tuanku?" teriak Pek Ing Ing, sambil
melesat keluar.

Memang cerdik sekali siluman cantik itu. Sebenarnya mana dia begitu baik hati
menawarkan tenaganya? Adalah karena hendak menghindar te-kanan Thian Go
lojin maka ia menggunakan kesempatan itu untuk ngacir.

Karena hujan masih mencurah, Pek Ing Ing menjadi basah kuyup. Tetapi dia
merasa lega juga karena melihat Thian Go Iojin tak mengejarnya. Dia tak lari
terus melainkan melesat ke samping dan bersembunyi di balik segunduk batu
besar.

Dari tempat persembunyiannya itu Pek Ing Ing dapat melihat keadaan dalam
istana itu. Sedangkan orang-orang yang masuk keluar Istana tidak dapat
melihatnya.

Tetapi dia tak dapat terhindar dan curahan hujan sehingga dalam beberapa
kejab saja pakaiannya basah kuyup. Terpaksa dia menyalurkan hawa cin-gi
(murni) untuk menahan dingin.

Setelah Pek Ing Ing pergi, Thian Go lojin beralih pertanyaan kepada ketua Hoa-
san-pay, "Saudara Nyo, sudah berapa lama engkau datang di tempat ini?"

Golok-emas-sakti Nyo Hwat menjawab, "Akulah yang pertama sendiri.

mailto:22111122@yahoo.com 14
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Thian Go lojin menengadah memandang ke atas. Istana itu mempunyai tangga-


lingkar yang menghubungkan ke tingkat dua. Walaupun obor kayu itu masih
menyala terang tetapi sinarnya tak dapat mencapai ke wuwungan yang begitu
tinggi dan gelap.

Beberapa saat kemudian tampak ketua partai Ceng-shia-pay itu kerutkan kening.

"Apakah didalam istana ini terdapat peng-huninya?” tanyanya sesaat kemudian.

"Waktu aku datang, telah kuperiksa dengan teliti tetapi dimana-mana hanya
kawanan kelelawar yang muncul. Tak ada seorang manusiapun juga. Thian Go
lojin, menurut dugaanmu siapakah yang mengirim surat undangan kepada kita
itu?"

Thian Go lojin gelengkan kepala.

"Kurasa," kata Nyo Hwat menjawab pertanyaannya sendiri. "tentu ada orang
yang sengaja hendak mempermainkan kita ...'."

Tiba2 dia hentikan kata-katanya. Seketika dia teringat akan Lui Toa Gui yang
sudah mati. Teringat akan Lo Pit Hi yang menderita luka dan teringat pula akan
Pek Ing Ing yang ngacir pergi tanpa alasan. Terakhir ia teringat akan setan
pendek yang mukanya ditutup kain hitam. Ah, teringat akan hal itu semua, ia
malu sendiri mengucapkan kata2 tadi. Adakah kesemuanya itu hanya suatu olok-
olok saja? Begitukah cara orang berolok-olok?

Jilid 2.
Dara centil.

Saat itu Wi Kun Hiap merasa tenaganya hilang. Dia memang ingin memenuhi
perintah suara lembut tadi tetapi ia tak tahu bagaimana harus bergerak.

Tiba2 pinggangnya terasa kesemutan lagi, Eh, tahu2 darah didalam tubuhnya
terasa melancar longgar. Ia menghembuskan napas untuk melonggarkan
kesesakan dada lalu menggeliat bangun.

Serentak matanya terkesiap. Disebelah muka tampak seorang dara berpakaian


merah. tengah melenggang-lenggok berjalan pergi. Tanpa banyak pikir lagi, Kun
Hiappun segera mengikutinya.

Tak berapa lama mereka masuk kedalam sebuah hutan yang lebat.

Setiba ditengah hutan, dara itu tertawa mengikik dan tiba2 berhenti lalu berputar
tubuh. Kun Hiap terpaksa juga hentikan langkah.

mailto:22111122@yahoo.com 15
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saat itu barulah dia dapat memandang wajah dara itu, Dia terlongong-longoug
seketika. Yang dihadapannya itu ternyata seorang dara remaja. Dara itu tengah
memandangnya lekat2.

"Kalau yang lain aku memang tak kenal, te-tapi masakan paman Lo aku tak
kenal ? Bagaimana engkau sampai menyalahinya ? Dia paling benci pada
manusia yang jahat. Engkau tentu bukan orang baik, bukan ?" serunya.

Mendengar dara itu mengoceh tak karuan jun terungannya, Kun Hiap geram
tetapi geli juga.

Kun Hiap tersipu- sipu. Mukanya terasa pa-nas, "Engkau . . . . engkau siapa ?"
tegurnya.

Dara itu cebirkan bibir, balas bertanya. "Dan engkau siapa?"

"Namaku Wi Kun Hiap."

Dara itu menegadahkan kepala, memandang cakrawala dan berkata, "Karena tak
dapat mene-mukan engkau, Thian-san-sin-kau tentu akan muring-muring."

Kun Hiap terkesiap. .

"Thian-san-sin-kau ?" ulangnya.

"Ya" sahut dara itu, "kalau aku terlambat sedikit saja untuk menarik engkau,
engkau tentu sudah terjirat tali dari Thian-san-sin-kau."

"Aku memang bukan orang baik." katanya, "tetapi mengapa engkau tak
membiarkan aku ditangkap Thian-san-sin-kau ," tiba2 Kun Hiap tak melanjutkan
kata-katanya. Ia teringat kalau dara itu telah salah faham. Dia mengira orang
berkerudung kain hitam itu adalah Thian- san-sin-kau. Padahal bukan. Sekarang
mengapa dia sendiri juga menganggap bahwa orang berkerudung kain hitam itu
Thian-san-sin-kau ? Ah, dia juga limbung namanya.

Dara itu tertawa lagi, serunya. "Engkau berdiri terlongong-longong, rasanya koq
seperti itik tolol. Itulah sebabnya aku lalu ingin berolok-olok dengan engkau. Hm,
tetapi kalau engkau memang seorang manusia jahat, tentu takkan kulepaskan !"

"Nona," buru2 Kun Hiap berkata, "engkau salah faham. Orang yang mukanya
berselubung kain hitam itu bukan Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi."

Dara itu tertawa melengking.

mailto:22111122@yahoo.com 16
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap goyang2 tangannya, "Sudahlah, jangan berolok-olok saja. Kuberitahu,


orang yang mukanya berkerudung kain hitam itu bukan Lo Pit Hi. Lo tayhiap
sudah meninggal dunia."

"Fui," dengus dara itu, "waktu engkau mati, dia masih hidup segar bugar lho!”

Melihat dara itu tak mau menerima keterangannya. Kun Hiap juga pasrah2
penasaran. "Kalau tak percaya, terserah saja. Tetapi dia jelas meninggal
disampingku ..."

Tiba2 Kun Hiap teringat bahwa semua peristiwa aneh yang dialaminya beberapa
hari ini, boleh dibilang karena gara2 Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi.

Waktu mau meninggal dunia, dia tak tahu apa yang hendak diucapkan Lo Pit Hi
saat itu. Hanya ada sebuah pesan yang masih diingatnya yalah supaya dia
mencari seseorang.. Tetapi apa orang itu, lelaki atau perempuan, Lo Pit Hi tak
sempat mengatakan.

Semasa hidupnya, Lo Pit Hi tinggal seorang diri di gunung Thian-san. Tiada


sanak, tiada sahabat. Tetapi tadi dara itu menyebutnya dengan kata 'paman Lo'.
Ah, kemungkinan dara itu tahu tentang keadaan mendiang Lo Pit Hi.

Sejenak teringat akan hal itu, Kun Hiap buru2 bertanya, "Nona, tahukah engkau
siapa yang hendak dicari Thian-san-sin-kau Lo tayhiap itu?"

Dara itu deliki mata, balas bertanya, "Cari siapa ?"

"Begini," Kun Hiap menerangkan, "bersama dengan susiok-ku aku ikut dalam
rombongan pengantar barang ke Yang-ciu . . . ."

"Hi, hi, hi," tiba2 dara itu tertawa mengikik. "Orang semacam engkau, juga
menjadi pengantar Po-piau (barang berharga)? Bisa mati tertawa lho aku ?"

Sudah tentu KunHiap marah diejek begitu rupa.

"Siapa bilang aku tak dapat menjadi pengantar poh-piau ?'' serunya.

Tiba2 dara itu mengisar langkah dan seperti air mengalir, dia berputar
mengelilingi Kun Hiap. Seperti orangyang meneliti barang, dia mengamat-amati
tubuh anakmuda itu dari kaki sampai keatas kepala.

Sudah tentu Kun Hiap risih. Masa seorang. cewek berani meneliti cowok ? Apa-
apaan nih. aku kan bukan patung antik, pikirnya.

mailto:22111122@yahoo.com 17
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Uh, apa yang engkau, lihatin ?" tegurnya geram.

Dara itu berhenti.

"Mau melihat apakah dirimu itu mempunyai wibawa sebagai seorang poh-piau.
Sayang aku tak mendapatkan, walaupun hanya setitik saja," kata si dara.

Kun Hiap seorang anakmuda yang berdarah panas juga. Sebenarnya ia


mempunyai kesan baik terhadap dara itu. Tetapi karena dia diolok-olok begitu
rupa, mau tak mau naiklah darahnya.

"Mengapa aku tak dapat menjadi seorang poh-piau ( pengantar barang) ? Coba
katakan apa kekuranganku ?"

"Eh, engkau masih tak malu menanyakan hal itu ?" seru si dara. ''Seperti tadi,
sekali tersebat kakimu, engkau terus rubuh dan diseret kedalam semak. Kalau
engkau sendiri begitu, apakah barang2 yang engkau antar itu takkan terbang
melayang-layang ?"

Merah padam muka Kun Hiap ditelanjangi boroknya. Dia menggeram keras,
""'Huh, menyerang orang dengan cara menggelap, macam apa itu !"

Dara itu bercekak pinggang dan melantang, "O, kalau begitu, jika secara terang-
terangan aku mau merebut barang2 antaranmu itu, engkau mampu menjaganya
?”

"Tentu !" seru Kun Hiap dengan Lantang.

Dara itu tertawa, "Bagus, sekarang aku hendak menerjangmu, apakah engkau
mampu menahan?

Kun Hiap merabah tangkai pedangnya lalu menyahut, “Silakan turun tangan
lebih dulu."

"Perlu apa aku harus pakai turun tangan lebih dulu," seru si dara. "aku hanya
membentakmu suruh engkau enyah, engkau mau menyerahkan barang2mu atau
tidak ?"

Perut Kun Hiap seperti kaku karena digelitik dengan kata2 dara itu. Omongan
dara itu sukar dirabah. Setengahnya seperti serius, tetapi setengah nya seperti
orang guyon.

Nada kata2 dara itu seperti kanak2 yang merebut barang antaran.-Namun

mailto:22111122@yahoo.com 18
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

karena dirinya dipandang rendah begitu rupa, ingin dia hendak unjuk gigi.

"Tidak, aku tak mau pergi!" serunya diluar kemengkalan, Tetapi pada lain kilas,
diam2 dia merasa gelo. "Ah, mengapa aku harus melayani seorang dara yang
ceriwis ?" pikirnya.

Dara itu masih bercekak pingang, tegak menantang dihadapannya.

"Kalau engkau tak mau enyah, terpaksa harus kugebah?" serunya.

Tring, Kun Hiap cepat mencabut pedang. Ayahnya, Wi Ki Thian. adalah seorang
jago pedang yang ternama. Kaum persilatan menyanjung-nya dengan gelar Kim-
liong-kiam-khek atau pendekar pedang si Naga-emas.

Kun Hiap telah mewarisi ilmupedang ayahnya. Sudah tentu ilmu pedangnya lihay
sekali. Waktu pedang ditarik keluar, pedang itu memancarkan sinar hitam
kemilau. Sayap2 seperti merupakan seekor naga yang mempunyai lima buah
cakar, sedang siap hendak melambung ke angkasa.

Setelah tangan Kun Hiap berhenti, barulah tampak jelas kalau batang pedangnya
itu berwarna hitam mulus, lebih lebar sedikit dari ukuran pedang biasa. Gigirnya
berbentuk seperti seekor naga yang mencengkeram.

JelaS pedang itu bukan pedang sembarangan.

Sejenak memandang pedang itu, melengkinglah mulut si dara, "Idih. pedang sih
bagus, boleh dibuat tumbal penolak setan . . . ."

Dara itu tertawa mengikik, serunya pula, "Lebih baik engkau ganti pekerjaan
saja. Jangan jadi pengawal antaran barang tetapi jadilah imam hidung kerbau
tukang mengusir setan!"

Dada Kun Hiap benar2 hampir meledak, "Nona, hati-hatilah, pedang itu tak
bermata!"

Kata2 itu merupakan istilah dalam persilatan yang memperingatkan lawan,


bahwa dalam pertempuran pedang, sering terjadi hal2 yang diluar kehendak
orang. Orang tak mau melukai tetapi kadang2 karena cepatnya gerakan pedang,
dapat juga kecelakaan itu terjadi. Jelasnya, lawan supaya ber-hati-hati menjaga
diri.

Tetapi begitu mendengar kata2 Kun Hiap, dara itu malah melengking lagi, "Ih,
apakah di dunia terdapat pedang yang mempunyai mata? Coba katakan, senjata
apa saja yang bermata itu ?"

mailto:22111122@yahoo.com 19
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saking marahnya, Kun Hiap sampai terhentak tak dapat berkata apa2. Pedang
dijulurkan lurus ke muka. Gerakannya pelahan sekali dengan gerak itu, dia tak
mau bertindak secara ganas.

Tetapi diluar dugaan, dara itu malah makin tertawa terkial-kial.

"Ayo, menilik caramu menggerakkan pedang, jadi tukang usir setan, pun tak
lulus. Paling cocok jadi tukang sulam saja. . ."

Mendengar ejekan dirinya dianggap lebih sesuai menjadi seorang anak


perempuan yang pandai menyulam, Kun Hian tak dapat menahan kesaba-rannya
lagi.

Setelah menghimpun tenaga, ia ajukan sebelah kaki ke depan sembari


mengendapkan tubuh dan cret... dengan gerak yang teramat cepat sekali, dia
terus menusuk pinggang dara centil itu.

Jurus itu disebut Liong-tin-hun-sik atau Naga-menerobos-kedalam-awan.


Merupakan jurus pembukaan dari ilmupedang keluarga Wi. Jurus itu
mengandung banyak sekali gerak2 perobahan yang sukar diduga. Melihat
bagaimana reaksi lawan, barulah akan menyusuli dengan serangan lebih lanjut.
Benar2 sebuah jurus yang indah bukan buatan.

Tetapi dara itu tetap santai2 saja menghada-pi serangan pedang. Sedikitpun ia
tak membuat gerakan. Celaka! Saat itu ujang pedang sudah menyentuh pakaian
si dara yang berwarna merah. Dan dara itu tetap tegak seperti patung saja.

Uh . . . . dengus Kun Hiap tersentak rasa kejut dan cepat menghentikan


pedangnya. Ia tahu bahwa jurus ilmupedang yang dimainkan itu, hebat sekali.
Tak peduli lawan hendak menghindar kemana saja, ke kanan, ke kiri, ke bawah
bahkan loncat ke atas, tetap akan dibayangi pe-dangnya.

Tetapi karena si dara diam saja, Kun Hiap pun kehilangan faham, hendak
dikemanakan pedangnya itu. Sebenarnya dia memang tak sampai hati untuk
melanjutkan tusukannya kepada tubuh si dara.

Sesaat Kun Hiap terlongong, dara itupun tertawa mengikik, "Ih, katanya mau
menyerang, me-ngapa engkau menjublek seperti patung ?"

"Mengapa engkau tak menghindar?" tegur Kun Hiap.

'"Lucu," teriak si dara, "kalau orang bertempur, lawan mau bertindak bagaimana,
itu kan bebas. mengapa harus diperintahkan untuk menghindar ? Apakah aku

mailto:22111122@yahoo.com 20
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

harus menurut perintahmu ?"

Kun Hiap benar2 tak dapat menjawab. Ucap-an dara itu memang liar sekali
tetapi kalau ditimbang-timbang, memang benar juga.

Kun Hiap mendengus, serunya, "Hm, kalau tak mau menghindar, sekali kutusuk,
engkau tentu mati!"

'Tusuk saja," seru sidara, '"kalau engkau mampu menusuk aku sampai mati,
barulah kukatakan engkau memang cakap menjadi seorang pe-ngantar barang!"

Sebenarnya Kun Hiap tak tega untuk melukai dara itu. tetapi karena dia
dipojokkan begitu rupa oleh ucapan sidara, diapun mengertak geraham. Sejenak
menimang, ia memutuskan untuk melukai saja tetapi jangan sampai
membahayakan jiwanya.

Setelah mengambil keputnsan, segera dia ajukan lagi pedangnya yang berhenti
setengah jalan tadi.

Baru dia bergerak tiba2 dara itu melengking, "Ayo, apa engkau sungguh2 mau
menusuk aku ?"

Tubuh dara itu gemetar dan wajahnya pucat.

Kun Hiap terkejut. Cepat ia menarik tangannya, "Engkau . . . engkau bagaimana


?"

Sambil mendekap pinggang kanannya, dara itu terhuyung-huyung ke belakang


sampai tiga langkah. Bluk . . . . ia jatuh terduduk di tanah.

Saat itu wajahnya pucat seperti kertas dan sepasang matanyapun meram2
melek. Dengan napas terengah-engah ia berkata, "Aku tak mempunyai dendam
permusuhan dengan engkau . . . mengapa .... engkau menusuk aku sungguh-
sungguh .. . . ."

Kun Hiap bergegas lari menghampiri, terus berjongkok disampingnya.

"Nona,"' katanya terbata-bata penuh sesal, "sebenarnya aku tak bermaksud


melukaimu, teta-pi engkau memojokkan aku begitu rupa. Terpaksa . . . aku . . .
hendak melukaimu sedikit .... lalu bagaimana keadaanmu sekarang?"

Tampak napas dara itu makin lama makin memburu keras dan akhimya berseru,
"'Aya . . . aku .... aku tak kuat lagi . . . aku mati ditanganmu. Siapakah namamu
? Jangan sampai mati, aku tak tahu nama orang yang membunuhku ...."

mailto:22111122@yahoo.com 21
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Aku bernama Wi Kun Hiap," cepat Kun Hiap berkata, "sudah kukatakan
kepadamu .... ah, nona, rasanya tak mungkin engkau meninggal. Tusukan
pedangku tadi tak berapa keras, jangan takut, aku akan berusaha ...."

Belum selesai dia bicara, tiba2 tubuh dara itu menggigil keras sehingga
kerongkongannya sampai bergemerutuk. Ia meregang, kedua matanya membalik
dan pada lain saat terus tak berkutik.

Bukan kepalang sedih Kun Hiap. Dia benar2 tak menyangka bahwa tindakannya
yang tak disengaja untuk membunuh dara itu ternyata benar2 telah meminta
korban jiwa dari seorang dara yang tak dikenal dan tak mempunyai dendam
permusuhan kepadanya.

Ah, benar2 dia merasa berdosa. Bahkan siapakah nama dara cantik yang
menjadi korban pedangnya itu, ia belum sempat tahu sama sekali.

Keringat dingin sebesar kedele berketes-ketes' mencucur dari dahi Kun Hiap
yang saat itu masih berjongkok disisi si dara.

Entah berapa lama dia berada disamping si dara, atau saat itu dia ingin
berbangkit berdiri.

Empat penjuru keliling, sunyi senyap. Tiba2 timbul pikirannya untuk melarikan
diri saja. Bukankah tak ada orang yang melihat peristiwa itu? Apabila dia sudah
pergi, walaupun nanti ada orang yang menemukan jenasah dara itu, juga tak
tahu siapa yang telah membunuhnya.

Tetapi pada lain kilas, tersentuhlah pikiran Kun Hiap. Dia memang dapat
melarikan diri dan lepas dari dugaan orang. Tetapi orang persilatan itu lihay.
Siapa tahu kalau orangtua, saudara entah keluarga dara itu akan menyelidiki
peristiwa kematian itu dan akhirnya kelak akan mencarinya untuk menuntut
balas.

Dan lepas dari persoalan melarikan diri atau takut akan dicari keluarga si dara,
ada pula lain perasaan yang mencengkam hati Kun Hiap. Dia memang bersedih
sekali. Ingin menangis rasanya saat itu untuk menebus dosanya.

Pelahan lahan dia mulai bangkit. Karena sudah lama berjongkok, kedua kakinya
seperti kesemutan. Dengan bantuan ujung pedang ditekan-kan ke tanah, barulah
dia dapat mengangkat tubuhnya berdiri.

Tepat pada saat itu matanya terbentur pada sebuah pemandangan. Ujung
pedangnya masih hitam berkilau-kilauan. Tak ada noda darah sama sekali.

mailto:22111122@yahoo.com 22
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap tercengang seketika. Buru2 dia memandang kearah sidara yang masih
rebah di tanah lagi. Dan astaga, ternyata saat itu si dara sedang membuka
sepasang matanya lebar2. Begitu melihat Kun Hiap memandangnya, cepat2 dara
itu pejamkan mata lagi.

Lagi2 Kun Hiap harus terkesiap, Tetapi pada lain kilas, dia segera tahu apa yang
terjadi se-benarnya. Dia sekarang tahu bahwa tusukan pedangnya tadi sama
sekali tidak menembus kulit dara itu. Tak tahu dia dengan cara apa dara itu
dapat menghindari tusukan pedangnya tadi.

Jelas, ya, sudah jelas sekarang. Dara itu tidak-kena tusukan pedang dan tidak
menderita luka apa2. Tetapi mengapa dara itu sengaja pura2 mati.

Dara itu memang pintar sekali. Caranya dia pura2 mati begitu rupa sehingga
seperti orang ma-ti sesungguhnya. Dan karena dikelabuhi, Kun Hiap sampai
seperti mewek-mewek karena merasa menyesal dan sedih.

Sesaat merenungkan hal itu, seketika meluaplah kemarahan Kun Hiap. Dia
merasa dipermain-kan dara itu.

"Apa-apaan engkau masih pura2 mati!" bentaknya dengan keras.

Ha, ha, hi, hi, hi...,” dara itu tertawa mengikik dan terus melenting berdiri lalu
bertepuk tangan.

"Bagus, menggembirakan sekali," serunya, , "engkau menganggap engkau


seharusnya menusuk aku sungguh2, bukan ?"

Kun Hiap tahu, kalau dia meladeni bicara, tentu akan menderita olok2 yang
menyakitkan ha-ti, Tiba2 dia ayunkan pedang, menabas dari samping. Jurus itu
amat bengis, tak kenal ampun.

"Aduh ....." mulut melengking, tubuh da-ra itupun melangkah ke belakang.


Melihat gerakannya melayang, benar2 selembut seperti daun gugur dari dahan.

Tadi jelas dara itu hanya berpura-pura mati. Dia dapat berpura-pura begitu rupa
sehingga benar2 tak ubah seperti orang mati. Sekarang ia melihat gerakan tubuh
dara itu sedemikian indah dan lihay.

Mau tak mau Kun Hiap harus mengakui bahwa kepandaiau dara itu memang
lebih tinggi dari dirinya. Apabila dia tetap terlibat, tentulah dia nanti akan
menderita lebih hebat karena di permainkan dara itu.

mailto:22111122@yahoo.com 23
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Selekas dara itu melayang ke belakang, Kun Hiappun segera loncat ke belakang
dan terus lari.

“Hai, mengapa engkau lari ?" teriak si dara, "kalau engkau lari, tentu engkau tak
layak menjadi seorang poh-piau !"

Mendengar itu hati Kun Hiap seperti digelitik. Dia hentikan langkah.

"Apa kehendakmu ?" bentaknya dengan marah.

Kembali wajah dara itu menampilkan rasa sedih dan rawan, katanya, "Engkau
telah bertindak bengis, mencabut pedang lalu menusuk dan menabas. Sekarang
malah bertanya, apa kemauanku. Engkau ini benar2 limbung sekali!"

Kun Hiap kehilangan faham. Apa boleh buat, terpaksa dia menyimpan
pedangnya dan memberi hormat. "Nona memiliki ilmusilat tinggi dan mulut
lincah. Aku mengaku kalah."

Dalam berkata itu dalam hati diam2 Kun Hiap mengeluh. Dia lebih suka bertemu
dengan lawan lelaki yang ganas dan kejam daripada se-orang dara cantik yang
begitu centil.

Si dara kembali tertawa. "Engkau mau mengaku kalah?" serunya.

"Ya, soal itu tak jadi apalah," sahut Kun Hiap, sejenak si dara kerutkan dahi lalu
berseru.

"Belum selesai."

Hampir saja Kun Hiap melonjak kaget men-dengar kata2 si dara.

"Belum selesai? Lalu engkau mau apa?" serunya.

"Ih, apa engkau lupa ?" seru si dara, "bukankah tadi engkau mengatakan
tentang perkenalanmu dengan paman Lo. Ceritamu tadi baru sampai pada
keterangan bahwa engkau menjadi seorang pengawal barang antaran, lalu putus
dan belum selesai."

"Ya, benar," sahut Kun Hiap dengan enggan. Memang tadi sebenarnya dia
hendak menuturkan dengan jelas tentang perkenalannya dengan Thian-san-sin-
kau Lo Pit Hi. Maksudnya, apabila dara itu memang kenal dengan Lo Pit Hi,
mungkin dia akan mendapat keterangan yang lebih lengkap tentang tokoh Lo Pit
Hi itu.

mailto:22111122@yahoo.com 24
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi setelah dipermainkan begitu rupa oleh sidara, lenyaplah keinginan Kun
Hiap untuk bicara lebih lama dengan dara itu. Makin lekas dia menghindari dara
itu, makin baik.

Pengalaman beberapa saat yang lalu mengatakan kepadanya, Bahwa kalau


berada dengan dara itu, lama-lama tentu akan digojlok dengan olok-olok yang
memerahkan telinga. Bahkan bukan mustahil, dara itu akan mempermainkan
sehingga dia akan mengeluarkan keringat dingin.

Setelah menimang-nimang. akhirnya Kun Hiap memutuskan untuk menceritakan


hal itu secara ringkas saja.

"Dalam mengikuti rombongan susiokku, tak berapa lama setelah tiba di daerah
ini, aku lalu bertemu dengan Lo tayhiap. Dia menatap aku dan tak henti-hentinya
berkata 'aneh, aneh . . . .'"

"Apanya yang aneh itu ?" tukas si dara. Kun Hiap deliki mata, "Bagaimana aku
tahu? Itu dia yang berkata..."

'"Ih, siapa yang hendak mengajak engkau bertengkar ? Mengapa kasar sekali
nada bicaramu?" tegur si dara.

Dengan menahan dada yang sesak, Kun Hiap terpaksa melanjutkan. "Setelah
berkata begitu, dia lantas suruh aku ikut. Dia mengatakan kalau dia mempunyai
suatu urusan penting yang akan dirundingkan dengan aku . . .”

"Dia mempunyai urusan penting yang akan dirundingkan dengan engkau tetapi
mengapa tak mau berkata terus saja kepadamu dan hanya suruh engkau
mengikutinya ?" kembali dara itu menukas.

"Aku ......" Kun Hiap memekik sekeras-kerasnya tetapi pada lain saat ia
menghela napas dan beralih kata dalam suara yang pelahan, "aku tak tahu."

"Apakah engkau mengikutinya?" tanya si dara.

"Ya, aku mengikutinya," jawab Kun Hiap,"Waktu tiba di dekat sebuah istana
kuno, dia suruh aku supaya menunggu dalam sebuah hutan kecil. Lalu dia pergi.
Tak sampai setengah jam kemudian, dia sudah kembali. Tetapi dengan
membawa luka parah. Waktu itu malam hari dan hujan deras. Tanpa memberi
kesempatan kepadaku untuk bi'cara, dia terus suruh aku membawanya kedalam
istana kuno itu. Tiba di pintu istana, dia sendiri terus masuk tetapi baru beberapa
langkah ketika sampai disebuah lorong, dia roboh dan meninggal..."

Aneh, dara itu setitikpun tidak terkejut mendengar cerita Kun Hiap.

mailto:22111122@yahoo.com 25
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Eh, tak mungkin dia bisa mati," katanya.

"Benar," sahut Kun Hiap, "dia memang tidak mati melainkan pura2 mati."

Dara itu tertawa mengikik. Dia teringat akan sandiwara yang diperankannya
sebagai orang mati tadi.

Kun Hiap deliki mata," Didalam istana kuno itu terdapat beberapa orang lain.
Mereka bertempur dalam kegelapan. Mungkin karena takut terlibat dalam
pertempuran maka Lo tay-hiap lalu pura-pura mati."

"Bagaimana engkau tahu ?" tiba2 dara itu bertanya.

Kun Hiap menghela napas, katanya, "Nona, janganlah setiap kali engkau selalu
hendak menentang aku saja, maukah?"

"Fui!" desis si dara. "engkau melihat setan ditengah hari barangkali. Siapa yang
menentang engkau. Apakah engkau menghendaki supaya eng-kau boleh
mengoceh sesukamu sendiri, lain orang tak berhak bertanya ?"'

Kembali Kun Hiap mati kutu tak dapat bĕrkutik. Setelah tertegun beberapa
jenak, dia berkata lagi, "Dia suruh aku membawanya ke sebuah kamar di loteng
atas. Setelah itu baru dia menceritakan apa sebab dia suruh aku mengikutinya.
Tak lain dia minta kepadaku supaya mencari seseorang."

Sekonyong-konyong dara itu membungkukkan tubuh memberi hormat kepada


Kun Hiap se-hingga pemuda itu terbeliak keheran-heranan.

"Apa-apaan ini?" serunya.

Si dara tertawa, "Hamba akan mohon bertanya, apakah Wi siauhiap sudi


menjawab ?"

Diolok-olok dengan cara begitu, kembali Kun Hiap tak dapat omong apa2 lagi.

'"Paman Lo suruh engkau mencari siapa ?" tanya dara itu.

Setelah menghembus napas sejenak, baru Kun Hiap berkata, "Dia belum sempat
mengatakan kepadaku, Kali ini dia benar2 mati."

"Tak mungkin dia mati!" seru si dara.

"Dia sudah mati !"

mailto:22111122@yahoo.com 26
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Dia tak mungkin mati !" bentak si dara.

"Dia matiiiii!" karena tak tahan lagi. Kun Hiap berteriak sekeras-kerasnya," sekali
lagi kukatakan, dia sudah mati!"

"Hm," dengus si dara, "sekalipun engkau menjerit lebih keras lagi tetapi percuma
saja. Aku akan tetap mengatakan bahwa dia tak mungkin bisa mati."

Kun Hiap marah benar2, serunya, "Mayatnya masih berada dalam istana kuno
itu. Kalau mau lihat mari kuantarkan kesana."

"Baik," jawab si dara, tetapi bagaimana ka-lau keteranganmu itu hanya ocehan
kosong ?"

"Ini urusan yang penting sekali, bagaimana aku masih dapat berbohong ?" kata
Kun Hiap.

"Baik, mari kita kesana."

Selekas mendengar kata2 si dara, sesaat Kun Hiap menyesal. Ah, mengapa dia
harus ngotot de-ngan dara itu ? Bukankah lebih baik kalau ia mengiakan saja
bahwa Lo Pit Hi tidak mati ? Dengan begitu bukankah dia terus dapat
menghindari dara itu.

"Celaka," pikirinya, "karena sekarang sudah mengikat janji, berarti aku tak dapat
pergi dari sini."

Dalam menimang itu, diam2 Kun Hiap sempat melirik si dara. Wajahnya putih
semu jambon, sepasang bola matanya berkilau-kilauan laksana air telaga.
Memang seorang dara yang cantik sekali.

Tiba2 timbul suatu pikiran dalam hatinya. Kalau dara itu bermulut lemah lembut,
tentulah ia senang mempunyai kawan hidup seperti dia.

Dara itu juga memandang Kun Hiap dan tersenyum simpul.

"Hayo, sekarang kita ke sana," kata Kun Hiap.

"Baik, sahut si dara," jalanlah dulu aku mengikutimu."

Sekali mengempos semangat, Kun Hiap terus ayunkan tubuh dan melayang
sampai dua tiga tombak. Begitu tiba di tanah dia terus melayang lagi ke muka.
Dengan cara begitu, ia memang sengaja hendak mengunjuk kepandaian kepada

mailto:22111122@yahoo.com 27
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dara itu.

Ilmusilat dari keluarganya memang hebat dan Kun Hiap memang mempunyai
dasar2 latihan yang kuat. Dia mau unjuk gigi, memamerkan ilmu gin-kangnya
kepada dara itu.

Beberapa saat kemudian ia hentikan gerakannya dan berpaling. Ternyata dara


tadi tak kelihatan dibelakangnya. Diam2 dia gembira. "Hm, kali ini tahu rasa
kalau ketinggalan jauh dibelakang," pikirnya.

Dia sengaja hendak mengusap kĕringat pada dahinya tetapi tiba2 serangkum
hawa wangi menghembus diri belakang dan sebuah tangan yang putih mulus
menjulurkan sehelai saputangan wangi kepadanya, "Untuk penghapus
keringatmu , . . ."

Bukan kepalang kejut Kun Hiap sehingga dia terlongong-longong kehilangan


faham.

Buru2 dia berputar tubuh dan terus lari lagi. Tetapi suara dara itu masih tetap
berkumandang dibelakangnya, "Kalau cape lari, lebih baik beristirahat dulu."

Kun Hiap hendak mendengus tetapi tak keluar suaranya karena


kerongkongannya seperti tersumbat kemarahan. Dia lanjutkan lari dan tak
berapa lama dia sudah melihat bayang-bayang istana kuno dibawah kaki gunung
itu.

Selekas tiba di muka istana, dia terus menuding, "Disinilah tĕmpatnya !"

Ternyata dara itupun sudah berada dibelakangnya. Kalau Kun Hiap terengah-
engah napasnya, dara itu tetap biasa saja, seperti orang yang berjalan dua tiga
langkah belaka.

Si dara menyelinap maju dan leletkan lidah, "Ih, istana tua itu seram sekali,
mungkin ada setannya !"

"O, engkau takut setan? Ah, seharusnya setan yang takut kepadamu," seru Kun
Hiap.

Si dara tidak marah tetapi malah mengikik. "Tepat sekali kata-katamu itu.
Misalnya seperti saat ini, ada seorang setan kecil yang ketakutan setengah mati
kepadaku."

Ka.rena sejak tadi selalu diguling-gulingkan oleh mulut si dara yang tajam,
sebenarnya kali ini Kun Hiap hendak balas mengoloknya; Tetapi siapa tahu,

mailto:22111122@yahoo.com 28
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dengan cepat dan tangkas sekali si dara sudah dapat mengembalikan 'serangan'
mulut Kun Hiap. Saking marahnya, mata Kun Hiap sampai melotot keluar.

"Cepat masuk !" teriaknya. Si dara mĕndorong pintu. Terdengar bunyi berderak-
derak ketika pintu besi itu merentang.

Si dara dan Kun Hiap terus melangkah masuk. Baru berapa langkah, krak, krak .
. pintu itu sudah menutup sendiri lagi.

Kun Hiap dan si dara cepat berbalik diri. Ternyata pada pintu besi itu telah
muncul seorang wanita baju putih yang rambutnya terurai lepas.

Di tempat yang begitu gelap dan tahu2 muncul seorang wanita yang menyerupai
hantu. mau tak mau Kun Hiap berdebar keras. Untung saat itu segera ia
mengenali siapa wanita itu, yalah Siluman-cantik dari Thaysan, Pek Ing Ing.

Tetapi Kun Hiap tak mau lekas2 menyapa. Dia hendak membalas si dara itu agar
kali ini si dara menjadi ketakutan.

Ketika ia berpaling, diluar dugaan didapatinya wajah dara itu tenang sekali, tidak
kaget melainkan mengunjuk keheranan.

"Ih. bibi Pek. mengapa engkau berada disini ?" seru dara itu.

Pek Ing Ing yang bersembunyi dalam istana tua itu, waktu tahu ada orang
masuk, dia terus hendak melakukan siasatnya untuk meruntuhkan nyali orang.

Dia merentang kedua tangan hendak menebarkan pakaiannya dan terus


menerjang. Tetapi baru ia hendak bergerak tiba2 si dara sudah menyapanya.

Pek Ing Ing terus melesat selangkah ke muka. Sejenak menatap dengan tajam,
ia kembali menyurut mundur lagi. Wajahnya tampak berobah.

Hampir Kun Hiap tak dapat mempercayai matanya. Siluman-cantik dari Thay-
san, Pek Ing Ing, yang begitu sakti kepandaiannya. salah seorang tokoh hitam
yang terkemuka, selama beberapa puluh tahun telah malang melintang seorang
diri di dunia persilatan. Selama itu tak ada seorangpun yang berani
menentangnya. Tetapi mengapa seka-rang, dia takut terhadap seorang dara saja
? Apa-kah pek Ing Ing juga takut akan mulut sidara yang tajam itu ?

Terdengar Pek Ing Ing tertawa hambar.

'"Sam-kouu-nio, sudah lama kita tak berjumpa. Ah, engkau sudah begini besar.
Hampir saja aku tak mengenalimu . . . ."

mailto:22111122@yahoo.com 29
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Bibi Pek," seru si dara tertawa, "kalau engkau benar2 tak mengenali aku, lalu
apa saja yang akan engkau lakukan kepadaku ?”

Pertanyaan si dara itu membuat Pek Ing Ing tertawa meringis.

“Ah, harap sam kouniojangan menertawakan aku. Aku . . . aku . . . hendak pamit
pergi."

"Maaf, tak dapat mengantarkan, bibi Pek," sahut si dara.

Baru mundur selangkah, Pek Ing Ing hentikan langkah dan mengerut dahi lalu
berseru, “Sam-kounio, apakah engkau yang berolok-olok kepada kami itu ?"

<< halaman terobek separuh >>

"Berolok-olok apa?” tanya si dara dengan heran

"Mengundang kami ke gedung istana ini.”

Sidara gelengkan kepala, “Darimanakan datangnya persoalan ini?”

"Ah, ya kalau begitu ya biar ku pergi saja,” Pek Ing Ing terus berjalan keluar.

"Bibi Pek Ing Ing....” si dara berseru

Anehnya... orang sebagai... segan dan ... itu masuk ... surat dari dalam...

"Sam-kounio ... ini engkau ...,” katanya.

Rupanya ... dekati si dara ... undangan itu .... menyambuti, ... membacanya.
Tiba2 ...

"Wah, ...”

"Ah, ... Sam-kounio,” sahut Pek Ing Ing ... menderita luka berat .... semua.”

“Sekonyong-konyong... hai, apa ...” serunya, seraya ...

... dar melesat ke-... terus ditutup ...

... ang-pau (long ...) ... pintu. Dia ... menariknya separoh dari pada .... jendela
pintu. ... diri.

mailto:22111122@yahoo.com 30
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

... maaf, tak dapat ...

... saat itu be...

...serunya se...

apan dalam ... Pek Ing Ing .. tangan si dara.

... coba engkau ...

... Kun Hiap tertawa ...

.. menghampiri. Wajah...

"Coba engkau bilang aku ini mirip siapa ?" seru dara itu.

Kun Hiap melongo tak dapat berkata apa2. Baru setengah hari yang lalu dia
berkenalan dengan dara itu namun dia sudah berulang kali tertegun dan tak
dapat bicara. Siapakah sesungguhnya dara itu ? Sudah berulang kali ia bertanya
pada dirinya sendiri, tetapi tetap tak dapat memberi jawaban.

Satu-satunya jejak si dara yang diketahuinya yalah dara itu menempati urutan
yang ketiga. Hal itu terbukti ketika Pek Ing Ing memanggilnya dengan sebutan
'sam-kounio' atau nona yang ketiga. Selain itu, dia tak menemukan lain2 ciri dari
gadis itu.

Melihat Kun Hiap seperti patung, si dara tertawa mengikik, "Itik lonjong, dimana
mayat paman Lo ?"

"Diatas loteng," sahut Kun Hiap.

"Bawa aku kesana lekas, mengapa berhenti, memangnya disini !"

Tanpa menjawab, Kun Hiap terus menuju ke loteng. Dia merasa, berada
bersama dara itu, dia benar2 kalah suara.

Dengan berjalan beriring. keduanya tiba di muka ruang dimana Lo Pit Hi


memberi pesan kepada Kun Hiap.. Pemuda itu mendorong pintu.

Diam2 dia kuatir kalau mayat Lo Pit Hi lenyap benar2. Kalau sampai terjadi
begitu, bagaimana nanti ia menghadapi ejekan dara itu ?

Karena selama beberapa hari ini dia mengalami banyak sekali peristiwa2 yang
ganjil maka ia telah membekali hatinya dengan suatu pegangan. Apabila nanti

mailto:22111122@yahoo.com 31
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mayat Lo Pit Hi tak ada dalam ruang itu, dia harus tak boleh terkejut.

Untunglah, ternyata, mayat Lo Pit Hi masih didalam ruangan itu. Kun Hiap
dengan lantang terus berseru, "Lihatlah, apakah itu bukan mayat Lo tayhiap?
Apa engkau masih mau membantah lagi ?"

Setelah melangkah masuk dan memandang kearah yang ditunjuk Kun Hiap,
tampaknya dara itu juga terlongong. Karena apa yang dilibatnya, mayat yang
menggeletak di ruang itu memang be-nar Lo Pit Hi.

Letak mayat Lo Pit Hi itu masih dalam posisi seperti ketika Kun Hiap
meninggalkan ruang itu. Lo Pit Hi menjulurkan jari telunjuk menuding pada
sebuah sudut ruang.

"Hm." tiba2 dara itu kedengaran mendesuh, "wajah orang bisa saja mirip, begitu
juga benda banyak yang sama satu dengan lain. Setan yang mati itu sepintas
memang menyerupai paman Lo tetapi siapa yang dapat memastikan kalau
benar2 dia ?

Mendengar dara itu masih berkeras kepala menyangkal kenyataan itu, Kun Hiap
kheki sekali. Dia tertawa dingin, geli juga.

"Kalau bukan Lo Pit Hi, lalu siapa?"' serunya.

Dengan sikap acuh tak acuh dara itu menyekapkan kedua tangannya ke dada
dan sambil bergoyang tubuh, berseru, "Siapa yang tahu . . . ."

Baru dia berkata begitu tiba2 matanya terbentur pada lukisan yang tertempel
pada tembok.

"Ih, apa itu?" serunya.

Sudah beberapa waktu ia mencari kesempatan untuk balas mengolok-olok si


dara. Mendengar pertanyaan itu, Kun Hiap merasa bahwa saat itulah
kesempatan yang baik untuknya balas mengolok-olok.

Tidak menjawab pertanyaan si dara yang terakhir, dia masih melanjutkan


persoalan tentang diri Lo Pit Hi, serunya, "Tadi engkau mengatakan kalau Lo
tayhiap tak mungkin bisa mati. Tetapi bukankah dia memang yang menggeletak
tak bernyawa itu ?"

Tetapi dara itu tak menghiraukan. Dia terus menghampiri ke muka lukisan dan
tertawa gelak2, "O, kiranya lukisan dirimu."

mailto:22111122@yahoo.com 32
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Bukan aku!" teriak Kun Hiap.

Si dara gelengkan kepala, "Kalau bukan engkau lalu siapa ? Aneh, aneh. Hai, ada
tulisannya berbunyi, Poa Su Cay dari Oupak, mempersembahkan lukisan ini
kepada In Tiong He ! Ho, Poa Su Cay itu ahli tulis yang nomor satu di dunia. Tak
heran kalau lukisannya begitu bagus seperti hidup sungguh. Ih, salah. ... "

Tiba2 dara itu berpaling memandang Kun Hiap lekat2. Sebenarnya Kun Hiap
sendiri juga heran pada lukisan yang menempel dinding tembok itu. Tetapi
dikarenakan selama dua hari ini dia ba-gaikan layang-layang yang putus tali alias
tak ta-hu apa yang akan terjadi, dia sampai tak sempat untuk meneliti sampai
dimana kemiripan wajah pada lukisan itu dengan wajahnya sendiri.

Mendengar si dara menyebut nama Poa Su Cay barulah Kun Hiap tahu kalau
lukisan itu di-buat oleh tokoh she Poa yang termasyhur.

Poa Su Cay sebenamya seorang pendekar besar dalam dunia persilatan. Tetapi
diapun juga seorang pelukis yang ternama. Bun-bun-cwan-cay atau tokoh serba
bisa baik dalam ilmu silat mau-pun sastera. Namanya terkenal sekali.

Diam2 Kun Hiap mengambil keputusan. Apabila ada kesempatan dia hendak
mencari tokoh Poa Su Cay itu untuk meminta keterangan, siapakah gerangan
orang yang wajahnya mirip dengan diri-nya itu.

Beberapa saat kemudian terdengar si dara berkata pula, 'Tokoh yang dilukis itu
jelas bukan engkau. Poa Su Cay sudah mengundurkan diri pada 27 tahun yang
lalu. Tak mungkin dia akan meminta engkau untuk dilukis."

"Kan sejak tadi aku sudah bilang kalau bukan aku,” sungut Kun Hiap.

Si dara mengikik, "Kalan engkau melihat lukisan itu, seperti halnya kalau engkau
berhadapan dengan kaca, bukan ? Nah, dengan begitu mayat itu belum tentu
kalau paman Lo Pit Hi."

Sebelumnya, Kun Hiap merasa kali ini akan menang angin tetapi siapa tahu
dalam beberapa percakapan saja. kembali dia sudah kalah suara. Dia makin
mangkel.

"Kalau engkau mengatakan yang mati itu bukan Lo tayhiap, ya sudahlah. Anggap
saja begitu. Maaf aku hendak pergi...." ia memberi salam dan terus mundur.

Dara itu hanya tersenyum simpul memandangnya dan tak mencegahnya.

Brukkkk, setelah keluar dari pintu, Kun Hiap terus mengabrukkan pintu lagi dan

mailto:22111122@yahoo.com 33
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

terus melesat keluar. Tiba2 dia mendengar si dara menangis dalam ruang tadi.

Kun Hiap tertegun. Sesaat kemudian timbullah keinginamiya untuk mengetahui


apa yang terjadi pada dara itu. Dengan langkah berjungkat-jungkat supaya tidak
menerbitkan suara. dia kembali ke muka pintu.

Sudah berpuluh-puluh tahun istana kuno itu tak pernah diperbaiki. Pintunya
banyak lubang2 retak. Dari retak2 itu dia mengintip kedalam. Dilihatnya dara itu
tengah berlutut disamping mayat Lo Pit. Hi. Mukanya basah dengan cucuran
airmata. Ia tengah merabah-rabah baju Lo Pit Hi seperti sedang mencari
sesuatu.

Benar juga. Tak berapa lama, dara itu telah menemukan sebuah benda dari baju
Lo Pit Hi.

Melihat itu, heranlah Kun Hiap. Tetapi dia tak dapat melihat benda apa yang
diperoleh si da Ta. Hanya samar2, ia melihat benda itu sebesar kepalan tangan,
berwarna hitam mengkilap.

Setelah mendapat benda itu, sidarapun ber-henti menangis, Dia membolak-


balikkan benda itu dan menelitinya. Saat itu barulah Kun Hiap dapat melihat jelas
bahwa benda itu terayata sebuah benda berbentuk seekor kuda kecil, terbuat
dari besi. Indah sekali kuda itu.

Sejenak memain-mainkan benda itu, walaupun mukanya masih basah dengan


airmata tetapi dara itu tampak berseri gembira. Dia memasukkan kuda hitam itu
kedalam baju lalu pelahan-lahan berbangkit.

Melihat itu Kun Hiap terus hĕndak melesat pergi. Tetapi saat itu sidara hanya
menghampiri kemuka lukisan. Sejenak menandang baru berpaling dan berseru
dengan tertawa, "Ih, perlu apa engkau main mengintip di luar?"

Bukan main kejut Kun Hiap, ia tak menyangka kalau dirinya telah diketahui si
dara. Wut, dia cepat enjot tubuhnya melayang mundur.

Dia terkejut dan tergopoh-gopoh loncat dengan sepenuh tenaga maka begitu
kaki menginjak papan loteng yang kayunya sudah lapuk, pantai papan itu
amblong, kaki terperosok dan tubuh pun ikut merosot ke bawah, brak.

Kun Hiap gelagapan. Cepat ia mengempos semangat, bluk.. begitu terbanting ke


tanah dia dapat melenting bangun lagi.

Pada saat dia berdiri tegak, dara tadipun sudah meluncur turun dan berdiri di
hadapannya.

mailto:22111122@yahoo.com 34
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap benar2 kerupukan sekali. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan si dara
terhadap dirinya. Ia mencuri kesempatan untuk melirik kepada dara itu. Tampak
dara itu tengah kerutkan sepasang alis, macam kucing yang telah menangkap
seekor tikus dan tengah menimang-nimang bagaimana akan
mempermainkannya.

Dan memang benar. Kun Hiap seperti seekor tikus yang menghadapi kucing.
Hatinya kebat kebit tak keruan.

Tetapi dara itu tak sempat membuka mulut karena pada saat itu dari arah luar
istana, terdengar suara yang kasar berteriak-teriak, “Sam-moay, sam-moay!"

Walaupun nadanya kasar tetapi jelas berasal dari suara seorang wanita. Aneh
mengapa seorang wanita suaranya kok begitu kasar tak sedap didengar, pikir
Kun Hiap.

Tetapi bagi Kun Hiap, lebih enak mendengar suara kasar begitu daripada
lengking suara si dara yang walaupun merdu tetapi seperti duri tajam yang
menusuk-nusuk daging.

"Aku disini !" teriak si dara.

"Lekas keluarlah," kembali suara parau di luar itu berseru.

Tampak si dara bersikap enggan menurut tetapi dia tak berani membangkang.
Sejenak deliki mata kepada Kun Hiap, dia terus melesat keluar. Cepatnya bukan
main, sekali bergerak sudah berada diluar istana.

Melihat dara itu sudah pergi, Kun Hiap merasa seperti terlepas dari himpitan
batu karang yang berat. "Apalagi yang akan ditunggu kalau tidak saat itu aku
tidak pergi." katanya seorang diri.

Sebenarnya dia hendak keluar melalui pintu besar. Tetapi ia kuatir akan
kesompokan dengan dara centil tadi. Sejenak memandang kian kemari,
dilihatnya ada sebuah pintu samping di sebelah kanan. Cepat dia melesat masuk.

"Huh !" begitu dia melangkah masuk pintu samping itu. Serentak diapun sudah
tertegun seperti patung.

Ternyata didalam pintu samping itu terdapat sesosok mayat manusia.

Setelah menenangkan diri, dia memeriksa mayat itu, Ah, ternyata dia kenal siapa
orang itu.

mailto:22111122@yahoo.com 35
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada waktu ayahnya merayakan ulang tahun yang ke 50. Orang itupun datang
untuk menghaturkan selamat. Kun Hiap masih ingat, bahwa orang itu bernama
Lui Toa Gui, kepala desa marga Lui dari wilayah Oupak. Sungguh tak pernah
diduganya bahwa jago she Lui itu juga datang ke istana situ.

Setelah lepas dari kejut, tiba2 dia melihat di lantai itu terdapat sehelai kertas.
Cepat dia me-ngambil dan membacanya.

Ternyata tempat dimana Kun Hiap berada saat itu adalah ruang dimana
beberapa saat yang lalu ditempati oleh Pek Ing Ing, Nyo Hwat, Im Som dan
lain2. Dan kertas itu tak lain adalah surat undangan yang diterima oleh Im Som
dari orang yang tak dikenal dan pada waktu berada di ruangan itu telah
diselentiknya ke udara dengan tenaga-dalam. Dan tepat pada nama Lui Toa Gui
yang tertera pada surat itu, telah ditusuk dengan ujung kipas oleh sasterawan
baju putih.

Sebenarnya Kun Hiap tak tahu menahu soal pertemuan jang diadakan oleh surat
undangan tak bernama itu. Tetapi setelah membaca surat itu barulah dia tahu
bahwa kedatangan beberapa kojiu ke istana tua itu, adalah karena disebabkan
surat undangan tanpa nama tersebut.

Kun Hiap, sudah tak betah berada dalam istana tua yaug penuh misteri itu. Dia
ingin lekas2 pergi. Maka tanpa banyak membuang waktu untuk mengadakan
penyelidikan lebih jauh, dia te-rus menghampiri jendela dan dari situ dia hendak
loncat keluar.

"Uhhhh...," karena tak hati2 kakinya membentur tubuh mayat Lui Toa Gui.
Cukup keras juga benturan kaki Kun Hiap itu sehingga tangan Lui Toa Gui yang
semula tertindih dibawah tubuhnya telah menjungkat terangkat keatas, dukk ....
dari tangan Lui Toa Guipun meluncur jatuh sebuah benda.

Menurut arah suara benda yang jatuh itu, Kun Hiap melihat sebuah kuda dari
besi yang besarnya menyamai kepalan tangan. Benda itu berada pada jarak satu
meter di mukanya.

Walaupun heran tetapi Kun Hiap memungut benda itu juga. Ah, ternyata amat
berat sekali.

Dia tak tahu apa gunanya mainan kuda-kudaan besi itu. Dan mengapa bisa
berada di tangan mayat Lui Toa Gui.

Tiba2 ia teringat waktu si dara centil menggeledah tubuh mayat Lo Tetapi, juga
menemukan mainan kuda seperti itu. Ah, tentu ada apa-apa-nya, pikirnya.

mailto:22111122@yahoo.com 36
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dia menyimpan kuda besi itu kedalam baju setelah itu. lalu melangkah ke muka
jendela dan terus loncat keluar. Dia melayang turun di bawah kaki pagar
tembok. Disitu penuh ditumbuhi rumput dan ilalang yang setinggi manusia.

Kun Hiap jatuh kedalam gerumbul ilalang dan seketika tenggelam tertutup
semak.

Pada saat dia hendak berusaha memberosot keluar, tiba2 dia mendengar dari
arah muka suara seorang dara. "Ji-ci, tunggu dulu, aku segera datang.. .."

Dan suara wanita yang seperti kaleng pecah tadi, berseru pula. "Tidak! Kalau
engkau pergi lagi, tentu akan menimbulkan perkara!"

Kun Hiap leletkan lidah. Diam2 dia bersyukur karena tidak tergesa-gesa keluar
dari semak. Dara centil itu seorang saja sudah kewalahan, apa lagi kalau harus
ditambah dengan jici atau taci seperguruan yang nomor dua. Tentu dia akan
mati karena perut kaku.

Menurut arah suara mereka, Kun Hiap melihat dara centil tadi sedang berbantah
dengan seorang nona baju hitam.. Keduanya berada dibawah pohon besar.

Karena berdiri membelakangi Kun Hiap, maka Kun Hiap tak dapat melihat
bagaimana wajah si nona baju hitam itu.

"Ji-ci, aku akan masuk lagi sebentar saja terus keluar," kata si dara.

Tetapi nona baju hitam itu terus menarik tangan si dara, "Ayuh, kita pergi..."

Dalam mengucap kata2 mengajak pergi itu, kedua nona itu sudah melambung ke
udara dan melayang ke muka. Gerak mereka secepat angin

Hampir Kun Hiap tak dapat mempercayai bahwa di dunia terdapat ilmu gin-kang
yang sedĕmikian hebatnya. Dia mengusap-usap mata untuk memandang dengan
lebih seksama. Tetapi pada saat selesai mengucal-ucal mata, ternyata kedua
nona itu sudah tak kelihatan bayangannya lagi.

"Hebat," kata Kun Hiap seorang diri. Dia akan menanyakan siapa kedua nona itu
apabila nanti bertemu dengan pamannya, Wi Kiam Liong. Tak mungkin kedua
gadis itu orang biasa. Tentu mempunyai asal usul yang hebat. Kalau tidak
bagaimana. mungkin mereka memiliki ilmu kepandai-an yang begitu hebat,
bahkan seorang siluman wanita seperti Pek Ing Ing juga jeri terhadap mereka.

Kun Hiap keluar dari gerumbul ilalang. Sekali ayun tubuh dia melayang sampai

mailto:22111122@yahoo.com 37
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tujuh delapan tombak. Setelah itu baru berani berpaling meman-dang kearah
istana kuno.

Tak putus-putus keheranan Kun Hiap. Jelas2 dia merasa tak pernah datang dan
tak ada hubu-ngan dengan istana kuno yang berwarna biru itu. Dia hanya
mengikuti Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi datang ke tempat itu. Lo Pit Hi suruh dia
men-cari seseorang. Tetapi sampai jago tua itu meng-hembuskan napas terakhir,
tak sempat menyebut nama orang itu.

Tiba2 Kun Hiap merasa bahwa kemungkinan istana kuno itu memang
mempunyai hubungan dengan dirinya.

Memang di dunia ini terdapat orang2 yang wajahnya mirip satu sama lain. Tetapi
kalau tak ada hubungan apa2. tak mungkin persamaan wa-jah itu begitu persis,
antara lukisan yang terdapat pada tembok ruangan tadi dengan dirinya. Tetapi
dia benar2 tak tahu apa sesungguhnya hubungan dirinya dengan istana tua itu.

Setelah beberapa saat terlongong-longong memandang istana tua itu, dia


tertawa rawan, lalu lari melanjutkan perjalanan lagi.

Waktu dia dikuasai oleh orang yang muka-nya bertutup kain hitam tadi, dia tak
dapat me-manggil nama pamannya.. Pada hal jelas bagaima-na tadi paman Wi
Kiam Liong telah berteriak-teriak memanggilnya dengan penuh kecemasan.

Dia tak tahu kemanakah orang aneh yang mukanya bertutup kain hitam itu ? Ah,
peduli apa dengan orang itu? Lebih baik dia segera mencari paman Wi Kiam
Liong saja.

Dia kuatir karena paman.Wi tak dapat menemukan dirinya, tentu segera akan
memberi berita kepada ayahnya (ayah Kun Hiap). Ah, merepotkan paman Wi
saja. Maka dia memutuskan untuk segera menemui paman Wi dan menyatakan
kalau dirinya tak kurang suatu apa.

Kun Hiap segera mengembangkan ilmu gin-kang untuk berlari cepat. Dalam
beberapa saat saja dia sudah mencapai sepuluhan li dan didepan sana sudah
tampak jalan besar, yang menuju ke perkampungan marga Li.

Tetapi pada saat itu juga, diapun mendengar suara orang meniup terompet dan
memukul genderang. Ternyata disebelah muka tampak se-rombongan orang
tengah berjalan mendatangi ke-arahnya, Merekalah yang meniup dan memukul
tetabuhan itu. Dari jalan besar mereka masuk ke jalan kecil.

Ah, umumnya rombongan begitu adalah rombongan mempelai lelaki yang


hendak menjemput mempelai perempuan. Pikimya. Dia tak berminat mengetahui

mailto:22111122@yahoo.com 38
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

siapa yang tengah mengadakan perala-tan kawin itu dan terus hendak
melanjutkan perjalanan.

Tetapi baru berjalan dua langkah. tiba2 ada sesuatu perasaan yang meresahkan
hatinya. Ia merasakan keadaan yang dihadapinya saat itu, tidak seperti yang
diduganya. Jalan yang akan ditempuh-nya itu, sampai sepanjang berpuluh li di
sebelah muka, tak terdapat perumahan orang, Dan jalan kecil itu akan menuju
kearah istana tua lagi. Ka-lau memang hendak menjemput mempelai perem-
puan, mengapa rombongan orang tadi harus me-lalui jalan kecil itu ?

Rombongan itu makin dekat. Dan ketika mereka lalu disamping Kun Hiap,
pemuda itu makin heran. Setelah rombongan itu jauh, barulah ia agak tenang.

Dia memang curiga tetapi dia tak mau banyak urusan lagi. Setelah mengempos
semangat, dia terus lari. Tetapi belum berapa jauh, dia mendengar suara derap
kuda berlari riuh.

Kembali Kun Hiap menyaksikan sebuah pe-mandangan yang aneh. Memang saat
itu dia belum jelas, apakah yang lari menghampiri kearahnya itu. Tetapi cepat
sekali mahluk itu barlari dan pada lain saat sudah tiba di depannya. Kini dia
dapat melihat jelas dan lalu tertawa urung.

Ternyata mahluk yang lari begitu cepat itu tak lain adalah seekor keledai kecil
yang berbulu putih mulus. Keledai itu dinaiki oleh seorang yang mengenakan
pakaian serba hitam semua. Dia bertubuh tinggi kurus, mirip dangan batang
pohon.

Ditempat yang sunyi, melihat seekor keledai putih berlari cepat membawa
seorang penunggang baju hitam, memang menimbulkan rasa kejut dalam hati
Kun Hiap.. Dan yang lebih membuatnya tersentak heran adalah cara orang itu
menaiki keledai. Dia tidak naik seperti lazimnya orang naik kuda, melainkan
dengan tubuh membalik atau menghadap ke belakang.

Kun Hiap membatasi diri. Walaupun heran tetapi dia tak mau usil. Dia menyingkir
ke tepi untuk memberi jalan.

Keledai itu cepat sekali liwat disampingnya, Setelah terpaut dua tiga meter dari
anak-muda itu, tiba2 penunggang yang tinggi kurus itu membungkuk badan dan
julurkan kepalanya ke muka.

Sungguh aneh sekali. Bukan saja tubuhnya panjang, juga lehernya luar biasa
panjangnya. Se-kali menjulurkan kepala, pucuk hidungnya hampir melekat pada
pucuk hidung Kun Hiap.

mailto:22111122@yahoo.com 39
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Bukan main kejut Kun Hiap. Buru2 dia menyurut langkah ke belakang.
Memandang kemuka, dia merasa geli. Ternyata waktu kepala orang itu menjulur
panjang kepadahya, indera mukanya ber-obah lucu sekali, mukanya hampir
datar . . . . !

Karena Kun Hiap menyurut mundur, orang itu duduk lurus lagi, serunya, "Apakah
engkau baru datang dari istana tua itu?"

Mendengar pertanyaan itu timbullah kesan Kun Hiap. Ia teringat bahwa setiap
tokoh persilatan yang sakti kebanyakan tentu mempunyai watak yang nyentrik.
Dan dunia persilatan memang banyak sekali terdapat tokoh2 sakti yang nyentrik
begitu. Diam2 dia memutuskan, lebih baik jangan terlibat dengan manusia2
semacam itu. Lebih banyak ruginya daripada untungnya.

"Istana tua apa?" ia berseru seraya geleng2 kenala, "aku tak tahu. Aku hanya
kebetulan saja lewat ditempat ini."

Orang tinggi kurus itu mendengus, "Uh, buyung, jalanan ini hanya menuju
kearah istana tua. Jangan engkau coba2 membohongi orang!"

Kun Hiap mengkal, serunya, "Kalau sudah tahu jalan ini akan menuju ke istana
tua, perlu apa bertanya?”

Orang aneh itu mengekeh, serunya, "Apakah mereka sudah datang semua?"

Kun Hiap terkesiap, serunya, "Siapa yang engkau maksudkan mereka itu?"

“Uh, engkau datang dari istana tua. masakan tidak tahu?"

Tiba2 Kun Hiap teringat sesuatu. Dia terus bertanya, "O, ternyata yang menulis
surat undangan tanpa nama itu engkau toh ? Ya, mereka sudah datang."

Tampak wajah orang aneh itu berseri, "Apa kah mereka sudah membawa
semua?"

Setiap patah dari mulut orang aneh itu selalu mengejutkan dan merupakan teka
teki bagi , Kun Hiap, Dengan nada geram2 jemu, Kun Hiap. menjawab, "Apa itu
semua sudah membawa ? Aku tak mempunyai sangkut paut dengan urusan
mereka, bagaimana aku harus mengetahui ?"

Begitu mendengar ucapan Kun Hiap, tiba2 orang itu menjulurkan lehernya lagi.
Tadi Kun Hiap sudah mundur selangkah, tetapi begitu menjulurkan leher, pucuk
hidung orang aneh itu kembali hampir menyentuh pucuk hidung Kun Hiap.
Tubuh dan leher orang itu seperti terbuat dari karet, dapat dijulur-surutkan

mailto:22111122@yahoo.com 40
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menurut sekehendak hatinya.

Kun Hiap cepat2 mundur selangkah lagi..

"Sudahlah. buyung, memandang muka ayahmu, aku tak mau mengganggumu


lebih lanjut," orang aneh itu tertawa.

Kejut Kun Hiap seperti disengat kalajengking, Apabila dia pernah bertemu
dengan orang yang luar biasa anehnya seperti itu, tentulah dia takkan pernah
lupa. Tetapi seingatnya, selama ini dia belum pernah bertemu. Mengapa orang
aneh itu tahu akan nama ayahnya ?

Selagi Kun Hiap masih termenung-menung, tiba2 orang itu kepitkan kedua
kakinya ke perut kuda dah tak. tak, tak.... keledai itupun segera jalan lagi.
Setelah beberapa langkah, baru orang aneh itu berkata. "Buyung, ilmu
kepandaian Kim-kong-cwan-hwat ayahmu, dalam beberapa tahun ini tentu maju.
Sampaikah salamku kepadanya !"

Saat itu sebenarnya Kun Hiap juga sudah berputar tubuh hendak melanjutkan
perjalanan. Begitu mendengar kata2 si orang aneh, dia berhenti.

Ayah Kun Hiap digelari orang sebagai Kim-liong-kiam-khek atau pendekar


Pedang-naga-emas. Senjatanya sebatang pedang Naga-emas yang bentuknya
panjang dan lebar. Ilmupedang Kim-liong-kiam-hwat merupakan ilmupedang
yang termasyhur dalam dunia ilmupedang.. Jauh lebih unggul darl ilmupedang
yang terdapat di dunia persilatan lain-nya. Semua orang persilatan tahu hal itu.

Tetapi mengapa orang aneh tadi menanyakan apa itu 'Kim-kong-cwan' atau tali
Malaekat. Kapankah ayahnya pernah menggunakan senjata macam begitu ?

Buru2 Kun Hiap berputar diri hendak bertanya tetapi pada saat itu si orang aneh
sudah jauh. Kun Hiap segan untuk mengejar. Dia terus melanjutkan perjalanan
menuju ke perkampungan marga Li.

Selama dalam perjalanan itu tak henti-hentinya dia merenungkan tentang


permintaan Lo Pit Hi pada saat hendak menghembuskan napas terakhir.

Lo Pit Hi minta supaya Kun Hiap mencari seseorang. Tetapi siapakah orang itu,
Lo Pit Hi tak sempat menyebutkan. Kalau orang lain. tentu takkan menghiraukan
lagi pesan Lo Pit Hi yang tak jelas itu. Tetapi ternyata Kun Hiap seorang pemuda
yang bertanggung jawab sampai tuntas akan segala persoalan yang
disanggupinya. Dia merasa aneh dan seperti mendapat firasat bahwa
kesemuanya itu tentu ada kaitan dengan dirinya. Tetapi kaitan bagaimana. dia
sendiri tak dapat mengatakan dan memang tak mengerti. Itu hanya perasaan

mailto:22111122@yahoo.com 41
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

hatinya saja.

Sambil berpikir, dia masih berlari.. Tak berapa lama dia melihat serombongan
penunggang kuda lari mendatangi. Begitu tiba. rombongan penunggang kuda itu
serempak berhamburan loncat turun dan lari ke muka Kun Hiap.

Mereka empat orang dan ternyata para piau-thau (pengawal) yang ikut dalam
rombongan pengantar barang pimpinan Wi Kiam Liong.

Wajah mereka resah gelisah dan begitu melihat Kun Hiap, mereka terus berebut
teriak, "Wi kongcu, harap lekas ke Li-ke cung, Wi cong-piauthau kelabakan
setengah mati!"

Li-ke-cung artinya desa marga Li. Cong piauthau artinya. kepala pengawal dari
sebuah piaukiok atau perusahaan mengantar barang.

"Mengapa ?" balas Kun Hiap.

"Memikirkan engkau !" seru mereka serempak, "sauya, regu gerak-cepat telah
berjalan untuk sambung-menyambung (estafet) menyampaikan berita kepada
loya!"

Kun Hiap kerutkan dahi, katanya. "Ah, mengapa harus mengganggu ketenangan
beliau orang tua lagi."

"'Lekaslah. jangan membuang waktu," beberapa piauthau itu mendesak dan


terus mengajak Kun Hiap naik kuda lalu dilarikan.

Tak berapa lama desa marga Li (Li-ke-cung) sudah tampak didepan.

"Wi kongcu datang! Wi kongcu datang!" teriak dua orang piauthau dalam
rombongan Kun Hiap.

Kedua orang itu biasanya meniadi tongcu atau pelopor dalam rombongan
piaukiok. Tugasnya berjalan paling muka dari rombongan piaukiok untuk
berteriak-teriak sepanjang jalan tentang rombongannya. Dengan demikian
apabila di daerah itu terdapat orang2 persilatan yang mempunyai maksud buruk
atau penjahat yang hendak merampas barang2 antaran, karena mendengar
nama piau kiok tersebut, akan mengurungkan maksud jahat-nya.

Karena tugasnya, kedua piauthau itu dipilih dari mereka yang memiliki suara
yang lantang dan berkumandang. Karena gembira dapat menemukan Kun Hiap,
kedua piauthau itupun berteriak-teriak sepanjang jalan dengan suara yang keras
dan nyaring. Hal itu menyebabkan Kun Hiap tak enak sendiri.

mailto:22111122@yahoo.com 42
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tak berapa lama keempat kuda itu sudah tiba di pintu desa. Mereka segera
turun, Li-ke-cung merupakan desa yang paling besar diseluas 100-an li sekeliling.
Kepala desa bernama Li Siu Goan, bergelar Kim-tiau atau rajawali-emas. Juga
seorang tokoh persilatan yang ternama.

Keempat penunggang kuda itu terkesiap dan tercengang heran karena


mendapatkan bahwa desa itu sunyi senyap suasananya. Seolah tiada seorang
penghuninya.. Mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Ih, mengapa tiada orangnya ? Kemana saja mereka itu ?" Kun Hiap mendahului
membuka suara.

Tepat pada saat itu dari arah belakang desa terdengar bunyi berderak-derak dari
roda kereta yang berjalan. Kun Hiap mencongklangkan kudanya naik keatas
sebuah tanah tanjakan yang tinggi. Dari situ dia melongok memandang ke
belakang desa. Kembali dia harus terbeliak.

Dilihatnya saat itu berpuluh-puluh kereta besar sedang berjalan menuju kearah
barat. Dibelakang rerotan kereta itu ikut berpuluh-puluh rakyat yang berjalan
saling bimbing-membimbing dan setiap orang masing2 memanggul pauhok
(buntalan) pada punggungnya. Ada juga yang menuntun binatang ternak seperti
sapi, kambing dan kerbau. Jelas mereka itu adalah penduduk Li-ke-cung. Tetapi
mengapa mereka seperti hendak pindah ke lain tempat ?

Kun Hiap gopoh turun kebawah dan lari masuk kedalam desa. Baru setengah
jalan, dilihatnya paman Wi Kiam Liang sudah keluar menyambutnya.

Kepala piauthau itu masih belum sembuh dari lukanya yang berat. Wajahnya
masih pucat. Begitu melihat Kun Hiap, Wi Kiam Liong terus langsung
menariknya.

"Kun Hiap, engkau sudah kembali? Mudah-mudahan saja ayahmu lekas datang
dan bereslah semua.”

Ah, aku toh sudah kembali. perlu harus merepotkan ayah, pikir Kun Hiap. Tetapi
sebelum ia sempat membuka mulut, seorang lelaki tua sudah niuncul. Wajahnya
yang terang menandakan dia seorang yang banyak rejeki. Namun pada saat itu
kerut dahinya sudah menampilkan kerut kecemasan, namun sikapnya masih
tenang.

Kun Hiap segera maju menyongsong memberi hormat. "Li congcu, maaf, karena
banyak merepotkan cungcu."

mailto:22111122@yahoo.com 43
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Wi Kiam Liong tertawa hambar, "Kun Hiap, kita telah mendatangkan bahaya
kepada Li cungcu."

Li Siu Goan, kepala desa marga Li, tertawa gelak2, Sambil menepuk-nepuk bahu
Wi Kiam Liong, dia berkata, "Wi laute, mengapa engkau berkata begitu ? Karena
sudah sengaja mengabdi pada ilmusilat, kitapun hidup diantara bayang-bayang
golok dan pedang. Apa yang engkau katakan bencana atau keberuntungan itu ?"

Kun Hiap ccpat menyadari bahwa di desa itu tentu telah terjadi suatu peristiwa
besar.

"Li cungcu," katanya. "apakah yang telah terjadi ?”

"Silakan masuk kedalam ruang besar, hian-tit tentu tahu," kata Li cungcu.

Mendengar itu Kim Hiap bergegas masuk ke dalam gedung. Ruang besar disitu
biasanya digunakan untuk pertemuan para tokoh persilatan yang tinggal
didaerah sekeliling 100-an li. Dibangan dengan megah dan kokoh. Keempat tiang
besar besarnya sepemeluk tangan orang dengan pondasi yang menyerupai
sebuah genderang batu.

Selekas tiba di ruang besar itu, segera Kun Hiap melihat sesuatu yang
mengejutkan. Dua dari keempat tiang besar itu sudah lepas dari pondasinya.
Pondasi itupun bengkah dan ujung tiang juga miring. Atap2 wuwungan
berserakan ada beberapa genteng yang pecah.

Kun Hiap terkejut. Maju beberapa langkah lagi, didapatinya cat merah pada
sebuah tiang besar telah dikorek dengan senjata dan merupakan tulisan yang
berbunyi demikian:

Angkat tangan menyerahkan piau


akan terbuka sebuah jalan.

Melihat itu marahlah Kun Hiap. Jelas yang dimaksud dengan piau itu adalah
barang2 antaran yang sedang dikawal rombongannya. Barang2 berharga itu
telah dititipkan di Li-ke-cung. Dengan begitu jelas orang itu tak memandang
mata kepada Li cungcu. Sungguh besar sekali nyalinya.

Bukti yang terbentang dihadapan Kun Hiap, bahwa dua buah tiang besar telah
bergeser dari pondasinya, membuktikan betapa hebat kepandaian orang itu.
Adalah karena merasa memiliki kepandaian yang sakti maka orang itupun
berslkap sombong sekali.

Pelahan-lahan Kun Hiap berpaling dan bertanya, "Siapakah orang itu?"

mailto:22111122@yahoo.com 44
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Li Siu Goan tertawa rawan, "Sungguh memalukan sekali. Aku juga tak tahu."

Kun Hiap hampir tak percaya pendengarannya. Dengan menggeser tiang raksasa
dari pondasinya sehingga wuwungan menjadi retak dan genteng2 berhamburan
pecah, tentulah akan menimbulkan goncangan dan suara yang dahsyat. Tetapi
anehnya mengapa orang2 dalam gedung itu tak tahu sama sekali ?

Kun Hiap terlongong-longong memandang Li Siu Goan sehingga kepala Li-ke-


cung itu sam-pai tersipu-sipu.

"Waktu kami mendengar suara dahsyat, kamipun segera keluar. Tetapi orang itu
sudah lenyap."

Dengan suara sarat, Kun Hiap berkata, "Li cungcu, sebaiknya kami akan segera
membawa pergi barang2 antaran itu dari sini agar Li-ke-cung tidak terlibat
bahaya.”

Li Siu Goan tertawa keras. Nadanya perkasa garang tetapi mengandung getar2
kerawanan hati, sebagaimana seorang ksatrya yang menghadapi pilihan teraknir.

"Wi laute, kalau kalian pergi, dimana kelak aku akan menaruhkan mukaku ini ?
Wanita dan anak2 serta orang2 tua disini, sudah kuungsikan semua ke barat.
Harta benda, pun sudah kusingkirkan. Aku seorang diri, sudah tak perlu ada
yang dikuatirkan lagi. Akan kusediakan jiwa dan raga yang lapuk ini untuk
membantu laute."

Suaranya makin gagah, jenggotnya yang putih bertebaran tertiup angin, Tiba2
dia berputar tubuh dan tring..... sekali getarkan tangan melintaslah sekilas
cahaya pelangi hitam dan tahu-tahu tangannya sudah mencekal poan-koan-pit,
senjata yang telah bertahun-tahun mengangkat namanya. Dan guratan huruf
pada tiang besar tadi, terhapus semua.

Wi Kiam Liong melangkah maju dan memberi hormat, "Li congcu, aku yang
rendah Wi Kiam Liong, mungkin dalam hidup sekarang ini tak dapat membalas
budi, tetapi kelak dalam penitisanku yang akan datang, aku pasti takkan
melupakan budi Li congcu."'

Kedua jago itu saling berjabatan tangan dan sama2 tertawa keras.

Diam2 Kun Hiap yang memperhatikan gerak gerik kedua jago tua itu, mendapat
kesan bahwa sekalipun keduanya tertawa garang tetapi sebenar-nya mereka
sudah merasa putus asa dan pasrah nasib, karena mereka menyadari kalau
bukan tandingan dari orang misterius itu.

mailto:22111122@yahoo.com 45
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Diam2 Kun Hiap gelisah juga. Pada saat dia hendak berkata, Wi Kiam Liong
sudah hentikan tawanya dan berseru, "Kun Hiap, engkau tak perlu disini,
pulanglah."

Kun Hiap memang sudah menduga kalau su-sioknya (paman guru) akan berkata
begitu. Maka buru2 dia berkata juga, "Susiok, kalau aku pulang, bukankah
seumur hidup aku akan terkungkung di-rumah tak pernah keluar di dunia
ramai?"

Wi Kiam Liong terbeliak dan tak bicara apa2. Tiba2 seorang penduduk berlari-lari
menghadap Li Siu Goan, "Lapor kepada cung-cu, Siluman-cantik dari gunung
Thay-san Pek Ing Ing mohon meng-hadap.'"

Wi Kiam Liong dan Li Siu Goan terkejut dan saling berpandangan. Mungkinkah
dia .... demikian diam2 kedua jago tua itu menduga dalam hati masing2.

"Silakan," Li Siu Goan memberi isyarat dan orang itupun terus keluar. Tak berapa
lama tampak Pek Ing Ing muncul.

Li Siu Goan cepat maju menyambut keluar, "Apakah sahabat Pek hendak datang
merebut Piau itu ?”

Wajah Pek Ing Ing terkejut sekali, "Apa artinya kata2 congcu ?"'

Belum sempat Li Siu Goan menjawab, orang yang melapor tadi. kembali muncul.

"Lapor kepada congcu!"' katanya, "ketua Hoa san-pay Cek-kim-sin-to Nyo Hwat
dan ketua Ceng-shia-pay Thiah Go lojin datang hendak minta bertemu congcu."

Mendengar nama kedua tetamu itu, berserilah airmuka Li Siu Goan. Kedua
tetamu itu adalah tokoh2 terkemuka dari aliran Ceng pay atau Putih. Kini
walaupun musuh sangat lihay tetapi tak perlu dikuatirkan lagi.

Belum Li Siu Goan memberi pernyataan, Wi Kiam Liong sedah mendahului suruh
orang itu lekas mempersilakan kedua tetamu itu masuk. Orang itupun cepat
mengundurkan diri.

Pek Ing Ing berobah wajahnya, "Hm, sungguh tak enak. Lagi2 ketemu dia,"
pikirnya. Tetapi saat itu dia tak dapat menghindari lagi. Apa boleh buat, terpaksa
dia menindas perasaan dan menunggu." Tak berapa lama Nyo Hwat dan Thian
Go lojinpun melangkah masuk.

Kedua tokoh itu sama2 mempunyai perawakan tinggi besar.. Ketui Hoa-san-pay

mailto:22111122@yahoo.com 46
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

bermuka brewok, ketua Ceng-shia-pay bagai seorang dewa yang rambutnya


putih seperti perak. Waktu berjalan bersama, menimbulkan suatu pandangan
yang kontras sekali. Mirip seorang raksasa dengan seorang dewa..

Sebelum orangnya tiba, suara Nyo Hwat sudah berkumandang lantang, “Li
lothay, apakah ada orang yang hendak mencabut bulumu, si Rajawali-emas ?"

Li Siu Goan tertawa getir, "Sekalipun ada orang yang hendak

Jilid 3.
Ayah aneh.

Pek Ing Ing lebih terkejut lagi. Maju dua langkah dia berseru . "Li cung-cu, aku
mohon pamit!"

Dan tanpa menunggu jawaban tuan rumah wanita itu terus memberi hormat dan
angkat kaki

Sepeminum teh lamanya barulah kicau burung kenari itu berhenti. Tetapi
serempak pada saat itu, dari ujung tenggara terdengar cuit burung seriti yang
membawakan suara cerah sehingga membuat hati orang senang.

Wi Kun Hiappun mulai dapat tertawa lagi. Mendengar itu Wi Kiam Liong berputar
diri. Demi melihat ujung mata pemuda itu bernoda air mata, dia tertegun.

"Kun Hiap, mengapa engkau menangis?" serunya. Tetapi serentak itu diapun
merasakan pipinya seperti lembab dan ketika merabahnya, ah .. . ternyata ada
dua butir airmata yang mengalir turun ke pipinya.

Kejut Wi Kiam Liong bukan alang kepalang. mengapa aku juga memtikkan
airmata, pikirnya.

"Celaka, jelas suara kicau hurung tadi tidak wajar," serunya ketika menyadari hal
itu.

Sebenarnya saat itu Thian Go lojin, Nyo Hwat dan Li Siu Goan bertiga tengah
tersenyum mendengar kecerahan burung seriti bercicit memberi makan anaknya.
Wajah mereka tampak te-nang dan bahagia semisal saat itu mereka tengah
dirubung oleh cucu-cucunya yang nakal dan tengah menarik-narik jenggot
mereka.

Tetapi sesaat Wi Kiam Liong berteriak kaget tadi, mereka bertigapun terkesiap
dan sama-sama tertegun. - Mereka menyadan bahwa suara burung itu memang

mailto:22111122@yahoo.com 47
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tidak sewajarnya.

Sejenak saling bertukar pandang, merekapun lalu mengerahkan semangat


menenangkan pikiran.

Suara cicit burung seritipun berhenti. Tetapi, serempak pada saat itu juga_dari
ujung sebelah barat laut terdengar suara burung gagak yang melengking kaget
karena tersingsal dari rombongannya. Nadanya amat menggetarkan hati orang.

Suara itu makin dekat dan suara burung gagak itu tak sedap didengar. Apalagi
beberapa burung gagak yang berkaok-kaok kehilangan rombongannya. Selain
menusuk telinga juga seperti menyayat-nyayat hati.

Segenap orang yang berada dalam ruangan itu, termasuk Thian Go lojin, mau
tak mau tergetar hatinya.

Nyo Hwat tak dapat bertahan lagi. Dia serentak menjerit histens, "Hai, sahabat
dari mana itu yang berani jual lagak disini? Hayo, gantilah dengan nada yang
sedap didengar!"

"Saudara Nyo, jangan terperangkap!" Li Goan Siu cepat memberi peringatan.


Tetapi sudah terlambat.

Pada saat Nyo Hwat melengking tadi, sekonyong-konyong terdengar bunyi


burung prenjak berdendang riuh rendah seperti ribuan kuda lari bergemuruh.
Yang lain masih tak memperlihatkan reaksi apa-apa tetapi entah bagaimana Nyo
Hwat serentak seperti orang kesurupan. Dia beranjak dari kursi dan terus
menan-nari...

Kalau melihat seorang dara cantik tengah menari-nari dengan lincah dalam
alunan kicau burung prenjak, tentulah orang akan kesengsam melihatnya. Tetapi
yang berjoget pada saat itu adalah seorang lelaki brewok, setengah tua dan
ketua da-ri sebuah perkumpulan persilatan yang terkenal. Sudah tentu wagu dan
menusuk mata kalau harus memandang bagaimana brewok dan bulu tangannya
bertebaran seperti monyet menari.

Melihat itu Thian Go lojin menggembor ke-ras dan terus mencengkeram bahu
Nyo Hwat. Tetapi sebagai seorang ketua partai persilatan sudah tentu tenaga
Nyo Hwat luar biasa kuatnya. Thian Go lojin tak mampu mencekal bahunya.

Melihat itu Li Goan Siu segera bersuit nyaring dan loncat ke udara, plak ..... dia
menghantam punggung Nyo Hwat.

Menerima pukulan itu tubuh Nyo Hwatpun terhuyung selangkah kedepan. Li

mailto:22111122@yahoo.com 48
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Goan Siu dan Thian Go lojin serempak bersuit nyaring lagi. Tetapi karena
tenaga-dalam Thian Go lojin jauh lebih sakti maka suara suit Li Goan Siu itupun
terbenam oleh suitan Thian Go.

Rupanya Li Siu Goan tahu diri.. Dia segera hentikan suitannya dan maju dua
langkah untuk memapah tubuh Nyo Hwat yang jatuh di lantai itu.

Tampak wajah ketua Bu-tong-pay itu ber-warna biru lesi dan semangatnya loyo.

"Nyo-heng, Nyo-heng!" Li Siu Goan memanggilnya.

Nyo Hwat menghembus napas longgar, serunya: "Apakah kita ini bermimpi?"

Li Siu Goan tak tahu bagaimana haros men jawab. Dia lalu memapah Nyo Hwat
duduk di kursi. Saat itu suara burung prenjakpun berhenti karena suitan Thian
Go lojin tadi.

Dalam ruangan kecuali hanya suara napas Nyo Hwat ketua Hoa-san-pay, yang
lain2 tidak bicara. Beberapa jenak kemudian barulah taan ru-mah Lt Siu Goan
membuka mulut.

"Thian Go lojin, apakah tadi bukan Pek-kin cinjin Kong~yap Ciau yang
mengacau?"

Kong-yap Ciau seorang pertapa yang mahir dalam ilmu menirukan segala jenis
binatang. Oleh karena itu dia diberi gelar Pek-kin lojin atau per-tapa Ratusan-
binatang. Dia mengatakan kalau masih keturunan dari Kong-yap Ceng, seorang
tokoh yang mengerti akan bahasa burung dan memiliki kepandaian silat yang
sakti.

Kong-yap Ciau mempunyai watak yang a-neh. Seorang tokoh golongan ganas
yang menye-ramkan setiap orang persilatan.

Thian Go lojin, ketua partai Ceng-shia-pay, gelengkan kepala, "Yang kudengar


Kong-yap Ciau itu tahu bahasa burung akan tetapi belum pernah kudengar kalau
dia juga amat pandai menirukan suara segala burung. Dan lagi gelom-bang
suara hurung2 itu juga paling tidak berasal dari jarak empat lima li jauhnya. Nyo
ciang-bun begitu buka suara terus termakan serangan suara itu. Kurasa Kong
Yap Ciau juga takkan selihay itu..”

"Kalau begitu dia lebih lihay dari Kong Yap Ciau?" Li Siu Goan terkejut.

Thian Go lojin tak menyahut.

mailto:22111122@yahoo.com 49
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tiba2 Wi Kiam Liong berpaling dan berje-ngit, "Ih, mengapa Pek Ing Ing tidak
kelihatan?"

"Kapan dia pergi?" kata Nyo Hwat yang sa-at itu sudah makin membaik
keadaannya.

Wajah Thian Go lojin dan Li Siu Goan serentak berobah. Kedua tokoh itu juga tak
tahu kapan wanita cantik itu meninggalkan ruang.

Sebenarnya hal itu bukan karena Pek Ing Ing memiliki iimu gin-kang yang luar
biasa saktinya tetapi karena pada waktu dia ngacir pergi, tokoh2 yang berada di
ruang itu sedang menum-pahkan perhatian kepada suara beberapa burung yang
aneh. Sedemikian terpikat semangat dan perhatian mereka sehingga mereka tak
tahu kalau Pek Ing Ing diam2 sudah menyelinap pergi.

Jika ada seorang pergi tak diketahui, pun kalau ada orang masuk tentu juga tak
diketahui. Serempak kedua tokoh itupun mengerlingkan pandang matanya ke
sekehling ruang besar disitu te-tapi mereka tak melihat barang seorang
pendatang baru.

Wi Kiam Liong menghela napas, "Orang menyuarakan bunyi burung.... apakah


bukan lawan dari orang yang meninggalkan tulisan diatas tiang?"

Sret, serentak Li Siu Goan sudah mencabut senjatanya. Kim-tiau-hoan atau


Rajawali-emas-berbalik, demikian nama dan senjatanya yang telah mengangkat
namanya ke jeojang kemasyhuran dalam dunia persilatan. Suatu jenis senjata
yang istimewa. Bentuknya hampir menyerupai sebatang Poan-koan-pit ( pena).
Batang senjata hanya le-bih kurang setengah meter panjangnya. Ujungnya
berbentuk cakar burung rajawali yang tengah menebar. Memancarkan sinar
kemilau emas, besarnya sebesar genggam tangan orang.

Ujung yang lain, bulat tumpul seperti jari orang. Ujung depan yang berbentuk
cakar itu dapat digunakan untuk menerkam, sedang ujung belakang dapat
digunakan untuk menutuk.

Senjatanya itu merupakan senjata yang pandak Tetapi justeru senjata yang
pandak itu lebih berbahaya. Li Siu Goan telah menciptakan sendiri permainan
senjata itu, terdiri dari 72 jurus. setiap jurus serangan selalu mengarah
jalandarah berbahaya dari lawan.

Sekali tangan menggertak, cret .... ujung cakar dari senjatanya segera
menyusup masuk ke permukaan meja. Dan tepat pada saat itu juga, tiba2 setiup
angin lembut berhembus dan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun juga, tahu2
dalam ruang itu sudah muncul seorang pendatang baru.

mailto:22111122@yahoo.com 50
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Begitu mendadak sekali kemunculan orang itu sehmgga sekalian orang tertegun
dan serempak mencurah pandang kearahnya.

Ah, terdengar Wi Kiam Liong yang pertama-tama menghela napas longgar.


Pendatang itu bukan lain adalah si dara yang disebut Sam-kounio yang pernah
menertawakannya.

Wi Kiam Liong cepat melengos tetapi dara itu sudah menghambur tawa, "Ala, tak
usah main sembunyi. Aku toh sudah melihat."

Sekalian orang masih tercengkam dengan gerak kedatangan si dara yang begitu
luar biasa itu sehingga tak seorangpun yang membuka mulut.

Baru setelah dara itu berbicara maka Li Siu Goanpun berseru, "Dari manakah
nona ini? Tempat ini bakal terjadi sesuatu, lebih baik nona tinggalkan tempat
mi."

Tetapi dara itu tak mengacuhkannya. Ia maju selangkah dan ulurkan tangan
menyambar senjata cakar Kim-tiau-hoan yang masih menancap di meja.

Seperti telah diterangkan dimuka, senjata Kim-tiau-hoan itu, merupakan senjata


andalan Li Siu Goan yang telah mengangkat namanya dalam dunia persilatan.
Gelar dari Li Siu Goan juga di-dasarkan pada nama senjatanya itu. Maka begitu
melihat si dara hendak lancang mengambil, cepat2 Li Siu Goan ulurkan tangan
hendak mencekal tangan si dara.

Li Siu Goan bergerak amat cepat sekali. Tetapi astaga, ternyata cekalannya itu
hanya menemui angin kosong. Dan ketika mengangkat muka, dilihatnya senjata
Kim-tiau-hoan itu sudah berada di tangan si dara.

Sudah tentu kejut Li Siu Goan bukan alang kepalang, Dia benar2 tak tahu cara
bagaimana senjata itu bisa pindah ditangan si dara. Dia terlongong-longong
kesima. Dan pada waktu dia hendak membuka mulut, sidara sudah mendahului.

“Ih, senjata untuk menggaruk gatal benar2 hebat sekali buatannya," serunya.

Mendengar itu, kata2 yang hendak diluncur-kan Li Siu Goan itu ditelan kembali.
Wajahnya berobah pucat.

Alat penggaruk gatal di tubuh orang, hanya-lah terbuat dari pada bambu, tetapi
senjata Kim-tiau-hoan adatah senjata istimewa yang mengge-tarkan dunia
persilatau. Masa dara itu menyamakan senjata Kim-tiau-hoan dengan bambu
penggaruk gatal.

mailto:22111122@yahoo.com 51
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Itu bukan alat penggaruk gatal! " seru Li Siu Goan dengan nada bengis.

Dara itu mengikik, " Kalau bukan alat penggaruk gatul, lalu apa?" Sambil berkata
dia julurkan Kim-tiau-hoan itu untuk menggaruk muka Li Siu Goan.

Seketika Li Siu Goan merasa seperti dua buah sinar kemilau memancar
dihadapannya dan tahu2 pipi kanan dan kirtnyaseperti telah digaruk oleh
senjatanya sendiri itu. Dan pada saat itu juga dia ngelumpruk duduk di kursi,
wajah pucat dan tak berkutik lagi.

Sebenarnya garukan pada kedua pipinya itu hanya ringan sekali dan tak
menimbulkan luka berat. Tetapi mengapa dia sampai begitu lunglai kehilangan
semangat? Hal itu tak lain dikarenakan dia menyadari bahwa berhadapan
dengan si dara yang tak dikenalnya itu, dia seperti tak dapat berbuat apa2. Ilmu
kepandaiannya jauh terpautnya dengan dara itu. Itulah yang menyebabkan dia
lemas dan tak dapat bicara apa2.

Dara itu tertawa pula dan berseru, " Hayo, katakanlah, apakah bukan alat
penggaruk gatal?"

Dengan tertawa pahit Li Siu Goan menyahut " Ya, ya, benar, memang alat
penggaruk gatal.

Cret . . . . kembali Kim-tiau-hoan itu menancap di meja ketika tangan si dara


berayun. Kemudian dara itu tertawa kepada Kun Hiap yang saat itu berada di
belakang Wi Kiam Liong. Nadanya bergemericik laksana petikan yang~khim yang
merdu memikat.

Tetapi anehnya, Kun Hiap malah terus ber-putar tubuh, wajahnya berobah pucat
seperti melihat sesosok Siluman yang menyeramkan..

Wi Kiam Liong juga terkejut ketika menyaksikan kepandaian yang dipertunjukkan


dara itu.

"Apakah nona tak keberatan untuk memberi tahu, apa tujuan nona datang
kemari?' serunya. Diam2 dia mengharap agar nona itu jangan orang yang
menulis pada tiang itu.

"Ih, kiranya kalian masih belum tahu?" tiba tiba dara itu melengking, "bukankah
sudah kutulis pada tiang itu kedatanganku kemari tak lain hanyalah untuk
menerima barang itu.

Mendengar itu wajah Wi Kiam Liong berobah lesi seketika. Dia tak dapat omong

mailto:22111122@yahoo.com 52
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lagi. Sedang tuanrumah, Li Siu Goan, jugu masih lunglai di kursinya dan tak
omong apa2 lagi.

Sedangkan Kun Hiap, setelah tahu dara itu hendak merampas barang antaran
yang dikawal pamannya, marah sekali.. Tetapi karena menyadari dia tak mampu
melawannya maka dia terus berputar diri dan membentak sekeras-kerasnya,
"Engkau..."

Tetapi saat itu Thiau Go lojin mendahului kebutkan lengan jubahnya untuk
mencegah Kun Hiap melanjutkan kata-katanya.

"Siapakah nama nona?" kata Thian Go lojin.

Dara itu tertawa mengikik, "Karena Thian Go cianpwe yatig bertanya, akupun tak
berani membohongi. Aku orang she Tian, nama Hui Yan."

Thian Go tak menghiraukan siapa nama dara itu. Dia hanya memperhatikan she
nona itu. Segera dia menggali ingatannya untuk mencari siapa-siapa tokoh she
Tian dalam dunia persilatan itu. Dan apakah dia itu tergolong aliran putih atau
hitam.

Memang dia dapat menemukan beberapa jago she Tian.. Tetapi kepandaian
mereka hanya biasa-biasa saja. Jauh sekali bedanya dengan dara yang mengaku
she Tian itu.

Thian Go lojin tahu bahwa dunia persilatan itu luas sekali. Banyak tokoh2 sakti
yang masih tersembunyi. Dan yang muncul baru sebagian saja. AkhitnyaThian
Go lojin hentikan renungannya..

"Nona Tian, kalau engkau hendak merampas barang antaran itu, apakah tidak
tepat waktunya," seru ketua dari partai Ceng-shia itu.

Gundu mata si dara Thian Hui Yan berputar sehentar lalu berkata, "O, aku
mengerti. Apakah karena Thian Go cianpwe berada disini?"

Thian Go lojin mengurut-urut jenggotnya tak mau bicara. Suatu pertanda bahwa
maksudnya memang seperti yang dikata dara itu.

Dara itupun tertawa mengikik dan berseru pula, "Thian Go cianpwe, sering
kudengar orang berkata, bahwa 'pohon kalau sudah tua tentu tengahnya
(hatinya) kosong’. Dan orang kalau sudah tua, uh, juga tak hanyak gunanya
lagi!"

Thian Go lojin tertawa hambar, "Peribahasa mengatakan 'anak kambing tak takut

mailto:22111122@yahoo.com 53
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

pada harimau '. Kiranya memang benar."

Tian Hui Yan tiba2 gentakkan tangan dan sret .... secercah sinar perak yang
halus, melayang kearah Thian Go lojin.

Luar biasa cepatnya dara itu bergerak sehingga seorang tokoh seperti Thian Go
lojin, sesaat tak tahu benda apa yang melayang kepadanya itu.

Hanya dia mendengar dara itu berseru melengking, "Kalau begitu, aku hendak
mengunjuk kegarangan!"

Thian Go lojin merebahkan tubuhnya sedikit ke belakang, sembari kebutkan


lengan jubahnya kearah sinar pelangi itu. Plak, lengan jubah lojin itu menampar
meja dan sinar pelangi itupun lenyap.

Saat itu si dara masih memegang seutas rantai perak sebesar jari tangan. Yang
menjulur hanya sepanjang empat atau lima dim, sisanya telah ditelungkupi
lengan baju Thian Go di meja.

Wajah Hui Yan terkejut sekali tetapi pada lain saat berobah tenang kembali Dia
menggerakkan tangannya kebawah. Seketika rantai perak yang tertindih lengan
baju Thian Go di meja itu, mulai bergerak-gerak minp dengan seekor tikus yang
hendak menyelundup kedalam liangnya.

Hui Yan berusaha untuk melepaskan rantai peraknya dari tindihan lengan jubah
Thian Go. Tetapi ternyata lengan jubah lojin itu sudah disaluri dengan tenaga-
dalam yang cukup besar. Walaupun lengan jubah itu terbuat danpada kain le-
mas tetapi saat itu berobah menjadi benda yang tak kurang dan seribu kati
beratnya.

Memang karena ditarik Hui Yan, rantai perak itn bergerak keras sekali Tetapi
tetap tak dapat lolos dari tindihan lengan jubah.

Sepasang pipi Hui Yan mulai bertebar warna merah dan hidungnyapun mulai
menitikkan air. Pertanda bahwa dia sudah mengarahkan tenaga-dalam sampai
tujuh delapan bagian. Sedangkan Thian Go lojin tampak masih tenang2 saja dan
berkata dengan nada dingin, “Nona Tian, bagaimana kalau engkau segera
tinggalkan desa Li ini?" serunya.

Tian Hui Yan tertawa melengking, "Thian Go cianpwe, apa yang menjadi
tujuanku datang kemari, belum terlaksana. Bagaimana aku dapat pergi?"

"Jika engkau tak mau melihat gelagat," kata Thian Go dengan dingin,
'"dikuatirkan apabila engkau hendak pergi, sudah tak. dapat pergi lagi."

mailto:22111122@yahoo.com 54
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Yan tertawa mengikik sembari menyurut mundur. Rantai perak yang
tertindih lengan jubah Thian Go di meja, karena ditarik-tarik si dara,
mengeluarkan bunyi berderak-derak dan tahu-tahu keempat kaki meja yang
terbuat danpada kayu mahoni itupun putus.

Pada waktu kaki meja putus, Hui Yanpun membarengi menarik kesamping, tring
....

Temyata tali rantai perak itu panjangnya hampir satu setengah meter. Ujung
rantai merupakan sebuah roda kecil yang sekeliling tepinya amat tajam. Benar2
sebuah senjata aneh yang tak pernah terdapat dalam dunia persilatan.

Sesaat rantai dapat ditank keluar, dara itupun bersuit nyaring. Wajah Thian Go
agak berubah. Tubuhnya sedikit menunduk dan lengan jubahnya segera
meluncur maju. Sebelum si dara sempat mengambil kembali rantainya, ujung
lengan jubah Thian Go sudah melibat rantai itu lagi.

Hui Yan tertegun. Dia menarik sekuat-kuatnya tetapi mana mampu? Malah
setelah dapat melilit ujung rantai, Thian Go lalu menariknya. Bahkan tangan
kanannyapun sudah diangkat untuk menarik si dara.

Betapa besar nyali Hui Yan tetapi dia juga masih punya pikiran. Tak mungkin
dara itu berani melanjutkan menarik rantainya lagi. Dan lagi dengan hanya
melilit ujung rantai itu, tentulah Hui Yan tak sampai terluka sehingga gurunya
takkan marah dan mendendam. Demikian perhitungan Tluan Go..

Memang perhitungan itu tepat. Tetapi ketika Tluan Go menarik, ternyata Hui Yan
tegak seperti sebatang pohon yang berakar. Kokohnya bukan kepalang.

Thian Go terkejut. Dia memang tahu kalau dara itu berilmu tinggi tetapi dia tetap
yakin tentu dapat mengatasi. Tetapi setelah ia tak mampu menarik, barulah dia
kelabakan kaget Buru2 dia mengerahkan tenaga-dalam untuk memperkuat
tarikannya.

Tetapi ah, kurang ajar benar dara itu. Kalau Thian Go tambah ngotot, sebaliknya
dara itu malah menarik tenaga perlawanannya. Dia tak mau melawan.

Thian Go kecele. Dia ngotot, Hui Yan kendor. Tambahan tenaga-dalam yang
dipancarkan Thian Go itu, sia-sia saja. Bukan itu saja. Pada saat itu juga si dara
sudah loncat untuk menyerbunya. Karena terdesak, Thian Go terpaksa rebahkan
tubuh ke belakang, brak .... kursi yang didudukinya hancur berantakan.

Thian Go tahu bahwa kalau dia sampai jatuh ke lantai, tentulah akan kehilangan

mailto:22111122@yahoo.com 55
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

muka. Tetapi dia memang seorang ketua partai persilatan yang sakti. Dalam saat
yang mengancam kebesaran namanya itu, dia segera kibaskan lengan jubah
sebelah kiri kearah Hui Yan, sedang tangan ka-nannya menampar kearah lantai.
Dengan meminjam tenaga tamparan itu, ia layangkan tubuhnya keudara.

Tetapi Hui Yan memang lihay sekali. Pada saat Thian Go melayang ke udara,
dara itu sudah apungkan diri loncat melampaui atas kepala Thian Go. Waktu
berada diatas kepala Thian Go, Hui Yan menarik rantainya, kres .... sekelumit
rambut putih Thian Go terpapas.

Waktu Thian Go lojin berdiri tegak, Hui Yanpun sudah melayang sampai
setombak jauhnya, berputar tubuh dan memberi hormat kepada orang tua itu
seraya beneru, ' Maaf, maaf.

Melihat tangan si dara mengepal seuntai rambut putih, serentak Thian Go


terlongong kesima. Dia menyadari, latihannya akan ilmu tenaga-dalam selama
berpuluh tahun, kalau bertanding dengan si dara yang masih muda belia itu, dia
tentu menang. Tetapi ternyata dengan akal kecerdikan, Hui Yan dapat menang
angin

Thian Go lojin menghela napas. Sembari kebutkan lengan jubah dia melesat
keluar dari ruangan. Pada lain saat bayangannya sudah lenyap. Rupanya ketua
partai Ceng-shia-pay itu malu dengan ' kekalahan ' yang didenta dan Hui Yan.

Sepeningga! jago tua itu, orang2 yang masih berada dalam ruang saling
berpandangan. Hui Yan tertawa lancang, "Thian Go lojin sudah pergi. Naga-
ungu-sakti dan Li cungcu, tampaknya tak mau adu kekerasan dengan aku. Wi
sin-kiam, lukamu belum sembuh betul, barang antaran yang engkau kawal itu,
jelas tentu akan kurebut."

Wi Kun Hiap tiba2 menggembor marah, "Engkau lupa kalau akumasih ada!"

Tian Hui Yan mendesis, "Ih, ya, ya, aku melupakan Wi siauhiap, maaf! Bukankah
Wi siau-hiap tentu akan menjaga barang antaran itu dengan mati-matian?"

Tetapi pemuda itu tak mau banyak bicara lagi. Serentak mencabut pedang dia
terus menerjang dan menusuk dada si dara.

Thian Hui Yan agak mundur sedikit, rantai perak digentakkan keatas, Belum
pedang Wi Kun Hiap sempat bergerak, tahu2 siku lengannya terasa mengencang
karena sudah terlilit rantai si dara. Dan suatu arus tenaga besar segera
memancar sehingga tubuhnya terangkat dan melayang keluar dari ruang besar
itu.

mailto:22111122@yahoo.com 56
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sudah tentu Wi Kiam Liong terkejut bukan main. Sembilan batang pedang-kecil
segera ditaburkan. Tetapi dara itu tak mau menyambuti. Dia tawa mengikik dan
terus melesat keluar.

Melihat itu Wi Kiam Liong memburu tetapi tiba2 Hui Yan berpaling dan berseru
sembari tertawa. "Ah, tak perlu mengantar ..." - sambil berkata dia memberi
hormat dengan kedua tangannya tahu2 Wi Kiam Liong rasakan dadanya telah
dilanda segulung tenaga yang keras sekali sehingga dia terpental mundur
beberapa langkah.

Ternyata Hui Yan lari keluar itu karena hendak menolong Kun Hiap. Begitu tubuh
Kun Hiap meluncur turun dari udara, dara itu ulurkan tangan menyambutmya.

Tetapi Kun Hiap tak berterima basih. Ia menabas kepala dara itu dengan pedang
Kim-liong-kiam. Si dara surutkan kepala mundur sehingga pedang itu hanya
lewat disisinya. Kalau Kun Hiap tak cepat2 merighentikan pedangnya, tentulah
bahunya sendiri akan terpapas.

Setelah menyambuti tubuh Kun Hiap, berserulah Hui Yan, 'Wi piauthau," katanya
kepada Wi Kiam Liong, “jangan kaget, aku hanya perlu bicara dengan dia,"

Wt Kiam Liong hanya tertegun. Ia melihat sendiri bagaimana seorang tokoh


seperti Thian Go lojin toh dapat dijinakkan oleh dara itu, apalagi dia. Terpaksa
dia hanya berdin diam melihat sidara membawa pergi Kun Hiap

Kun Hiap berusaha untuk meronta tetapi tak mampu melepaskan diri dan tangan
si dara yang mencekal pinggangnya dan diangkat keatas.

"Mau apa engkau ini'" teriaknya dengan marah sekali.

"Jangan kuatir," sabut Hui Yan, "aku hanya perlu akan bertanya sedikit
kepadamu."

"Kalau begitu lepaskan aku."

"Baik," seru Hui Yan seraya terus meletakkan tubuh Kun Hiap supaya berdiri di
tanah.

Kun Hiap tak habis herannya melihat tingkah laku dara aneh itu. Setelah
tertegun beberapa jenak, baru dia bertanya, "Engkau mau tanya apa?"

Hui Yan tertawa cerah.

"Ah, sebenarnya juga tidak ada apa2,” katanya.

mailto:22111122@yahoo.com 57
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sudah tentu Kim Hiap marah. Dia tahu dara itu memang dengan sejujurnya
berkata begitu kareua memang tidak mempunyai urusan apa2 dengan dia. Dara
itu mengaduk rumah keluarga Li, bukan mempunyai tujuan apa2 kecuali hendak
membawanya ( Kun Hiap ) keluar dari rumah itu. Dan apa perlunya? Tak lain
supaya dia (Kun Hiap) disuruh menelan kata2 si dara yang membikin kesal hati
agar dara itu gembira.

Dara itu tak menyadari bahwa perbuatannya itu bukan melainkan menyebabkan
tuanru-mah Li Siu Goan sakit dihati, pun Nyo Hwat juga menderita luka dan
Thian Go lojin juga mendapat malu sehingga dikuatirkan jago tua itu tak mau
lagi muncul di duma persilatan. Kesemuanya itu adalah perbuatan dari seorang
dara yang suka ugal-ugalan seperti Hui Yan.

Sambil berpaling tubuh, Kun Hiap menggeram, "Kalau memang tak ada
perlunya, mengapa engkau membawa aku kemari?"

"Ih, dikata tidak punya urusan tetapi sebenarnya juga ada sedikit," sahut si dara.

Kun Hiap meringis. Tertawa tetapi seperti orang meringis.

"Uh, waktu paman Lo hendak menutup mata, dia minta tolong kepadamu suruh
mencari seseorang.. Apakah engkau tak ingin mencari orang itu?"

"Dia tak mengatakan siapa orang itu, bagaimana mungkin aku dapat
mencarinya?" sahut Kun Hiap.

"Beberapa jago sakti itu berkumpul di Istana Tua. Ada dua diantara mereka yang
tertimpah bahaya maut dan masih ada seorang lagi yang wajahnya minp paman
Lo sedang mempermainkan mereka. Apakah engkau tak merasa aneh?" seru Hui
Yan.

"Kalau merasa aneh lalu bagaimana?" geram Kun Hiap.

Hui Yan tertawa, "Kutahu siapa orang yang paman Lo suruh engkau mencarinya
itu "

"Siapa?"

"Waktu dia meningga!, tangannya menuding pada sebuah lukisan orang yang
tergantung di ujung tembok. Nah, siapa lagi kalau bukan orang itu yang
dimaksud paman Lo."

"Itu gambarku!" teriak Kun Hiap.

mailto:22111122@yahoo.com 58
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Yan tertawa dingin, "Engkau? Pernahkah engkau dilukis oleh Poa Ceng Cay
tayhiap?"

Kun Hiap terlongong-longong. Dia seperti orang yang tersadar dan mimpi.
Memang benar. Dia tak pemah dilukis oleh Poa ceng Cay. Bah-kan siapa Poa
Ceng Cay yang disebut si dara sebagai seorang tayhiap (pendekar besar ) itu,
diapun belum pernah bertemu. Tetapi mengapa dalam ruang Istana Tua itu
terdapat gambar dirinya ( Kun Hiap)? Bukankah hal itu menandakan kalau dia
pernah dilukis oleh Poa Ceng Cay itu? Aneh, benar2 aneh sekali! Makin memikir,
pikiran Kun Hiap makin bingung.

"Lukisan orang itu sudah tentu bukan engkau," kata Hui Yan pula, "tetapi
seorang yang tentunya mempunyai hubungan dekat sekah dengan engkau.
Mungkin engkohmu."

"Ngaco!" bentak Kun Hiap.

"Atau mungkin ayahmu," Hui Yan tak menghiraukan.

Sudah tentu Kun Hiap makin marah, "Jangan ngaco belo tak keruan engkau!
Bagaimana wajah ayahku masa aku tak tahu!"

Tiba2 Hui Yan tertawa mengikik, "Siapa tahu mamamu pernah kawin dengan
orang lain sebelum menikah dengan suaminya yang sekarang mi, Engkau ikut
pada ayah tiri tanpa tahu siapa ...”

Sebelum Hui Yan melanjutkan kata-katanya Kun Hiap sudah tak dapat menahan
kemarahannya lagi. Dia segera menabas dengan pedang Kim-liong-kiamnya.

Hui Yan tetap tertawa mengikik. Tanpa berkisar langkah, tubuanya bergeliat dan
dengan indah sekali dia sudah dapat terhindar dari ancaman pedang. Karena
merasa tak mampu melawan, Kun Hiap hentikan pedangnya, berputar tubuh
terus ngeloyor pergi.

Tetapi baru dua langkah berjalan, Hui Yan sudah meneriakinya, "Hai,
berhentilah!"

Tetapi Kun Hiap tak mau menghiraukan lagi.

"Anggaplah aku tadi bicara ngaco dan sekarang aku hendak minta maaf," seru si
dara.

Tetapi Kun Hiap tak mau menjawab daa tetap ayunkan langkah bahkan terus

mailto:22111122@yahoo.com 59
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lari. Tetapi dia tetap mendengar suara dara itu seperti hanya dua meter jaraknya
dibelakangnya.

"Hai, engkau ini bagaimana sih? Apakah engkau benar2 tak mau mencari Poa
Ceng Cay untuk minta keterangan kepadanya?"

Kun Hiap tahu kalau dia tak mampu menandingi dara itu, baik dalam kepandaian
silat maupun adu lidah. Pun dia merasa tak mungkin dapat melepaskan diri dari
libatan dara itu. Maka diapun diam saja tak mau menyahut.

Beberapa kejab kemudian tibalah dia di sebuah simpang jalan. Waktu dia
mengambil jalan kearah kiri, tiba2 Hui Yan sudah meneriakinya, "Salah! Kalau
mau ke rumah Poa Ceng Cay, harus mengambil jalan kearah kanan . . . . "

"Siapa yang hendak datang ke rumah orang she Poa itu?" teriak Kun Hiap penuh
geram.

“Sudah-tentu engkau ...” si dara-tertawa.

Sebelum Kun Hiap sempat menjawab, setiup angin telah mendampar bahunya.
Cepat dia miringkan tubuh tetapi tetap tak mampu menghindar. Saat itu
bahunya terasa kencang dan tahu2 tubuhnya sudah diangkat Hui Yan yang terus
melemparkannya, Ternyata dara itu melemparkan Kun Hiap kearah jalan yang
kanan dan serempak pada saat itu terdengar Hui Yau berseru seolah memberi
perintah, “Hayo, jalan . . . ! "

Marah Kun Hiap bukan alang kepalang. Dia tetap mematung tak mau berjalan.
Melihat itu Hui Yan berseru, "Kalau engkau mogok, aku terpaksa akan
memaksamu berjalan."

"Aku tetap akan mogok saja, coba lihat bagaimana caramu hendak memaksa
aku,” diam2 Kun Hiap berkata dalam hati.

Plok . . baru berpikir begitu tiba2 pantatnya ditendang Hui Yan. Tendangan itu
tepat mengenai jalandarah wi-tiong hiat di belakang lutut dan diluar
kehendaknya sendiri, Kun Hiap seperti dipaksa lari. Karena kuatnya tendangan si
dara, Kun hiap lari sampai 30-an langkah baru berhenti.

Tetapi baru saja dia berhenti, tendangan kedua sudah melayang dan Kun
Hiappun seperti terseret lari. Dia berusaha untuk menghentikan larinya tetapi tak
mampu.

"Hayo, coba engkau bayangkan. Kalau engkau di jalan besar berjalan seperti itu,
apakah tidak ditertawakan orang? Maka lebih baik engkau berjalan sediri saja

mailto:22111122@yahoo.com 60
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dan akupun tak mempunyai maksud jelek kepadamu."

Mendengar itu diam2 tercekatlah hati Kun Hiap. Memang benar kata dara itu.
Saat itu mereka berada dijalan yang sepi tetapi bagaimana nanti kalau tiba di
jalan besar . . . . "

Berpikir sampai disitu, kepalanya berkeringat.

Setelah memaksa Kun Hiap berjalan degan tiap kali harus menendang kaki
pemuda itu, akhirnya mereka teiah mencapai jarak tiga limapuluh li. Napas Kun
Hiap mulai terengah-engah, hatinya bingung sekali. Dia sudah mencari berbagai
akal agar dapat terhindar dari dara itu, namun tetap sia-sia saja.

Selama dipaksa lari itu entah sudah berapa kali dia coba untuk menabas si dara
dengan pedangnya tetapi kesemuanya itupun tak berguna.

Saat itu dia melihat bahwa tak berapa jauh disebelah depan mereka segera akan
tiba disebuah jalan besar. Sudah tentu dia kelabakan setengah mati.

Sebaliknya Hui Yan masih tetap tertawa-tawa menendangnya supaya berjalan.


Kemarahan Kun Hiap benar2 sudah memuncak. Dia menabas dan menghantam
ke belakang. Tiba2 tangan kirinya yang menghantam itu telah membentur
sebuah benda..

Walaupun sedang meluap amarahnya, namun Kun Hiap masih tak lupa akan
ilmusilat dari keluarganya, dimana dia telah mendapat latihan yang kokoh..
Selekas mencengkeram benda ltu, dia segera menyadari kalau yang dicengkeram
itu adalah siku lengan orang maka diapun segera memperkencang
cengkeramannya. Dan begitu berpaling, dia baru tahu kalau yang dicengkeram
itu benar2 pergelangan tangan si dara.

Sudah tentu saat itu girang Kun Hiap bukan alang kepalang. Tanpa
menghiraukan segala adat dan segala jurus ilmu apa saja, dengan menggembor
keras dia terus menabas muka Hui Yan.

Tabasan itu menggunakan seluruh tenaganya. Dia ingin sekali dapat menabas
tubuh si dara sampai kutung. Begitu sinar pedang Kim-liong-kiam berkelebat
melayang turun, dilihatnya wajah Hui Yan agak merebah ke belakang dan mata
agak dipejamkan. Tepat wajahnya itu tertimpa cahaya matahari silam, kedua
pipinya tampak berwarna merah jambu, cantiknya bukan alang kepalang.

Telah dikatakan marah Kun Hiap terhadap dara yang telah mempermainkan
dirinya itu bukan alang kepaiang. Dia benci kemati-matian kepada dara itu
sehingga ingin sekali tabas dia dapat mengutungi tubuhnya. Akan tetapi dikala

mailto:22111122@yahoo.com 61
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

matanya tertumbuk pada wajah si dara yang cantik berseri-seri laksana seorang
dewi, entah bagaimana tangan Kun Hiap serentak ditariknya kembali.

Tetapi dia menggunakan tenaga besar untuk menabas, waktu ditarik kembali,
diapun menggunakan tenaga yang kuat sekali. Begitu kuatnya dia menarik
sehingga pedang itu sampai membentur keningnya.

Untung waktu menarik itu tangannya melingkar. Coba tidak tentulah keningnya
akan terpapas mata pedang. Sekalipun begitu karena terbentur dengan
punggung pedang, tak urung kening nya juga berdarah dan sakit.

Saat itu Hui Yan baru membuka mata. Ketika memandang lekat2 pada pemuda
itu. Justeru saat itu Kun Hiap juga tengah terlongong-longong memandangnya.
Keduanya saling berpandang-pandangan sampai beberapa saat.

"Terima kasih atas kebaikanmu tak jadi membunuh aku," akhirnya Tian Hui Yan
tertawa renyah".

Kun Hiap menghela napas dan lepaskan cengkeramannya pada pergelangan


tangan Hui Yan.

"Perlu apa engkau mempermainkan aku ?" tanyanya, "sudah tahu kalau
kepandaianku rendah dan tak dapat membunuhmu."

"Tidak, tidak!" cepat Hui Yan berteriak, "tadi kalau engkau jadi menabas, aku
tentu mati!"

Teringat akan adegan tadi, diam2 Kun Hiap kucurkan keringat dingin karena
merasa ngeri membayangkan apabila pedangnya jadi membelah tubuh si dara.

"Tetapi perlu apa engkau membiarkan dirimu kubunuh ?" tanya Kun Hiap.

Jawab si dara, "Kutahu tak nanti engkau tega membunuh aku. Cobalah engkau
pikir. Apa sebab dan gunanya engkau hendak membunub aku itu ?"

Kun Hiap terbeliak- Dia sendiri juga tak mengerti mengapa dia tadi begitu marah
dan terus mencabut pedang hendak membunuh dara itu.

"Nona Tian," katanya, "rasanya sudah cukup puas engkau mempermainkan aku.
Aku mau kembali ke rumah keluarga Li, harap jangan merintangi lagi."

"Tetapi aku justeru hendak meminta engkau mengunjungi Poa Ceng Cay.

Mendengar itu marahlah Kun Hiap. "Aku harus pergi kemana, masa aku tak tahu

mailto:22111122@yahoo.com 62
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

?"

Hui Yan tundukkan kepala dan memainkan ujung lengan bajunya, katanya,
"Sebenarnya, aku bertindak demi kebaikanmu."

“Kalau memang betul begitu," teriak Kun Hiap, "silakan engkau tinggalkan aku
jauh- jauh".

Baru Kun Hiap berkata begitu, tiba2 terdengar lelaki yang nyentrik sekali. Dia
menunggang seekor keledai tetapi caranya menunggang tidak seperti orang
biasa, melainkan berbalik tubuh menghadap ke belakang. Tetapi yang
mengherankan pula, walaupun keledai, larinya bukan alang kepalang cepatnya.

Dan begitu datang, orang aneh itu terus julurkan kepalanya ke muka sehingga
hampir membentur muka Kun Hiap.

"Hah, engkau lagi budak kecil. Rupanya engkau sama dengan bapamu, suka
menggoda wanita, ya?" kata orang aneh itu.

Orang itu tak lain adalah si orang aneh yang pernah bertemu dengan Kun Hiap.
Kun Hiap tahu kalau yang mengirim surat undangan tanpa nama itu bukan lain
adalah orang nyentrik itu.

Habis berkata orang itu menarik mundur kepalanya lagi.

"Mengapa anda ngomong sembarangan saja menghina ayahku?” balas Kun Hiap.

Tiba2 orang aneh itu menjulurkan mukanya lagi. Kali ini malah ujung hidungnya
hampir menyentuh ujung hidung Kun Hiap.

"Ha," dia tertawa, "Apa sih bapamu itu? Sekalipun kumaki dengan kata2 kotor,
pun sudah selayaknya. Engkau mau apa?"

Berhadapan dengan seorang yang liar seperti Tian Hui Yan, Kun Hiap sudah
pusing. Sekarang dia harus bertemu lagi dengan seorang manusia aneh yang
urakan yang terang-terangan menghina ayahnya. Walaupun tahu kalau bukan
lawannya tetapi Kun Hiap tak dapat menahan sabar lagi.

Dengan menuding ujung hidung orang itu, dia menegur, "Kalau mau bicara,
harap dipikir dulu !"

"Ha, ha," kembali manusia aneh itu tertawa mengejek, "budak hina seperti
engkau mau pura-pura seperti seorang kuncu (gentleman) di hadapanku. Coba
katakanlah, apa gunanya seorang manusia seperti ayahmu itu ?"

mailto:22111122@yahoo.com 63
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Siapakah yang tak tahu akan kebesaran nama ksatrya dari ayahku?" seru Kun
Hiap.

"Salah omong engkau!" tukas manusia aneh itu, "bukan nama ksatrya tetapi
nama busuk!"

"Ngaco !" bentak Kun Hiap, "berani benar engkau menghina pendekar pedang
Naga-emas Wi Ki Hu ?"

"Ah,'" tiba2 orang aneh itu mendesuh kaget, "kiranya mamamu menikah lagi ?
Kalau begitu engkau punya ayah sambungan.

Mendengar itu marah Kun Hiap bukan kepalang. Pikirnya, ternyata manusia aneh
itu sealiran dengan Tian Hui Yan yang hendak mempermainkan dirinya.

Bingung.

Mendengar kata2 si orang aneh, Kun Hiap tertegun dan merenung lalu berputar
kearah Tian Hui Yan. Tetapi dara itu tengah berdiri membelakanginya dan
menghadap kearah sebatang pohon. Dia diam tak bergerak.

Kun Hiap heran, pikirnya, "Biasanya dara itu liar, mengapa sekarang seperti
patung ?"

Melihat Kun Hiap tak bicara, orang aneh itu berseru pula, "Ha, sepanjang
hidupnya ayahmu itu hanya pandai merebut isteri orang. Itulah sebabnya maka
isterinya juga pernah diserobot orang. Coba engkau bilang apa ?"

Tadi sebenarnya K.un Hiap sudah tak dapat menahan kesabarannya. Sekarang
mendengar orang aneh itu kembali menghina mamanya, dia sudah tak mampu
mengendalikan diri, dengan membentak keras dia menghantam orang aneh itu.

Tetapi baru dia mengangkat tangan, tiba2 lengannya sudah lunglai sehingga tak
kuasa diangkat lagi. Rupanya jalandarahnya pada lengan bawahnya telah ditutuk
orang. Dan pada saat itu dia seperti mendengar sebuah ngiang suara yang
lembut, berasal dari arah Hui Yan berdiri.

Jelas tentulah dara itu yang menggunakan senjata rahasia untuk melumpuhkan
jalandarahnya. Rupanya dara itu melarangnya jangan cari perkara dengan
siorang aneh.

mailto:22111122@yahoo.com 64
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Orang aneh itu hanya ganda tertawa. Untung dia tak mau melibat Kun Hiap lebih
lanjut. Sehabis berkata tadi, dia terus tertawa gelak2 dan keledainyapun segera
melanjutkan perjalanan lagi. Dalam sekejab saja sudah jauh.

"Budak kecil, jangan memperlakukan kasar pada dara itu. Terus terang, engkau
masih belum nempil dengan ujung kakinya," tiba2 pula dari jauh orang aneh itu
berseru.

Kun Hiap hendak balas memaki tetapi manusia aneh itu sudah jauh sekali.
Terpaksa Kun Hiap hanya mendengus geram, "Orang gila !"

"Dia sudah pergi?" saat itu baru Hui Yan buka suara. Nadanya menunjukkan rasa
jeri.

Kun Hiap tertegun dan tiba2 tertawa, "Ho, ternyata engkau juga punya takut toh
?”

Dia sudah kenyang menerima ejekan sidara. Sekarang ternyata dara itu juga
takut berhadapan dengan si manusia aneh tadi. Sudah tentu diam2 Kun Hiap
gembira juga.

Hui Yan berbalik diri dan leletkan lidah, "Kalau tidak takut berarti pura2. Tadi aku
telah menolong jiwamu, tahu kau ?" serunya.

"Ngaco,” sahut Kun Hiap dengan dingin.

Hui Yan berteriak aneh, "Memang untuk menjadi orang baik itu tak gampang.
Anjing hendak menggigit dewa Lu Tong Pin alias orang yang tak tahu kebaikan
lain orang. Binatang memang dapat dinilai hatinya tetapi siapa yang tahu akan
hati inanusia ?"

Mendengar mulut si dara nyerocos tak keruan, Kun Hiap bĕrseru juga. "Sudah,
sudahlah! Engkau bilang menolong jiwaku. Tetapi apa yang kautolong itu ?"

"Engkau tadi hendak menghantam orang itu, bukan?" kata Hui Yan, "kalau tak
kuhalangi mungkin engkau sudah berhasil memukulnya.”

"Aku memang hendak memberinya sebuah bogem mentah," kata Kun Hiap.

Hui Yan tertawa, "justeru nama gelarnya yang termasyhur yalah 'selalu
menerima pukulan orang tak pernah membalas', Maka kalau tadi pukulanmu
sampai kena, tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dalam tubuhnya tentu kontan akan
membuat reaksi sehingga jiwanya pasti melayang."

mailto:22111122@yahoo.com 65
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mendengar tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi, seketika wajah Kun Hiap berobah dan


kesima, "Sam-yang .... cin-gi . . . ?" ulangnya.

"Ya."

Dengan nada gemetar berkatalah Kun Hiap pula, "Kalau begitu, orang aneh yang
naik keledai dengan menghadap ke belakang itu, adalah tokoh nomor satu dari
aliran Hitam dan Putih, ketua pulau Mo-hun-to yang bernama Koan Sam Yang
itu?"

Hui Yang mengangguk-angguk.

"Siapa lagi kalau bukan dia. Dia bergelar 'Pantang-balas-menyerang! Karena dia
tak perlu harus turun tangan membalas, musuh sudah kelabakan sendiri."

Kun Hiap terlongong-longong sampai beberapa saat. Pikirnya, "Kalau orang itu
benar Koan Sam Yang, maka dara itu memang benar tadi telah menyelamatkan
jiwanya."

Dipandangnya dara itu. Dia hendak mengucapkan terima kasih tetapi teringat
bagaimana tadi dara itu telah mengocoknya, ucapan terima kasih itupun macet
dalam tenggorokannya. Dia hanya termangu-mangu memandang dara cantik itu.

"Ih, mengapa terlongong-longong saja?" tegur Hui Yan, "ketakutan, ya?"

"Tidak," sahut Kun Hiap, "kutahu bahwa yang menulis surat undangan kepada
beberapa ko-jiu, juga orang itu."

“Sungguh ?" Hui Yan melonjak kaget.

“Siapa yang membohongimu?"

“Wah, kalau begitu sungguh bagus sekali- Hayo kita pergi." seru si dara terus
menarik lengan Kun Hiap.

"Eh, mau kemana nih ?" Kun Hiap heran.

"Tak perlu bertanya, nanti engkau tentu tahu sendiri. Tanggung bermanfaat
untukmu !"

"Siapa yang mengharap manfaat dari engkau ? Lepaskan !" teriak Kun Hiap.

Tetapi Hui Yan tak menggubris. Dia terus menyeret lengan Kun Hiap. Karena
kepandaiannya kalah, Kun Hiap tak dapat berbuat apa2 kecuali menurut saja.

mailto:22111122@yahoo.com 66
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dalam beberapa kejab saja sudah lari sampai tujuh delapan li.

Tiba2 dari arah lembah, terdengar suara burung berbunyi. Mendengar itu Hui
Yan gembira sekali. Diapun terus bersuit seperti bunyi burung.

"Lepaskan aku ! Eigkau mau melepaskan aku atau tidak ?" teriak Kun Hiap.

Tetapi Hui Yan tetap tak menghiraukan dan masih menyeretnya kedalam
lembah. Begitu masuk kedalam lembah, terdengarlah suara seorang wanita
berseru sarat. "Sam-ah-thau, orang suruh melepaskan, mengapa engkau tak
mau melepaskannya?"

“Kalau kulepas, dia tentu lari,” sahut Hui Yan.

Wanita itu tertawa, serunya, "Ah-thau, Kusuruh engkau mengundang orang,


mengapa engkau menyeretnya dengan paksa ?"

Hui Yan tertawa mengikik, "Karena diundang baik2 tak mau, terpaksa harus
kuseret saja."

Pembicaman sidara dengan wanita itu, membuat Kun Hiap tertawa meringis.
Terang kalau tindakan Hui Yan itu atas perintab si wanita itu, bukan kemauan
dara itu sendiri.

Saat itu Kun Hiap sudah dibawa masuk kedalam lembah dan Hui Yanpun terus
mendorongnya sehingga Kun Hiap terhuyung ke muka beberapa langkah,
sehingga hampir membentur sebatang pohon.

Tiba2 dari arah muka menghambur setiup tenaga angin lunak yang melandanya
sehingga dia tak sampai jatuh ke muka. Kun Hiap menghela napas. Memandang
ke muka, ternyata dia sedang berhadapan dengan seorang wanita pertengahan
umur. Wajah wanita itu biasa saja, menampilkan pancaran rasa kasih sayang
dan keramahan sehingga Kun Hiap-pun merasa senang. Entah bagaimana, Kun
Hiap yang mendongkol karena dibuat bulan bulan si dara, pun tak dapat marah
kepada wanita itu.

"Apa engkau yang hendak mencari aku ?" tanyanya dengan ramah.

Wanita itu mengangguk, "Benar, memang yang hendak kucari itu, mungkin
engkau ..."

Kun Hiap heran dalam hati.

"Ma, coba bilang, bagaimana kalau aku disuruh melakukan tugas, baik kan ?"

mailto:22111122@yahoo.com 67
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tiba2 Hui Yan lari menghampiri kepada wanita itu.

Wanita itu mengelus-elus rambut si dara dan berkata dengan penuh sayang, "Ya,
memang baik sekali. Kusuruh engkau mengundang orang, tetapi engkau
menyeretnya saja, begitulah . . ."

Tian Hui Yan tertawa, "Ma, engkau tak tahu, ada ceritanya, aku memang . . . .”

Mendengar itu merahlah muka Kun Hiap, serunya, "Nona Tian ..."- dia tahu kalau
Hui Yan tentu hendak menceritakan tentang kisah selama dalam perjalanan tadi
maka diapun buru-buru mencegahnya.

Hui Yan tak melanjutkan omongannya dan cibirkan bibir, tertawa. "Jangan kuatir,
kalau ada sesuatu yang menyalahi aku, baru akan kusiarkan peristiwa itu agar
engkau malu bertemu orang."

Mendengar itu Kun Hiap hanya tertawa pahit.

Wanita tadi deliki mata kepada Hui Yan, serunya, "Kembali barang itu
kepadaku."

Hui Yan merogoh kedalam baju dan menyerahkan sebuah bungkusan sutera
putih.

Wanita itu menyambuti dan membukanya. Kun Hiap mengawasi apa yang
berada dalam bungkusan sutera itu. Dan waktu melihat benda itu, seketika
matanya terbeliak.

Ternyata yang terbungkus dengan sutera putih sebuab lukisan orang. Seorang
lelaki yang mengenakan jubah panjang dan tangannya mencekal sebatang kipas.
Sikapnya santai sekali. Wajahnya tenang sekali.

Siapa lagi gambar orang itu kalau bukan wajah Kun Hiap sendiri...

Wanita itu memperhatikan lukisan lalu memandang kepada Kun Hiap. Setelah itu
dibungkusnya lagi lalu ia menghela napas panjang.

Kun Hiap hendak bertanya tetapi wanita itu telah mendahului, "Apakah ayahmu
baik2 saja ?"

Kun Hiap gopoh menyahut, menyatakan kalau ayahnya sehat tak kurang suatu
apa. "Ayahku, orangtua itu baik2 saja."

Tiba2 mulut wanita itu berkemak-kemik, "Orangtua ... orang tua .... kurasa dia

mailto:22111122@yahoo.com 68
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

belum berapa tuanya, bukan?"

"Apakah anda sudah kenal dengan ayahku?" tanya Kun Hiap.

Wanita itu tidak menjawab melainkan balas bertanya lagi, "Dapatkah engkau
memberi tahu, siapa mamamu ?"

“Mama adalah puteri keluarga Tong dari Oulam " sahut Kun Hiap.

Wanita itu mengangguk. "O- kiranya Dewi Tangan-suci Tong Wan Giok, Ya,
memang hanya dialah yang layak menjadi pasangan ayahmu !" serunya. Namun
nadanya penuh dengan getar2 haru dan rawan.

Sudah tentu Kun Hiap makin heran. Dia menduga kalau wanita itu tentu
mempunyai hubungan baik dengan papa dan mamanya, Tetapi mengapa selama
ini baik papa maupun mamanya tak pernah menceritakan tentang diri wanita itu?

Dia kinipun tahu bahwa Tian Hui Yan itu adalah puteri dari wanita itu.. Kalau
anaknya saja sudah begitu sakti, mamanya tentu lebih sakti lagi. Dengan begitu,
tak mungkin papa mamanya tak menceritakan seorang tokoh wanita yang begitu
sakti. Tetapi kenyataannya, mengapa tidak?

Tampak sepasang alis wanita itu menjungkat seperti tengah merenungkan


sesuatu yang berat.

Tiba2 Hui Yan menepuk bahu Kun Hiap, "Lihatlah, engkau membuat mamaku
marah."

"Aku .....," Kun Hiap terbata-bata kaget.

"Sam-ahthau!" seru wanita itu, "jangan usil mulut. Urusan itu tiada sangkut
pautnya dengan dia, Hanya Aku hanya tengah merenung suatu peristiwa yang
lampau."

"Lho, ma, siapakah yang berani menghina engkau ? Biarlah kuwakili mama
menghajarnya!" seru Hui Yan.

Kun Hiat cepat menyambuti, "Nona Tian. Kuyakin dalam dunia ini tiada seorang
manusia yang berani cari permusuhan dengan mamamu."

Tetapi Hui Yan salah terima, Dia terus bercekak pinggang dan berseru, "Apakah
aku begitu galak sampai orang jadi takut ?"

"Tidak. tidak, engkau .... tidak galak," buru2 Kun Hiap menyusuli kata2.

mailto:22111122@yahoo.com 69
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Hm, engkau memang pintar," dengus Hui Yan.

Wanita itu menghela napas, "Sam ah-thau, coba engkau menyingkir agak jauh
saja. Aku hendak bicara sebentar dengan Can kongcu."

Sambil cibirkan bibir dengan sikap enggan dara itupun keluar. Mendengar wanita
itu hendak bicara dengan seseorang yang disebut Can kongcu, Kun Hiap juga tak
enak sendiri. Diapun terus melangkah mundur.

"Can kongku, aku hendak bicara sedikit dengan engkau, jangan pergi," tiba2
wanita itu berseru.

Kun hiap tercengang. Ternyata yang dimaksudkan sebagai Can kongcu oleh
wanita itu, bukan lain adalah dirinya.

"Cianpwe tentu salah, "katanya," aku orang she Wi, bukan she Can."

Diam2 dia menghela napas longgar. Wanita itu ternyata salah sangka, Dia dikira
orang she Can. Tetapi biar bagaimana, dia merasa lebih longgar saat itu karena
terlepas dari libatan Hui Yan.

"Baik she Can maupun she Wi, tetapi jelas aku tak salah. Waktu aku kenal
dengan ayahmu, mungkin engkau belum lahir. Ah, tempo berjalan begitu cepat
sekali."

Diam2 Kun Hiap geli juga. Ia merasa dunia memang penuh dengan manusia2
yang pikirannya terbalik. Jelas kalau salah menyangka orang, sekarang dengan
mudah wanita itu enak saja mengatakan biar she apa saja, dia tetap merasa tak
salah menduga.

"Kalau cianpwe tiada pesan apa2 lagi, aku hendak pamit," katanya sesaat
kemudian.

"Sudah tentu aku ada urusan," kata wanita itu, "kusuruh si sam-ahthau
membawamu kemari, justeru memang karena hendak menyampaikan suatu
urusan penting kepadamu."

Kun Hiap cepat dapat menduga dara centil itu tentu telah menceritakan kepada
mamanya (wanita itu) tentang peristiwa yang dialami Kun Hiap selama ini. Tentu
wanita itu merasa bahwa orang yang hendak dicarinya, mirip dengan dirinya
(Kun Hiap) oleh karena itu dia terus suruh anak perempuannya untuk
membawanya kesitu.

mailto:22111122@yahoo.com 70
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi cara Hui Yan mengundang orang, begitu kasar dan ceroboh sehingga
membuat Li Siu Goan, kepala perkampungan marga Li, menjadi kalang kabut.

Sambil tertawa kecut, Kun Hiap berkata, "Tetapi cara nona Tian mengundang
orang tadi, memang keliwatan sekali."

"Apa? Apakah dia membuat onar lagi? Hm, budak itu memang!" seru wanita itu.

"Bukan saja membuat onar, pun bahkan telah menyebabkan beberapa kojiu
persilatan tiada muka lagi untuk muncul di dunia persilatan."

Wanita itu geleng-geleng kepala, "O, ini bukan menyalahi tetapi malah menanam
kebaikan, coba engkau pikirkan. Kalau para kojiu itu tetap masih menonjol dan
berebut nama dalam dunia persilatan, tentulah pada suatu hari mereka akan
binasa. Tetapi kalau lekas-lekas mau mengundur-kan diri, tentulah akan selamat
sampai hari tua." Mendengar jawaban begitu, Kun Hiap tak dapat bicara lagi. Dia
menganggap wanita itu membela putrinya. Tetapi memang alasan yang
diuraikan itu, tepat sekali.

Tiba2 wanita itu bergoyang tubuh dan tahu2 telah meluncur ke luar, "Ikutlah
aku, ada suatu barang yang hendak kuberikan kepadamu."

"Aku baru saja kenal dengan cianpwe, bagaimaca aku dapat menerima
pemberian cian-pwe ?"

"Bukan antukmu tetapi aku minta tolong kepadamu untuk menyerahkan


beberapa barang kepada papamu,” kata wanita itu.

Kun Hiap makin tak enak. Wanita itu jelas masih tetap menduga kalau dia orang
she Can. Menilik betapa tinggi kepandaian wanita itu, tentulah barang yang akan
diberikan kepada orang she Can itu, terdiri dari benda2 yang amat berharga
sekali.

Pikir Kun Hiap, baiklah dia menerima saja permintaan wanita itu. Kelak apabila
wanita itu telah menyadari kekeliruannya, bukankah wanita itu akan marah dan
menuduh kalau dia menipunya ?

"Cianpwe," serunya sambil menggoyang-goyangkan tangan menolak," telah


kukatakan kalau engkau keliru menyangka aku. Aku bukan orang she Can tetapi
she Wi."

Tetapi wanita setengah baya itu hanya tersenyum simpul, "Akupun sudah bilang.
Tak peduli engkau orang she Can atau she Wi, bagiku tidak penting."

mailto:22111122@yahoo.com 71
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Mengapa tidak penting ? Kalau shenya tidak sama, tentulah orangnya juga lain.
Masak dalam soal begitu saja cianpwe tak mengerti?"

Agak keras nada Kun Hiap tetapi anehnya wanita itu tidak merasa tersinggung
dan masih tetap tersenyum.

"Mengapa aku tak mengerti ? Yang penting perasaanku sudah mengetahui jelas
engkau ini putera siapa. Itu sudah cukup.. Pergaulan ayahmu luas sekali.
Kemungkinan karena berbuat suatu kesalahan terhadap seseorang, dia lalu
mengganti she."

Sudah tentu marahlah hati Kun Hiap, serunya. "Ayah seorang lelaki jantan.
Berjalan tidak berganti nama, duduk tidak merobah she . . . ."

Belum selesai Kun Hiap bicara, wanita itu sudah mencegahnya, "Sudahlah,
jangan banyak bicara. Papamu memang telah menyalahi banyak orang ..."--
tiba2 dia berhenti dan wajahnya tampak rawan kemudian mengbela napas,
"Tetapi, walaupun dia telah menyalahi orang banyak dan melakukan hal2 yang
tak terpuji, tetapi ada sesuatu hal yang dia sendiri tentu belum mengerti jelas . .
. ."

Mendengar itu Kun Hiap merasa geli sehingga hampir tertawa. Ayahnya
pendekar Pedang Naga-emas Wi Ki Hu termasyhur harum namanya. Siapakah
tokoh dalam dunia persilatan yang tak tahu bahwa ayahnya itu seorang
pendekar yang paling gigih membenci kejahatan ?

Sudah tentu sebagai seorang pendekar, dia tentu banyak sekali melakukan hal-
hal yang merugikan dan menyalahi orang. Tetapi hanya mereka kawanan jahat
dari aliran Hitam saja. Sudah tentu mereka mendendam dan membenci ayah.
Tetapi adakah karena ancaman itu ayah lalu ketakutan dan berganti she dan
nama?

Kun Hiap menahan tawanya dan bertanya, "Cianpwe mengatakan ayah belum
mengerti. Tetapi apa saja yang ayah belum mengerti itu?

Kembali wanita itu menghela napas, "Dia tak mengerti, bahwa walaupun banyak
sekali orang yang telah ditipunya tetapi tak ada orang yang membencinya.
Orang hanya akan mengenangkan saat2 yang penuh kebahagiaan dikala
bersamanya dan orang itupun tetap mengharap bahwa pada suatu hari akan
dapat berkumpul lagi. Walau itu hanya . . . suatu harapan yang sia2, meskipun
tahu dirinya telah dituang seperti sampah yang tak berharga, tetapi dia tak
mendendam atau membencinya. Karena meski hari2 ketika berkumpul dengan
dia dahulu hanya singkat sekali, tetapi saat2 itu merupakan suatu kebahagiaan
yang paling indah dalam kehidupannya . . . . "

mailto:22111122@yahoo.com 72
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap mendengari dengan terlongong-longong. Dia tak tahu siapakah orang
yang disebut sebagai orang she Can itu? Kalau menurut kata2 wanita itu,
rupanya dia sendiri (wanita itu) juga termasuk salah seorang yang telah menjadi
korban kebohongannya. Tetapi mengapa wanita itu mengatakan kalau dia tetap
takkan membenci dan tetap akan mengenangkan hari2 bahagia ketika bersama
dengan orang she Can itu? Apakah yang telah dilakukan orang she Can itu,
kepada wanita di hadapannya ini?

Sejenak berpikir, Kun Hiap menghentikannya. Pertama, dia belum dapat


menentukan bagaimana kwalitas dari orang she Can itu. Apakah dia seorang pria
yang berbudi luhur ataukah seorang momok yang mengerikan. Kedua, perlu apa
dia harus membuang waktu dan pikiran, toh sudah jelas bahwa orang she Can
itu bukan ayahnya?

Ayahnya seorang yang serius, baik terhadap kawan dan dirinya sendiri, Apabila
seorang kawan dikabarkan telah berbuat suatu kesalahan yang mencemarkan
nama, walaupun hanya kecil saja, dia tentu lantai memutuskan hubungan
dengan kawan itu Oleh karena itu maka kawan yang karib dari Wi Ki Hu itu
hanya sedikit sekali. Perihal dirinya jelas tidak sama dengan orang she Can yang
disebut-sebut oleh wanita tadi.

"Cianpwe, maaf, kurasa cianpwe memang benar salah sangka," katanya,

"Tidak, tidak mungkin aku salah," kata wanita itu dengan kukuh, "ikutlah aku,
nanti kita bicara lagi."

Kun Hiap benar2 tak dapat berkutik.

"Baiklah, karena cianpwe berkeras menganggap ayahku itu orang she Can yang
hendak cianpwe cari, nanti barang itu akan kusimpan dalam rumah ayah. Kapan
saja cianpwe merasa telah keliru memberikan, setiap saat cianpwe boleh
mengambilnya kembali."

Wanita itu tertawa hambar, "Apakah aku bisa keliru?" — dia bertanya kepada
dirinya sendiri sembari geleng2 kepala. Jelas dia merasa benar dan tak mungkin
salah.

Kun Hiappun terpaksa mengikuti di belakang-nya, memasuki sebuah guha.


Bermula guha itu gelap tetapi setelah membiluk sebuah kelok, ternyata disitu
terdapat penerangan yang cukup terang. Penerangan itu berasal dari suatu celah
retakan dinding guha dimana sinar matahari dapat menembus kedalam.

Guha itu amat bersih sekali. Dan saat itu Kun Hiap merasa dirinya berada dalam

mailto:22111122@yahoo.com 73
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sebuah kamar yang bersih, terbuat dari batu alam Dalam ruang batu itu terdapat
seorang wanita yang tengah duduk Begitu melihat wanita setengah baya dan
Kun Hiap masuk, wanita itu segera berbangkit dengan sikap yang menghormat.

Kun Hiap memperhatikan wanita dalam guha itu. Ternyata seorang gadis
berumur lebih ku-rang 20-an tahun. Wajahnya mirip dengan wanita setengah
baya tadi.

Wajah gadis itu secantik bunga mekar di musim semi- Menyedapkan setiap mata
yang memandangnya. Tampak gadis itu tundukkan kepala, mukanya tersipu
merah. Rupanya dia jengah berhadapan dengan seorang pemuda yang belum di-
kenalnya.

"Ji-ah-thau," seru wanita setengah baya, "ambilkan kotak kumala itu."

Dengan suara lirih gadis itu mengiakan terus masuk kedalam tanpa memandang
sedikitpun kepada Kun Hiap.

Kun Hiap terkesiap. Ia ingat nada suara gadis itu seperti yang pernah
didengarnya ketika memanggil Hui Yan di luar Istana Tua.

Wanita setengah baya memanggilnya dengan sebutan Ji-ah thau ( budak kedua
). Dengan begitu jelas dia ji-suci atau taci kedua dari Hui Yan.

"Ah, sungguh seperti langit dengan bumi bedanya antara Hui Yan dengan gadis
itu," pikir Kun Hiap, "mereka taci beradik tetapi kalau Hui Yan itu dara yang
berandalan, lincah dan centil, membuat orang mendongkol tetapi juga
menyenangkan Tetapi tacinya ini begitu lemah lembut dan alim. Sampai bicara
saja begitu pelahan.

Entah bagaimana dalam berpikir itu tanpa disadari, Kun Hiap memandang
beberapa kali ke-pada gadis itu.

Walaupun tidak balas memandang tetapi rupanya gadis itu tahu kalau Kun Hiap
tengah memperhatikannya. Maka merahlah telinga gadis itu dan diapun segera
bergegas melangkah masuk.

Wanita setĕngah baya berputar diri dan menepuk bahu Kun Hiap, "Can kongcu,
mengapa engkau memandang bayangannya ?"

Kun Hiap tersentah kaget dan merahlah mukanya.

"Aku .. . aku .... aku ...," dia mau omong tetapi tak keluar.

mailto:22111122@yahoo.com 74
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Wanita setengah baya itu tertawa. "Engkau ini bagaimana sih ? Mengapa tak
dapat omong dengan lancar.'"

Sudah tentu Kun Hiap makin kerupukan, katanya, "Aku tengah berpikir,
mengapa sifat nona Hui Yan dengan tacinya itu berbeda sekali.”

Tiba2 wanita setengah baya itu tertawa pula, penuh dengan arti.

"Lalu engkau suka yang mana ?" tanyanya secara tak terduga-duga.

"Cianpwe, ini . . . , ini dinilai dari mana ?” sahut Kun Hiap.

Wanita setengah baya tertegun, "Kalau begitu, engkaupun tidak sama dengan
ayahmu."

Kembali perasaan hati Kun Hiap mendelu dan tertawa tawar. Kalau menurut
kata-kata wanita itu, sepertinya mengatakan bahwa ayahnya (ayah Kun Hiap) itu
seorang pria yang romantis sekali. Ah, benarkah ayahnya yang sekarang seorang
pria serius, dulu semasa mudanya seorang pemuda Don Juan atau hidung
belang ?

Wanita setengah baya itu duduk dan berkata, "Kalau nanti pulang, ayahmu tentu
menanyakan tentang aku. Nah, kasih tahulah kepadanya bahwa sejak berpisah,
aku menikah tetapi suamiku sudah lama meninggal dunia Aku mempunyai tiga
anak perempuan. Yang benar sudah menikah dengan kepala dari Tiga benggolan
gunung Cin-nia yaitu Khong Gong Tin . . . ."

Mendengar itu tiba2 wajah Kun Hiap berobah seketika dan berseru. "Khong Gong
Tin?"

"Ya," sahut wanita setengah baya itu, namanya jelek dan orangnyapun kejam,
bukan ? Tetapi dia sangat setia kepada anakku yang besar."

Tergetarlah hati Kun Hiap. Mengapa Khong Gong Tin mengumbar kejahatan dan
keganasan itu, tentulah karena mengandalkan pengaruh mama mertuanya atau
wanita setengah baya yang berada dihadapannya itu.

Kejahatan Sam-shia atau Tiga-benggolan dari gunung Cin-nia, memang tiada


banding-annya lagi. Dalam kalangan tokoh2 jahat di dunia persilatan, tiada
satupun yang melebihi hebatnya kejahatan dari ketiga benggolan gunung Cin-nia
itu. kepala atau pimpinan mereka ber-nama Khong Gong Tin gelar Thian-oeng-
te-liat atau langit-ambruk-bumi-bengkah. Dia seorang jahat kelas kakap.

Kun Hiap diam2 terkejut sekali. Gunung Cin-nia tak berapa jauh dari tempat

mailto:22111122@yahoo.com 75
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kediamannya dan sudah beberapa kali ayahnya pernah bentrok dengan Tiga-
benggolan itu. Bahkan setengah tahun yang lalu, ketiga benggolan itu datang
lagi untuk mengobrak-abrik dan waktu pergi sumbar-sumbar bahwa mereka
akan mengusir naga emas Wi Ki Hu, ayah Kun Hiap, dari wilayah Kamsiok.

Sekarang Kun Hiap berhadapan dengan keluarga dari pemimpin Tiga-benggolan.


Dalam ke-jutnya diam2 Kun Hiap bersyukur bahwa tadi dia tak mengatakan
bahwa ayahnya itu adalah si Naga-emas Wi Ki Hu.

"Ih, mengapa waktu mendengar nama Khong Gong Tin, mukamu tampak
berobah pucat?" tegur wanita setengah baya itu.

"Ti . . . dak. tidak apa2," Kun Hiap terbata-bata.

Waktu wanita itu hendak bicara lagi, tiba2 gadis cantik, tadi muncul dengan
membawa kotak kumala. Kumala itu bening sekali tentu dari kumala yang
berkwalitas tinggi.

Setelah menyambuti kotak kumala itu, wanita setengah baya menghela napas
lalu menerimakan kepada Kun Hiap.

"Jangan sekali-kali engkau buka kotak itu," pesannya kepada Kun Hiap. Setelah
itu dia berbangkit dan berseru kepada gadis cantik tadi, "Ji-ah-thau, antarkanlah
Can kongcu ini."

"Ah, tak perlu, aku dapat pulang sendiri,” buru2 Kun Hiap berkata.

Semula dia mempunyai kesan baik terhadap gadis itu tetapi kini setelah tahu
latar belakang keluarganya, diapun merasa jeri. Maka dia lalu menolak diantar
gadis itu.

Gadis itu menghela napas pelahan, katanya dengan lembut, "Ma, Can kongcu
bilang, dia dapat pulang sendiri dan tak perlu kuantar."

Mendengar nada kata yang merawankan dari gadis itu, Kun Hiap tak enak hati.
Buru2 dia menyusuli kata2, "Maaf, nona Tian, aku tak berani merepotkan nona.."

Gadis itu mengangkat kepala. Sepasang biji matanya yang bundar dan bening
memandang Kun Hiap. Tetapi hanya sepintas lalu tundukkan kepala. Walaupun
hanya sejenak beradu pandang, Kun Hiap menjadi kesima.

Pancaran sinar mata gadis itu mengunjukkan sifat penurut dan lemah lembut,
menimbulkan rasa simpathi orang sehingga orang tak sampai hati untuk
menyinggung perasaannya, menolak permintaannya.

mailto:22111122@yahoo.com 76
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tanpa disadari, seketika Kun Hiappun berseru, "Tetapi kalau nona memang
hendak mengantar, aku . ....terima kasih."

Tanpa banyak bicara lagi, gadis itu serentak berkata, "Mari . . . ."

Dengan membawa kotak kumala, Kun Hiap melangkah keluar. Si gadis mengikuti
tetapi mama nya tetap tinggal dalam ruang guha.

Setelah keluar dan guha, baru beberapa langkah mereka mendengar suara
burung gagak berkaok. Kun Hiap tertegun dan sesosok bayangan berkelebat
melayang turun dari sebatang pohon, Tahu2 di hadapan Kun Hiap, muncul si
dara centil Tian Hui Yan. Diam2 Kun Hiap mengeluh dalam hati.

"Ji ci, mengapa engkau ini ?" tegur Hui Yan.

"Mama suruh aku mengantar," jawab si gadis cantik.

"Pulang saja, biar aku yang mengantarnya," kata Hui Yan.

"Baik," kata gadis itu dengan pelahan.

Kun Hiap terkejut dan berpaling tetapi gadis itu sudah jauh. Dia hendak
memanggil tetapi sungkan. Dia hanya tegak terlongong-longong. Dia terkejut
ketika Hui Yan melesat di hadapannya, mengaling pandang matanya yang saat
itu sedang tertuju pada bayangan gadis cantik tadi.

"Ada urusan apakah mamaku mencari engkau ?" seru Hui Yan.

"Dia meminta aku supaya menyerahkan sebuah kotak kumala kepada ayahku,"
sahut Kun Hiap. Tiba2 dia merasa, gadis cantik, tadi berpaling dan memberi
senyum kepadanya. Buru2 dia miringkan kepala untuk membalas senyuman.

Pada saat itu Hui Yan sudah ulurkan tangan dan merampas kotak kumala dari
tangan Kun Hiap.

"Kotak kumala ? Apakah ini ? Isinya apa saja, biar kubukanya, " seru dara itu.

"Jangan !" Kun Hiap kelabakan," mamamu pesan, jangan sekali-kali kubuka
kotak."

"Begitu ?" lengking Hui Yan, " dia hanya melarang engkau tetapi tidak melarang
aku, toh ? Waktu kubuka, engkau harus menyingkir agak jauh supaya engkau
jangau mencuri lihat !"

mailto:22111122@yahoo.com 77
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiao sudah kenal watak gadis liar itu. Percuma saja dia hendak membantah.
Toh batang itu milik mamanya. Biarlah dia melihat, pikirnya. Dan dia terus
berputar tubuh membelakangi Hui Yan.

Dara itu tertawa mengikik dan terus membuka kotak kumala. Kun Hiap hanya
mendengar mulut dara itu mendesis heran. Kun Hiap terkejut dan terus
berpaling. Dilihatnya mata Hui Yan, membelalak memandang isi kotak. Karena
teralang oleh tutup maka Kun Hiap tak dapat mengetahui apa isinya.

Plak, sambil menutup lagi kocak itu, Hui Yan mengangkat muka dan
melemparkan kotak kumala itu kepada Kun Hiap. Kun Hiap gopoh menyambuti.
Dia hendak bertanya apa isi kotak itu tapi tak jadi. Dia kuatir, dara itu akan
menertawakan. Diapun terus berputar tubuh dan ayunkan langkah.

“Hai, apakah engkau tak jadi pergi ke rumah Poa Ceng Cay?" teriak dara itu dari
belakang.

"Tidak! Tidak!" seru Kim Hiap seraya mempercepat langkahnya. Tetapi suara
tawa dara itu tetap terdengar di belakang. Karena tak tahan, Kun Hiap sengaja
berhenti, "Kalau engkau tetap mengikuti aku, terpaksa akan kulaporkan kepada
mamamu dan kukatakan kalau aku keberatan memenuhi permintaannya."

“Aih, apa engkau melihat setan di siang hari? Di tengah jalan besar begini,
apakah hanya engkau seorang yang boleh jalan disini, aku tak boleh?' seru Hui
Yan.

“Kalau engkau hendak berjalan silakan. Aku yang berhenti. Mengapa engkau
tetap mengikuti aku dari belakang saja?”

Hui Yan tertawa, “Engkau ini memang aneh. Masa yang boleh berhenti di tengah
jalan hanya engkau saja dia aku tak boleh?"

Diam2 Kun Hiap menghela napas untuk menelan kemengkalannya. Terpaksa dia
lanjutkan langkah dan tak berapa lama tiba disebuah kota kecil.

Sebenarnya dia hendak ke desa marga Li menemui paman dan kepala


perkampungan marga Li untuk berunding. Tetapi sekarang dia harus berusaha
untuk meloloskan diri dari jabatan dara liar itu dulu.

Ketika melalui sebuah rumah penginapan, tiba2 timbullah pikirannya. Dia terus
menghampiri rumah penginapan itu dan bertanya kepada jongos, apakah ada
kamar kosong.

mailto:22111122@yahoo.com 78
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Hai, bung, apakah ada kamar kosong?" tiba-tiba terdengar suara si dara juga
bertanya kepada jongos.

Jongos dengan tertawa berseri-seri segera menyambut Kun Hiap dan


mengantarkannya ke sebuah kamar yang sederhana. Saat itu baru Kun Hiap
dapat bernapas longgar, pikirnya, tentulah Hui Yan sungkan kalau mau menyusul
kesitu.

Tetapi uh . . . dia terhenyak. Dia tahu siapa dara liar seperti Hui Yan itu. Kalau
dara itu nekad masuk, dia dapat berbuat apa?

Membayangkan hal itu, Kun Hiap berobah gelisah lagi. Tetapi sampai setengah
jam kemudian, ternyata keadaan masih tenang. Kun Hiap merebehkan diri di
ranjang, memandang ke luar jendela menikmati langit, dia mengharap agar
malam segera tiba agar dia dapat terbebas dari gangguan si dara.

Tetapi dia merasa, jalannya tempo lambat sekali. Matahari tak mau cepat silam
di balik gunung dan cuacapun masih terang.. Terpaksa dia bangun dan berjalan
mondar mandir dalam kamarnya. Beberapa saat kemudian, dia mendengar dari
kamar disebelah, suatu suara bergemerincing.

Kun Hiap tersentak kaget. Apakah itu bukan Tian Hui Yan ? Kalau dia tinggal
dikamar sebelahnya, nanti tengah malam masa dia mampu meloloskan diri.

Tring, tring, kembali terdengar dua buah bunyi berdering. Serentak timbullah
keinginan tahu Kun Hiap, sedang berbuat apakah dara liar itu ?

Dia sempat menemukan sebuah celah retak pada dinding tembok. Segera dia
menghampiri dan mengintai kedalam kamar.

Sebuah lilin menyala diatas sehuah meja dan didepun meja itu terdapat seorang
lelaki tinggi kurus tengah membungkuk seperti sedang memeriksa apa yang
berada diatas meja itu. Jelas orang itu bukan Hui Yan.

Kun Hiap menghela napas longgar. Waktu dia hendak pergi, dilihatnya orang itu
bergerak dan duduk dikursi. Dan seketika itu Kun Hiap dapat mengetahui siapa
orang itu. Dia bukan lain adalah manusia aneh yang mempunyai ilmu untuk
menjulurkan batang lehernya sampai beberapa meter, yani Kwan Sam Yang,
kepala dari pulau Moh-hun-to dari laut selatan.

Dan begitu tokoh itu duduk, dapatlah Kun Hiap melihat benda apa yang terletak
diatas meja. Jumlahnya dua buah dan kecil bentuknya. Kedua benda itu tak lain
adalah kuda kudaan yang terbuat dan bahan besi. Kuda besi itu besarnya hanya
segenggam tangan orang.

mailto:22111122@yahoo.com 79
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap segera teringat akan mainan kuda besi yang diketemukan dari mayat Li
Toa Gui dan yang diperoleh Hui Yan dari tubuh mayat Lo Pit Hi dalam istana Tua
tempo hari. Kedua kuda besi itu serupa benar dengan dua kuda besi yang
berada di atas meja dihadapan Kwan Sam Yang saat itu.

Beberapa saat kemudian Kwan Sam Yang mengambil salah sebuah kuda besi
dan didering; dengan jarinya sehingga mengeluarkan bunyi berdering-dering.
Setelah itu dibolak-balikkan, diperiksanya.

Diam2 Kun Hiap heran. Kedua kuda besi itu memang dibuat seperti kuda yang
hidup. Dan selain itu tiada lagi lain2 keistimewaannya, perlu apa Kwan Sam Yang
memeriksa begitu teliti sekali ?

Menganggap bahwa hal itu tiada sangkut pautnya dengan dirinya, Kun Hiap
kembali masuk kedalam kamarnya dan rebahkan diri. Tetapi beberapa saat
kemudian tiba2 dia melonjak bangun Ternyata ada sesuatu yang terlintas dalam
benaknya. Dikamar sebelah kiri kamarnya terdapat Kwan Sam Yang.. Tetapi
bagaimana dengan kamar yang terletak disebelah kanan kamarnya ?
Mungkinkah dlsitu terdapat Hui Yan ?

Kembali dia berusaha mencari retak dinding dan berhasil. Dari celah retakan
dinding itu, dia mengintai kedalam. Ternyata kamar didalam, gelap sekali. Dia
menghela napas longgar.

Rasanya malam berjalan lambat sekali. Setelah tengah malam tiba, barulah dia
membuka jendela dan loncat keluar. Kemudian dengan hati2 sekali dia terus lari.
Setelah tiga atau lima langkah jauhnya barulah dia berhenti. Berpaling ke
belakang, dia tak melihat barang seorangpun juga. Diam2 dia merasa gembira.

Tetapi baru dia hendak menghela napas untuk melonggarkan ketegangannya,


tiba2 bahu kirinya dijamah sebuah tangan manusia !

Kun Hiap terkejut tetapi pada lain saat dia marah sekali, bentaknya, "Nona Tian,
sampai kapan engkau baru mau melepaskan aku !"

"Nona Tian ?" tiba2 dari belakang terdengar suara seorang setengah tua.

Kun Hiap cepat menyadari kalau salah sangka. Cepat dia berpaling dan dilihat
seorang lelaki berdiri dibelakangnya. Seorang bermuka brewok menyeramkan.
Pantasnya tampang begitu itu tentulah orangnya tinggi besar gagah perkasa.
Tetapi ternyata tidak. Orang itu seorang lelaki pendek sehingga menimbulkan
pandangan yang ganjil.

mailto:22111122@yahoo.com 80
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Menghadapi seorang yang tak dikenalnya, Kun Hiap tak mau terlibat banyak
kesulitan, Dia menyurut mundur dan berkata, "Maaf, aku salah sangka."

Orang aneh itu tertawa aneh, serunya, "Salah sangka memang sudah biasa.
Tetapi kalau menyangka aku ini seorang gadis, wah, itu sungguh lucu sekali!"

Kun Hiap sendiri juga geli. Dia menerangkan tentang seorang dara she Tian yang
selalu menggodanya, maka tadi dia telah cepat2 menduga kalau dara itu lagi
yang mempermainkannya.

Kembali orang aneh itu tertawa seperti seekor itik, serunya, "Bagus, ada dara
yang merayumu. Sahabat, rajekimu sungguh besar !"

Kun Hiap menyengir, "Ala, jangan mengolok, bung !"

"Apa ? apakah dara itu berwajah seperti burung. hantu buruknya ?"

Kun Hiap gelengkan kepala, "Bukan, dia sih cantiknya bukan main."

"O, betulkah ? Kalau begitu engkau memang besar rejeki, mengapa mengatakan
aku berolok-olok?

Kembali Kun Hiap gelengkan kepala tetapi dia tak dapat tahu bagaimana harus
menjelaskan.

"Ya, benar," kata orang aneh itu pula, "tentu seorang gadis cantik dan karena
engkau tak mampu menggaet maka engkau jadi kelabakan...”

(bersambung ke jilid 4)
Mendengar olok-olok si orang aneh, Kun Hiap gerakkan tangannya menyangkal,
"Tidak, tidak. Ah, aku sudah cukup gelisah, Sahabat, jangan engkau bertanya
lagi."

Orang itu ternyata berwatak terus terang dan lincah, "Baik. Lalu engkau ingin
hendak mencari siapa?"

Mendengar kata2 itu, Kun Hiap menganggap bahwa orang itu memang mengerti
tata kesopanan maka diapun menjawab, "Ya aku memang hendak mencari
susiok (paman guruku) si Pedang-terbang Wi Kiam Liong."

Tiba2 orang itu tertawa gelak2. "Ho, kiranya hendak mencari Wi-heng, Dia sudah
kenal lama dengan aku," serunya.

Mendengar pengakuan itu, serentak Kun Hiap bertanya, "Siapakah nama

mailto:22111122@yahoo.com 81
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

cianpwe?”

"Namaku mungkin engkau belum pernah mendengar," sahut orang itu, "tetapi
engkohku mempunyai nama besar di dunia persilatan."

"Siapa?"

"Naga-emas-sakti Nyo Hwat!"

Nyo Hwat adalah ketua dari partai persilatan Hoa-san-pay. Kun Hiap sudah tahu.
Waktu berada di rumah keluarga Li, ketika mendengar suara kicau burung, Nyo
Hwat telah menderita luka-dalam. Saat itu Kun Hiap juga disitu maka dia tahu
peristiwa itu. Tetapi dia belum tahu kalau Nyo Hwat masih mempunyai seorang
adik.

Dipandangnya orang itu dengan lekat. Kecuali perawakannya yang jauh lebih
pendek dari Nyo Hwat, roman mukanya memang agak minp.

Diam-diam Kun Hiap mengeluh dalam hati karena pengalamannya yang begitu
sempit sehingga banyak sekali tokoh persilatan yang belum dikenalnya.

"O, kiranya Nyo cianpwe," serunya sesaat kemudian, "apakah cianpwe tahu
bahwa Nyo Hwat tayhiap telah menderita luka di rumah keluarga Li?"

"Ya, kutahu," sahut orang itu, “aku sudah bertemu Wi Kiam Liong dan toako
yang menuju ke rumah Wi Ki Hu. Kedatanganku kemari tak lain hendak melihat
siapakah tokoh yang begitu lihay sehingga dapat mengalahkan beberapa ko-jiu
yang sakti."

Mendengar nada ucapan orang itu, Kun Hiap menganggap kalau orang itu tentu
berada di fihaknya.

"O, ternyata mereka. sudah sama menuju ke tempat ayah?" serunya.

Sejenak memandang Kun Hiap, orang itu mendesis lalu berkata: "O, kalau begitu
engkau ini Wi hiantit!"

Kun Hiap terkesiap, "Apakah cianpwe kenal dengan ayahku?"

Orang itu tertawa mengekeh, lalu menepuk bahu Kun Hiap dengan keras,
"Sudah tentu kenal hiantit. Seharusnya engkau memanggil aku Nyo jisiok
(paman kedua).”

Sejenak bersangsi, akhirnya Kun Hiap menyebut, "Nyo . . . jisiok."

mailto:22111122@yahoo.com 82
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Hiantit yang baik, tahukah engkau siapa musuh kita itu?"

Kun Hiap menghela napas, ''Sudahlah, tak perlu dikatakan lagi. Dia adalah nona
Tian yang selalu mengejar-ngejar aku itu1”

Orang itu kepalkan tinju dan berseru, "O, hanya seorang anak perempuan saja.
Sungguh besar sekali nyalinya. Naga-sakti Nyo Hwat dan Rajawali-emas Li Goan
Siu itu kan bukan tokoh sembarangan, mengapa dia berani mempermainkan
mereka. Hm, kalau tak kuberi hajaran, budak perempuan itu tentu belum
kapok!"

"Nyo . . . jisiok," seru Kun Hiap, "kurasa lebih baik kita pulang saja. Setelah
bertemu ayah baru nanti kita berunding lagi."

“Apa?” teriak orang itu, "engkau mengang-gap aku tak mampu menghadapi
budak perempuan itu?"

"Nyo jisiok," kata Kun Hiap, "ilmusilatnya memang sakti sekali."

Orang itu menepuk dada dan berseru, "Jangan kuatir, jika aku ada, Tian Hui Yan
tentu tak berani bertingkah."

"Hai, kiranya engkau sudah kenal namanya," seru Kun Hiap.

"Tentu saja," sahut orang itu, "nama Tian Hui Yan itu kini sudah membuat nyali
orang persilatan gemetar."

Kun Hiap kerutkan dahi. Diam-diam dia heran mengapa sekarang orang itu
memuji Hui Yan. Tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, orang itu sudah
berkata pula, "Tetapi asal ada aku, tak mungkin Tian Hui Yan berani muncul.
Engkau percaya tidak?"

Sudah tentu Kun Hiap sungkan untuk mengatakan tidak percaya. Terpaksa dia
tertawa.

"Baiklah, mari kita pulang dulu dan coba saja apakah ayahmu punya rencana
apa," kata orang itu.

Diam-diam Kun Hiap menimang. Apabila pulang, tentu akan makan waktu
beberapa hari, kalau selama beberapa hari itu dia bersama dengan seorang yang
bermulut besar suka membanggakan diri, rasanya tentu muak. Tetapi dia tak
mempunyai daya untuk menghindari orang itu.

mailto:22111122@yahoo.com 83
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tengah Kun Hiap merenung tiba2 orang aneh itu bersuit nyaring. Waktu bicara,
lebih2 kalau tertawa tadi, nada suara orang itu parau seperti seekor itik. Tetapi
saat itu dia dapat bersuit dengan nyaring sekali.

"Nyo jisiok, apa-apaan engkau itu?" Kun Hiap melonjak kaget.

Belum orang itu menyahut tiba2 terdengar derap lari kuda mendatangi. Memang
daerah Kam-siok itu merupakan dataran sehingga sesuai sekali untuk
menggunakan kuda.

Sebenarnya keluarga Kun Hiap juga punya banyak sekali kuda. Tetapi belum
pernah dia mendengar derap lari kuda yang sedemikian kencang-nya. Pada lain
kejab, dua ekor kuda berbulu pu-tih mulus muncul. Kedua binatang itu bertubuh
tegar dan lannya seperti angin.

"Kuda hebat!" teriak Kun Hiap.

“Itu masih belum apa2," kata si orang aneh, "di rumahku, kuda semacam itu
masih belum tergolong kuda yang nomor satu."

“Cepat sekali kedua ekor kuda itu sudah tiba dan berhenti di tempat kedua orang
itu.

“Hoa-san-pay itu punya kumpulan kuda yang hebat. Orang persilatan belum tahu
hal itu.”
"Ah, tak kira kalau markas Hoa-san-pay mempunyai koleksi kuda yang hebat,"
seru Kun Hiap, "orang persilatan tak tahu hal itu."

Orang itu agak tersipu-sipu, tetapi untung Kun Hiap tak memperhatikannya.
Anakmuda itu tengah memandang kedua ekor kuda putih itu dengan penuh
perhatian. Pada lain kilas, wajah orang itupun tenang kembali dan berkata,
"Lekas naik kuda!"

Kun Hiap terkejut, "Naik?" Mempunyai kesempatan untuk melihat dua ekor kuda
yang seindah itu saja sudah merupakan kegembiraan besar, apalagi kalau
disuruh menaiki-nya. Pemilik kuda itu tentu akan menyayangi kudanya seperti
permata yang tak ternilai harganya. Jangankan dinaiki orang lain, disentuh saja
kiranya pemiliknya tentu tak senang.

"Aku suruh naik?" Kun Hiap mengulang. Ia takut kalau salah dengar. Tetapi pada
lain kilas, dia kuatir kalau orang itu akan menarik kembali perintahnya. Maka
tanpa menunggu jawaban lagi, Kun Hiap terus loncat mencemplak.

Tak berapa lama barulah dia melihat orang tadi mengendarai kuda yang seekor

mailto:22111122@yahoo.com 84
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dan tengah mengejarnya. Keduanya segera mencongklang bersama. Selama itu


sebenarnya Kun Hiap hendak bicara tetapi karena angin menderu kencang
sekali, dia sampai tak dapat membuka mulut. Sebaliknya orang itu santai2 saja.
Dia tertawa dan bicara seperti biasa. Mau tak mau Kun Hiap terpaksa harus
menaruh kekaguman.

Menjelang petang, Kun Hiap tak tahu lagi sudah beberapa puluh li dia telah
menempuh perjalanan. Selama itu banyak sekali penunggang kuda lain yang
telah dilaluinya.

Cuaca makin lama makin remang tetapi kedua kuda putih itu terus berlari saja,
Kun Hiap melihat disebelah muka terdapat sebuah kota. Dia mengira orang itu
tentu akan berhenti bermalam di kota itu. Tetapi ternyata kedua kuda putih itu
terus saja, masuk lalu melintas keluar dari kota ini.

"Kuda yang hebat!" pada waktu keluar kota, terdengar seseorang berseru.

Kun Hiap berpaling hendak melihat siapa orang yang meneriaki itu tetapi tahu2
dia sudah terbawa kudanya sampai sepuluhan tombak lebih Sehingga dia tak
dapat melihat jelas, siapa orang tadi.

Diam2 Kun Hiap merasa pernah mendengar nada suara orang tadi. Ya, benar,
itulah suara, Nyo Hwat, ketua Hoa-san-pay.

Kalau orang lain yang meneriaki, mungkin Kun Hiap tak curiga, Karena siapapun
orangnya yang melihat kuda putih itu, tentu akan memujinya. Tetapi yang
memuji itu adalah Nyo Hwat, ketua Hoa-san-pay sendiri. Bukankah tadi orang
yang bersamanya menempuh perjalanan itu mengatakan kalau adik seperguruan
dari Nyo Hwat. Mengapa sekarang Nyo Hwat sendiri tak kenal kepada orang itu ?

Sejenak menimang, Kun Hiap bersangsi, kemungkinan tadi dia salah dengar.
Atau kemung-kinan orang yang meneriaki tadi memang memili-ki nada suara
yang mirip dengan suara Nyo Hwat. Ah, lebih baik dia tak usah memikiri hal itu
lagi.

Kuda putih masih tetap berlari kencang. Pada saat rembulan muncul, tiba2 orang
itu bersuit nyaring. Kedua ekor kuda putih itupun meringkik panjang dan
serempak berbenti. Waktu memandang ke depan, kejut Kun Hiap bukan
kepalang. Ternyata saat itu dia berada dalam sebuah hutan pohon ang-co.

Kun Hiap masih ingat akan tempat itu ketika dua hari setelah berangkat dari
rumah, dia melintasi hutan itu. Waktu itu dia belum berjumpa dengan Kera-sakti-
gunung-Thian-san Lo Pit Hi dan masih empat ratusan li jauhnya dari desa
keluarga Li. Tetapi mengapa dengan naik kuda putih dalam setengah hari saja

mailto:22111122@yahoo.com 85
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dia sudah dapat tiba di hutan itu ?

Orang itu mengambil ransum kering dan di lemparkan kearah Kun Hiap, "Lekas
makanlah. Setelah makan kita melanjutkan perjalanan lagi !”

Waktu makan tiba2 Kun Hiap teringat sesuatu, serunya, "Nyo jisiok, kedua kuda
putih ini luar biasa larinya. Kita tentu akan dapat menyusul Nyo tayhiap dan Wi
susiok."

"Ya, sudah tentu. Tetapi perlu apa menghiraukan mereka ?" sahut orang itu.

Kun Hiap terkejut dalam hati. Aneh, mengapa tak perlu memikirkan Nyo tayhiap
dan paman Wi Kiam Liong? Saat itu mulailah dia merasa bahwa ada sesuatu
yang tak wajar pada diri orang itu. Dia tak mau banyak bertanya lagi. Nanti saja
setelah bertemu dengan ayahnya, baru dia akan minta keterangan.

Orang itu makan dengan lahap sekali, kemudian berkata, "Kali ini kita akan
mencapai tempat tujuan dengan cepat. Kalau engkau tak mau memegang tali
kendali, pasti engkau akan dilempar kuda itu. Besok petang hari, kita tentu
sudah tiba di tempat tujuan."

"Besok sore ?" Kun Hiap mengulang kaget, "kalau menurut perhitunganku, besok
pagi2 saja, kita tentu sudah tiba disana."

"Huh, engkau tahu apa? Lekas naik kuda lagi," sahut orang.

Kun Hiap mengira, karena setengah harian sudah berlari kencang sekali, tentulah
kedua kuda putih itu lelah sekali sehingga kecepatannya berkurang, Tanpa
banyak bicara, dia terus mencemplak kudanya dan kedua kuda putih itupun lalu
mencongklang lagi.

Entah berapa lama dan berapa ratus li sudah mereka tempuh. Pada waktu
menjelang fajar, barulah Kun Hiap timbul perasaan, bahwa ada sesuatu yang
mencurigakan.

Karena malam hari, Kun Hiap tak tahu arah mana yang ditempuhnya. Apalagi
kuda putih itu larinya cepat sekali. Tetapi kini setelah fajar dan mentari terbit, dia
tahu kalau matahari itu berada disebelah kiri. Dengan begitu jelas bahwa
perjalanannya itu menuju ke selatan. Ini jelas berlawanan. Kalau menuju ke
rumah ayahnya, tentu harus kearah utara.

"Hai, salah jalan, kita keliru ini," serunya serentak.

Dia berusaha untuk berteriak sekerasnya teta-pi suaranya itu lenyap ditelan

mailto:22111122@yahoo.com 86
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

angin kencang. Dia berusaha untuk berpaling kemuka agar tidak dilanda angin
lalu berteriak sampai dua kali.

"Jangan ngacau! Apanya yang salah ?" seru orang itu.

"Kalau pulang seharusnya ke sebelah utara!" teriak Kun Hiap.

"Bagi seorang tay-tianghu (ksatrya) dia dimana saja itu rumahnya. Mengapa
harus memilih selatan atau utara?"

Mendengar jawaban itu Kun Hiap makin curiga. Jelas orang itu tak bermaksud
membawanya pulang. Dia kerahkan tenaga untuk menghentikan kuda putih
tetapi begitu ditarik, kuda putih itu meringkik keras dan julurkan lehernya
kemuka, krekkk .... tali kendali serentak putus. Dan karena tali kendali putus,
kuda itu makin seperti anakpanah cepatnya.

Kun Hiap marah dan terkejut. Dia lebih dulu lepaskan kedua kakinya dari besi
pijakan dan sekali tangan menekan ke pela, dia terus apungkan tubuh ke udara.
Dia hendak melepaskan diri dari kuda itu.

Tetapi orang itu tiba2 juga enjot tubuhnya loncat keatas kuda Kun Hiap dan
menangkap kaki Kun Hiap. Kun Hiap seperti tak bertenaga dan tak berdaya sama
sekali ketika ditarik oleh orang itu.

Kini orang itu boncengan dengan Kun Hiap. Kudanya dibiarkan lari tanpa dinaiki.

Kun Hiap mengeluh daiam hati tetapi dia tak mampu meronta, Apa boleh buatlah
!

Setengah jam kemudian sekonyong-konyong orang itu membawa Kun Hiap


melambung ke udara. Ternyata dia hendak pindah ke kuda yang kosong tadi.

Kedua ekor kuda putih itu berlari dengan cepat sekali. Tetapi orang itu dengan
membopong tubuh Kun Hiap dapat loncat pindah ke kuda yang lain. Walaupun
selamat tetapi tak urung Kun Hiap merasa ngeri dan kucurkan keringat dingin.

Demikian dengan berselang seling pindah bergantian naik kedua kuda putih itu,
perjalanan mereka berjalan lancar. Waktu menjelang sore, entah sudah berapa
ratus li jauhnya.

Saat itu kuda meluncur disebuah jalan besar, Kanan kiri jalan penuh ditumbuhi
dengan pohon yang tinggi besar. Tak berapa lama lagi, tibalah mereka di muka
pintu sebuah gedung besar dan kedua kuda itupun berhenti.

mailto:22111122@yahoo.com 87
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap menghela napas longgar. Tiba2 pintu besar terbuka dan dan sebelah
dalam tampak empat orang lelaki berlari-lari menghampiri. Mereka berempat
rata2 berumur 30an tahun dan sama mengenakan pakaian ringkas seperti orang
persilatan.

"Hm, gedung ini tentulah milik seorang tokoh besar dalam dunia persilatan, "pikir
Kun Hiap. Dia heran perlu apa orang tadi membawanya kesitu.

Saat itu keempat lelaki tadi sudah tiba.

Mereka memberi hormat dan lelaki yang berdiri diujung kiri berkata, "Ah, nona
Tian datang, maaf kami tidak jauh2 menyambut."

Mendengar itu Kun Hiap melongo. Nona Tian? Siapa itu nona Tian? Apakah Tian
Hui Yan si dara centil itu? Cepat dia berpaling ke belakang tetapi tak ada orang
lain.

"Keempat orang itu buta barangkali atau mungkin gila. Bukankah dia seorang
pemuda dan orang yang membawanya tadi juga seorang lelaki setengah tua?
Mengapa mereka menyebut-nyebut nona Tian?'' pikirnya.

Dia hendak bertanya tetapi tiba2 dari samping terdengar suara orang tertawa
mengikik, "Apakah Poa lo-ya-cu ada di rumah?"

Kun Hiap tak asing lagi pada nada suara tertawa itu. Ya, itulah tawa Hui Yan.
Seketika Kun Hiap terlongong-longong.

Selama dalam perjalanan tadi dia menganggap orang yang membawanya itu
seorang lelaki, tetapi mengapa sekarang tiba-tiba saja berobah menjadi Tian Hui
Yan?

Cepat dia berpaling dan menatap orang itu. Kebetulan orang itu atau Hui Yan
juga sedang memandangnya dan menjebikan kerut muka kepadanya. Ia masih
mengenakan pakaian warna kelabu, tangannya memegang sebuah topeng kulit,
yang baru saja dikenakannya.

Entah bagaimana Kun Hap tertawa keras.

Dengan tertawa itu dia hendak menghambur rasa dongkol dan kejut dalam
hatinya. Dia menertawakan dirinya sendiri. Dia mengira kalau sudah terlepas dari
libatan Hui Yan! Siapa tahu yang 'mengerjainya' itu tak lain dan tak bukan tetap
si dara centil.

Mendengar Kun Hiap tertawa, berkatalah Hui Yan dengan nada haru, "Ah,

mailto:22111122@yahoo.com 88
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kiranya engkau . . . engkau suka bersama-sama aku ..."

Sudah tentu Kun Hiap seperti dikili hatinya. Dia tertawa meringis seperti monyet
makan terasi, mulut hanya menganga tak mengeluarkan sepa-tah kata.

Tetapi pada lain kilas kini dia mendapat kesan bahwa Tian Hui Yan itu senang
sekali berada dengan dia. Hati Kun Hiap tergetar. Tak tahu dia harus bagaimana,
merasa senang atau muak.

Sebagai seorang anakmuda yang berdarah panas, sudah tentu tergetar juga
perasaan hati Kun Hiap berhadapan dengan seorang dara secantik Hui Yan.
Tetapi karena Hui Yan selalu mempermainkannya maka dia mendongkol dan
ingin menghindar..

Melihat Kun Hiap tertegun, Hui Yan ulurkan tangan mengangkat tubuh Kun Hiap
ke atas kuda, didudukkan di belakangnya. Kun Hiap hendak loncat turun tetapi
bau harum dari tubuh si dara dan. sentuhan dengan tubuh daraa itu membuat
semangat Kun Hiap serasa melayang-layang. dia tak ingin turuh lagi bahkan
ingin rasanya dia berada bersama si dara untuk selama-lamanya.

Lelaki dari rombongan penyambut tadi berkata pula, "Nona Tian, Poa lo-ya-cu
sudah menutup diri, sudah lama tak menerima tetamu lagi, seharusnya nona
tahu akan hal itu."

Ah, pikir Kun Hiap, kiranya gedung itu tempat kediaman keluarga Poa di wilayah
Oulam, Dengan memaksa membawanya datang kesitu, tentulah Tian Hui Yan tak
bermaksud buruk. Dara itu hendak membantunya untuk membikin terang soal
persamaan gambar lukisan orang di ruang Istana Tua dengan dirinya (Kun Hiap).

Merenungkan hal itu diam2 lunaklah hati Kun Hiap. Tetapi kalau dia teringat
bagaimana selama dalam perjalanan tadi dia dipermainkan seperti anak kecil,
mau tak mau dia mendongkol juga. Sekarang setelah dilepas Hui Yan
sebenarnya, dia ingin melarikan diri saja tetapi dia masih ragu-ragu.

"Paman sekalian," kata Hui Yan kepada keempat penyambutnya, "kedatanganku


kemari ada urusan penting sekali dengan Poa lo-ya-cu, Walaupun Poa lo-ya-cu
sudah lama tak menerima tamu tetapi kali ini kuminta supaya mau menerima
aku."

Walaupun masih bernada sungkan tetapi ucapan Hui Yan itu jelas merupakan
keputusan yang tak dapat ditawar lagi. Dia harus bertemu dengan Poa Cing Cay.

Rupanya keempat lelaki itu sudah kenal akan watak Hui Yan. Mendengar kata2
Hui Yan seketika berobahlah wajah mereka. Mereka saling bertukar pandang dan

mailto:22111122@yahoo.com 89
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lelaki yang bicara tadi, segera berkata, "Harap nona suka masuk dan minum teh
dulu di dalam, nanti akan kulaporkan kepada. Poa lo-ya-cu."

"Baik," sahut Hui Yan. Dia terus loncat turun dan kuda dan berseru kepada Kun
Hiap, "Wi kongcu, mari kita beristirahat kedalam dulu."

Kun Hiap sendiri memang ingin sekali menjelaskan tentang soal lukisan orang di
Istana Tua yang mirip dengan dirinya itu. Karena sekarang sudah terlanjur
berada di rumah keluarga Poa, biarlah dia menyelidiki soal itu sekali.

“Baik," katanya seraya loncat dari kudanya.

Keempat penyambut itu mengamati Kun Hiap sampai beberapa saat dan
berkata, "Tuan ini ..."

"Aku yang rendah bernama Wi Kun Hiap. Ayahku adalah pendekar-naga-emas


Wi Ki Hu dari Liong-cung-cu," cepat Kun Hiap memperkenalkan diri.

Mendengar itu mereka tertawa cerah, "O, kiranya Wi kongcu. Ayah kongcu itu
bersahabat baik Tiga hari yang lalu ayah kongcu berkunjung kemari dan
bermalam sampai dua hari. Kemarin lusa baru pergi."

Mendengar itu Kun Hiap makin heran sehingga tak dapat berkata apa-apa.

"Ho, kalau aku yang datang tidak ditemui tetapi kalau orang lain disambut begitu
hangat. Mengapa pilih kasih?" seru Hui Yan.

"Nona Tian, tak boleh menyesali lo-ya-cu," cepat orang itu berkata, "Wi tayhiap
adalah sahabat karib dari lo ya-cu sebelum lo-ya-cu mengasingkan diri. Yang
sering berjumpa dengan lo-ya-cu juga hanya dua tiga sahabat saja.”

Sambil menunjuk pada Kun Hiap, Hui Yan berseru, "Putera dari sahabat karib,
seharusnya, lo-ya-cu mau menemui juga."

"Mudah-mudahan saja." seru orang itu lalu mempersilahkan tetamunya masuk.

Tiba2 Kun Hiap maju menghampiri dan berseru, "Tunggu dulu. Tadi kalian
mengatakan kalau ayahku bahwa kemarin lusa meninggalkan tempat ini,
bukan?"

Keempat orang itu mengiakan. "Ya benar. Mengapa Wi kongcu heran? Memang
Wi tayhiap sering berkunjung kemari."

Memang seharusnva Kun Hiap tak terkejut tetapi dalam soal itu dia memang

mailto:22111122@yahoo.com 90
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

bingung dan curiga. Poa Ceng Cay adalah seorang jago kelas satu. Peribadinya
bersih dan baik. Dalam persahabatan selalu bersungguh-sungguh. Demi
kepentingan sahabat, ibarat disuruh menerjang kedalam lautan api pun akan
dilakukannya juga. Dia benar2 seorang tokoh yang jarang terdapat
bandingannya dalam dunia persilatan.

Memang bukan sekali dua kali Kun Hiap mendengar nama Poa Ceng Cay. Tetapi
belum pernah ia mendengar ayahnya menyebut-nyebut nama orang itu. Kini
baru dia mengetahui bahwa ayahnya ternyata bersahabat lama dengan Poa
Ceng Cay.

Yang menjadi keheranan Kun Hiap yalah, mengapa ayahnya tak pernah
mengatakan soal itu? Pada hal soal itu adalah soal yang baik dan gemilang.
Bukankah setiap orang akan bangga kalau menjadi sahabat baik dari seorang
tokoh terkenal seperti Poa Ceng Cay?

''Ah, tidak apa2" kata Kun Hiap sambil tersenyum hambar hanya karena
terlambat dua hari maka aku tak dapat bertemu dengan ayah."

Keempat orang itupun tak menanyakan lebih lanjut. Mereka lalu masuk ke
dalam.

Sepanjang jalan masuk ke gedung kediaman Poa Ceng Cay, terdapat sebuah
jalan yang terbuat dari beton. Kanan kiri jalur, ditanami pohon2 tinggi. Ujung
jalan, sebuah tanah lapang, ditengahnya didirikan sebuah pagoda batu.

"Silakan duduk dulu, kami akan masuk memberitahukan kapada lo-ya-cu " kata
keempat orang itu.

Kun Hiap dan Hui Yan dalam pagoda itu. Kun Hiap sengaja mengawasi keempat
orang yang menerobos kedalam gerumbul pohon.

"Wi kongcu. Apanya sih yang engkau lihat itu," tegur Hui Yan.

Tetapi Kun Hiap diam saja dan tak berbalik tubuh.

"Ah," Hui Yan menghela napas, "tak lain maksudku membawamu kemari kecuali
demi untuk kebaikanmu. Tetapi engkau menerimanya dengan sikap begini . . . ai
. . . bagaimana ya begitu itu?"

Nada suara si dara terdengar rawan dan haru sekali. Diam2 Kun Hiap menimang,
"Ya, benar. Dia memang tak bermaksud buruk membawaku kemari. Walaupan
caranya dengan memaksa, tetapi dia tak terlalu dapat disalahkan."

mailto:22111122@yahoo.com 91
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Berpikir begitu, mau tak mau hati Kun Hiap terasa lemah juga. Dia berpaling dan
hendak menghibur dara itu. Tetapi begitu memandang: Hui Yan, diapun
melongo.

Mendengar suaranya yang begitu rawan, Kun Hiap mengira tentulah Hui Yan
bersedih dan masygul hatinya. Tetapi ternyata apa yang dilihatnya, malah
sebaliknya. Ia sedang leletkan lidah, kedua tangannya menarik kedua pipinya
hingga mukanya seperti muka setan. Sudah tentu kata2 yang sudah siap di
mulut Kun Hiap tadi, ditelannya kembali. Sejenak tertegun, dia berputar tubuh
membelakangi dara itu lagi. Didengarnya Hui Yan tertawa mengikik. Kun Hiap
menghela napas dan menutupi telinganya dengan kedua tangannya.

Tetapi Hui Yan sengaja gunakan lwekang untuk tertawa maka betapapun Kun
Hiap menutup telinganya rapat2, tetap suara tawa dara itu menyerang masuk
kedalam telinganya.

Selagi Kun Hiap sedang menderita tertawaan Hui Yan, sekonyong-konyong dia
melihat sesosok tubuh berloncatan menuju ke pagoda situ. Ternyata yang
datang itu adalah salah seorang dari keempat lelaki yang menyambut
kedatangannya tadi. Cepat sekali orang itu sudah tiba.

“Bagaimana?" tegur Hui Yan, "mau tidak lo-ya-cu menemui aku?"

Lelaki itu gelengkan kepala, "Lo-ya-cu. mengatakan. beliau tak mau menemui
orangluar. Harap tuan berdua pulang saja."

Kun Hiap serentak berbangkit dan terus hendak pergi. Tetapi Hui Yan kerutkan
kedua alis, mencegahnya. "Wi kongcu, duduklah dulu.”

Kemudian dara itu berseru lantang, "Poa lo-ya-cu, kedatanganku kemari


bukanlah untuk iseng akan tetapi benar-benar ada urusan penting.

Kalau engkau orangtua tak mau menemui aku, itu sih tak mengapa, aku juga tak
dapat berbuat apa2, tetapi aku punya cara untuk mengadu biru disini sehingga
sampai anjing dan ayam dari keluarga Poa takkan dapat tidur tenang!"

Dengan tenang Hui Yan terus melangkah maju dan berseru nyaring. Entah
sampai berapa jauh barulah dia berhenti.

"Berani mati!” tiba2 terdengar suara seorang tua membentak. Suara itu seperti
meledak diatas wuwungan pagoda. Tetapi ternyata baik diatas atap pagoda
maupun disekeliling beberapa belas meter, tak ada seorangpun juga. Jelas suara
itu berasal dan jarak tiga li jauhnya.

mailto:22111122@yahoo.com 92
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap berjingkrak kaget tetapi Hui Yan malah tertawa, serunya, "Lo-ya-cu,
engkau sudah membuka mulut, apakah engkau masih tak mau menemui aku?"

Kembali suara orangtua yang parau itu berseru pula, “Bawa kedua orang itu
kepadaku!'

Lelaki juru penyambut tadi gopoh mempersilakan agar Hui Yan dan Kun Hiap
ikut kepadanya.

Diam-diam Hui Yan girang sekali. Hanya dengan mengoceh seenaknya saja
ternyata dia dapat memaksa Poa Ceng Cay merobah keputusannya..

"Wi kongcu, mari kita pergi kesana," serunya kepada Kun Hiap. Tetapi pemuda
itu tetap tegak membelakangi dan tak mengacuhkannya.

Hui Yan menghampiri kesamping pemuda dan berkata dengan berbisik, "Wi
kongcu, engkau ini kan seorang anak laki yang gagah, mengapa hatimu begitu
sempit seperti anak perempuan saja. Kalau engkau marah, masakan engkau
akan marah seumur hidup?"

Mendengar itu merahlah muka Kun Hiap. Dia tahu kalau diolok dara itu tetapi
ucapan dara itu memang tepat sekali. Terpaksa Kun Hiap tertawa kecut dan
berkata, "Sudahlah, jangan ngoceh saja. Mari kita menemul Poa tayhiap."

"Kalau begitu, apakah engkau masih marah kepadaku?" tanya Hui Yan.

"Nona Tian, jelas engkau tahu kalau aku tak berdaya cari alasan memarahimu,
mengapa engkau masih bertanya saja?" balas Kun Hiap.

Hui Yan tertawa mengikik dan turun dari pagoda terus ayunkan kaki. Tak berapa
lama keduanya melalui beberapa gerumbul semak yang tinggi. Disebuah rumah
gubug yang dikelilingi dengan pohon siong, mereka melihat seorang lelaki tua
bertubuh pendek sedang duduk bersila diatas sebuah batu besar. Dia bertubuh
pendek, mengenakan pakaian warna biru, sepasang matanya meram2 ayam,
atau setengah meram setengah terbuka. Dari celah2 kelopak matanya
memancar sinar yang amat tajam. Dia tengah memungut kipas dengan
perlahan-lahan...

Hui Yan maju menghampiri dan memberi hormat, 'Toa lo-ya-cu, waktu kecil aku
sudah pernah melihatmu. Waktu itu kira2 sepuluh tahunan yang lalu.
Semangatmu saat itu masih segar sekali!"

Ternyata orang tua pendek itu adalah Poa Ceng Cay, tokoh pedang dan pelukis
yang termasyhur di seluruh dunia. Dia tampak santai-santai saja berkipas-kipas.

mailto:22111122@yahoo.com 93
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

“Soal begitu tak perlu engkau ucapkan dengan mulut manis. Apa yang engkau
teriakkan tadi?"

Hui Yan tertawa, "Poa lo-ya-cu, engkau seorang pendekar besar yang
termasyhur diseluruh dunia, mengapa engkau harus melayani ocehan seorang
budak kecil seperti diriku ini? Kedatanganku jauh- jauh kemari, perlu hendak
mohon petunjuk.''

"Soal apa?” seru Poa Ceng Cay.

Hui Yan menunjuk pada Kun Hiap, serunya "Dia adalah Wi kongcu dari wilayah
Liong-se. Poa lo-ya-cu, apakah engkau pernah melukis dirinya?"

Acuh tak acuh saja Poa Ceng Cay mengangkat kepala dan memandang Kun
Hiap. Kun Hiap gopoh memberi hormat, “Wanpwe Wi Kun Hiap, menghaturkan
hormat kepada cianpwe . . . . "

Baru Kun Hiap berkata sampai disitu, sekonyong2 Poa Ceng Cay meraung keras
dan serentak berdiri dan mengebutkan kipasnya, brettt, kulit pohon siong
disampingnya segera terkelupas separoh lebih. Wajahnya yang merah segar, pun
serentak berobah pucat

Pertama kali melihat Poa Ceng Cay, Hui Yan dan Kun Hiap mendapat kesan
bahwa tokoh itu memang layak menjadi seorang tokoh silat kelas satu. Tetapi
kini sekonyong-konyong dia berobah sedemikian memberingas, sudah tentu
kedua anakmuda itu terkejut sekali dan tak mengerti apa sebabnya.

Bermula keduanya mengira mungkin dibelakang mereka telah muncul benda


atau mahiuk yang menyeramkan maka serempak merekapun berpaling
kebelakang. Tetapi mereka tak melihat apa2.

Kun Hiap cepat berpaling ke muka lagi. Dilihatnya saat itu Poa Ceng Cay duduk
lagi di tanah. Wajahnya tetap pucat pasi. Sepasang matanya dipejamkan tetapi
dahinya bercucuran keringat deras.

Hui Yan dan Kun Hiap bertukar pandang penuh keheranan. Keadaan Poa Ceng
Cay saat itu seperti orang yang menderita luka parah tetapi disekeliling tempat
itu kecuali Hui Yan dan Kun Hiap berdua, tak ada orang lain, Adakah orang yang
diam2 telah menyerang secara gelap kepada Poa Ceng Cay dan kini sudah
melarikan diri dan menumpahkan kesalahan kepada Hui Yan berdua?

Walaupun tak takut segala apa tetapi mau tak mau Hui Yan juga cemas. Poa
Ceng Cay termasyhur sekali dalam dunia persilitan. Hampir semua ko-jiu (jago

mailto:22111122@yahoo.com 94
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kelas satu) dalam dunia persilatan adalah kawannya. Kalau sampai terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan atas diri Poa Ceng Cay, tentulah mereka berdua
akan dituduh sebagai pelaku dan sukar untuk menyangkal lagi.

Segera Hui Yan berjongkok dan berteriak, “Poa lo-ya-cu, Poa lo-ya-cu!"

Tampak Poa Ceng Cay membuka mata dengan pelahan-lahan Walaupun Hui Yan
berada dihadapannya, tokoh itu tak meagacuhkan melainkan memandang
kepada Kun Hiap.

Sudah tentu Kun Hiap kelabakan dah tak mengerti mengapa Poa Ceng Cay
memandangnya begitu rupa. Terpaksa dia tersenyum dan bangkit berdiri.

Setelah beberapa saat memandang si anak-muda, Poa Ceng Cay baru mengusap
keringat dan menghela napas longgar.

“Poa lo-ya-cu, engkau ini bagaimana?” seru Hui Yan.

Seperti orang yang terjaga dari mimpi, Poa ceng Cay menyahut, "Ah, tidak apa2,
aku orang tua itu sudah kabur penglihatanku."

Sambil menunjuk pada Kun Hiap, kembali si dara berseru lagi, "Lo-ya-cu, apakah
dulu engkau pernah bertemu dengan dia?"

Poa Ceng Cay tertawa hambar, "Belum pernah.”

Hui Yan tertawa mengikik, "Poa lo-ya-cu, waktu dulu pernahkah engkau melukis
gambar orang dan orang itu . . . . "

Sebenarnya Hui Yan hendak berkata dan orang itu mirip sekali dengan dia (Kun
Hiap). Tetapi sebelum sempit menyelesaikan kata-katanya, Poa Ceng Cay sudah
berdiri dan menukas, "Kalian datang dari jauh. Sebenarnya aku ingin bicara
beberapa saat dengan kalian. Tetapi aku masih mempunyai lain urusan, kalian
silakan saja!"

"Poa lo-ya-cu. aku belum habis bicara!" seru Hui Yan.

Tetapi Poa Ceng Cay tetap tak menggubris dan berseru memberi perintah,
"Lekas pergi!" Habis berkata dia terus berputar tubuh sambil kebutkan lengan
bajunya, wut .... setiup angin kuat menghambur sehingga Hui Yan terdorong
sampai enam tujuh langkah ke belakang.

Kun Hiap yang lebih lemah tenaga-dalamnya, terlempar lebih jauh lagi, dan
sebelum dia dapat berdiri tegak, telinganya sudah mendengar suara Poa Ceng

mailto:22111122@yahoo.com 95
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Cay yang parau, "Berusahalah untuk melepaskan diri dari Tian Hui Yan dan
kembali kemari lagi. Aku hanya mau memberitahu kepadamu saja."

Kun Hiap tertegun. Sebelum dia dapat menemukan apakah yang didengarnya itu
suara Poa Ceng Cay atau bukan tiba2 si dara Hui Yan sudah berteriak, “Tidak
adil. Poa lo-ya-cu, aku belum selesai omong, betapa penting urusanmu itu tetapi
seharusnya engkau menunggu omongku dulu!"

Dara itu melesat maju sampai setombak, tiba-tiba dia berpaling dan berseru
kepada Kun Hiap, “Hai, apa-apaan engkau diam seperti patung begitu? Hayo
lekas ikut aku mencarinya.”

“Ya, ya," sahut Kun Hiap.

Sekali bergerak, gerakan tubuh seperti segulung asap yang menyembur ke


muka. Melihat itu Kun Hiap sengaja lambatkan larinya sehingga dalam sekejab
mata saja dia sudah ketinggalan sampai lima enam tombak. Pada saat melalui
sebatang pohon besar dia terus enjot tubuh ke udara menyambar dahan pohon.
Dan sekali berayun dia melayang keatas bersembunyi dalam jerumbul daun yang
lebat.

Dari cela2 daun dia memandang ke sebelah muka. Dilihatnya saat itu Hui Yan
sedang melompati sebuah sungai kecil dan dari terumbul pohon di seberang tepi
sungai, muncullah keempat lelaki tadi. Mereka lalu menyerang Hui-Yan

Bermula Kun Hiap mencemaskan keselamatan si dara. Tetapi setelah mengikuti


pertempuran itu beberapa saat, hatinyapun longgar. Jelas keempat lelaki itu
bukan sungguh2 hendak mencelakai Hui Yan melainkan hanya mengepungnya
saja supaya jangan melanjutkan larinya.

Hui Yan mengamuk, menyerang kian kemari untuk menerobos keluar dari
kepungan, tetapi tetap tak mampu. Karena mendongkol dan gugup dara itu
sampai menjerit-jerit histeris.

Tiba2 dari samping Kun Hiap terdengar setiup angin menyambar dan tahu2
muncullah Poa Ceng Cay, Wajahnya nampak serius sekali.

"Petunjuk apakah yang hendak cianpwe berikan kepadaku?" kata Kun Hiap.

Poa Ceng Cay memandang beberapa kejab kepada Kun Hiap lalu berkata,"
Bagaimana ayah ibumu memperlakukan engkau?" I

Sudah tentu Kun Hiap bingung mendengar pertanyaan semacam itu.. Poa Ceng
Cay itu seorang tokoh yang terhormat tetapi mengapa mengajukan pertanyaan

mailto:22111122@yahoo.com 96
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

yang tak karuan semacam itu?

Namun dia menjawab juga," Ah, mana di dunia ini terdapat ayah bunda yang tak
sayang kepada anaknya. Sudah tentu ayahbundaku baik sekali kepadaku."

Poa Ceng Cay tertegun beberapa saat.

"Ayahmu selama itu tak pernah mengatakan kepadaku kalau mempunyai


seorang putera," katanya," dan bahkan sudah begini besar."

“Ya," sahut Kun Hiap, “Ayah memang tak pernah memberitahukan kepada
wanpwe tentang diri Poa lo-Cianpwe."

Alis Poa Ceng Cay mengkerut," Begitu? Kalau begitu tentulah dia memang
bermaksud hendak menyembunyikan.”

"Ayah sayang sekali kepada wanpwe," Kun Hiap gopoh memberi penjelasan,"
beliau tak mengijinkan wanpwe keluar kedunia persilatan. Itulah sebabnya maka
beliau tak memberitahukan wanpwe tentang nama Poa lo-cianpwe.

Itu sudah sewajarnya, mengapa lo-cianpwe mengatakan ayah mempunyai


maksud begitu?"

Poa Ceng Cay mengangguk, "Dia tak mengizinkan engkau terjun ke dunia
persilatan?"

"Ya!” sahut Kun Hiap," karena aku meminta dengan sangat untuk ikut paman Wi
maka kali ini untuk yang pertama kalinya beliau baru mengizinkan."

Dalam berkata-kata itu hati Kun Hiap terasa sesal.. Baru yang pertama kali dia
ke luar ke dunia persilatan, dia sudah mengalami beberapa kesulitan, Kalau
begitu, lebih enak jika tinggal dirumah saja.

Poa Ceng Cay mendengus, "Hm, kalau begitu, bukan saja dia hendak
mengelabuhi aku, tetapi juga hendak mengelabuhi mata dan telinga semua
orang di dunia ini."

Sudah tentu Kun Hiap tak mengerti apa maksud omongan tokoh itu.

"Cianpwe," katanya, "apa maksud cianpwe mengucap begitu?"

"Apakah sama sekali engkau tak tahu?" Poa Ceng Cay menegas dengau nada
sarat.

mailto:22111122@yahoo.com 97
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap makin bingung, serunya, "Bagaimanakah sebenarnya soal ini?"

Poa Ceng Cay menengadah memandang la-ngit lalu menghela napas panjang,
Sinar matanya yang berkilat tampak meredup dan wajahnyapun seperti kelihatan
letih. Ditepuknya bahu anak muda itu, "Kalau engkau tak tahu, tak usah engkau
banyak bertanya lagi," katanya.

Kecurigaan Kun Hiap makin meluap. Dia menduga tentu ada sesuatu rahasia
yang menyangkut dirinya. Dan rahasia itu dia tak tahu sama sekali. Sekarang dia
harus tahu tentang rahasia itu. Dia harus minta keterangan kepada Poa Ceng
Cay. Tetapi sebelum dia sempat membuka mulut. Poa Ceng Cay sudah
menggenggam tangan Kun Hiap, "Aku hendak memberi kepadamu sebuah
barang.”

Seketika Kun Hiap rasakan dirinya diseret oleh sebuah tenaga besar yang
membawanya mela-yang naik turun dan tahu2 dia meluncur turun la-gi bersama
Poa Ceng Cay.

Tetapi baru saja keduanya turun ke bumi, dari ja-uh terdengar suara Hui Yan
berseru, "Poa lo-ya-cu, kalau engkau memperlakukan begini macam, aku tentu
akan membalasmu. Ada ubi ada tales, ada budi tentu kubalas."

Poa Ceng Cay tertawa gelak?, "Sam-ah-thau, jangan menggertak aku. Bukankah
engkau tak mampu menerobos kepungan keempat orangku tadi?"

"Poa lo-ya-cu, dengarkanlah aku bicara..."-

Tetapi Poa Ceng Cay tak menghiraukan. Dia terus membawa Kun Hiap lari ke
muka. Kun Hiap pernah menyaksikan kelihayan ilmusilat Hui Yan yang dapat
mempecundangi beberapa tokoh kelas satu. Tetapi sekarang ternyata dia tak
mampu lo-los dari kepungan keempat orang bawahan Poa Ceng Cay. Itu baru
orang bawahannya kalau Poa ceng Cay sendiri, wah entah bagaimana saktinya.

Kun Hiap seperti dibawa terbang. Telinganya dideru suara angin yang kencang.
Cepat sekali dia sudah melintasi sebuah pagar tembok yang tinggi.

Tiba2 dari jauh terdengar suara ayam berkokok bersahut-sahutan dengan


gencar.

Suara kokok ayam itu makin lama makin nyaring, tak enak di telinga. Mendengar
itu Poa Ceng Cay berhenti dan suara kokok ayam itupun, berhenti juga. Sebagai
gantinya kini terdengar kicau burung prenjak yang sedap didengar.

Wajah Poa Ceng Cay agak berobah kata-nya, "Ah, tak kira kalau mamamu begitu

mailto:22111122@yahoo.com 98
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

limbung-Sampai ilmu siluman Peh-kin-lian-beng, cu-sim-toh-hun ( Seratus


burung serempak berbunyi, menghancurkan-hati menyambar-nyawa), pun
diajarkan kepada anaknya."

Kemudian dia mengulurkan sebatang seru-ling pandak yang berwarna hitam


mengkitap lalu ditiupnya. Dari ujung tembok segera muncul orang yang
menghampiri, memberi hormat dan menyatakan siap menerima perintah. Poa
Ceng Cay menyerahkan seruling itu kepadanya, "Lekas engkau kejar, kerahkan
tenaga-murnimu dan tiup sebanyak tujuh kali."

Setelah menerima seruling orang itu terus melesat pergi.

Kun Hiap yung pengalamannya dangkal, tak tahu apa yang disebut ilmu-jahat
Peh-kin lian-beng, cu-sim-loh-hun itu, tetapi dia ingat akan peristiwa ketika ketua
Hoa-san-pay Nyo Hwat terkena serangan suara burung sehingga menderita luka-
dalam. Jelas ilmu semacam itu sama dengan Hu-sim-sip-hun, ilmu untuk
merontokkan semangat dan menggulung nyawa. Khusus untuk mengacau
ketenangan pikiran dan hati lawan.

Memang ganas sekali ilmu semacam itu tetapi kalau berjumpa dengan lawan
yang lebih sakti kepandaiannya, dia sendirilah yang akan menderita luka yang
parah sekali.

Menyadan bahwa yang mengeluarkan bunyi burung itu tentulah Hui Yan dan kini
Poa Ceng Cay suruh anakbuahnya untuk menghadapi dengan seruling mau tak
mau dia cemas juga. 1

"Poa lo-cianpwe . . . . "

Baru Kun Hiap berkata begitu, Poa Ceng Cay sudah lambaikan tangan dan
berkata, "Tak perlu engkau banyak blcara, aku sudah mengerti. Ilmu itu
memang terlalu ganas sekali. Karena dia berani sembarangan menggunakannya
maka aku hendak memberinya pelajaran. Tetapi tak sampai membuatnya terluka
berat."

Kun Hiap tertegun, "Dia akan terluka?"

"Bagaimana? Apakah engkau memang senang bersama dara itu?" balas Poa
Ceng Cay.

Sudah tentu Kun Hiap gopoh menolak, "Harap cianpwe jangan salah faham.
Kalau bertemu dia aku seperti ular menyurut kedalam lubang, lebih baik tak
bertemu saja. Tetapi kedatanganku kemari adalah atas bantuannya. Mana aku
sampai hati melihatnya menderita luka?"

mailto:22111122@yahoo.com 99
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Poa Ceng Cay leletkan lidah, "Apakah di Istana Tua itu kalian melihat gambar
lukisan orang itu?"

Kun Hiap mengiakan, “Ya, gambar orang itu mirip aku maka Hui Yan lalu
berkeras membawa aku kemari, perlu hendak mohon keterangan kepada
cianpwe tentang hal yang misterius itu."

Belum Poa Ceng Cay menjawab, tiba2 dari kejauhan terdengar suara burung
berbunyi, nadanya tak enak didengar dan diramaikan pula oleh bunyi yang hiruk
pikuk.

Saat bunyi hiruk itu mendengung maka bunyi suara burungpun terputus-putus
sehingga ketika dengung bunyi hiruk itu meraung sampai yang ketujuh kali,
suara bunyi serempak berhenti.

"Karena engkau tak suka bertemu dengan dia, lebih baik kutahannya sampai
beberapa hari. Setelah engkau pergi, baru kulepaskan lagi, bagaimana?"

"Ah, itu bagus sekali. Tetapi bagaimana dengan soal yang kukatakan tadi . . . . "

Secara diplomatis Poa Ceng Cay menjawab, "Wajah orang itu memang sering
mirip, demikian juga dengan benda2 di dunia mi. Mengapa engkau heran?"

Tetapi keterangan tokoh itu sudah tentu tidak memuaskan Kun Hiap tetapi dia
tahu kalau Poa Ceng Cay tentu juga tak mau memberi keterangan lebih lanjut
lagi maka diapun tak mau mendesak dan membiarkan dirinya dibawa berjalan
oleh tokoh itu.

Ternyata tempat kediaman PoaCeng Cay itu merupakan sebuah bangunan yang
penuh dengan rumah2 dan kebanyakan jaraknya saling jauh serta harus berjalan
berbiluk-biluk. Kun Hiap hampir tak dapat mengingat lagi dan tak tahu arah yang
ditujunya.

Lebih kurang setengah jam kemudian barulah mereka tiba di sebuah gedung.
Pintu gedung itu rupanya selama bertahun-tahun tak pernah dibuka. Hal itu
dibuktikan dari banyaknya rumput dan rotan hutan yang tumbuh memenuhi
depan pintu.

Berdiri di depan pintu, Poa Ceng Cay menghela napas. Wajahnya kelihatan
rawan. Kemudian dia mendorong pintu dengan pelahan-lahan. Krek, krek, krek
..... rotan hutan yang menjalar diatas pintu, berderak-derak putus semua.

Selekas pintu terbuka tampak di halaman dalam penuh dengan rumput yang

mailto:22111122@yahoo.com 100
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tinggi. Beberapa binatang rase dan tikus terkujut berlarian.

Diam2 Kun Hiap heran mengapa dia dibawa ketempat yang hampir tak pernah
didiami orang itu.

'"Poa lo-cianpwe, sebenainya engkau hendak memberi aku barang apa saja?"
tanyanya.

"Hanya sebatang senjata berikut ilmu permainannya yang terdiri dari duabelas
jurus," kata Poa Ceng Cay.

"Bagaimana wanpwe harus menerima pemberian sedemikian besar itu?" gopoh


Kun Hiap berseru.

Kembali Poa Ceng Cay meletakkan tangannya ke bahu Kun Hiap, katanya,
"Ayahmu adalah sahabat baikku. Dalam perkenalan pertama dengan engkau
kalau hanya kuberikan sedikit barang yang tak berharga, kiranya sudah jauh dari
pantas. Mengapa engkauharus bersikap sungkan?"

Mendengar kata-kata yang diucapkan Poa Ceng Cay dengan nada yang rawan,
makin besarlah kecurigaan Kun Hiap.

Poa Ceng Cay mengajak Kun Hiap masuk ke dalam ruang. Diatas paseban atau
ruang muka tergantung sebuah papan nama. Diatasnya tertulis tiga huruf Poa-
coat-tong atau Paseban-setengah-matang.

Kiranya Poa CengCay digelari dan dikagumi orang persilatan sebagai Kiam-hoa-
song-coat atau Ahli-pedang-dan-lukisan- Tetapi dia sendiri dengan rendah hati
mengatakan bahwa kepandaiannya ilmupedang masih jauh dari semparan
sedang ilmu melukisnyapun hanya setengah matang. Dan sejak itu dia
menamakan diri dengan gelar Poan-coat lojin atau si Tua-setengah-matang.

Karena ruang paseban itu disebut Poan-coat-tong maka tentulah menjadi tempat
kediaman Poan-coat lojin.

Tetapi Kun Hiap memperhatikan bahwa sebelah ujung papan nama itu sudah
lepas dari pakunya dan menggelantung ke bawah. Pun perkakas perabot dalam
ruang paseban itu juga sudah tak keruan, banyak yang remuk. Sampaipun lantai
yang terdiri dari marmer hijau juga hancur. Disana sini terdapat bekas telapak
kaki yang membekas sampai setengah dim dalamnya. Hal itu menimbulkan
kesan bahwa dulu tempat itu tentu pernah dijadikan ajang pertempuran dahsyat
dari beberapa jago sakti.

Sejenak berhenti di tengah ruang, Poa Ceng Cay lalu mengajak Kun Hiap keluar

mailto:22111122@yahoo.com 101
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dari pintu samping, berjalan di sebuah lorong lalu mendorong sebuah pintu.

Kun Hiap tak melihat barang sebuah alat perkakas dalam ruang itu, kecuali
sebuah meja dari kayu jati. Diatas meja jati itu terdapat sebuah gelang besar
berwarna hitam mengkilap. Garis tengah gelang itu hampir satu meter, lingkaran
gelang tidak tajam melainkan tumpul. Pada batang gelang terdapat beberapa
ukiran huruf tetapi tak dapat dibaca jelas.

Tiba di meja itu, Poa Ceng Cay berkata, "Yang akan kuberikan kepadamu tak lain
adalah Oh-hun-cwan ini."

Karena melihat Oh-hun-cwan atau Gelang-awan-hitam itu bukan merupakan


suatu benda yang- luar biasa, setengahnya dalam hati Kun Hiap gelo juga.

"Poa cianpwe, aku tak dapat menggunakan senjata itu, " katanya.

"Engkau kira apakah itu Kim-kong-cwan biasa saja?' tukas Poa Ceng Cay.

Mendengar nama Kim-kong-cwan atau Gelang-malaekat, tiba2 hati Kun Hiap


tergerak karena teringat suatu hal.

Dia teringat ketika berada di Istana Biru, pertama kaii berjumpa dengan Koan
Sam Yang yang bergelar Ing-put-hoan-jiu atau Selamanya-tak-pernah-balas-
memukul. Saat itu Koan Sam Yang pernah bertanya sampai dimana ayah Kun
Hiap telah mencapai latihannya memainkan Kim-Kong-cwan.

Memang ketika mendengar pertanyaan semacam itu dari Koan Sam Yang. Kun
Hiap heran. Kini Poa Ceng Cay hendak memberinya sebuah gelang Kim-kong-
cwan. Adakah ini hanya secara kebetulan saja?

Ah, kepala Kun Hiap berdenyut-denyut pusing apabila memikirkan peristiwa aneh
yang diha-dapinya saat itu. Dia benar2 tak tahu apa sebenarnya rahasia yang
tengah menyelubungi dirinya itu.

Poa Ceng Cay memungut gelang Kim-kong-cwan dan dipencet-pencet dengan


jari lalu berkata, "Lihatlah, gelang ini terdapat banyak tulisan huruf kecil-kecil,
apa engkau dapat melihatnya?"

Kun Hiap maju menghampiri. Memang benar batang gelang itu penuh dengan
tulisan huruf2 kecil tetapi jelas dan mudah dibedakan.

Poa Ceng Cay menjentik dengan jarinya dan terdengarlah bunyi tring, tring dari
batang gelang.

mailto:22111122@yahoo.com 102
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Periksalah hati2 huruf2 itu. Jurus2 permainan gelang2 itu semua tertulis disitu.
Ini milik engkau punya . . . !” tiba2 Poa Ceng Cay tak melanjutkan kata2nya.

"Aku punya apa?" tanya Kun Hiap setelah terkesiap sejenak.

"Kukatakan, benda ini adalah .... milikmu. Engkau harus merawatnya baik.2,"
kata Poa Ceng Cay.

Kun Hiap menerima gelang itu lalu diikatkan pada pinggangnya. Sedangkan Poa
Ceng Cay mundur selangkah dan memandang Kun Hiap dengan tajam. Wajah
tokoh itu menampilkun kerut yang sedih.

Walaupun masih belum jelas tetapi sedikit banyak Kun Hiap sudah merasa
bahwa dalam soal itu tentu terselip suatu rahasia. Setelah tertegun sejenak, dia
memberi hormat, 'Poa cianpwe, jika cianpwe sudah tak ada pesan apa-apa lagi,
wanpwepun hendak pamit."

“Biar kuantarkan engkau keluar," kata Poa Ceng Cay.

Kun Hiap merasa dirinya sudah.terlepas dari libatan Hui Yan maka dengan
gembira diapun berkata, "Poa cianpwe tak perlu mengantar. Asal menjaga
jangan sampai nona Tian menyusul aku, aku sudah berterima kasih."

"'Jangan kuatir," Poa Ceng Cay tertawa, memang nanti akan kutahannya sampai
tiga empat hari. Siapa sih suruh dia berani masuk ke sini dan tidak mau
menghormat aku?'

Kun Hiap kerutkan dahi berpikir, kemudian berkata, "Nona Tian masih muda
belia, bukankah Poa cianpwe takkan membikin susah kepadanya?"

Poa ceng Cay menghela napas, "Hiantit, terus terang saja, aku memang belum
berani membikin susah kepadanya."

Diam2 Kun Hiap terkejut Kiranya si dara Hui Yan itu memang mempunyai latar
belakang yang hebat. Dia harus berhati-hati terhadap dara itu.

Kun Hiap mendengar tadi bahwa ayahnya baru saja meninggalkan perumahan
desa Poa. Lebih baik dia lekas2 menyusul saja. Setelah pamit dia terus keluar
dari perumahan desa keluarga Poa. Dilihatnya kedua ekor kuda putih masih
makan rumput di tempat peristirahatannya tadi. Melihat Kun Hiap, kuda itu
mengangkat kepala dan meringkik keras sebagai pertanda kalau mengenal Kun
Hiap.

Tiba2 timbul pikiran Kun Hiap. Kalau dia tak menaiki kuda hebat itu tak mungkin

mailto:22111122@yahoo.com 103
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dia da-pat menyusul ayahnya. Tetapi pada lain kilas dia-pun kuatir. Kuda itu
mempunyai hubungan erat dengan Tian Hui Yan. Kalau dia menggunakannya,
bukankah kelak kemudian hari akan terlibat dengan Hui Yan lagi?

Sampai beberapa saat belum juga dia dapat mengambil keputusan. Akhirnya dia
teringat bahwa Hui Yan akan ditahan Poa Ceng Cay sampai empat lima hari.
Pada waktu itu dia tentu sudah ber sama-sama ayahnya. Saat itu barulah dia
akan lepaskan kuda putih. Biar kalau mau kembali kepada nona majikannya.

Setelah menetapkan keputusan, Kun Hiap terus menceplak salah seekor dan
mencongklangkan pesat. Diam2 dia merenung kalau Hui Yan itu seorang dara
yang manis dan lemah lembut, mau juga dia meminta seekor kuda itu kepada si
dara. Dengan memiliki kuda putih sahabat itu, tentulah kelak banyak sekali
gunanya dalam dunia persilatan.

Setelah tiba di jalan raya, dia melanjutkan perjalanan. Di sepanjang perjalanan


dia hendak bertanya orang tentang ayahnya. Ayahnya, Pendekar Naga-emas Wi
Ki Hu, seorang tokoh persilatan yang terkenal. Tentu beliau akan menempuh
jalan yang besar. Mudahlah bertanya kepada orang mengenai perjalanan
ayahnya.

Kun Hiap gembira sekali. Dia mencongklongkan kudanya lebih pesat. Setelah tiba
ditempat yang ramai, dia akan bertanya kepada orang, demikian pikirnya.

Menjelang magrib, tibalah dia disebuah hutan pohon angco. Dimuka hutan itu
tampak seekor kuda yang tengah menyepak-nyepak. Kun Hiap terkejut gembira.
Jelas itu adalah kuda ayahnya.

Sambil mengeprak kuda, dia berseru gembira.

"Yah, engkau dimana?”

Srattt .... sesosok bayangan melayang turun dari gerumbul pohon. Dia seorang
lelaki setengah tua, lebih kurang berumur limapuluhan tahun. Wajahnya serius,
menimbulkan rasa gentar kepada orang. Dia bukan lain adalah ayah dari Kun
Hiap yaitu Wi Ki Hu, jago pedang ternama yang bergelar Pedang-naga-emas.

"Ayah!" kembali Kun Hiap mengulangi teriakannya.

“Hm. kiranya orang yang menyelidiki perjalananku itu adalah engkau sendiri,'"
seru Wi Ki Hu, "kukira kalau tiga serangkai Chin-nia-sam-shia itu yang hendak
cari perkara kepadaku. “Mengapa engkau disini . . .. ,” baru berkata begitu Wi Ki
Hu melihat gelang Oh-hun cwan yang menggelantung di pinggang Kun Hiap.
Tiba2 dia mundur selangkah tangannya memegang sebatang pohon dan wajah

mailto:22111122@yahoo.com 104
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berobah tegang, memandang lekat2 pada Kun Hiap.

Sudah tentu pemuda itu terkejut, serunya, “Ayah, kenapa engkau?”

Tetapi Wi Ki Hu tak menjawab. Wajahnya makin tak sedap dipandang.


Tangannya yang memegang batang pohon tak terasa makin mengencang, krak,
krak . . . . kulit pohon hancur bertebaran, kelima jarinya masuk sampai beberapa
dim -kedalam batang pohon.

Kun Hiap makin terkejut dan buru2 lari menghampiri. Tetapi sebelum dia sempat
membu-ka mulut, Wi Ki Hu sudah memberitik, “Berhenti!”

Tenaga-dalam Wi Ki Hu memang hebat sekali. Bentakan itu membuat telinga


Kun Hiap seperti mau pecah rasanya sehingga dia terhuyung-huyung mundur
beberapa langkah ke belakang baru dapat berdiri tegak.

Setelah itu dia baru mengangkat muka memandang ke arah ayahnya. Dia
terkejut. Saat itu Wi Ki Hu sedang menunduk, tangannyapun tidak
mencengkeram batang pohon lagi. Pada batang pohon itu tampak membekas
telapak jari sedalam lima dim.

Beberapa saat kemudian baru dia mengangkat muka lagi Wajahnya memang
masih pucat tetapi sikapnya tidak setegang tadi lagi.

Melihat itu longgarlah perasaan Kun Hiap, serunya, "Yah, apakah engkau marah
karena aku berkeliaran kemana-mana sendiri tanpa mengajak paman Wi?
Sebenarnya aku juga tak bermaksud ... "

“Engkau kemana saja?" cepat Wi Ki Hu menukas. Tadi suaranya seperti geledek


tetapi sekarang sudah banyak berobah seperti orang yang lelah.

"Aku baru saja datang dari desa keluarga Poa," sahut Kun Hiap.

"Dari mana kuda putih itu? Engkau masih kemana lagi?" tegur Wi Ki Hu.

"Panjang sekali centanya,"' jawab Kun Hiap, "pertama kali, aku bertemu dengan
Thian-san-sin-kau Lo Pit Hi. Dia mengajak aku berjalan sama-sama. Ketika tiba
di sebuah istana tua berwarna biru . . . " tiba2 Kun Hiap tak melanjutkan
keterangannya karena saat itu dia memperhatikan bahwa ayahnya tidak
mendengarkan keterangannya itu melainkan seperti orang yang sedang
melamun.

"Yah. . ., " terpaksa Kun Hiap meneriaki.

mailto:22111122@yahoo.com 105
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"O," Wi Ki Hu gelagapan dan mengangkat muka, "apa saja yang engkau


ketahui?"

Kun Hiap tercengang. Dia benar2 tak mengerti mengapa tiba-tiba sikap ayahnya
berobah begitu rupa. Dia gelengken kepala, "Yah, penuh sekali keheranan yang
kurasakan tetapi aku tak mengerti sama sekali."

Wi Ki Hu menghela napas longgar, "Memang dalam dunia persilatan itu banyak


sekali hai-hal yang aneh dan misterius. Karena baru pertama kali terjun ke dunia
persilatan, engkau tentu heran. Lekas mari kita pulang."

Mendengar ayahnya menyatakan jawaban dengan nada terpaksa dan akhirnya


dengan setengah memaksa hendak mengajak pulang, timbullah rasa enggan
dalam hati Kun Hiap.

"Yah, engkau kan sudah mengizinkan kali ini aku keluar ke dunia persilatan
mengapa sekarang engkau hendak mengajakku pulang? Apakah engkau anggap
aku masih belum temponya terjun ke dunia persilatan?"

"Pulang! Pulang saja! Kalau kusuruh pulang engkau harus pulang," kata Wi Ki
Hu.

Selama ini belum pernah Kun Hiap menerima perlakuan yang sedemikian getas
dari ayahnya. Kah ini dia memperhatikan ayahnya seperti orang yang bingung
kehilangan faham. Apa boleh buat terpaksa dia menurut saja.

“Lekas naiki kudamu dan mengikuti di belakangku, jangan terpisah jauh2," seru
Wi Ki Hu.

Kun Hiap mengiakan, kemudian dia berkata pula, "Masih ada sebuah benda yang
diberikan kepadaku oleh seorang wanita yakni nyonya Tian."

"Ngaco!" bentak Wi Ki Hu, "aku tak kenal dengian wanita yang bernama nyonya
Tian!"

Kun Hiap cepat mengeluarkan kotak kumala, katanya, "Yah, nyonya Tian itu
pesan wanti2 agar aku harus menyerahkan sendiri kepada ayah. Dia bilang,
apabila melihatnya engkau tentu sudah tahu sendiri.”

Sejenak memandang kotak kumala itu, berkatalah Wi Ki Hu dengan nada dingin,


"Aku tak kenal dengan nyonya Tian itu."

Karena tak tahu siapakah mama dari Tian Hui Yan atau wanita yang memberikan
kotak kumala itu, Kun Hiap juga tercengang.

mailto:22111122@yahoo.com 106
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Anak perempuan yang sulung dari nyonya Tian itu menikah dengan pimpinan
Cin-nia-sam-shia yaitu Thian-peng-te-lat Khong Gong Tin .." baru Kun Hiap
berseru begitu, tiba2 Wi Ki Hu mencengkeram dada puteranya terus diangkat ke
atas.

Sudah tentu Kun Hiap ketakutan setengah mati, "Yah...!”

"Siapa lagi yang engkau jumpai!" bentak Wi Ki Hu

"Yah, kasihlah kesempatan aku bicara dulu," pinta Kun Hiap.

"Lekas lemparkan kotak kumala itu," bentak Wi Ki Hu, "nanti setelah pulang baru
aku mau mendengar ceritamu lagi "

Sudah tentu Kun Hiap kaget sekali, "Tetapi yah, aku sudah terlanjur
menyanggupi permintaan orang. Bagaimana aku harus melemparkan kotak
kumala ini? Kalau engkau tak mari menerimanya, biarlah lain hari kukembahkan
saja kepada nyonya itu."

"Huh," tiba2 Wi Ki Hu merebut kotak kumala itu terus dilempar.

Kun Hiap melongo dan memandang layang kotak itu. Ternyata kotak kumala itu
jatuh menyangkut diatas sebatang pohon yang tinggi dau tidak sampai jatuh ke
tanah.

"Yah ....," baru Kun Hiap berseru sepatah, dia sudah dilontarkan ayahnya ke atas
kuda putih. Wi Ki Hu juga naik kuda dan segera memerintahkan Kun Hiap
supaya ikut.

Benar2 Kun Hiap tak mengerti mengapa tiba-tiba saja ayahnya memperlakukan
dirinya begitu rupa. Dia coba mengingat-ingat apakah dia telah melakukan
kesalahan. Paling2 dia hanya mengunjuk ke tempat kediaman keluarga Poa saja.

Soal titipan kotak kumala dari nyonya Tian, dia merasa memang tak tahu dan tak
ada hubungan dengan dirinya. Dia kan hanya ingin mengunjukkan sikap baik
terhadap wanita yang telah memperlakukannya dengan manis budi itu.

“Aneh, mengapa ayahnya sekarang tampak begitu marah sekali. Apa boleh buat
diapun terpaksa mengikuti di belakang kuda ayahnya. Semalam suntuk, Wi Ki Hu
menempuh perjalanan tanpa berhenti.

Ketika tengah malam tiba, Kun Hiap tak dapat menahan kesabarannya lagi. Dia
larikan kudanya kemuka dan berseru, “Yah, mungkin paman masih mencari aku.

mailto:22111122@yahoo.com 107
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Apakah aku tak perlu mencari dan memberitahu kepadanya?"

"Engkau ini anakku atau bukan? Kalau anakku, harus dengar kataku!” bentak Wi
Ki Hu.

Mendengar kata2 yang begitu bengis dari ayahnya, Kun Hiap kaget ketakutan.
Dia sampai kucurkan keringat dingin.

"Tentu saja aku ini putera ayah. Baik, yah, aku tak berani bicara lagi," katanya
gopoh.

Wi Ki Hu menghela napas longgar seperti terlepas dari tindihan batu berat.


Sedangkan Kun Hiap masih menganggap bahwa karena pengalamannya masih
hijau, kemungkinan dia tak tahu bahwa persoalan yang tengah dihadapi itu
menurut ayahnya memang sangat serius sekali. Tentulah. demi keselamatannya
maka ayahnya sampai bersikap begitu bengis. Pikirnya, mana ada ayah yang
hendak mencelakai anaknya. Dengan pemikiran itulah maka terpaksa dia diam
saja dan hanya mengikuti perjalanan ayahnya yang dilakukan hampir non-stop
itu.

Hari itu Kun Hiap benar2 letih sekali. Dia menelungkupkan tubuh, tidur diatas
pelana kudanya. Untung kuda putih itu memang seekor kuda yang luar basa.
Walaupun tengah lari kencang dan kadang berloncatan tetapi jalannya masih
tetap stabil, sehingga Kun Hiap tak sampai terlempar jatuh.

Karena lelahnya maka sekali tidur, Kun Hiap tidur sampai beberapa jam. Waktu
bangun di sebelah muka dia sudah melihat tembok tinggi dari rumahnya, Ah, ia
menghela napas.

Selama itu ayahnya selalu melarangnya untuk bermain-main jauh dari rumah.
Paling jauh hanya sepuluhan li. Bahwa kali ini dia telah mendapat izin untuk ikut
kepada pamannya mengantarkan barang antaran, benar2 suatu kegembiraan
besar. Tetapi baru di tengah perjalanan, telah terjadi peristiwa yang aneh dan
tahu2 ayahnya telah menyusul dan mengajaknya pulang lagi. Tak tahu dia,
kapan lagi dia akan dibert izin untuk keluar rumah pula.

Beberapa saat kamudian kedua ekor kuda itu sudah memasuki perkampungan.
Di sepanjang jalan setiap orang yang berjumpa tentu memberi hormat kepada
Wi Ki Hu. Tetapi Wi Ki Hu tak mengacuhkan dan tetap melarikan kudanya.

Sikap Wi Ki Hu itu membuat orang heran. Bahkan ada sementara orang yang
menjebikan muka kepada Kun Hiap, mengira pemuda itu tentu melakukan
kesalahan sehingga membuat ayahnya marah.

mailto:22111122@yahoo.com 108
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap hanya dapat gelengkan kepala kepada mereka dan tak berani berkata
apa2.

Tak berapa lama merekapun masuk kedalam rumah, langsung menuju ke


bangunan yang menjadi tempat tinggal Kun Hiap.

"Masuk! perintah Wi Ki Hu, "Tanpa mendapat izinku, jangan berani2


meninggalkan tempat tinggalmu."

Kun Hiap terkejut sekali ," Yah, aku tak boleh keluar? Engkau ..... engkau...”

Tĕtapi Wi Ki Hu sudah berputar tubuh dan berseru pula, "Selangkahpun jangan


engkau keluar dari kamarmu. Akan kusuruh orang menjagamu. Kalau engkau
berani melanggar, jangan salahkan kalau aku bertindak keras."

Kun Hiap makin merasa janggal. Itu kan bukan nada kata2 seorang ayah
terhadap anaknya. Dia tahu perangai ayahnya yang keras dalam memegang
kata2. Terpaksa Kun Hiap hanya tertawa kecut, serunya," Yah, aku ingin tahu
mengapa ayah memerintahkan begini?”
Wi Ki Hu menghela napas," Pelahan-lahan engkau tentu akan mengerti sendiri.
Hiap ji, kelak engkau tentu tahu juga, Engkau harus dengar kataku. Coba
katakan, apakah aku sampai hati akan mencelakai engkau?"

Saat itu Kun Hiap memandang Wi Ki Hiap. Baru pertama kali itu sejak dia
dewasa, dia mendapatkan sikap ayahnya bukan lagi seperti seorang pendekar
besar yang termasyhur, melainkan hanya seperti seorang tua yang sudah lunglai
semangatnya.

"Yah, sudah tentu engkau takkan mencelakai aku. Aku patuh pada perintahmu,"
katanya.

Wi Ki Hu menepuk bahu anakmuda itu. Mulut hendak mengatakan sesuatu,


tetapi tak dapat mengeluarkan kata. Dia hanya menghela napas panjang,
berputar tubuh terus melangkah keluar.

Kun Hiap mengiring kepergian ayahnya dengan memandang bayang2


punggungnya sampai beberapa saat. Setelah ayahnya lenyap, barulah dia
menghela napas dan terus masuk.

Setelah duduk beberapa saat barulah dia menyuruh bujang untuk menyediakan
makanan. Tetapi setelah hidangan disediakan, dia tak punya selera makan dan
terus baringkan diri diatas pembaringan. Karena menempuh perjalanan nonstop
selama beberapa hari, begitu berbaring dia terus jatuh pulas.

mailto:22111122@yahoo.com 109
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Entah sudah tidur berapa jam, hanya waktu dia membuka mata dia merasa
didepan ranjangnya seperti terdapat orang yang berdiri. Tetapi dia tak
mengacuhkan. Pikirnya, toh dia berada dalam rumahnya sendiri, bukan di dunia
persilatan maka tak akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Maka dia
menggeliat dan membalikkan tubuh, terus hendak tidur lagi.

Tetapi pada saat hendak menggeliatkan tubuh, tiba2 dia merasa dan melihat
jelas bahwa yang berdiri didepan ranjangnya itu seorang gadis. Kun Hiap
terkesiap. Ah, mungkin pandang matanya masih kabur karena ngantuk.

Ayahnya memang memanjakannya dengan ketat sekali. Dia diberi tempat


sebuah bangunan tersendiri dengan dua orang bujang pelayan. Tiada seorang
luar yang diperbolehkan masuk. Maka tak mungkin ada seorang gadis tak dikenal
dapat menyelundup masuk kesitu.

Dengan keyakinan itu tanpa berpaling tubuh untuk melihat dengan jelas, Kun
Hiap hanya mendesuh, "Uh, jangan ganggu aku, aku mau tidur lagi!

Baru dia mendesuh begitu dengan suara parau gadis itu berkata, "Can kongcu,
aku memberanikan diri lancang mengunjungi kemari, apakah engkau tidak
marah?"

Hampir Kun Hiap melonjak kaget. Buru2 dia melenting duduk. Tampak gadis di
depan ranjang itu menundukkan kepala, pipinya bersemu merah karena tersipu-
sipu. Kun Hiap terkejut. Gadis itu bukan Hui Yan melainkan kakaknya yang
nomor dua.

"Engkau . . . . " Kun Hiap tak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia hendak
berkata, “engkau mengapa kemari?” Tetapi sesaat dia ingin berkata, ‘perlu apa
engkau kemari?’ Tetapi ternyata hanya kata-kata engkau saja yang dapat keluar
dan mulutnya, kemudian dilanjutkan untuk mempersilakan gadis itu duduk.

Gadis itu menurut. Dia duduk dengan tundukkan kepala tak berani memandang
Kun Hiap

"Sebenarnya aku tak berani mengganggumu," katanya dengan berbisik, tetapi


mamaku memaksa aku. Karena tak berdaya. terpaksa aku melakukan
perintahnya, mencari engkau kemari."

"Ah, tak apa," kata Kun Hiap. "Apa yang engkau perlukan supaya kubantu.
Katakan saja."'

Gadis itu baru berani mengangkat kepala memandang Kun Hiap, “Dimanakah
sam-sumoayku? Apakah Can kongcu tahu?"

mailto:22111122@yahoo.com 110
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap tertegun, "Dia?" Entah apakah masih berada di rumah keluarga Poa
sana, ya?" kata Kun Hiap.

"Keluarga Poa?" gadis itu mengulang kaget.

"Ya Poa ceng Cay tayhiap," kata Kun Hiap. “Adikmu menyaru sebagai pemuda
dan mengaku kalau sute dari Nyo Hwat ketua Hoa-san-pay lalu membawa aku
kepada keluarga Poa. Karena dalam pembicaraan dia menyinggung perasaan
tuan rumah, maka sekarang dia ditahan disana." ....

Gadis itu serentak berdiri dan menghela napas pelahan, "Ah, sam-sumoay
memang suka cari onar. Terima kasih atas keterangan Can kongcu. Aku permisi
pergi."

Habis berkata gadis itu terus melangkah ke pintu.

"Nona Tian, tunggu,” tiba2 Kun Hiap berseru.

Nona itu hentikan langkah dan memandang Kun Hiap lalu tundukkan kepala dan
berkata, "Can kongcu hendak memberi pesan apa lagi ?"

Kun Hiap kembali tertegun seperti kena pesona, kemudian baru berkata, "Nona
Tian, aku masih belum tahu siapa nama nona ?"

Seketika sepasang pipi nona itu bertebar merah, katanya, "Aku ... aku bernama
Tian Hui Giok."

"Ah nama dan orangnya benar2 serasi sekali,” Kun Hiap memuji.

Wajah Hui Giok makin merah, Dia berputar tubuh dan ayunkan langkah menuju
ke pintu. Kun Hiap buru2 menyusul, "Mengapa nona hendak buru2 pergi?”

Kembali Tian Hui G ok berhenti, Dalam hati sebenarnya dia memang segan pergi
tetapi sebagai seorang gadis diapun malu kalau dilihat orang. .

Hati Kun Hiap berdebar keras. Dia hendak bicara apa2 lagi tetapi tak tahu apa
yang harus dikatakan. Keduanya saling diam sampai beberapa jenak.

"Aku hendak pamit pergi," akhirnya Tian Hui Giok yang lebih dulu membuka
mulut.

Kun Hiap tetap tak dapat mencari kata2 untuk mencegahnya. Dia kelabakan
sendiri. Sekonyong-konyong dari jauh terdengar suara orang membentak dengan

mailto:22111122@yahoo.com 111
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

marah, "Hai, main2 apa kalian disini? Mana kongcu?”

Menyusul terdengar suara seorang bujang kecil menyahut, "Kongcu sedang


tidur."

Celaka, pikir Kun Hiap, ayah datang. Mendengar itu Tian Hui Giok juga kaget,
''Kalau begitu aku harus cepat pergi."

"Jangan," cegah Kun Hiap, "kalau engkau keluar tentu akan dilihatnya. Lebih
baik engkau bersembunyi dalam kamarku saja."

"Itu tidak pantas," bantah Tian Hui Giok, "kalau sampai ketahuan ayahmu,
bukankah .... lebih runyam?"

Habis berkata gadis itu menunduk, pipi dan telinganyapun merah semua.

"Tetapi dia takkan lama disini, lekas engkau sembunyi . . . ," desak Kun Hiap dan
tanpa disadari dia terus mencekal tangan si nona. Tetapi pada lain saat dia
cepat2 lepaskan lagi. Dia menyadari kalau perbuatannya itu mungkin akan
menimbuikan rasa kurang senang dari Tian Hui Giok karena Tian Hui Giok itu
seorang gadis yang alim dan lemah lembut.

Diam2 Kun Hiap heran mengapa nona seperti Hui Giok menaruh perhatian besar
kepadanya. Ah, diapun harus bersikap menghormat kepada nona itu.

Setelah melepaskan cekalannya, dia berkata, "Nona Tian. ayahku akan segera
datang. Lebih baik engkau cepat bersembunyi saja."

Akhirnya Tian Hui Giok mengangguk dan mengikutinya masuk ke dalam kamar,
bersembunyi di balik kelambu. Kun Hiap juga terus baringkan diri. Hatinya dat-
dit-dut tak keruan, bukan karena takut ayahnya datang melainkan karena
merasa bahwa tidur didekat seorang nona cantik yang begitu lemah lembut,
memang menimbulkan perasaan gundah yang sukar dilukiskan.

Derap langkah Wi Ki Hu makin terdengar dekat. Ketika Kun Hiap mengintip,


dilihatnya ayahnya memanggul kedua lengan, berjalan masuk dengan kepala
menunduk. Wajahnya serius. Begitu masuk kedalam kamar, memandang Kun
Hiap sejenak lalu tiba2 menghela napas pelahan dan terus duduk.

Kun Hiap bertambah heran. Dulu setiap kali datang tentulah ayahnya hendak
mengontrol latihannya silat. Selamanya tak pernah duduk dalam kamarnya.
Tetapi mengapa sekarang berobah sikapnya ?

Kun Hiap pun2 melanjutkan tidur. Beberapa saat kemudian terdengar Wi Ki Hu

mailto:22111122@yahoo.com 112
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berkata, "Hiap-ji, mengapa engkau tak ganti pakaian terus tidur ?"

Pelahan-lahan Kun Hiap membuka mata, sahutnya, "Aku lupa dan karena lelah
sekali terus tertidur. Yah, kapan engkau datang?"

"O, baru saja," sahut Wi Ki Hu. Memandang sejenak pada Kun Hiap, tiba2 dia
menghela napas lagi terus berbangkit dan berjalan mondar mandir.

Melihat ayahnya masih belum pergi, mengingat Tian Hui Giok yang masih
bersembunyi di belakang kelambu, hati Kun Hiap berdetak keras sekali. Ayahnya
seorang yang pegang keras pada atutan. Kalau ketahuan dirinya
menyembunyikan seorang gadis cantik dalam kamar, tentulah ayahnya akan
marah besar.

"Yah, ada soal apa?” akhirnya ia bertanya. Wi Ki Hu terkesiap, sahutnya, “Tak


apa2. Kita ayah anak berdua ini memang biasanya jarang berkumpul sehingga
seperti ada jurang pemisah. Itulah sebabnya maka aku duduk disini. Hiap-ji,
mungkin engkau menganggap aku ini terlalu tak kenal perasaan, bukankah
begitu ?"

Mendengar itu diam2 Kun Hiap mengeluh. Selama ini tak pernah ayahnya
membicarakan soal2 semacam itu. Tetapi mengapa sekarang, justru dalam
kamarnya bersembunyi seorang gadis, ayahnya malah bicara panjang lebar ?

"Yah, mana aku berani menyalahkan ayah?” sahut Kun Hiap.

Wi Ki Hu menghela napas, "Ah, kalau begitu baiklah. Engkau harus tahu, bahwa
aku mempunyai beberapa hal yang sulit kukatakan.

Baru berkata begitu, tiba2 Wi Ki Hu hentikan ucapannya. Wajahnya meringis


seperti merasa telah kelepasan bicara.

"Ya, ya," Kun Hiap tak sempat memperhatikan perobahan muka ayahnya,
melainkan mengiakan saja.

Karena perasaannya sedang terhimpit persoolan yang berat maka Wi Ki Hu


sendiri juga tak memperhatikan ucapan Kun Hiap yang gugup itu. Dia tertawa
terus maju menghampiri.

Kun Hiap terkejut dan hendak bangun tetapi tahu2 Wi Ki Hu sudah berada di
hadapannya, mengulurkan tangan memegang bahu Kun Hiap. Saat itu Wi Ki Hu
sedang menghadap ke arah kelambu, dekat sekali dengan tempat Tian Hui Giok.
Wi Ki Hu berkepandaian tinggi. Asal Hui Giok mengeluarkan suara sedikit saja
atau beringsut pelahan, tentu tetap akan diketahui Wi Ki Hu.

mailto:22111122@yahoo.com 113
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dua kali Wi Ki Hu menepuk bahu Kun Hiap seraya berkata, "Hiap-ji,


kepandaianmu memang masih dangkal Apakah engkau mau berjanji kepada
ayah bahwa selama 10 tahun engkau takkan keluar dulu dan akan berlatih keras
belajar ilmu-silat?"

Kun Hiap tertegun, katanya, "Yah, aku ingin tahu apa sebab ĕngkau
menginginkan begitu?"

Dunia persilatan itu penuh bahaya," kata Wi Ki Hu, "kepandaianmu masih cetek,
kalau sampai terjadi sesuatu padamu, apakah mamamu takkan berduka? Apakah
aku tega melihat hal semacam itu?"

Kalau Wi Ki Hu menyuruh lain soal, agar ayahnya cepat2 pergi dari kamar,
tentulah Kun Hiap segera akan mengiakan saja. Tetapi kalau disuruh menyetujui
perintah ayahnya dimana dia harus menyekap diri selama 10 tahun sudah tentu
Kun Hiap membuat reaksi juga, "Biarlah aku menghadap mama. Kutahu beliau
tentu akan mengizinkan aku keluar ke dunia persilatan, Seperti kali ini aku
diperkenankan ikut keluar bersama paman Wi, apakah juga bukan atas
persetujuan mama?”

"Wajah Wi Ki Hu mengerut gelap, dia menyurut mundur dan berseru, "Jadi


engkau tak mau mendengar kata-kataku?"

Entah dari mana mendapat keberanian. Atau mungkin karena malu hati terhadap
Tian Hui Giok yang berada dibalik kelambu, atau memang karena tak mau
disekap selama 10 tahun tiba2 Kun Hiap mengangkat kepala dan berseru, "Yah,
apapun perintahmu, aku pasti akan menurut. Tetapi hanya kali ini terpaksa aku
tak dapat menurut. Karena sudah belajar silat, sudah tentu aku harus
mengamalkan untuk kebaikan dan keadilan. Mengapa aku harus disekap dalam
rumah saja? Apakah itu bukan berarti mematikan semangatku?''

Seketika wajah Wi Ki Hu berobah gelap.

"Aku sudah mengatakan begitu, masa akan kujilat kembali? Sepuluh tahun
kemudian, engkau tentu akan maju hebat, tidak seperti keadaan se karang ini."

Tetapi Kun Hiap juga ngotot sehingga wajahnya pucat.. "'Yah, apakah engkau
juga baru terjun ke dunia persilatan pada usia tigapuluhan tahun?"

“Ngaco!'' bentak Wi Ki Hu. Tangannya serentak diangkat. Walaupun belum


dipukulkan tapi karena dia memiliki tenaga-dalam yang he-bat maka setiup arus
tenaga menghambur keluar sehingga kelambu sampai bergetar keras.

mailto:22111122@yahoo.com 114
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Celaka, keluh Kun Hiap. Dia terus hendak menggunakan taktik untuk pura2
meluluskan dulu. Besok gampang kalau mau dirobah lagi. Yang penting ayahnva
supaya segera meninggalkan kamar itu.

Baru dia hendak mengucap kata tiba2 dilihatnya ayahnya sedang memperhatikan
ke arah kelambu dengan wajah yang terkejut heran. Dan sebetum tahu apa
yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan Tian Hui Giok, sekonyong-
konyong ayahnya sudah menggeram marah, "Siapa yang bersembunyi di
belakang kelambu itu?"

"Baik, yah, aku setuju melakukan perintahmu tadi. Eh, mana ada orang di
belakang kelambu?” dengan gugup Kun Hiap terus berseru. Untuk menekan
jangan sampai ayahnya mengetahui persembunyian Hui Giok.

Wi Ki Hu menamparkan tangan sehingga Kun Hiap terlempar jatuh sampai


beberapa langkah lalu tutukkan jari tengah ke muka, cret . . . searus angin tajam
melanda ke muka dan bum .... terdengar letupan keras disusul dinding tembok
yang amblong.

Sudah tentu Wi Ki Hu sendiri juga terkejut. Dia merasa kalau tenaga-dalamnya


belum mencapai tataran sesakti itu. Tentulah orang dibalik kelambu yang
meminjam tenaga tutukan jarinya tadi untuk digempurkan pada dinding tembok.
Begitu dinding tembok jebol, orang itupun terus melarikan diri.

Dengan bersuit nyaring, Wi Ki Hu terus melesat lari. Begitu menerobos dari


tembok yang jebol tadi dia sudah melihat sesosok bayangan tubuh memberosot
keluar dari pintu kamar samping. Dan bayangan itu jelas seorang gadis.

“Berhenti!” Wi Ki Hu makin marah sekali.

Tetapi gadis itu terlampau cepat sekali gerakannya. Pada saat Wi Ki Hu


menggembor, gadis itu sudah melesat tiga tombak jauhnya.

Tiba2 Wi Ki Hu tertawa gelak-2.

"Ha, ha. ha, kalau aku sampai membiarkan engkau mampu lolos, bagaimana aku
masih punya muka untuk berdiri di dunia persilatan?" serunya.

Segera dia gerakkan kedua tangan dan bagai seekor burung aneh, tubuhnya
terangkat diatas tanah dan terbanglah dia meluncur ke depan.

Tian Hui Giok memang hebat juga ilmu ginkangnya. Tetapi betapapun juga tetap
kalah sakti dengan Wi Ki Hu. Dalam beberapa kejap saja Wi Ki Hu sudah hampir
dapat menyusulnya.

mailto:22111122@yahoo.com 115
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

(bersambung ke jilid 5).


Saat itu Kun Hiap juga memburu dan terus berteriak, “Yah, jangan mengejarnya,
jangan mengejarnya! Aku akan menurut perintahmulah!"

Wi Ki Hu bukan seorang anak kecil yang dapat dibujuk begitu saja. Tubuhnya
mengendap ke bawah dan sekali kaki memijak tanah, tubuhnya langsung
melampaui atas kepala Hui Giok dan turun mencegat di depan si nona.

Tian Hui Giok kerupukan dan berhenti. Lalu menyurut mundur beberapa langkah.
Melihat itu Kun Hiap menggentak-gentakkan kaki ke tanah saking bingungnya
dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi waktu memandang kepada Hui
Giok, dia terkejut.

Ternyata Tian Hui Giok tenang2 saja, sedikitpun tak mengunjukkan rasa takut.
Bahkan malah menyungging senyuman.

"Hebat sekali kepandaian Wi tayhiap," serunya, "sungguh sesuai dengan


kemasyhuran nama tayhiap. Aku tak tahu diri sehingga harus menjadi buah
tertawaan.”

Wi Ki Hu memandang nona itu dari ujung kaki sampai ke atas kepala lalu
berpaling dan deliki mata kepada Kun Hiap. Sudah tentu Kun Hiap gemetar
namun dia tetap memberanikan diri maju menghampiri ke hadapan ayahnya.

"Yah, soal ini tiada sangkut pautnya dengan nona Tian. Dia datang untuk
menanyakan keadaan adiknya," katanya.

"Mencari adiknya," sahut Wi Ki Hu dengan nada sinis, “kalau sebagai kakak tak
tahu dimana adiknya, mengapa dia bertanya keterangan kepadamu?"

Kun Hiap tercengang dan tak dapat menjawab.

Pada lain saat Wi Ki Hu tertawa dingin dan beralih tanya kepada Tian Hui Giok,
"Siapakah guru nona, apakah nona tak keberatan untuk memberitabukan?"

Tian Hui Giok menjawab, "Mendiang ayahku tinggal di lembah Jut-bong-koh,


Kami sendiri tak tahu bagaimana panggilannya."

"Apa tak punya she ?" Wi Ki Hu menegas.

"She Tian," sahut Hui Giok.

Mendengar itu seketika Wi Ki Hu tertegun. Cahaya wajahnya berobah-robah.

mailto:22111122@yahoo.com 116
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kembali Tian Hui Giok menambah keterangan, "Mamaku dipanggil orang Biau-
koh tetapi namanya ..."

Mendengar itu wajah Wi Ki Hu makin pucat. Cepat dia berpaling kebelakang dan
mendamprat Kun Hiap, "Binatang . .. ." — dan wut.... sekonyong-konyong dia
gerakkan tangan ke belakang untuk mencengkeram bahu Hui Giok.

Tetapi nona itu gesit sekali. Sekali bergerak dia sudah menghindar ke samping
sehingga cengkeraman Wi Ki Hu luput.

"Wi tayhiap kedatangan kemari bukan bermaksud buruk," seru si nona.

Tetapi Wi Ki Hu sudah maju selangkah dan tebarkan kelima jarinya untuk


menerkam, Tetapi pada saat itu tampak seorang lelaki berlari-lari mendatangi.

"Cungcu," seru orang itu dengan gugup, "Poa tayhiap dari Oulam datang.
Rasanya tidak bermaksud baik. Harap cungcu segera kembali."

Wi Ki Hu tertegun.

"Baiklah, aku segera pulang," katanya sesaat kemudian.

Lelaki itu makin gugup, serunya, "Cungcu, harap lekas pulang,"

"Aku tahu." sahut Wi Ki Hu marah. Pada waktu hendak melanjutkan kata-kata,


kembali seorang lelaki lari mendatangi.

"Cung-cu," seru orang itu dengan napas memburu keras, "Poa lo-ya-cu telah
menerobos masuk kedalam tempat tinggal nyonya. Entah ada keperluan apa."

Mendengar itu Wi Ki Hu meraung keras dan terus loncat ke udara, bersuit-suit


aneh sampai berulang kali sehingga telinga orang hampir pecah.

Mendengar keterangan dari kedua anakbuah ayahnya bahwa Poa Ceng Cay
datang terus menuju ke tempat mamanya, Kun Hiap terkejut sekali. Tetapi
karena ayahnya sudah lari pulang, diapun lega hatinya. Bahkan dia merasa lebih
longgar karena terlepas dari tekanan ayahnya.

Setelah melayang ke tanah, dan jarak tujuh delapan tombak, Wi Ki Hu berpaling


dan menuding pada Tian Hui Giok, "Nona Tian, engkau seorang gadis mengapa
tak tahu menjaga diri? Seharusnya ucap dan tindakanmu, jangan sampai
menimbulkan cemooh orang-"

mailto:22111122@yahoo.com 117
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Merah wajah Tian Hui Giok, "Wi tayhiap, kata-katamu itu terlalu berat. Aku
datang kemari karena mendapat perintah dari mama, perlu apa aku harus
menyembunyikan langkahku ?"

Wi Ki Hu mendengus. Waktu dia hendak berkata lagi, dilihatnya dua orang lelaki
berlari-larian kencang datang menghampiri. Begitu keras mereka berlari
sehingga waktu melihat Wi Ki Hu mereka sampai tak kuasa untuk menghentikan
larinya dan terus menyeruduk saja.

Wi Ki Hu kebutkan lengan baju untuk menghentikan kedua orang itu. Sebelum


mnndengar laporan kedua anakbuah itu, Wi Ki Hu sudah melihat kerut wajah
kedua orang itu mengunjukkan kecemasan yang hebat. Tentulah di rumah
terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Tiba2 Wi Ki Hu bersuit panjang. Kumandangnya nyaring dan bergema sampai


jauh sekali. Setelah itu dia berteriak keras, "Poa lotoa. jangan kelewat menghina
orang !"

Teriakannya itu memmbulkan kumandang suara yang dahsyat seperti menembus


ke langit.

Tiba2 terdengar suara orang tertawa gelak-gelak dari kejauhan. Itulah tawa dari
Poa Ceng Cay.

"Lo-ji. apakah urusan ini, sampai sekarang engkau belum sempat memikirkan ?"
seru orang she Poa itu.

Kembali Wi Ki Hu memperdengarkan teriakan aneh dan terus melambung ke


udara. Ilmu ginkangnya memang hebat sekali. Begitu meluncur lurun dia sudah
mencapai empat lima tombak. Selekas turun ke bumi, tubuhnya menginjak tanah
dan tubuhnyapun mencelat ke muka lagi. Dalam dua kali gerakan saja, dia sudah
lenyap dari pandang mata.

Melihat ayahnya sudah pergi barulah Kun Hiap berani berpaling. Dilihatnya Tian
Hui Giok sedang menunduk, mata berlinang-linang airmata, rupanya seperti
orang yang tengah menderita batin.

Buru2 Kun Hiap menghampiri dan berkata, "Nona Tian, akulah yang bersalah
sehingga menimbulkan kemarahanmu."

Hui Giok tertawa rawan, "Ah, urusan telah terjadi dan sudah berlalu, perlu apa
engkau ungkit lagi ?"

Tetapi makin nona itu tak menarik panjang urusan tadi, Kun Hiap makin tak enak

mailto:22111122@yahoo.com 118
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

hati. Sesaat dia tak tahu apa yang harus dikatakan.

Tian Hui Giok menghela napas. "Harap jangan memikirkan diriku, uruslah dirimu
sendiri saja."

"Aku tak apa2," jawab Kun Hiap, "setelah marah, ayah takkan berbuat apa2 lagi
kepadaku."

"Bukan itu yang kumaksudkan," kata Hui Giok, "tetapi kumaksudkan, kali ini
dalam rumah tanggamu tentu terjadi perobahan besar, Seharusnya engkau siap
sedia saja."

Kun Hiap terkejut. Dia salah faham, mengira karena mendapat hinaan dari
ayahnya tentulah nona itu penasaran dan akan melapor kepada mamanya. Dan
setelah itu mereka tentu akan datang lagi untuk membuat perhitungan dengan
ayah Kun Hiap. Ya, tentu begitu, pikir Kun Hiap. Kalau tidak, apa perlunya Hui
Giok mengatakan kalau dalam rumahtangga (Kun Hiap) bakal terjadi perobahan
besar.

"Nona Tian, mengapa engkau mencemaskan hal itu? Waktu marah memang
ayah sering lupa diri. Harap jangan mengambil dalam hati apa yang dikatakan
ayah kepadamu tadi."

Sudah tentu Hui Giok heran. Dia tak tahu apa maksud perkataan Kun Hiap.
Tetapi setelah sejenak merenungkan barulah dia meayadari maksudnya.

"Can kongcu," Hui Giok tertawa rawan, "apa engkau anggap aku ini seorang
yang sempit dada? Aku takkan mengatakan kepada orang lain apa yang telah
terjadi disini tadi."

Lega hati Kun Hiap mendengar janji si nona, "Kalau begitu, mengapa nona
mengatakan kalau dalam rumah tanggaku bakal terjadi perobahan besar?"

Sejenak merenung. Hui Giok berdiam diri dan memusatkan pendengarannya


untuk menangkap keadaan di sekeliling. Ternyata sekeliling tempat itu sunyi
sekali.

"Aku hendak mengatakan bahwa kedatangan Poa Ceng Cay kemari ini tentu ada
sesuatu. Kemungkinan akan menyangkut rumahtanggamu sehingga akan terjadi
perobahan," kata Hui Giok.

"Ah, tak mungkin," bantah Kun Hiap, "Poa lo-ya-cu itu seorang pendekar besar
pada jaman ini. Dia tak punya dendam apa2 terhadap ayahku. Apalagi sekarang
dia sudah menutup diri, bagaimana mungkin dia datang kemari hendak cari

mailto:22111122@yahoo.com 119
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

perkara?'

"Apa engkau tak mendengar bagaimana tadi keduanya saling menyebut


panggilan masing2?" tanya Hui Giok.

Kun Hiap tertegun. Tiba2 dia teringat bahwa tadi dalam tukar pembicaman,
ayahnya memanggil Poa Ceng Cay dengan sebutan lo-toa (sau-dara tua) dan
Poa Ceng Cay memanggii ayah Kun Hiap sebagai lo-ji atau adik kedua.

"Panggilan itu memang mencurigakan," akhirnya Kun Hiap tiba pada kecurigaan.
Tetapi dia tak tahu bagaimana yang sebenarnya maka diapun memandang
kepada Hui Giok.

"Apa engkau sudah menemukan?" tanya Hui Giok, "kalau bukan saudara angkat,
tak mungkin mereka berbahasa dengan sebutan itu. Tetapi dalam dunia
persilatan tak ada yang tahu bahwa Wi Ki Hu itu angkat saudara dengan Poa
Ceng Cay. Demikian dugaan Kun Hiap. Sesaat ia tak dipat memberi keterangan
apa2 kecuali hanya menatap Tian Hui Giok.

"Apakah engkau sudah menemukan?" tanya si nona, "kecuali mereka itu angkat
saudara tak mungkin mereka akan menggunakan panggilan be-gitu. Tetapi dunia
persilatan tak pernah mendengar bahwa Wi tayhiap dan Poa tayhiap itu angkat
saudara. Tentulah dalam hal itu terselip suatu rahasia. Apalagi begitu datang,
Poa tayhiap terus langsung masuk kedalam tempat tinggal isteri Wi tay-hiap,
tentulah menandakan hubungan mereka itu memang bukan hubungan biasa.
Itulah sebabnya mengapa kukatakan kepadamu bahwa dalam rumahmu bakal
terjadi suatu perobahan besar."

Kun Hiap merasa bahwa setiap kata dari nona itu memang beralasan sekali
sehingga dia makin tercengang dan bingung. Memang benar, jangan lagi dunia
persilatan, sedang dia sendiri sebagai puteranyapun tak pernah mendengar
bahwa ayahnya itu mengangkat saudara dengan Poa Ceng Cay.

Poa Ceng Cay seorang tokoh pendekar besar yang termasyhur namanya. Kalau
memang dia mempunyai hubungan saudara angkat dengan Wi Ki Hu tentulah
semua orang tahu dan tak perlu harus dirahasiakan. Tetapi kenyataan memang
begitu. Tiada seorangpun yang tahu akan hubungan Poa Ceng Cay dengan Wi Ki
Hu. Hal itu makin memperkeras dugaan Kun Hiap bahwa apa yang diucapkan
Tian Hui Giok itu memang benar. Bahwa dalam hubungan Poa Ceng Cay dengan
Wi Ki Hu itu tentu terdapat suatu rahasia yang tak sewajarnya.

"Can kongcu," kata Hui Giok pula, "aku akan pergi. Apabila yang kukatakan tadi
benar yaitu dalam rumahmu akan terjadi perobahan besar dan engkau mendapat
kesulitan karena hal itu, silakan engkau mencari mamaku. Setelah engkau pergi,

mailto:22111122@yahoo.com 120
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mama tak putus-putusnya memuji engkau. Kalau engkau meminta bantuannya,


beliau tentu akan membantumu."

Saat itu Kun Hiap gelisah, cepat2 dia menjawab, "Kutahu. Tetapi nona Tian,
apakah engkau tak dapat menunda keberangkatan barang beberapa saat lagi'''

Sebenarnya Kun Hiap tak mempunyai alasan untuk meminta hal itu tetapi dia
hanya merasa berat hati untuk berpisah dengan nona itu

Hui Giok memandang anakmuda itu dengan mata berkaca-kaca. "'Kita toh sudah
saling mengenal, masa kuatir kalau takkan bertemu lagi. Sampai bertemu lagi
...”

Kun Hiap hendak mencegahnya tetapi Hui Ciok sudah melesat pergi. Kun Hiap
masih tegak terlongong-longong.

Teringat kata2 Hui Giok bahwa dalam rumahnya mungkin akan terjadi sesuatu
serentak dia terus lari pulang. Sepanjang jalan dia merasa keadaan di
perkampungannya sunyi senyap, orang2 seperti sama bersembunyi dan tak
berani buka suara.

Ketika hampir tiba dia sengaja lambatkan langkahnya dan menuju ke ruang
dalam. Pada saat itu dia mendengar dan arah tempat tinggal mamanya seperti
ada orang menangis. Jelas itulah tangis mamanya.

Tetapi selain itu dia tak melihat lain orang lagi. Ayah dan Poa Ceng Cay seperti
tak berada dalam ruangan situ. Pada saat dia hendak mendorong pintu untuk
masuk, tiba2 terdengarlah suara Poa Ceng Cay berseru.

"Lo-ji, sekarang dihadapan Wan Giok, apakah engkau masih tak mau
mengatakan yang sebenarnya? Cara bagaimana sam-te(adik ketiga) telah mati,
katakanlah. Kalau engkau masih punya setitik hati nurani yang suci, tidak
seharusnya engkau menyembunyikan hai itu!"

Ketika mendengar suara Poa Ceng Cay itu, cepat2 Kun Hiap menarik kembali
tangannya yang hendak mendorong daun pintu. Dan setelah selesai mendengar
perkataan Poa Ceng Cay diapun segera mengucurkan kenngat dingin- Buru2 dia.
berjongkok.

Perkataan Poa Ceng Cay itu benar2 serius sekali. Walaupun masih belum tahu
jelas bagaimana persoalannya namun setelah mendengar itu barulah Kun Hiap
tahu bahwa diantara ayah dan Poa Ceng Cay, masih terdapat seorang sam-te
lagi. Dan sam-te itu ternyata sudah meninggal dunia.

mailto:22111122@yahoo.com 121
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mengapa sekarang Poa Ceng Cay mendesak ayahnya supaya mengatakan


tentang cara kematian sam-te mereka? Apakah Poa Ceng Cay menganggap
bahwa ayahnyalah yang telah mencelakai sam-te itu? Demikian Kun Hiap mulai
menduga-duga. Hatinya berdebar keras dan keringatpun seperti sungai mengalir
derasnya.

Setelah Poa Ceng Cay bicara, ternyata Wi Ki Hu tak menjawab. Malah saat itu
mama Kun Hiap yaitu Tong Wan Giok, kedengaran membuka suara. Mama Kun
Hiap juga seorang pendekar wanita yang terkenal. Dia digelari orang persilatan
sebagai Soh-jiu-sian-cu atau Dewi Tangan-suci.

"Bilanglah," seru Tong Wan Giok sambil menangis, "Bagaimana dia telah
meninggal?”

Namun tiada jawaban. Beberapa saat kemu-dian baru terdengar Wi Ki Hu


berkata dengan nada yang sarat, "Apa yang harus kukatakan lagi?”

"Wi Ki Hu," Poa ceng Cay serentak menggerung marah, “sekarang baru kutahu
bahwa engkaulah yang menjadi biangkeladinya- Ternyata engkau seorang
manusia licik yang hina dina."

Bum . . . terdengar letupan keras. Jelas bahwa dalam ruangan itu telah terjadi
baku hantam.

Kun Hiap terkejut dan cepat2 dia melesat ke samping terus menyusup ke sudut
tembok.

Brakkkkk...baru saja dia menghindar atau pintupun sudah jebol. Wi Ki Hu


menerjang keluar, Poa Ceng Cay dan Tong Wan Giokpun serempak
memburunya.

"Jangan lari engkau!” teriak Poa Ceng Cay dengan suara menggeledek.

Terdengar Wi Ki Hu menghela napas pelahan seraya terus lari keluar. Poa Ceng
Cay tetap mengejarnya.

Karena tak dapat menahan gejolak kejutnya, Kun Hiap berteriak memanggil
mamanya. Tong Wan Giok rupanya juga hendak mengejar Wi Ki Hu. Tetapi
setelah mendengar teriakan Kun Hiap, dia berhenti.

Kun Hiap cepat lari menghampiri, "Ma, ada apa ini? Apakah yang terjadi?"

Tong Wan Giok berputar tubuh. Wajahnya telah berobah sama sekali. Biasanya
Kun Hiap melihat wajah mamanya itu cantik dan berwibawa. Tak pernah dia

mailto:22111122@yahoo.com 122
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

melihat seperti saat itu. Karena terkejut, Kun Hiap sampai melonjak kaget.

"Ma, engkau kenapa?" serunya.

Tiba2 Tong Wan Giok berputar tubuh lagi seolah tak mengacuhkan puteranya.
Pada saat Kun Hiap hendak mengitar ke hadapan mamanya, Tong Wan Giok
kebutkan lengan bajunya mencegah, "Jangan banyak bertanya, lekas engkau
berlatih pelajaran silat."

Kun hiap gentakkan kaki ke lantai, "Ma, rumah kita telah terjadi peristiwa besar,
bukannya memberi tahu kepadaku tentang peristiwa itu, kebalikannya engkau
malah suruh aku kembali ke ruanganku untuk berlatih silat."

Tampak Tong Wan Giok berdiri dengan tegak. Pada kesempatan itu Kun Hiappun
sudah menggelincir ke hadapan mamanya. Dilihatnya wajah mamanya sarat
seperti warna besi.

"Ma, jangan . . . marah. Baiklah, aku akan kembali untuk berlatih," cepat Kun
Hiap berseru untuk menghibur mamanya.

Tubuh Tong Wan Giok gemetar sehingga bergoyang gontai seperti batang padi
tertiup angin, Pada lain saat terhuyung mundur dua langkah. Untung dia
memegang tiang sehingga tak sampat jatuh.

"Apa yang harus kukatakan? Apa yang harus kukatakan?" katanya seperti orang
kehilangan faham.

"Ma, bagaimanakah persoalan yang sebenarnya. Mengapa kalian terus menerus


mengelabuhi aku saja?" kata Kun Hiap.

Tong Wan Giok merentang mata lebar2," Eengkau . . . engkau tahu sampai
berapa banyak?"

"Ma, aku tak tahu sama sekali. Aku minta engkau supaya menerangkan
kepadaku," sahut Kun Hiap.

Tong Wan Giok menghela napas longgar, "Anakku, apakah engkau mau
mendengar kata mama?"

"Ma, aku toh selalu patuh kepadamu."

Tong Wan Giok mendekap tangan Kun Hiap dan berkata lagi, "Baik. Kuminta
jangan engkau bertanya lagi. Lebih baik engkau tak tahu peristiwa itu. Sungguh,
mama tak membohongi engkau. Kalau engkau tahu, bahkan mamah akan

mailto:22111122@yahoo.com 123
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menimbulkan banyak kesulitan."

"Ma, kalau hal2 yang tak seharusnya kutahu, tentu aku takkan bertanya. Tetapi
sekarang aku benar2 ingin tahu, apakah hubungan persoalan itu dengan diriku?"

Tong Wan Giok tertawa hambar, "Sudah tentu mempunyai hubungan dengan
engkau."

“Mengapa begitu?'

Tubuh Tong Wan Giok gemetar keras. Dia menyadari kalau tadi telah kelepasan
omong.

"Kumaksudkan," buru2 ia menyusuli kata, "persoalan itu telah terjadi dalam


rumah kita, sudah tentu mempunyai hubungan dengan engkau."

Tetapi Kun Hiap sudah merasa bahwa ada sesuatu yang dirahasiakan dalam
ucapan mamanya itu. Tiba2 dia berseru keras, "Ma ..."

Baru dia berkata begitu tiba2 dari atas rumah terdengar suara menggeledek,
"Wan Giok. Apakah engkau tetap tak mau memberi tahu kepadanya? Kalau
engkau berkeras begitu, aku tak dapat membiarkan saja . . . . " sebelum gema
teriakan itu lenyap, sesosok tubuh sudah melayang turun dari sudut wuwungan
rumah. Itulah Poa Ceng Cay.

Kun Hiap gopoh menghampiri, "Poa tayhiap, silakan melanjutkan kata-katamu.


Apapun yang terjadi, aku takkan terkejut."

Tampak janggut jago tua itu bertebaran sehingga menambah kewibawaannya.


Sambil memegang bahu Kun Hiap, dia berkata, "Anak baik, selama duapuluh
tahun ini . . . . "

"Tutup mulutmu!” tiba2 Tong Wan Giok membentaknya.

Poa Ceng Cay berpaling. "Wan Giok, apa perlunya engkau masih hendak
menyembunyikannya?'

Dengan napas memburu keras, Tong Wan Giok melengking, "Kalau diceritakan,
lalu apa manfaatnya?"

Mendengar itu tertegunlah Poa Ceng Cay. Sampai beberapa jenak kemudian
baru dia membuka mulut lagi, "Setelah diceritakan, tentu saja suruh dia
membalaskan dendam ayahnya. Tadi telah kukejarnya dan dapat tersusul. Dia
sudah mengaku."

mailto:22111122@yahoo.com 124
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Dia . . . mengaku bagaimana?" Tong Wan Giok melengking.

Saat itu Kun Hiap makin puyeng kepala-

Mendengar ucapan Poa Ceng Cay tadi, dia makin mendapat kesan bahwa
peristiwa yang telah terjadi itu benar2 sangat serius dan diluar dugaannya.

"Dia mengaku bahwa dialah yang membunuh sam-te," tiba2 dengan nada yang
tiap kata diucapkan dengan tandas, Poa Ceng Cay berkata.

Tong Wan Giok ternganga mulutnya seperti hendak berteriak tetapi tak dapat
mengeluarkan kata2. Tubuhnya lunglai, pandang mata gelap dan bluk . . .
rubuhlah dia di lantai.

"Ma! Ma!" teriak Kun Hiap. Tetapi mamanya sudah pingsan. Dalam pingsan itu,
Tong Wan Giok seolah-olah melayang-layang jauh kembali pada belasan tahun
yang lalu. Tetapi kejadian pa-da saat itu memang masih samar2 baginya sehing-
ga dia sediri masih meragukan apakah kejadian2 itu benar' merupakan penstiwa
yang telah dialaminya sendiri.

Karena tak berhasil meneriaki mamanya, Kun Hiap mengangkat kepala


memandang Poa Ceng Cay, "Poa tayhiap, mamaku pingsan, Lekas berilah
pertolongan!"

Dengan wajah penuh kerut duka, berkatalah Poa Ceng Cay, "Duapuluh tahun
lamanya, dia telah menganggap seorang bajingan sebagai suaminya. Setelah
sekarang mengerti, sudah tentu dia menderita kegoncangan batin yang hebat.
Tenangkanlah hatimu. Sebentar lagi dia tentu akan siuman sendiri, tak perlu
engkau gelisah."

Kun Hiap serentak berdiri, "Poa tayhiap, engkau mengatakan ayahku itu seorang
bajingan?"

"Ayahmu bukan bajingan. Tetapi engkaupun juga selama duapuluh tahun ini
mengakui seorang bajingan sebagai ayahmu."

Kun Hiap kepalkan kedua tinjunya sehingga tulang-tulanguya terdengar


bergemerutukan, kemudian berseru, "Poa tayhiap, katakanlah yang jelas."

"Nak, apakah engkau belum tahu?" Sesaat itu terlintaslah sesuatu dalam benak
Kun Hiap dan tubuhnyapun seperti bergetar-getar, serunya, "Apakah hal itu . . .
mungkin?"

mailto:22111122@yahoo.com 125
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Poa Ceng Cay mengangguk tanpa menjawab. Lalu dia menghela napas panjang.

"Wi Ki Hu .. . . . apakah dia bukan . . . . ayahku?" teriak Kun Hiap.

Kembali Poa Ceng Cay hanya mengangguk.

Tiba2 Kun Hiap seperti disadarkan, "Ya, ku tahu sekarang. Bukankah ayahku itu
orang she Can?"

"Ya, dia bernama Can Jit Cui."

Kun Hiap mengulang beberapa kali nama itu lalu tiba2 berseru, "Tidak, engkau
ngaco! Semuanya itu bohong!"

Wajah Poa Ceng Cay serentak berobah gelap.

"Kalau tak percaya," katanya dengan sarat, "tanyakan kepada mamamu!"

Kun Hiap berpaling ke belakang, "Ma . . " tiba2 dia berhenti karena ternyata
mamanya sudah tak ada disitu. Sejenak tertegun, Kun Hiap terus berteriak-teriak
seraya lari masuk ke dalam.

Dia mencari kian kemari. Seluruh rumah telah diperiksa tetapi mamanya tetap
tak ada. Dengan berteriak-teriak seperti orang kalap dia lari keluar lagi. Poa
Ceng Cay masih berada di tempatnya tadi.

Kun Hiap menerjang maju. Entah dari mana dia memperoleh keberanian, dia
mencengkeram dada Poa Ceng Cay.

Poa Ceng Cay seorang tokoh yang sakti. Tetapi entah bagaimana dia diam saja
dan membiarkan bajunya dicengkeram Kun Hiap.

"Engkau ngaco belo! Engkau hanya mengacau saja. Mengapa engkau hendak
cari gara2 disini, bilanglah!'' dia berteriak-teriak dengan kalap. Matanya
memberingas merah, wajah menyeramkan.

Tetapi Poa Ceng Cay hanya tenang2 saja memandangnya sampai beberapa saat,
baru berkata, "Engkau salah. Apa yang kukatakan, tak ada sepatahpun yang
bohong. Semuanya benar!"

"Benar? Apa buktinya? Can Jit Cui, ha, ha, siapa yang pernah mendengar nama
itu? Mengapa dia itu ayahku ? Mengapa dengan berpegang pada sepatah katamu
saja, Wi Ki Hu berobah menjadi bukan ayahku?"

mailto:22111122@yahoo.com 126
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Bret, bret, bret, karena tegang sekali, tanpa terasa tangan Kun Hiap telah
mengguncang-guncang baju Poa Ceng Cay dengan keras sehingga sampai
robek.

Tokoh sakti itu membiarkan saja. Dia menengadahkan kepala memandang ke


langit dan berkata dengan rawan, "Duapuluh tahun yang lalu, namanya jauh
lebih unggul dari Wi Ki Hu dan Poa ceng Cay ....

"Soal itu siapa yang tahu?" seru Kun Hiap.

Poa Ceng Cay tak menghiraukan kekalapan Kun Hiap dan melanjutkan berkata
sendiri, "Dia . . . dia ... — tiba2 ia tundukkan kepala dan memandang Kun Hiap
dengan pandang yang aneh.

Sinar mata jago sakti itu berkilat-kilat laksana ujung pedang yang tajam
sehingga tergetarlah hati Kun Hiap dan diapun menyurut mundur selangkah.

"Dia serupa dengan engkau," kata Poa Ceng Cay pula, “muda diri gagah
perwira.. Tetapi dia lebih simpatik danpada engkau. Dia tidak seperti engkau
yang begitu penakut tetapi dia berani dan pandai bergaul. Dimana dia muncul
tentu akan terjadi peristiwa yang romantis. Dia . . . dia adalah ayahmu, Can Jit
Cui!"

Mendengar itu Kun Hiap berusaha untuk membayangkan tokoh yang dikatakan
sebagai ayahnya itu, seorang pendekar muda yang rupawan dan romantis.
Tetapi hatinya tetap tak sam-pai. Karena sejak dia mengerti keadaan dunia, apa
yang diketahui tiap hari, yalah bahwa ayahnya itu tak lain dan tak bukan
hanyalah Wi Ki Hu itu. Dalam mata hatinya, hanya Wi Ki Hu itulah ayahnya.. Can
Jit Cu, tak pernah didengar dan tak pernah dilihatnya. Bagaimana sekarang
mendadak sontak dia harus disuruh percaya bahwa Wi Ki Hu itu bukan ayahnya?
Bagaimana dia harus disuruh percaya bahwa seorang yang asing sama sekali
dalam hidupnya yaitu Can Jit Cui, harus di anggap sebagai ayahnya?

Poa Ceng Cay jauh memandang ke muka. Dia seperti terbenam dalam kenangan
yang jauh dan seolah tak menghiraukan segala apa yang terjadi di sekelilingnya
saat itu.

“Engkau lagi mengapa?" akhirnya Kun Hiap menegur.

"Aku sedang merenung," sahut Poa Ceng Cay.

Tergerak hati Kun Hiap. Serentak dia berseru, "Apa yang engkau renungkan,
katakanlah." Dan kembali dia menerkam bahu Poa Ceng Cay lalu dengan sekuat-
kuatnya mengguncang-guncangkan tubuh tokoh itu.

mailto:22111122@yahoo.com 127
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sebenarnya Kun Hiap bukan seorang pemuda yang kasar. Tetapi saat itu dia
benar2 sudah kehilangan faham dan tak dapat menahan diri lagi.

Tenang2 saja Poa Ceng Cay menjawab, "Aku tengah merenungkan masa2 aku
bersahabat dengan ayahmu dulu."

'Tidak, engkau tak kenal kepadanya. Dan memangnya tak ada manusia yang
bernama Can Jit Cui itui" teriak Kun Hiap.

"Ya, waktu itu pada suatu malam yang gelap dan berangin keras . . . . " tanpa
menghiraukan Kun Hiap maka berceritalah Poa Ceng Cay:

Duapuluh tahun yang lalu pada suatu malam yang gelap dan berangin keras, Poa
Ceng Cay bersama Wi Ki Hu berlari-lari di sepanjang tepi sungai Tiangkang,
menuju ketimur. Keduanya masing-masing membawa pedang. Mereka tak
menghiraukan pandang mata kawanan penangkap ikan yang memandang
mereka dengan keheranan. Dalam beberapa kejab saja mereka sudah berlari
sejauh duapuluhan li dan tetap tak berhenti.

Mereka baru berhenti ketika dari arah samping terdengar gelak tawa seseorang.

"Toako, disini," seru Wi Ki Hu.

Nada tawa itu amat perkasa sekali. Dan orang itupun berseru, "Benar, aku
memang disini. Aku sungguh kagum karena kalian menepati janji."

Selesai kata2 itu dari arah yang gelap muncul seseorang. Dia berjalan dengan
mendekap senjata yang terselip pada pinggangnya.

Sebuah kim-kong-cwan yang berkilat-kilat warnanya. Sedang wajah orang itu


terbungkus dengan kain penutup warna hitam. Hanya pada bagian kedua
matanya diberi berlubang. Wi Ki Hu dan Poa Ceng Cay serempak bersiap dengan
pedangnya.

"Apakah yang membunuh tujuh orang dari perusahaan Heng-yang-piau-kiok itu


engkau?" seru Wi Ki Hu.

"Saudara, adalah karena tahu kalian berdua senantiasa mencari jejak biangkeladi
pembunuhan itu maka aku lalu minta tolong orang untuk mengantarkan suratku
kepada kalian. Kuminta kalian datang kemari untuk bertemu dengan aku. Ah, Wi
tayhiap mengapa mengulang lagi pertanyaan begitu?”

Wi Ki Hu gentakkan tangan dan ujung pedangnyapun menusuk tetapi orang

mailto:22111122@yahoo.com 128
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berkerudung muka itu mundur selangkah, tepat dapat menghindari ujung


pedang Wi Ki Hu dan hanya mengenai baju bagian dadanya.

Wi Ki Hu terkejut dan diam2 mengagumi ketangkasan orang menghindar.


Memang tampaknya mudah gerakan menghindar itu tetapi apabila tidak
memakai perhitungan yang cermat, tak mungkin dia dapat lolos dan sambaran
ujung pedang.

"Tunggu," seru orang itu dengan tenang.

"Hutang darah bayar darah. Apalagi yang harus dibicarakan?" seru Wi Ki Hu.

Tiba2 orang itu tertawa keras. Nada tawanya penuh dengan kerawanan. Wi Ki
Hu hendak menyerang lagi tetapi dicegah Poa Ceng Cay yang kemudian
menegur orang aneh itu, " Mengapa engkau tertawa?"'

"Aku tertawa mendengar kata2 yang indah dari Wi tayhiap bahwa ' hutang darah
harus bayar darah'. Tetapi entah apakah kalian tahu juga bagaimana dulu To
Hwi Hong pernah hutang darah kepadaku?"

Yang disebut dengan nama To Hwi Hong itu yalah cong-piauthau atau pemimpin
dari kantor perusahaan pengantar barang Hui Hong piau-kiok. Dalam dunia
persilatan, nama Hwi Hong piau-kiok itu cukup terkenal. Bahwa kali ini pimpinan
piau-kiok yakni To Hwi Hong dan tujuh orang piausu dibunuh orang, benar2
menggemparkan dunia persilatan.

Wi Ki Hu bersahabat baik dengan To Hwi Hong maka dia lalu mengajak Poa ceng
Cay un-tuk mengejar si pembunuh.

Sekarang Wi Ki Hu sudah berhadapan muka dengan si pembunuh. Tetapi ketika


mendengar jawaban pembunuh itu, tertegunlah Wi Ki Hu.

"To Hwi Hong berasal dari perguruan silat aliran ceng-pay (lurus). Selama hidup,
tak pernah menghina orang. Mengapa engkau menuduh dia berhutang darah
kepadamu?''

Kembali orang itu tertawa.

"Ayah-bundaku mati ditangannya. Apakah hal itu tak dapat dianggap sebagai
hutang darah?” serunya

"Tetapi bagaimana dengan keenam orang yang lainnya?" bentak Poa Ceng Cay.

Orang itu menjentikkan jarinya ke batang gelang kim-kong-jwan seraya berkata,

mailto:22111122@yahoo.com 129
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Rasanya, senjata itu tak bermata."

"Siapa ayahmu?' seru Poa Ceng Cay pula.

"Mendiang ayahku hanya seorang kerucuh yang tak ternama, perlu apa
mengungkat namanya lagi?" alas orang itu..

Wi Ki Hu tertawa dingin, “Lalu engkau? apa engkau juga tak punya nama?
Mengapa engkau tak berani memperlihatkan airmukamu?"

Bret . . . serentak orang itu mencabut kain hitam yang menutupi mukanya.
Dibawah cahaya rembulan, Wi Ki Hu dan Poa Ceng Cay melihat orang itu masih
muda, gagah dan tampan Hanya seri wajahnya menampilkan dendam kedukaan.
Diam2 Wi Ki Hu dan Poa Ceng Cay merasa simpathi.

Sekali getarkan tangan, gelang kim-kong-jwan memancarkan sinar pelangi. Dan


orang itu-pun berseru nyaring, "Kalau kalian menganggap bahwa dendam
kematian orangtua itu tak seharusnya dibalas, silakan kalian turun tangan."

Wi Ki Hu dan Poa Ceng Cay saling berpandangan sampai beberapa saat.


pedangnya masih menjuntai kebawah. Suatu tanda mereka tak berniat
menyerang.

Orang itu tertawa lalu memberi hormat, "Na-ma ji-wi (kalian) termasyhur
kemana-mana. Kini setelah bejjumpa, memang ji-wi tak bernama kosong.
Karena ji-wi tak bermaksud turun tangan, maka akupun mohon pamit," habis
berkata orang itu terus mundur ke belakang.

"Tunggu," teriak Poa Ceng Cay seraya menyerang maju.

Inng .... orang itupun dorongkan senjatanya untuk menyambut sehingga terjadi
benturan keras. Tubuh keduanya bergetar dan merekapun masing2 mundur
selangkah.

Pada waktu itu Wi Ki Hu umur sekitar 30an tahun. Sedang Poa Ceng Cay sudah
lebih 30 tahun. Keduanya tadi telah beradu senjata dengan orang aneh itu dan
mendapatkan bahwa tenaga kepandaian pemuda itu tak dibawah mereka. Diam2
keduanya timbul rasa mengindahkan.

"Poa tayhiap benar2 tak bernama kosong. Kalau kalian berdua maju serempak,
jelas aku si orang she Can takkan mampu menandingi. Mau bunuh, mau
memenggal kepalaku, silakan saja. kalian membela kawan, walaupun mati tak
nanti aku akan mengerutkan alis," seru pemuda itu.

mailto:22111122@yahoo.com 130
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Sahabat, engkau salah faham," seru Poa Ceng Cay, "aku hanya meminta
engkau tinggalkan nama."

Pemuda itu menengadahkan muka, tertawa, "Aku yang rendah she Can, nama Jit
Cui."

Wi ki Hu yang terlalu hati2 bahkan cende-rung banyak curiga, kerutkan alis.


Tetapi Poa Ceng Cay yang lebih lapang dada, segera mengangkat kedua tangan
memberi hormat, "Kalau saudara Can mempunyai keperluan penting, silakanlah."

Wi Ki Hu hendak bicara tetapi tak jadi.

Can Jit Cui memandang kedua orang itu lalu berkata, “Sungguh suatu
kebahagiaan yang tak pernah kuimpikan bahwa hari ini aku telah berkenalan
dengan ji-wi. Apabila tak ada urusan pen ting, tentulah aku akan senang sekali
untuk ikut ji-wi."

Sehabis bicara dia terus enjot tubuhnya ke udara dan melayang ke atas sebuah
perahu yang tertambat di tepi sungai. Sekali jari menjentik, tali penambat
perahupun putus dan terus hanyut dibawa arus. Dalam beberapa kejab saja
sudah mencapai di bagian tengah.

Poa Ceng Cay masih tegak berdiri seperti patung.

"Toako, dengan susah payah hari ini kita dapat menyergapnya tetapi mengapa
lantas dilepaskan begitu saja?" Wi Kn Hu mengeluh.

"Ji-te, tadi mengapa engkau juga tak mau turun tangan?” balas Poa Ceng Cay.

Wi Ki Hu terkesiap, katanya, "Entah bagaimana tetapi kurasa dalam membunuh


To Hwi Hong itu dia seperti terpaksa sekali. Oleh karena itu akupun lantas ... . "
— Dia tertawa rawan dan tak melanjutkan ucapannya.

“Itulah," seru Poa Ceng Cay, "kurasa Can Jit Cui itu seorang pendekar muda
yang cemerlang. Hari depannya tentu gemilang."

"Toako, selama mencari jejak pembunuh To Hwi Hong itu, banyak sekali kita
mendengar keterangan yang mengejutkan bahwa pembunuhnya hanya seorang
saja. Pujian toako bahwa dia seorang pendekar muda yang gagah perkasa,
memang tidak berlebih-lebihan.

Poa Ceng Cay tertawa, "Kita sih hanya menduga saja. Tetapi siapa yang
melakukan pembunuhan sadis itu, sukar ditentukan."

mailto:22111122@yahoo.com 131
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Eh, toako, engkau ini bagaimana? Mengapa engkau seolah-olah mmbelanya?”


sanggah Wi Ki Hu.

"Aku mempunyai adik laki," kata Poa Ceng Cay, "kalau pada waktu masih kecil
dia tak meninggal dunia, tentulah akan sebesar Can Jit Cui," kata Poa ceng Cay,
lalu menghela napas.

"Toako, kata Wi Ki Hu, "kita berdua ini sudah mengangkat saudara. Kalau
pemuda tadi memang kelakuan dan peribadinya baik, mengapa tak kita ajak
menjadi saudara angkat saja?"

"Ah, saranmu baik juga," sambut Poa Ceng Cay. Tetapi saat itu perahu Can Jit
Cui sudah jauh dan tak tampak lagi dari pandangan mata.

"Itulah yang pertama kali aku bertemu dengan ayahmu," kata Poa Ceng Cay
kepada Kun Hiap yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian.

Kun Hiap tertegun, serunya, "Lalu apakah kalian dapat berjumpa lagi?"

Tetapi sehabis bertanya, tiba2 Kun Hiap terkesiap. Dengan bertanya begitu, dia
sudah seolah mengakui bahwa Can Jit Cui itu adalah ayahnya.

Tetapi kalau benar begitu, mengapa mamanya tak pernah menceritakan hal itu
kepadanya? Mengapa Wi Ki Hu juga tak pernah? Ah, tidak, tidak! Poa Ceng Cay
tentu bohong.

“Toa tayhiap," serunya tertawa sinis, "memang hebat sekali cerita yang engkau
karang itu!"

Poa Ceng Cay tertawa masam. Waktu dia hendak buka suara tiba2 dan ujung
rumah melesat keluar sesosok tubuh wanita, "Wan Giok..." cepat Poa Cang Cay
berteriak memanggil.

"Ma!" Kun Hiap juga memanggil. Tetapi wanita itu menyelundup kedalam
kegelapan. Kun Hiap loncat mundur dan membiluk ke tikung gang dan melihat
seorang wanita tengah mengangkat tangan dan mengayunkan ke arahnya.
Wanita itu ternyata bukan mamanya tetapi Tian Hui Giok.

"O, kiranya engkau," seru Kun Hiap.

Hui Giok memberi isyarat tangan agar Kun Hiap jangan bicara.

"Wan Giok, apa bukan engkau? Mengapa engkau tak mau keluar unjuk diri dan
menceritakan seluruh persoalan itu dengan terus terang," tiba2 Poa Ceng Cay

mailto:22111122@yahoo.com 132
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berseru.

Sebagai penyahutan, Hui Giok malah melayang ketempat Kun Hiap dan berbisik,
"Lekas ikut aku, lekas!"

"Kemana?"

Hui Giok tak menjawab melainkan menarik tangan pemuda itu diajak pergi- Kun
Hiap seperti ditarik suatu tenaga hebat. Dajam beberapa kejab saja dia sudah
tiba di hutan di luar lingkungan rumahnya.

"Jangan bersuara, engkau dengarkan saja," kembali nona itu memberi perintah.”

Kun Hiap pasang pendengarannya tetapi hu-tan itu sunyi senyap tiada suara
apa2. Dia kerutkan alis, "Aku tak mendengar apa2."

"Aneh," Hui Giok juga heran, "baru beberapa detik yang lalu kudengar Wi
tayhiap suami is-teri sedang berbantah. Tetapi mengapa dalam sekejab mata
saja mereka sudah pergi!'

Kun Hiap menerobos masuk kedalam hutan tetapi tak melihat barang
seorangpun juga. Dia buru2 berputar tubuh, " Apa yang mereka tengkarkan?”

Jawab Tian Hui Giok, "Tong lihiap bertanya mengapa dia membunuhnya? Dan Wi
tayhiap menjawab 'aku terpaksa harus membunuhnya'. Berulang kali hanya itu
tanya jawab yang mereka lakukan. Nada suara Tong lihiap makin lama makin
melengking tajam sedang suara Wi tayhiap makin lama makin lemah, penuh
sesal dan derita."

"Apakah mereka menyebut nama dari orang yang dibunuh itu?" tanya Kun Hiap.

"Kalau tak salah namanya Can Jit Cui," jawab Tian Hui Giok.

Jawaban singkat dan nona itu laksana petir yang memekakkan telinga Kun Hiap.
Apakah keterangan Poa Ceng Cay itu betul?

Sebenarnya Kun Hiap masih meragukan keterangan Poa Ceng Cay tetapi
ternyata Tian Hui Giok sendiri juga menangkap pembicaman ayah dan mamanya
yang menyebut-nyebut seorang bernama Can Jit Cui. Dengan begitu jelas bahwa
Can Jit Cui itu memang ada, bukan karangan Poa Ceng Cay sendiri.

Sejenak termenung, berkatalah Wi Kun Hiap, "Biarpun orang itu memang ada,
tetapi tiada hubungan dengan aku!"

mailto:22111122@yahoo.com 133
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tian Hui Giok terkesiap, " Apa katamu?"

"Aku bukan anaknya!" sahut Kun Hiap.

Lagi2 Tian Hui Gjok tertegun. Sesaat kemu-dian dengan wajah yang tak wajar
berkatalah dia, “Siapa bilang engkau ini anaknya?"

"Poa Ceng Cay yang mengatakan begitu .. " belum selesai berkata Kun Hiap
geleng2 kepala dan berkata, 'Sudahlah, jangan membicarakan dia. Dia hanya
ngaco belo saja."

Tian Hui Giok memandang pemuda itu.

"Nona Tian, apa yang engkau pikirkan?" kembali Kun Hiap mendahului buka
mulut.

“Aku tengah mengingat waktu mamaku memanggil engkau."

Seketika tubuh Kun Hiap bergetar keras, serunya, "Aku .... aku ini apakah benar2
putera Can Jit Cui?"

"Begini saja,' kata Tian Hui Giok, "engkau pulang dan tanyakan kepada
ayahbundamu."

“Tetapi mereka tentu tak ada di rumah. Dan taruh kata aku dapat menjumpai
mereka, mereka tentu tak mau mengatakan."

Hui Giok sudah menduga kalau Kun Hiap akan berkata begitu maka diapun
sudah bersedia, katanya, "Tak apa, kurasa mamaku tentu tahu tentang penstiwa
yang telah lampau."

Kun Hiap berdebar keras. la anggap saran Hui Giok itu memang tepat. Bukan
nyonya Tian saja yang tahu siapa Can Jit Cui itu, pun Koan Sam Yang tokoh
yang bergelar Selamanya-tak-mau-balas-menyerang, tentulah bersahabat baik
dengan Can Jit Cui.

Dulu Kun Hiap tak pernah mendengar nama Can Jit Cui. Tetapi sekarang nama
itu telah menghuni dalam hatinya seperti segumpal kabut. Dia harus menyelidiki
hal itu sampai jelas betul. Dan apakah hubungan orang itu dengan dirinya?

"Nona Tian, apakah engkau masih ada usul lain?" tanyanya.

Tian Hui Giok berputar tubuh, "Jika engkau mau bersama aku pulang, engkau
tentu segera dapat bertanya kepada mamaku."

mailto:22111122@yahoo.com 134
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Walaupun saat itu sedang gelisah, tetapi Kun Hiap masih dapat mendengar
bahwa kata2 Hui Giok itu diucapkan dengan nada kemalu-maluan. Dia tertegun,
kemudian menghela napas panjang.

Tiba2 dari kejauhan terdengar suara kelin-ting yang nyaring dan bening sekali.
Sebentar ber bunyi deras sebentar lambat. Tian Hui Giok kerutkan alis. "Can
kongcu, hari ini kesulitan yang terjadi di rumanmu, bukan terbatas hanya pada
persoalan tadi."

"O, apakah masih ada yang lain?"

"Kakak iparku datang," kata Hui Giok. Kun Hiok terkesiap. Sesaat dia tak ingat
lagi siapakah kakak ipar dari Hui Giok itu.

"Langit-ambruk-bumi-bengkah Gong Gong Tin," kata Hui Giok pula.

Pada saat itu suara kelintingpun tiba. Tetapi kini bunyi kelinting itu seperti
tercampur dengan kicau burung yang menusuk telinga.

“Ah, toaci-ku juga datang," seru Hui Giok pula. Toa-ci artinya kakak perempuan
yang pertama.

"Tetapi . . . itu seperti bukan toaci," pula lain saat Hui Giok membantah sendiri.

"Apakah bukan mamamu?" tanya Kun Hiap. Hui Giok gelengkan kepala pelahan-
lahan, "Lebih tinggi dari kepandaian mama."

Dahi Kun Hiap berkeringat, katanya, "Apa bukan .... sam-moaymu?"

"Ya, benar," sahut Hui Giok.

Mendengar itu serasa lunglailah tulang belulang Kun Hiap.

Pada lain saat muncul seorang Ielaki tinggi besar sembari mengguncang-
guncangkan kelinting. Seperti perahu meluncur di air, cepet sekali orang tinggi
besar itu sudah tiba di tempat Kun Hiap dan Hui Giok. Dia tertegun ketika
melihat Hui Giok.

"Ih, ji-moay, mengapa engkau berada di si-ni? Apakah Poa locat hendak ...."- dia
tak melanjutkan kata2nya karena melihat Kun Hiap. Seketika wajahnya
memberingas dan membentaknya, "Ho, bangsat buduk, apakah engkau belum
pernah menghadap Raja Akhirat?"

mailto:22111122@yahoo.com 135
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tinjunya yang sebesar kipas terus diayunkan ke arah Kun Hiap, bum

Melihat seorang lelaki bertubuh tinggi besar, berumur sekitar 40an tahun,
berpakaian nyentrik seperti paderi bukan paderi, imampun bukan imam pipinya
penuh dengan benjolan dan dahinya menonjol serta menyebut Hui Giok dengan
panggilan ji-moay (adik perempuan kedua), tahulah Kun Hiap kalau orang itu
tentu si Langit-ambruk-bumi amblong Gong Gong Tin, kepala dari Tiga-
benggolan gunung Cin-nia.

Saat itu Kun Hiap tengah memandang Gong Gong Tin. Dan Gong Gong Tin
bergerak begitu cepat sekali menghantam ubun2 kepala Kun Hiap. Pemuda itu
masih kesima dan tak keburu menghindar bahkan dia sudah merasakan angin
pukulan itu melanda kepalanya. Tiba2 dia mendengar dua buah jeritan dari dua
orang gadis, "Ci-hu, engkau gila! Berhentilah!"

"Gong Gong Tin bergerak dengan cepat tetapipun dapat berhenti dengan cepat
juga, Pada saat itu juga, Kun Hiap rasakan kedua lengannya telah ditarik ke
belakang oleh dua buah tangan yang halus.

"Hai, ji-moay, sam-moay, perlu apa engkau menyelamatkan dia?" teriak Gong
Gong Tin.

Ketika memandang ke kanan kiri barulah Kun Hiap tahu bahwa yang di sebelah
kirinya adalah Ting Hui Giok dan yang disebelah kanannya, aduh . . . . si dara
centil Hui Yan.

Kun Hiap gopoh melepaskan lengannya dan menggelincir setengah langkah ke


kiri. Hui Yan terkesiap, wajahnya agak berobah. Tetapi sebelum dia membuka
mulut, Tian Hui Giok sudah berseru kepada Gong Gong Tin, "Ci-hu, apa engkau
pernah bentrok dengan Wi Ki Hu? Mengapa begitu datang terus turunkan tangan
ganas?"

Gong Gong Tin berkaok-kaok, "Lucu sekali, tidak pernah bentrok? Hm, hm,
budak kecil ini memang ugal-ugalan. Dulu hampir saja aku mati di tangannya?..
Sakit hati itu, jika tak kuhempaskan aku bersumpah tak mau jadi orang. Biarpun
nanti aku akan didamprat oleh tacimu. tetapi aku harus menumpahkan
dendamku. Lekas kalian menyingkir. Kalau nanti salah pukul, tacimu tentu
takkan mengampuni aku!"

Suaranya seperti geledek yang memecahkan telinga. Omongannya ngalor ngidul


sehingga Kun Hiap melongo. Hanya dia mendapat kesan bahwa orang tinggi
besar yang menjadi kepala benggolan gunung Cin-nia itu ternyata takut isteri.

Dengan tertawa meringis, berserulah Kun Hiap, "Sahabat Gong, engkau salah.

mailto:22111122@yahoo.com 136
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Aku belum pernah bertemu dengan engkau, mengapa engkau menuduh aku
ugal-ugalan?"

"Ho, engkau bilang belum pernah bertemu aku? Kalau engkau belum pernah
ketemu aku, mengapa engkau tahu aku orang she Gong?" seru Gong Gong Tin.

Kun Hiap tak mengira kalau Gong Gong Tin yang namanya begitu termasyhur
sebagai benggolan ternyata seorang yang limbung. Kun Hiap tertawa kecut,
"Tolong tanya sahabat Gong. Engkau kira aku ini siapa?"

Gong Gong Tin tertawa gelak2. Dia mengulang kata2 Kun Hiap dengan nada
mengejek, "Tolong tanya sahabat Gong, engkau kira aku ini siapa? Hm, engkau
anak anjing Can Jit Cui, sekalipun engkau berobah menjadi abu, aku tetap akan
mengenalimu juga."

"Ih . . . , " Kun Hiap mengeluh, "engkau. . engkau juga kenal pada Can Jit Cui?

"Ci-hu, engkau ngaco apa itu! Engkau salah menduga orang. Dia bernama Wi
Kun Hiap," teriak Hui Yan sambit gentak2kan kakinya.

Tetapi Gong Gong Tin geleng2 kepala, "Dia tentu berganti nama. Kalian harus
hati2, bangsat ini paling pandai merayu wanita. Entah sudah berapa banyak
wanita yang telah dirayunya, bahkan mama kalian ..... "

Tiba2 Gong Gong Tin hentikan kata-katanya dan tertawa. Kiranya dia menyadari
kalau kelepasan omong.

“Mama bagaimana?'' Hui Yun mendesak, "jangan ngaco belo. Awas, taci tentu
takkan mengampuni engkau "

Berobahlah wajah Gong Tin, serunya gugup, “Sam-moay, jangan mengatakan


apa2. Ji-moay, engkau juga mendengar kalau aku tak mengatakan apa2. Taci-
mu jangan sampai menyalahkan aku."

Melihat Gong Gong Tin begitu ketakutan setengah mati kepada isterinya, Kun
Hiap hendak tertawa. Tetapi pada saat itu Gong Gong Tin deliki mata kepadanya
dan berseru, "Lekas, katakanlah siapa namamu yang asli!"

"Aku memang she Wi. Orang yang engkau maksudkan itu apakah masih muda
seperti aku?" sahut Kun Hiap.

Gong Gong Tin kerutkan alis dan garuk2 kepala, "Siapa tahu kalau siluman
seperti engkau ini mempelajari juga ilmu merobah wajah, sehingga bisa tetap
awet muda."

mailto:22111122@yahoo.com 137
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tian Hui Giok menghela napas, "Cihu aku berani memastikan dia bukanlah orang
yang hendak engkau cari itu. Orang yang hendak engkau cari itu sudah lama
meninggal dunia."

Gong Gong Tin deliki mata, "Bagaimana engkau tahu ini?"

'"Poa Ceng Cay yang mengatakan. Dia bilang Wi Ki Hulah yang telah
membunuhnya," seru Tian Hui Giok.

Mendengar itu Gong Gong Tin berjingkrak.

“Poa Ceng Cay!" teriaknya, "Poa Ceng Cay! Kedatanganku kemari bersama sam-
moay adalah justeru hendak mencari bangsat tua itu. Dia berani menahan sam-
moay, hm, benar2 kurang ajar sekali. Bangsat tua, apakah engkau tak mau
keluar unjuk muka?"

Hui Giok kerutkan alis, "Cihu, dengan berkaok2 begitu rupa, apa engkau kira dia
akan keluar menemui engkau?"

Gong Gong Tin terbeliak "Jika begitu menandakan dia tak berani menghadapi
aku."

"Sudahlah cihu, jangan macam'2 saja. Ceritakan saja bagaimana kisah Can Jit
Cui itu," seru Hui Giok.

Tiba2 wajah Gong Gong Tin tampak menyesal, "Ah, sudahlah, lebih baik jangan
diceritakan saja."

"Aku justeru kepingin mendengar bagaimana peribadi dan kisah Can Jit Cui itu,"
desak Hui Giok.

Rupanya Gong Gong Tin bukan melainkan takut kepada isteri, pun terhadap
iparnya si Hui Giok dia juga jerih. Walaupun segan tetapi akhirnya mau juga dia
menurut, " Baik, akan kuceritakan. Peristiwa itu telah terjadi berpuluh tahun
yang lalu ..."

Tanpa menunggu Gong Gong Tin melanjutkan ceritanya, Hui Yan menarik
tangan Kun Hiap, " Mari, tak perlu kita dengarkan cerita tentang Can Jit Cui. Aku
hendak bicara dengan engkau."

"Sam-moay, mengapa engkau menarik-narik orang?'' tegur Tian Hui Giok.

Hui Yan deliki mata, "Aku suka bagaimana mamapun tak dapat melarang.

mailto:22111122@yahoo.com 138
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mengapa enci usil berani mengurusi aku?"

"Tak perlu engkau memaksanya.. Dia hendak mendengarkan cihu menceritakan


tentang Can Jit Cui."

Hui Yan cibirkan bibir mengejak, " Dia mau mendengarkan omongan siapa, apa
engkau sudah tahu pasti?"

Merah muka Hui Giok, "Engkau boleh tanya sendiri kepadanya."

Kembali Hui Yan menyengir, "Coba bilang-lah. Engkau mau ikut aku atau mau
mendengarkan cerita tentang orang yang engkau tak kenal."

Kun Hiap segan bersama dara centil itu. Walaupun dia belum kenal siapa Can Jit
Cui, tetapi dia lebih senang tinggal dan mendengarkan cerita Gong Gong Tin saja
daripada harus ikut dengan dara itu.

"Aku ingin mendengarkan cerita tentang orang yang bernama Can Jit Cui,"
katanya.

Hui Yan terkesiap, serunya, “Engkau . . . , engkau ternyata mau menghindari aku
...."

Kun Hiap mundur dua langkah sehingga agak jauh dari Hui Yan tetapi makin
dekat dengan Hui Giok.

Wajah Hui Yan makin pucat. Tiba2 dia tertawa, "O, sekarang aku mengerti. Ji-ci,
engkau sungguh baik sekali!"

" Engkau mengerti apa? " sahut Hui Giok, "Aku sendiri tak mengerti."

Hui Yan tertawa dingin, "Apanya yang engkau tak mengerti, segala apa engkau
mengerti semua."

"Sam-moay, apa maksudmu?" tegur Hui Giok.

Tetapi sebagai penyahutan, Hui Yan berputar tubuh terus lari. Setombak jauhnya
dia berhenti. Kun Hiap dan Hui Giok sempat melihat bagaimana bahu dara itu
bergetar keras, seperti orang menangis.

"Sam-moay, mau kemana engkau?" teriak Gong Gong Tin.

"Jangan mengurusi aku," lengking Hui Yan dengan suara tangis.

mailto:22111122@yahoo.com 139
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Jangan pergi," Hui Giok ikut mencegah.

Tetapi sambil berlari Hui Yan melengking," - Dalam sekejab saja, dara itu sudah
lenyap dari pandang mata.

Setelah dara itu pergi barulah Kun Hiap menghela napas longgar. Sebalknya
Gong Gong Tin bingung, " Ji-moay, harap susul dia. Taci-mu tahu kalau aku
keluar bersama sam-moay. Kalau pulangnya tidak bersama sam-moay,
bagaimana aku berani menemui toaci-mu?"

"Dia takkan jauh perginya," kata Hui Giok, "harap engkau ceritakan saja riwayat
Can Jit Cui itu. Mengapa engkau mengikat permusuhan dengan dia?"

Terpaksa Gong Gong Tin berputar-putar sejenak lalu duduk, Kalau aku memaki
orang itu, apa hubungannya dengan engkau? Sebenarnya aku tiada dendam apa
bahkan malah kenal dengan dia. Tetapi pada suatu kali, kami ber . . tiga, telah
mengepung Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu. Pada waktu itu sebenarnya kami dapat
membunuh keduanya . . . . "

Memang tak lama setelah ketiga benggolan gunung Cin-nia itu bersekutu,
mereka lalu merajalela. Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu juga hendak diganyang.
Ketiga benggolan itu memiiiki ilmu ta-wa yang aneh. Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu
bahu membahu untuk melawan. Walaupun kalah angin tetapi mereka masih
dapat bertahan untuk beberapa waktu.

Gong Gong Tin dengan senjatanya Sam-leng cek (semacam trisula), terus
menerus memagut magut seperti ular berbisa. Sedang kedua rekannya berusaha
untuk mengacau perhatian Poa Ceng Cay dan Wa Ki Hu. Benar juga tak berapa
lama, bahu Wi Ki Hu telah termakan ujung sam-leng-cek sehingga berdarah.

Tiba2 Gong Gong Tin melesat ke samping dua langkah dan lalu enjot tubuh
melayang ke udara. Senjata sam-leng-cek ditabaskan ke bawah seraya berseru,
"Bangsat, apakah kalian tak mau berlutut minta ampun?"

Karena saat itu Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu sedang melayani serangan kedua
benggolan, mereka tak sempat memperhatikan serangan yang dilancarkan Gong
Gong Tin itu.

Ditengah sinar matahari, senjata sam-leng-cek itu berkilat-kilat menyilaukan


mata dan nyali Wi Ki Hupun sudah pecah. Dia sudah merasa tentu celaka.

Tetapi pada saat yang gawat itu sekonyong-konyong terdengar suara bentakan
dahsyat dan dari samping sebatang pedang telah melayang ke arah sam-leng-
cek, nng . . . . ..

mailto:22111122@yahoo.com 140
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hebat sekali tenaga yang menggerakkan pedang itu sehingga tangan Gong Gong
Tin sampai tersiak keatas, tubuh mencelat kebelakang sampai setombak
jauhnya.

Pada saat dia melayang ke tanah, sesosok tubuhpun melayang datang. Selagi
masih melayang di udara, dia mengulurkan tangan, menyambut pedang dan
terus melayang turun ke tanah.

Ah, ternyata orang itu seorang pemuda ya tampan. Saat itu Poa Ceng Cay dan
Wi Ki Hu segera mengenalinya sebagni pemuda yang pernah mereka jumpai di
tepi sungai yalah Can Jit Cui.

"Hau, sahabat Can, sungguh tepat sekali kedatanganmu. Kedua orang itu selalu
memusuhi kita. Hayo kita bereskan mereka!" seru Gong Gong Tin.

Tetapi Can Jit Cui hanya tegak sembari lintangkan pedangnya di dada. Wajahnya
membeku.

Gong Gong Tin terkesiap, "Bagaimana? apakah engkau tak berani kepada
mereka?"

Dengan suara serius Can Jit Cui menjawab "Kedua orang itu adalah sahabatku."

Gong Gong Tin berkaok-kaok, "Orang she Can, kalau mereka berdua itu
sahabatmu, bukankah engkau dengan aku orang she Gong juga ber bahasa
heng-te (saudara)?"

"Ya, memang benar,' sahut Can Jit Cui, "tetapi kalau engkau sampai membikin
susah mereka, engkau bukan sahabatku lagi.

Gong Gong Tin tertawa gelak2, sam-leng-cek terus ditusukkan kepada Can Jit
Cui tetapi pemuda itu sambil miringkan tubuh, menangkis dengan senjata
berbentuk bundar, tring . . . terjadi benturan keras

Gong Gong Tin rasakan matanya berkunang-kunang dan tubuh terhuyung


mundur sampai satu langkah.

Can Jit Cui maju melancarkan tiga jurus serangan. Karena silau dengan kilatan
senjata bundar dari Can Jit Cui, dia sampai mundur tujuh delapan langkah baru
dapat berdiri tegak. Masih dia hendak balas menyerang tetapi Can Jit Cui tertawa
dingin, “Gong lotoa cobalah engkau raba kepalamu.”

Gong Gong Tin menurut. Dia terkejut ketika kepalanya berlumur darah. Dia

mailto:22111122@yahoo.com 141
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tertegun tak dapat bicara apa2. Sementara di sana dilihatnya Can Jit Cui
memandangnya dengan tersenyum. Sedang Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu tertawa
gembira.

"Toako, jangan gugup," seru kedua benggolan yang lain kepada Gong Gong Tin,
"hanya terkelupas sedikit kulit kepala."

Mendengar itu Gong Gong Tin baru berani merabah kepalanya. Memang benar
hanya sedikit kulit kepalanya yang terkelupas Tentulah Can Jit Cui yang
melakukan tadi Can Jit Cui masih punya pertimbangan tak mau mencelai, kalau
tidak, tentulah batok kepala Gong Gong Tin sudah re-muk.

Sejenak tertegun, Gong Gong Tin tak mau tinggal lebih lama lagi di tempat itu

Bercerita sampai disini, tanpa disadari Gong Gong Tin kembali meraba
kepalanya. Kun Hiap, Hui Giok melihat jelas memang di atas ubun.2 kepalanya
terdapat sebuah lingkaran bekas luka daging menonjol merah yang tak tumbuh
rambutnya.

Gong Gong Tin deliki mata kepada Kun Hiap.

"Lalu bagaimana terusnya? tiba2 terdengar sebuah lengking suara dan


munculnnya seorang dara.

"Hai, sam-moay, ' engkau juga mendengarkan?" tegur Gong Gong Tin kepada
dara itu yang bukan lain adalah Hui Yan.

"Lalu bagaimana kelanjutannya," ulang Hui Yan.

"Kemudian pemuda itu galang gulung dengan Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu.
Mereka bersahabat intiem sekali. Memang aku pernah berjumpa- dengan mereka
beberapa kali, tetapi aku tak berani cari perkara lagi. Kemudian kudengar karena
soal seorang wanita she Tong, pemuda itu bentrok dengan Wi Ki Hu. Dan sejak
itu tak pernah kudengar beritanya lagi." .

Hui Giok berpaling ke arah Kun Hiap, "Wanita she Tong!"

Gong Gong Tin mengangguk, "Ya, benar, tetapi aku tak begitu jelas. Hanya saja
mamamu dulupun terlibat dalam penstiwa itu."

"Apa? Apakah ada hubungan dengan mama?" teriak hui Yan.

"Dulu adalah karena Can Jit Cui si buduk busuk itu . . . . , " tiba2 Gong Gong Tin
tak mau melanjutkan kata-katanya.

mailto:22111122@yahoo.com 142
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Asal tidak ngaco belo saja, mengapa engkau takut mengatakan?" seru Hui Giok

"Can Jit Cui bangsat itu memang seorang hidung belang. Tidak sedikit gadis
cantik yang jatuh hati kepadanya. Diantaranya adalah sau-koh (mama mertua)."

Mendengar itu Hui Giok dan Hui Yan tampak kurang senang. Dan berserulah Hui
Yan, "Ci hu engkau ngoceh lagi. Ada kelebihan apa sih Can Jit Cui iui ....”

Dia hendak mengatakan, Can Jit Cui itu seorang pria-yang bagaimana hebatnya
sehingga mamanya sampai jatuh hati. Tetapi tiba2 ia berpaling kearah Kun Hiap.
Ah, ia sendiripun juga jatuh hati kepada pemuda itu. Padahal Kun Hiap juga
mirip dengan Can Jit Ciu sehingga Gong Gong Tin tadi sampai salah kira. Apabila
Kun Hiap itu bukan seorang pemuda yang kaku seperti robot, tentulah dia akan
menjatuhkan hati setiap gadis yang melihatnya.

Memikir sampai disitu maka Hui Yan tak jadi melanjutkan kata-katanya.

Sudah tentu Gong Gong Tin tak mengert apa yang dipikirkan Hui Yan. Buru2 dia
membantah, "Aku bukan ngoceh tak keruan. Kalau tak percaya nanti pulang
kalian boleh tanyakan sendiri pada mama kalian."

"Baik," sahut Hui Yan, "akan kutanyakan kepada mama. Tetapi kalau tidak
benar, tentu akan kuberi tahukan kepada toaci."

Sambil busungkan dada Gong Gong Tin menerima, “Ya, boleh. "

"Tolong tanya sahabat Gong," seru Kun Hiap, "apalagi yang engkau ketahui
tentang Can Jit Cui itu?"

'"Terus terang," kata "Gong Gong Tin, "aku pernah kerja sama melakukan
beberapa pekerjaan dengan dia. Aku hanya tahu kalau dia berkepandaian sakti,
tetapi tak tahu asal usulnya. Kira-kira dia juga sealiran dengan aku. Eh, tak
tahunya dia malah membantu Poa Ceng Cay dan Wi Ki Hu si kutu busuk itu . . ."

"Tutup mulutmu!" bentak Kun Hiap.

"Bangsat," Gong Gong Tin deliki mata memaki, "tadi engkau bertanya, kalau
tidak bertanya masakan aku sudi menceritakan. Mengapa engkau berani
membentak aku? Apakah engkau kira aku ini manusia- yang menjadi bulan2
beritaan orang?"

Hui Yan tertawa menyengir, ''Cihu, jangan keluar tandukmu. Toaci-ku pernah
menerima budinya dan sering mengatakan supaya membalas budinya."

mailto:22111122@yahoo.com 143
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap melongo Dia tak kenal toaci dari Hui Yan dan Hui Giok tetapi mengapa
Hui Yan berkata begitu. Tetapi ketika dia memandang Gong Gong Tin, barulah
dia tahu apa sebenarnya yang dimaksudkan Hui Yan. Saat itu wajah Gong Gong
Tin berseri tawa dan kontan berseru, " Sahabat, aku memang kasar dimulut
tetapi tidak di hati, harap jangan marah."

"Wi Ki Hu itu ayahku," kata Kun Hiap, jangan sembarangan memakinya.''

Gong Gong Tin terbeliak. Sesaat kemudian tiba2 dia tertawa sampai terkial-kial.
Menuding Kun Hiap dia berseru, “Engkau ini anaknya Wi-Ki Hu?- Ha, ha, ha, lucu
sekali. Mengapa anak Wi Ki Hu berwajah pinang dibelah dua dengan Can Jit Cui?
Hi, hi, bisa bikin orang mati karena geli."

"Tutup mulutmu!" teriak Kun Hiap seperti orang kalap.. Tetapi Gong Gong Tin
tetap tertawa terus. Melihat itu, Kun Hiap marah dan terus hendak menyerang
Gong Gong Tin.

"Jangan," teriak Hui Giok seraya melesat maju untuk menarik Kun Hiap. Kun
Hiap masih meronta untuk melanjutkan keinginannya melabrak Gong Gong Tin.

Tiba2 Gong Gong Tin berhenti tertawa dan... menjerit aneh, "Poa bangsat tua,
kiranya- engkau bersembunyi disini."

Habis berkata dia berkisar tubuh dan terus melesat keluar, loncat melayang ke
udara dan ayunkan tangannya melepaskan hantaman kearah sebatang pohon
besar.

Dari pohon itu tampak sesosok tubuh melayang pindah ke lain pohon. Brak . . .
sebuah dahan sebesar lengan orang sempal dan jatuh ke tanah.

Selekas turun ke tanah, Gong Gong Tin melambung lagi ke udara dan melayang
masuk kedalam gerumbul pohon.

Menyaksikan itu Kun Hiap melongo, serunya, "Tak kira kalau dia memiliki
kepandaian yang begitu sakti.”

Hui Yan tertawa, “Semua itu adalah toaciku yang mengajarkan. Kalau engkau
kepingin dengan kepandaian semacam itu, akupun dapat mengajarkan."

Dengan kata2 itu dia hendak mengatakan bahwa sekalipun toacinya hebat,
tetapi dia (Hui Yan) juga tak kalah. Tetapi setelah berkata itu, dia tersipu-sipu
malu sendiri. Apalagi setelah melihat Hui Giok menyengir, buru2 Hui Yan
berputar tubuh.

mailto:22111122@yahoo.com 144
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada saat itu dari kejauhan terdengar derap kuda berlari mendatangi dan tak
berapa lama, seorang penunggang kuda masuk kedalam hutan itu- Ternyata
penunggang kuda itu bukan lain adalah Wi Kiam Liong, paman dari Kun Hiap.
Sudah tentu Kun Hiap girang bukan kepalang.

"Hai, engkau sudah kembali," seru Wi Kiam Liong ketika melihat Kun Hiap.

Kun Hiap cepat lari menghampiri susiok atau paman-gurunya itu, "Paman Wi,
aku memang sudah lama yang pulang.. Tetapi mengapa engkau baru sekarang
pulang?"

Wi Kiam Liong mengatakan bahwa selama menempuh perjalanan pulang, diapun


harus mera-wat lukanya. itulah sebabnya dia tak mau berja-lan cepat, " Toako
dan toasoh apa baik2 saja? " tanyanya.

Sebenarnya pertanyaan itu memang sebuah pertanyaan yang lazim tetapi bagi
Kun Hiap dirasakan seperti sembilu yang menyayat hatinya. Seketika wajahnya
berubah pucat.

"Mereka .. mereka . . . ."

Melihat sikap Kun Hiap begitu gugup, Wi Kiam Liong menduga tentu terjadi
sesuatu yang tak diinginkan. Cepat dia loncat turun dari kudanya dan berseru,
"Engkau ini bagaimana? Apakah engkau tak enak badan?"

Setelah menghela napas barulah Kun Hiap berkata lagi, "Mereka...mereka...


paman kenalkah engkau dengan seorang yang bernama Can Jit Cui?"

Saat itu Wi Kiam Liong sedang rentangkan kedua tangan untuk memeluk Kun
Hiap yang diduga kurang enak badan. Tetapi demi mendengar pertanyaan anak
itu, seketika Wi Kiam Liong tertegun seperti patung. Karena kedua tangannya
masih terpentang maka luculah keadaannya.

Beberapa jenak kemudian barulah dia dapat berkata, "Engkau . . . engkau


akhirnya tahu juga! Ah, ayahmu tentu tak mungkin akan mencegahmu keluar ke
dunia luar. Dan sekali engkau keluar, engkau tentu tahu persoaian itu."

"Tahu apa?' tanya kun Hiap.

Wi Kiam Liong tertawa masam, "Tahu bahwa di dunia ini terdapat seorang yang
bernama Can Jit Cui."

"Lalu? Kalau di dunia ini terdapat orang yang bernama Can Jit Cui, lalu

mailto:22111122@yahoo.com 145
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

bagaimana? Mengapa ada orang mengatakan bahwa aku itu putranya Can Jit
Cui."

Wajah Wi Kiam Liong menampilkan rasa kejut sekali, "Engkau puteranya, siapa
yang bilang?"

"Poa Ceng Cay. Nona Tian juga mendengar keterangan itu," Kun Hiap berpaling
tetapi tak melihat kedua saudara Tian.

"Ngaco, ngaco!” seru Wi Kiam Liong, tetapi bagaimana dapat dipastikan kalau
engkau ini puteranya?”

"Engkau, engkau juga kenal dengan orang itu?" gopoh Kun Hiap bertanya.

Wi Kiam Liong mengangguk. Katanya dengan hati yang berat. "Aku memang
kenal dia. Ya, akn memang kenal tetapi pada waktu melihatnya, dia sudah
meninggal."

Kun Hiap maju selangkah, "Dia mati karena dicelakai siapa?"

Wajah Wi Kiam Liong makin berobah lesi, katanya, "Aku . . aku tak tahu."

"Engkau ngaco belo. Kutahu, ayahlah yang membunuhnya."

Wi Kiam Liong lemas, "Siapa yang bilang kepadamu?''

"Peristiwa itu sekarang sudah bukan rahasia lagi," kata Kun-Hiap dengan
mantap. "Semua orang sudah tahu."

Wi Kiam Liong mundur beberapa langkah dan duduk di bawah sebatang pohon.

“Pada waktu itu kepandaianku masih rendah. Toako sering datang memberi
petunjuk. Tiap setengah tahun sekali dia tentu datang kepadaku. Dia pernah
mengatakan bahwa dia telah mengikat persahabatan dengan salah seorang
pendekar muda yang gagah perkasa, berkepandaian sakti. Namanya Can Jit Cui.
Dia mengagumi orang itu dan menyebutnya sebagai sam-te. Tetapi pada suatu
hari si 2 toako datang dengan wajah yang tegang sekali ....."

Wi Kiam Liong membayangkan peristiwa pada hari itu. Dilihatnya Wi Ki Hu


memasuki rumah dengan langkah yang sarat sambil mencekal pedang.
Pedangnya berlumuran darah yang sudah mengental sehingga melekat pada
mata pedang. Karena ujung pedang menjulur ke tanah maka waktu berjalan
ujung pedang itu terseret dan bergesek dengan tanah sehingga menimbulkan
suara bergemerincingan.

mailto:22111122@yahoo.com 146
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saat itu Wi Kiam Liong sedang berlatih silat di luar rumah. Wi Ki Hu seperti tak
melihatnya. Sudah tentu Wi Kiam Liong terkejut dan berteriak memanggil,
"Toako, toako . . . . "

Tetapi Wi Ki Hu seolah tak mendengar dan terus masuk kedalam rumah lalu
duduk. Sekali melepas maka pedang Kim-liong-kiam yang telah mengangkat
namanya selama bertahun-tahun itu-pun jatuh, ke lantai. Tetapi dia tak mau
memungutnya dan tetap duduk seperti orang yang kehilangan semangat.

Melihat itu Wi Kiam Liong makin kaget. Mengira kalau ada musuh tangguh yang
akan datang mengejar Wi Ki Hu maka Wi Kiam Liong-pun berpaling ke belakang.
Tetapi tak ada apa2. Dia masuk kembali dan berteriak, "toako, apakah engkau
terluka?"

Wi Ki Hu tetap diam mematung. Beberapa saat kemudian baru dia gelengkan


kepala.

"Lalu apa yang terjadi?" Wi Kiam Liong makin gugup.

Kata Wi Hu, "Engkau lihatlah kesana. Dia masih .... disitu atau tidak. Apakah dia
mati?"

Karena perkataan itu tiada kepala dan ekornya, Wi Kiam Liong tak dapat
mengerti maksudnya.

"Siapa? Dan dimana orang itu?'' serunya-

Wi Ki Hu mengangkat kepala dan berkata, "Ke arah timur, kira2 tiga empat li,
dibawah sebatang pohon besar."

"Baik, aku akan ke sana," kata Wi Kiam Liong. Waktu itu dia masih seorang
anakmuda yang belum berpengalaman. Dia tak tahu apa peristiwa yang terjadi,
dia terus lari keluar. Tiga empat li berlari, benar juga dia melihat sebatang pohon
liu tua yang dahan dan daunnya berhamburan di tanah. Di sebelah pohon itu
terdapat sekubang darah dan percikan darah yang berceceran sampai jauh
kedepan. Tetapi disitu dia tak melihat barang manusia.

Wi Kiam Liong menurutkan jejak darah itu. Lebih kurang setengah li jauhnya,
barulah dia melihat seorang lelaki yang berlumuran darah dan rubuh di tengah
semak di tepi jalan.

Buru2 dia menghampiri. Dilihatnya orang itu tak bergerak. Dia kira tentu sudah
mati, tetapi ketika dia hendak pergi, kedengaran orang itu berseru dengan

mailto:22111122@yahoo.com 147
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lemah, "Sahabat, tunggu dulu."

Wi Kiam Liong berputar tubuh. Dilihatnya orang itu mengangkat kepala. Wi Kiam
Liong terkejut sampai mundur beberapa langkah. Kiranya orang itu telah
menderita luka yang parah sekali Kepalanya hampir separoh telah terbelah,
darah masih mengucur deras, keadaannya menyeramkan sekali.

Setelah menenangkan diri barulah Wi Kiam Liong berani menegur, "Engkau . ..


engkau, ini siapa ?"

Orang itu terengah-engah. Saat itu Wi Kiam Liong baru dapat melihat jelas.
Walaupun terluka berat tetapi orang itu seorang muda yang tampan dan gagah.

"Apakan engkau.... kenal dengan Tong Wan Giok lihiap?" kata orang itu.

"Aku tahu dia tetapi belum pernah bertemu," sahut Wi Kiam Liong.

"Aku mempunyai sebuah benda yang amat berharga. Akan kuhaturkan


kepadamu. Asal kelak engkau bertemu dengan Tong lihiap, sampaikanlah
kepadanya bahwa aku telah mati di tangan Wi Ki Hu. Aku . . . Can Jit Cui tak
mengira kalau bakal mati di tangan Wi Ki Hu."

Mendengar orang itu menyahut nama Wi Ki Hu, Wi Kiam Liong menjadi gugup.
Tanpa menghiraukan barang berharga apa yang akan diberikan orang itu
serentak dia gelengkan kepala menolak, "Sudahlah, jangan melanjutkan kata-
katamu. Wi Ki Hu itu suko-ku (kakak seperguruan). Kalau engkau mati di
tangannya, tentulah engkau memang harus mati. Jangan bicara lagi!"

Napas Can Jit Cui memburu keras dan tubuhnya berdiri tegak. Menyaksikan itu,
Wi Kiam Liong seperti melihat hantu hidup, seketika kakinya lemas. Dia hendak
lari tetapi seperti tak. bertenaga.

Setelah berdiri, tubuh Can Jit Cui terhuyung2. Tiba2 dia menuding Wi Kiam Liong
dan berseru. "Engkau .... harus memberi tahu kepada Tong Wan Giok, Kasih
tahu kepadanya ..... yang membunuh aku adalah Wi Ki Hu. Engkau harus
meluluskan permintaanku ini. Engkau harus meluluskan permintaanku . . . ."

Karena takut Wi Kiam Liong gopoh msnjawab, "Baik, aku akan melakukan
permintaanmu. Tetapi siapakah namamu ?”

"Aku hernama .... Can Jit Cai . . . Tong .... Wan Giok - . - Wi Ki Hu .... ha, ha . . .
." tlba? Can Jit Cui tertawa aneh dan pada lain saat tubuhnya diam tak bergerak.

Sekalipun tahu kalau Can Jit Cui sudah mati tetapi Wi Kiam Long masih

mailto:22111122@yahoo.com 148
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ketakutan. Sampai beberapa saat kakinya masih lemas.

Setelah menenangkan diri baru dia berani menghampiri. Begitu menyentuh


tubuh Can Jit Cui, dia tahu sudah mati sungguh, Dia lalu mencari ranting dan
daun untuk menimbuninya lalu dia berlari pulang. Didapatinya Wi Ki Hu masih
duduk seperti patung.

Wi Ki Hu tiba2 mengangkat kepala. Wi Kiam Liong terkejut sekali melihat wajah


wukonya. Dalam waktu beberapa kejab saja, ia melihat wajah sukonya pucat lesi
sekali.

“Apa dia mengatakan apa2 kepadamu?” tanya Wi Ki Hu.

“Ya, ada,” sahut Wi Kiam Liong, “dia minta aku supaya memberitahu kepada
Tong Wan Giok, bahwa engkaulah yang membunuhnya."

Serentak Wi Ki Hu mencengkeram lengan sutenya dan dengan mata melotot


seperti akan mencuat keluar, dia berseru keras, "Apnkah engkau meluluskan?"

Bukan main sakit lengan Wi Kiam Liong dicengkram sukonya itu. Buru2 dia
berseru, "Aku . . . karena saat itu ketakutan, terpaksa meluluskan."

"Engkau takut apa?” bentak Wi Ki Hu, "dia kan sudah mau mati, mengapa takut?
Mengapa engkau mau meluluskan?"

Selama ini belum pernah Wi Kiam Liong melihat sukonya marah sedermkian
hebat. Karena takutnya, dia sampai tak dapat menjawab.

Setelah mencengkeram sekeras-kerasnya sam-pai beberapa jenak barulah Wi Ki


Hu dapat menumpahkan kemarahannya dan lalu melepaskannya, "Kiam Liong,
engkau .... engkau .... akan sungguh memberitahu kepada nona Tong."

Kiam Liong gopoh menggoyangkan tangan, "Tidak, sepatahpun aku takkan


bilang kepadanya."

Wi Ki Hu terkulai duduk lagi dan mengingau seorang diri, "Bagaimana aku ini ?
Bagai mana aku harus mengatakan kepadanya?"

"Suko, Can Jit Cui itu . . . apakah bukan anakmuda hebat yang sering engkau
katakan itu...”

"Jangan membicarakan dirinya lagi. Sudah, selanjutnya jangan mengatakan


tentang dirinya.'' bentak Wi Ki Hu marah.

mailto:22111122@yahoo.com 149
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Bentakan itu membuat Wi Kiam Liong terkejut setengah mati sehingga dia
mundur beberapa langkah dan sandarkan diri pada tembok. Mukanya berohah
pucat.

-----

"Sejak hari itu," Wi Kiam Liong mengakhiri penuturannya kepada Kun Hiap, "aku
tak pernah mengatakan nama Can Jit Cui. Kun Hiap, hari ini kalau engkau tidak
berkeras minta supaya aku menceritakan, akupun takkan bilang apa2."

Peristiwa berpuluh tahun yang lalu, seperti melintas pula dalam kenangan Wi
Kiam Liong. Walaupun sekarang dia sudah menjadi seorang tokoh persilatan
yang ternama tetapi apabila teringat akan peristiwa berdarah itu, dia tetap
bercekat dan tegang.

"Apakah waktu itu engkau mengenali wajah Can Jit Cui?" tiba2 Hui Giok
bertanya.

Wi Kiam Liong menghela napas, "Mengapa tidak mengenalinya ? Waktu Kun Hiap
mulai berangkat dewasa dan wajahnya makin mirip dengan Can Jit Cui, kutahu
kalau dalam peristiwa berdarah ini tersembunyi suatu rahasia besar, Tetapi aku
tak berani berkata apa2 karena bentakkan suko pada waktu itu, serasa masih
mengiang-ngiang di telingaku."

Pelahan-lahan Hui Giok menghampiri ke samping Kun Hiap dan berkata, dengan
berbisik, "Kiranya sekarang engkau tentu sudah agak mengerti, bukan?"

"Ya, kutahu," jawab Kun Hiap, "tetapi aku tetap tak mengerti."

Memang dia mulai agak terang tentang peristiwa itu tetapi rasanya peristiwa itu
masih seperti terbungkus kabut tebal sehingga dia tak jelas. Selama ini tak
pernah dia mendengar behwa di dunia pernah hidup seorang lelaki yang
bernama Can Jit Cui. Kini dia sudah percaya akan adanya hal itu. Orang itu
adalah saudara angkat dari ayahnya. Wi Ki Hu. Tetapi kemudian dibunuh oleh
ayahnya. Dan Poa Ceng Cey mengatakan bahwa dia adalah putera dari orang
yang berna-ma Can Jit Cui itu.

Begitulah yang diketahui Kun Hiap. Riipanya masih banyak sekali yang belum
diketahuinya. Dia masih belum percaya bahwa dalam perlstiwa itu terselip suatu
rahasia besar. Dia hanya merasa bahwa Can Jit Cui itu tentu masih mempunyai
hubungan dengan dirinya. Dan sekarang dia ingin tahu lebih jauh, apakah
hubungan dirinya dengan Can Jit Cui.

“Paman," tanyanya pula, "apa lagi yang engkau ketahui tentang diri Can Jit Cui

mailto:22111122@yahoo.com 150
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

itu ?"

Wi Kiam Liong gelengkan kepala, "Aku tak tahu yang lain2. Sebelum dia
menghembuskan napas terakhir, aku memang datang dan itulah yang perta-ma
kali dan terakhir aku melihatnya, Sebelum itu aku hanya mendengar ayahmu ... "

Waktu mcngatakan 'ayahmu', entah bagai-mana tiba2 Wi K.am Liong seperti


ragu2 dan segara beralih kata, "Aku hanya mendengar suko menceritakan
tentang kemashuran namanya. Suko sering bilang, ‘setelah nanti kepandaianku
sudah jadi, maka kami berempat tentu akan merupakan empat-serangkai yang
akan menggemparkan dunia persilatan.’"

"Kemudian setelah Can Jit Cui meninggal, apakah ada perobahan sikap dari
ayah?" tanya Kun Hiap."

"Mengapa tidak?" jawah Wi Kiam Liong, "ada kira2 tujuh sampai delapan hari dia
tak mau keluar rumah. Setiap hari hanya mondar mandir dalam ruang kamarnya.
Pada hari kesepuluh barulah nona Tong datang mengunjungi.... ah . .. .kuingat
persoalan itu memang aneh. Nona Tong, dia..."

Berkata sampai disini Wi Kiam Liong memandang Kun Hiap sejenak dengan sikap
ketakutan. Karena yang dimaksud nona Tong itu bukan lain adalah Tong Wan
Giok, mama Kun Hiap sendiri.

"Paman," seru Kun Hiap," karena sudah sampai begini, mengapa engkau takut ?
Apa yang menyangsikan dalam peristiwa waktu itu, harap engkau mengatakan
dengan terus terang saja."

"Aku . . . belum pernah bertemu dengan suko. Dia . . . dia . . . ."

"Poa Ceng Cay telah membuka rahasia Wi tayhiap yang telah membunuh Can Jit
Cui. Dia lalu meloloskan diri entah kemana. Mau kemana engkau hendak
mencarinya?" seru Hui Giok dengan mengejek.

"Kutahu, dalam hidupnya hanya sekali itu saja dia telah melakukan kesalahan
besar," kata Wi Kiam Liong.

"Lekas katakan, apa yang terjadi setelah mamaku datang waktu itu?" Seru Kun
Hiap.

Wi Kiam Liong terkesiap.

(bersambung ke jilid 6).


Saat itu Wi Kiam Liong sedang duduk dibawah sebatang pohon. Ia mengangkat

mailto:22111122@yahoo.com 151
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

muka dan seperti menghitung-hitung daun pohon yang lebat. Wajahnya tampak
sarat

Beberapa saat kemudian baru dia menjawab, "Pada waktu itu ketika menjelang
senja ...."

Ia lalu menceritakan peristiwa yang dialaminya ketika itu.

Saat itu senja hari. Kabut malam berwarna merah. Hawa udara panas sekali,
pertanda bahwa hujan lebat segera akan turun. Waktu itu Wi Kiam Liong yang
masih, muda, tengah berjalan mondar mandir di ruang tulis. Kadang dia berhenti
memandang keluar jendela.

Sedang saat itu Wi Ki Hu sedang duduk memandang tak berkesiap pada pedang
kim-liong-kiam yang terletak di meja.

Beberapa saat Wi Kiam Liong hendak membuka suara tetapi setiap kali tak jadi.
Cuaca langit merah membara. Guntur dan guruh berdentam-dentam sahut
menyahut. Tak lama kemudian hujanpun turun seperti dicurahkan dari langit.

Wi Kiam Liong melangkah. ke serambi. Tiba2 dia mendengar suara orang


bertengkar. Seorang wanita dengan nada yang melengking tajam tengah
mendesak pengurus rumahtangga keluarga Wi.

"Bilang terus terang saja, Wi Ki Hu ada atau tidak?" seru wanita itu.

Mendengar Wi Kiam Liong bergegas menuju ke pintu. Dilihatnya seorang gadis


berpakaian biru, basah kuyup ditimpah hujan. Rambutnya terurai kebahu dan
sikapnya gugup sekali. Tetapi kecantikannya sangat menonjol sekali.

Buru2 Wi Kiam Liong menyambut, "Apakah nona ini . . . ."

Nona itu mendorong pelayan dan menjawab pertanyaan Wi Kiam Long, "Aku
datang kemari hendak mencari Wi Ki Hu."

"Apakah nona ...”

"Aku Tong Wan Giok," seru nona itu dengan sengit.

Wi Kiam Liong terperanjat, "O, kiranya nona Toan, silakan masuk, biarlah
kuberitahukan suko . . . “

"Tak perlu," seru Tong Wan Giok, "aku ada urusan penting dengan dia. Antarkan
saja aku kepadanya."

mailto:22111122@yahoo.com 152
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada saat Wi Kiam Liong sedang bersangsi tiba2 dari arah belakang terdengar
suara Wi Ki Hu berseru, "Wan Giok . . . . "

Tentulah karena mendengar suara Tong Wan Giok maka Wi Ki Hu terus keluar.
Wajahnya tampak tak sedap dipandang.

Tong Wan Giok cepat maju menyongsong ke muka Wi Ki Hu lalu berseru dengan
keras, "Ki Hu, dimana dia? Engkau tahu tidak?"

Wajah Wi Ki Hu makin pucat. Saat itu cuaca makin gelap sehingga wajah Wi Ki
Hu makin tampak jelas. Dia berusaha untuk mencerahkan wajah dengan seri
tawa tetapi malah makin jelek dilihat.

" Siapa? Siapa yang engkau tanyakan? " sahutnya.

"Ih, Ki Hu, engkau ini bagaimana? Engkau tentu tahu siapa yang kutanyakan itu.
Dia pergi dengan engkau. Dimana dia sekarang? "

Wi Kiam Liong yang berada disamping, berdebar-debar. Dia tahu siapa yang
dicari Tong Wan Giok itu. Ya, tentulah Can Jit Cui..

Wi Ki Hu geleng kepala, " Engkau maksudkan sam-te? Aku, . . . sudah berpisah


dengan dia hampir 10- an hari."

Tong Wan Giok tertegun,"Lalu bagaimana ini? Ya, bagaimana ini?" Wajahnya
makin gelisah.

"Wan Giok, dengarkan," kata Wi Ki Hu, "sam-te itu romantis sekali. Siapa tahu
dia sudah punya teman baru lagi. Tak perlu engkau memikirkan dia."

Tiba2 Tong Wan Giok tercengang. Beberapa saat kemudian baru dia
mengangkat muka. Air yang berada di rambutnya mengucur ke mukanya.

"Bagaimana aku tak memikirkannya? Engkau tahu, saat ini aku tak dapat tidak
memikirkan dia," katanya.

"Wan Giok, apa maksud perkataanmu?" seru Wi Ki Hu.

"Engkau tentu tidak mengerti. Soal itu hanya aku dan dia berdua yang tahu.
Pokoknya, apakah engkau dapat membantu aku mencarikannya?"

Pelahan-lahan Wi Ki Hu berbalik tubuhi lagi, menjawab, “Aku tak dapat."

mailto:22111122@yahoo.com 153
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Ki Hu, kutahu engkau iri kepadanya,"seru Tong Wan Giok.

"Ya, memang ," sahut Wi Ki Hu dengan nada sarat.

"Tetapi kalian kan bersahabat baik tersiar kabar di dunia persitatan. bahwa ada
orang yang menemukan jenasahnya dan mengatakan kalau dia sudah
meninggal," suara Tong Wan Giok makin parau dan airmatanyapun bercucuran.

Wi Ki Hu tak mau bicara. Dia hanya tegak seperti patung.

Kata Tong Wan Giok pula, "Kalau dia sampai meninggal, aku . . juga tak ingin
hidup lagi."

"Apakah engkau mencintainya sedemikian besar?" kata Wi Ki Hu dengan


pelahan.

Tong Wan Giok mengangguk. Karena berdi ri membelakangi maka Wi Ki Hu


seharusnya tak melihat kalau Tong Wan Giok mengangguk itu. Tetapi rupanya
dia sudah dapat menduga apa yang dilakukan Tong Wan Giok. Dia tertawa
pudar, "Tetapi cintanya kepadamu, tuk mungkin sebesar perasaan hatiku
kepadamu."

Mendengar itu bukan kepalang kejut Wi Kiam Liong. Cepat dia mendapat kesan
hahwa Wi Ki Hu dan Can Jit Cui itu sama2 mencintai si jelita Wan Giok. Oleh
karena itu maka Wi Ki Hu lalu membunuh Can Jit Cui. T'etapi pada lain saat dia
cepat menghapus dugaan seperti itu. Dia tak percaya, suko yang dihormatinya
itu akan berbuat semacam itu.

Sebenarnya Wi Kiam Liong merasa kalau dia tak layak hadir di tempat itu. Tetapi
karena ingin tahu, maka diapun tak mau bergerak dari tempat dia berdiri. Dan
kedua orang itu, Tong Wan Giok maupun Wi Ki Hu, karena sedang dilanda
perasaan hati masing2, sampai tak sempat memikirkan bahwa. Wi Kiam Liong
berada. disitu.

Hujan masih turun dengan derasnya. Langit gelap pekat. Beberapa saat
kemudian baru terdengar- Tong Wan Giok berkata, “Mungkin begitu, tetapi Ki
Hu, apakah engkau tak mengerti isi hatiku?"

"Tentu saja aku mengerti," jawab Wi Ki Hu, "dalam hatimu hanya ada dia
seorang dan tak ada diriku sama sekali."

"Karena itulah maka engkau tak mau membantu untuk mencarikannya, bukan?"
tukas si jelita.

mailto:22111122@yahoo.com 154
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Wi Ki Hu tertegun lagi sampai beberapa jenak. Hujan dan halilintar mencengkam


suasana dalam keseraman. Wi Kiam Liong beringsut untuk bersembunyi di
tempat yang gelap.

Beberapa saat kemudian tiba2 Wi Ki Hu berkata, "Dia sudah mati ..."

Diluar dugaan Wi Kiam Liong, Tong Wan Giok tak mengeluarkan reaksi suatu
apa. Tetapi pada saat sinar kilat merekah, dia melihat wajah si jelita itu pucat
seperti kertas dan berdiri seperti patung.

" Bagaimana dia sampai mati itu? " tiba-tiba ia bertanya dengan tenang.

Dengan suara gemetar Wi Ki Hu menyahut, "Aku . . . tidak tahu.."

Tong Wan Giok serentak berputar tubuh dan melesat keluar. Waktu lewat di
sampingnya, hampir saja Wi Kiam Liong hendak berseru menghentikannya untuk
memberitahukan tentang kema-tian Can Jit Cui. Dia benar2 tak sampai hati
melihat keadaan Tong Wan Giok saat itu.

Tetapi pikirannya sadar. Kalau dia sampai melakukan hal itu, tentulah sukonya
(Wi Ki Hu) akan marah. Apa boleh buat, terpaksa dia mena-han diri dan
membiarkan Tong Wan Giok mener-jang keluar halaman yang masih dilanda
hujan le-bat.

Wi Ki Hu seperti orang yang kehilangan semangat, dia pun mengejarnya. Tetapi


sampai dimuka pintu dia berhenti. Dia membiarkan dirinya ditimpah hujan lebat

Bercerita sampai disini Wi Kiam Liong menghela napas, "Kalau benar suko
bertindak begitu karena mencintai Tong Wan Giak, ah, sungguh tak layak sekali."

Tian Hui Giok tertawa dingin, "Mengapa tak selayaknya? Bukankah karena
berhasil membunuh Can Jit Cui, Wi Ki Hu lalu memperisteri nona Tong?"

"Ya. peristiwa itu terjadi dua bulan kemudian, mereka menikah, Karena
keduanya merupakan tokoh persilatan ternama, pernikahan mereka merupakan
peristiwa besar yang menggemparkan dunia persilatan. Aku juga hadir. Pada hari
perni-kahan itu kulihat suko tidak bergembira. Setiap ada kesempatan dia selalu
pesan wanti2 kepadaku agar jangan sampai membocorkan rahasia pembunuhan
Can Jit Cui itu kepada siapapun juga."

"Sudah tentu dia merasa sendiri," seru Tian Hui Giok, "Can kongcu, apakah
sampai detik ini engkau belum mengerti? Apa yang dikatakan Poa Ceng Cay itu
memang benar semua. Tong lihiap menikah dengan manusia yang berhati

mailto:22111122@yahoo.com 155
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

binatang, adalah karena terpaksa saja. Ketahuilah, waktu mereka berdua


menikah Tong lihiap sudah .... " waktu berkata sampai disini, merahlah wajah
Tian Hui Giok. Dia menunduk dan tak lanjutkan kata-katanya.."

Rupanya Kun Hiap masih belum dapat menangkap arti kata2 Tian Hui Giok.
Melihat nona itu diam tak melanjutkan kata-katanya, dia segera bertanya,
"Sudah bagaimana?"

Sudah tentu wajah Hui Giok makin tersipu merah, "Entahlah."

Kun Hiap terkesiap. Dia berpaling kepada Wi Kiam Liong, "Paman, terus
bagaimana. kelanjutannya?”

"Selanjutaya tak terjadi suatu apa," kata Wi Kiam Liong, "setelah menikah
mereka bertamasya ke empat penjuru. Waktu berjumpa dengan aku lagi, engkau
sudah lahir dan merupakan bocah yang belajar omong.

"O, kiranya begitu," seru Kun Hiap.

Ternyata tak banyak yang dapat diketahui dari keterangan Wi Kiam Liong kecuali
hanya Wi Kiam Liong kenal pada Can Jit Cui tetapi tidak begitu jelas mengetahui
siapa sebenarnya Can Jit Cui itu. Dia hanya tahu bahwa Can Jit Cui mati dibunuh
Wi Ki Hu dan Tong Wan Giok atau mama Kun Hiap sangat mencintai Can Jit Cui.

Kun Hiap menyimpulkan bahwa hanya mamanya dan Wi Ki Hu yang dapat


menerangkan peristiwa itu dengan jelas. Tetapi mereka berdua sudah
meloloskan diri entah kemana. Tapi taruh kata dapat menemukan mereka,
belum tentu mere-ka mau menerangkan sejujurnya.

"Can kongcu," tiba2 Tian Hui Giok berkata pula," kurasa mamamu tentu paling
tahu peristiwa itu. Mengapa engkau tak mau pergi bersama-sama kami?" -
sambil berkata dia melirik kearah Tian Hui Yan.

Tadi waktu Gong Gong Tin menuturkan tentang perkenalannya dengan Can Jit
Cui, si dara-Hui Yan mengajak Kun Hiap untuk pergi tetapi Kun Hiap tak mau.
Hui Yan ribut mulut dengan Hui Giok dan terus ngambul pergi. Tetapi tak berapa
lama datang kembali sehingga dapat mendengar sebagian besar dari. cerita yang
dibawakan Gong Gong Tin.

Dan setelah kembali itu, Hui Yan tak pergi lagi. Sejak Wi Kiam Liong bercerita,
Hui Yan tak mau mengganggu Kun Hiap tetapipun tak mau menghiraukan ji-ci
atau taci nomor dua yakni Tian Hui Giok.

Pada saat Tian Hui Giok melirik pandang kepadanya, serentak Hui Yanpun

mailto:22111122@yahoo.com 156
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menyemprotnya, "Mengapa engkau memandang aku?"

"Aku bertanya kepadamu. Engkau mau ikut pulang menemui mama atau tidak?"
kata Hui Giok.

"Hm," dengus Hui Yan, "engkau menghendaki aku ketemu mama atau tidak?"

Hui Giok kerutkan atis, "Sam-moay, engkau ini bagaimana. Apakah engkau
memang bermak-sud ribut mulut dengan aku?"

Hui Yan kerutkan wajahnya menjawab, "Ah, tidak, mana aku berani mengajak
bertengkar mulut dengan taci. Aku hanya menimang, kalau engkau hendak
mengajak dia bertemu mama, sudah tentu engkau tak menghendaki aku ikut"

Wajah Hui Giok agak berobah, "Sam-moay, apa maksud kata-katamu itu?"

"Seharusnya engkau.tahu sendirilah."

Karena tak dapat melawan adu mulut dengan adiknya, Hui Giok lalu berpaling ke
arah Kun Hiap, "Can kongcu, dengarkanlah, omongan macam apakah itu?"

Dengan setengah berbisik Kun Hiap berupaya untuk melerai, " Sudahlah nona
Tian, tak usah engkau hiraukan dia. Aku sendiripun takut kalau melihatnya dan
berusaha untuk menyingkir jauh. "

Karena seperti orang berbisik maka Hui Yan tak mendengar kata2 Kun Hiap itu.
Apabila dia sampai mendengar tentulah dia akan. marah sekali. Dia hanya
melihat bagaimana intiemnya ketika Kun Hiap berbisik kedekat telinga Hui Giok.
Hal itu saja sudah cukup membuat nek (tidak enak ) hatinya.

"Hm," kalian tentu tak suka kalau aku bersama kalian. Tetapi aku memang
sengaja akan mengikuti kalian," pikirnya. Kemudian, dia berkata kepada Hui
Giok.

“Ya. aku ini memang bisa menimbulkan kebencian orang. Kalau orang tak suka
melihat aku, justeru aku malah akan berdiri di mukanya, Ji-ci, bagaimana kalau
kita bersama-sama pulang menemui mama?"

Tian Hui Giok menyahut dengan hambar, "Sudah tentu boleh saja, apanya yang
tidak boleh?"

Hui Yan tertawa, " Ji-ci, benarkah hatimu berkata begitu?"

Hui Giok mendongkol bukan main tetapi dia berusaha untuk tenangkan diri dan

mailto:22111122@yahoo.com 157
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menjawab, "Lebih dulu kita pergi ke tempat toaci. Kita kasih tahu toaci kalau
cihu sedang mengerjar Poa Ceng Cay. Disana nanti kita juga akan mtnta
beberapa ekor kuda kepada toaci agar perjalanan kita pulang lebih enak dan
cepat."

Mendengar Hui Giok hendak mengajaknya lebih dulu ke gunung Cin-nia markas
ketiga benggolan jahat, diam2 Kun Hiap tak senang dalam hati tetapi dia perlu
akan menemui mama Hui Giok. Ya, apa boleh buatlah.

"Nanti ditempat toacimu aku tak dapat tinggal lama2,'' katanya.

"Tentu," sahut Hui Giok, "setelah selesai bicara, kita terus pergi."

Sejenak memandang kearah tempat dimana dia dibesarkan, setiap wuwungan


rumah dan pohon dari perkampungan keluarga Wi takkan dia lupakan. Tetapi
entah bagaimana, pada saai itu, dia merasa seperti asing dengan tempat itu.

Dengan tundukkan kepala dia berjalan melanjutkan perjalanan. Wi Kiam Liong


terkejut dan berseru memanggilnya tetapi tak dihiraukan. Wi Kiam Liong
menghela napas dan dengan tak bersemangat diapun terpaksa kembali lagi ke
perkampungan keluarga Wi.

Demikian ketiga muda mudi itu menempuh perjalanan dengan menggunakan


ilmu lari cepat, masing2 mempunyai perasaan sendiri-sendiri..

Kun Hiap bingung gelisah. Hui Yan mendongkol dan Tian Hui Giok ada sesuatu
yang dipikirkan Sepanjang jalan mereka tak bicara bahkan ketika hari menjelang
senja, mereka tetap tak berhenti.

Adalah si dara Hui Yang berwatak polos dan terus terang, karena melihat cuaca
makin gelap, dia lantas berseru," Bagaimana ini? Apakah kita tetap akan
melanjutkan perjalanan sampai malam?"

Kun Hiap hendak menjawab mengiakan tetapi baru hendak membuka mulut, dia
membungkam lagi. Dia benar2 tak mau bicara dengan si dara centil itu. Sekali
sambung omongan, dia kuatir akan menderita olok2 lagi.

'"Sudah tak jauh," jawab Hui Giok, "dua atau tigapuluh li lagi, sebelum tengah
malam, kita sudah sampai. Perlu apa kita harus berhenti di tengah jalan?"

"Hm, engkau kira aku takut gelap?” dengus Hui Yan, lalu tancap gas lari ke
muka.

Melihat itu Hui Giokpun mempercepat larinya. Kedua taci beradik itu seperti

mailto:22111122@yahoo.com 158
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sepasang anak panah yang lepas dari busur cepatnya. Yang payah adalah Kun
Hiap. Dia tak mampu menyusul lalu berkaok-kaok meneriaki, -"Nona, Tian,
berhenti dulu!"

Hui Yan dan Hui Giok serempak berhenti.

K.B-6 15

Begitu menyusul Kun Hiap tak berani memandang Hui Yan melainkan bertanya
kepada Hui Giok, "Nona Tian, kalian berlari cepat sekali, aku tak mampu
mengejar."

“Bagaimana kalau engkau kubawa? " kata Hui Giok.

"Boleh,” kata Kun Hiap. Hui Giok lalu ulurkan tangan, disambut Kun Hiap.
Dengan bergandengan tangan keduanya lalu lari.

Melihat adegan itu kecutlah hati Hui Yan.

Wajahnya pucat Dia mengertek gigi. Setelah sesaat tertegun baru dia mengejar.'

Lebih kurang sejam kemudian mereka masuk kedaerah gunung. Dari jauh
tampak empat batang api obor yang besar. Tingginya satu tombak. Api. obor itu
menerangi segunduk batu besar yang dipahat dengan tiga huruf berbunyi: Sam-
sian-soh, atau Lembah Tiga-dewa.

Sebenarnya orang persilatan memberi julukan Cin-nia-sam-shia atau Tiga-


benggolan gunung Cin ma kepada tiga tokoh jahat yang bermukim digunung itu.
Tetapi mereka menamakan dirinya sendi ri sebagai Cin-nia-sam-sian atau Tiga-
dewa gunung Cin~nia. Oleh karena itu tempat tinggal merekapun disebut Sam-
sian-koh.

Batu besar itu terletak disebuah tebing gunung. Oleh karena ita walaupun dari
jauh, orang
sudah dapat melihatnya.

Walaupun perkampungan keluarga Wi itu tak jauh dari gunung Cin-nia tetapi
Kun Hiap belum pernah datang ke gunung itu.

Sambil masih menggandeng tangan Kun Hiap, Hui Giok menuujuk kearah tiga
buah huruf pada batu karang itu, " Ketiga huruf itu, dibuat oleh mereka bertiga.
Setiap orang satu huruf. Karena cihu-ku yang paling tinggi kepandaiannya maka
cobalah engkau lihat, huruf koh yang terakhir itu. tentu berbeda jauh, dengan
kedua huruf di mukanya.

mailto:22111122@yahoo.com 159
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tebing karang dimana batu itu terletak, luasnya hampir satu li, tetapi permukaan
tebing tak dapat dibuat berdiri orang. Dengan begitu, memang sukar sekali
untuk menggurat huruf pada karang itu.

Tiba2 dari bawah karang gunung terdengar suara orang tertawa yang
menimbulkan gema sua-ara sehingga lembah seolah bergetar.

Kun Hiap bertiga terkesiap dan hentikan la-rinya. Mereka tak tahu apa yang
terjadi di sebelah muka.

"Lihatlah tiba2 Hui Yan melengking.

Menurutkan arah yang ditunjuk si dara, segera Kun Hiap dan Hui Giok melihat
dibawah tebing karang itu tampak sesosok tubuh manusia tengah merayap
dengan cepat keatas. Sedemikian cepatnya dia sudah merayap keatas sehingga
mes-kipun Kun Hiap bertiga tak jauh dari tempat itu, merekapun tak sempat
melihat bagaimana roman muka orang itu.

Cepat sekali orang itu sudah mencapai pada karang yang bertuliskan Sam-sian-
koh. Dia melentangkan tubuh untuk menempel rapat pada karang dan lalu
ulurkan tangan untuk menghapus huruf sam (tiga). Karena setiap guratannya
lebih kurang dua meter panjangnya maka orang itupun harus beringsut kian
kemari untuk menghapus.

Kini huruf sam telah berobah menjadi hu-ruf ji ( dua ). Karena huruf sam dalam
tulisan Tionghoa itu terdiri dari tiga buah garis yang melintang berlapis tiga.
Kalau garis yang diatas dihapus maka hanya tinggal dua buah garis itu dan
menjadi huruf ji.

Kun Hiap dan kedua gadis saudara Tian, tahu jelas bahwa orang itu
menggunakan apa yang disebut Bik-hou-ih-jiang atau Cicak-berpindah-di
tembok, sebuah ilmu ginkang atau Meringankan tubuh yang hebat.

Karena garis yang satunya dihapus maka huruf Sam-sian-koh atau ( Lembah
Tiga Dewa) kini menjadi Ji-sian-koh atau Lembah Dua Dewa.

“Celaka," Hui Yan berseru tertahan, "cihu akan didatangi musuh yang tangguh
sekali! "

Sebelum Tian Hui Giok menjawab, kembali muncul sesosok tubuh lain yang
dengan gunakan ilmu Bik-hou-ih-jiang juga merayap lurus naik keatas batu
karang. "Toaci," tiba2 Hui Giok dan Hui Yan serempak berteriak dan terus lari
menuju kepada sosok tubuh yang baru muncul itu. Sebenarnya Kun Hiap tak

mailto:22111122@yahoo.com 160
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mau ikut campur dengan urusan disitu tetapi karena dia ingin menemui saukoh (
mama Hui Yan ), apa boleh buat terpaksa ia menyusul kedua gadis itu.

Setelah lari setengah li, dia melihat orang yang baru muncul itu ternyata seorang
wanita. Hal itu kentara dari rambutnya yang terurai panjang. Saat itu wanita
tersebut sudah mencapai diatas puncak batu karang.

Puncak karang itu paling2 hanya satu meter lebarnya Wantta itu tadi tegak
berhadapan dengan orang yang menghapus tulisan sam itu. Kedua-nya
melangsungkan pertempuran sengit. Berulang kali tubuh mereka seperti tak
menginjak permukaan puncak karang. Tetapi beberapa kejab lagi, merekapun
kembali berada di atas karang itu. Hal itu menandakan bahwa kepandaian kedua
orang itu memang bukan olah2 hebatnya.

Ketika Kun Hiap tiba dibawah karang, dilihatnya Hui Giok dan Hui Yan sedang
bicara dengan seorang lelaki yang berwajah segitiga. Disamping itu sesosok
tubuh lelaki gemuk menggeletak mati di tanah. Mengerikan sekali keadaannya,
sebelah tangannya hancur mumur.

Tfba2 dari ataa karang terdengar suara wanita melengking, "Hai, mengapa
engkau tak mau balas menyerang?"

Terdengar penyahutan yang bernada aneh, "Aku disebut Ing-put-hoan-jiu atau


Selamanya-tak-pernah-membalas. Apakah engkau tak tahu?

“Kalau benar selamanya tak pernah membalas, mengapa engkau tak diam saja
tetapi selalu menghindar?"

Orang itu tertawa, "Benda ditanganmu itu khusus untuk menghancurkan tenaga-
murni orang. Kalau aku sampai terkena pukulanmu, lha tenaga-ku Sam-yan-sian-
cin-gi bukankah bakal menjadi seperti Sam-sian-koh itu, hilang satu manjadi Ji-
sian-koh. Pun Sam-yang~cin-gi bakal menjadi Ji-yang-cin-gi nanti?"

Setelah mendengar pembicaraan mereka tahulah Kun Hiap bahwa orang yang
bertempur melawan taci sulung dari Hui Giok dan Hui Yan itu adalah Koan Sam
Yang, kepala pulau Moh-hun-to di laut Selatan. Dia teringat ketika ia bersama
Hui Yan tempo hari, diapun pernah bertemu dengan tokoh dari pulau Moh-hun-
to itu. Dan saat itu Hui Yan tak berani berkutik lagi.

Bahwa kalau sekarang toaci dari Hui Yan berani menempur Koan Sam Yan, jelas
menandakan bahwa kepandaian dari toaci Hui Yan itu jauh lebih hebat dari
kedua adiknya.

Kun Hiap memandang keatas,untuk memperhatikan pertempuran mereka.

mailto:22111122@yahoo.com 161
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tampak kedua tangan toaci dari Hui Yan itu bergerak laksana petir menyambar.
Dan samar2 gerakan tangannya memancarkan suatu sinar kuning gelap.
Hebatnya bukan kepalang.

Tetapi Koan Sam Yang si Selamanya-tak-pernah-membalas itu tetap


berkelebatan menghindar dan tak mau balas menyerang.

Pikir Kun Hiap. Kalau mereka bertempur ca ra begitu, kapan akan berakhir?

Tiba2 Koan Sam Yang tertawa," Ah, tempat ini terlalu sempit, mari kita turun
saja kalau bertempur!"

Habis berkata dia terus melayang turun. Batu karang itu tingginya tak kurang
dari lima sampai enam puluh tombak. Sungguh mengejutkan sekali kalau ada
orang senekad itu berani loncat turun.

Koan Sam Yang melayang turun dengan lurus kira2 kurang setombak dari tanah,
barulah dia tampak mengibaskan lengan baju ke tanah, bum . . . terdengar
letupan keras, debu dan pasir berhamburan ke udara dan di tanah pun
bertambah sebuah lubang.

Bilakah Koan Sam Yang tegak di tanah, tiada orang yang tahu.. Tahu2 terdengar
dia tertawa gelak2 dan melangkah keluar dari kepulan debu yang tebal itu.

Hui Giok, Hui Yan dan laki2 bermuka segitiga, serempak mundur dengan cepat
sekali tetapi sekali Koan Sam Yang berkelebat, tahu2 dia sudah menerkam lelaki
berwajah segitiga itu.

"Hai, Koan tocu, bukankah engkau bergelar Selamanya-tak-pernah-membalas?


Mengapa engkau menerkam sahabat itu?,'' teriak Kun Hiap.

Koan Sam Yang berpaling kepada Kun Hiap, sahutnya, "Hai, engkau? Benar, aku
memang bergelar Selamanya-tak-pernah-membalas. Tetapi bukan Selamanya-
tak-pernah-turun-tangan. Kalan kunyuk ini sampai menyerang aku, aku memang
takkan membalas, Tetapi begitu melihat aku, dia terus lari, itulah sebabnya maka
kuringkusnya. Mengertikah engkau?"

Kun Hiap tahu bahwa perangai Koan Sam Yang itu memang nyentrik seperti Hui
Yan. Dia paling gemar berdebat mulut. Pikir Kun Hiap, lebih baik dia tik perlu
melayaninya saja.

Saat itu Hui Giokpun tiba disamping Kun Hiap, katanya berbisik, " Lekas mundur,
biarlah toaci-ku yang menghadapinya. "

mailto:22111122@yahoo.com 162
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tepat pada saat itu juga setiap angin berberhembus dua seorang wanita telah
muncul di hadapan Koan Sam Yang.

Ketika memandang wanita itu, bercekatlah hati Kun Hiap. Hui Yan dan Hui Giok,
cantik bagai bunga mekar dipagi hari Dahlia dan ma-war, masing2 mempunyai
kecantikan sendiri sendiri.

Tetapi toaci atau kakak sulung dari Hui Yan dan Hui Giok itu, benar2 tak patut
kalau menjadi saudara dari Hui Yan atau Hui Giok. Dia memiliki kening yang
menonjol, hidung lebar, mulut besar dan potongan mukanya seperti muka kuda.
Alis tebal tetapi matanya kecil. Sungguh seorang wanita yang jelek sekali.

Kedua tangan wanita itu memegang semacam senjata. aneh. Tampaknya seperti
separoh dari belahan bola. Disebelah atasnya penuh diberi ujung tajam yang
panjangnya hanya satu dim, mirip duri. Warnanya kuning emas. Entah senjata
apa namanya itu.

Selekas berdiri tegak dihadapannya, Koan Sam Yang sudah menyambut dengan
tertawa sinis, "Sekarang terimalah sebuah seranganku! " – Cepat sekali dia
sudah menerkam dada wanita itu.

Nyonya Tian tiba2 telentangkan tubuh kebelakang hingga tubuhnya sampai


terbaring di tanah. Sudah tentu terkaman Koan Sam Yang hanya menemui angin
kosong. Tian toa-siocia (gadis tertua dari keluarga Tian) menendang dan
menyurut mundur seraya berseru mengejek, " Bagus, aka takkan membalas!"

Jelas ucapan itu ditujukan kepada Koan Sam Yang. Dia bergelar Selamanya-tak-
pernah-membalas, tetapi nyatanya sekarang dia melakukan serangan.

Koan Sam Yang mundur dan saat itu Tian toasiociapun melenting bangun lalu
menerjang lawannya. Pertempuran sengit berlangsung lagi.

Melihat itu Kun Hiap menjadi sibuk, serunya kepada Hui Giok. " Nona Tian, ilmu
kepandaian toaci-mu ternyata lebih unggul dari Koan Sam Yang."

" Bukan begitu, " jawab Hui Giok, “adalah karena toaci menggunakan senjata
Kim-wi-tho yang khusus untuk menghancurkan tenaga-dalam orang maka Koan
Sam Yang jeri juga sehingga kalah angin."

Tergerak hati Kun Hiap. Dia teringat entah kapan ayah dan mamanya pernah
menceritakan tentang senjata Kim-wi-tho itu. Karena ia lupa maka diapun tak
tahu dari mana dan bagaimana asal usul senjata itu.

Ketika memperhatikan kedua tangan Tian toa-siocia, ternyata seperti

mailto:22111122@yahoo.com 163
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

memancarkan sinar pelangi kuning. Karena cepatnya dia bergerak maka diapun (
Kun Hiap) sampai tak dapat melihat bagaimana bentuk senjata yang disebut Kim
wi-tho itu.

Keduanya bertempur seru sekali. Koan SamYang berkeliaran kian kemari dengan
amat cepat sekali. Setiap kali tampaknya seperti hampir termakan senjata Tian
toa-siocia, tetapi setiap kaii tentu dapat terhindar dari bahaya.

Setelah menyaksikan sampai beberapa saat, berkatalah Kun Hiap kepada Hui
Giok, "Nona Tian, rasanya meskipun bertempur sampai sehari suntuk, mereka
akan tetap begitu saja. Apakah kita ...”

Belum sempat Kun Hiap menyelesaikan kata-katanya, tiba2 Hui Yan sudah
berteriak, "Ji-ci, mengapa kita berdiri disini berpeluk tangan saja?"

Rupanya Hui Giok tersadar, "Ya benar, wa-laupun kita tak dapat
mengalahkannya agar lebih mendekat kepada toa-suci agar toa-suci dapat
menghantamnya."

Kedua taci-beradik itu serempak melesat kemuka. Kun Hiap tertegun. Saat itu
ketiga taci-beradik sudah mengepung Koan Sam Yang. Mereka berempat
bergerak cepat sekali sehingga sukar dikenali lagi yang mana Hui Giok, yang
mana Hui Yan.

Diam2 Kun Hiap mengeluh. Kalau dia melanjutkan perjalanan sendiri, dia kuatir
Hui Giok akan menyesalinya karena tak mau menunggu dan sama2 pulang
menemui mamanya.

Pada saat dia masih ragu, terdengar berulang kali Koan Sam Yang berteriak-
teriak, "Ho, pendekar2 cewek keluarga Tian sungguh lihay!"

Ternyata walaupun Koan Sam Yang masih berlincahan dengan tangkas tetapi
pelahan-lahan dia didesak Hui Giok dan Hui Yan semakin rapat pada Tian toa-
siocia. Sungguh berbahaya sekali.

Kun Hiap tahu bahwa dengan mengandalkan ilmu tenaga-dalam Sam-yang-cin-


gi, sekali Koan Sam Yang mau balas menyerang, tentulah ketiga kakak beradik
Tian itu akan kalah. Tetapi selama ini, tampaknya Koan Sam Yang memang
selalu menjaga gelarnya sebagai Selamanya-tak-pernah-membalas. Maka
meskipun terancam bahaya dia tetap tak mau membalas menyerang.

Sebenarnya Kun Hiap tak sabar lagi melihat jalannya pertempuran itu. Tetapi dia
sempat, memperhatikan bagaimana dalam keadaan seperti lolos dari lubang
jarum, beberapa kali Koan Sam Yang berhasil menghindari dari senjata kim-wi-

mailto:22111122@yahoo.com 164
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

thau Tian toasiocia.

Diam2 Kun Hiap menyadari bagaimana jauh. terpautnya kepandaiannya dengan


keempat orang itu. Dan setelah rumahtangganya mengalami perobahan, kelak
dia tentu harus berkelana. Pertempuran luar biasa seperti yang disaksikan saat
itu benar2 suatu pertempuran yang jarang terjadi di dunia persilatan. Belum
tentu kelak dia mendapat kesempatan untuk menikmati pertempuran semacam
itu lagi.

Memikir begitu,. diapun batalkan niatnya untuk pergi dan makin menaruh
perhatian untuk mengikuti jalannya pertempuran.

Memang ilmu kepandaian Kun Hiap tidak berapa tinggi tetapi otaknya cerdas.
Cepat sekali ia dapat mengetahui bahwa jurus2 yang dilancarkan kedua taci-
beradik Tian itu hanya jurus kosong. Pukulannya tak disentuhkan tubuh Koan
Sam Yang melainkan hanya meminjam tenaga pukulan untuk mendesak agar
Koan Sam Yang jangan sampai dapat menghindar dan melawan.

Sudah tentu hal itu membuat Koan Sam Yang menderita tekanan. Daa merasa
tak leluasa sekali untuk bergerak sebaliknya Hui Giok dan Hui Yan dengan
santainya menyerang.

Kun Hiap mendapat kesan bahwa kekalahan Koan Sam Yang hanyalah soal
waktu saja. Dari gerakan keempat orang yang bertempur itu serasa Kun Hiap
mengerti-tak-mengerti maka perhatiannyapun, makin tertumpah.

Sekonyong-konyong tampak Hui Yan melesat ke samping, kedua jari telunjuk


dan tengah sebelah kanan menusuk kedua mata Koan Sam Yang.

Koan Sam Yang bertubuh besar dan Hui Yan jauh lebih pendek. Oleh karena itu
waktu melancarkan tusukan kearah mata itu, Hui Yan harus melonjak keatas.
Tetapi tak terduga-duga, Koan Sam Yang malah mengendap kebawah dengan
begitu tusukan jari Hui Yan hanya lewat di ataa kepala tetapi tidak sampai
mengenai matanya. Apabila Koan Sam Yang mau, dengan mudah dia dapat
menghancurkan Hui Yan yang saat itu sedang terbuka pertahanannya karena
lengannya tengah di julurkan ke atas.

Hui Yan menyadari bahaya itu. Bahkan Kun Hiap yang menyaksikan itu tanpa
disadari telah berteriak memberi peringatan, " Lekas hantam ke bawah ...!"

Hui Yan julurkan kelima jarinya untuk di tamparkan kebatok kepala Koan Sam
Yang. Tetapi tepat pada saat itu, Tian toa-siociapun menerkam dada Koan Sam
Yang seraya berseru kepada adiknya, "Sam-moay, tarik tanganmu, jangan
sekali-kali memukulnya."

mailto:22111122@yahoo.com 165
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Ah, benar. Seketika Kun Hiap seperti disadarkan. Gelar Koan Sam Yang adaiah
Selamanya-tak-pernah-membalas. itu disebabkan karena tenaga Sam-yang-cin-gi
yang dimilikinya dapat meng-hancurkan tulang dan uratnadi tangan lawan yang
memukulnya.

Memang tadi Koan Sam Yangpun hanya mengendap kebawah sedikit dan seolah-
membiarkan batok kepalanya dihantam Hui Yan. Ternyata hal itu memang
disengaja. Dia memang hendak pasang siasat.

Ubun-ubun kepala merupakan bagian yang fatal dari manusia. Setiap jago silat
tentu takkan membiarkan batok kepalanya dihantam lawan. Hat itu memang
dijadikan alasan mengapa Koan Sam Yang yakin tentu dapat menyiasati |si dara,
Hui Yan tentu masuk perangkap.

"Sam-siocia, jangan!" cepat sekali Kun Hiap pun berteriak.

Rupanya seruan tacinya yang tertua dan Kun Hiap itu dapat menyadarkan Hui
Yan. Dara itu cepat menarik. Tetapi tiba2 Hui Gioklah yang terangsang. Entah
bagaimana tiba2 dia kibaskan kedua lengan bajunya seperti orang yang bernafsu
hendak menerjang ke muka. tetapi karena sangat bernafsunya, ujung lengan
bajunya telah menyampok siku lengan Hui Yan dan kebetulan mengenai jalan
darah Jia-cek-hiat.

Saat itu sebenarnya Hui Yan sudah hendak menarik pulang tangannya yang
hendak menghantam batok kepala Koan Sam Yang. Tetapi karena Jalandarah
Jia-cek-hwatnya tertampar ujung lengan baju Hui Giok, tenaga-murniyapun
kesumbat dan plak .... mau tak mau karena tak kuasa menarik lagi,
tangannyapun menampar batok kepala Koan Sam Yang, plak .....

Koan Sam Yang tertawa gelak2 lalu berdiri tegak. Peristiwa itu terjadi dalam
sekejab mata. Terdengar Hui Yan melengking aneh, tubuhnya melayang seperti
layang2 putus tali ....

Melihat itu Hui Giok loncat ke udara untuk menyambuti tubuh adiknya, "Sam-
moay, engkau kenapa? Sam-moay, engkau kanapa?" -- berulang kali dia
bertanya dengan nada yang gugup.

Kun Hiap tertegun. Pikirnya, dilihatnya tadi ujung lengan baju Hui Giok telah
menyerempet lengan Hui Yan. Apakah karena itu maka Hui Yan terdorong
sehingga terlanjur menabok kepala Koan Sam Yang? Tetapi mungkin Hui Giok
tak sengaja berbuat begitu. Dan karena melihat adiknya terlempar, dia tentu
gugup.

mailto:22111122@yahoo.com 166
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saat itu -Hui Giok membopong tubuh Hui Yan melayang turun ke tanah. Tampak
wajah Hui Yan pucat seperti kertas, matanya memejam. Jelas dara itu tentu
menderita luka-dalam yang parah.

Sambil gentak-gentakkan kaki ke tanah, Hui Giok berseru menyesali, Sam-moay,


toaci kan sudah memperingatkan, jangan turun tangan. mengapa engkau tetap
menghantamnya? Sekarang engkau terkena tenaga Sam-yang-cin-ginya, lalu
bagaimana?"

Merdengar itu, Kun Hiap terkejut. Dari kata-katanya, seolah Hui Giok tak merasa
bahwa tindakan Hui Yan sampai menampar kepala Koan Sam Yang itu,
disebahkan karena lengannya tertampar oleh ujung lengannya (Hui Giok).

Terdengar Hui Yan berkata dengan pelahan dan terputus-putus, "Jici .... aku ....
sendi-ri juga tak tahu apa sebab .... secara mendadak .... tak dapat menarik
tanganku .... “

"Toaci, sam-moay terluka!" tanpa mengacuhkan keterangan.Hui Yan, Hui Giok


berseru memberitahu kepada tacinya yang pertama.

Kun Hiap baru tahu kalau Hui Yan sendiri juga tak tahu sebabnya mengapa dia
sampai tak dapat mengendalikan pukulannya. Mungkin saja karena pada saat itu
sedang tegang, Hui Yan sampai tak sempat memperhatikan kalau lengannya
tersampok ujung lengan baju Hui Giok.

Saat itu Tian toa-siocia berulang-ulang berteriak aneh, rambutnya terurai dan
tubuhnya bergerak seperti terbang untuk menerjang dan menye-rang bertubi-
tubi kepada Koan Sam Yang.

Tetapi tokoh aneh itu tetap tertawa gelak2, "Nona Tian, lebih baik engkau
serahkan saja kuda besi kecil itu. perlu apa engkau simpan?'

“Bangsat tua," teriak Tian toa-siocia sengit, “kalau kusimpan berguna atau tidak
untukku, peduli apa engkau? Engkau telah melukai adikku, mana aku mau
membiarkan engkau pergi?"

Masih Koan Sam Yang tertawa terus, " kalau engkau tak mau membiarkan aku,
mampu apa engkau berbuat kepadaku?"

Saat itu dia hanya menghadapi Tian toa-sio-cia seorang. Sudah tentu ringan
sekali. itulah sebabnya maka. dia masih mempunyai luang untuk beraksi sambil
geleng2kan kepala."

Tiba2 Hui Giok berteriak, "Toaci, jangan menempurnya lagi! Harap lihat kemari,

mailto:22111122@yahoo.com 167
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sam-moay . . . berbahaya ...a . "

Dalam berkata-kata itu biji matanya berli-nang airmata. Memang layak kalau
seorang taci bersedih hati melihat keadaan adiknya menderita luka yang
sedemikian berbahaya itu.

Kun Hiap terkejut. Diam2 dia malu dalam hati.. Tadi dia dengan mata kepala
sendiri ikut menyaksikan peristiwa itu tetapi ternyata dia tak mampu mengetahui
jelas. Dia mendapat kesan bahwa Hui Giok memang sengaja hendak mencelakai
adiknya tetapi melihat keadaan Hui Giok yang begitu gugup, dia menganggap
bahwa tentulah Hui Giok juga tak tahu sendiri apa yang dilakukannya tadi.
Kemungkinan hanya secara kebetulan saja.

Memikir sampai disitu diam2 Kun Hiap malu hati karena ia telah menduga yang
tidak baik kepada Hui Giok

Mendengar Hui Giok berulang-ulang meneriakinya, Tian toa-siocia juga gugup,


serunya, "Ji-moay, sam-moay terkena getaran Sam-yang-cin-gi, aku juga tak
dapat menyembuhkan. Lekas saja engkau tutuk jalandarah Leng-tay-hiat dan
Hoa- kay-hiatnya. Dalam tiga hari ini lekas engkau bawa ke tempat mama, biar
mama yang menolongnya. Sekarang ini, biar bagaimana juga, aku harus
menempur bangsat tua ini!"

Koan Sam Yang tertawa terbahak-bahak, "Benar, mamamu dapat menolongnya


tetapi harus jangan sampai lewat tiga hari ini. Kalau sampai lebih dari tiga hari,
siapapun tak mungkin mampu menolongnya, Lekas pergilah!"

Hui Giok lalu menutuk kedua jalandarah di punggung adiknya. Setelah itu
dipanggul dan mengajak Kun Hiap, "Mari kita berangkat!"

Walaupun Kun Hiap segan dekat dengan Hui Yan tetapi pada saat itu melihat
wajah si dara pucat seperti kertas dan matanya memejam, mau tak mau dia iba
juga.

"Tetapi nona Tian, apakah dalam tiga hari kita bisa mencapai tempat itu? "
tanyanya dengan nada kuatir.

Sambil melesat kemuka, Hui Giok menjawab, "Kalau kami kerahkan seluruh
tenaga, pasti akan keburu."

Hui Giok bersuit panjang. Lima ekor kuda tegar bulu putih seperti salju muncul
dan lari menghampiri.

"Can kongcu, lekas naik kuda," seru Hui Giok yang terus melayang keatas seekor

mailto:22111122@yahoo.com 168
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kuda, Kun Hiap terpaksa mengiknti.

Beberapa kuda putih sama jenisnya dengan kuda putih yaiig digunakan Hui Yan
ketika menyamar menjadi lelaki dan menculik Kun Hiap ke tempat kediaman Poa
Ceng Cay. Ketiga beng-golan gunung Cin-nia memang memelihara kuda yang
bagus-bagus.

Begitu mencemplak, kuda putihpun segera membawa Kun Hiap terbang.. Waktu
lari beberapa tombak jauhnya, terdengarlah suara Koan Sam Yang berseru
kepadanya, "Hai, budak she Can, dahulu aku pernah berhutang budi kepada
bapamu, sampai sekarang belum dapat kubalas. Bebe-rapa tahun ini bapamu tak
kelihatan batang hi-dungnya. Kemungkman dia sudah menjadi setan hidung
belang, Budinya itu, kapan saja engkau hendak menagih kepadamu, asal engkau
bilang, tentu akan, kubayar!"

Pada saat Koan Sam Yang mengucapkan kata2 yang terakhir, kuda Kun Hiappun
sudah setengah li jauhnya. Tetapi Kun Hiap masih dapat mendengar.

Tiba2 tergeraklah hati Kun Hiap. Yang dimaksud Koan Sam Yang dengan
'bapamu' itu tentulah Can Jit Cui. Dengan begitu Koan Sam Yang tentu tahu
banyak tentang Can Jit Cui.

Tetapi saat itu Kun Hiap sudah terlanjur dibawa lari oleh kuda putih sehingga tak
mungkin lagi dia kembali untuk meminta keterangan kepada Koan Sam Yang.
Apa boleh buat terpaksa dia lanjutkan perjalanan dengan catatan, kelak kalau
ada kesempatan terhu lagi dia pasti akan bertanya.

Tiba2 dilihatnya kuda putih yang berada di depan memperlambat larinya. Cepat
dia menyusul.

"Tuh! dengar tidak tadi," seru Hui Giok, "Koan Sam Yang telah berhutang budi
kepada ayahmu .... Can Jit Cui!"

"Nona Tian, engkau . .. . sudah memastikan, kalau aku ini . . . anak dari Can Jit
Cui?"

"Tolol, setiap orang sudah tahu engkau ini puteranya siapa, hanya engkau
sendiri yang tak mau mengakui," seru Hui Giok.

Kun Hiap menghela napas, "Nona Tian, a ku .. . . bukan tak mengakui. Cobalah,
engkau pikir. Duapuluh tahun lamanya aku dibesarkan, mendadak orang yang
kuanggap sebagai ayahku itu tiba2 saja berobah menjadi musuh yang
membunuh ayahku. Sedang ayahku itti belum pernah ku-lihat dan selamanya
pun takkan dapat bertemu. Aku harus bertanya kepada setiap orang untuk

mailto:22111122@yahoo.com 169
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mengenal ayahku itu. Cobalah engkau pikir, apakah aku disuruh begitu saja
mengakuinya sebagai ayah kandungku?"

Hui Giok tertawa masam, "Walaupun engkau tak mau mengakui, pun percuma
saja. Nanti setelah bertemu dengan mamaku, beliau pasti tahu banyak sekali
tentang diri ayahmu. Ai, kalau Koan Sam Yang tidak mengganggu toaci-ku,
kemungkinan saja toaci juga tahu tentang Can Jit Cui."

"Mengapa Koan Sam Yang harus mencari perkara kepada toaci-mu?" tanya Kun
Hiap.

"Bukankah engkau sudah mendengar sendiri kalau dia hendak meminta sebuah
kuda besi kepada toaci? Entah apa yang dimaksud dengan kuda besi itu.
Memang di dunia persilatan banyak sekali peristiwa yang aneh."

"Aku tahu," seru Kun Hiap, "kuda besi itu adalah semacam mainan kuda yang
terbuat dari pada besi. Adalah karena benda itu maka Koan Sam Yang sampai
mengundang tokoh2 persilatan untuk datang di Istana Tua itu - . - . "

Kun Hiap secara singkat lalu menuturkan peristiwa yang dialaminya di Istana
Tua. Bahkan diapun mengatakan kalau dia sendiri juga mendapatkan sebuah
kuda besi. "'

"Coba kulihatnya," seru Hui Giok.

Kun Hiap segera mengambil benda itu dari dalam bajunya. Memang tampaknya
tak ada yang luar biasa pada kuda besi itu, kecuali yang hitam mengkilap.

Tetapi ketika Hui Giok memain-mainkan benda itu di tangannya, tampaknya dia
suka sekali, "Can kongcu, bagaimana kalau engkau berikan mainan ini
kepadaku?"

"Boleh saja," cepat Kun Hiap menjawab.

Hui Giok hendak menghaturkan terima kasih tetapi entah bagaimana ttba2
kudanya meringkik keras lalu rubuh ke tanah.

Hui Giok bersuit nyaring. Setelah menekan pada pelana, tubuhnya melambung
ke udara. Wa-laupun masih memanggul Hui Yan tetapi gerakannya masih lincah
sekali.

Kun Hiap terkejut Tejapi dia tak sempat menghentikan kudahya dan terus lari
maju. Setelah lima tombak jauhnya barulah dia dapat meng-hentikan kudahya
dan berpaling. Ternyata Hui Giok sudah berdiri tegak di tanah. Walaupun

mailto:22111122@yahoo.com 170
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mengalami peristiwa yang mengejutkan tetapi wajahnya masih tetap tenang.


Bahkan dia sibuk menca~ri kuda besi tadi.

"Kenapa?" tegur Kun Hiap.

"Ada orang melakukan serangan gelap kepadaku. Tolong sambuti sam-moay ini,"
serunya seraya menghampiri. Sekali bahunya bergetar, tubuh Hui Yan yang
berada di bahunya itupun melayang ke muka. Kua Hiap tergopoh-gopoh
membungkukkan tubuh ke bawah pelana untuk menyambuti.

Sedang disana Hui Giok sudah melesat seraya berteriak, "Hai, tikus dari mana
itu, berani menyerang gelap orang!"

Dia terus memburu maju dan pada lain kejab menerobos masuk kedalam hutan.

Sudah tentu Kun Hiap bingung. Kalau Hui Giok terlalu jauh mengejarnya dan
penyerang ge-lap itu tiba2 muncul di situ, bukankah dia tak mampu
menghadapinya?

Dia celingukan kian kemari. Apabila terjadi sesuatu yang berbahaya, dia terus
hendak mencongklangkan kudahya. Tetapi ternyata sekeliling penjuru sepi-sepi
saja.

Lebih kurang sepeminum teh lamanya, ma-sih juga Hui Giok belum muncul. Pada
saat itu terdengar Hui Yan berkata dengan suara lemah, "Mengapa .... berhenti?"

Kun Hiap menunduk- Dilihatnya wajah Hui Yan yang berada dalam pelukannya,
makin pucat lesi. Bibirnya merapat dan matanya meram.

Kun Hiap menghela napas, "Ada orang yang melakukan serangan gelap sehingga
kuda tacimu mati."

Entah bagaimana ketika melihat keadaan Hui Yan yang begitu mengenaskan,
rasa muak Kun Hiap terhadap dara itupun lenyap.

"Tacimu sudah mengejarnya, tentu takkan terjadi apa-apa, jangan kuatir," dia
menghibur si dara.

"Tetapi . . . kalau . .. . Kalau dia tak ... kembali?" tanya Hui Yan.

"Jangan berkata yang tidak2," jawab "Kun Hiap, "mengapa dia tak kembali?"

Tiba2 Hui Yan menghela napas lalu tertawa sedih, "Kupikir, kalau aku sampai
mati di tengah perjalanan, yang paling gembira sendiri tentulah, jici-ku. Karena

mailto:22111122@yahoo.com 171
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

aku tak dapat bersaing lagi dengannya."

"Nona Tian, kata-katamu itu sungguh keli-watan sekali . . . . " sebenarnya Kun
Hiap hendak mendampratnya tetapi melihat keadaan Hui Yan yang begitu
mengibakan, ia tak sampai hati dan hanya tertawa hambar saja.

"Jangan menuduh kalau aku ngoceh," ban-tah Hui Yan, Nanti pada suatu hari
engkau tentu akap tahu apa sebabnya."

Kun Hiap tak menyahut tetapi entah kena-pa tiba2 saja ia teringat mengapa Hui
Yan sampai menderita luka itu. Saat itu dia menyaksikan di pinggir. Dia seperti
mendapat kesan bahwa perbuatan Hui Giok itu memang disengaja hendak
mencelakai adiknya... Tetapi pada lain saat dia geleng-gelengkan kepala untuk
menghalau dugaan begitu.

Pada saat itu sesosok bayangan melesat dari gerumbul pohon dan terus loncat
ke punggung kuda yang dinaiki Kun Hiap. Dengan begi-tu kuda itu harus muat
tiga orang. Sekali keprak, kudapun lari. Walaupun harus membawa tiga orang
tetapi kuda itu tetap pesat larinya.

"Nona Tian," seru Kun Hiap yang tahu kalau nona yang naik dimukanya itu tak
lain adalah Hui Giok, "apa engkau sudah berhasil mengejarnya?"

"Tidak," sahut Hui Giok, "Kulihat sesosok tubuh melesat di sebelah muka. Ketika
kukejar dia sudah menghilang. Luka sam-moay berat sekali, jangan kita
menunda perjalanan ini karena mengurus gangguan dari orang yang licik."

Kun Hiap mendengus. Dia menunduk memandang Hui Yan. Hui Yan masih
pejamkan mata. Wajahnya menampilkan sikap yang sukar diterka.

Kuda mencongklang pesat sekali. Makin la-ma perjalanan itu makin memasuki
hutan belantara yang sepi. Lebih kurang tiga empat li, seko-nyong-konyong kuda
itu meringkik aneh lagi, kaki belakangnya menjungkat ke atas.

Kejadian itu terjadi dengan mendadak seka-li dan kuda itu menjungkat dengan
kuatnya. Mau tak mau Kun Hiap menjorong jatuh kemuka dan diluar
kehendaknya, tubuh Hui Yanpun terlepas jatuh terus terguling guling kebawah
dan membentur segunduk batu besar.

Kun Hiap terkejut sekali. Dengan sekuat tenaga dia loncat memburu. Tetapi
diapun tahu kalau kepandaiannya tak cukup. Ia merasa tak dapat menyambar
dan menghentikan tubuh Hui Yan. Satu-satunya jalan dia lalu menelingkupi batu
itu seraya memeluknya erat2. Dengan begitu nanti tubuh Hui Yan takkan
membentur batu melainkan mengenai dirinya.

mailto:22111122@yahoo.com 172
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada lain kejab dia rasakan tubuh Hui Yan menjatuhi tubuhnya, bluk . . . Dara itu
terguling jatuh dari ketinggian satu tombak. Ditimpah tubuh si dara yang cukup
berat, dada Kun Hiap yang tengkurap di batu terasa sakit bukan kepalang.
Seketika matanya berkunang-kunang dan terus tak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian ia mendengar suara Hui Giok melengking. Kun Hiap
mengangkat kepala memandang ke atas. Dalam cuaca yang remang-remang,
dilihatnya Hui Giok seperti orang gelisah.

"Apa .... apa ada orang yang menyerang secara gelap lagi?" seru Kun Hiap.

Tiba2 Hui Giok berseru dengan nada dingin, "Can kongcu, engkau telah
membunuh sam sumoayku!"

Sudah tentu Kun Hiap kaget seperti disam-bar petir. Dengan paksakan dirinya,
dia berseru gemetar, ”Aku . . . membunuh sam-kounio?"

Hui Giok condongkan tubuh sedikit dan menuding ke muka, "Lihatlah sendiri itu!"

Menurut arah yang ditunjuk si nona, Kun Hiap melihat tubuh Hui Yan melingkar
di tanah
tak berkutik lagi. Serentak Kun Hiap mengucurkan keringat dingin.

"Nona Tian, apakah dia . . . dia . ... . "

Hui Giok menghela napas, "Engkau memang tak hati2. Kuserahkan kepadamu
mengapa engkau membantigg ke tanah?"

Bermula Kun Hiap mengira kalau peristiwa itu tiada sangkut pautnya dengan
dirinya. Tetapi setelah mendengar tuduhan Hui Giok, Kun Hiap kelabakan
setengah mati.

"Apakah dia . . . dia sudah mati?" serunya gemetar.

"Mengapa engkau bertanya begitu?" kata Hui Giok sambil gentak2kan kakinya ke
tanah.

Kun Hiap melongo. Benar2 dia tak mengerti mengapa dia tak boleh bertanya
begitu. Tetapi karena saat itu perlu mengurus Hui Yan, diapun tak mau
berbantah dengan Hui Giok.

"Hayo, lekas kita tinggalkan tempat ini!” kembali Hui Giok berseru.

mailto:22111122@yahoo.com 173
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap memandang ke atas. Dilihatnya kuda putih tadi masih segar bugar tak
kurang suatu apa. Dia heran mengapa tadi kuda itu kaki belakangnya
menjungkat keatas. Kuda putih itu termasuk jenis kuda pilihan., mengapa wakta
lari tiba-tiba bisa beringas liar?

Kun Hiap paksakan diri berbangkit dan hendak menghampiri ke tempat Hui Yan.
Tetapi tiba-tiba Hui Giok membentaknya, "Sudah, jangan menghiraukannya lagi!”

Hampir Kun Hiap tak percaya apa yang didengarnya. Sesaat dia tegak seperti
patung.

"Engkau telah mengundang bahaya besar. Kalau mamaku tahu puteri


kesayangannya mati di tanganmu, mana mama akan mengampuni engkau?"
tanpa menunggu si anakmuda membuka mu-lut, Hui Giok mendahului berkata
lagi.

Kun Hiap pucat, serunya, "Nona Tian, eng... kau ..... kan tahu. Meskipun aku
tidak hati-hati .... tetapi bukan aku yang harus bertanggung jawab."

Hui Giok menghela napas dan menghampiri lalu mengeluarkan saputangan yang
harum untuk mengusap keringat di dahi Kun Hiap.

"Can kongcu," katanya dengan lemah lem-but, karena sudah terlanjur


melakukan kesalahan, kita harus berusaha untuk menutupi kejadian mi. Agar
kecuali aku dan engkau, jangan sampai ada orang lain yang tahu. Mengertikah
engkau?"

Diam2 Kun Hiap curiga. Misalnya, sudah tahu kalau adiknya tertimpah bahaya
maut, menga-pa Hui Giok tak kelihatan sedih? Dan lagi kuda putih itu masih
segar bugar, mengapa tadi secara tiba2 berobah buas? Dan ketika dia jatuh
bersa-ma Hui Yan apa saja yang dilakukan Hui Giok?

Kini Hui Giok mengajukan usul yang begi-tu aneh. Dia tak dapat berbuat apa2
kecuali menurut saja. Dia hendak bicara tetapi Hui Giok cepat mendahului,
"Kurasa tak perlu engkau gelisah. Siau-moay memang dicelakai Koan Sam Yang.
Dan engkau hanya melakukan kesalahan kecil karena kurang hati2 saja."

Sesaat tertegun diam barulah Kun Hiap berkata, "Apakah kita akan membiarkan
dia menggeletak disini saja?"

"Ya,” sahut Hui Giok.

Kun Hiap terkejut, "Kalau nanti mama dan toaci-mu bertanya, lalu ..... lalu
bagaimana kita akan menjawabnya?"

mailto:22111122@yahoo.com 174
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sengaja Kun Hiap tak mengatakan ' bagaimana" engkau akan menjawab',
melainkan dia menggunakan kata2 kita Berarti dia mau bergabung dengan Hui
Giok.

"Kita bilang saja," kata Hui Giok, "ditengah perjalanan karena lukanya terlalu
parah, dia menghembuskan napas terakhir."

"Tetapi sekalipun begitu, kita kan tidak dapat membiarkan dia ..." tiba2 Kun
Hiap-tak dapat melanjutkan kata2. Entah bagaimana hatinya serasa seperti
disayat.

"Ya, memang tidak," sahut Hui Giok, "akan kutaruhkan dia didalam gua. Harap
engkau berputar tubuh ke belakang, jangan melihatuya.

Kun Hiap menurut. Dia tak tahu bagaimana dan kemana Hui Giok akan
membawa jenasah adiknya. Dia hanya rasakan telinganya mendenging-denging
dan sayup2 terngiang pula suara Hui Yan yang lemah . . . , ' kalau aku mati di
tengah jalan, yang paling gembira sendiri adalah jici-ku'.

Tiba2 Kun Hiap berputar tubuh ke muka. Dilihatnya Hui Giok berjalan dengan
tenang.

"Dia .... dia?" seru Kun Hiap .tergagap-gagap.

"Sudah kukubur dengan baik2. Setelah bertemu mama, akan kuajak mama untuk
mencarinya lagi. Dengan begitu, engkau sudah bebas darr kesulitan," kata Hui
Giok.

Kun Hiap makin curiga. Dia rasakan hal itu seperti suatu komplotan tetapi ia tak
tahu bagai-mana persoalannya.

"Can kongcu," kata Hui Giok pula, "mama ku paling sayang kepada sam-moay.
Kalau beliau tahu sam-moay mati akibat engkau kurang hatihati, percayalah,
engkau pasti akan menderita seumur hidup. Hal ini, akan kubantu munutupi
kesalahanmu tetapi engkaupun jangan seka!i-kali mem-bocorkan pada lain
orang, tahu?"

Kun Hiap mengangguk, "Ya, tahu. Tetapi nona Tian . . . . "

Hui Giok menghela napas dan menukas.

"Tetapi bagaimana? Engkau tak tahu bagaimana perangai mamaku. Memang


tindakan untuk mengelabuhi mama ini kurang layak tetapi apa mau di kata, demi

mailto:22111122@yahoo.com 175
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kebaikanmu."

Karena apa yang hendak dikatakan Kun Hiap sudah diungkap oleh Hui Giok
maka pemuda itupun tak dapat bicara apa2 lagi. Dia hanya menghela napas.

Hui Giok menarik lengan pemuda itu untuk diajak naik kuda lagi dan terus
berangkat. Entah bagaimana serasa dalam hati, Kun Hiap merasa ada sesuatu
yang menindih. Beberapa kali Hui Giok mengajaknya bicara dia tak dapat
menjawab. Pikirannya hanya mengingat pada peristiwa yang telah terjadi.
Mengapa kuda pntih mendadak bisa berobah buas. Lalu Hui Giok lari mengejar
musuh kedalam hutan. Dan apa yang diucapkan Hui Yan mengenai diri tacinya.
Dan lain-lain.

Hari kedua pada waktu tengah hari, keduanya telah melintasi sebuah lembah
yang panjang. Jalanan makin lama makin curam dan berbahaya.

"Kita terpaksa harus turun dari kuda. dan melintasi puncsk gunung di muka itu,"
ksta Hui Giok. I

"Setelah melintasi puncak gunung, apakah sudah sampai?" tanya Kun Hiap.

"Tak jauh lagi," jawab Hui Giok, "setelah melintasi puncak gunung paling lama
sejam lagi, adalah aku dan .... engkau pertama kali bertemu dahulu."

Kun Hiap tertawa rawan. Diam2 dia meni-mang. Jika begitu, waktu yang dibatasi
hanya tiga hari tmtuk Hui Yan yang menderita luka itu, takkan keliwat...

Keduanya turun dari kuda dan Hui Giok lalu menepuk pantat kuda beberapa kali.
Kuda meringkik keras, melonjak dan terus lari pergi.

"Kuda itu memang tajam nalurinya. Meski-pun berjalan jauh tetapi mereka dapat
pulang lagi ke Cin-nia," kata Hui Giok.

"Aneh, kalau kuda itu sedemikian tajam nalurinya, mengapa ditengah perjalanan
bisa tergelincir sehingga aku dan . . . . Hui Yan dilempar jatuh?"

Hui Giok berpaling kesamping dan menggumam, 'Binatang tetap binatang. Setiap
saat bisa timbul keliarannya. Sudahlah, jangan membicarakan peristiwa itu lagi."

Kun Hiap hanya dapat menghela napas da-lam hati lalu melanjutkan perjalanan
dengan Hui Giok..

Setelah melintasi puncak gunung, haripun sudah menjelang petang. Kini mereka
berada di luar lembah. Serentak Kun Hiap teringat. Dulu dia datang kesitu

mailto:22111122@yahoo.com 176
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

karena dibawa Hui Yan. Tetapi sekarang ....

Mereka lalu memasuki lembah. Hui Giok berhenti dan berbisik, "Can kongcu,
demi kebaik-anmu sendiri. Kuharap engkau suka ingat baik2 apa yang kuusulkan
kepadamu tadi."

Menganggap bahwa Hui Giok bersungguh hati hendak melindunginya dari


kemarahan mamanya, Kun Hiap menghaturkan terima kasih, "Ya, pasti akan
kuingat. Nona Tian, kebaikanmu itu, pasti takkan kulupakan selama-lamanya.

Merah muka Hui Giok, sahutnya, " Ah, tak perlu begitu."

Hui Giok berpaling lalu berteriak, “Ma. ma, aku sudah pulang."

Dari dalam lembah terdengar suara sau-koh atau mama Hui Giok, "Pulang ya
pulang, mengapa harus berteriak-teriak?"

Sambil berjalan, Hni Giok berseru puta, "Ma, telah terjadi suatu peristiwa!"

"Peristiwa apa? Kalau langit roboh, kan ada orang yang bertubuh tinggi yang
menyanggahnya, perlu apa engkau bingung2 begitu!"

"Sam-moay meninggal!" seru Hui Giok.

Begitu mendengar keterangan itu, seketika tiada jawaban dari lembah. Hati Kun
Hiap berdebar keras. Wajah Hui Giok juga berobah pu-cat.

Hui Glok dan Kun Hiap menunggu dengan berdebar-debar bagaimana reaksi sau-
koh. Setelah menunggu beberapa saat baru terdengar wanita itu menghela
napas dan diluar dugaan dengan nada tenang dia berseru, "Sam-ah-thau mati?
Ji-ah-thau, apakah engkau bergurau?"

Wajah Hui Giok pucat dan sejenak memandang Kun Hiap, dengan suara gemetar
dia menjawab, "Ma, masa aku bergurau? Ini Can kongcu datang juga, Waktu
sam-sumoay meninggal, Can kongcu juga menyaksikan."

Kali ini suara sau-koh berobah, "Apakah sam-ah-thau mati ditangan Can
kongcu?"

Mendengar itu seketika gemetarlah Kun Hiap.

"Bukan," Hui Giok gopoh memberi keterangan, "di lembah Sam~sian-koh kami
dan toaci bersama-sama menempur Koan Sam Yang. Kare-na terlalu bemafsu,
sam-moay telah menampar batok kepala Koan Sam Yang . . . . "

mailto:22111122@yahoo.com 177
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mendengar itu Kun Hiap kerutkan dahi.'Memang yang diberitakan Hui Giok itu
tak jauh dari kenyataan. Tetapi kalau du mengatakan bah-wa Hui Yan ' terburu
nafsu’ , itu tidak benar.

Ttba2 sau-koh tertawa gelak2, "Tidak, sam-ah-thau takkan mati!"

Hui Giok dan Kun Hiap terkesiap, Kalau Kun Hiap tak mengerti apa yang
dimaksudkan sau-koh. Adalah Hui Giok terkesiap dan berobah wajahnya...
mqwa-;ahn ...

Sebelum keduanya sempat bicara, sau-koh sudah berseru pula, "Sam-ah-thau,


engkau sudah terluka berat, mengapa engkau pura2 mati supaya aku kaget?
Engkau sudah besar, mengapa masih ugal-ugalan begitu? Awas, kelak engkau
tentu mempunyai anak perempuan yang jauh lebih nakal dari engkau, biar
engkau tahu rasa!"

Suara itu makin lama makin cepat dan sebelum kumandangnya lenyap, dari
mulut gua muncul seorang wanita dengan wajah berseri-seri berjalan pelahan-
lahan. Melihat Kun Hiap, dia terus menegur, "Can kongcu, terhadap mamanya
sam-ah-thau juga berani mempermainkan, memang kurang ajar sekali budak itu.
Untung engkau sudah. tahu wataknya sehingga tak heran."

Diam2 Kun Hiap menghela napas! Mungkin di kolong langit ini tiada seorang
mama yang seperti itu. Kalau mendengar anak kesayangannya meninggal, tentu
akan kaget dan menjerit histeris mungkin pingsan. Tak ada seorang ibu yang
men-dengar berita tentang kematian anaknya, begitu gembira seperti sau-koh.

Demikian kesimpulan Kun Hiap. Tetapi pada lain kilas, ia mendapat kesan.
Mungkin karena bersedih, sau-koh sampai bertingkah begitu aneh. Kasihan.

Kun Hiap menghela napas, katanya, "Cian-pwe sam-siocia memang benar telah
meninggal."

Sau-koh tertawa gelak2, "Can kongcu, kalau menilik engkau ini seorang pemuda
jujur, sungguh tak kira kalau engkau juga berkomplot dengan mereka untuk
mengelabuhi aku. Ketahuilah, walaupuh sam-ah-thao terkena getar ilmu Sam-
yang-cin-gi dari Koan Sam Yang, tetapi dengan kepandaiannya sekarang, dia
tentu dapat bertahan sampai tiga setengah hari. Dari gunung Cin-nia kemari
hanya dua setengah hari. Maka apakah aku harus mempercayai keterangan
kalian itu? Sam-ah-thau, engkau bersembunyi di dalam gerumbul pohon, awas
ya kalau sampai digigit ular beracun!"

Kun Hiap terkejut. Dia berpaling. meman-dang Hui Giok. Dilihatnya wajah nona

mailto:22111122@yahoo.com 178
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

itu makin pucat sekali. Entah apakah bersedih memikirkan kematian adiknya
atau takut karena rahasianya diketahui mamanya.

"Ma," kata Hui Giok dengan paksakan nya-linya, "memang toaci dan Koan Sam
Yang menga-takan kalau sam-moay dapat bertahan sampai tiga hari tiga malam.
Tetapi di tengah jalan, dia'. . . . dia . . . . ternyata tak kuat , . . dan
menghembuskan napas terakhir ... . "

Wajah sau-koh pelahan-lahan berobah gelap, "Apakah bertemu dengan musuh


yang tangguh lagi?"

Kun Hiap mendapat kesan bahwa sau-koh itu seorang wanita yang tajam
perasaannya. Tak mungkin orang dapat mengelabuhinya. Walaupun andaikata
sekarang dapat menipunya tetapi toh pada suatu hari nanti dia tentu tahu juga.

Kun Hiap kebat kebit hatinya. Hampir saja dia hendak mengaku terus terang
tentang kecelakaan yang dialaminya, kuda mendadak liar dan melemparkan dia
bersama Hui Yan jatuh ke tanah.

Tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, ia merasa lengan bajunya telah
ditarik pelan oleh Hui Giok yang berada di sampingnya. Jelas nona itu
melarangnya bioara. Terpaksa dia hanya tertawa murung dan diam.

"Ya, memang kita telah mendapat serangan gelap dari musuh sehingga dua ekor
kuda yang kami naiki mati. Akupun sudah berusaha untuk mengejar penyerahg
gelap itu tetapi dia sudah menghilang," kata Hui Giok dengan nada beriba-iba.

Wajah cerah sau-koh berganti gelap dan dengan suara sarat dia berkata, "Apa
engkau tak da-pat mengenali bagaimana orang itu?"

"Orang itu luar biasa cepatnya,- Aku tak ber daya melihatnya," jawab Hui Giok.

"Sam-ah-thau . . . dia . . , dimana?" teriak sau-koh dengan melengking tinggi.

"Kuatir kalau melihatnya mama akan bersedih maka kutaruh jenasahnya dalam
terowongan sebatang pohon besar . . .

Biau-koh mendengus. Sekonyong-konyong sabuk pinggang sutera putih yang


melilit di ping-gangnya, melayang keluar seperti seekor ular dan melilit siku
lengan Hui Giok. Dan tahu2 Hui Giofe seperti ditarik kemuka sehingga
terhuyung-huyung. .

"Ma, engkau ....," teriak Hui Giok dengan pucat sekali.

mailto:22111122@yahoo.com 179
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

'"Ji-ah-thau, engkau mau mengelabui aku, ya?" teriak biau-koh dengan nyaring
sehingga .telinga Kurt Hiap hampir pecah.

Melihat adegan itu diam2 Knn Hiap menge-luh bahwa tak mungkm dapat
mengelabuhi wanita tua sakti itu. Buru2 dia berseru, "Cianpwe ..."

Tetapi baru dia berkata begitu dilihatnya Hui Giok menyusupkan tangan kiri ke
belakang punggung dan beberapa kali bergoyang-goyang, memberi isyarat agar
Kun Hiap jangan bicara. Terpaksa Kan Hiap diam lagi.

"Ma, jenasah sam-moay masih berada dalam lubang pohon. Apakah dia mati
karena terkerna tenaga Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang, engkau dapat
memeriksanya sendiri. Tetapi engkau begitu tak percaya kepada, aku lalu
bagaimana aku . . . . . aku punva muka bertemu orang lagi?" - Sambil berkata,
Hui Giok menangis.

Diam,2 Kun Hiap memuji kelihayan Hui Giok bersandiwara. Andaikata dia yang
menerima keterangan itu, tentulah dia akan percaya penuh. Tetapi menilik wajah
sau-koh jelas wanita itu belum begitu percaya. Diam2 Kun Hiap heran, Hui Giok
dan Hui Yan itu puteri saukoh tetapi mengapa wanita itu lebih menyayangi Hui
Yan dari pada Hui Giok. Buktinya walaupun dengan mencucurkan airmata
membari keterangani tetap Hui Giok tak dipercaya.

"Bawa aku kesana!" bentak saukoh.

Sesaat mendengar bentak itu, tiba2 mata Kun Hiap serasa bersinar karena
terlanda setiup angin yang menghambur disampingnya. Dan tahu2 wanita itu
bersama Hui Giok sudah berada tiga tombak jauhnya. Cepatnya seperti angin
saja.

"Cianpwe!" teriak Kun Hiap. Tetapi wanita itu tanpa berpaling menyahut,
"Engkau tunggu sa-ja di lembah ini . . . . "

Dan pada lain kejab ibu dan anak itupun sudah tenyap dari pandang mata.

Semula Kun Hiap mengira begitu mendengar berita kematian Hui Yan, wanita itu
tentu bersedih sekali. Siapa tahu ternyata wanita itu malah pena-saran. Apa
boleh buat Kun Hiap terpaksa harus –menunggu di lembah situ.

Dengan menghela napas, diapun mulai ayunkan langkah pelahan-lahan masuk


kedalam lembah. Dia pernah mengikuti Hui Yan datang kesitu.

Kini keadaan- di lembah itu tetap seperti dulu tetapi orangnya (Hui Yan.) sudah
tiada. Diam diam Kua Hiap merasa sendu perasaannya.

mailto:22111122@yahoo.com 180
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sambil menunduk dia memasuki sebuah ruangan batu. Setelah itu baru dia
mengangkat muka. Ketika memandang ke muka, kejutnya bukan kepalang
sehingga dia sampai menyurut selangkah.

Di tengah ruang itu tampak seseorang sedang duduk bersila. Kun Hiap serentak
berseru, "Biau-koh suruh aku menunggu disini. Tanpa sengaja aku telah masuk
kemari . . . . "

Tetapi baru berkata setengah bagian, tiba-tiba dia tertawa. Ternyata yang duduk
itu bukan manusia melainkan sebuah patung. Karena menge-nakan pakaian
maka sepintas pandarig menyerupai seperti orang.

Patung itu dahinya lebar, hidung mekar dan bermata kecil seperti tikus.
Bentuknya mirip dengan Tian toa-siocia atau puteri biau-koh yang tertua.

Di belakang patung terdapat sebuah meja panjang. Ah, meja sembahyangan


karena terdapat dupa dan tempat abu. Pada tempat abu itu tertulis huruf yang
berbunyi ' Tempat abadi dari sianhu (meadiang suami) Tian Put Biat.

Kun Hiap tertegun dan mundur beberapa langkah lagi. Keringat dingin mengucur
deras. Tanpa disadari dia menjerit lalu mundur dan terus lari keluar.

Waktu memastiki ruang batu tadi, dia hanya menurutkan langkah kakinya saja.
Dia tak merasa kalau tadi dia harus berbiluk beberapa tikungan, Sekarang waktu
dia ketakutan dan hendak lari ke luar, beberapa kali dia hampir membentur
dinding batu -dan karena gugup dia sampai tak dapat menemukan jalan keluar.
Dia semakin gugup. Setelah pontang panting tak karuan akhirnya dapat juga dia
keluar.

Begitu tiba di tempat terbuka, dia terhu-yung-huyung jatuh ditanah. Dia bangkit
tetapi ja-tuh lagi, bangkit jatuh lagi. Setelah dia loncat ba-ngun tiba2 dia merasa
dimukanya seperti terdapat sepasang kaki orang.

Dia mengangkat kepala, memandang kedepan.. Ternyata pemilik dari sepasang


kaki itu seo-rang lelaki yang bertubuh tinggi kurus tetapi kepalanya kecil
sehingga aneh dipandang. Orang itu tak lain adalah si Selamanya-tak-pernah-
membalas Koan Sam Yang.

"Ih, budak kecil, " desis Koan Sam Yang, mengapa engkau begitu gugup sekali?
Apakah eng kau bertemu setan?"

Lidah Kun Hiap serasa kelu, "Tian .... Tian . .. Tian ..." - dia hanya dapat menga-
takan sepatah kata Tian. Beberapa saat kemudian baru dapat menambahkan

mailto:22111122@yahoo.com 181
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lagi, " Tian Put Biat!”

'' Hayo,” teriak Koan Sam Yang melonjak kaget, wajahnya berobah seketika, "
Dimana Tian Put Biat?"

Waktu melonjak ke udara, tanpa melayang turun ke tanah dia terus bergeliat
melesat ke mu-ka sampai lima tombak. Dan begitu melayang turun di tanah,
tangannya menekan tanah sehingga tubuhnya melambung ke atas lagi seraya
.berseru "Tian Put Biat berada di sini!''

"Dia sudah meninggal," seru Kun Hiap.

Mendengar itu laju luncur tubuh Koan Sam Yang berhenti. Tubuh tegak lurus
dan meluncur turun ke tanah, kemudian menghela napas longgar, "Sudah mati?
Oh, ya, memang Tian Put Biat sudah mati. Semua orang tahu hal itu. Ih,
sungguh memalukan, Tian Put Biat yang sudah mati masih dapat membuat Koan
Sam Yang kucurkan keringat dingin!"

Dia melesat ke muka dan memaki Kun Hiap, "Budak busuk, Tian Put Biat kan
sudah mampus, mengapa engkau menyebut namanya? "

Kun Hiap menghela napas, "Sungguh tak ku-kira kalau ayah mereka itu ternyata
Thian Pit Hong dari gunung Bi-ih-san. Dia bergelar Tian Put Biat si Tidak-akan-
lenvap.."

Kembali Koan Sam Yang menghela napas longgar dan wajahnyapun mulai
tenang, "Biau-koh, mengapa puterimu bersahabat dengan orang, tak maa
memberitahukan nama ayahnya? Lihat- dia sampai ketakutan setengah mati,
Sungguh keterlaluan sekali!"

Tepat pada saat itu terdengar suara yang ngeri dan seram melengking tajam.

"Biau-koh, lekas keluar dan kasih tahu kepada puteri sulung kesayanganmu itu
kalau adiknya tak bakal mati. Dia mati-matian mengejar aku sampai kehabisan
jalan nih."

Sambil berteriak itu Koan Sam Yang menu-ju ke mulut lembah dan berdiri tegak
disamping segunduk batu besar.

Kun Hiap tak mengerti akan gerak gerik tokoh aneh itu. Tiba2 dari mulut lembah
berkelebat sesosok bayangan dan tahu2 Tian toa-siocia sudah menerjang masuk.

Tiba2 Koan Sam Yang muncul dan terus gerakkan tangan kanannya untuk
menutuk jalan-darah di punggung Tian toa-siocia. Tian toa-sio-cia merasa kalau

mailto:22111122@yahoo.com 182
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dirinya hendak diserang secara menggelap. Cepat dia berputar tubuh. Tetapi
terlambat. Baru berputar separoh bagian, wataupun jari Koan Sam Yang belum
mengenai tetapi tena-ga Sam-yang-cin-ginya sudah memancar. Kek-gong-tiam-
hiat atau ilmu menutuk jalandarah dari jauh. demikian ilmu yang digunakan Koan
Sam Yang. Seketika jalandarah Tian toa siocia tertutuk dan setelah berputar-
putar beberapa kali, barulah dia jatuh ke tanah.

Koan Sam Yang tertawa lalu kebutkan lengan baju untuk menahan jatuhnya
tubuh Tian toa-siocia sehingga tak sampai jatuh telak tetapi pelahan-lahan rebah
di tanah.

Waktu menggeletak di tanah, sepasang mata Tian toa-siocia mendelik. Jelas dia.
marah sekali tetapi karena jalandarahnya tertutuk, dia tak da-pat berbuat apa2
kecuali melototkan mata.

"Aku telah melukai Tian sam-siocia, ,tak berani lagi mencelakai Tian toa-siocia,
Biau-koh, mengapa engkau tak mau keluar?" teriak Koao Sam Yang. '"

Saat itu baru Kun Hiap berani membuka mulut, "Biau-koh tidak ada di sini.”

"Celaka," Koan Sam Yang terkejut, " kema-na dia? Luka sam-siocia hanya tahan
tiga hari. Kalau dia tak dirumah...”

“sam-siocia sudah mati," Kata Kun Hiap.

"Ngaco!" beritak Koan Sam Yang, "aku hanya gunakan lima bagian dari tenaga
Sam-yang-cin-gi untuk menggentakkan. Bagaimanapun dia tentu dapat bertahan
tiga hari. Heh, engkau kira aku benar2 berani menyalahi Hujin {nyonya) yang
digelari sebagai momok nomor satu di dunia persilatan?"

Kun Hiap tahu yang dimaksud dengan wanita momok nomor satu di dunia itu
adalah Biau-koh. Dia tertawa dingin, “Kalau begitu lebih baik engKau lekas2
kabur jauh saja! Sam siocia memang benar2 meninggal."

Koan Sam Yang tertegun. Tiba2 dia meng-hampiri ke tempat Tian toa-siocia dan
berjongkok terus ulurkan tangan hendak merogoh ke baju Tian toa-siocia. Tetapi
tiba2 ditariknya dagu. Wa-jahnya ketakutan, serunya, " Celaka, celaka! Kalau
Gong Gong Tin tahu, tentu celaka, ha, ha!"

Dia mengangkat muka dan menuding Kun Hiap, "Aku minta tolong kepadamu.
Ambilkanlah sebuah kuda besi dari bajunya dan berikan kepadaku. Dengan
begitu aku berhutang dua macam budi kepadamu. Kelak kalau engkau perlu
bantu-anku, aku tentu takkan menolak."

mailto:22111122@yahoo.com 183
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Selamanya-tak-pernah membalas, Koan Sam Yang termasuk tokoh yang paling


menonjol didunia persilatan. Kalau dia mengatakan begitu sudah tentu suatu
keuntungan bagi Kun Hiap.

Tetapi permintaan Koan- Sam Yang yang kelihatannya sepele saja itu ternyata
sukar bagi Kun Hiap untuk meluluskan. Dia tertegun diam.

"Hai, lekas lakukan," teriak Koan Sam Yang.

Kun Hiap gelengkan kepula, "Maaf, aku tak dapat."

''Goblok, hanya begitu saja masa engkau ta-kut? Apa takut kalau dia akan
memakanmu?" teriak Koan Sam Yang.

Diam2 Kun Hiap menimang. Kalau dia menolak, Koan Sam Yang tentu akan
mendesak. Mengapa dia tak mau melakukan perintah itu saja? Bukankah dia
nanti mempunyai kesempatan untuk membuka jalandarah Tian toa-siocia yang
tertutuk agar nyonya itu dapat segcra menghalau Koan Sam Yang?

Setelah mengambil putusan begitu, dia, terus menghampiri ke tempat Tian toa-
siocia.

"Kuda besi kecil itu tentu berada dalam bajunya. Mudah saja engkau
mengambilnya," seru Koan Sam Yang.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan Koan Sam Yang, Kun Hiap menjawab,
"Bukankah ku-da besi itu hanya seperti mainan anak2? Perlu apa engkau hendak
mengambilnya?"

Koan Sam Yang tidak menyahut melainkan tertawa gelak2. Dia gembira sekali.
Kun Hiap berjongkok dan ulurkan tangan, plak . . . tiba2 dia menampar sekeras-
kerasnya pada jalandarah Ki-hu-hiat di bahu Tian toa-siocia. .

Jalandarah Ki-hu-hiat itu, menembus keatas pada jalandarah Gi-ham-hiat dan ke


bawah pada jalandarah Gi-jong-biat. Begitu dihantam sekeras-i kerasnya oleh
Kun Hiap, jalandarah Tian toa-siociapun segera terbuka.

"Hai, budak bangsat, engkau melakukan apa itu?" teriak Koan Sam Yang seraya
maju mener-jang.

Setelah jalandarahnya terbuka, tangan kiri Tian toa-siocia menekan ke tanah,


tangan kanan mencekal siku lengan Kun Hiap terus dilempar dan sepasang
kakinya susul menyusui menendang dada Koan Sam Yang.

mailto:22111122@yahoo.com 184
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sungguh suatu adegan yang menarik sekali. Gerakan yang dilakukan Tian toa-
siocia itu ham-pir serempak pada satu saat. Dengan meminjam tenaga tekanan
ke tanah itu, tubuhnya melenting bangun dan lemparannya itu membuat tubuh
Kun JHiap melayang tinggi dan jauh tetapi tak sampai menderita cidera.

Karena disambut dengan tendangan oleh Tian toa-siocia, terpaksa K.oan Sam
Yang hentikan gerakannya. Dia membiarkan kedua tendangan itu mengenainya,
- baru dia hendak gerakkan tenaga Sam-yang-cin-gi untuk melukainya. .

Tetapi ternyata walaupun wajahnya jelek, ilmu kepandaian Tian toa-siocia itu
hebat sekali. Dia dapat menghadapi setiap perobahan dengan cepat.

Dua buah tendangan yang dilakukan Tian toa-siocia itu hanyalah untuk
mendahului serangan lawan. Tetapi diapun tahu kalau tendangannya sampai
mengenai, dia sendiri yang akan menderita.

Tendangan kaki kirinya tiba2 dihentikan setengah jalan dan tendangan kaki
kanan dikenakan pada kaki kiri. Dengan meminjam tenaga tendang-an itu
tubuhnya metuncur ke belakang sampli beberapa langkah. Sepintas mirip
dengan sebuah meteor terbang.

Koan Sam Yang terkejut. Dia tak menyang-ka sama sekali kalau Tian toa-siocia
mempunyai kepandaian yang sedemikian hebatnya. Dengan berteriak aneh dia
terus mengejar. Tetapi saat itu Tian toa-siocia sudih berdiri tegak dan sudah siap
dengan senjata Kim-wi-thau. Begitu Koan Sam Yang datang, terus saja
disambutnya dengan han-taman dan terkaman.

Rupanya Koan Sam Yang lupa bagaimana lihaynya senjata Kim-wi-thau itu.
Tahu.2 matanya silau dengan sinar kuning pelangi yang sudah tiba di depan
hidungnya. Dia berteriak aneh dan terus melesat ke samping..

Saat itu Kun Hiap sedang bergeliatan jung-kir balik di udara. dia berusaha untuk
memperbaiki posisi tubuhnya agar jangan sampai terban-ting jatuh di tanah.
Secara kebetulan ketika Koan Sam Yang melesat menghindar ke samping tadi,
dia berada tepat di tempat Kun Hiap akap.melayang jatuh.

"Budak busuk, hantamlah dia," teriak Tian toa-siocia kepada Kun Hiap.

Adalah karena berterima kasih kepada Kun Hiap yang telah membuka
jalandarahnya tadi maka Tian toa-siocia mau memberi petunjuk kepada Kun
Hiap.

Tetapi ketika melihat Koan Sam Yang berada di bawahnya, Kun Hiap sudah
gugup. Sekali mendengar teriakan Tian toa-siocia tetapi dia tetap terkesiap.

mailto:22111122@yahoo.com 185
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Koan Sam Yang tertawa gelak2 dan ulurkan tangan menerkam pinggang Kun
Hiap. Koan Sam Yang bertubuh tinggi besar maka waktu mener-kam Kun Hiap
tadi, tangannya tidak menjulai ke bawah. Dia malah mengangkat tubuh si
anakmuda ke atas 'kepalanya.

Kun Hiap rasakan tubuhnya lemas lunglai tak punya tenaga sedikitpun juga ......

(bersambung ke jilid 7).

Setelah mengangkat tubuh. Kun Hiap keatas, Koan Sam Yang tertawa
mengekeh, "Heh, heh, budak busuk, sebenarnya aku berhutang sebuah budi
kepadamu. Kalau tadi engkau mendengarkan perintahku, aku berhutang budi
lagi hingga dua kali. Budak busuk, aku orang she Koan sebenarnya berhutang
budi duakali kepadamu, seumurhidup boleh dikata engkau pasti menikmati
keenakan. Tetapi karena engkau berani menghianati aku, maka hutang budi
kepadamupun sudah impas. Kalau kubantingmu engkau bakal jadi apa?"

"Aku . . . akan jadi apa?" seru Kun Hiap gugup.

Koan Sam Yang tertawa, "Engkau pasti hancur lebur terkena tenaga Sam-yang-
cm-gi. Begitu tiba di tanah, engkau pasti akan jadi gumpalan darah."

Mendengar itu, menggigillah Kun Hiap. Dia tak berani bicara lagi. Dia hanya
merasa kalau tangan Koan Sam Yang mulai melayang ke ba-wah dan
tubuhnyapun mulai berayun ke tanah.

Dalam saat2 yang berbahaya itu, tiba2 Tian toa-siocia berseru keras, "Tunggu!"

Kun Hiap rasakan luncuran tubuhnyapun tiba2 berhenti. Ketika membuka mata,
dia hanya terpi-sah setengah meter dari tanah.

“Bukankah- tujuanmu hendak menghendaki kuda besi itu?” seru Tian toa-siocia.

"Tentu saja," sahut Koan Sam Yang, "aku lebih suka enak2 tinggal di pulau Moh-
hun-to, tetapi berada disini dan menderita hinaan dari seorang budak kecil,
apalagi kalau bukan karena kuda besi itu."

Tian toa-siocia tertawa dingin, "Kurasa engkaupun tak mungkin dapat


mengumpulkan kedelapan kuda besi itu. Lepaskan dia nanti akan kuberimu.."

"Kasih aku dulu baru nanti kuletakkan dia dengan baik2," seru Koan Sam Yang.

mailto:22111122@yahoo.com 186
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tian toa-siocia merogoh kedalam baju dan terus melemparkan sebuah mainan
kuda besi sebesar kepalan tangan. Koan Sam Yang menyambutinya. Sejenak
memeriksa, dia tertawa panjang dan terus meletakkan tubuh Kun Hiap.

Dia bersuit panjang. Seekor keledai lari menghampiri- Sekali ayunkan tubuh,
Koan Sam Yang hinggap di punggung keledai. Binatang itu-pun segera
mencongklang dan dalam beberapa sa-at sudah lenyap dari pandang mata.

Setelah tokoh aneh itu pergi barulah Kun Hiap dapat bernapas longgar.
Didengarnya Tian toasiocia berkata, “Eh, bagaimana engkau?"

Dengan tersipu - sipu malu Kun Hiapa. menyahut, " Terima kasih atas
pertolongan Gong hujin. Aku menyesal sekali karena engkau harus kehilangan-
sebuah kuda besi. Sebenarnya aku juga punya sebuah tetapi sayang sudah
kuberikan orang. Kalau tidak, tentu akan kuhaturkan kepadamu, Gong hujin."

Tian toa-siocia terbeliak. "Engkau juga punya satu? Tak mungkin! Dari mana
engkau. mendapatkannya? "

"Koan Sam Yang pernah mengundang beberapa tokoh silat ternama untuk
berkumpul di Istana Tua. Di istana itu- telah timbul bermacam kejadian yang
aneh sehingga Lui Toa Gui dari marga Lui sampai mati. Kuda besi yang kumiliki
itu kudapatkan dari tangan Lui cungcu itu."

Tian toa-siocia kembali tertegun. Berulang kali seri wajahnya berubah-ubah dan
akhirnya berseru gugup, "Siapa saja yang diundang Koan Sam Yang?"

"Antara lain Siluman-cantik Pek Ing Ing dari gunung Thay-san. Naga-sakti Nyo
Hwat ketua partai Hoa-san-pay itu, kaucu ketua partai agama Thian-sim-kau dari
gunung Bu-ih-san. Kera-sakti Thian-san Lo Pit Hi . . .“

Setiap Kun Hiap menyebut sebuah nama tentulah, wajah Tian toa-siocia menjadi
suram dan makin suram. Sebenarnya kalau dinilai dari ilmu kepandaian,
seharusnya Tian toa-siocia tidak dibawah tokoh2 yang dikatakan Kun Hiap itu.
Seharusnya Tian toa-siocia tenang2 saja. Kalau airmukanya sampai berobah,
tentulah ada sebabnya.

"Gong hujin, apakah engkau tak enak ba-dan?" tegur Kun Hiap.

"Uh, apakah beberapa tokoh itu saja?" ba-las Tian toa-siocia.

"Masih ada seorang lagi ..."

Dengan memaksakan tertawa, Tian toa-siocia berseru menukas, "Bukankah

mailto:22111122@yahoo.com 187
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ketua partai Ceng-shia-pay Thian Go lojin?"

"Ya, benar, kiranya engkau sudah tahu sendiri.

Ternyata apa yang telah dialami Kun Hiap selama tersesat masuk kedalam Istana
Tua hingga akhirnya bertemu si dara Hui Yan, telah diceritakan si dara kepada
toa-cinya ata Tian toa-siocia itu.

"Hm, kiranya dia sudah mendengar semua. Sungguh tak gampang, Tian toa
siocia berkata seorang diri.

“Siapa yang mendengar semua?" tanya Kun Hiap.

Cepat2 Tian toa-siocia mengalihkan persoalan, "Ah, tak apa2. Engkau berikan
siapa kuda besi itu?"

Mendengar itu diam2 Kun Hiap bingung. Kalau dia berterus terang mengatakan
kuda besi itu dia berikan kepada Tian Hui Giok, dalam kedudukannya sebagai
saudara yang tertua kemungkinan Tian toa-siocia akan meminta benda itu dari
tangan Tian Hui Giok.

Kun Hiap mendapat kesan betapa sayangnya Hui Giok akan mainan kuda besi
itu. Haruskah dia mengatakan terus terang kepada Tian toa-sio-cia?

Melihat Kun Hiap bersangsi, Tian toa-siocia tak mendesak lagi, "Kalau engkau tak
mau mengatakan, tak apalah. Tetapi, jangan engkau bilang kepada orang lain
juga.. Ingat, sekali orang mendengar hai itu, orang yang engkau beri KUDA BESI
itu tentu akan terancam bahaya maut."

Kun Hiap terkejut sekali, "Apa?"

"Mengandung bahaya maut. Apakah engkau tak tahu bagaimana Koan Sam Yang
mati-matian mengejar benda itu dari tanganku? Dan aku berani mengatakan
bahwa dalam pertemuan di Istana Tua itu tentu muncul seorang tokoh yang
misterus.”

"Benar," teriak Kun Hiap serempak, "setelah Lui Toa Gui mati, Kera-sakti Lo Pit
Hi juga meninggal. Dan masih terdapat seorang yang misterius, mukanya
mengenakan kain kerudung. "

Tiba2 Tian toa-siocia menerkam lengan Kun Hiap, "Orang.-berkerudung.


Bagaimana bentuk wajah orang misterius itu?"

Kun Hiap meringis "kesakitan karena diterkam Tian toa-siocia, "Lepaskan dulu!

mailto:22111122@yahoo.com 188
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Karena mukanya ditutup kain kerudung, bagaimana aku bisa melihatnya?"

Karena gugup, pertanyaan Tian toa-siocia tadi sampai ngawur. Cepat dia
berganti pertanyaan, "Bagaimana perawakannya?"

"Hampir sama dengan Kera-sakti Lo Pit Hi." jawab Kun Hiap.

Dengan suara agak gemetar berkatalah Tian toa-siocia, "Engkau.... melihatnya?"

"Malah aku berdebat dengan dia," seru Kun Hiap.

Tian toa-siocia memandang Kun Hiap beberapa kali dan bertanya, "Engkau...
tidak takut?-"

Melihat Tian toa-siocia begitu gentar, Kun Hiap menduga tentulah tokoh
misterius itu seorang yang luarbiasa, katanya, "Aku tak tahu siapa dia, mengapa
aku harus takut?"

Tian toa-siocia menghela napas..

Selanjutnya janganlah engkau mengatakan diri orang misterius itu kepada orang
lain, tahu tidak?" katanya pula.

Melihat Tian toa-siocia memesannya begitu serrus, Kun Hiap menduga tentu ada
apa-apanya dalam soal itu. Diapun hanya mengiakan saja.

"O, ya, aku lupa bertanya, Apa keperluanmu datang kemari?" tanya Tian toa-
siocia.

"Aku hendak bertemu Biau-koh," kata Kun Hiap.

"Perlu apa engkau hendak menemui mama-ku?"

Kun Hiap tertawa masam, "Aku hendak menanyakan seseorang kepada beliau."

"Kalau begitu mengapa engkau tak pergi ke tempat mama, melainkan mondar
mandir di lembah ini?" tegur Tian toa-siocia.

"Aku sudah menemui beliau, tetapi ...."

"Bicara yang jelas, jangan plegak-pleguk seperti itu," beritak Han toa-siocia.

Kun Hiap menghela napas panjang, "Sam-siocia telah .... tertimpa malapetaka.
Biau-koh dan ji-siocia sedang mencari jenasahnya."

mailto:22111122@yahoo.com 189
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tian toa-siocia meraung keras dan menampar muka Kun Hiap. Sebelum
tamparan tiba, anginnya sudah melanda sehingga membuat Kun Hiap
sempoyongan dan jatuh ke samping. Memang dia tak terkena tamparan itu
tetapi karena Tiao toa-siocia terlalu besar menggunakan tenaga hingga anginnya
menampar Kun Hiap jatuh.

"Engkau berani menghina sam-sumoayku?" serunya.

Sambil berbangkit, Kun Hiap menyatakan, “Ya, memang sungguh begitu."

Tian toa-siocia tertegun seperti patung, "Kalau begitu, Koan Sam Yang itu hanya
mencelakai sam-sumoayku?" ia menegas.

Mulut Kun Hiap berkomat kamit tetapi tak berani menceritakan apa yang terjadi
di perjalanan.

Tian toa-siocia kerutkan alis, "Ah, tak mungkin. Dia masih dapat bertahan selama
tiga hari. Mengapa di tengah perjalanan sampai meninggal?"

"Mungkin tubuhnya lemah sehingga tak kuat bertahan," kata Kun Hiap
menyelidik.

"Kentut!" damprat Tian toa-siocia, "dia paling disayang kedua orangtuaku. Begitu
dia lahir, ayah terus berkelana ke delapan penjuru untuk mencarikan daun obat
yang istimewa khasiatnya. Dengan daim2 obat itu tubuh sam-sumoay siang
malam direndam sehingga tulang dan urat-uratnya mungkin tiada manusia di
dunia yang mampu menandingi. Sekalipun dia terkena pancaran tenaga Sam-
yang-cin-gi tetapi dia tentu masih kuat bertahan tiga hari. Pula andaikata dia
diserang orang lain lagi, tak mungkin dia akan mati."

"Kalau .... kalau jatuh dari kuda?" tanya Kun Hiap dengan berbisik.

"Juga takkan mati . . . apa? Dia jatuh dari kuda?" teriak Tian toa-siocia.

"Tidak, tidak!' Kun Hiap gopoh berseru.

Dan dia hanya mengatakan ‘tidak', tanpa ada lanjutannya. Memang dia sedang
dilanda kecurigaan mengenai peristiwa Hui Yan jatuh dari kuda itu.

Untung saat itu Tian toa-siocia tidak memperhatikannya melainkan berkeliaran


memandang kian kemari seraya berseru, "Mengapa belum kembali? Mengapa
belum kembali?"

mailto:22111122@yahoo.com 190
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Aku tahu kemana mereka menuju. Gong hujin, bagaimana kalau kuantarkan
engkau ke sana?"

"Sialan," gerutu Tian toa-siocia, mengapa tadi-tadi tidak bilang sehingga


membuat aku hampir mati kelabakan. Hayo, lekas!" — ia terus menarik lengan
baju Kun Hiap dan terus dibawa lari. Kun Hiap rasakan kakinya seperti tak
menginjak tanah. Dalam beberapa kejab saja dia sudah lari sejauh empat
limapuluh li. Walaupun masih jauh tetapi disebelah muka tampak seseorang
tengah berdiri tegak dibawah sebatang pohon. Dan orang itu tak lain adalah
Biau-koh.

Tian toa-siocia hentikan larinya tepat dihadapan mamanya, "Ma, sam-moay,”


sebelum melanjutkan sudah cepat2 dia beralih, "Ma, engkau kenapa?"

Ternyata saat itu wajah Biau-koh pucat lesi dan tegak seperti patung. Matanya
tak berkedip. Walaupun diulang sampai beberapa kali oleh Tian toa-siocia, tetap
mamanya tak menyahut.

"Ini bagaimana toh? Ini bagaimana toh?" seru Tian toa-siocia seperti mau
menangis.

"Beliau terlalu bersedih ....," belum selesai Kun Hiap menghibur tiba2 Biau-koh
sudah berteriak, "Sam-ah-thau tidak mati, mengapa aku bersedih?"

Suaranya melengking keras dan sikapnya seperti orang kalap sehingga membuat
Tian toa-siocia dan Kun Hiap melonjak kaget, Kun Hiap tertegun. Dia tak tahu
apa yang dimaksudkan Biau-koh.

Tian toa-siocia menghela napas panjang, katanya, "Ma, kalau sam-moay tak
kena apa2, itu sungguh menggembirakan sekali. Kalau tidak begitu, bukankah
aku telah melakukan kesalahan besar karena melepaskan Koan Sam Yang?"

Memang watak Tian toa-siocia itu berangasan. Walaupun masih belum jelas,
tetapi dia terus menuduh kalau Koan Sam Yanglah yang menjadi penyebab fari
kematian sam-moaynya.

Biau koh tidak menjawab melainkan tertawa nyaring. Hal itu membuat Tian toa-
siocia tertegun dan sesaat kemudian ia merasa ada sesuatu yang tak beres
dalam persoalan itu.

"Toaci, toaci, lekas kemari !" tiba2 dari arah belakang terdengar orang
memanggil.

Tian toa-siocia terkejut dari serentak berpaling ke belakang. Dilihatnya seseorang

mailto:22111122@yahoo.com 191
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tengah berusaha merangkak bangun dari gerumbul rumput. Bahunya


berlumuran darah, separoh pakaiannya telah robek dan rambutnya kalang kabut.
Dia bukan lain adalah Tian Hui Giok.

"Ji-moay, apa engkau terluka ?" teriak Tian toa-siocia kaget.

"Toaci, jangan keras2, kemarilah aku hendak bicara dengan engkau," kata Tian
Hui Giok yang terhuyung-huyung dan menggelandot pada pohon.

Tian toa-siocia memandang Hua Giok Lalu memandang mamahnya (Biau-koh).


Dengan sikap ragu2, perlahan-lahan dia menghampiri ketempat Hui Giok.

Saat itu Kun Hiap juga tak tahu apa yang telah terjadi.

"Ji-moay, bagaimana engkau?" tanya Tian toa-siocia setelah berada di muka Hui
Giok.

Hui Giok tertawa getir lalu mengisarkan bahu kirinya, "Toaci, lihatlah!"

Ketika Tian toa-siocia memandang dengan seksama, tampak bahu kiri adiknya
itu terdapat lima gurat bekas luka berdarah yang cukup dalam panjangnya
hampir 20an senti. Guratan luka itu dari bahu menyusur ke dada, darahnya
masih mengucur.

Seketika berubahlah wajah Tian toa-sio-cia. Jelas luka Hui Giok itu dikarenakan
terkena cengkeraman ilmu keluarga Tian yakni Hiat-hun-jiau atau Cakar-arwah-
berdarah.

"Stapa.... siapa yang melakukan itu?" teriak Tian toa-siocia.

Dengan menangis Htai Giok menyahut, "Toa-ci, kalau aku tak cepat menghindar,
aku tentu sudah mati di tangan mama dan tak dapat bertemu dengan engkau
lagi. —"

Tian toa-siocia terkejut sekali, "Jimoay, walaupun tidak begitu sayang kepadamu
tetapi mama tentu tak nanti akan turun tangan begitu ganas kepadamu."

Hui Giok menangis terus, "Lihatlah luka pada bahuku mi, aku ... aku "

Tian toa-siocia menghela napas, "Apa yang sebenarnya terjadi dengan sam-
moay?"

Hui Giok gemetar menerima pertanyaan itu, "Sam-moay meninggal, mama


memaksa aku supaya menunjukkan tempat jenasahnya. Sebenarnya jenasah

mailto:22111122@yahoo.com 192
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sam-moay kutaruh dalam lobang sebuah pohon tua. Tetapi sampai di sana,
ternyata sudah tak ada. Tiba2 mama marah sekali....."

Tian toa-siocia tengah kerutkan kening menimang atau tiba2 Biau koh
memanggilnya, “Toa-ah-thau!"

"Ya, aku datang ma," seru Tian toa-sio-cia. Mendengar nada panggilan mamanya
tenang seperti biasa, diam2 ia gembira dan buru2 lari menghampiri. Tampak
Biau-koh tertegun beberapa saat lalu menghela napas panjang. Dia tak bicara
apa2.

Kun Hiap memandang wanita itu. Dilihatnya wajah Biau-koh lusuh sekali,
semangatnya layu. Tetapi bagaimanapun lebih mending dari sikapnya yang tadi
yalah begitu dingin Diam2 Kun Hiap yang merasa menjadi gara2 atas kematian
Hui Yan, diam2 menghela napas longgar dalam hati. Ketika dia hendak
menghampiri ke tempat Biau-koh, tiba2 dari arah belakang Hui Giok berseru
pelahan, "Can kong cu, kemarilah . ..."

Kun Hiap menurut. Hui Giok menatapnya dengan pantdang geram2 sedih,
"Apakah engkau tak mau segera memanggul aku?"

Saat itu Kun Hiap berada pada jarak yang dekat. Melihat bahu kiri si nona tak
tertutup baju, hatinya mendebar keras sehingga dia gugup, "Ini... aku..."

Hui Giok menghela napas pelahan dan berbisik, "Demi menyelamatkan engkau,
aku sampai dicakar maka begini rupa. Apakah engkau tak mau membalutkan
lukaku?"

Kun Hiap gelagapan dan cepat menyahut,-"Baik, akan kubalut dulu lukamu baru
nanti kita bicara lagi."

Dia segera merobek ujung bajunya terus membalut luka Hui Giok. Hatinya
berdentam-dentam keras sehingga dia tak dapat menangkap pembicaraan
antara Biau-koh dengan Tian toa-siocia.

Beberapa saat setelah puterinya yang pertama itu datang barulah Biau-koh
membuka mulut, "Toa-ah-thau, ji-ah-thau.... dialah yang melakukannya. Ya,
dialah yang melakukannya."

Kata2 itu diucapkan dengan penuh kedukaan dan keharuan.

"Dia melakukan apa saja, ma?" tanya Tian toa-siocia yang tak mengerti.

Biau-koh mengangkat muka dan memandang kearah tempat Hui Giok. Begitu

mailto:22111122@yahoo.com 193
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

melihat Kun Hiap tengah membalut lu Hui Giok, wajah wanita itu segera
menampilkan sikap muak, serunya, "Apa engkau tak ingat lagi ? Waktu engkau
kecil, engkau memperlakukan adikmu baik sekali. Tetapi ji-ah-thau tidak
demikian. Setiap mendapat benda, mainan baru, tentu kuberikan kepada sam-
moay-mu. Memang aku lebih sayang kepada sam-moay-mu. Ji-ah thau hendak
merebut barang kepunyaan sam-moaymu, aku selalu membela sam-moay-mu.
Sering kali dengan geram ji-ah-thau mengatakan kalau hendak membunuh
adiknya. Sekarang yah sekarang, akhirnya dia melakukannya juga !"

Mendengar itu Tian toa-siocia mengucurkan keringat dingin. Setelah beberapa


saat tertegun, dia berkata, "Ma, mungkin engkau salah duga. Itu penstiwa pada
waktu kanak2, Ji-moay sangat penurut, masa dia akan melakukan hal
sedemikian ? Kalau sampai sam-moay menderita bencana, tentulah dikarenakan
tenaga-tolak dari Sam-yang~cin-gi Koan Sam Yang."

Pelahan-lahan Biau-koh gelengkan kepala, umrnya, 'Engkau tak tahu. Karena


engkau sudah lama meninggalkan kami, engkau hanya tahu kalau ji-moaymu itu
sangat lembut dan penurut. Tetapi engkau tak tahu isi hatinya. Dalam dunia ini
ada dua orang yang paling dibencinya. Kesatu, sam-moaymu. Dan kedua adalah
aku. Sekarang dia bersaing dengan sam-moaymu, sudah tentu dia mencari
kesempatan untuk mengerjai .... membunuh sam-moay-mu ... . ."

Waktu mengucapkan kata2 yang terakhir, tubuh Biau-koh gemetar.. Dia tahu
kalau puteri yang paling dicintainya sudah meninggal dan yang membunuh
adalah puterinya yang lain.

Biau-koh merupakah tokoh wanita yang hebat sekali dalam dunia persilatan.
Tetapi menghadapi penstiwa yang sedemikian menghancurkan hatinya, dia
seperti kehilangan faham.

Saat itu luka Tian Hui Giok sudah dibalut Kun Hiap. Dia mengangkat kepala dan
berseru nyaring kepada Tian toa-siocia, "Toaci, mama tentu mengatakan kalau
aku yang membunuh sam moay, bukankah begitu ?"

Sebelum Tian toa-socia menyahut, Biau-koh sudah berseru bengis, "Tutup


mulutmu ! Mulai saat ini engkau bukan anakku lagi! Engkaupun jangan mengaku
aku mama lagi!”

Seketika wajah Tian Hui Giok berobah tetapi dia tak membantah.. Dan setelah
melampiaskan kemarahannya itu, Biau-koh kelihatan letih sekali.

Tangan kanannya memegang bahu Tian toa-siocia dan pelahan-lahan dia


berputar tubuh.

mailto:22111122@yahoo.com 194
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Biau-koh cianpwe, aku .....," tiba2 Kun-Hiap berteriak.

Tetapi secepat itu Hui Giok sudah menarik lengan baju Kun Hiap dan berbisik,
"Can kongcu, karena hal ini sudah begini, tak perlu engkau berbanyak bicara
lagi. Semuanya biarlah aku yang menanggung sendiri."

Melihat nona itu bercucuran airmata dengan sikap yang kasihan sekali,
tergeraklah hati Kun Hiap, "Ah, mana bisa ?" serunya.

"Bisa atau tidak bisa toh sudah begini, bukankah engkau hendak bertanya
tentang ayahmu? Kurasa mama tentu akan mau memberi keterangan
kepadamu," kata Hui Giok.

“Lalu engkau ?" tanya Kun Hiap.

"Akan kutunggu engkau disini. Sesudah menemui mama engkau terus datang
lagi kemari," kata Hui Giok.

Kun Hiap percaya, karena menutupi kesalahannya (Kun Hiap) Hui Giok mau
mempertanggung jawabkan semua kesalahan itu. Mau tak mau tersentuhlah hati
Kun Hiap dan dia tak tega meninggalkan nona itu seorang diri. Tetapi
kedatangannya kesitu tak lain adalah hendak menanyakan diri Can Jit Cui
kepada Biau-koh. Apakah dia hendak melepaskan tujuannya itu hanya karena
tak tega meninggalkan Hui Giok?

Tiba2 Biau-koh yang sudah berjalan beberapa, berpaling dan berseru, "Can
kongcu, aku hendak berkata sedikit kapadamu."

“Tuh mama memanggilmu, lekas engkau ke sana, "desak Hui Giok," kalau
teringat pada papamu dan mama sampai memberikan sesuatu kepadamu,
jangan sekali-kali engkau menolak, mengerti ?"

Kun Hiap mengangguk dan terus menuju ke tempat Biau-koh.

Biau-koh menyambut kedatangan Kun Hiap dengan menjabat tangan anakmuda


itu dan menghela napas.

"Ah, kalau aku mempunyai seorang anak laki itu lebih baik ..."

"Apakah anak perempuan tidak sama ?" tukas Tian toa-siocia.

"Anak perempuan kurang lapang dada. Meskipun dengan taci dan adik, tetap
tak. mau mengalah. Tetapi anak laki tidak begitu. Biau-koh geleng2 kepala dan
melanjutkan berjalan.

mailto:22111122@yahoo.com 195
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Lima enam langkah, dia baru berkata lagi, "Can kongcu, aku dengan ayahmu . . .
. , bersahabat baik. Ada sedikit hal yang perlu kusampaikan kepadamu. Ketiga
anak perempuanku itu, yang besar memang berwatak keras tetapi jujur dan
terus terang. Dia bukan wanita jahat."

"Kutahu hal itu," sahut Kun Hiap, “waktu aku tertangkap, Tian toa-siocialah yang
menolong."

“Anak perempuanku ketiga itu nakal dan keras kepala tak mau mengalah pada
orang," Biau-koh melanjutkan kata2nya," akulah yang merusak mereka karena
sejak kecil terlalu kumanjakan. Tetapi hati budinya tidak buruk. Dia seorang
gadis yang baik ," berkata sampai disini air-mata wanita itu mengalir deras.

Teringat sewaktu masih bersama-sama Hui Yan. Kun Hiap agak menyangsikan
komentar Biau-koh yang mengatakan bahwa puterinya nomor tiga itu seorang
gadis baik. Sebenarnya dia hendak menyanggah tetapi mengingat akan
kedukaan Biau-koh. dia tak enak hati untuk membantah. Maka diapun hanya
mengiakan ala kadarnya saja.

Pelahan-lahan Biau-koh berhenti mengucurkan airmata, katanya pula. "Hanya ji-


ah-thau yang di luar sikapnya tampak lemah lembut dan penurut tetapi hatinya
ganas sekali. Can kongcu, kuharap engkau jangan meragukan keteranganku ini.
Engkau harus menjauhkan diri dari dia, makin jauh makin baik. Kalau tidak,
lambat atau cepat kelak engkau tentu akan mati ditangannya juga."

Benar2 Kun Hiap tak menduga bahwa Biau-koh akan mengeluarkan ucapan
begitu, sehingga dia melongo dan tak dapat berkata apa2. Kalau Biau-koh
mengatakan bahwa Hui Yan itu seorang dara yang baik, itu sih Kun Hiap
walaupun enggan, masih dapat menerima. Tetapi waktu Biau-koh mencelah
habis2an pada Hui Giok yang dikatakan berhati jahat, Kun Hiap benar2 menolak.

Sejenak berpikir, berkatalah pemuda itu, "Cianpwe, ucapanmu terhadap ji-siocia,


apakah adil?"

Tiba2 tangan Biau-koh yang memegang tangan Kun Hiap meremas kencang
sekali sehingga Kun Hiap menjerit kesakitan.

Biau-koh tertegun, katanya, "Kalau engkau tak percaya omooganku dan tetap
menganggapnya seorang mamisia baik. engkau pasti akan mati tak berkubur!"

Melihat waktu mengucapkan kata2 itu sepasang mata Biau-koh memancarkan


sinar berkilat-kilat tajam dan sikapnya begitu seram, mau tak mau Kun Hiap
melonjak ketakutan. Dia tak berani membuka mulut lagi.

mailto:22111122@yahoo.com 196
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Biau-koh menghela napas dan lepaskan cekalannya, "Engkau mau. bilang apa
lagi ?"

"Aku hendak bertanya tentang diri Can Jit Cui," kata Kun Hiap.

"Ih," desis Biau-koh, "menanyakan tentang diri ayahmu tetapi bertanya


kepadaku ?"

Kikuk rasa hati Kun Hiap mendengar pertanyaan balik dari Biau-koh.

"Cianpwe," katanya, "engkau selalu salah faham maka izinkanlah aku memberi
penjelasan. Sebenarnya aku ini bukan orang she Can."

"Ngaco!" bentak Biau-koh, "saat ini hatiku sedang gundah, jangan ngaco tak
keruan. Kalau ingin bicara apa2, lekaslah katakan !"

Dengan gugup Kun Hiap herkata, "Ayahku adalah Kim-liong-kiam-khek Wi Ki Hu,


bukan Can Jit Cui."

Biau-koh serentak berpaling memandangnya dengan tajam sekali.

Rupanya Kun Hiap menyadari kalau persoalan itu sukar dijelaskan maka diapun
laju menyusuli kata2, "Tetapi sekarang ada orang mengatakan bahwa Can Jit Cui
itulah ayahku yang sebenarnya."

"Siapa yang bilang begitu?" tegur Biau-koh.

"Poa Ceng Cay dan Koan Sam Yang sama mengatakan begitu."

"Akupun juga bilang begitu," kata Biau-koh. "Engkau seperti pinang dibelah dua
dengan ayahmu dulu. Ayo, kalau begitu, kotak kumala yang kuberikan
kepadamu dulu, engkau berikan kepada Wi.... Wi siapa ?"

"Tidak," bantah Kun Hiap, "dia tak kenal cianpwe. Kotak kumala itu dilempar ke
atas po-hon."

"Di mana pohon itu ?" seru Biau-koh.

Dengan sabarkan diri, Kun Hiap menerangkan, "Di dalam hutan dekat rumah
marga Poa. Kemungkinan sekarang masih disitu."

"Toa-ah-thau," seru Biau-koh kepada puteri sulungnya, "engkau tentunya pernah


melihat kotak itu, ya kotak yang sering2 kubuat mainan itu. Lekas engkau cari

mailto:22111122@yahoo.com 197
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kotak itu."

"Tetapi ma," bantah Tian toa-siocia, "saat ini kesehatanmu kurang baik, aku
hendak menemanimu pulang."

“Pergi! Pergi! Pergi!" teriak Biau-koh, "apakah engkau juga hendak ikut
menambah kemarahanku ?"

Tian toa-siocia tak berani berkata apa2 lagi. Setelah pamit, dia mundur berapa
langkah dan terus berputar tubuh dan melesat pergi.

"Can kongcu." kata Biau-koh kepada Kun Hiap, "omonganmu tadi membuatku
pusing. Kiranya engkau tak tahu siapa ayah kandungmu itu? Kalau begitu
sekarang kalian bakal berjumpa."

Kun Hiap tertawa hambar, "Mana mungkin kami bertemu ? Sebelum aku lahir,
beliau sudah meninggal."

Selama itu, Biau-koh bercakap-cakap sambil berjalan. Tetapi begitu mendengar


keterangan Kum Hiap, serentak berhenti dan terlongong-longong..

"Dia sudah mati!" beberapa saat kemudian baru terdengar dia berkata dengan
suara hampa.

"Ya, sudah meninggal. Beliau mati di tangan Wi Ki hu.

Lagi2 Biau-koh tertegun beberapa saat, "Wi siapa itu, memang aku pernah
mendengar ayahmu mengatakan. Katanya saudara angkat, benar atau tidak ?"

"Benar," sahut Kun Hiap, "mereka dan Poa Ceng Cay berbahasa engkoh adik."

Plak, Biau-koh menampar pipinya sendiri, "O, Allah, mengapa semua peristiwa
yang malang terjadi pada sehari ini? Mengapa? Ai . . . "

Tubuh wanita itu bergetar keras seperti mau rubuh. Buru2 Kun Hiap
menyanggapinya. Biau-koh berpaling dan menatap pemuda itu dengan lekat.
Perasaannya melayang-layang jauh.

"Lalu apa yang engkau ingin tahu?" katanya beberapa jenak kemudian.

"Aku ingin mengetahui kisahnya semasa masih hidup."

Biau-koh ayunkan langkah lagi dan Kun Hiap mengikuti dari belakang. Selama itu
Biau-koh hanya diam, matanya memandang jauh ke muka dan Kun Hiappun tak

mailto:22111122@yahoo.com 198
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berani mengganggu.

Setelah tiba di tengah lembah barulah Biau-koh berhenti dan berkata, "Mengenai
kisah ayahmu waktu masih hidup, sukar untuk dari mana memulai
menceritakannya. Aku tak malu mengatakan kepadamu bahwa dia adalah satu-
satunya pria yang paling kucintai dalam hidupku."

Kua Hiap tak mau menukas dan hanya mengiakan saja. Biau-koh tundukkan
kepala lalu pelahan-lahan lanjutkan langkah. Setelah masuk kedalam gua baru
dia menghela napas.

"Tetapi ayahmu tiada cinta kepadaku. Dia seorang pria romantis, setiap datang
ke suatu tempat tentu meninggalkan bekas petualang asmara. Dia banyak
menjatuhkan hati wanita tetapi dia tak pernah jatuh hati. Ah, peristiwa yang
lampau bagaikan gumpalan awan, tak perlu kuceritakan lebih banyak lagi,"
katanya.

Kun Hiap kecewa. Kedatangan itu hendak mencari keterangan dari Biau-koh
mengenai perjalanan hidup Can Jit Cii. Tetapi ternyata wani-ta itu tak
mau.menceritakan lebih banyak lagi.

Biau-koh sedang kehilangan seorang puteri dan telah mengusir puterinya yang
lain. Betapa remuk rendam hati wanita itu, Kun Hiap dapat memakluminya. Dia
tak mau mendesak lagi, kecuali hanya termangu-mangu.

Beberapa saat kemudian baru dia berkata, "Karena cianpwe tak mau memberi
keterangan lagi, baiklah lain hari aku datang kemari pula."

Tampak Biau-koh seperti letih sekali. Dia duduk di atas sebuah batu seraya
menggerak-gerakkan tangan seperti orang mengantar perpisahan.

Kun Hiap memberi hormat lalu melangkah keluar. Baru tiba di mulut gua, tlba2
Biau-koh berseru, "Apakah ayahmu benar-benar mati ditangan Wi Ki Hu dan
engkau tetap menganggap Wi Ki Hu itu sebagai ayahmu?"

"Ya," dengan suara sarat Kun Hiap menjawab.

"Kalau engkau tahu persoalan, lalu bagaimana. tindakanmu?''

"Entah, aku tak tahu," jawab Kun Hiap seperti orang kehilangan faham.

Wajah Biau-koh berubah gelap. Sebenarnya dia berwajah terang dan ramah
tamah. Tetapi saat itu ia berubah menjadi bengis.

mailto:22111122@yahoo.com 199
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Mengapa tak tahu?" serunya tajam, "soal itu sudah gamblang sekali. Wi Ki Hu
telah merebut kecintaan ayahmu dan membunuh ayahmu. Ia membutakan
pikiranmu karena suruh engkau mengaku ayah kepada pembunuh ayah
kandungmu.

Ia menipu mamamu supaya mau diperisteri. Sekarang engkau sudah tahu jelas
persoalan itu masih engkau mengatakan tidak tahu apa yang akan engkau
lakukan. Apakah engkau ini seorang anak manusia?"

Setiap patah kata diucapkan Biau-koh dengan tajam dan pada kata2 yang
terakhir meletus seperti haliiintar sehingga Kun Hiap menggigil.

Memang terjadi suatu pertentangan batin dalam hati pemuda itu. Bermula dia
belum tahu, kemudian pelahan-lahan dia mulai mengerti bahwa Wi Ki Hu itu
bukan ayah kandungnya. Tetapi dalam hati dia masih mengharap supaya hal itu
jangan terjadi sungguh-sungguh. Hanya itu yang- terkandung dalam hatinya. Dia
tak sampai pada pemikiran seperti yang dikatakan Biau-koh tadi. Benar-benar dia
tak memikirkan hal itu sampai Biau~koh dengan tajam telah memberi dampratan
yang pedas.

Serentak terlintaslah dalam pikirannya bahwa ayahnya memang telah dibunuh


Wi Ki Hu dan selama duapuluh tahun mamanya telah ditipu menjadi isteri
pembunuh ayahnya itu. Dan diapun menganggap pembunuh itu sebagai ayah
kandungnya. Ya, benar, kesemuanya itu Wi Ki Hu lah yang telah merencanakan
dan mencelakainya. Tetapi apakah yang harus dia lakukan sekarang.

Kun Hiap terlongong-longong beberapa saat baru berkata, "Aku masih ingin
menyelidikinya lagi."

"Tidak perlu menyclidiki lagi," teriak Biau-koh dengan bengis, "mamamu belum
meninggal. Kalau engkau dapat mencari dan bertanya kepadanya, segala tentu
akan jelas!"

Kun Hiap menganggap ucapan Biau-Koh itu tepat sekali. Mamanyalah yang
menjadi kunci dari segala rahasia itu. Tetapi kemanakah ia hendak mencari
mamanya? Dia tak tahu kemana saja mamanya telah menghilang.

Pikiran Kun Hiap kacau sekali sehingga tak memperhatikan lagi apa yang
diucapkan selanjutnya oleh Biau-koh. Dia berputar tubuh lalu dengan langkah
terseok-seok dia tinggalkan tempat itu.

Tetapi walaupun kakinya berjalan, tetapi dia tak tahu arah mana yang hendak
ditujunya. Pikirannya masi
Jilid 8.

mailto:22111122@yahoo.com 200
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap dapat mendengar jelas ucapan orang aneh itu, tetapi dia tak tahu apa
maksud orang itu.

Saat itu dia sudah tiba di belakang si orang aneh dan ketika memandang ke
muka dilihatnya wajah Hui Giok pucat lesi, seperti orang yang dibuka rahasia
hatinya.

Tanpa mengangkat muka lagi, nona itu ber-putar tubuh terus melesat pergi. Kun
Hiap hendak mengejar tetapi dihalangi orang aneh itu.

Tak perlu mengikutinya, biarkan dia pergi seorang diri," katanya.

"Tetapi kemanakah dia hendak pergi?" tanya Kun Hiap.

Orang berkerudung itu menghela napas, ujarnya," "Dia sudah


tahu. Tetapi kalau dia tak pergi, akupun juga tak dapat berbuat apa2. Mengapa
engkau bergaul dengan gadis semacam itu?"

Sudah tentu Kun Hiap tak senang hati, sa-hutnya, "Dalam hal apa dia tak baik?
Mengapa aku tak dapat bergaul dengan dia?"

"Sekarang engkau sudah pemuda dewasa,” kata orang aneh itu, "tali kim-kong-
jwan itu peninggalan mendiang ayahmu. Apakah engkau tidak merencanakan
pembalasan?"

Kun Hiap terlongong. Sama sekali tak disangkanya bahwa orang aneh yang
mukanya berselubung kain hitam itu tahu sampai jelas segala sesuatu tentang
dirinya.

"Bagai . , . , bagaimana engkau tahu?" akhirnya dengan terbata-bata dia


bertanya.

Orang itu menghela napas panjang lalu pelahan-lahan menghembuskannya, "Ah,


kalau tahu seluruhnya juga tidak. Tetapi ketika itu mamamu pernah dengan
menangis menceritakan hal itu kepada kami berdua suami isteri."

Kejut Kun Hiap bukan alang kepalang, "Ci-anpwe, engkau ini . . . . "

Bahu orang itu bergetar, "Kalau kulepaskan selubung mukaku ini, engkau tentu
tahu siapa aku.

mailto:22111122@yahoo.com 201
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Ketika Kun Hiap terkesiap, orang itu pelahan-lahan berpaling tubuh ke belakang
dan melepaskan kerudung mukanya. Beberapa jenak kemu-dian baru dia
pelahan-lahan berputar tubuh ke muka lagi.

Begitu melihat wajah orang itu, pertama-tama Kun Hiap terkejut sekali sehingga
diluar kesadarannya dia sampai lompat mundur ke dalam ruang dan duduk di
sebuah kursi..

Orang aneh itu tertawa hambar, "Engkau tentu sudah tahu siapa diriku, bukan?"

Kun Hiap memandang lekat2, Pada kedua pipi orang itu terdapat dua bekas luka
yang tak sedap dipandang, bentuknya mirip dengan kun-tum bunga bwe-hoa.
Sedemikian hidup cap bunga bwe-hoa itu sehingga sepintas orang mengira kalau
kedua pipinya ditempeli dengan bunga bwe-hoa.

Kun Hiap menghela napas, "Ya, kutahu siapa cianpwe ini."

Orang aneh itu kembali tertawa hambar, "Memang dalam dunia persilatan
terdapat ciri2 yang terkenal. Sekali lihat orang tentu mengenalnya. Demikian
juga aku. Begitu melihat pada be-kas luka kedua pipiku ini orang tentu segera
tahu kalau aku adalah roh gentayangan yang berhasil menyelamatkan diri deri
keganasan Tian Put Biat. Heh, heh, tokoh persilatan semacam aku, rasanya
memang jarang terdapat."

Waktu mengucapkan kata2 terakhir itu, nadanya amat tajam menusuk hati.

Kun Hiap berbangkit "Cianpwe, pandangan orang persilatan dengan cianpwe


ternyata berbeda. Tian Put Biat malang melintang di dunia persilatan tak ada
orang yang berani melawannya. Sepasang suaini-isteri Ko dari gua Song-yang-
tong telah menempurnya di bawah kaki gunung _Liok-poan-san. Walaupun
kedua suami-isteri itu kalah dan mukanya menderita luka tetapi Tian Put Biat
juga terluka. Sekarang Tian Put Biat telah mati. Siapa tahu kematiannya itu juga
akibat luka yang dideritanya dalam pertempuran dulu itu. Nama suami-isteri dari
lembah Song-yang-koh yakni Ko Thian Hoan dan Ko hujin, dikagumi seluruh in-
san persilatan. Sungguh suatu keberuntungan yang tak pernah kuimpikan bahwa
hari ini aku dapat bertemu muka dengan cianpwe.”

Sejak menderita kekalahan dari Tian Put Biat memang Ko Thian Hoan dan isteri
tak pernah muncul dalam dunia persilatan lagi. Mendengar kata-kata Kun Hiap,
Ko Thian Hoanpun berseri tawa, "Ah, pandai sekali engkau mengambil hati
orang."

Sebenarnya Kun Hiap tak bermaksud mengambil muka orang tetapi diapun tak
mau membantahnya.

mailto:22111122@yahoo.com 202
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Ko tayhiap, tadi engkau mengatakan kalau mamaku pernah datang dan dengan
menangis menceritakan kepadamu?" tanyanya.

Ko Thian Hoan memanggul kedua tangan-nya sambil berjalan mondar mandir.

"Ya, benar," katanya sesaat kemudian, "itu terjadi beberapa tahun yang lalu.
Kala itu aku dan isteri sedang berlatih di gua Song-yang-tong di gunung Tong-
pik-san. Kala itu pada saat senja . . . . dia lalu bercerita :

Ditingkah sinar matahari senja, pohon2 dan batu karang membengkakkan


bayangan yang aneh beraneka rupa. Saat itu Ko Thian Hoan dan isteri sedang
duduk berhadapan dibawah pohon. Ma-sing-masing menempelkan kedua
tangannya pada batang pohon. Pejamkan mata dan mengerahkan pernapasan.
Ubun kepala keduanya menguap asap tipis.

Saat itu sunyi senyap. Kecuali suara burung gagak yang pulang ke sarang, tiada
terdengar su-ara apa-apa lagi.

Entah berapa lama kemudian tampak Ko Thian Hoan membuka mata dan
berbisik, "Ada orang datang."

Nyonya Ko tertawa tawar, "Mengapa harus ribut? Langkah kaki orang itu kacau,
hawa-murninya tak teratur, jelas tentu seorang yang sedang dirundung
kekacauan batin. Malah mungkin menderita luka parah."

Saat itu sekeliling gunung memang masih hening lelap, tak terdengar apa2.
Tetapi berkat ketajaman telinga kedua suami isteri itu, mereka dapat menangkap
langkah kaki seseorang yang tengah mendatangi. Bahkan bagaimana keadaan
pendatang itupun dapat didengarnya.

Kedua suami isteri Ko berpaling memandang ke arah suara itu. Sesosok


bayangan melesat dari mulut lembah, dan tiba2 seorang dara juga menerobos
masuk kedalam lembah dan berhenti di tempat suami-isteri Ko.

Nyonya Ko berbangkit, "Wan Giok, kenapa engkau? Siapa yang mengejar


engkau?"

Memang dara itu bukan lain adalah Tong Wan Giok atau mama dari Kun Hiap.
Wajahnya pucat dan sudut matanya seperti habis menangis, tubuhnya menggigil
gemetar. Begitu melihat nyonya Ko terus dia lari menghampiri dan jatuhkan diri
di dada nyonya itu.

Dengan menangis dara itu berkata, "Bibi Ko, aku . . . bagaimana ini, bagaimana

mailto:22111122@yahoo.com 203
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ini?"

Saat itu Ko Thian Hoanpun cepat melesat keluar lembah dan lari berputar-putar
untuk mencari orang yang menurut dugaannya hendak mengejar Tong Wan
Giok.

Tetapi karena tak terlihat barang seorangpun juga, akhirnya dia kembali masuk
kedalam lembah.

Saat itu Tong Wan Giok masih menangis sembari menjerit-jerit, “Aku ini
bagaimana? Aku bagaimana ini?"

Dengan pelahan nyonya Ko menepuk bahu nona itu, "Wan Giok, takut apa?
Sekalipun langit rubuh, kami berdua tetap akan mampu melindungi mu." <

Dengan lunglai Wan Giok mengangkat mu-ka. Dengan airmata yang masih
membasahi kedua pipinya, dia berkata, "Dia . . . . mati ...."

Ko Thian Hoan dan isterinya saling berpan-dangan lalu serempak menegas,


“Siapa?"

"Yang bulan lalu .... bersama aku datang kemari itu ....," kata Wan Giok dengan
terputus-putus.

"Dia? Dia kan masih muda bagaimana bisa mati?" teriak nyonya Ko terkejut.

Kembali Tong Wan Giok melengking tangis.

"Wan Giok," seru Ko Thian Hoan dan istrinya, "aku bersahabat lama dengan
ayahmu. Kalau ada apa2, bilanglah kepada kami. Siapakah musuh itu?"

Wan Giok menangis tetapi airm?t.inya sudah kering. Beberapa saat kemudian
baru dia dapat menjawab, "Aku .... tak tahu . . . lalu bagai-mana aku ini?'

"Cara bagaimana dia sampai mati?" tanya suami isteri Ko.

Pelahan-lahan Tong Wan Giok hentikan tangisnya dan dengan suara yang agak
tenang, dia berkata, "Paman Ko, aku benar2 tak tahu siapa musuhnya. Aku
hendak mengatakan sesuatu kepada bibi."

Mendengar itu nyonya Ko memberi isyarat kepada suaminya, "Thian Hoan,


dengar tidak? Ha-rap engkau menyingkir dulu."

Thian Hoan deliki mata tetapi mau juga dia melangkah keluar sampai lima enam

mailto:22111122@yahoo.com 204
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tombak jauhnya.

Dari jarak itu seharusnya memang tak mungkin dapat mendengar tetapi karena
telinga Thian Hoan itu luar biasa tajamnya, diapun dapat menangkap kata2 Wan
Giok walaupun diucapkan dengan berbisik, "Bibi, aku . . . sudah . . .
mengandung."

Diam2 Thian Hoan terkesiap dan menghela napas.. Dia geleng2 kepala dan
pelahan-lahan melangkah keluar lembah. Tak mau dia mendengar pembicaraan
itu lebih lanjut.

Saat itu hari makin gelap. Waktu rembulan terbit barulah nyonya Ko mengantar
Wan Giok keluar dari lembah. Wan Giok masih menangis dan wajah nyonya Ko
tampak serius. Ko Thian Hoan mengantar. Setelah keluar dari lembah sejauh
sekian li, barulah Wan Giok pamitan.

Beberapa saat setelah mengantar dengan pandang mata sehingga nona itu
lenyap dari pandang mata, barulah Ko Thian Hoan berkata, 'Wan Giok seorang
gadis yang tahu memegang harga diri, mengapa dia sampai berbuat begitu?"

Nyonya Ko menghela napas, "Cinta itu buta, kuasanyapun besar sekali. Yang
suci, bisa melakukan cemar. Pemuda she Can itu tampaknya memang seorang
hidung belang, entah bagaimana Wan Giok sampai jatuh hati kepadanya ? Telah
kunasehatinya supaya lekas menikah dengan orang agar namanya jangan
sampai ternista."

Ko Thian Hoan terkejut, "Apa maksudmu?"

"Kecuali harus memikirkan kepentingan dirinya., Wan Giokpun harus memikirkan


kepentingan bayi yang berada dalam kandungannya. Salahkah kalau aku
menasehatinya supaya lekas saja menikah dengan seseorang?”

Ko Thian Hoan tak dapat menjawab. Hari makin gelap dan segumpal awan
beramk-arak menutupi rembulan sehingga cuaca malam makin pekat.

Selama mendengarkan cerita Ko Thian Ho-an, Kun Hiap hanya terlongong-


longong saja. apa yang diceritakan Ko Thian Hoan memang sesuai dengan
dugaan Hui Giok. Kini tak perlu diragukan lagi bahwa dia adalah putera dari Can
Jit Cui..

Menatap Kun Hiap, Ko Thian Hoan berkata, "Sejak saat itu aku tak pernah
berjumpa dengan mamamu lagi. Hanya kudengar dia memang menikah dengan
keluarga Wi dari Liong-se . . ."

mailto:22111122@yahoo.com 205
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Dia menikah dengan pembunuh dari ....ayahku," seru Kun Hiap dengan nada
sarat.

Ko Thian Hoan terkesiap, "Bagaimana bisa terjadi begitu? Aku sungguh tak
mengerti!"

"Aku juga tak mengerti!" kata Kun Hiap, "baru pada akhir2 ini kutahu hal itu."

Ko Thian Hoan mondar mandir beberapa sa-at, serunya, "Lalu bagaimana


tindakanmu?"

Kun Hiap menghela napas. Ko Thian Hoan bukan merupakan orang pertama
yang bertanya begitu. Tetapi dulu setiap kali dia mendapat pertanyaan begitu,
hatinya selalu bimbang, tak tahu bagaimana harus mengambil keputusan.

Tetapi sekarang secara positif dia sudah memastikan bahwa dia adalah putera
kandung dari Can Jit Cui. Sekarang dia harus memberi jawaban yang pasti. Dia
harus mengambil keputusan untuk membalaskan sakit-hati dari ayahnya yang
belum pernah diLihatnya sejak dia lahir..

Seketika meluaplah darahnya dan berserulah dia dengan nyaring, "Aku akan
menuntut balas. Dan sejak saat ini aku bukan orang she Wi lagi!''

Ko Thian Hoan mengangguk pelahan, ujarnya, "Masih ada lagi beberapa hal
yang mau tak mau engkau harus tahu."

Saat itu mulai timbul rasa dendam kebencian dalam hati Kun Hiap kepada Wi Ki
Hu. Dia tak sudi lagi memakai she Wi. Dia sekarang berganti dengan she yang
asli yaitu Can.

"Biarlah kukatakan menurut apa adanya," kata Ko Thian Hoan pula, "setelah
mamamu pergi, kami berdua suami isteri telah memerlukan un-tuk menyelidiki
bab musabab dari kematian ayah-mu. Walaupun penyelidikan itu tidak
menghasilkan sesuatu tetapi kami lebih banyak mempunyai gambaran terhadap
peribadi ayahmu.

"Bagaimana perihadinya?" gopoh Kun Hiap bertanya.

Ko Thian Hoan gelengkan kepala, "'Kesan yang kami peroleh yalah bahwa dia
memang seorang pemuda yang romantis, suka bertualang da-lam percintaan
tetapi tak pernah mempunyai kesetiaan. Banyak gadis2 cantik yang jatuh hati
kepa-danya tetapi dia tak pernah membalas cinta mereka. Kami pernah bertemu
dan bicara dengan seorang gadis yang pernah ditipunya. Gadis itu ma-sih

mailto:22111122@yahoo.com 206
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mencintai dan tak membencinya. Gadis itu tak lain dikemudian hari menjadi isteri
dari Tian Put Biat, yaitu Biau Koh. Mengapa kami berdua sampai bertempur
dengan Tian Put Biat tak lain sumbernya juga karena masalah itu. Karena wak-tu
kami bertemu muka dengan Biau-koh, saat itu Tian Put Biat juga hadir."

Kun Hiap tertawa murung, "Lepas dari ayahku seorang yang tipis moral, tetapi
ditilik dari peristiwa secara keseluruhannya, dapatlah disimpulkan bahwa Wi Ki
Hu dan ayah telah sama2 mencintai seorang gadis. Wi Ki Hu lalu membunuh
ayah. Sedangkan pada waktu itu sebenarnya mereka berdua masih terikat
sebagai saudara angkat. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa Wi Ki Hu itu
seorang manusia yang licik dan hina.

“Engkau benar," kata Ko Thian Hoan, "sakit hati sebesar itu kalau engkau sampai
tak menuntut balas, engkau pasti akan ditertawakan orang. Kelak engkau tentu
tiada muka untuk berdiri dalam dunia persitatan."

Mendengar itu Kun Hiap kepalkan tinju dan menggeram, "Aku pasti akan
menuntut balas, pasti!"

Dia melangkah ke pintu. Setelah berada di luar ruangan rumah baru dia berkata,
"Ko cian-pwe, kemana saja nyonya Ko? Aku hendak minta pamit."

Tiba2 Ko Thian Hoan menghela napas, ujarnya, “Dia pergi ke mana, masa
engkau tak tahu?"'

Kun Hiap terkesiap, “Apa katamu?”

"Silakan pergi, tak perlu banyak peradatan,” kata Ko Thien Hoan.

Kun Hiap tak mau banyak bicara lagi. Dia, serentak lari keluar lembah dan tak
berapa lama dia telah berlari di sepanjang jalan setapak sam-pai lima enam li.

Tiba2 dia melihat Hui Giok tegak di sebelah muka, sambil masih mencekal cakar
Hiat-hun-jiau yang berkilat-kilat merah.

"Nona Tian," seru Kun Hiap gembira sekali, "engkau tahu siapakah kedua suami
isteri yang mukanya berselubung kain hitam itu?”

Hui Giok paksakan tertawa, "Ya, sudah tentu aku tahu."

Sebenarnya seenaknya saja nona itu menjawab tetapi Kun Hiap menanggapi
dengan rasa terkejut sekali.

"Jadi engkau sudah tahu siapa mereka itu?" teriaknya, "mereka adalah musuh

mailto:22111122@yahoo.com 207
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

besar dari ayahmu. Engkau menemui mereka ...." — sebenarnya Kun Hiap
hendak bertanya apa keperluan nona itu menemui Ko Thian Hoan suami istri,
tetapi tiba2 dia teringat dan membayangkan apa maksud kedatangan Hui Giok
kepada suami isteri Ko Thian Hoan. Mau tak mau dia bercekat da-lam hati dan
termangu-mangu.

"Ih, engkau ngelamun apa lagi itu?" buru2 Hui Giok menegurnya.

Menunjuk pada cakar Hiat-hun-jiau, Kun Hiap berseru, "Engkau .... apakah
bukan mengatakan kepada nyonya Ko kalau Hiat-hun-jiau dan baju Kim-wi-kah
sudah . . . . "

"Ya, benar," tukas Hui Giok, "memang kukatakan kepada mereka bahwa kedua
pusaka itu sudah berada di tanganmu."

"Agar mereka tahu bahwa kedua pusaka itua sudah tidak berada di tangan
mamamu, bukan?" desak Kun Hiap.

Diam2 Hui Giok terkejut, dan cepat balas bertanya, "Kalau begitu lalu
bagaimana?"

Terlintas dalam benak Kun Hiap bahwa di dunia ini rasanya tiada seorang anak
yang akan memberitahukan kepada musuh mamanya bahwa mamanya sudah
tak menyimpan pusaka yang pa-ling ditakuti musuh itu. Dengan tindakan itu
apakah bukan berarti Hui Giok seperti menganjurkan agar musuh itu segera
mencari mamanya?

Bermula dia mengharap agar dugaannya itu salah tetapi nyatanya nyonya Ko
Thian Hong memang benar2 sudah mencari Biau-koh.

"Ah, celaka," seru Kun Hiap sembari menggentakkan kakinya ke tanah, "apakah
engkau tak menyadari kalau nyonya Ko itu sudah men-dendam sakit hati selama
bertahun-tahun kepada mamamu? Begitu mendengar Biau-koh sudah tak punya
pusaka, dia tentu akan melakukan pemba-lasan."

"Jangan terlalu memandang rendah kepada mamaku," seru Hui Giok.

"Apakah Biau-koh tak takut?"

"Ayah dan mamaku tak pernah takut kepada siapapun juga. Engkau kira ketika
kedua orangtuaku itu malang melintang menjagoi dunia persilatan apakah
karena mengandalkan kedua pusaka itu saja? Kalau benar begitu, mungapa
mamaku rela memberikan kepadamu?"

mailto:22111122@yahoo.com 208
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pikir punya pikir, apa yang dikatakan Hui Giok itu memang beralasan sekali.
Ditilik dari kepandaian ketiga saudara taci beradik yang begitu hebat, tentulah
kepandaian Biau-koh itu tiada lawannya di dunia persilatan.

"Mengapa kita tak kesana untuk melihat keadaannya?” sesaat kemudian Kun
Hiap bertanya, "siapa tahu kalau2 Biau-koh perlu hendak menggunakan kedua
pusaka ini."

Hui Giok tak mencelah melainkan berkata dengan hambar, "Kalau mau ke sana
silakan pergi sendiri. Mama sudah tidak sudi lagi melihat kepadaku. Aku tidak
dapat menemanimu."

Rupanya Kun Hiap tahu kalau nona itu tak suka hati maka diapun membatalkan
maksudnya. "Karena Biau-koh tak takut kepada nyonya Ko tak perlu kita ke
sana."

Hui Giok geleng2 kepala. "Tidak, lebih baik engkau ke sana saja. Toh lambat
atau cepat akhirnya kita juga akan berpisah, Lebih baik sekarang saja.”

"Berpisah?" Kun Hiap terkejut. "Mengapa kita harus berpisah?"

Pelahan-lahan Hui Giok berputar tubuh, serunya, ''Mengikat persahabatan, yang


penting ada-lah saling percaya. Tetapi engkau sebentar menduga aku berbuat
begini, seberitar lagi mencurigai aku berbuat begitu. Mana kita dapat bersama-
sama lagi?"

Merah muka Kun Hiap. "Hui Giok, aku memang bersalah."

Hui Giok menghela napas dan tak bicara apa-apa lagi. Da hanya ayunkan
langkah dengan pelahan sembari menunduk.

Karena merasa telah kesalahan omong sehingga menyinggung perasaan si nona


maka Kun Hiappun mengikuti di belakang.

Akhirnya Hui Giok mau memberi maaf, katanya. "Bicara apa Ko Thian Hoan
kepadamu? Apakah mengatakan kejelekanku?"

Kun Hiap menghela napas, "Setelah mende-ngar penuturannya barulah aku


mengerti jelas asal usul diriku. Wi Ki Hu . . , . bangsat tua itu ternyata seorang
manusia yang berhati binatang. Dia telah menipu aku supaya menghormatinya
dan mengakunya sebagai ayah kandung." Dia meng-gertakkan geraham,
menumpahkan kemarahan.

Sekonyong-konyong dari gerumbul rumput yang tak jauh dari tempat itu

mailto:22111122@yahoo.com 209
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

terdengar suara orang berseru. "Manusia berhati binatang. Sungguh seorang


manusia berhati binatang!"

Suara orang itu tajam sekali sampai seperti menusuk telinga, Kun Hiap terkejut
dan Hui Gi-okpun berobah wajahnya, cepat dia tebaskan ta-ngannya ke belakang
untuk menabur serangkum senjata jarum.

Jarum yang berkilat-kilat itu menyusup ke dalam gerumbul tetapi anehnya tak
dapat menembus dan tetap terpancang pada daun gerum-bul saja.

Kun Hiap memandang ke arah gerumbul i-tu. Seluas satu tombak dari lingkaran
gerumbul itu apabila memang terdapat orang yang bersembunyi tentu sudah
keluar. tetapi ternyata sepi2 saja.

"Siapa yang menyembunyikan kepala menunjukkan ekor itu?" bentak Kun Hiap.

Tiba2 terdengar suara tertawa gelak2. Arahnya dari gerumbul yang penuh
dengan taburan jarum itu, "Aku . . . ," seru orang itu.

Kata2 itu menyusup jelas ke telinga Kun Hiap dan Hui Giok. Begitu jelas sekali
tetapi di manakah dia bersembunyi?

Kun Hiap makin tegang tetapi Hui Giok ma-lah tenang dan berseru, "Apakah
bukan Sam Coat sianseng? Mengapa tidak muncul menunjukkan diri agar
wanpwe dapat menghaturkan hormat?"

"O, engkau kenal padanya?'' kata Kun Hiap.

"Sam Coat sianseng itu seorang tokoh luar biasa dalam dunia persilatan.
Wataknya nyentrik dan aneh sekali. Lebih baik engkau menyingkir agak jauh
dulu. Akan kulihat apakah saat ini dia sedang gembira atau marah, baru nanti
kuberitahu lagi kepadamu."

Kun Hiap sesali lagi memandang ke muka dan tetap tidak melihat apa2. Dia
semakin heran, "Di manakah Sam Coat sianseng itu?"

"Aku sendiripun tidak dapat mengatakan," sahut Hui Giok, "lebih baik engkau
menyingkir dulu agak jauh. Kalau belum kupanggil, jangan bersuara.."

Sukar bagi Kun Hiap untuk membantah. Tetapi dia merasa bahwa selama
bersama-sama Hui Giok, dia seperti orang-orangan dari kayu saja. Setiap hal dia
harus menurut perintah nona itu. Memang dia anggap no-na itu bukanlah orang
jahat tetapi dia merasa bahwa Hui Giok menyembunyikan sesuatu kepa-danya.

mailto:22111122@yahoo.com 210
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tanpa membantah dia terus berputar diri dan dengan dua tiga kali loncatan dia
sudah menyingkir sampai tujuh delapan tombak jauhnya.

"Sam Coat sianseng, mengapa engkau tak unjukkan diri? Sungguh tak kira kalau
dapat berjumpa disini, bagus sekali," terdengar Hui Giok berseru.

Kembali Kun Hiap memperhatikan keadaan di muka. Tetapi tetap di tempat


gerumbul itu tia-da muncul seseorang. Entah dimanakah orang yang tertawa
tadi?

Karena hanya memperhatikan ke depan, Kun Hiap tak sempat memperhatikan


bahwa gunduk tanah yang berada dihadapan itu tiba2 seperti merekah dan
bergerak-gerak. Kun Hiap menunduk, dia terkejut ketika dibawah kakinya
terdengar suara orang tertawa dan tiba2 timbul sebuah liang lalu muncul pula
sesosok tubuh manusia yang bertepuk tangan tertawa-tawa, "Aku disini. Hai,
mengapa engkau berdiri ditempat sejauh itu?”

Sudah tentu Kun Hiap terkejut bukan kepalang dan terus loncat mundur, ketika
memandang lekat2, ternyata orang itu seorang kate yang tingginya hanya lebih
kurang satu meteri, memakai topi baja yang mengkilap. Diatas topi baja itu ber
hias dengan gigi-baja yang saat itu penuh dengan lumpur. Dengan begitu jelas
kalau dia berjalan menyusur dalam tanah.

Begitu muncul Sam Coat sianseng lalu me-lepaskan topi bajanya. Selain kate,
pun wajahnya juga aneh seperti wajah setan.

Semula Kun Hiap mengira karena menyan-dang gelar Sam Coat sianseng (Tiga
Ahli), tentu-lah orang itu mahir dalam ilmu syair, melukis dan ilmupedang.
Wajahnya tentu cakap dan berwiba-wa. Siapa tahu ternyata hanya seorang kate
yang berwajah aneh.

Kun Hiap terlongong. Tiba2 tokoh kate itu berputar tubuh dan memandang Kun
Hiap lalu tertawa, "Sahabat lama, maaf....."

Kun Hiap terkesiap karena tak tahu apa maksud ucapan si kate itu. Tetapi tiba2
orang kate itu menarik tangan dan berganti menyodok pinggang Kun Hiap
dengan siku lengannya.

Kun Hiap hendak menghindar tetapi tiba2 siku lengan si kate itu mendering dan
dari lengan bajanya meluncur tiga batang besi sepanjang 30an senti.

Kun Hiap terkejut. Bagaimanapun dia hendak menghindar, tetap tak dapat
menyelamatkan diri. Namun dia tetap berusaha juga untuk loncat ke samping
kiri, plek .... tangkai besi menyambar pinggang kiri, tidak keras tetapi cukup

mailto:22111122@yahoo.com 211
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

membuat jalandarahnya tertutuk.

Sam Coat sianseng tertawa haha, lalu melesat ke muka Kun Hiap dan
memandang pemuda itu dari ujung kaki sampai ke atas kepala. Dia mendesis.

Karena jalandarahnya tertutuk, Kun Hiap tak dapat berkutik. Tetapi dia tahu
kalau Sam Coat sianseng memandangnya dan tertegun. Pikirnya, tentulah tokoh
itu kenal dengan mendiang ayahnya, Can Jit Cui.

Beberapa jenak kemudian barulah Sam Coat sianseng menepuk bahu Kun Hiap,
"Sahabat lama,' maafkan.'"

Tiba2 dia menendang ke belakang dan tahu2 tubuhnya melenting sampai 5-6
tombak di udara, berjumpalitan dan melayang turun di hadapan Hui Giok.

Kun Hiap terkesiap. Bertahun-tahun dia hanya tinggal di rumah saja. Dia mengira
tokoh seperti Wi Ki Hu dan Poa Ceng Cay itu, tokoh yang paling hebat. Tetapi
sekarang terbukalah matanya bahwa dalam dunia persilatan itu penuh dengan
tokoh2 yang luar biasa.

Serempak dengan kenyataan itu, diapun menyadari betapa rendah kepandaian


yang dimilikinya sehingga selama berkeliaran dalam dunia persilatan, dia selalu
menjadi bulan2 dan dikuasai orang.

Terdengar Sam Coat sianseng tertawa lagi, serunya, "Sababat, aku sudah tahu
semua."

"Kalau begitu mengapa engkau tak lekas bertindak?" balas Hui Giok.

"Masih ada sebuah hal yang belum kuselesaikan," jawab Sam Coat sianseng,
"tahukah engkau?”

Kata-katanya diucapkan pelahan sekali sehingga Kun Hiap tak dapat


mendengarkan.

"Soal apa? Apakah masih ada lain soal yang lebih penting dari urusan ini?" tanya
Hui Giok..

Sam Coat sianseng tertawa mengikik .dan menuding Hui Giok, "Sekarang engkau
masih muda belia tetapi sudah berani melakukan segala perbuatan. Apabila aku
sudah menyelesaikan, baik dendam tetapi kalau masih membiarkan engkau
hidup di dunia, itu sia2 namanya. Kelak aku ten-tu juga menenma nasib pahit
dari engkau. Pepa-tah mengajarkan 'siapa yang turun tangan lebih duhi, dia
yang kuat dan yang bertindak terlam-bat tentu menderita kerugian’. Yang akan

mailto:22111122@yahoo.com 212
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kukerjakan tak lain adalah soal itu . . . . "

Sebelum orang menyelesaikan kata-katanya, Hui Giok sudah tahu apa tujuannya.
Tangan kanan serentak mencekal cakar Hiat-hun-jiau dan sebelum Sam Coat
sianseng selesai bicara diapun su-dah menyerang dada orang.

Sam Coat sianseng melengking kaget dan loncat mundur, "Sahabat, yang pantas
turun tangan lebih dulu supaya menang adalah aku. Mengapa malah engkau
yang mema.nfaatkan ajaran itu untuk menyerang aku lebih dulu."

Hui Giok tidak mau adu mulut. Dia menerjang dan menyerang hebat dengan
Hiat-hun-jiau.

Sam Coat sianseng menyambut dengan topi bajanya, tring .... gigi baja pada topi
itu hancur dua batang.

"Lihay !" teriak Sam Coat sianseng sembari loncat melambung ke udara. Tiga kali
dia berjungkir balik Sehingga melambung makin tinggi sampai lima tombak. Dia
memakai topi bajanya lagi lalu tiba2 dia bergeliatan menukik ke bawah, kaki di
atas kepala menghadap bawah dia meluncur turun.

Waktu berjumpalitan ke udara, gerakannya begitu cepat. Dan ketika menukik


turun gerakannya lebih cepat lagi, bum .... seperti bom ja-tuh, dia terus
membentur tanah, dan menyusup masuk ke bumi.

Hui Giok loncat memburu dengan gerak secepat angin tetapi ketika tiba di
tempat Sam Co-at ambles bumi, ternyata bekas liang telah tertimbun kembali
dengan tanah, Kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tentulah
Kun Hiap tidak percaya behwa di dunia ini terdapat ilmu masuk ke dalam bumi..

Hui Gok berputar tubuh untuk mencari dimana Sam Coat berada. Tetapi
permukaan tanah tiada tampak suatu gerakan apa2.

Hui Giok penasaran. Dia ayunkan cakar untuk menghantam tanah sehingga di
sana sini penuh dengan lubang. Tetapi Sam Coat tetap meng-hilang seperti
ditelan bumi..

Hui Giok lalu melesat ke tempat Kun Hiap dan membuka jalandarah pemuda itu.
Tepat pada saat itu Kun Hiap melihat tanah di belakang gadis itu tiba2
menggunduk ke atas. Dilihatnya Hui Giok tak mengetahui hal itu. Sedang saat itu
ja-landarah Kun Hiap belum melancar sehingga dia tak dapat berteriak memberi
peringatan.

Tiba2 dari tanah yang membengkak itu menjulur ke luar sebuah tangan

mailto:22111122@yahoo.com 213
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

manusia. Dua buah jari tangan itu segera menutuk jalandarah witiong-hiat di
belakang persambungan lutut Hui Giok.

Saat itu Hui Giok baru terkejut. Namun untuk menghindar sudah tak keburu lagi.
Dalam keadaan gugup, Hui Giok mengangkat kakinya keatas. Ah, dia berhasil
menghindari tutukan orang tetapi sebelum dia sempat untuk menggunakan
cakar Hiat hun-jiau, kelima jari Sam Coat sianseng sudah menerkam tumit kaki
Hui Giok terus ditariknya, bluk, Hui Giok terpelanting jatuh.

Saat itu kepala Sam Coat muncul keluar bersama topi baja. Dia tertawa gelak2,
"Sahabat, maaf !"

Hui Giok berguling-guling lalu melenting bangun dan terus menyerang dengan
ganas. Sam Coat menyelusup ke dalam tanah lagi sembari membuang gunduk
tanah ke atas.

Hui Giok terpaksa enjot tubuhnya ke udara lalu menunjuk ke tanah. Dia
melepaskan tenaga-dalam melalui jari telunjuk untuk menyerang Sam Coat.
Tetapi gunduk tanah tempat Sam Coat tadi, berputar arah dan melaju
membentur tubuh Kun Hiap. Seketika jalandarah Kun Hiappun melancar lagi.

"Hai, kalian tadi bicara dengan baik2 mengapa tiba2 berhantam?” teriak Kun
Hiap setelah ja-landarahnya terbuka.

Hui Giok melayang turun, "Ayo kita pergi," serunya secara menarik tangan Kun
Hiap diajak pergi. “Orang itu sukar dihadapi, lebih baik kita pergi, makin cepat
makin baik.

Dalam waktu beberapa kejab saja keduanya telah mencapai 5-6 li, baru berhenti.

"Ah, walaupun Ilmunya lari di bawah tanah cepat sekali tetapi tak mungkin dapat
menandingi lari kita," kata Kun Hiap.

"Tolol," damprat Hui Giok, "mana dia akan lari di bawah tanah? Jelas dia takkan
memberi ampun kepada kita . . . .

Sambil berkata Hui Giok memandang ke empat penjuru. Dilihatnya di atas lereng
gunung terdapat sebuah dataran karang. Cepat dia mena-rik Kun Hiap menuju
ke tempat itu.

"Di sini kita tak perlu takut kalau dia akan ambles bumi lagi. Dia hebat dalam
ilmu ambles bumi, lihay dalam ilmu di air dan sakti dalam membuat alat2. Itulah
sebabnya dia digelari Sam Coat sianseng. ilmu silatnya juga tinggi. Kecuali
dikalahkan oleh ayah dan mamaku, selamanya be-lum pernah terdengar kalau

mailto:22111122@yahoo.com 214
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dia kalah dengan orang lain," menerangkan Hui Giok.

Ada sesuatu dalam hati Kun Hiap yang hendak ditanyakan tetapi entah
bagaimana dia tidak jadi bicara. Apa yang hendak ditanyakan itu tak lain adalah
bahwa Sam Coat sianseng itu ternyata musuh besar dari kedua orangtua Hui
Giok.

Sambil beristirahat di dataran karang, Hui Giok tetap memandang dan


menperhatikan sekeliling empat penjuru. Setiap terjadi rumput bergoyang tertiup
angin, wajahnya tentu berubab tegang. Namun sampai setengah jam berlalu,
tetap tak terjadi suatu apa.

" Dia mungkin tak datang," kata Kun Hiap.

"Tidak," bantah Hui Giok, "dia masih menung-gu kalau kita turun dari karang ini
lalu menye-rang."

"Apakah kita menunggu di sini seumur hidup?" tanya Kun Hiap.

"Uh, perlu apa engkau, tergesa-gesa? Aku punya rencana sendiri."

Kun Hiap hanya dapat menghela napas. Diam-diam dia membatin bahwa untuk
yang kesekian kalinya dia harus disuruh tunduk lagi.

Tiba2 terdengar suara orang berbatuk. Nadanya parau dan kering seperti nada
seorang tua.

"Siapa?" cepat Hui Giok berputar tubuh. Dilihatnya seorang tua sedang melintasi
gerumbul pohon dan berjalan pelahan-lahan dengan sebatang tongkat.
Mengenakan pakaian warna kelabu, Jalannya pelahan sekali sehingga beberapa
detik baru mencapai jarak satu tombak.

Berulang kali Hui Giok meneriakinya tetapi orang itu seperti tidak mendengar dan
lanjutkan langkah. Sret . . . Hui Giok ayunkan lengan ba-ju dan sebatang hui to
atau pisau-terbang mela-yang.

Melihat orang itu seperti bukan orang persilatan dan wajahnya seperti orang
sakit, Kun Hiap terkejut sekali, "Hui Giok ....!?”

"Jangan ribut!" bentak Hui Giok, "aku hanya menjajal apakah dia itu orang
persilatan atau bukan."

Dalam saat itu hui-to sudah melayang di atas kepala si orang tua dan segumpal
rambut putihnya terpapas.

mailto:22111122@yahoo.com 215
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Memang Hui Giok hanya menyelidiki keadaan orang itu. Kalau benar seorang
tokoh persilatan tentu akan berusaha menangkis atau meng-hindar dari hui-to.
Tetapi setelah tahu orang tua itu hanya berdiri tegak dan tak melakukan suatu
gerakan apa2, baru legalah hati Hui Giok.

Orang tua itu mengangkat muka. Wajahnya pucat dan tubuh kurus kering. Dia
batuk2 sam-pai beberapa saat. Tongkat di tangannya tampak gemetar. Setelah
itu dia mengangkat tongkatnya dan berkata, "Apakah yang itu ... . Wi-kongcu?"
Kata-katanya diucapkan dengan lemah seka-li. Kun Hiap terkesiap lalu
menjawab, "Aku she Can, bukan she Wi."

Kembali orang tua itu batuk2. Tiba2 Hui Giok melihat bahwa tanah di samping
orang tua itu membengkak ke atas. Dia segera tahu kalau Sam Coat sianseng
hendak ke luar dari tanah.

Cepat dia enjot tubuhnya ke muka dan tiba di tempat tanah membengkak tadi.
Dia bersiap-siap, mengerahkan segenap tenaga-dalam untuh menghantam.

Tanah membengkak itu makin lama makin tinggi sehingga orang tua itu terkejut
dan mundur tiga langkah. Pada saat tanah menggunduk sampai setengah meter,
dengan melengking keras, Hui Giok lalu menghantam, bum . . . .

Hantaman itu benar2 disertai dengan seluruh tenaga. Tanah dan pasir
berhamburan muncrat ke udara dan terbukalah sebuah liang besar. Tetapi
anehnya dalam liang itu tak terdapat Sam Coat sianseng.

Tahu kalau tertipu, Hui Giok hendak berputar tubuh tetapi tiba2 dari belakang
terdengar suara Sam Coat sianseng berseru, "Sahabat, maafkan."

Setiup angin pukulan melancar ke punggung Hui Giok. Nona itu masih nekad
berputar tubuh sambil menghantam. Dia tahu kalau lawan itu punya bermacam-
macam alat rahasia.. Kalau dia lon-cat menghindar ke muka, memang dapat
terhindar dari pukulan tetapi dia tentu akan menderita dari alat2 rahasia Sam
Coat sianseng. Oleh karena itu dia nekad menghadapinya saja.

Tanah dan debu berhamburan menutup sekeliling penjuru sehngga Hui Giok
tidak dapat melihat wajah Sam Coat sianseng. Yang kelihatan hanyalah sebuah
tangannya menjulur dari kepulan debu.

Hui Giok cepat balikkan tangan dan terus menerkam siku lengan Sam Coat.
Betapa girangnya karena terkamannya itu berhasil. Tetapi betapa kejutnya ketika
terdengar suara orang terta-wa mengejek dari samping dan sesaat itu diapun
merasa bahwa yang diterkamnya itu bukan seperti lengan manusia.

mailto:22111122@yahoo.com 216
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Giok cepat lepaskan terkamannya, peletak-peletek terdengar bunyi seperti


benda putus. Ternyata kelima jari dari tangan palsu yang diterkam Hui Giok tadi
serempak sama patah semua dan dari lubang kelima jari itu berhamburan keluar
lima ekor ular yang besarnya hanya seperti jari tangan. Ular2 itu berwarna hijau
dan disebut ular Tiok-yap-ceng-coa atau ular daun bambu, jenis ular yang
berbisa.

Masih untung Hui Giok dapat bertindak dengan cepat. Pada saat kelima ekor ular
Ceng-tiok-yap itu muncul dan menyerang, Hui Giok segera menampar dengan
jurus Jiu-bun-ngo-hian atau tangan-memetik-lima-senar. Jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis, dapat mengenai see-kor ular ceng-tiok-yap hancur
kepalanya.

Tetapi ular-ular crng-tiok-yap peliharaan Sam Coat sianseng itu sudah terlatih
baik. Dua ekor ular yang terhindar dari tamparan Hui Giok dengan cepat segera
melilit siku lengan nona itu. Sudah tentu Hui Giok terkejut sekali. Cepat dia
menampar dengan tangan kiri dan remuklah kedua ular itu dengan seketika.

Tetapi karena dia sibuk menghadapi serangan ular, dia sampai tak menaruh
perhatian terha-dap ancaman Sam Coat sianseng.

Setelah menonjolkan tangan palsu untuk menggoda perhatian Hui- Giok, Sam
Coat sianseng sudah berputar ke samping si nona. Pada saat Hui Giok sedang
membasmi ular, Sam Coat siansengpun tertawa sinis dan serentak mengayunkan
tangan, plak .... sebatang batang besi melayang ke arah pinggang Hui Giok.

Hui Giok terkejut tetapi tak sempat untuk menghindar lagi. Pinggangnya
terhantam telak.

"Sahabat, maaf," teriak Sam Coat. Dia memiliki tenaga-dalam yang hebat.
Sekalipun Hui Giok mengenakan baju Kim-wi-kah tetapi tidak urung tubuhnya
terpelanting jatuh.

Hui Giok kaget dan marah. Pada saat ja-tuh ke tanah dia terus menekankan
kakinya ke tanah dan melambung ke udara, melayang turun sampai tiga tombak-
jauhnya.

Karena kedua orang itu bertempur dalam kabut debu yang tebal. Kun Hiap tak
dapat melihat dengan jelas. Saat itu melihat Hui Giok tiba2 melayang keluar,
diam2 dia menghela-napas longgar dan gopoh bertertak,'' Hui Giok. . . . !"

Tetapi saat itu Hui Giok masih berada di udara. Tiba2 nona itu berputar-putar
dan sesaat kemudian sudah mengayunkan cakar Hiat-hun-jiau yang

mailto:22111122@yahoo.com 217
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

memancarkan sinar merah. Selekas turun diatas gunduk batu, diapun segera
enjot tubuh me-layang kearah kepulan debu lagi.

Serentak Kun Hiap melihat bahwa kepulan kabut debu yang tebal itu dilingkupi
dengan sinar merah. Wah, kalau terus-terusan begini, kapan akan selesai.
Pikirnya. Dia hendak turun membantu Hui Giok tetapi pada saat itu dari bawah
gunduk batu besar terdengar suara orang tertawa pelahan.

"Sam Coat sianseng," pikirnya terkejut, Kalau tokoh itu sudah bersembunyi
dibawah gunduk batu, lalu dengan siapakah Hui Giok bertempur itu?

Belum sempat ia menemukan jawaban, tiba2 sesosok tubuh melesat dan


muncullah Sam Coat sianseng dengan berseri tawa dan berbisik-bisik," Ha,
sahabat, rupanya engkau disukai bndak perempuan itu, ya? Kalau kuringkus
engkau, tentulah budak perempuan itu akan menyerah, Maaf, maaf, . , . ,"
sambil berkata dia ulurkan tangan menerkam siku lengan Kun Hiap. Kun Hiap
tertegun, dia hendak menghindar tetapi tiba2, entah dari mana datangnya,
tahu2 sebatang tongkat telah menekan lengannya. Dan pada saat itu tangan
Sam Coat tadipun tiba, Cret. ... dia menerkam ujung tongkat itu. Betapa
kagetnya ketika dia mencengkeram keras ujung tongkat itu. Ah, bukan lengan
manu-sia (Kun Hiap) serentak dia menyadari dan tertegun. Dia biasa
mempermainkan orang dengan alat2 buatan yang hebat. Misalnya seperti tadi,
diapun berhasil mengelabui Hui Giok dengan tangan palsu. Tetapi sekarang dia
berbalik terkecoh karena mencengkeram ujung tongkat- Kurang ajar!

Buru2 dia merentang mata memandang kemuka. Tetapi hanya keheranan yang
dirasakannya. Dilihatnya Kun Hiap sudah mundur beberapa langkah. Sedang dia
sendiri masih tetap mencengkeram ujung tongkat. Lebih kaget lagi, ternyata
ujung tongkat itu berasal dari sebatang tongkat yang tengah dipegang oleh
seorang tua kurus kering seperti sedang mengidap penyakit.

"Siapa engkau?" teriak Sam Coat seraya lepaskan cengkeramannya.

Lebih dulu orang tua itu batuk2 baru kemu-dian menjawab dengan suara yang
lemah.

“Orang mengatakan, yang datang pertama akan mendapat lebih dulu. Sebelum
anda datang, aku sudah .... hek-hek . . . . di sini. Sababat kecil ini, hendak
kuajak menemui seseorang, Harap jangan mengganggunya ..."

Waktu orang tua itu bicara, Sam .Coat memutar otak untuk menggali
ingatannya, mencari ingatannya, mencari tahu siapakah gerangan orang tua itu.
Tadi jelas dia menerkam Kun Hiap tetapi tiba2 dia menerkam ujung tongkat.
Dengan begitu Jelas menandakan betapa sakti kepandaian orang tua itu.

mailto:22111122@yahoo.com 218
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sampai orang tua itu habis bicara, belum juga Sam Coat berhasil menemukan
asal usul orang tua itu.

Setelah orang tua itu selesai bicara, Sam Co-at tertawa lalu tamparkan
tangannya kebelakang ke arah gulungan debu dan seketika terdengarlah dua kali
bunyi benda menghantam tubuh, plak, plak ....

Menyusul terdengar Hur Giok berteriak-teriak memaki menandakan bahwa dia


masih mengira Sam Coat berada dalam gulungan debu itu.

Habig menempuk, Sam Coat berputar tubuh dan berkata kepada orang tua pucat
itu, “Sahabat, engkau ini . . . . "

Sambil batuk2, orang tua itu menukas, "A-ku tak kenal anda. Tetapi aku
mempunyai seorang sahabat yang anda kenal. Kalau kukatakan namanya, entah
apakah anda mau mengalah. kepadaku?"

Ssm Coat sianseng tertawa mengikik, "Saha-bat, silakan bilang."

Saat itu Kun Hiap merasa bingung. Bagai-mana tadi orang tua itu tiba di
sampingnya, sama sekali dia tak tahu. Dan kini orang tua itu mengatakan
hendak membawanja pergi. Ah, mum-pung mereka masih terlibat dalam
pembicaraan, mengapa dia tak mengajak Hui Giok meloloskan diri dari tempat
itu?

Setelah mengambil keputusan, diapun lalu berseru kepida Hui Giok, "Hui.." tetapi
saat itu juga dia tak dapat melanjutkan kata-katanya kareua jalandarah Tay-
moh-hiat pada pinggangnya terasa kesemutan. Dilihatnya mulut orang tua itu
seperti bergerak-gerak, entah sedang berkata apa.

Tampak wajah Sam Coat berubah dan setelah mundur tiga langkah ke samping
batu besar. Topi baja dipakai dan sekali berjumpalitan dia segera menyusup ke
dalam tanah.

Tepat pada saat itu Hui Giok berteriak ma-rah dan menerobos ke luar dari
gumpalan asap debu.

Ternyata tadi setelah menerjang ke dalam gumpalan debu, dia seperti melihat
sesosok tubuh orang berkelebatan. Dia mengira kalau sosok tu-buh itu tentu
Sam Coat yang sedang mengem-bangkan ilmu kecepatan gerak untuk
menghindari serangan Hiat-hun-jiau. Maka diapun ngotot un-tuk menyerang
gencar.

mailto:22111122@yahoo.com 219
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kini setelah mendengar bunyi letusan ketika Sam Coat ambles bumi, barulah Hui
Giok sadar kalau termakan tipu permainan Sam Coat. Dia segera memberosot
keluar dari gumpalan debu.

Tepat pada saat itu dia melihat orang tua kurus tadi berada di samping Kun Hiap
dan di dengarnya Kun Hiap berteriak keras2," Aku tak mau. Aku tak kenal
padamu, sudah tentu akupun tak kenal dengan orang yang hendak engkau
pertemukan dengan aku. Perlu apa aku kesana?"

Orang tua itu batuk2," Orang itu selalu memanggil namamu, sudah tentu. . . .
engkau kenal."

Mendengar pembicaraan itu diam2 Hui Giok terkejut karena merasa salah lihat.
Tadi dia tak bersungguh hati melepaskan Hui-to untuk menjajal orang tua itu.
Dengan melengking nyaing dia terus melayang keatas batu.

Tetapi pada saat dia berada di atas batu, orang tua itu sudah membawa Kun
Hiap ke bawah batu.

"Hai, mau kemana!" bentak Hui Giok sera-ya melayang turun.

Tetapi orang tua itu tetap berjalan dengan tongkat, sembari menggandeng
tangan Kun Hiap. Pelahan sekali langkahnya. Sekali ayunkan tubuh tentu dapat
menyergapnya, pikir Hus Giok. Teta-pi sampai tujuh delapan kali dia berloncatan,
tetapi tak dapat mengejar. Bahkan jaraknya dengan orang tua itu makin lama
makin jauh.

Hui Giok terkejut sekali. Ketika mendiang ayahnya masih hidup, sering
mengatakan bahwi ada dua jenis ilmu ginkang yang paling sakti dalam dunia.
Kesatu, disebut Leng-gong-poh-hi atau Mengapung-diudara-menginjak-
kekosongan. Dan yang kedua adalah Sut-li-seng-jun atau Menyurut-li-jadi-cun. Li
artinya satu mil dan cun artinya dim-

Sut-li-seng-cun tidak sama dengan ilmu sihir sut-tekang atau Ilmu-menyurut-


bumi, tetapi sebuah ilmu ginkang yang paling tinggi. Memang tampaknya seperti
bergerak pelahan tetapi ternyata cepatnya bukan kepalang Tampaknya seperti
berjalan beberapa langkah tetapi kenyataannya sudah amat jauh.

Serentak Hui Gok terkesiap. Apakah orang tua ahli dalam ilmu ginkang Sut-li-
seng-cun ?

Namun Hui Giok masih penasaran dan tetap mengejar sekuat tenaga. Tetapi
nyatanya, makin lama malah makin ketinggalan jauh. Dan ketika menikung di
sebuah di bawah gunung, dia kehilangan jejak kedua orang itu. Kejut dan marah

mailto:22111122@yahoo.com 220
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Giok bukan kepalang. Dia terpaksa berhenti. Tiba2 dia mendengar suara
Sam Coat dari a-rah depan.

"Sungguh berbahaya, sungguh berbahaya," kata Sam Coat dengan napas


terengah-engah, "sahabat. bukannya aku menakut-nakuti engkau. Tetapi baiklah
engkau berjalan pelahan saja. Supaya otak tidak pindah tempat!"

Dengan menahan napas Hui Giok menghampiri maju beberapa tombak.


Dilihatnya Sam Coat sedang muncul dari tanah, Jelas tadi dia hanya omong
sendirian.

Tampak Sam Coat sedang sibuk menghapus keringat dan menepuk-nepuk dada
seperti orang yang baru lolos dari Kui-bun-kwan atau akhirat.

Hui Giok heran mengapa Sam Coat ribut sendiri, Diam-diam dia teringat bahwa
saat itu adalah kesempatan yang bagus untuk menyerangnya. Dengan langkah
yang ringan dan tidak mengeluarkan suara, dia segera menghampiri.

Saat itu Sam Coat sedang berdiri meng-hadap ke arah sana, Hui Giot maju tiga
langkah lagi. Sekoayong-konyong Sam Coat mengangkat tangan, Ternyata dia
sedang melihat pada sebuah cermin kaca yang tengah dipegangnya.

Hui Giok terkejut. Dalam cermin kaca itu dia sedang melihat dirinya sedang
berindap-indap ayunkan langkah. Sudah tentu ulahnya diketahui Sam Coat.
Diapun berhenti.

Tanpa berpaling tubuh, Sam Coat tertawa mengikik," Hayo, mari, silahkan
menyerang dari belakang!" serunya.

Sambil memasang Hiat-hun-jiau di muka dada, berserulah Hui Giok," Kalau


sudah tahu me~ ngapa engkau tak menyingkir?"

"Ih, bukankah aku tadi sudah bilang? Aku hendak turun tangan lebih dulu
supaya kuat. Setelah membunuhmu baru aku melakukan rencanaku.

Sambil mengangkat cakar Hiat-hun-jiau, Hui Giok mengejek," Aku mempunyai


dua buah pusaka Apakah engkau mampu membunuh aku?"

Sam Coat miringkan kepala berseru," sahabat, kita naik keledai sambil baca
buku, jalan sambil baca!"

Marah Hui Giok bukan kepalang tetapi dia menekan perasaannya dengan
tertawa, “Sebenarnya percuma saja engkau hendak membunuh aku. Sakit
hatimu beberapa tahun yang lalu, malah tak dapat engkau himpaskan!"

mailto:22111122@yahoo.com 221
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sam Coat berjingkrak, teriaknya," Sahabat, kalau bicara hati2 sedikit!"

Hui Giok tertawa dingin," Menilik watak budimu itu, lebih baik engkau sembunyi
saja selama-Iamanya. Hati-hatilah kalau sampai dimasukkan orang kedalam peti
besi dan dibawa ke mana-mana. "

Hua, hua. . . . Sam Coat menjerit seperti orang kebakaran jenggot dan terus
menyerbu, ja-ri telunjuk. menutuk ke dada Hui Giok.

Memang tadi Hui Giok hendak memancing kemarahan orang. Kini melihat Sam
Coat menjadi kalap dan menyerangnya, diam2 dia girang. Sambil condongkan
kepala sedikit ke belakang dia ayunkan Hiat-hun-jiau kearah kedua jari lawan.

Cakar Hiat-hun-jiau itu tajam sekali dan mengandung racun tiada taranya. Sekali
kena, tak ada obatnya lagi.

Hui Giok tak perlu menyerang jalandarah maut lawannya. cukup dengan
memapas jarinya saja, lawan tentu sudah binasa. Dia sudah memperhitungkan,
apabila lawan menarik tangannya, dia segera akan mendesak dengan serangan
yang gencar, dengan demikian dia tentu menang angin.

Teanyata Sam Coat tak menarik pulang ta-ngannya, cret cret, cakar Hiat-hun-
jiau dengan tepat dapat menggaetnya, Dan cepat Hui Giokpun segera menarik
Hiat-hun-jiau. Dia ingin menunggu saat2 racun cakar itu akan merenggut jiwa
Sam Coat.

Tetapi diluar dugaan, Sam Coat malah tertawa gelak2 dan tring, tring. . . . kedua
jarinya bukan saja tidak berdarah, malah menghamburkan dua batang jarum
perak yang amat halus.

Saat itu jarak Hui Giok dengan lawan, terpaut dekat sekali. Tak mungkin dia
dapat meng-hindari semburan jarum. Namun dia tetap berusaha untuk
menyelamatkan diri. Setelah menggerakkan cakar Hiat-hun-jiau ke bawah, dia
terus melambung ke udara.

Kedua batang jarum lembut itu sebenarnya menabur kemukanya. Yang sebatang
dapat tersapu jatuh oleh tenaga angin dari ayunan Hiat-hun-jiau. Yang sebatang
lagi, karena Hui Giok bergerak keatas, telah ganti menyasar dadanya.

Hui Giok bahwa dengan mengenakan baju Kim-Wi-kah itu dia memang
terlindung. Tetapi karena tahu bahwa jarum-perak yang digunakan Sam Coat itu
merupakan senjata yang khusus untuk menghancurkan tenaga-dalam maka
diapun cemas.

mailto:22111122@yahoo.com 222
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kecemasan Hui Giok itu memang beralasan sekali. Jarum-perak itu mengandung
racun yang amat ganas, begitu ganas sehingga tokoh2 kalangan Hitam sendiri,
juga jarang menggunakannya.

Begitu menunduk, kejut Hui Giok bukan kepalang. Dadanya penuh berhias
jarum.

Serentak dia ayunkan tangan kiri ketanah. Sebelum kaki mendarat di bumi,
tubuhnya kemba-ili melayang ke udara dan berjumpalitan ke belakang.

Sam Coat tetap mengejarnya. Diam2 Hui Giok mengeluh. Walaupun


mengenakan baju Kim-wi-kah dan menggunakan cakar Hiat-hun jiau, tetap dia
tak mampu mengalahkan Sam Coat. Tetapi dia pun tahu bahwa Sam Coat juga
sukar untuk membunuhnya.

Hui Giok memperhitungkan. Satu-satunya cara adalah hanya melanjutkan


pertempuran itu. Dengan begitu walaupun Sam Coat mempunyai banyak macam
alat2 rahasia seperti jari-palsu dan sebagainya, toh lama kelamaan akan habis
digunakannya juga. Nah, pada saat itu baru dia dapat merebut kemenangan.

Setelah mengambil keputusan, dia berjung-kir tubuh di udara, mengayunkan


Hiat-hun-jiau menghantam kepala Sam Coat yang memburu datang.

Tetapi Sam Coat tegak di tempat tak mau menyurut muadur. Selekas Hiat-hua-
jiau hampir tiba2 di ubun2 kepalanya, barulah dia berputar kebelakang lawan.

Hui Giok tak menghendaki orang mendekatinya. Diapun berbalik melancarkan


serangan. keduanya bertempur dengan cepat sekali dalam jarak yang amat
merapat sehingga untuk beberapa saat sukar mengetahui siapakah yang akan
menang dan kalah.

Sekarang kita tinggalkan dulu kedua orang yang sedang bertempur mati-matian
itu untuk mengikuti Kun Hiap yang dibawa oleh orang tua tak dikenal itu.

Kun Hiap merasa seperti dibawa terbang di antara desir angin yang menderu-
deru. Tak bera-pa lama sudah mencapai jarak jauh sekali. Bebe-rapa kali Kun
Hiap hendak bertanya, kemanakah orang tua itu hendak membawanya. Tetapi
karena angin terlalu keras membuat dia tak mampu mem buka mulut.

Baru setelah melintasi beberapa gunduk bukit dan tiba di jalan besar, orang tua
berpenyakitan itu berhenti. Tepat pada saat tampak dua ekor kuda tegar tengah
lari pesat menimbulkan kepulan debu yang tebal.

mailto:22111122@yahoo.com 223
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap melontarkan pandang kearah kedua kuda itu dan saking kejutnya dia
berteriak tertahan.

Kuda yang lari di muka, dikendarai oleh seorang wanita setengah tua yang
bukan lain adalah mamanya, Tong Wan Giok. Sedang kuda yang dibelakang
dinaiki oleh Wi Ki Hu. Rupanya Wi Ki Hu sedang mengejar Tong Wan Giok..

Melihat itu serentak meluaplah darah Kun Hiap. Dengan sekuat tenaga dia
menghantam ke muka.

Sebenarnya pada saat dia tertegun tadi, kedua kuda itu sudah melintas dan
melesat tiga empat tombak jauhnya. Maka hantaman Kun Hiap itu hanya
menambah angin yang makin membuat kepulan debu membubung tinggi.

Sambil deliki mata, Kun Hiap meronta dari tangan si orang tua, "Lepaskan aku !
Lepaskan aku!"

Tetapi orang tua berpenyakitan itu, hanya menjawab kaku, "Orang yang hendak
kupertemukan kepadamu belum berjumpa, bagaimana akan kulepaskan engkau
?"

Sambil menunjuk ke muka dengan menggentak gentakkan kaki ke tanah karena


kesal, Kun Hian menggeram, "Ah, tak dapat mengejarnya, tah dapat
mengejarnya'."

"Apa engkau kenal dengan kedua orang itu?" tanya orang tua dengan heran.

"Bukan hanya kenal tetapi yang satu itu adalah mamaku dan yang satu adalah
musuh yang telah membunuh ayahku dan merebut mamaku. Kali itu aku tak
dapat mengejarnya tetapi biar sampai di ujung langit, aku pasti akan tetap
mencarinya.”

Sepasang alis yang jarang dari orang tua berpenyakitan itu tampak mengerut,
"Engkau salah duga. Orang itu adalah Kim-liong-kiam-khek Wi Ki Hu.. Kalau dia
membunuh ayahmu, itu mungkin juga. Tetapi dia tak mungkin akan
mencemarkan mamamu."

Melihat musuh besarnya tengah mengejar mamanya dan dia tak dapat berbuat
apa2, Kun Hiap kelabakan setengah mati. Dari karena mendengar nada ucapan
orang tua itu seperti masih membela Wi Ki Hu, marahlah Kun Hiap, teriaknya,
"Bah ! Bagaimana engkau tahu hal itu ? Dari mana!"

Sebenarnya Kun Hiap itu seorang pemuda yang sopan santun, halus budi. Tetapi
dia tak kuat menahan emosinya sehingga membentak bentak orang tua itu.

mailto:22111122@yahoo.com 224
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Orang tua berpenyakitan itu gelengkan kepala, "Apapun hendak engkau katakan,
aku tetap tak percaya. Aku paling tahu akan peribadi Wi Ki Hu."

Orang tua itu hanya mencekal tangan kanan Kun Hiap maka tangan kiri pemuda
itu masih dapat bergerak. Karena marahnya, dia ayunkan tangan kiri
menghantam muka orangtua itu.

Orang tua itu diam saja, sedikitpun tak mau menghindar. Kun Hiap
menggunakan tenaga penuh. Dia sebenarnya hanya hendak menampar mu-ka
orang untuk menumpahkan kemarahannya. Tetapi biasanya dia jarang turun
tangan terhadap orang. Waktu tamparannya melancar, dia tiba2 tenngat bahwa
Wi Ki Hu itu memang pandai sekali bermain sandiwara untuk menyelimuti
peribadinya. Bukankah dia sendiri telah dikelabuhi hampir selama 20 tahun untuk
mengakui Wi Ki Hu itu sebagai ayah kandungnya ? Kalau orang tua
berpenyakitan itu juga mengagumi Wi Ki Hu sebagai seorang ksatrya luhur budi,
memang tak dapat disalahkan, Dia tentu juga kena dikelabuhi.

Memikir sampai djsitu Kun Hiap agak kendor kemarahannya. Dia hendak menarik
tangannya tetapi dia sudah terlanjur menggunakan tenaga sepenuhnya. Sudah
tentu sukar untuk ditarik dengan seketika. Satu-satunya cara yang dapat
dilakukan hanyalah dengan mengurangi tenaganya.

Pada saat tamparan tangannya hampir tiba di muka si orang tua, hanya tinggal
beberapa dim saja, tiba2 setiup tenaga-kuat menghambur dan menolak lengan
Kun Hiap sedemikian rupa sampai dia meringis kesakitan karena lengan itu
serasa copot dari persambungannya.

Kun Hiap terkejut sekali sehingga saat itu dia tak dapat berkata apa2.

"Engkau masih muda mengapa tindakanmu begitu tak monghormat kepada


orang tua ? Untung tadi engkau menyadari dan menarik sebagian tenagamu.
Kalau tidak, hm, hawa murni it-wan-cin-gi dalam tubuhku memancar, lenganmu
tentu hilang," kata orang tua berpenyakitan itu.

Lemah dan pelahan kata2 itu diucapkan tetapi telinga Kun Hiap serasa pecah
sehingga tubuhnya gemetar.

Kun Hiap tahu bahwa orang tua itu bukan hanya menggertak kosong karena saat
itu lengannya ma-sih terasa sakit.

Setelah melonggarkan napas, Kun Hiap berkata," mengapa tiba2 di tengah jalan
aku meronta hendak melepaskan diri- adalah karena kasihan kepadamu yang
kena dikelabui orang sampai bertahun-tahun."

mailto:22111122@yahoo.com 225
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Cara bagaimana Wi Ki Hu membunuh ayahmu dan merebut namamu,


ceritakanlah," kata orang tua itu.

"Dia...,"baru berkata sepatah tiba2 Kun Hiap teringat bahwa soal itu menyangkut
rahasia yang memalukan dari keluarganya. Bagaimana dengan begitu saja dia
hendak menceritakan kepada orang lain?

Dia segera melanjutkan kata2nya tetapi dialihkan," Wi Ki Hu adalah musuh


besarku. Bagaimana peribadinya, sudah tentu aku tahu jelas. Kalau sakit hati itu
tak kuhimpaskan, aku bersumpah takkan hidup lagi!"

Wajah orang tua itu, mengerut gelap. Sejenak termangu, dia berkata,"
Kepandaian yang engkau miliki sekarang ini tak ada sepersepuluh kepandalan Wi
Ki Hu. Tetapi engkau mempunyai bakat tulang yang bagus sekali. Apa bila
engkau bertemu orang sakti, engkau tentu dapat mengungguli Wi Ki Hu. Tetapi
engkau berkeras menganggap Wi Ki Hu itu berbuat jahat tentu karena engkau
mendengar ocehan orang yang sengaja memutar-balikkan fakta. Maka
betapapun lihay kepandaian yang akan engkau peroleh, aku tetap takkan
mengizinkan engkau bertindak dengan gegabah."

Bermula Kun Hiap gembira karena orang itu memuji bahan tulangnya bagus,
tetapi kata-kata orang tua itu lebih lanjut, makin lama makin tak karuan dan
akhirnya marahlah Kun Hiap," Engkau. . . . engkau mengatakan akan menentang
aku menuntut balas?"

"Nanti kalau sudah tiba saatnya kita bicara lagi, Mungkin kelak engkau akan tahu
kesalahanmu itu," kata orang tua berpenyakitan.

Kun Hiap mendengus," Atau engkau yang akan menyadari hal itu, siapa tahu."

Orang tua gelengkan kepala," Mari kata lanjutkan perjalanan, jangan


membiarkan orang menunggu tak sabar."

Begitu melangkahkan kaki, orang tua itu sudah membawa Kun Hiap terbang
melintasi jalan besar dan tak berapa lama tiba di sebuah lembah.

Tampak beberapa buah rumah pondok di bangun pada dinding karang.

Sekali orang tua itu ayuhkan tangan, Kun Hiappun terlempar lima tombak
kedalam lembah, serunya," Orang yang hendak menemui engkau sedang
menunggu di dulam pondok itu. Lekaslah engkau ke sana!"

Orang tua itu tidak ikut masuk melainkan menjaga di mulut lembah. Kun Hiap

mailto:22111122@yahoo.com 226
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

memperhatikan bahwa kecuali mulut lembah itu, tiada lain jalan keluar lagi. Apa
boleh buat, dia ayunkan langkah menghampiri ke pondok. Dia ingin tahu
siapakah orang yang hendak menemuinya itu.

Begitu tiba di muka pondok dia lantas mendorong pintunya. Ternyata dalam
pondok itu merupakan sebuah liatong (ruangan upacara yang indah, Kanan
kirinya terdapat kamar.

"Siapakah yang hendak men.emui aku ? Aku Sudah datang ?" serunya. Tetapi
sampai diulang dua kali, tetap tiada jawaban.

Dia melangkah masuk dan membuka kamar sebelah kiri. Disitu dilihatnya
seorang wanita tengah berbaring diatas sebuah ranjang bambu. Kun Hiap
tersipu-sipu merah mukanya. Cepat dia mundur selangkah. Tetapi serempak
pada saat itu wanita itupun berputar tubuh.

Begitu melihat wajahnya, Kun Hiap terlongong-longong. Walaupun wajah wanita


itu pucat tetapi kecantikannya masih tampak jelas seperti dulu. Siapa lagi wanita
itu kalau bukan Tian Hui Yan!

Hati Kun Hiap berdetak keras. Dia menuding Hui Yan, bibirnya bergerak-gerak
tetapi sampai beberapa saat belum juga dapat mengeluarkan kata2. Dia seperti
kena pesona melihat yang tak mungkin terjadi itu.

Mungkin Hui Yan yang sudah meninggal itu berada dismi? Ah, tidak, tidak. Tak
mungkin orang yang sudah mati akan hidup kembali.

Sampai lama sekali baru dapatlah meluncur kata2 dan mulutnya," Sam-kounio,
apakah arwahmu masih penasaran dan hendak mencari aku?"

Nona yang berbaring di balai2 bambu itu menghela napas.

Timbul lain pikiran pada Kun Hiap. Ya, di dunia ini memang banyak sekali orang
yang serupa wajahnya. Apakah nona itu bukan Tian Hui Yan?

"Siapakah nona ini? Ah, engkau mirip sekali dangan seseorang. Aku kaget
sekali," kata Kun Hiap pun.

Tiba2 nona itu berkata dengan suara. lemah, "Aku mirip dengan siapa?"

"Engkau mirip dengan seorang nona she Tian."

"Dia sudah mati," kata nona itu." oleh karena itu engkau begitu ketakutan sekali
melihat aku bukan?”

mailto:22111122@yahoo.com 227
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap terkesiap," Bagaimana engkau tahu hal itu? Ah, benar, dia memang
sudah meninggal dan lagi. . . . dapat dikatakan... kalau mati ditanganku. Aku
sungguh menyesal dan merasa berdosa kepadanya. Tetapi apa mau dikata lagi.”

Tiba2 tangan gadis itu menekan balai2 bambu dan duduk. Dengan wajah
terkejut heran dia berseru menegas," Engkau yang mencelakainya ? Bagaimana
hal itu dapat terjadi?"

Kun Hiap terus memandang gadis itu dengan lekat. Melihat bagaimana gadis itu
kepingin sekali mengetahui hal itu dan sikapnya begitu bersung-guh-sungguh,
Kun Hiap mendapat kesan bahwa itulah Tian Hui Yan yang sebenarnya. Memang
wajah bisa saja serupa, tetapi apakah sikap, gaya juga dapat serupa?

Dengan hati berdebar keras, Kun Hiap berkata," Apakah engkau ini sam-kounio?
Aduh, lekas kita pergi, hayo kita lekas pergi!"

"Ya, aku menang belum mati," kata gadis itu.

Kun Hiap cepat melangkah maju dan mengulurkan tangan hendak menarik gadis
itu. Tetapi pada saat tangannya menyentuh lengan si gadis, tiba2 terdengar deru
sebuah benda hitam yang menerobos masuk dan jendela. ...

Kun Hiap terkejut tetapi tak dapat menghin-dar. Benda itu tepat mengenai siku
lengannya sehingga dia terpental selangkah ke belakang.

Ternyata benda itu hanya segulung rumput kering dan menyusul terdengar si
orang tua berpenyakitan tadi berseru dan luar jendela," Dia menderita luka-
dalam yang parah, kalau engkau tarik tentu akan binasa. Mengapa engkau
begitu gegabah?"

Mendengar itu Kun Hiap menarik pulang tangannya.

"Engkau hendak membawa aku kemana?” tanya gadis itu yang bukan lain adalah
Hui Yan.

"Betapa sedih hati Biau-koh mendengar engkau binasa. Kalau tahu engkau tidak
meninggal, dia tentu gembira sekali. Mengapa engkau tak lekas2 menemuinya?"
seru Kun Hiap.

HuiYan mengerang kecil, "Walaupun aku belum meninggal tetapi aku tak dapat
bergerak. Bagaimana mungkin aku dapat menemui mama? Engkau, . . ." - ia
memandang Kun Hiap tanpa melanjutkan kata-katanya.

mailto:22111122@yahoo.com 228
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Baikm aku akan mengatakan kepadanya," seru Kun Hiap terus berputar tubuh
dan terus ayunkan langkah. Tetapi baru beberapa tindak, terdengar Hui Yan
meneriakinya dengan suara lemah. Engkau. . . .. kembalilah. Aku masih akan
bertanya lagi kepadamu."

Biasanya Kun Hiap segan dekat dengan si dara karena selalu menderita olok-
oloknya, tapi saat ini dia menderita luka parah dan lagi daa merasa kalau dia
yang menyebabkan derita itu maka mendengar teriakan Hui Yan diapun cepat
berputar tubuh dan bertanya," Soal apa?"

Hai Yan memandang beberapa jenak baru berkata," Apakah engkau bertemu
dengan Jiciku?"

Kun Hiap paksakan tertawa," Ya, aku dan dia..."

"Engkau bersama-sama," tukas Hui Yan dengan tertawa paksa," benar bukan?"

“Ya, saat ini dia sedang bertempur dengan Sam Coat sianseng. Cianpwe yang. . .
. berpenyakitan itu berkeras membawa aku kemari untuk menemui engkau."

Wajah Hui Yan agak berubah makin pucat, ujarnya." Apakah engkau tak suka
menemui aku?"

"Ah bukan begitu," sahut Kun Hiap gopoh, "sudah tentu aku senang sekali
bertemu dengan engkau. Karena tindakanku yang kurang hati-hatilah yang
menyebabkan engkau sampai terlempar jatuh dari kuda sampai mati. . . o , tidak
sampai terluka parah."

Sambil pejamkan mata, berkatalah Hui Yan, “itu ji-ci yang mengatakan, bukan?"

"Ya, dia yang bilang," Kun Hiap mengangguk.

Dengan pelahan, Hui Yan berkata," Benar, memang aku jatuh dari kuda tetapi
tidak mati, hanya pingsan. Apakah engkau tak dapat membedakan antara orang
mati dengan orang pingsan ?”

"Saat itu aku tak mendekati engkau," bela Kun Hiap, "hanya waktu itu ji-siocia
mengatakan, aku sudah tertimpa bencana besar, Aku jadi panik dan kehilangan
akal.”

"Kalau kuberitahukan kepadamu,” kata Hui Yan dengan nada makin pelahan,
"pada saat aku hendak siuman dari pingsan waktu itu, jici telah meletakkan
tubuhku kedatam lubang pohon dan menghantam dadaku satu kali sehingga aku
muntah darah lalu pingsan lagi. Karena percaya aku telah mati barulah dia

mailto:22111122@yahoo.com 229
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

meninggalkan tempat itu. Apakah engkau percaya pada keteranganku ini?”

Sebelum Hui Yan selesai bicara, wajah Kun Hiap sudah berubah dan kedua
tangannya bergoyang-goyang menolak, "Sam-siocia, apakah kata-katamu itu
tidak terlalu berlebih-lebihan ?"

"Engkau percaya atau tidak ?" dengan agak merentang mata Hui Yan menegas.

Teringat akan keterangan Hui Giok dalam peristiwa kematian Hui Yan tempo
hari, untuk beberapa saat Kun Hiap tak dapat menjawab pertanyaan Hui Yan.

"Kalian berdua adalah kakak beradik,” akhirnya dia berkata juga," bagaimana
mungkin dia sampai melakukan hal yang sedemikian itu?”

Hui Yan kembali pejamkan mata, ujarnya, "Memang kutahu, kalau hal itu
kukatakan kepada orang, tentu orang sukar percaya. Tetapi yang tahu tentang
diri seorang anak perempuan itu hanyalah mamanya. Perbuatan ji-ci itu tentu tak
mungkin dapat mengelabuhi mama!”

Mendengar itu hati Kun Hiap berdetak keras, pikirannya kacau, “Akan kuberitahu
kepada Biou-koh. Harap engkau baik2 beristirahat dan merawat diri."

"Apakah engkau tidak. . . . datang kemari untuk menjenguk aku lagi?" seru Hui
Yan dengan lemah.

Tanpa banyak pikir Kun Hiap mengiakan dan terus keluar. Baru tiba di ambang
pintu, didengarnya Hui Yan menghela napas panjang. Setelah keluar dari pintu,
dia merasa longgar perasaannya. Bukan karena dia takut menemani seorang
dara yang sedang menderita luka parah, melainkan dia ngeri mendengar
keterangan Hui Yan tadi. Dia masih meragu dan menganggap bahwa tak
mungkin seorang kakak begitu sampai hati hendak mencelakai adiknya sendiri.

Sejenak dia tertegun di pintu- Dilihatnya orang tua berpenyakitan tadi berdiri di
kejauhan sambil menggendong kedua tangannya. Sikapnya santai2 saja.

Kun Hiap menghampiri, memberi hormat dan pamitan. Tetapi orang tua itu
hanya mendesuh seperti tak menghiraukannya.

Karena buru2 hendak memberi kabar kepada Biau-koh, Kun Hiap terus melesat
loncat keluar dari lembah. Tetapi tiba2 telinganya terngiang suara orang tua
berpenyakitan itu, "Turut apa yang kuketahui, keterangan nona Tian kepadamu
tadi memang benar semua."

Kun Hiap terkejut heran. Bilakah orang tua itu mengikutinya? Buru2 dia berputar

mailto:22111122@yahoo.com 230
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tubuh. Ah, tak tampak seorangpun juga. Saat itu dia sudah berada diluar
lembah. Memandang kearah lembah dia masih dapat melihat orang tua
berpenyakitan itu tetap berdiri di tempatnya. Aneh, mengapa suaranya begitu
jelas terdengar di telinganya?

"Hm, dia tentu menggunakan ilmu menyusup suara Coan-li—Coan-im. Sebuah


ilmu tenaga dalam yang sakti," pikirnya. Dan dia menarik kesimpulan bahwa
orang tua itu tentulah seorang tokoh aneh yang berilmu tinggi.

Beberapa saat tertegun, tetapi dia masih meragukan kebenaran kata2 Hui Yan
tadi. Lalu dia lari sekuat tenaga untuk mengejar waktu. Pada hari kedua
keesokannya, dia sudah tiba diluar lembah kediaman. Biau-koh.

"Biau-koh cianpwe, Biau-koh cianpwe," dia berteriak sekeras-kerasnya. Dia


percaya Biau-koh memiliki kepandalan tinggi. Walaupun terpisah jarak jauh, asal
dia berteriak, tentulah Biau-koh dapat mendengarnya.

Tetapi waktu dia tiba di mulut lembah, teriakannya yang dilakukan berulang-
ulang itu tiada juga mendapat penyahutan. Apa mungkin Biau-koh tidak berada
di tempat, pikirnya.

Dia terus lari masuk kedalam lembah. Memandang ke muka, dilihatnya Biau-koh
dan Tian toa-siocia tengah duduk bersila beradu punggung, Kedua tangannya
menjulur ke depan. Tampaknya separti orang yang tengah berlatih.

Kun Hiap terus hendak lari menghampiri seraya berseru, "Biau-koh cianpwe,
harap berhenti dulu, aku hendak menyampaikan berita gem-bira . . . ."

Baru berkata begitu, tiba2 dia seperti dihadang oleh tembok karet yang kokoh.
Dia hanya terpisah satu lombak dari tempat Biau-koh dan kedatangannya itu
disertai dengan lari yang cepat. Uh... dia tertolak mencelat ke udara. Setelah
jungkir balik sampai tiga kali barulah dia melayang turun.

Dia terkejut heran. Dia tak melihat sesuatu tetapi mengapa sampai terlempar ke
belakang.

Sesaat dia menginjak tanah, terdengarlah suara seorang wanita berteriak


nyaring, "Biau-koh, sampai berapa lamakah engkau mampu bertahan begitu
mati-matian itu ?"

Kun Hiap terkejut. itulah nada suara dari nyonya Ko, isteri Ko Thian Hoan.
Menurutkan arah suara itu barulah dia tahu bahwa dalam lembah disitu kecuali
Biau-koh dengan puteri sulungnya,-masih ada lagi empat orang yang memecah
diri pada empat jurusan, mengepung Biau-koh. Jaraknya terpisah dua tombak

mailto:22111122@yahoo.com 231
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dari tempat Biau-koh. Merekapun tengah julurkan tangan ke muka.

Cepat Kun Hiap dapat mengetahui apa yang terjadi dalam lembah itu. Ternyata
Biau-koh dan Tian toa-siocia sedang berhadapan melawan empat musuh. Tadi
yang dibenturnya tak lain adalah pancaran tenaga-dalam dari mereka yang
sedang bertempur adu tenaga-dalam.
Kun Hiap terkejut. Ternyata nyonya Ko memang hendak mencari balas dan dari
ucapannya tadi, tampaknya Biau-koh dan Tian toa-siocia sudah kewalahan. Lalu
siapakah keempat orang itu?

Kun Hiap mengeliarkan pandang ke sekeliling. Dilihatnya diantara mereka


terdapat dua orang rahib pertengahan umur. Wajah dan sikapnya, seperti pinang
dibelah dua. Sama2 bertubuh kurus kering dan berwajah dingin.

Kun Hiap terkesiap. Tiba2 dia teringat bah-wa di kalangan kaum paderi dan
rahib, yang paling tinggi kepandaiannya adalah Po-to-song-ni atau sepasang
rahib Po. Ilmu kepandaian dari kedua rahib itu -berbada dengan kepandaian
tokoh2 dari kalangan agama. Keduanya memihki, ilmu Hok- mo~kang yang luar
biasa dahsyatnya. Dan itu sesuai dengan sifat mereka berdua yang paling
membenci kejahatan.

Setiap tiga tahun sepasang rahib itu tentu turun dari gunung Po-to-san untuk
menjalankan dharma kebaikan. Entah sudah berapa banyak orang jahat yang
mati di tangan mereka. Oleh karena itu setiap mereka turun gunung maka
kawanan tokoh persilatan jahat tentu buru2 menyingkir bersembunyi.

Mungkin di seluruh dunia persilatan sukar untuk mencari sepasang rahib yang
baik wajaha sikap dan perangainya serupa satu sama lain.

Diam2 Kun Hiap mencemaskan keselamatan Biau-koh. Dia mengalihkan pandang


ke lain sudut. Dilihatnya tokoh yang berada disitu seorang. imam yang. bertubuh
tinggi besar berwajah merah segar. Dia tak lain adalah Thian Go lojin, ketua dari
partai Ceng-shia-pay.

Kun Hiap makin kaget. Keempat tokoh itu tergolong jago2 kelas satu. Biau-koh
hanya berdua dengan puterinya. bagaimana mampu menghadapi mereka?

Dia memandang kearah Biau-koh. Tampak Biau-koh masih biasa saja tetapi
wajah Tian toa-siocia sudah berwarna kuning lesi, dahinya bercucuran keringat.

Yang dihadapi Tian toa~siocia itu adatah Po-to-song-ni. Walaupun ilmu


kepandaian Tian toa-siocia itu tinggi tetapi sukar untuk melawan sepasang rahib
dari gunung po-to-san itu. Tubuh Tian toa-siocia agak gemetar. Makin lama dia
makin tak dapat bertahan.

mailto:22111122@yahoo.com 232
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sekonyong-konyong dia memekik keras, tubuhnya tiba2 berdiri, dengan


meregangkan sepuluh jari dan rambut terutai, muka penuh keringat dan sikap
seperti sesosok iblis, dia menerjang maju.

Sepasang rahibpun serentak berdiri. Keduanya memperdengarkan suara tawa


yang membuat buluroma berdiri.

Tian toa-siocia bergerak cepat sekali. Sekali mengayun tubuh dia sudah tiba
dihadapan kedua rahib lalu kesepuluh jarinya yang seperti berlumuran cat hitam,
menerkam muka kedua rahib.

Po-to-song-ni mencondongkan tubuh ke belakang untuk menghindari. Tepat


pada saat itu Biau-kohpun "'meringkik panjang dan berbangkit diri dan melesat
ke belakang.

Sebenarnya tadi dia sedang menahan serangan tenaga-dalam dari Thian Go lojin
dan nyonya Ko. Karena dia menyurut mundur maka arus pancaran tenaga--
dalam Thian Go dan nyonya Ko itupun segera melanda seperti gelombang
pasang.

Tetapi Biau-koh bukanlah tokoh sembarangan. Karena sudah merencanakan


mundur, sudah tentu dia mempersiapkan cara penjagaan.

Dia bergerak mundur dengan cepat sekali dan meminjam arus tenaga-dalam
kedua lawannya sehingga gerakannya mundur makin deras.

Hanya dalam sekejab mata saja dia sudah berada di belakang puterinya. Dan
tanpa berbalik tubuh, dia melambung keatas, bergeliatan naik turun dan tahu2
sudah berada di belakang kedua rahib ......

(bersambung ke jilid 9).


Memang luar biasa cepatnya Biau-koh bergerak tetapi sepasang rahib dari Po-to-
san dan Tian toa-siocia juga bergerak cepat sekali.

Saat itu kesepuluh jari Tian toa-siocia sudah menerkam dan sepasang rahib
itupun agak merebahkan tubuh ka belakang. Lengan jubah mereka tiba2
dikibaskan keatas, plak, plak . . . terdengar bunyi tamparan keras ketika kedua
lengan jubah sepasang rahib itu saling berbentur.

Menyusul dengan itu terdengar" bunyi krek krek macam tulang patah, Dan Tian
toa-siocia menjerit ngeri.

mailto:22111122@yahoo.com 233
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Ternyata kedua rahib itu memancarkan tenaga murni Hok-mo-cin-gi mereka


kearah lengan jubah. Dan ketika membentur jari Tian toa-siocia, tak ampun lagi
kesepuluh jari tangan si toa-siocia remuk semua .....

Waktu melihat Tian toa-siocia tadi menerjang maju, Biau-koh sudah menyadari
kalau puterinya bakal celaka. Dia tahu kalau puteri sulungnya itu berwatak keras.
Tindakannya menerjang musuh itn tentu hendak mengadu jiwa maka Biau-
kohpun buru2 mnndur hendak melepaskan puterinya dari kepungan. Tetapi pada
saat dia berada di belakang kedua rahib, ternyata sudah terlambat. Sepuluh jari
puterinya sudah rompal hancur.

Sudah tentu Biau-koh gugup dan sedih. Cepat dia dorongkan kedua tangannya
kearah punggung kedua rahib.

Kedua rahib itu cepat menghantam ke belakang. Tetapi ternyata serangan Biau-
koh itu hanya gertakan kosong, walaupun tampaknya dilancarkan dengan
dahsyat.

Biau-koh sudah memperhitungkan bahwa kedua rahib itu tentu akan


membalikkan tangan menghantam ke belakang. Maka dia menunggu saja. Begitu
tangan kedua rahib itu mengayun ke belakang, Biau-koh menarik pulang
tangannya dan memancarkan tenaga dalam dengan jempol jari.

Tepat sekali perhitungan Biau-koh itu. Telapak tangan kedua rahib itu tepat
membentur jempol jari Biau-koh. Gemas karena puterinya menderita luka parah,
Biau-koh salurkan tenaga-dalam dengan penuh, uh, uh kedua rahib itu
mendesuh tertahan dan sebelah lengannya terkulai melentuk.

Berhasil dengan tutukan itu, dengan cepat Biau-koh melanjutkan pula,


menyusuri lengan kedua rahib itu dan menutuk tiga buah jalandarah lengan
mereka. Dan berbareng itu, kedua kakinya susul-menyusul melepaskan
tendangan.

Sungguh tiada tara kecepatan Biau-koh melepaskan tendangan berantai itu


sehingga tokoh sakti seperti kedua rahib dari Po-to-san itu tak sempat berbalik
tubuh lagi.

Bluk, bluk . . . . tendangan Biau-koh tepat mengenai pinggang lawan dan kedua
rahib itu pun terlempar ke udara. Jika lain orang tentulah sudah remuk tulangnya
menerima tendangan Biau-koh seperti itu. Tetapi berkat tenaga-dalam Hok-mo-
cin-gi yang digunakan untuk melindungi diri, waktu melayang di udara kedua
rahib itu berjumpalitan dua kali untuk menghapus tenaga tendangan Biau-koh,
setelah itu baru melayang turun ke tanah.

mailto:22111122@yahoo.com 234
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Seumur hidup rasanya baru pertama kali itu dia menderita hinaan yang
sedemikian hebat.

Setelah berdiri tegak, wajah mereka berubah membesi, sebelah lengannya masih
melentuk tak dapat digerakkan. Walaupun tak sampai cacat tetapi karena kena
ditutuk beberapa kali oleh Biau-koh maka lengan itupun tak dapat berfungsi.

Dalam pada itu setelah menendang kedua lawan, Biau-koh cepat menghampiri
puterinya. kesepuluh jari Tian toa-siocia remuk, wajah pucat lesi, menandakan
kalau dia menderita kesakitan hebat.

Biau-koh menarik puterinya supaya berada dibelakangnya dan dia sendirilah


yang akan menghadapi keempat lawan yang tangguh itu.

"Ma," kata Tian toa-siocia dengan napas terengah2, "apakah engkau mampu
menghadapi mereka berempat?"

Biau-koh tertawa nyaring, "Tolol! Apakah mamamu pernah gentar menghadapi


siapa saja? Apakah engkau tak menyaksikan bagaimana tadi mama telah
menghajar kedua rahib busuk itu dengan tendangan? Biar mereka sedikit tahu
rasa. Nanti setelah kukeluarkan Hiat-hun-jiau, mereka pasti akan kelabakan
setengah mati karena tak punya empat kaki untuk melarikan diri!"

Mendengar ucapan itn, marahlah kedua rahib tetapi diam2 merekapun memuji
kelihayan Biau-koh.

"Jangankan hanya Hiat-hun-jiau, sekalipun engkau memiliki pusaka lain, tetapi


jangan harap engkau mampu menghadapi kami berempat," tiba2 nyonya Ko
berseru mengejek.

Mendengar itu wajah Biau koh dan puterinya berobah pucat. Kembali nyonya Ko
tertawa

mengejek, "Kedua pusaka itu tiada taranya di dunia psrsilatan, mengapa tak
lekas engkau, keluarkan agar kami dapat melihatnya ?"

Biau-koh berusaha untuk menangkan diri, sahutnya, "Menghadapi kawanan tikus


berempat seperti kalian, mengapa perlu menggunakan pusaka ?"

Nyonya Ko tertawa gelak2 lalu maju menghampiri, "Jangan coba bermain gertak
sambal! Kalau tak tahu jelas bagaimana keadaanmu, mana kami berani datang
kemari ?”

Sambil berkata dia hantamkan kedua tangannya ke muka. Kedua rahib juga

mailto:22111122@yahoo.com 235
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

serempak bergerak. Yang satu dari kiri dan yang lain dari kanan, menerjang
maju.

Ucapan nyonya Ko itu bukan hanya membuat Biau-koh dan Tian toa-siocia
melongo, pun Kun Hiap juga mengeluh.

Nyonya Ko dan kedua rahib itu menerjang dengan cepat tetapi Biau-koh lebih
cepat lagi. Sambil menarik puterinya, dia melesat mundur ke belakang.

Biau-koh membawa puterinya masuk kedalam gua. Ketika nyonya Ko dan kedua
rahib itu melesat mengejar, pintu guapun sudah ditutup rapat oteh Biau-koh.
Pintu itu terbuat dari batu yang tebal dari berat, tak mungkin mereka dapat
menerobos masuk.

"Thian Go lojin, tolong lojin periksa keatas lembah, apakah selain pintu ini masih
terdapat lain pintu lagi. Untuk, membasmi kutu berbahaya, dalam dunia
persilatan, hanyalah hari ini kesempatannya," teriak nyonya Ko dengan nyaring.

Thian Go lojin mendesuh. Dia melayang turun ke muka pintu gua, menekuk
tubuh, menekan tangan ke tanah dan pelahan-lahan tubuhnya melambung
sampai setombak tingginya. Dia menekan karang dan tuhuhnya melambung
keatas lagi sampai dua tombak, kemudian berdiri tegak diatas dataran karang
yang menjadi payon dari gua rahasia itu. Dia berjaga disitu untuk mengawasi
jangan sampai Biau-koh dapat melarikan diri dengan jalan menerobos keatas
gua..

Bum, bum, bum .... tiga kali nyonya Ko menghantam pintu gua seraya berteriak,
"Biau-koh, hari ini kematianmu sudah tiba, perlu apa engkau harus
menyembunyikan diri. Tidakkah hal itu akan mencemarkan kemasyhuran
namamu?"

Dia tahu kalau Biau-koh berani tampil menghadapi mereka, dengan tak punya
kedua pusaka itu lagi, Biau-koh tentu takkan mampu menandingi kekuatan
mereka berempat.

Oleh karena Biau-koh bersembunyi dalam gua dan dia tak berhasil
menghancurkan pintu gua yang begitu kokoh, maka nyonya Ko berusaha iintuk
membangkitkan amarah Biau-koh dengan kata2 yang mengejek.

Namun sampai berulang kali nyonya itu berteriak2, tiada penyahutan sama sekali
yang terdengar dari dalam gua. Keadaan dalam gua itu sunyi senyap saja.

"Harap Ko hujin mundur, biarlah kami berdua akan menggempur pintu ini," kata
kedua rahib.

mailto:22111122@yahoo.com 236
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Nyonya Ko mengiakan. Dia tahu kalau kedua rahib itu hendak menjajal kesaktian
tenaga-dalam Hok-mo-kang untuk menjebolkan daun pintu gua. Dia pernah
mendengar berita bahwa ilmu Hok mokang itu mengandung tenaga-dalam hebat
yang bersifat lunak dan keras. Malah orang persilatan menyiarkan kabar bahwa
apabila kedua rahib itu bersama-sama melancarkan tenaga Hok-mo-kang itu,
apapun tentu dapat dihancurkannya.

Setelah nyonya itu mundur maka kedua rahib pun melangkah maju. Aneh sekali
gaya kedua nya. Sebelah tangan dilekatkan pada bahu kawannya dan berjalan
dengan langkah serempak, sementara lengan mereka yang sebelah masih
terkulai melentuk.

Waktu berjalan tiga langkah, tampak langkah mereka semakin berat. Dan pada
saat kaki mereka berayun tiga langkah, mereka sudah tiba dimuka pintu. Entah
bagaimana, pohon2 kecil yang tumbuh di luar gua sama bergoyang-goyang
seperti dilanda angin.

Tiba2 lengan mereka yang terkulai itu diangkat keatas dan bang . .... terdengar
bunyi ledakan dahsyat, menimbulkan kumandang yang sedahsyat langit roboh.

Kun Hiap yang saat itu masih berdiri termangu di samping gua, sampai melonjak
kaget. Setelah dapat menenangkan diri dan memandang ke arah gua, tanrpak
pada pintunya terdapat dua buah bekas telapak tangan yang penuh dilingkari
gurat2 retakan.

Tiba2 kedua rahib itu tertawa gelak2 dan serempak mengayunkan lengan jubah
sembari mundur tiga langkah. Terdengar angin menderu-deru dan puing2
karang yang tersebar memenuhi pintu gua bertebaran menyisih ke samping dan
mengunduk seperti ditimbun dengan teratur.

Pintu gua itu ternyata tebal dan kokoh sekali tetapi dapat dirontokkan oleh
tenaga pukulan yang sakti dari kedua rabib itu. Bukan mereka bermaksud
hendak memamerkan kepandaian tetapi mereka memang hendak membersihkan
puing runtuhan karang di depan pintu gua.

Selekas pintu hancur, nyonya Ko bersuit. Ia melesat mendahului kedua rahib,


menyerbu kedalam gua. Tetepi tepat pada saat itu, Kun Hiap berteriak
mencegah, "Ko hujin, tunggu dulu !"

Bertahun-tahun isteri dari Ko Thian Hoan itu mendendam sakit hati. Dan saat itu
dia mendapat kesempatan yang bagus untuk melampiaskan dendam
kesumatnya. Maka dalam pertempuran adu tenaga-dalam tadi, dia curahkan
segenap semangatnya untuk menggempur Biau-koh sehingga dia tak menyangka

mailto:22111122@yahoo.com 237
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sama sekali bahwa Kun Hiap juga berada dalam lembah situ. Maka diapun
terkesiap kaget ketika mendengar seruan anakmuda itu. Dia cepat melesat
keluar dari gua lagi.

Ketika nyonya itu melesat keluar, dia masih membelakangi Kun Hiap. Gerakan
melesat keluar itu telah menimbulkan angin kuat yang mendorong Kun Hiap
terhuyung mundur beberapa langkah. Sebelum dia sempat berdiri tegak, nyonya
Ko sudah berputar tubuh dan menerkam kedua tangan Kun Hiap.

"Ko .....," belum sempat Kun Hiap menyelesaikan kata-katanya, nyonya Ko sudah
membentaknya dengan bengis, "Apakah masih berada padamu ?”

Kun Hiap tertegun. Pada lain saat dia segera menyadari bahwa nyonya itu
menanyakan tentang cakar Hiat-hun-jiau dan baju Kim-wi-kah. Jelas nyonya Ko
mencemaskan kalau kedua pusaka itu masih berada pada Kun Hiap, tentu
kemungkinan Biau-koh akan dapat memperolehnya kembali. Dan sekali Biau-koh
memiliki kedua pusaka itu lagi, tentulah keempat lawannya itu kalah dan
melarikan diri.

Itulah sebabnya maka nyonya itu terkejut ketika melihat Kun Hiap muncul dan
diapun cepat-cepat menerkam kedua tangan pemuda itu agar jangan sampai
Kun Hiap sempat memberikan kedua pusaka itu kepada Biau-koh lagi.

Saat-itu pilulah hati Kun Hiap. Dia mempunyai kesan yang baik sekali terhadap
Hui Giok. Dia merasa dalam setiap hal Hui Giok selalu memikirkan
kepmtingannya. Nona itu berbudi lemah lembut dan cantik. Sungguh seorang
gadis yang tiada tercela. Kun Hiap merasa menemukan calon pasangan yang
ideal sekali.

Sedemikian besar pengaruh Hui Giok kepada Kun Hiap sehingga walaupun Biau-
koh mengatakan bahwa puterinya itu berhati buruk, Kun Hiap-tetap tak mau
percaya.

Tetapi saat itu, setelah menyaksikan dan merenungkan beberapa hal yang
dilakukan Hui Giok, bercekatlah hati Kun Hiap. Jelas nona itu telah melakukan
perbuatan yang sangat tercela. Jelas tahu kalau mamanya sudah tak punya
pusaka yang diandalkan, dengan sengaja nona itu malah memberitahu hal itu
kepada musuh2 mamanya. Dan mengapa Biau-koh sampai rela menyerahkan
pusaka itu kepadanya (Kun Hiap), juga Hui Giok yang menganjurkan Kun Hiap
untuk meminta kepada Biau-koh.

Kini Kun Hiap tahu apa yang terjadi. Dan setelah melihat pintu gua bobol, dia
dapat membayangkan Biau-koh dan Tian toa-siocia tentu terancam bahaya. Ah,
dimanakah Jiangsim atau hati nuraninya ?

mailto:22111122@yahoo.com 238
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Jika Kun Hiap itu seorang pemuda yang tegas, dia tak perlu bersedih karena saat
itu dia sudah dapat mengetahui jelas bahwa Hui Giok itu seorang gadis yang
lebih buas dari serigala. Tetapi ternyays dia seorang pemuda yang penuh
perasaan sehingga kurang tegas mengambil keputusan. Bahkan setelah dalam
rumahtangganya sendiri terjadi hal2 perubahan dan setiap orang mengatakan
siapa ayah kandungnya yang sebenarnya, diapun tetap tak dapat mengambil
keputusan dan tetap hanya gelisah dan berduka. Baru setelah mendapat
keterangan yang positif dari suami isteri Ko Thian Hoan, barulah dia percaya
kalau Wi Ki Hu itu musuh besarnya yang harus ditumpas.

Pun saat itu, timbul pertentangan dalam batinnya. Disatu fihak dia ngeri
membayangkan perbuatan Hui Giok yang begitu terkutuk, tetapi di lain fihak dia
masih terbayang akan kemesraan sikap Hui Giok kepadanya. Dia termangu dan
bingung sehingga tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan nyonya Ko.

Tiba2 dari dalam gua terdengar Biau-koh berseru, "Ko hujin, kedua pusaka itu
jelas sudah tak berada padanya. Perlu apa engkau mendesaknya? Kalau mau
menuntut balas, silakan masuk kemari untuk membuat perhitungan dengan kami
berdua!"

Nyonya Ko hanya mendengus. Sebelum dia sempat menjawab, Biau-koh sudah


tertawa dingin dan berseru pula, "Ko hujin, Po-to-song-ni, Thian Go lojin, kalian
berempat adalah jago2 kelas satu dalam dunia perstlatan, tentulah segan untuk
melakukan serangan pada orang yang lemah. Ko hu jin, coba engkau pikir, dari
siapakah engkau tahu kalau kedua pusaka itu tak berada padaku lagi ? Heh, heh,
jangan terburu nafsu dulu. Kalau engkau sudah merenungkan dengan tenang,
tentulah engkau takkan merasa tenang selama-lamanya."

Nyonya Ko memekik keras dan lemparkan Kun Hiap keluar gua, kemudian
membentak kearah gua, "Percuma saja engkau bersilat lidah karena
bagaimanapun juga tak mungkin engkau terhindar dari kematian !"

Sambil berkata, dia terus menyerbu kedalam gua. Bum, bum . . . . terdengar dua
kali letupan keras dan nyonya itu kembali mundur keluar.

"Bagaimana ?" seru kedua rahib. Sambil menunjuk kearah gua, nyonya Ko
berkata, "Didalam gua ternyata masih ada pintu besi lagi yang menghalangi.

Mendengar itu kedua rahib tertegun. Tadi mereka sudah mengerahkan segenap
tenaga untuk menjebol pintu batu, apabila sekerang masih ada lagi pintu besi,
tentulah lebih kokoh dari pintu batu. Sudah tentu mereka gentar untuk
menggempurnya Ilmu tenaga Hok-mo-sin~kang bersifat keras. Apabila tak dapat
menghancurkan benda yang dihantam, kekuatan tenaga itu akan mental balik

mailto:22111122@yahoo.com 239
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menghancurkan pemiliknya.

Melihat keraguan kedua rahib itu, tahulah nyonya Ko apa sebabnya, "Mari kita
bersama-sama menggempurnya dengan batu besar. Kalau memang gagal kita
bakar saja, masa besi takkan lebur kalau dibakar!"

Sebenarnya nyonya itu berwajah cantik tetapi wajahnya telah dirusak oleh Tian
Put Biat. bertahun-tahun nyonya itu mendendam kemarahan maka diapun
sanggup untuk membuang waktu selama beberapa tahun asal dapat
melampiaskan dendam kesumatnya, Dia akan menunggu sampai pintu besi
meleleh. Tak peduli harus sampai berapa tahun lagi.

"Ya, benar," kedua rahib itu mengangguk.

Sementara itu Kun Hiap yang dilempar keluar oleh nyonya Ko tadi, pada saat
melayang turun, dia berusaha hendak berdiri tegak. Tetapi sekonyong-konyong
pantatnya ditampar orang sehingga dia tersiak beberapa langkah.

"Ha, ha, maaf, sahabat," tiba2 terdengar seseorang tertawa. Siapa lagi orang itu
kalau bukan Sam Coat sianseng, Rupanya dia baru saja muncul dari tanah dan
kebetulan Kun Hiap melayang ketempat dia hendak muncul. Maka dia lalu
menghantam pantat anak muda itu.

Sesaat Kun Hiap berdiri tegak dilihatnya tubuh manusia pendek itu melesat
ketempatnya dan tertawa terkial-kial, "Aku terlambat datang, ah.... aku
terlambat nih. Apakah perempuan busuk itu sudah mampus? Celaka, kalau dia
sudah mampus, seumur hidup akan tak dapat melampiaskan dendamku !"

Melihat Sam Coat muncul, girang nyonya Ko bukan kepalang, serunya, "Belum
mati, dia masih ngumpat dalam gua !"

"Lho, mengapa tidak diseret keluar?" seru Sam Coat.

Kedua rahib dari gunung Po-to-san belum pernah bertemu dengan Sam Coat.
Kedua rahib itu berwatak serius, tak suka guyon. Melihat orang kate itu begitu
datang terus ngoceh seenaknya sendiri saja, kedua rahib kerutkan alis dan
berseru dengan dingin, "Dan mengapa engkau sendiri tak lekas menyeretnya
keluar ?"

Sam Coat memandang ke arah kedua rahib. Dia deliki mata. Ketika melihat
kedua rahib itu seperti sepasang manusia kembar, cepat Sam Coat mengetahui
siapa keduanya itu. Sebenarnya dia hendak ngoceh lagi yang lebih tak keruan
untuk membangkitkan kemarahan orang. Tetapi serta tahu kedua rahib itu Po-
to-song-ni yang sakti, terpaksa dia menelan kembali kata2 yang sudah siap di

mailto:22111122@yahoo.com 240
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kerongkongannya.

Menelan kata2 memang menyesakkan dada memualkan perut maka untuk


menumpahkan keluar, dia lalu menguak-uak dengan mulut tertutup rapat hingga
menyerupai orang yang sakit gigi.

Kedua rahib deliki mata tetapi tak mau mendamprat. Setelah isi perutnya
longgar, barulah Sam Coat berputar tubuh dan berseru, "Ada pintu besi? Coba
kulihatnya."

"Benar," seru nyonya Ko, "engkau mempunyai banyak sekali alat2 rahasia. Kalau
tak mampu membuka pintu besi itu, percuma saja engkau menyandang gelar
Sim Coat sianseng."

Sam Coat terus melangkah masuk ke dalam gua. Nyonya Ko dan kedua rahib
mengikuti. Melihat itu Kun Hiap juga menyusul sembari berteriak memanggil
orang kate itu, "Sam Coat sian-seng! Sam Coat sianseng!"

Tetapi waktu tiba di muka gua, tiba2 dari sana dia didorong oleh segulung
tenaga kuat.

"Sam Coat sianseng, di mana nona Tian yang bertempur dengan engkau tadi?"
teriaknya.

Pikir Kun Hiap, tentulah beberapa tokoh yang berada di situ dalam waktu yang
singkat tak dapat memecahkan pintu besi. Apabila dia segera dapat mencari Tian
Hui Giok, dia akan meminta kembali kedua pusaka itu untuk diserahkan kepada
Biau-koh. Kemungkinan akan dapat menolong Biau-koh.

Dengan keputusan itu maka walaupun terpental ke belakang, Kun Hiap tetap
menerobos maju lagi tetapi tetap didorong oleh tenaga kuat itu.

Dia makin gugup ketika mendengar suara bergemerincingan dari dalam gua dan
gua yang semula gelap, pun memancarkan penerangan. Keempat tokoh tadipun
segera tampak. Tetapi Kun Hiap tak mampu melihat apa yang sedang dilakukan
Sam Coat sianseng pada saat itu.

Kun Hiap seperti semut yang berada di atas kuali panas. Dia kelabakan setengah
mati. Tiba-tiba dia teringat bahwa Sam Coat tak mau melepaskan Hui Giok dan
Hui Giokpun tak mau melepaskan Sam Coat. Kalau Sam Coat sekarang berada di
gua, tentulah Hui Giok juga akan menyusul, bahkan mungkin sudah berada di
dekat situ.

Ah, kalau begitu aku harus lekas2 mencari gadis itu, pikirnya. dan diapun terus

mailto:22111122@yahoo.com 241
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

melesat keluar dari lembah. Baru beberapa tombak meninggalkan lembah, tiba2
dari belakang terdengar sebuah suara bernada dingin menegurnya, "Mau
kemana sicu ini?"

Kun Hiap tertegun dan setiup angin berkelebat di sampingnya. Ternyata salah
seorang dari Po-to-song-ni yang bernama Bu Siang taysu sudah tegak
menghadang di hadapannya, dengan wajah yang dingin memandangnya.

"Aku .... aku hendak keluar," sahut Kun Hiap.

"Perlu apa engkau hendak keluar?" tanya rabib Bu Siang taysu pula.

Kun Hiap memang tak biasa bohong, Karena mencemaskan keadaan Biau-Koh
dan puterinya maka dengan lantang dia berseru polos, "Aku hendak mencari
orang untuk meminta kembali Kim-wi-kah dan Hiat-hun-jiau dan akan kuberikan
kepada Biau-koh.

Wajah Bu Siang taysu berobah makin dingin, "Hm, apakah engkau hendak
memusuhi kami? "

"Kalian berlima adalah tokoh2 ternama tetapi mengapa kalian hendak


mencelakai orang yang sedang lemah? Dan lagi berita tentang Biau-koh
kehilangan pusakanya itu juga kalian peroleh dari puterinya. Taruh kata kalian
berhasil membunuh Biau-koh, pun .... juga suatu perbuatan yang memalukan!"

Rupanya rasa ingin membela kebenaran dan keadilan menyebabkan Kun Hiap
menjadi kalap dan tak menghiraukan lagi dengan siapa dia berhadapan saat itu.
Selesai bicara, dilihatnya sepasang mata rahib itu berkilat-kilat memancarkan api
yang seolah hendak membakar dia.

Kun Hiap gugup. Dia menyadari kalau kepandaiannya jauh di bawah Bu Siang
taysu. Apabila rahib itu turun tangan, dia tentu binasa, Dia tegak
membusungkan dada, tak gentar.

Sejenak menatapnya, Bu Siang taysu tertawa dingin, "Engkau merasa penasaran


dan hendak membelanya? Silakan pergi!"

Tetapi baru rahib Bu Siang berkata begitu dari dalam gua lerdengar Sam Coat
berteriak, "Taysu, jangan biarkan dia pergi!"

Tetapi seperti tak mendengarkan, Bu Siang taysu berkisar menyisih ke samping.


Dan takut kalau rahib itu akan menarik kembali ucapannya, Kun Hiappun segera
melesat ke luar. Sambil berlarian dia berpaling ke belakang, diihatnya Bu Si-ang
taysu masih tetap tegak di tempatnya.

mailto:22111122@yahoo.com 242
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kua Hiap merasa lega karena mengira rahib itu menetapi janji tak mengejarnya.
Tadi Sam Coat berteriak meminta Bu Siang taysu jangan melepaskan Kun Hiap.
Dengan demikian jelaslah kalau Sam Coat tahu bahwa Hui Giok berada di
sekeliling gua situ.

Dengan tujuan harus cepat2 mendapatkan Hui Giok maka sambil berlari Kun
Hiap berteriak sekeras-kerasnya, "Hui Giok! Hui Giok Engkau dimana ? Lekas
datanglah kemari!"

Sampai diulang beberapa kali tetap dia tak mendapat jawaban. Dia gugup sekali.
Akhirnya Sam Coat tentu dapat membakar pintu besi itu. Waktu amat berharga
sekali.

Dalam keadaan hampir putus asa, tiba2 didengarnya suara Hui Giok
memanggilnya, "Kun Hiap ....!"

Kun Hiap tertekun, Suara Hui Giok bernada tangis. Cepat dia berpaling dan
dilihatnya Hui Giok muncul dengan air mata bercucuran sehingga kedua matanya
sampai membengkak. Dengan iba hati, Kun Hiap lari menghampiri.

Sebelum Kun Hiap sempat membuka mulut, nona itu sudah mendahului berkata
dengan menangis, "Kun Hiap, aku .... aku kira bakal tak ketemu dengan engkau
lagi. Sekarang setelah dapat bertemu dengan engkau, sekalipun mati aku sudah
merasa puas . . . ."

Kun Hiap terbeliak, "Mati ? engkau .. . ."

“Kutahu," cepat Hui Giok menukas, "dalam dunia ini, manusia yang dapat
mengerti dan tahu isi hatiku, hanya engkau seorang, Bukankah aku harus
merasa bahagia dan mati dengan meram setelah bertemu dengan engkau ?"

Kun Hiap tertawa tawar, "Hui Giok, harap jangan mempersoalkan hal itu dulu.
Saat ini Ko hujin dan empat tokoh lihay sedang mengepung mamamu. Keadaan
Biau-koh sangat berbahaya, Lekas antarkan baju Kim-wi-kah dan Hiat-hun-jiau
kepada beliau agar beliau dapat tertolong."

Tiba2 Hui Giok melengking keras dan tubuhnya menggigil, wajah pucat lesi
sehingga membuat Kun Hiap keget setengah mati, “Engkau. ... kenapa?”

"Aku, aku bersalah, aku bersalah. ..." seru Hui Giok.

Saat itu Kun Hiap sudah tak mempercayai Hui Giok lagi. Dan diapun percaya
kalau Hui Giok yang memberitahukan berita tentang keadaan Biau-koh kepada

mailto:22111122@yahoo.com 243
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

musuh2. Itulah sebabnya maka musuh2 itu segera berdatangan untuk


membunuh Biau-koh.

Kini setelah mendengar berulang kali Hui Giok mengaku bersatah, Kun Hiap
menganggap nona itu tentu sudah sadar, "Kalau salah, biarlah...tak apa.
Sekarang masih dapat dibetulkan. Saat ini Sam Coat sianseng sedang berusaha
untuk membobol pintu best. Lekaslah engkau menyerahkan kembali kedua
pusaka itu kepada mamamu, kalau tidak..."

"Pusaka? "Hui Giok mengangkat muka," kedua pusaka itu sudah direbut orang!

Mendengar itu, Kun Hiap seperti disambar petir. Dia tegak mematung dan
mengucurkan keringat dingin. Mulutnya serasa terkancing rapat.

Sambil banting kaki ketanah seperti orang yang menyesal, Hui Giok berseru, "Ah,
seharusnya aku tak menganjurkan engkau untuk meminta kedua pusaka itu dari
mama. Dan seharusnya aka tak perlu memikirkan kepentinganmu dengan
memberitahukan tentang kedua pusaka itu kepada beberapa tokoh, agar mereka
jangan sampai merebut dari tanganmu. Ah, memang sudah banyak orang yang
memburukkan diriku. Dan sekarang sekalipun aku bunuh diri mencebur ke dalam
bengawan Hong-ho, rasanya tetap tak dapat mencuci bersih kedosaanku. Kun
Hiap, tadi kukatakan bahwa diseluruh muka bumi ini hanya engkau seorang yang
tahu tentang diriku. Maka kuharap engkau mau mempercayai omonganku ini."

Kun Hiap terlongong-longong mendengarkan. Kini baru dia mengerti bahwa apa
yang dimaksudkan kesalahan oleh Hui Giok tadi, bukan seperti yang diduganya.
Hui Giok mempunyai tafsiran sendiri.

Dari kata-katanya, Hui Giok hendak mengatakan bahwa kedatangan beberapa


tokoh tangguh untuk mencari balas kepada Biau-koh itu,memang merupakan
kesalahannya tetapi yang tak disengala dan diduga-duga. Dia tak bermaksud
hendak mencelakai mamanya tetapi bermaksud hendak melindungi Kun Hiap
dari gangguan tokoh-tokoh persilatan.

Pikiran Kun Hiap menjadi kacau. Tetapi kalau dia berpikiran terang, tentulah dia
segera dapat menarik kesimpulan yang tegas. Dengan melihat dan mendengar
pembicaraan serta perbuatan tokoh2 yang datang itu, dia seharusnya dapat
menilai apakah omongan Hui Giok itu benar atau hanya sandiwara saja.. Tetapi
ternyata Kun Hiap memang lebih banyak dibius oleh rasa asmaranya dalam
menilai Hui Giok.

"Kedua pusaka itu .... direbut siapa.?" tanya beberapa saat kemudian.

"Seorang manusia aneh yang mukanya memakai kedok dari kulit manusia. Aku

mailto:22111122@yahoo.com 244
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tak kenal siapa dia," kata Hui Giok.

Sebenarnya Kun Hiap tak mudah mempercayai keterangan itu tetapi dia tak
dapat membantahnya juga.

Hui Giok melangkah maju ke muka Kun Hiap, dia sandarkan pipinya ke dada si
pemuda dan pelahan-lahan mengangkat muka. Dengan air mata berlinang-linang
dia berkata, 'Kun Hiap, aku . . . tahu bagaimana orang telah menjelek-jelekkan
diriku. Mungkin engkau juga percaya pada mereka. Aku bersedia mati untuk
membuktikan isi hatiku. Aku hanya membutuhkan sepatah kata dari mulutmu.."

Tanpa sadar, Kun Hiap pelahan-lahan memeluknya, "Mengapa engkau ingin


mati?"

"Katakanlan, engkau mengerti aku atau tidak," kata Hui Giok, "mengerti bahwa
aku telah difitnah orang atau tidak?"

Menerima pertanyaan itu sesaat Kun Hiap tak dapat menjawab. Melihat itu Hui
Giok menghela napas panjang, "Apakah engkau tak mau mengatakan?
Sebenarnya, engkau mau mengatakan atau tidak, juga tak ada pengaruhnya.
Toh aku akan mati untuk membersihkan dri. Bedanya aku akan mati dengan
meram atau melek saja."

Kata2 itu diucapkan dengan nada penuh haru dan iba sehingga hidung Kun Hiap
ikut berkembang kempis. Teringat betapa banyak nona itu telah berbuat
kebaikan untuk dirinya, timbul keraguan dalam hati Kun Hiap, mungkin saja
benar kalau Hui Giok telah difitnah orang. Tanpa terasa dia mendekap nona itu
makin kencang. Dan Hui Giokpun bagaikan anak burung yang menyu,supkan
kepala dalam dada induknya.

Setelah diam beberapa jenak, Kun Hiap berkata pula, "Hui Giok, sudah tentu aku
mengerti engkau."

Hui Giok mengangkat kepala dan tertawa rawan, "Baiklah, Kun Hiap, yang
penting kita telah saling mengenal maka walaupun sekarang akan berpisah umuk
selama-lamanya, janganlah engkau bersedih."

Kalau dia tak mengucap begitu, mungkin Kun Hiap takkan bersedih. Tetapi
karena Hui Giok berkata begitu maka Kun Hiap seperti disayat-sayat hatinya,
"Hui Giok, walaupun tidak semua orang mengerti akan dirimu, tetapi perlu apa
engkau harus mati?"

"Kini aku telah kehilangan dua buah pusaka, Walaupun orang tidak mengatakan
apa2 terhadap diriku, engkau tent tetap akan menyalahkan aku," kata Hui Giok.

mailto:22111122@yahoo.com 245
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tadi sebelum bertemu Hui Giok, Kun Hiap sudah membulatkan tekad. Kalau Hui
Giok sampai tak mau menyerahkah kedua pusaka itu, dia akan mengadu jiwa
untuk merebutnya kembali. Dan kini setelah berhadapan dengan nona yang
pandai bermain saadiwara itu, rencana Kun Hiap seperti awan tertiup angin. Dia
kehilangan pikiran yang terang.

"Hui Giok, aku takkan menyalahan engkau. Tetapi ....,, ah, keadaan Biau-koh
berbahaya sekali. Bagaimana kita harus membantunya?" katanya

"Mari kita kesana, walaupun tak banyak menolong, tetapi paling tidak kita dapat
berbuat sesuatu untuk mama," kata Hui Giok.

Kun Hiap tahu kalau dirinya tak berguna. Kepandaian Hui Giok walaupun jauh
lebih tetapi kalau menghadapi keempat tokoh seperti sepasang rahib Po-to-san,
kedua suami istri Ko Thian Hoan, Thian Go tojin dan Sam Coat sianseng, juga
tak mungkin menang. Tetapi karena kedua pusaka itu sudah hilang, kecuali
menuruti ajakan Hai Giok, rasanya tiada lain cara yang lebih baik lagi.

Kun Hiap menghela napas tetapi sebelum dia sempat msmbuka suara, Hui Giok
sudah menarik tangannya diajak berlari.

Cepat sekali keduanya tiba di tengah lembah. Tetapi mereka segera disambut
dengan letusan yang dahsyat yang berasal dari tengah gua

"Celaka ....,” seru Kun Hiap dengan kaget dan terus hendak menerjang maju.
Tetapi cepat dicegah Hui Giok..

Saat itu terdengar lengking teriakan aneh dari Sam Coat. Bermula nyaring tetapi
lama kelamaan makin sirap, menandakan kalau orangnya sudah masuk jauh ke
dalam gua.

"Mereka .... .mereka sudah menjebolkan pintu besi dan masuk ke dalam gua,"
teriak Kun Hiap.
"Ya, lihatlah, Thian Go lojin juga menyusul masuk," sahut Hui Giok.

Melihat Thian Go lojin meluncur turun dan terus masuk ke dalam gua, Kun Hiap
hendak menerobos, tetapi ditahan Hui Giok lagi.

"Percuma engkau masuk, biarlah aku saja yang masuk,” kata Hui Giok.
Sudah tentu Kun Hiap menolak tetapi dia tak dapat melepaskan diri dari cekalan
si nona. Hui Giok menggeram, crek dia menusuk jalandarah bahu pemuda itu
seraya mengbela napas, "Kun Hiap, maafkan, engkau harus tahu, kalau engkau
pergi berarti engkau hanya akan mengantarkan jiwa dengan sia-sia saja.”

mailto:22111122@yahoo.com 246
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Karena jalandarahnya tertutuk, Kun Hiap tak dapat berkutik dan bersuara. Tetapi
dalam hati pemuda itu berteriak, "Dan engkaupun juga percuma saja kalau ke
sana , . , . "

Namun karena tak dapat berkutik dan bersuara, dia menelan rasa mendongkol
yang hebat sehingga dia sampai mengucurkan airmata.

Hui Giok pelahan-lahan meletakkan tubuh pemuda itu ke tanah. Pada saat ia
menunduk iapun mengucurkan airmata yang menetes ke pipi Kun Hiap. Dia
tampak bersedih sekali. Beberapa saat kemudian sekonyong-konyong dia
memberingas loncat bangun dan berseru dengap nada haru, "Kun Hiap, selamat
tinggal ......" selekas melesat, diapun sudah lenyap di balik tikungan.

Walaupun orangnya sudah pergi tetapi bayangannya masih melekat di benak


Kun Hiap. Bagaimana suara rintihannya yang menyayat, bagaimana wajahnya
yang bersedih dan airmatanya yang mengucur mencurah ke pipinya, masih
melekat segar dalam mata Kun Hiap. Dia makin pilu dan airmatanyapun makin
mengucur deras Walaupun tahu kalau sia2 menghadapi tokoh2 yang sakti, tetapi
Hui Giok tetap nekad hendak menolong mamanya. Dan Hui Giokpun tak mau
melibatkan dia (Kun Hiap) maka ditutuknya pemuda. Dengan begitu jelas bahwa
apa yang dikatakan orang2 tentang keburukan Hui Giok itu hanyalah fitnah
belaka, Pikir Kun Hiap.

Dan dengan pemikiran itu hati Kun Hiap makin hancur. Dia ingin menangis
sekeras-kerasnya tetapi karena jalandarahnya tertutuk, dia tak dapat
mengeluarkan suara tangisan.

Lebih kurang dua peminum teh lamanya, dia mendengar langkah kaki orang
yang berjalan dengan berat. Suara langkah kaki orang yang berja-lan dengan
berat. Suara langkah berat itu dari jauh makin lama makin dekat. Dia segera
tahu bahwa langkah2 kaki itu milik empat lima orahg. Dengan pelahan mereka
menuju keluar.

Kun Hiap terkesiap. Adakah Biau-koh dan kedua puterinya sudah begitu cepat
dapat dilenyapkan? Kalau tidak mengapa rombongan rahib Po-to-san keluar dan
gua? Karena saat itu dia direbahkan dibalik segunduk batu besar oleh Hui Giok.
maka dia tak dapat melihat jelas siapa2 saja yang keluar dari gua itu. Tetapi dia
menduga keras tentulah rahib Po-to-san beserta beberapa tokoh.

Tetapi beberapi saat kemudian dia heran mendengar langkah kaki itu luar biasa
pelahannya

Ada dua taisiran untuk langkah kaki yang sedemikian itu. Kalau orangnya tidak

mailto:22111122@yahoo.com 247
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menderita luka pnrah tentulah hatinya yang sedang terluka kesedihan besar.

Kalau memang Biau-koh dan kedua puterinya sudah binasa, perlu apa tokoh2 itu
harus bersedih sedemikian rupa? Apakah mungkin Biau-koh yang menang dan
musuh-musuhnya mundur dengan membawa luka? Tetapi kalau menilik iring
langkah kaki yang begitu sarat sehingga tanah yang dipijaknya tentu membekas
telapak kaki, bukankah pertanda dari orang yang terluka berat melainkan orang
yang sedang melampiaskan kemengkalan hati dengan mengunjukkan tenaga-
dalam sakti.

Ingin sekali Kun Hiap mengetahui tetapi dia mengkal sekali karena tak dapat
berkutik dan bersuara. Apa boleh buat terpaksa dia menekan kesabarannya.

Tak berapa lama langkah kaki berat itu makin dekat dan beruntung Kun Hiap
dapat melihatnya.

Yang pertama adalah Thian Go lojin. Wajahnya sarat dan menundukkan kepala
dengan masygul. Berulang kali menghela napas sambil berjalan.

Dibelakangnya adalah nyonya Ko. Karena nyonya itu masih mengenakan tutup
muka, maka tak dapat melihat bagaimana. mimik wajahnya.

Tetapi dari tingkah lakunya yang berjalan pelahan-lahan sambil menunduk,


rasanya dia pun juga menderita sesuatu dalam hatinya.

Dibelakang nyonya itu adalah kedua rahib dari gunung Po-to-san. Wajah
keduanya membeku seperti patung batu. Dibelakang sendiri adalah Sam Coat
sianseng. Wajahnya menyengir seperti monyet kepedasan.

"Ini bagaimana," serunya mengeluh, "mengapa kalian tak mau bicara ? Heh,
heh, anggap saja kali ini kita tidak bekerja percuma . . .”

Kedua rahib serempak berpaling dan serentak membentaknya, "Tulup mulutmu !


Kalau pada saat seperti ini engkau masih cekikikan tak keruan, . apakah tidak
memalukan ?"

Sam Coat deliki mata dan berjingkrak-jingkrak; "Sahabat lama, engkau memaki
dengan jitu sekali. Memang memalukan. Tetapi siapakah yang datang lebih dulu
kesini ? Hm, hm, kalau memaki orang berkepala gundul, harus lebih dulu
memeriksa apakah kepalanya juga masih ada rambutnya ?"

Rupanya tersinggunglah kedua rahib itu atas ucapan Sam Coat yang begitu kasar
Serentak keduanya mengebutkan lengan jubahnya.

mailto:22111122@yahoo.com 248
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sam Coat itu memang tokoh yang aneh yang suka mengolok orang. Coba dia tak
menyadari kalau kedua rahib itu berilmu sakti, dia tentu sudah mengajak mereka
berkelahi. Kini walaupun tahu kalau bukan tandingan kedua rahib itu namun
karena diserang lebih dulu, Sam Coatpun bertindak juga. Dia juga ingin menjajal
sampai dimanakah ilmu tenaga-dalam Hok-mo-sinkang dari kedua rahib yang
dikabarkan hebat sekali itu.

Waktu pukulannya beradu, ternyata dia memang tak kuat menghadapi


kedahsyatan Hok-mo-sinkang itu. Dia terhuyung-huyung tiga langkah ke
belakang dan terus berjumpalitan, berjungkir kepala, bum ... ambles kedalam
tanah.

Menyaksikan seorang manusia dapai ambles-bumi seperti yang dilakukan Sam


Coat, kejut kedua rahib sampai terlongong-longong. Pada lain saat mereka
mendengus lalu ayunkan langkah lagi.

Waktu tenaga kebutan lengan jubah mereka beradu dengan tenaga pukulan Sam
Coat. terjadilah benturan hebat yang menyebabkan tenaga hantaman kedua
belah fihak itu bertebaran keempat penjuru, Kebetulan ada setiup tebaran
tenaga mereka yang membentur pinggang Kun Hiap. Seketika jalandarah Kun
Hiap dapat berjalan lancar lagi.

Sebenarnya setelah jalandarahnya terbuka, Kun Hiap dapat bergerak lagi. Tetapi
karena tadi mendengar Sam Coat berkata 'perjalanan kita kali ini juga tidak sia-
sia', lunglailah sarasa sendi tulang Kun Hiap. Dia tetap tak bergerak. Baru setelah
Thian Go lojin dan keempat tokoh itu lenyap dari pandang mata, dia baru
menggigil.

"Apakah artinya itu?" serunya tertahan. Tetapi karena dia hanya seorang diri
maka pertanyaan itu tak ada yang menjawah.

Dia berbangkit dan ayunkan langkah. Setelah mengitari batu besar, dia berteriak
keras, "Hui Giok, Hui Giok ....!"

Tiba2 dia berhenti karena perasaannya ngeri. Kata2 Sam Coat tadi jelas
menandakan bahwa Biau-koh dengan kedua puterinya tentu sudah binasa.

Teringat akan hal itu seketika tubuh Kun Hap terasa lemas. Kalau tidak sedang
bersender pada batu, tentulah dia sudah rubuh. Dengan bertekan pada batu
besar itu, dia kuatkan diri untuk berdiri tegak. Setelah itu baru dia berjalan
dengan terhuyung-huyung. Tiba di mulut gua, dilihatnya separoh dari pintu besi
sudah roboh. Keadaan dalam gua gelap dan sunyi sekali, memberi kesan kalau di
sini habis terjadi peristiwa yang mengerikan.

mailto:22111122@yahoo.com 249
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Setelah tenangkan diri, dia masuk ke dalam gua. Dia pernah masuk ke situ dan
tahu kalau gua itu mempunyai banyak sekali ruangannya. Ruang demi ruang dia
mendatangi, pada waktu tiba di ruang batu yang ketiga, baru dia melihat Biau-
koh dan Tian toa-siocia berada di stu.

Kedua orang itu berbaring di atas ranjang batu. Tubuhnya membujur lurus dan
wajah menunjukkan kemarahan. Di samping mereka terda-pat dua baris kata
yang berbunyi:

Anak perempuan mendurhakai memberi kabar supaya menggunakan


kesempatan selagi orang dalam keadaan lemah. Coba tuan2 tanya kepada batin
kalian sendiri, bagaimana nanti kalau bertemu orang.

Tulisan itu digurat dalam sekali. Bukan dengan benda tajam melainkan dengan
jari2 Biau-koh yang diiambari dengan tenaga-dalam.

Melihat tulisan itu kini Kun Hiap menyadari apa sebab Thian Go dan
rombongannya seperti orang yang kehilangan semangat. Memang mereka
datang ke situ karena tahu kalau Biau-koh sudah tak memiliki kedua pusaka itu
lagi. Selama Biau-koh masih punya kedua pusaka, tak seorang musuh yang
betapa saktinya berani datang mencari balas kepadanya.

Thian Go dan rombongannya, merupakan tokoh-tokoh golongan Ceng-pay.


Sudah tentu mereka merasa malu atas tindakannya itu. Bahkan tokoh yang
setengah Ceng-pay setengah Sia-pay (setengah Putih setengah Hitam) seperti
Sam Coat, juga tak luput dari rasa kerupukan.

Kun Hiap memandang ke arah Biau-koh dan Tian toa-siocia. Menilik keadaannya,
pada saat pintu besi hampir jebol, keduanya lalu bunuh diri.

Kun Hiap terlongong-longong seperti orang yang kehilangan semangat. Sejak


dalam rumah tangganya terjadi perobahan besar maka dia lalu mengembara
dalam dunia persilatan. Biau-koh memperlakukan seperti puteranya sendiri.
Bahkan waktu dia minta kedua pusaka itu dari Biau-koh, Biau-kohpun mau
memberikannya. Pada hal kedua pusaka itu merupakan pelindung utama bagi
jiwa Biau-koh. Jika dia tak meminta kedua benda itu tak mungkin Biau-koh akan
mati begitu mengenaskan. Teringat akan semua itu, airmatanya turun seperti
hujan . . . .

Beberapa saat kemudian tiba2 dia mendengar suara langkah kaki yang ringan
Dia terkejut. Adakah Thian Go dan rombongannya kembali hgi? Kalau benar
mereka, dia akan memaki mereka habis-habisan.

Untuk menjaga segala kemungkinan. dia melesat dan bersembunyi di belakang

mailto:22111122@yahoo.com 250
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

aling2 angin.

Beberapa saat kemudian, sesosok tubuh berkelebat masuk. Ketika melihat siapa
yang datang itu, Kun Hiap terkejut gembira. Kiranya yang datang itu adalah Hai
Giok sendiri.

Menilik keadaannya, Hui Giok tidak menderita luka apa2. Tentulah karena dia
belum bertemu dengan Thian Go lojin dan rombongannya.

Waktu Kun Hiap hendak memanggil, Hui Giok sudah lebih dulu membuka suara,
"Hm, jangan kira aku tak dapat menemukan, sekalipun harus mengobrak-abrik
beberapa ruangan di sini, akupun tetap akan mencari sampai ketemu."

Waktu mengucap begitu, dia menghadap ke arah Biau-koh dan Tian toa-siocia,
jelas dia berkata kepada mereka. Biau-koh adalah ibu kandungnya. Melihat
mamanya terkapar tak bernyawa di atas ranjang batu, bukan menangis sedih,
sebaliknya Hui Giok malah mengoceh tak keruan. Tubuh Kun Hiap menggigil
seram.

Tiba2 Hui Giok melihat beberapa huruf di samping Biau-koh. Seketika wajahnya
berobah dan tertawa sinis, "Sampai ajalmu tiba, engkau masih menganggap aku
ini anak perempu-anmu. Tetapi cobalah engkau bayangkan. Selama belasan
tahun ini bagaimana engkau memperlakukan aku? Selain membentak, memaki
dan memperbudak, apakah engkau pernah menunjukkan aikap sepetti seorang
ibu terhadap anak-nya? Taci dan adik mendapat segala apa, tetapi aku tidak.
Sedang kalau aku punya barang, mereka tentu akan memintanya. Jelas engkau
tidak menganggap aku sebagai anak perempuanmu, bagaimana engkau
mengatakan kalau aku ini anak perempuanmu yang mendurhaka ? Kentut,
kentut!"

Brak, brak, brak, tiga kali dia menghantam tepi ranjang batu itu hingga
bertebaran. Guratan huruf2 itupun hilang lenyap.

Memang dahulu, Biau-koh lebih menyayangi puteri sulung dan puteri bungsunya.
Tetapi sama sekali dia tak menyangka bahwa puteri keduaaya akan mendendam
kebencian begitu rupa kepadanya sehingga sampai hati untuk memberitahu
kepada musuh2 agar menyerang Biau koh karena Biau-koh sudah tak punya
pusaka lagi.

Kun Hiap belum banyak pengalaman dalam dunia persilatan. Selama itu dia terus
tinggal di rumah saja. Begitu rumahtangganya dilanda perobahan besar, dia
hampir saja kalap karena tak tahu bahwa tiang andalan yang dianggap sebagai
ayah kandungnya itu ternyata malah musuh besar yang telah membunuh
ayahnya.

mailto:22111122@yahoo.com 251
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kini setelah mendengar dan menyaksikan sendiri, barulah dia sadar bahwa Hui
Giok itu ternyata seorang anak perempuan yang ganas dan kejam terhadap
mamanya sendiri. Untuk yang kedua kalinya, Kun Hiap menderita shock besar..
Dunia ini serasa gelap dan seketika kepalanya berbinar-binar, tubuh mau jatuh.

"Dulu engkau tak mau memberi kepadaku. Tetapi sekarang, heh, heh, segala
apa menjadi milikku," kembaii terdengar Hui Giok tertawa mengekeh, kitab
pusaka peninggalan ayah, walau-pun hendak engkau sembunyikan dimana saja,
aku tetap pasti dapat mencarinya sampai ketemu. Engkau menunggu aku selama
20 tahun, sekarang siapakah yang masih hidup ? Ha, ha, ha-ha ..."

Hui Giok tertawa dengan sepuas-puasnya. Karena tak tahan lagi, Kun Hiap roboh
ke muka. Cepat dia bergeliatan untuk mencari pegangan dan kebetulan
memegang pintu-angin. Pintu-angin itupun terdorong jatuh kemuka.

Hui Giok serentak berpaling diri seraya dorongkan kedua tangannya. Tetapi pada
saat itu juga dia menyadari bahwa yang berada dimukanya itu adalah Kun Hiap.
Buru2 dia berusaha untuk menarik pulang tenaga-pukulannya.

Sebenarnya Kun Hiap mau pingsan tetapi karena dorongan tenaga Hui Giok tadi,
dia terdorong mundur bebelapa langkah dan bersandar pada dinding karang, Dia
malah tersadar. Keduanya kini saling berpandangan. Kun Hiap memandang Hui
Giok dan Hui Giokpun menatap Kun Hiap. Keduanya sama2 tegak termangu.

Setelah beberapa saat berdiam diri, akhirnya Hui Giok yang buka suara lebih
dulu dengan tertawa tersipu-sipu, "Mengapa engkau kemari ?"

Kun Hiap tak mau menjawab.

"Sudah .... berapa lama engkau datang kemari?"' kembali Hui Giok berkata lagi.

Namun Kun Hiap tetap tak menyahut.

Hui Giok melangkah maju beberapa tindak dan tertawa sinis, "Apa yang
kukatakan tadi tentunya engkau sudah mendengar semua, bukan ?'

Mata Kun Hiap merentang tetapi tetap tak menyahut.

Hui Giok menarik napas, "Mengapa engkau diam saja ? Apakah engkau tak
mendengar apa yang kuucapkan tadi ?"

Pada saat itu barulah Kun Hiap membuka suara. Dia sendiri merasa heran
mengapa dapat bicara sedemikian tenangnya, "Engkau ,,.. menyisih sedikit."

mailto:22111122@yahoo.com 252
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Giok tertegun dan menyisih ke samping Tiba2 Kun Hiap menekan dinding
karang dan terus melesat keluar. Hui Giok cepat menerkamnya tetapi luput, "Hai,
hendak lari kemana engkau," teriaknya.

“Jangan pedulikan aku lagi !” teriak Kun Hiap. Begitu keluar dia lalu membiluk ke
lain lorong.

"Jangan lari," kembali Hui Giok melengking.

Walaupun tahu kalau kepandaian Hui Giok lebih tinggi dan tentu tak mungkin
dapat lolos, tetapi Kun Hiap tetap nekad untuk melarikan diri. Dia tak tahu akan
lari kemana. Pokoknya, jangan sampai dia bertemu dengan Hui Giok lagi.

Tiba disebuah tempat dia lantas mendorong sebuah pintu batu. Dalam ruangan
itu ternyata terang sekali dan ditengahnya terdapat sebuah patung manusia, Ah,
patung Tian Put Biat. Ketika mendapatkan ruang itu tiada berpintu lain, Kun Hiap
cepat2 hendak keluar lagi. Tetapi pada saat itu juga, Hui Giok sudah melesat tiba
di muka pintu.

Kun Hiap cepat mundur dan masuk kedalam ruang lagi. Wajah Hui Giok tampak
memberingas. Selangkah demi selangkah, maka ia maju menghampirinya.

"Berhenti!" teriak Kun Hiap dengan keras. Kemudian menunjuk pada patung Tian
Put Biat, dia berseru, "engkau .... engkau masih punya muka masuk ke ruang ini
?”

Menurut arah yang ditunjuk Kun Hiap, Hui Giok berada pandang dengan patung
mendiang ayahnya. Teringat akan perbuatannya selama ini, dia terkejut
sekalidan tanpa disadari, mundur selangkah.

“Engkau.... engkau telah melakukan perbuatin senista itu. Kalau engkau memang
anak anjing, bunuhlah aku supaya tidak ada saksi lagi!" kembali Kun Hiap
berseru.

Memandang Kun Hiap, sampai beberapa saat baru dia tertawa hambar, "Kun
Hiap," serunya,"kukira engkau dapat mengerti hatiku. Ternyata engkau juga
tidak mengerti. "

"Baru sekarang ini aku tahu jelas bagaimana peribadimu," seru Kun Hiap dengan
tajam.

"Bagaimana peribadiku?"

mailto:22111122@yahoo.com 253
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Sekarang aku percaya sepenuhnya bahwa engkau memang seperti ular


berbisa!" seru Kun Hiap pula.

Mendengar itu Hui Giok gemetar dan berubah wajahnya. Beberapa saat
kemudian baru kelihatan tenang lagi, tanyanya, "Coba jawablah pertanyaanku
kali ini. Bagaimana sikapku terhadapmu?"

Mendengar pertanyaan itu Kun Hiap tertegun tak bisa ngomong. Memang nona
itu bersikap baik sekali kepadanya. Tetapi merenungkan lebih jauh, dia memang
telah diperalat oleh nona itu untuk melakukan satu hal yang menguntungkan
kepentingannya {Hui Giok). Apakah yang begitu itu dapat diartikan kalau Hui
Giok memikirkan kepentingannya?

"Engkau mengatakan kalau aku yang mencelakai sam-siocia," katanya dengan


nada sarat "kemudian engkau suruh aku meminta kedua pusaka dari Biau-koh
cianpwe sehingga menyebahkan Biau-koh cianpwe sampai kehilangan jiwa. Hal
itu akan menyiksa hidupku selama-lamanya. Apakah begitu itu yang engkau
katakan telah banyak berbuat kebaikan kepadaku?"

Wajah Hui Giok dari putih berobah legam dan akhirnya seperti wajah. besi yang
menakutkan, "Dengan kata-katamu itu, engkau tak mau lagi bersama-sama
aku?" katanya dengan tandas..

Kun Hiap tahu kalau kata2 nona itu suatu pernyataan dari keputus-asaan. Jika
dia menjawab secara langsung, tentulah nona itu akan bertindak nekad.

Setelah merenung sejenak, dia menjawab, "Aku masih mempunyai beban berat
untuk membalas sakit hati ayahku. Sehari sakithati itu belum terbalas, sehari aku
merasa tak enak. Oleh karena itu kita .... terpaksa berpisah umuk melakukan
tujuan masing2."

Sekonyong-konyong Hui Giok tertawa aneh, serunya, "Bagus, jawaban yang


bagus! Tetapi ketahuilah. Bahwa setiap benda yang kukehendaki, jika sampai
gagal, bagaimanakah akibatnya?"

Kun Hiap menggigil. Dilihatnya mata nona itu memancarkan sinar berapi-api. Dia
tak berani beradu pandang dan gelengkan kepala, "Entahlah, aku tak tahu.
Tetapi tak peduli engkau akan bagaimana, apa yang telan kuputuskan, tak
mungkin berobah lagi."

Hui Giok tertegun sejenak, wajahnya yang membesi mulai kendor kembali, Dia
menghela napas pelahan lalu menghampiri ke tempat Kun Hiap. Dia berhenti di
hadapan pemuda itu.

mailto:22111122@yahoo.com 254
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Menyerap bau harum yang ditebarkan dari tubuh Hui Giok dan menatap dekat
wajahnya yang cantik, mau tak mau goyahlah hati Kun Hiap.

"Mungkinkah nona secantik Hui Giok ini akan melakukau perbuatan yang begitu
durhaka? Ataukah di dunia ini ada seorang nona lain yang jahat tetapi kebetulan
she, nama dan wajahnya mirip dengan Hui Giok?" hatinya menimang-nimang di
antara percaya dan tidak.

Bibir Hui Giok yang merah basah mulai bergetaran kata2, "Kun Hiap, apakah
engkau benar-benar sampai hati tidak mempedulikan aku lagi?"

Benak Kun Hiap serasa berdenyut-denyut dau mata berkunang-kunang sehingga


sesaat dia tidak dapat menjawab.

Tadi waktu bersembunyi di balik pintu-angin dan menyaksikan segala tingkah


laku serta ucapan Hui Giok, Kun Hiap sudah menetapkan keputusan dalam
hatinya. Tidak sudi lagi dia hidup bersama dengan seorang gadis cantik yang
berhati ular berbisa.

Tetapi kini setelah berhadapan muka dengan gadis cantik itu yang dengan suara
lemah lembut merayunya, goyahlah pendirian Kun Hiap. Dia tertegun tak dapat
menjawab.

Memang Kun Hiap itu seorang pemuda yang tidak berpendirian teguh dan
gampang berobah. Andaikata Hui Giok mau bersabar untuk melanjutkan
rayuannya, kemungkinan besar Kun Hiap akan terpengaruh. Tetapi karena
melihat Kun Hiap diam saja, Hui Giok mengira, diam Kun Hiap itu karena tetap
pada keputusannya. Hui Giok geram dan gugup. Seketika wajahnya gelap lagi.

"Kun Hiap,” dia mendengus, "renungkanlah sejernih-jernihnya dulu, dalam hal


apa aku telah melakukan kesalahan kepadamu. Apabila engkau sudah selesai
merenungkannya deburlah pintu dan panggillah aku. Kalau engkau tak dapat
mengha-yati dengan jelas, jangan harap engkau dapat keluar dari pintu ruang
batu ini!"

Selesai berkata dia terus berputar tubuh, mengebutkan lengan bajunya ke


belakang sehingga Kun Hiap terdorong mundur dua langkah. Sekali melesat
keluar, pintu kamar yang juga terbuat dari batu tebal, menutup lagi.

Perobahan yang terjadi pada Hui Giok yang berusaha membujuk Kun Hiap, dari
halus sampai kasar, berlangsung dengan cepat sekali. Sebelum Kun Hiap sempat
menemukan kembali kesadaran pikirannya, tahu-tahu dia telah dilanda angin
kuat yang mendorongnya ke belakang.

mailto:22111122@yahoo.com 255
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kebutan lengan baju Hui Giok itu selain mendorong Kun Hiap ke belakang, pun
telah meniup padam beberapa lentera Ting-beng-teng yang menerangi ruangan
itu. Oleh karena itu ruanganpun menjadi gelap gulita.

Kun Hiap terkejut dan tegak termangu ditempat yang gelap itu. Tadi Hui Giok
mengancam, kalau dia tak mau merobah keputusannya, jangan harap dia dapat
keluar dari ruang yang gelap itu untuk selama-lamanya. Teringat hal itu, betapa
mendelu hati Kun Hiap.

Dia lalu mengisar langkah dan pelahan-lahan menghampiri pintu. Dia hendak
menghantam pintu dan berteriak memanggil Hui Giok. Tetapi baru setengah
jalan tangan diangkat, entah bagaimana, dia hentikan dan pelahan-lahan
diturunkan lagi.

Dia menghela napas lalu mendekap kepalanya dan diguncang-guncangkan


seperti hendak memaksa diri untuk mencari penyelesaian.

Entah sudah berapa lama dia berada dalam keadaan yang gelap itu, dia tetap
tak dapat mengambil keputusan apa2. Akhirnya dia berputar teguh, duduk
bersandar pada pintu, Tanpa sengaja dia mengangkat muka dan astaga... dia
sampai loncat berjingkrak.

Tak jauh di sebelah muka, tampak sepasang mata yang bersinar hijau gelap
tengah memandangnya. Dan lebih lanjut, diapun tahu mata siapakah itu.

Setelah menelan airliurnya, dia serentak berseru menegur, "Hai siapakah itu?"

Tetapi tegurannya itu tiada terbalas. Ah, goblok benar aku ini, pikirnya. Jelas
yang berada dalam ruang gelap itu tiada lain orang kecuali dirinya sendiri. Tetapi
mengapa sekarang bertambah dengan sepasang mata manusia yang begitu
menyeramkan?

Pada lain saat tiba2 saja dia teringat akan sesuatu dan hatinyapun berdetak
keras. Yang jelas, dalam ruang itu terdapat patung dari Tian Put Biat, suami
Biau-koh dan ayah dari ketiga taci-beradik Tian. Patung itu dibuat sedemikian
rupa sehingga menyerupai orang hidup. Dan karena mirip dengan orang hidup
maka waktu Koan Sam Yang masuk kedalam ruang itu, dia sampai terkejut dan
melankan diri.

"Apakah... apakah patung itu dapat hidup kembali?” tanyanya dalam hati.
Walaupun tahu kalau hal itu mustahil akan terjadi namun tak mau menggigillah
hati Kun Hiap karena merasa seram sekali.

Beberapa saat kemudian karena sepasang mata itu masih tetap terpancang

mailto:22111122@yahoo.com 256
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ditempatnya, nyali Kun Hiap mulai timbul. Dia lalu menghampiri kedekat patung.
Dia ulurkan kedua tangan untuk merabah patung. Dan saat itu dua titik benda
bersinar kebiru-biruan itu memang sepasang mata. Tetapi bukan mata orang
melainkan mata dari patung itu.

Kun Hiap menghela napas longgar. Sudah bertahun-tahun Tian Put Biat
meninggal, tetapi dia tetap meninggalkan bayangan yang menyeramkan orang.
Dapat dibayangkan betapa kewibawaannya dahulu ketika dia masih hidup. Dan
dia memiiiki kepandaian yang luar biasa saktinya. Wa-tak Hui Giok yang ganas
dan kejam, kemungkinan memang warisan dari ayahnya. Hanya bedanya kalau
Tian Put Biat itu menyeramkan tetapi kalau Hui Giok itu cantik menyenangkan
hati.

Tanpa terasa tangan Kun Hiap meraba kepala patung itu dan dia masih
terlongong-longong. Pikirannya kacau karena tak tahu bagaimana dia harus
bertindak. Tiba2 karena khe-ki, dia ayunkan tangannya menampar kepala patung
itu, plak.

Dia terkejut sendiri dan mundur beberapa langkah. Hai .... sepasang mata
patung itupun copot dan jatuh ke lantai.

Kun Hiap makin kaget dan buru2 maju menghampiri untuk memasang kembali
sepasang gundu mata itu Alangkah kejutnya ketaka dia melihat patung itu telah
berkisar setengah meter ke samping. Tempat bekas patung itu terbuka sebuah
lubang dan sepasang gundu mata tadi pun jatuh ke dalam lubang itu.

Ketika Kun Hiap menunduk hendak mengambil gundu mata itu, di dalam lubang
itu samar-samar seperti memancarkan sinar cahaya. Sementara gundu mata itu
setelah bergelundungan sedalam dua meter lalu berhenti. Dengan begitu
menandakan kalau dasar lubang itu dalamnya lebih kurang dua meter.

Kun Hiap tertarik. Ingin dia mengetahui apa yang terdapat di bawah lubang. Dia
lalu meluncur turun ke dasar lubang. Saat itu dia baru tahu kalau sinar tadi
memancar dari arah muka. Menurutkan sinar itu barulah Kun Hiap tahu kalau
sinar itu berasal dari sebuah pintu. Di dalam pintu itu terdapat penerangan yang
terang dan sinar tadi menyusup keluar melalui cela-cela daun pintu.

Kun Hiap maju menghampiri, mendorong pintu. Pintu itu terbuat dari batu tetapi
sekali do-rong terus terbuka. Apa yang dilihatnya dalam ruang itu, membuatnya
menahan napas.

Sebuah ruang batu seluas satu tombak persegi, pada keempat sudut ruang
dipasangi dengan lentera Tiang-beng-ting. Sebenarnya sinar lentera itu tak
berapa gemilang, tetapi yang menyebahkan sinar lentera itu menjadi gilang

mailto:22111122@yahoo.com 257
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

gemilang tak lain karena ruang itu berisi penuh dengan permata berlian yang
berkilau-kilauan menyilaukan mata.

Kun Hiap melangkah masuk. Dia menjemput ke dalam baskom emas dan
sejemput permata berada dalam genggamnya. Setelah tangan terbuka, butir2
permata itu berhamburan ke dalam baskom kencana lagi dengan bunyi yang
meng-gemerincing nyaring. Dia hampir tak percaya apa yang disaksikan dalam
ruang itu. Beraneka ragam emas permata, ratna mutu manikam dan bermacam
macam zamrud yang tidak ternilai harganya. Seumur hidup belum pernah dia
menyaksikan harta permata yang sedemikian banyaknya.

Bagi orang yang berhati serakah, tentulah akan silau melihat harta karun
sedemikian besarnya itu. Dan tentu akan gopoh membenahinya. Tetapi Kun Hiap
tidak demikian. Setelah melihat sejenak dia lalu beralih pandang memeriksa
keadaan ruang itu lebih lanjut.

Pandang matanya segera terpancang pada sebuah benda kecil yang terletak di
atas meja kayu jati. Benda itu berwarna hitam mengkilap dan berbentuk seekor
kuda, terbuat dari besi.

Serentak dia teringat akan beberapa kuda besi semacam itu yang pernah
diperoleh dari Istana Tua tempo hari. Kemudian benda itu, demi menolong
keselamatan jiwanya dari ancaman Koan Sam Yang, oleh Tian toa-siocia telah
diberikan kepada orang she Koan itu.
Kuda besi yang berada di atas meja itu juga serupa bentuknya dengan kuda besi
yang pernah diperolehnya tempo hari. Hanya bedanya, yang sekarang ini jauh
lebih besar, panjangnya lebih kurang 30 senti.

Setelah melampaui beberapa gunduk timbunan permata, Kun Hiap menghampiri


meja itu dan ulurkan tangan hendak mengambil. Uh, ternyata kuda besi iyu
berat sekali sehingga tak kuat diangkat dengan satu tangan. Dia lalu gunakan
kedua tangan. Tetapi baru, hendak mengangkat, tiba-tiba ia melihat permukaan
meja itu terdapat ukiran huruf yang berbunyi : Jangan sembarangan
mengangkat.

Kun Hiap terkejut dan menarik pulang ta-ngannya tetapi kuda besi itu sudah
terlanjur bergerak-gerak, busss .... perut kuda itu menyembur alap kuning yang
harum baunya. Muka dan kepala Kun Hiap terlingkup asap kuning itu.

Seketika kepalanya terasa pening, mata berbinar-binar dan kaki lemas. Asap itu
makin tebal, bluk .... Kun Hiap rubuh di atas baskom besar berisi permata merah
dan tak berkutik lagi.

Asap kuning itu seperti telah tersedot semua oleh Kun Hiap karena tak ada

mailto:22111122@yahoo.com 258
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sisanya lagi. Dengan meram2 ayam, Kun Hiap kehilangan kesadaran pikirannya.

Tadi waktu Kun Hiap masih bingung dalam ruangan gelap, dia meraba pintu dan
berdiri di situ. Kebetulan saat itu Hui Giok juga berdiri di luar pintu.

Karena sama2 tak bicara maka keduanya tak tahu kalau mereka hampir berdiri
merapat dan hanya teraling pintu batu.

Setelah menunggu beberapa saat tak kedengaran Kun Hiap mendebur pintu
memanggilnya maka Hui Giok marah. Dengan susah payah dia menjerat Kun
Hiap tetapi akhiruya tetap gagal. Sudah tentu marahnya bukan kepalang.

Dia segera lari ke luar. Biarlah Kun Hiap tertutup dalam ruang batu itu untuk
selama-lamanya. Tetapi baru tiba di mulut gua, dari luar lembah terdengar derap
kuda lari mendatangi. Dia terkejut, Siapa mereka? Apakah masih ada lain tokoh
yang datang hendak membuat perhitungan dengan mamanya karena mendengar
kalau mamanya telah tak punya kedua pusaka itu?

Belum sempat ia menemukan dugaannya, terdengar pula dua ekor kuda lari
kencang mendatangi. Dan pada lain saat, terdengar suara seorang wanita
melengking nyaring. “Mengapa engkau mengejar aku? Engkau ..... engkau sudah
mencelakai aku sampai belasan tahun, apakah masih belum puas?"

"Dengarkanlah kata-kataku dulu, engkau harus mau mendengarkan omonganku


dulu", terdengar seorang lelaki dengan suara parau berseru.

Tertariklah hati Hui Giok. Cepat dia melesat ke luar lembah. Dilihatnya di luar
lembah terdapat dua ekor kuda tegar rubuh di tanah dan tak jauh dari tempat
kuda itu, tampak seorang wanita berdiri bersandar pada segunduk batu besar,
menuding ke arah seorang lelaki setengah tua dan berteriak, "Jangan
mendekatiku!"

Lelaki yang maju selangkah terpaksa mundur lagi setelah mendengar bentakan
itu, "Baik, dengarkanlah pembicaranku. Apakah engkau mengizinkan aku untuk
menceritakan sejelas-jelasnya?"

Wajah wanita itu pucat seperti mayat tetapi kedua matanya memancarkan sinar
dendam kebencian yang menyala-nyala. Dengan suara tajam ia brseru,”Tak
perlu banyak bicara lagi. Engkau telah membunuh dia, engkau gunakan cara
yang keji untuk membunuhnya lalu engkau mengelabuhi aku sampai bertahun-
tahun...”

Makin lama sepasang mata wanita itu makin berapi-api. Dan sekali tangannya
berayun sebuah benda mengkilap melayang. Karena cepatnya dia bergerak

mailto:22111122@yahoo.com 259
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sampai Hui Giok tak dapat melihat benda apa yang diayunkan itu.

Lelaki itu miringkan tubuh dan cepat sekali dia sudah mencabut pedangnya.
Pedang yang memancar sinar emas itu diangkat ke atas seraya berseru, "Engkau
harus dengarkan omonganku!"

Ternyata benda yang dilontarkan wanita itu adalah sehelai sutera putih. Sutera
putih itu telah tertabas kutung oleh pedang si lelaki dan pedang itupun sudah
berhenti.

Pedang itu memang sepintas seperti pedang biasa tetapi tiada bergigir dan pada
batangnya berbentuk seekor naga dengan lima cakar, menimbulkan perbawa
yang dahsyat sekali-

Sebenarnya Hui Giok belum kenal siapa lelaki dan wanita setengah baya itu. Dan
tak tahu apa yang telah terjadi dengan mereka. Tetapi setelah melihat bentuk
naga emas pada batang pedang dia segera mengenali kalau lelaki itu tentulah
Kim-liong-kiam-khek Wi Ki Hu. Dan wanita itu isterinya yang bernama Soh-jiu-
sian-cu Tong Wan Giok.

Hui Giok dengan hati2 menyelinap bersembunyi dibalik segunduk batu besar
untuk mengikuti apa yang akan terjadi dengan mereka. Ia menahan napas agar
jangan sampai diketahui mereka.

Tong Wan Giok tertawa rawan, "Ilmupedang yang hebat sekali. Kepandaianmu
lebih tinggi dari dia dan dari aku. Kalau duapuluh tahun yang lalu engkau dapat
membunuhnya, mengapa sekarang engkau tak mampu membunuh aku? Perlu
apa engkau masih bersangsi ? Hayo, kalau engkau berani, aku takkan
membalas!"

Dahi Wi Ki Hu berombak, menandakan kalau hatinya berduka sekali. Ujung


pedang ditukikkan ke tanah dan berkatalah dia dengan nada sarat, "Wan Giok,
apa engkau kira aku tega membunuhmu ?"

Tong Wan Giok memperdengarkan ketawa sinis dan berseru nyaring, "Tak perlu
engkau berpura-pura. Waktu engkau membunuh dia sama dengan engkau
membunuh aku. Duapuluh tahun lamanya aku berkumpul dengan engkau apa
engkau kira aku bahagia ? Aku hanya seonggok mayat hidup yang sudah tak
berjiwa lagi. Ha, ha, sekarang setelah tahu keadaannya, setelah tahu kalau dia
mati ditanganmu, akupun sudah tak ingin hidup lagi, hayo, lekas engkau turun
tangan!"

Wajah Wi Ki Hu makin tak sedap dipandang. Tiap patah kata yang diucapkan
Tong Wan Giok itu bagaikan ujung belati yang menusuk ulu hatinya. Dia kira

mailto:22111122@yahoo.com 260
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

selama duapuluh tahun itu Tong Wan Giok hidup dengan bahagia. Kini baru dia
menyadari bahwa dalam mata wanita yang dicintainya, dia sama sekali tak
mempunyai arti sedikitpun juga.

Wi Ki Hu tegak seperti sebnah patung Saat itu merupakan saat yang paling
menyedihkan dalam hidupnya. Dalam dunia persilatan dia telah berhasil
mendapat nama yang harum, Tetapi dia gagal untuk mendapatkan tempat dalam
hati wanita yang dicintainya.

Beberapa saat kemudian, barulah dia mengangkat kepala dan berkata dengan
terputus-putus, "Jika begitu, aku... aku telah menyiksa engkau selama....
duapuluh tahun. Bunuhlah aku .... untuk membalaskan sakithatinya !"

Wi Ki Hu terus melemparkan pedangnya ke hadapan TongWan Giok. Dia


menggunakan tenaga-dalam yang hebat sehingga pedang itu amblas ke tanah
dan hanya kelihatan tangkainya saja.

Tong Wan Giok mencabut pedang itu lalu menudingkan ujungnya kearah Wi Ki
Hu, "Waktu engkau membunuhnya, apakah menggunakan pedang ini ?"

Dengan sedih Wi Ki Hu mengangguk, "Ya, memang dengan pedang itu


kubunuhnya. Dialah yang mendesak aku untuk menggunakan senjata"

Berteriaklah Tong Wan Giok makin nyaring, "Engkau gunakan pedang ini untuk
membunuhnya?"

"Katakanlah begitu," kata Wi Ki Hu. "Waktu kutinggalkan dia, walaupun dia


belum mati tetapi waktu Wi sute kusuruh menengoknya ternyata dia sudah
binasa. Ya, akulah yang menusuknya hingga binasa."

Tong Wan Giok maju dua langkah seraya majukan ujung pedang ke dada Wi Ki
Hu. Wi Ki Hu pucat wajahnya tetapi tak mau bergerak menghindar.

"Engkau mengangkat saudara dengan dia, Dia pernah menolong engkau dari
kepungan musuh. Pada waktu mengatakan tentang dirimu dihadapanku, dia
selalu memuji dan mengagumi engkau. Sungguh tak kira engkau ... engkau ...."

Airmata Tong Wan Giok berderai-derai seperti banjir. Dia benci sekali kepada Wi
Ki Hu ... Sebenarnya tak ingin dia menangis dihadapan musuh itu. Tetapi
teringat akan hari2 bahagia bersama Can Jit Cui dahulu dan kemudian
kebahagiaan itu akhirnya lenyap untuk selama-lamanya tak kuasa lagi dia
menahan airmatanya. Kemudian dia menghela napas.

"Engkau manusia yang berhati binatang, mengapa sampai hati untuk

mailto:22111122@yahoo.com 261
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menurunkan tangan sekeji itu ?" serunya pula.

Wi Ki Hu tetap tak menjawab dan hanya termangu2 memandangnya. Sinar


matanya tidak membayangkan ketakutan dan rasa sesal. Bahkan sepertinya dia
merasa tak berbuat sesuatu yang memyalahi batinnya.

Tong Wan Giokpun mengangkat pedang dan hendak diayunkan ke leher Wi Ki


Hu. Sekali tabas, tentulah Wi Ki Hu akan menjadi setan tanpa kepala. Tetapi
entah bagaimana ketika mata mereka saling beradu pandang, Tong Wan Giok
terkesiap karena melihat sinar mata Wi Ki Hu yang begitu tenang dan bangga,
seperti orang yang tak bersalah.

Peding dihentikan dan berserulah Tong Wan Giok dengan dingin, "Dalam
menjelang maut, apakah engkau tak merasa menyesal?"

Wi Ki Hu tertawa rawan, “Wan Giok, selama ini aku tak merasa telah melakukan
hal yang menyalahi batinku."

"Hm," dengus Tong Wan Giok, "kata orang, pada saat menjelang kematian,
orang tentu akan bicara dengan baik budi. Tetapi engkau tidak. Hal itu
menandakan bahwa engkau memang berdarah binatang."

Wi Ki Hu tidak membantah melalnkan tertawa hambar, "Sebenarnya aku hendak


menceritakan peristiwa itu kepadamu. Terserah saja engkau mau percaya atau
tidak. Tetapi sekarang ah . .. . .

Daging pipinya berombak-ombak, menandakan kalau batinya berduka sekali.


Nada suaranya pun makin lama makin pelahan, tetapi sekarang .... kutahu
selama duapuluh tahun ini walaupun resminya kita ini menjadi suami isteri ....
tetapi nyatanya engkau tetap menganggap aku sebagai orang luar. Ha, ha,
peristiwa itu . . . . , tak perlu kuterangkan lagi."

"Waktu itu ketika jejaknya lenyap, engkau telah mengambii aku sebagat isteri
agar aku terhindar dari malu. Untuk itu aku memang berterima kasih. Selama
duapuluh tahun ini aku pun selalu bersikap sebagai orang yang berterima kasih
kepadamu. Bahwa selama duapuluh tahun ini engkau tidak pernah menjamah
tubuhku, sungguh makin menambah rasa kagumku kepadamu. Tetapi karena
sekarang telah kuketahui di mana dia berada dan telah jelas pula bahwa engkau
yang membunuhnya, perlu apa engkau masih berbelat belit hendak memutar-
balikkan kenyataan?"

Wi Ki Hu mengangkat kepala pelahan, "Benar, memang tak berguna sedikitpun


juga, Lekaslah engkau turun tangan, aku takkan membalas!"

mailto:22111122@yahoo.com 262
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mata Tong Wan Giok yang memancar sinar dendam kebencian itu makin
membara Dan ketika teringat akan hari2 yang bahagia dengan Cia Jit Gui dahulu,
kebenciannya kepada Wi Ki Hu makin meluap, Pedangnyapun mulai bergerak
maju.

Sebagai tokoh persilatan ternama, Wi Ki Hu sudah pernah mangalami berpuluh


pertempuran yang dahsyat. Dan tadi dia sendirilah yang menyerahkan pedang
Kim-liong-kiamnya kepada Tong Wan Giok. Tetapi ketika ujung pedang itu makin
mendekati tenggorokannya, mau tak mau wajahnyapun berubah.

Apa yang terjadi di antara kedua suami isteri itu tdah diketahui dan didengar
jelas oleh Hui Giok yang bersembunyi di balik gunduk batu besar. Ia tahu bahwa
walaupun Tong Wan Giok menggerakkan pedangnya dengan pelahan tetapi
apabila bersarang pada tenggorokan korbannya, tentulah Wi Ki Hu akan
melayang jiwanya.

Timbul pergolakan dalam hati Hui G!ok akan dibiarkan saja Wi Ki Hu mati
ataukah aakan dicegahnya. Kalau ia ke luar untuk melerai, apakah
keuntungannya? Apakah dia dapat memanfaatkan peristiwa itu untuk
mempertemukannya dengan Kun Hiap?

Asuhan dan didikan dalam lingkungan rumah tanggauya telah menyebabkan Hui
Giok tumbuh merijadi seorang gadis yang egois. Setiap menghadapi persoalan,
bukan dengan dasar menilai baik atau buruknya melainkan atas dasar
perhitungan menguntungkan atau merugikan kepada dirinya.

Pada saat dia masih sangsi tiba2 dari belakang terdengar bunyi memberosot. Dia
terkejut.

Dan ketika berpaling dia makin terkejut lagi Entah kapan dan bagaimana
caranya, ternyata Kun Hiap sudah muncul di belakangnya. Tetapi ada suatu hal
yang aneh pada diri anakmuda itu. Dia tidak memandang kepada dirinya (Hui
Giok) tetapi matanya memandang lurus ke depan.

Hui Giok terkesiap ketika Kun Hiap melangkah dengan cepat sekali. Sekali
bergerak sudah lima langkah menuju ke tempat Tong Wan Giok dan Wi Ki Hu.

Saat itu ujung pedang Tong Wan Giok hanya tinggal dua inci dari tenggorokan
Wi Ki Hu.

Ketika mendengar langkah orang, dia berpaling.

Betapa kejutnya ketika yang muncul itu Kun Hiap. Serentak dia berseru, "Engkau
juga datang! Apakah engkau hendak membalas dengan tanganmu sendiri?"

mailto:22111122@yahoo.com 263
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Memang wajah Kun Hiap mirip sekali dengan ayahnya. Maka ketika pertama kali
dia mengembara ke luar, banyak orang telah keliru menyangkanya sebagai Can
Jit Cui. Dan karena itu maka pelahan-lahan Kun Hiap baru tahu tentang asal usul
dirinya.

Karena saat itia perasaannya sedang tegang sekali, begitu melihat Kun Hiap,
Tong Wan Giok telah menganggap Kun Hiap itu sebagai Can jit Cui.

Wi Ki Hu juga melihat kehadiran Kun Hiap. Dia menghela napas, "Wan Giok, itu
Kun Hiap puteramu sendiri. Apakah engkau lupa?"

Sehabis berkata tadi, Tong Wan Giok menarik pedangnya lalu melangkah
menghampiri Kun Hiap dan menyerahkan pedang itu. Pada saat Wi Ki Hu
memperingatkan tentang kekhilafannya, barulah Tong Wan Giok sadar dan
berteriak,"Hiap-ji, engkau! Maiiyingkirlah dan lihatlah, akan kubunuh musuh
ayahmu itu dengan tanganku sendiri!"

Kuatir Kun Hiap yang tak tahu persoalannya akan mencegah maka Tong Wan
Giok menyuruhnya menyingkir.

Tetapi tampaknya Kun Hiap seperti tak tahu kalau dihadapannya itu adalah
mamahnya. Dia tetap berjalan lurus kemuka dan cepat sekali sudah tiba di
tengah kedua orang itu. Rupanya dia tak mau berhenti dan tetap ayunkan
langkah kemuka.

"Berhenti!" teriak Wi Ki Hu yang terkejut dan curiga, sambil menerkam bahu


anakmuda itu.

"Jangan menyentuhnya," teriak Tong Wan Giok terus menusuk lambung Wi Ki


Hu miringkan tubuh sedikit sehingga ujung pedang lewat di sisinya, sedang
terkamannya masih mengarah bahu Kun Hiap.

Crek, Kun Hiap tertegun ketika bahunya diterkam. Tiba2 dia memekik keras dan
aneh sepetrti kerbau menguak dan lalu meronta!'

Entah bagaimana, Wi Ki Hu rasakan dari bahu Kun Hiap memancarkan tenaga-


sakti yang teramat kuat, menolak tangan Wi Ki Hu sehingga cengkeramannya
terlepas dan dirinyapun tertolak mundur selangkah.

Pada saat itu Tong Wan Giok menusuk lagi seraya berseru, "Hiap-ji, lekas pergi!
Bangsat iin masih belum puas mencelakai ayahmu dan masih hendak mencelakai
engkau juga!"

mailto:22111122@yahoo.com 264
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Setelah berhasil mendorong Wi Ki Hu, Kun Hiap tertegun sejenak lalu berjalan
lagi. Seruan mamanya tadi seolah tak dihiraukannya.

Baru saja dapat berdiri tegak sudah disambut tusukan Wan Giok, Wi Ki Hu
terkejut tetapi tak gugup. Dia rebahkan tubuh ke samping lalu menekan tanah
dan melenting ke udara seraya berteriak, “Berhenti! Rupanya Hiap-ji telah
tertimpah sesuatu yang aneh !'

Saat itu Tong Wan Giok mengejar dan memakinya. "Bah, engkau manusia
berhati binatang. Tadi engkau jelas hendak membunuhnya, sekarang pura2
memikirkan keadaannya?"

"Wan Giok, engkau ...," belum sempat Wi Ki Hu menyelesaikan kata-katanya, dia


sudah diserang bertubi-tubi oleh pedang Tong Wan Giok. Terpaksa dia
menghindar sambil mundur dan tak sempat untuk melanjutkan kata-katanya.

Dalam beberapa kejab saja Tong Wan Giok. sudah melancarkan tujuh kali
serangan. Tetapi ilmupedang yang dimainkan itu adalah ilmupedang Kim-liong-
kiam-hwat yang diajarkan Wi Ki Hu, sudah tentu Wi Ki Hu faham sekali dan
mengerti bagaimana harus menghadapi. Walaupun serangan Wan Giok itu
gencar dan dahsyat, tetap Wi Ki hu dapat menghindarinya.

Setelah lewat tujuh serangannya tak memberikan hasil, Tong Wan Giok kesal
hati dan tiba-tiba hentikan serangannya, "Tadi engkau mengatakan kalau rela
mati dibawah pedangku. Mengapa sekarang engkau berusaha menghindar ?

Setelah berdiri tegak, Wi Ki Hu menjawab, "Wan Giok, apapun yang terjadi tetapi
kuanggap Hiap-ji itu sebagai anakku sendiri. Apakah engkau tak memperhatikan
bahwa tingkah lakunya tadi tidak sewajarnya ?"

Tong Wan Giok tertawa dingin, "Kata-katamu itu sedap sekali didengarnya. Dia
tertimpa malapetaka apa saja, aku sendiri dapat merawatnya, tak perlu engkau
ribut2!"

Tetapi walaupun begitu Tong Wan Giok juga tetap menguatirkan keselamatan
puteranya, Maka sambil berkata, dia berpaling kearah Kun Hiap.

Saat itu Kun Hiap sudah melesat dua tiga tombak jauhnya. Pada waktu Tong
Wan Giok berpaling memandangnya, dia melihat sesosok bayangan meluncur
cepat kearah Kun Hiap. Tong Wan-Giok terkejut dan cepat membentaknya, "Hai
sia-pa itu !"

Tetapi bayangan itu tak berhenti oleh karena itu Tong Wan Giokpun tak mau
banyak pikir lagi terus memutar pedang Kim-liong-kiam dan dilontarkan kearah

mailto:22111122@yahoo.com 265
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

bayangan orang itu.

Orang itu tertegun lalu kebutkan lengan baju dan melibat tangkai Kim-liong-
Kiam, Saat itu Tong Wan Giokpun sudah sempat melihat bahwa bayangan itu
ternyata seorang dara yang cantik. Dan dengan masih membawa Kim-liong-kiam
gadis itu masih terus melaju kearah Kun Hiap. Sekali lengannya berayun maka
pedang itupun melayang menancap kesebatang pohon besar. Dan selekas tiba di
hadapan Kun Hiap, nona itu terus menerkam bahu Kun Hiap.

Ternyata nona itu bukan lain adalah Tian Hui Giok yang bersembunyi dibalik
gunduk batu besar tadi. Begitu Kun Hiap .muncul, bukan melainkan Wi Ki Hu
saja yang merasa ada sesuatu yang tak wajar pada diri anakmuda itu, pun Hui
Giok juga punya anggapan begitu. Bermula dia mengira kalau Kun Hiap memang
pura2 bertingkah begitu karena tercengkam oleh rasa ketegangan berhadapan
dengan Wi Ki Hu, pembunuh dari ayahnya. Tetapi pada lain saat dia merasa
tingkah laku Kun Hiap itu memang aneh dan tak wajar. Maka diapun terus
melesat keluar dan mengejar Kun Hiap.

Karena belum kenal pada Hui Giok maka Tong Wan Giok cemas. Lebih cemas
lagi ketika melihat Hui Giok hendak menerkam bahu Kun Hiap. Maka tanpa
menghiraukan Wi Ki Hu lagi, dia terus bertindak

Jilid 10.

Melihat puteranya hendak diterkam orang itu Tong Wan Giok nekad, Tinggalkan
Wi Ki Hu dia terus menyerbu orang itu.

Soh-jiu-hud-hun atau Tangan-mengebut-awan, demikian jurus yang dilancarkan


Tong Wan Giok Kedua tangannya dirangkapkan lalu menghantam.

Saat itu Hui Giok telah menerkam Kun Hiap. Waktu merasa dirinya dilanda
gelombang angin pukulan dahsyat, sebenarnya kalau mau dia dapat.
menangkisnya. Tetapi karena dia mencintai Kun Hiap sudah tentu dia tak mau
mencelakai mama Kun Hiap. Maka dia hanya kebutkan lengan baju kirinya
kirinya ke belakang dengan pelahan. Setiup tenaga yang lunak menyongsong
angin pukulan Tong Wan Giok dan menghapuskannya.
/>
Sudah tentu Tong Wan Giok terkejut sekali

Saat itu dia baru menyadari bahwa kepandaian nona yang tak dikenalnya itu
jauh, lebih tinggi dari dirinya.

"Nona, siapa engkau? Mengapa engkau menerkamnya ?" tegurnya.

mailto:22111122@yahoo.com 266
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Maksud Hui Giok menerkam Kun Hiap hanyalah mencegah jangan sampai dia
melanjutkan langkahnya. Baru dia hendak menjawab pertanyaan Tong Wan
Giok, tiba2 dia rasakan bahu Kun Hiap memancar tenaga-tolak yang luar biasa
hebatnya sehingga cengkeramannya terlepas dan bahkan dirinya ikut terpental
mundur sampai satu langkah.

Hui Giok kaget sekali Kembali dia menerkam bahu Kun Hiap. Kali ini dia gunakan
tenaga yang lebih besar.

Saat itu Kun Hiap baru bergerak setengah langkah, tahu2 sudah diterkam Hui
Giok lagi.

"Nona, siapa engkau," dalam pada itu Tong Wan Giokpun melesat tiba.

"Harap peh~bo (bibi) jangan kuatir. Aku adalah kawan baik dari puteramu,"
sahut Hui Giok tertawa.

Tong Wan Giok tertegun. Dia belum pernah kenal dengan nona itu mengapa
nona itu sudah kenal padanya ?

Tiba2 Hui Giok menjerit kaget. Cengkeramannya terlepas dan dia terpentai
seelangkah ke belakang lagi.

Hui Giok makin kaget dan heran, Dia tahu sampai di mana kepandaian Kun Hiap,
Tetapi mengapa dua kali pemuda itu mampu melepaskan diri dari
cengkeramannya?

Dia ingat jelas bahwa hanya lebih kurang sejam lamanya Kun Hiap tertutup
dalam ruang batu. Masa dalam waktu sesinakat itu kepandaiannya dapat
mengungguli dirinya?

Hui Giok melesat ke samping Kun Hiap dan memandangnya lekat2. Dia terkejut
lagi. Menilik sikapuya, Kun Hiap seperti tak tahu kalau dia (Hui Giok) berada di
hadapannya. Nyatanya pemuda itu terus melanjutkan ayun langkah ke muka.

"Hai, engkau kena apa?" teriak Hui Giok sekeras-kerasnya, seraya menyurut
mundur. Karena kalau tidak, tentulah akan ditubruk Kun Hiap.

Tetapi walaupun berturut-turut mundur sampai delapan langkah dan tidak henti-
hentinya meneriaki supaya berhenti/tetap saja Kun Hiap tak menghiraukan dan
maju terus.

Hui Giok kaget, akhirnya marah. Dia ulurkan tangan uniuk mencengkeram bahu
Kun Hiap.

mailto:22111122@yahoo.com 267
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dia sudah merasakan dua kali tadi bagaimana cengkeramannya telah


dipentalkan oleh tenaga-tolak dari bahu pemuda itu. Maka kali ini dia
menggunakan tenaga berat untuk menerkam. Dan sedianya begitu dapat
menerkam, terus hendak diangkatnya.

Tetapi begitu menerkam, pancaran tenaga-tolak dari bahu Kun Hiap jauh lebih
dahsyat la
gi dari tadi. Ih., ... Hui Giok mendesis ketika tangannya terpental. Dadanya
terbuka tak .terlindung. Dan pada saat itu juga, Kun Hiap melangkah maju.

Tadi karena selalu mundur maka Hui Giok tak rapat pada Kun Hiap. Tetapi
sekarang karena maju menerkam, dia melangkah ke hadapan Kun Hiap. Sudah
tentu dia tak sempat menghindari lagi dari benturan Kun Hiap, Dia gugup dan
berusaha untuk dapat cepat2 miringkan tubuh ke samping. Tetapi sekalipun
begitu tak urung bahunya yang terlanggar.

Uh .... kembali Hui Giok mandesuh kaget ketika dia kehilangan keseimbangan
tubuh. Terjangan Kun Hiap itu membuatnya terhuyung-huyung mundur sampai
tujuh delapan langkah baru dia dapat berdiri tegak lagi.

Begitu memandang ke muka, Kun Hiap masih maju dan saat itu sudah berada di
hadapannya. Sudah tentu dia gugup dan mundur. Diperhatikannya sepasang
mata Kun Hiap memandang lurus ke muka tetapi tak berkedip.

Hui Giok gerakkan tangannya untuk membuat gerakan menampar di dekat mata
Kun Hiap. Ah, benar mata anakmuda itu tak berkedip.

Hui Giok ketakutan dan menyurut mundur seraya berteriak-teriak memanggil


Kun Hiap. Tetapi anakmuda itu tak menghiraukan. Hui Giok, gelisah sekali. Dia
tahu bahwa pemuda yang dicintainya itu tertimpa suatu kejadian yang
berbahaya tetapi dia tak tahu apa dan tak mengerti bagaimana harus
menolongnya.

Kun Hiap masih berjalan lurus ke muka dan Hui Giok terpaksa mundur. Saat itu
Kun Hiap tiba di depan sebatang pohon. tetapi masih tetap maju.

"Awas!" teriak Hui Giok.

Tetapi Kun Hiap tak mempedulikan dan tetap melangkah maju. Bum . . . pohon
itu ditabraknya dan rubuh.

Pohon itu batangnya sebesar basi. Hui Giok mengira muka dan kepala Kun Hiap
tentu remuk kalau membenturnya. Tetapi apa yang disaksikannya saat itu,

mailto:22111122@yahoo.com 268
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

benar2 tak pernah diduganya. Bukan Kun Hiap tetapi pohon itu yang rubuh
sedang Kun Hiap masih tetap berjalan seperti tidak terjadi suatu apa.

Hui Gok kesima, Tadi waktu dibentur Kun Hiap dan terhuyung-huyung ke
belakang, Hui Giok masih menganggap apabila hal itu terjadi secara kebetulan
saja. Tetapi kini setelah melihat Kun Hiap dapat menabrak pohon sampai
tumbang, barulah Hui Giok menyadari kalau hal itu bukan sesuatu yang
kebetulan. Dia tahu kalau Kun Hiap sekarang memiliki tenaga-dalam yang luar
biasa, lebih tinggi dari dirinya. Suatu hal yang mustahil tetapi toh kenyataannya
begitu.

Hui Giok termangu-mangu. Dilihatnya Kun Hiap melanjutkan langkahnya dan


sudah makin jauh. Hui Giok menimang. Kalau membiarkannya begitu saja,
rasanya memang kurang enak. Maka dia lalu mengejarnya.

Baru dia bergerak, dari belakang terdengar orang berseru. "Giok-ji, berhentilah!"

Ternyata yang berseru itu adalah Tong Wan Giok yang terus melesat mengejar.
Sikapnya tegang, rambut terurai.

Hui Giok terpaksa hentikan langkah.

"Aku tak bermaksud menyalahi engkau," tiba2 Wi Ki Hu loncat ke udara dan


meluncur di samping Tong Wan Giok untuk ikut serta mengejar Kun Hiap.

Sebenarnya kepandaian Hui Giok tidak dibawah Tong Wan Giok maupun Wi Ki
Hu Adalah karena tadi belum mengambil keputusan maka Tong Wan Giok dan
Wi Ki Hu dapat mendahuluinya. Kini dia sudah mengambil keputusan. Sekali
mengempos semangat, dalam beberapa loncatan saja dia sudah tiba di belakang
Wi Ki Hu.

Tong Wan Giok berada di depan. Jaraknya dengan Kun Hiap hanya tinggal
sepengulur tangan, tentu dapat menjamah bahu Kun Hiap. Dan memang Tong
Wan Giokpun ulurkan tangan hendak memegang bahu puteranya.

Melihat itu Hui Giok terkejut. Dia sudah merasakan tenaga-tolak dari bahu Kun
Hiap. Maka diapun hendak meneriaki agar Tong Wan Giok jangan melakukan hal
itu. Tetapi belum sempat dia berteriak, tiba2 dari samping melesat seseorang
yang menghadang di muka Tong Wan Giok.

Begitu orang itu bergerak barulah Wi Ki Hu dan Hui Giok tahu kalau bermula
orang itu tegak bersandar pada pohon. Kalau saja orang itu tidak bergerak, Wi Ki
Hu dan Hui Giokpun tentu tidak sempat mengetahui kalau di bawah pohon ada
seseorang lain.

mailto:22111122@yahoo.com 269
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saat itu Tong Wan Giok sudah terlanjur ulurkan tangan. Bagaimana mungkin
hendak menariknya kembali. Namun dia paksakan diri untuk berusaha menarik
tangannya dan hiattt .... bahu bajunya tertarik robek.

Orang itu tertawa gelak2, serunya, "Toa-soh, apa-apaan ini, mengapa engkau
merobek bahu bajuku?"

Nadanya lemah seperti orang yang baru sembuh dari penyakit berat.

Tong Wan Giok memandang dengan seksama dan meneguruya, "Siapa engkau?"

Orang itu tertawa, "Toa-soh, engkau tidak kenal padaku?” katanya sambil
menuding ke belakang.

Tong Wan Giok berpaling ke belakang, dilihatnya Wi Ki Hu berdiri di


belakangnya. Seketika wajah Tong Wan Giok berobah. Mengangkat tangannya
terus dihantamkan ke belakang.

Wi Ki Hu miringkan kepala, plak . .. . . . telinga kena tertampar sehingga


wajahnya merah. Tong Wan Giok berputar diri dan melengking, "Siapa dia?
Suamiku sudah lama meninggal. Mengapa engkau mengoceh tak keruan di sini?”

Orang itu menghela napas, "Toa-soh, jangan engkau anggap dia itu seorang
buruk. Aku tahu betul peribadinya."

Saat itu perasaan Tong Wan Giok sedang diamuk dendam dan marah. Sudah
tentu dia tak mau adu mulut dengan orang itu.

Di lain fihak, Wi Ki Hu diam heran. Orang itu mengatakan kenal padanya dan
tahu akan peribadinya tetapi dia sendiri merasa belum pernah melihat orang itu.

"Siapakah anda ini?" serentak dia melangkah maju menghampiri dan menegur.

Dangan lemah orang itu terawa, "Sudahlah, sudahlah, kalian berdua suami isteri
jangan bertengkar lagi, lekas kalian berjabatan tangan.''

Tiba2 dia sudah menyambar tangan Tong Wan Gok. Gerakannya lambat sekali..
Demikian pula dengan gaya cengkeramannya.

Mendengar ucapan orang itu tak sedap didengar, Tong Wan Giok marah. Dan
melihat orang itu bergerak hendak menjamah lengannya dia makin kaget.
Sebelum dia sempat memikir bagaimana harus menghadapi atau tiba2
tangannya sudah terasa mengencang karena sudah dicengkeram orang itu.

mailto:22111122@yahoo.com 270
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tampaknya lambat2 saja dia bergerak tetapi entah bagaimana ternyata Tong
Wan Giok sudah tak sempat bergerak.

Dan serempak pada saat itu juga, sebelah tangan orang itu sudah menerkam
pergelangan tangan Wi Ki Hu. Tong Wan Giok dan Wi Ki Hu berontak berusaha
hendak meronta tetapi jari orang itu bagaikan jepitan besi kuatnya. Bukannya
terlepas kebalikannya Tong Wan Giok dan Wi Ki Hu malah lebih mendekat
selangkah lagi.

"Ayolah, kalian saling bergenggam tangan.. Biar hawa kemarahan menjadi hawa
kemeraan. Masa ada persoalan di antara suami isteri diselesaikan dengan
senjata?"

Kata-kata itu ditutup dengan merangkapkan tangan Tong Wan Giok dan Wi Ki
Hu menjadi satu lalu dia lepaskan cengkeramannya dan mundur ke belakang.

Betapa kemarahan Tong Wan Giok dapat dimaklumi. Selekas orang itu lepaskan
cengkeramannya, ia terus menghantam dada Wi Ki Hu.

Kepandaian Wi Ki Hu jauh lebih tinggi dari Tong Wan Giok. Kalau dia mau
mencelakai Tong Wan Giok, tentulah dia lebih berhasil. Tetapi dia tak
mempunyai maksud begitu. Dan karena itu diapun tak sempat untuk menghindar
dari pukulan Tong Wan Giok.

Tong Wan Gok telah menggunakan segenap tenaganya untuk memukul. Dan
pukulannya itu di arahkan pada jalandarah berbahaya pada tubuh Wi Ki Hu, hum
. . . . tubuh Wi Ki Hu rebah ke belakang dan terlempar ke udara Tetapi dia tak
sampai rubuh. Dia berjumpalitan lalu berdiri. Tetapi tubuhnya berputar-putar
seperti kitiran dan mulutpun muntah darah. Dan ketika tubuhnya berhenti
berputar maka darah yang disembutkan dari mulut itupun berbentuk seperti
sebuah lingkaran merah.

Sejenak menenangkan diri, Wi Ki Hu menengadah dan tertawa keras. Nadanya


penuh kepiluan. Wajahnya pucat, sudut mulutnya masih mengalirkan darah dan
mulailah tubuhnya terhuyung-huyung mau rubuh.

Orang tadi cepat melangkah maju lalu menutuk dada Wi Ki Hu beberapa kali,
lalu mendelong. Wi Ki Hu pun rubuh terlentang di tanah. Kemudian orang itu
berputar tubuh dan kerutkan alis, Toa-soh, tindakanmu itu keterlaluan."

"Dia membunuh suamiku dan .... membohongi aku selama 20 tahun, mengapa
aku engkau katakan keterlaluan?" teriak Tong Wan Giok.

Orang itu gelengkan kepala dan berkata dengan pelahan, "Dialah suamimu siapa

mailto:22111122@yahoo.com 271
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

lagi yang engkau katakan suamimu itu?"

Tong Wan Giok mendesuh, "Engkau tahu apa? Sebenarnya aku dapat
membunuhnya tetapi biarlah nanti anakku yang melakukan itu sendiri untuk
membalas sakithati ayahnya."

Tong Wan Giok marah sekali sehingga gerahamnya bergemerutukan. Tetapi


orang yang tampak berpenyakitan itu tenang saja dan berkata dengan santai,
"Toa-soh, engkau salah besar."

Sudah tentu Tong Wan Giok makin marah, "Engkau hanya tahu kentut busuk!”
teriaknya. Sebenarnya Tong Wan Giok itu seorang pendekar wanita dari
perguruan ternama. Baik dalam ilmu silat maupun ilmu sastra, dia menguasai
semua. Dan selama ini tak pernah dia berkata dengan omongan kasar kepada
orang. Tetapi karena saat itu dia sedang marah sekali, barulah dia mengeluarkan
kata-2 sekasar itu. Suatu hal yang pertama kalinya ia lakukan kepada orang.
Maka sehabis memaki, mukanyapun merah.

"Mengapa aku tak tahu? Semuanya aku tahu jelas. Engkau menganggap bahwa
suamimu itu Can Jit Cui, bukan?"

Mendengar orang itu menyebut nama Can Jit Cui, Tong Wan Giok terkesiap
kaget. Dan pada lain saat airmatanya berderai-derai membasahi kedua pipinya.

"Orang mecam apakah Can Jit Cui itu? Mana dia layak menjadi suamimu? Dan
lagi bukan Wi ki Huiah yang membunuhnya," kata orang itu pula.

Mendengar makin lama omongan orang itu makin tak keruan, bahkan perbuatan
yang telah diakui Wi Ki Hu sendiri masih dianggap tidak benar, dia merasa muak
sekali. Dia berpaling. dilihatnya Kun Hiap masih tetap ayunkan langkah maju ke
muka saja. Serentak dia tak mau menggubris orang itu lagi dan lantas menuding
Wi Ki Hu yang masih rebab di tanah, "Tunggulah, aku dan anakku takkan
melepaskan engkau!" serunya.

Wi Ki Hu yang ditutuk jalahdarahnya oleh orang tadi, tak dapat menjawab


melainkan memandang Tong Wan Giok dengan terlongong-longong saja.

Habis berkata Tong Wan Giok terus melesat ke arah Kun Hiap

"Pehbo, tunggulah aku," tiba-tiba Hui Giok berseru.

Tong Wan Giok tertegun, "Engkau siapa?"

Hui Giok menunduk dan menyahut dengan pelahan, "Aku adalah . . . kawan baik

mailto:22111122@yahoo.com 272
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap.”

Melihat sikap nona itu, tahulah Tong Wan Giok apa maksudnya, "Kalau begitu,
mari kita mengejarnya!"

Girang Hui Giok bukan kepalang. Dengan ajakan Tong Wan Giok itu berarti
terbukalah sebuah jalan baru untuk menyampaikan cita-citanya. Keduanya lalu
mengejar.

Tampak Kun Hiap masih melanjutkan langkah. Jaraknya antara delapan tombak
di sebelah depan. Dengan sekali bergerak, kedua wanita itu tentu dapat
mengejarnya.

Pada saat keduanya tiba di belakang Kun Hiap, kebetulan saat itu Kun Hiap
sedang melintas di samping sebatang pohon. Waktu kedua wanita hendak
mengejarnya, tiba2 sesosok bayangan melesat ke luar dari balik pohon itu dan
menghadang Tong Wan Giok berdua.

Sudah tentu Tong Wan Giok dan Hui Giok terkejut. Ternyata penghadang itu tak
lain adalah orang yang berpenyakitan tadi. Tong Wan Giok dan Hui Giok makin
kaget. Jelas ketika mereka berdua mulai mengejar Kun Hiap, orang tua
berpenyakitan itu masih tertinggal di belakang. kapan dia lari dan tiba di bawah
pohon itu, sama sekali mereka tak tahu. Bermula mereka masih menyangka
kalau orang itu tentulah orang lain yang kebetulan wajah dan perawakannya
menyerupai dengan orang tadi yang berpenyakitan.

Mereka berpaling ke belakang untuk membuktikan di manakah orang tua


berpenyakitan itu. Huh, mereka serentak mendesuh dalam hati. Sudah tentu di
belakang tak ada lagi orang tua berpenyakitan itu.

Bukan melainkan itu saja. Bahkan Wi Ki Hu yang tadi terluka dan rebah di tanah,
juga tidak ada di tempatnya lagi.

"Toa-soh," sebelum Tong Wan Giok sempat membuka mulut, orang tua
berpenyakitan itu sudah berkata lebih dulu, "jika engkau tak mau mendengarkan
nasehatku, akupun tak berdaya apa-apa. Tetapi apa yang kukatakan semua tadi,
tidak ada sepatahpun yang tidak sesuai dengan kenyataannya."

Saat itu baru Tong Wan Giok menyadari kaau dia sedang berhadapan dengan
seorang sakti. Maka dengan masih tetap bernada dingin, dia berkata, "Benar, ya
baik, palsu juga baik. Tetapi apa maksudmu menghadang jalanku ini?"

Tiba-tiba orang tua itu ulurkan tangan, huh, tangannya menjulur panjang sekali
ke muka dan mencapai bahu Kun Hiap. Dan sekali menarik, Kun Hiappun

mailto:22111122@yahoo.com 273
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berputar tubuh dan berdiri tegak. Matanya mendelik memandang ke muka.

Sambil menepuk pelahan bahu Kun Hiap, orang tua berpenyakitan itu berkata,
"Kalian mengejarnya, masa tak tahu kalau ada kalian pada dirinya?"

Tong Wan Giok mengira karena mengetahui pertengkaran antara dirinya dengan
Wi Ki Hu maka Kun Hiap menderita shock dan seperti limbung. Kini baru dia tahu
kalau puteranya memang berobah seperti orang tolol.

"Dia .... dia bagaimana?" setelah terlongong berapa jenak barulah dia bertanya.

"Orang itu tak menyahut melainkan bertanya kepada Hui Giok, "Engkau berotak
cerdas, Segala apa tahu dan segala apa berani melakukan. Tahukah engkau
bagaimana dia?”

Mendengar kata2 orang tua itu bernada sinis, diam-diam Hui Giok terkejut dan
marah. Tetapi dia tetap tenang saja dau hanya gelengkan kepala, menyatakan
tak tahu.

Orang tua itu menghela napas, "Karena kalian tak tahu apa sebabnya, akupun
tak mau bilang. Adakah dia bakal beruntung atau celaka, sekarang belum dapat
diketahui. Berikan dia kepadaku saja."

"Siapa engkau!" seru Tong Wan Giok.

"Aku adalah sahabat ayahnya."

"Apakah anda tahu siapa ayahnya?" tanya Hui Gok.

Orang tua itu memandang Hui Gok, kemu-dian balas benanya, "Apakah engkau
tahu?"

"Tentu saja tahu," sahut Hui G..ok, "ayahnya tokoh tampan yang romantis dan
mendapat gelar Giok-biu siau-long dan dunia persilatan, ya-itu Can Jit Cui."

Untuk mengambil muka Tong Wan Giok maka Hui Giok sengaja memuji Can Jit
Cui dengan sanjungan yang begitu merdu. Dan memang Tong Wan Giok
menghela napas waktu mendengarnya.

Tetapi di luar dugaan orang tua berpenyakitan itu dengan tenang gelengkan
kepala, "itu salah besar! Orang macam apakah Can Jit Cui itu sehingga layak
menjadi ayahnya?"

"Aku adalah mamanya," teriak Tong Wan Giok sengit, "siapa ayahnya, masakan

mailto:22111122@yahoo.com 274
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

aku tidak tahu dan harus engkau yang menunjukkan?"

"Memang," sahui orang tua itu, "ayah yang menurunkan dia adalah Can Jit Cui.
Tetapi pernahkah anak itu melihat ayahnya? Pernahkah Can Jit Cui memelihara
dan mendidiknya sampai besar? Pernahkah dia mengajari ilmusilat kepadanya?"

"Hm, engkau sudah tahu tetapi pura2 tidak tahu," seru Tong Wan Giok,
"sebelum dia lahir, ayahnya sudah mati ditangan manusia khianat. Bagaimana
mungkin ayahnya akan mendidiknya?"

"Siapakah manusia hianat itu?" tanya orang tua berpenyakitan.

"Wi... Ki . . . Hu!" dengan menggertak gigi Tong Wan Giok berkata gemas.

“Kalau Wi Ki Hu seorana hianat, di dunia ini tak ada lain manusia yang pantas
disebut kuncu (ksatrya) Dalam hal itu tentu terdapat liku-likunya. Wi hujin,
jangan engkau ringan tangan dan bertindak sembarangan."

Tong Wan Giok tak dapat bersabar lagi.

Serentak dia mengangkat tangan dan menghantam dada orang tua itu. Tetapi
pukulannya itu agak dimiringkan, maksudnya hanya supaya orang itu itu
terdorong saja.

Plak .... pukulan Tong Wan Giok seperti mengenai kayu lapuk dan orang tua itu
tetap tak bergerak dari tempatnya. Dia balikkan tangan menerkam siku lengan
Tong Wan Giok dan entah dengan gerakan bagaimana, sekali tangan dilepaskan
tubuh Tong Wan Giok terpelanting jatuh ke belakang.

"Cobalah engkau renungkan sedalam-dalamnya," kata orang tua dengan nada


sarat, "dalam hal apa Wi Ki Hu telah menyalahi engkau?"

Melihat Tong Wan Giok jatuh, buru2 Hui Giok melesat maju untuk memapahnya
bangun. Tetapi Tong Wan Giok berteriak gugup, "Sudah, jangan mengurus aku,
lekas kejar Kun Hiap."

Ketika Hui Giok mengangkat muka, dilihatnya orang tua berpenyakitan itu sudah
menggandeng tangan Kun Hiap dan berjalan pelahan-lahan.

Hui Giok juga gugup sekali. Dia tak tahu siapakah orang tua itu dan kemanakah
Kun Hiap hendak dibawanya. Sekali enjot tubuh, Hui Giok melesat dua tombak
dan tiba di belakang orang tua berpenyakitan.

Sebenarnya sekali sambar, dia tentu sudah. dapat merebut Kun Hiap. Tetapi dia

mailto:22111122@yahoo.com 275
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tahu bahwa orang tua tak dikenal itu berilmu sakti, kalau tidak dikuasai dulu
tentu akan merebut Kun Hiap lagi.

Hui Giok julurkan jari tengah lalu menutuk jalandarah berbahaya di punggung
orang. Menutuk jalandarah vital atau berbahaya, memang jarang dilakukan
orang persilatan apanila tidak berhadapan dengan musuh besar. Bahwa sekali
turun tangan, Hui Giok menutuk jalanmaut orang tua berpenyakitan itu,
menunjukkan betapa ganas hatinya.

Waktu dia turun tangan, jaraknya hanya setengah meter dari orang tua itu.
Sudah tentu tutukannya itu tak mungkin akan meleset, tetapi alangkah kejutnya
ketika tiba2 ia merasa jarak orang tua itu dengan dirinya menjadi jauh sedikit.
Walaupun hanya beberapa senti tetapi tak terjangkau oleh tutukan jarinya.

Orang tua itu mendengus tetapi tidak mau berpaling. Justeru itu yang membuat
Hui Giok makin mengkal. Melihat orang tua itu tidak mau membalas, ia mengira
kalau kegagalannya hanyalah secara kebetutan saja orang tua itu mengisar ke
muka. Serentak menghimpun tenaga lebih besar dia segera menghantam pula.

Tetapi pada saat tangan melayang, tubuh orang tua itu sudah berkisar setengah
meter ke muka lagi. Dengan begitu pukulan Hui Giokpun menemui angin kosong.

Namun Hui Giok telah terlanjur dirangsang hawa pembunuhan. Cepat sekali dia
melesat maju. Memang tampaknya pelahan-lahan saja orang tua itu memimpin
Kun Hiap diajak berjalan tetapi bukan saja makin dekat kebalikannya, jarak. Hui
Giok dengan orang tua dan Kun Hiap itu makin jauh.

Meski Hui Giok belum sadar. Dia mengira hal itu suatu kejadian yang kebelulan
saja. Ayunkan lengan baju, tiga batang senjata rahasja serentak melayang ke
muka dalam formasi segitiga.

Hui Giok menabur dengan kecepatan yang tinggi dan jarak dengan orang itu
hanya dua tiga meter jauhnya. Seharusnya tentu akan mengenai sasarannya.

Tetapi suatu peristiwa aneh terjadi lagi. Pada saat senjata-rahasia melayang
sampai satu tombak jauhnya, tiba-tiba lajunya mulai mengendor dan
berhamburan jatuh ke tanah. Terpisah dari punggung si orang tua masih ada
setengah meter jauhnya.

Bukan kepalang kejut Hui Giok. Bagaimana pun dia itu puteri seorang tokoh silat
yang ternama. Sudah tentu dia segera tahu apa yang dihadapinya saat itu.
Orang tua berpenyakitan itu jelas menggunakan ilmu lwekang tingkat tinggi
yarag disebut Sut-te-seng-cun atau ilmu menyurutkan tanah.

mailto:22111122@yahoo.com 276
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dengan ilmu itulah maka tampaknya dekat tetapi dia ternyata berada dalain
jarak yang jauh. Gerakannya lamban tetapi sesungguhnya bukan main cepatnya,
itulah sebabnya Hui Giok tidak mampu mengejarnya.

Apabila orang tua itu menguasai ilmu yang begitu sakti dan jarang dimiliki oleh
setiap tokoh persilatan maka dapat dibayangkan tentulah dalam ilmu lain-
lainnya, dia pasti hebat sekali. Mungkinkan dia mampu merebut Kun Hiap dari
tangan orang tua berpenyakitan itu? Bagaimana dia nanti akan memberi
partanggungan jawab kepada Tong Wan Giok?

Saat itu diihatnya orang tua itu sangat dekat di sebelah muka. Ya, hanya tinggal
dua langkah lagi dia tentu dapat mengejarnya. Dengan bernafsu sekali Hui Giol
lari memburu. Tetapi sampai dua tiga li jauhnya, toh tetap dia terpisah beberapa
meter dari orang tua itu.

"Cianpwe," akhirnya dia tak dapat menahan diri lagi dan berseru, "Hendak
engkau bawa kemanakah dia?"

Tetapi orang tua berpenyakitan itu tak menjawab. Hui Giok mengulang
teriakannya sampai beberapa kali dan tetap tak dijawab. Yang jelas jarak orang
tua itu makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap ditikungan gunung-

Hui Giok gugup. Dia lari balik hendak menemui Tong Wan Giok. Belum berapa
lama berlari, dilihatnya Tong Wan Giok berlari-lari mendatangi dengan rambut
terurai.

"Mana dia?" teriak wanita itu demi melihat Hui Giok.

"Aku tak dapat mengejarnya. Dia menggunakan ilmu lwekang tinggi Sut-te-seng-
cun,'' sahut Hui Giok.

Tong Wan Giok tertegun. Mata terlongong dan airmatanya berderai-derai.


Beberapa saat kemudian baru berkata, "Kalau aku .... . sampai kehilangan
puteraku lagi, lalu . . . . , punya apa lagi?"

"Peh-bo, jangan kuatir, Akupun juga gelisah karena tak tahu kemana perginya
Kun Hiap, tetapi aku tentu akan berusaha untuk mendapatkannya kembali."

"Bagaimana upayamu? Kini aku seorang diri siapa yang akan kumintai bantuan?"

Berkata Hui Giok, "Waktu mendiang ayahku masih hidup, beliau mempunyai
beberapa sahabat yang semuanya jagoan kelas satu. Aku dapat meminta
bantuan dari mereka."

mailto:22111122@yahoo.com 277
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Di mana mereka?" tanya Tong Wan Giok serentak.

"Yang paling dekat dari sini," kata Hui Giok, adalah Cui Hwat cuncia dari gunung
Liok-poan-san. Kalau kita mencarinya, dia tentu ......

Belum sempat Hui Giok menyelesaikan kata-katanya, Tong Wan Giok sudah
menyurut mundur dua langkah dan berseru kagct, "Cui Hwat cuncia! Siapakah
ayahmu?"

Ternyata Cui Hwat cuncia itu adalah benggolan nomor satu dari kalangan Shia-
pay atau aliran Hitam. Itulah sebabnya Tong Wan Giok sampai terkejut dan
bertanya.

Tetapi rupanya Hui Giok sudah siap, sahutnya, "Mendiang ayahku adalah Tian
Put Biat."

Seperti orang mengingau, berkatalah Tong Wan Giok, "Tian Put Biat? Engkau ini
puteri dari . . . . iblis nomor satu di dunia?"

Hui Giok menghela napas, "Ya. Mendiang ayah dan Cui Hwat cuncia walaupun
namanya kurang baik dalam dunia persilatan, tetapi sesungguhnya mereka
adalah orang2 baik yang menjunjung kebaikan. Dibandingkan dengan mereka
yang hanya menyandang nama harum tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya,
masih lebih baik."

Hui Giok memang cerdas dan pandai dalam merangkai kata untuk menyindir.
Dan benar juga, kata2 itu memang menusuk perasaan hati Tong Wan Giok
apabila teringat akan Wi Ki Hu.

"Benar," sahut Tong Wan Giok yang sudah kenyang menderita kegoncangan
batin, "misalaya seperti Kim-liong-kiam-khek Wi Ki Hu. Setiap orang persilatan
siapa yang tidak menyanjungnya sebagal seorang 'tayhiap'. tetapi nyatanya tak
lebih hina dari babi dan anjing!"

Melihat Tong Wan Giok sudah masuk perangkap, Hui Giok melanjutkan pula,
"Pehbo, dendam berdarah itu tak boleh tidak harus Kun Hiap sendiri yang
menghimpaskan. Tetapi dikuatirkan akan terjadi hal2 yang tak diinginkan. Maka
kurasa lebih baik kita kerahkan secara besar-beseran, mengundang beberapa
sahabat dari mendiang ayahku untuk bersama-sama tampil ke luar. Selain Cui
Hwat cuncia, masih ada beberapa cianpwe yang jarang muncul di dunia
perailatan, ditambah pula dengan Thau-san Sin-ki, ketua "Thian-sim-kau dan
lain2 yang pernah menerima budi dari mendiang ayahku. Jika kita undang
mereka, tentulah kekuatan kita besar sekali dan dendam itu tak mungkin tak
dapat dihimpaskan."

mailto:22111122@yahoo.com 278
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Memandang kepada nona itu, bertanyalah Tong Wan Giok dengan nada heran,
"Engkau. . .. . . mengapa begitu memikirhan kepentingan kami?”

Hui Giok menunduk, pipinya bersemu merah dan menyahut pelahan, "Pehbo,
pertanyaanmu itu, bagaimana aku . . . harus menjawabnya?"

Sebagai wanita yang pernah muda, tahulah Tong Wan Giok akan hati gadis itu.
Segera digenggamnya tangan Hui Giok, katanya, "Ah, Kun Hiap memang besar
rejekinya."

"Ah, pehbo, harap jangan memuji saja,” kata Hui Giok tersipu tawa.

Sejak mengetahui kalau Can jit Cui mati di tangan Wi Ki Hu, baru saat itu Tong
Wan Giok merasakan suatu kegembiraan hati, "Aku tidak mengada-ada, tetapi
engkau memang benar-benar seorang gadis yang baik. sekarang mari kita
segera mengundang tokoh yang engkau sebut tadi.

Memang terhadap lain orang, bahkan mama dan saudaranya sendiri, Hui Giok
bersikap ganas, Tetapi terhadap Kun Hiap, dia memang cinta setengah mati.
Setelah mengetahui Tong Wan Giok mempunyai kesan baik terhadap dirinya,
diam2 ia berbesar hati dan percaya Kun Hiap pasti takkan membencinya.
pemuda itu tentu tidaklah berani membantah kehendak mamanya-

"Baik, biar ku ambil kedua pusaka warisan ayah dulu, baru nanti kita berangkat,"
kata Hui Giok.

"Ah, apakah bukan baju Kim-Wi-kah dan cakar Hiat-hun jiau?" tanya Tong Wan
Giok.

Hui Giok mengiakan.

Keduanya lalu lari dan setelah tiba di tempat Hui Giok menyembunyikan kedua
pusaka dan mengambilnya mereka lalu menuju ke gunung Liok-poan san.

Sekarang kita tinggaikan dulu kedua wanita itu dan mari kita ikuti perjalanan
orang tua berpenyakitan yang membawa Kun Hiap. Mereka berjalan terus,
bahkan sampai menjelang malam masih melanjutkan perjalanan saja. Orang tua
berpenyakitan itu seolah-olah tak menghirauken tempat yang dilaluinya, entah
itu pegunungan, hutan atau lembah.

Saat itu hari mulai gelap. Dari arah muka terdengar derap bunyi kuda berjalan.
Tak berapa lama dari tikung gunung muncul seorang yang naik seekor keledai.
Orang itu bukan lain adalah Koan Sam Yang si Ing-put-hoan-jiu atau Selamanya-

mailto:22111122@yahoo.com 279
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tak-pernah-balas-menyerang.

Orang tua berpenyakitan mengangkat muka dan berseru menegur, "Koan tocu,
sudah beberapa hari tak bertemu."

Saat itu Koan Sam Yang sedang membiluk di sebuah keluk gunung dan
cuacapun gelap. Sebelum dia sempat melihat apa2, tiba2 saja dia sudah ditegur
orang. Mau tak mau dia terkejut juga-

"Siapa itu?" serunya.. Sebagai seorang tokoh yang berilmu tinggi, dia sudah tahu
bahwa orang yang menegurnya itu tentu bukan tokoh sembarangan. Maka
setelah balas bertanya diam2 diapun lalu menghimpun tenaga untuk bersiap-
siap.

Serempak pada saat itu "pandang matanya melebar dan tiba2 dari tempat
kegelapan muncul dua sosok tubuh, “Koan tocu, apa engkau tak kenal
kepadaku?"

Koan Sam Yang memandang dengan cermat. Setelah melihat orang tua
berpenyakitan itu, seketika wajahnya berobah dan buru2 turun dari keledainya
dan memberi hormat, "Ah, engkau orang tua juga terlalu sungkan. Masa
memanggil tocu kepadaku? Kalau tak ketemu engkau, sudah tentu aku tak tahu
siapa yang memanggil aku tadi.”

Baik sikap dan ucapan Koan Sam Yang, tampak hormat kepada orang tua
berpenyakitan itu. Dan oiang tua itu hanya tertawa hambar saja.

"Engkau juga sudah berusia banyak, Kalau tidak menyebutmu Koan Sam Yang,
apakah harus memanggilmu Siao Sam-cu?" katanya.

Rupanya Siao Sam-cu adalah nama kecil dari Koan Sam Yang. Maka waktu
mendengar nama itu Koan Sam Yangpun tertawa menyengir dan berkata, "Ah,
tak apalah."

Sejenak merenung, orang tua berpenyakitan itu berkata, "Aku memang hendak
mencarimu. Kalau berjumpa di sini, itu sungguh kebetulan sekali."

Koan Sam Yang merasa tak enak dalam hati. Sialan, mengapa tidak cari jalanan
lain saja supaya tidak ketemu dengan dia, gumamnya dalam hati..

Kalau tak berjumpa, tentulah orang tua berpenyakitan itu akan tetap menuju ke
pulau tempat tinggalnya yaitu pulau Moh-hun-to di Lamhay dan tentu akan
menemukan angin kosong. Dengan begitu paling tidak dia (Koan Sam Yang)
dapat menunda pertemuan itu sampai beberapa bulan lagi.

mailto:22111122@yahoo.com 280
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi pada lain saat, dia berpikir lagi. Ah. kalau orang tua itu memang
bertujuan hendak mencarinya, cepat atau lambat pasti akan bertemu juga, tak
mungkin dia mampu menyembunyikan diri. Daripada besok lebih baik sekarang
saja dia bertemu. Apapun yang akan terjadi, biarlah dia hadapi saat itu. Akhirnya
Koan Sam Yang membulatkan tekad.

"Ada soal apa hendak mencari aku?" sesaat kemudian dia bertanya.

"Termenung-menung sampai beberapa saat, apa saja yang engkau pikirkan?


Apakah tadi engkau sedang memaki-maki aku?" seru orang tua itu.

Saking takutnya, leher Koan Sam Yang sampai menjulur ke atas beberapa inci
dan dia pun gopoh berseru, “Ah, tidak, tidak!"

Kata orang tua itu, "Syukur kalau tidak begitu. Beberapa tahun yang lalu, aku
pernah mertamu di pulau Moh-hun-to. Waktu itu ayahmu pernah mengatakan
bahwa di pulau Moh-hun-to terdapat sebuah kuda kecil dari besi . . . .”

Mendengar kata-kata2 si orang tua, seketika leher Koan Sam Yang panjang
tampak bergerak naik turun seperti ular mendengar bunyi seruling. Jelas dia
sedang tegang perasaannya tetapi dia berusaha untuk bersikap tenang.

Orang tua itu melanjutkan lagi, "Ayahmu bilang, kuda besi itu berjumlah 18 buah
buah tetapi tersebar di mana-mana. Sedang dalam perut kuda besi yang paling
besar, terdapat seonggok jenis daun yang paling beracun di dunia, namanya Bi-
hun-sian cao. Benarkah begitu?"

"Ya, ya," Koan Sam Yang gopoh menyahut, "aku juga pernah mendengar ayah
mengatakan begitu. Tetapi mengapa disebut rumput yang paling beracun di
dunia, aku sendiri juga tak jelas."

"Apakah engkau benar2 tidak tahu?"

"Ya, memang tak tahu. Cobalah pikirkan. Kalau memangnya rumput beracun
perlu apa disebut leng-cau-sian-yok (rumput-sakti-obat-dewa) ? Sebutan bi-hun-
sian-cau (rumput-dewa-pelelap-sukma) itu juga berlawanan dengan keadaan
yang sebenarnya. Kurasa itu hanya berita burung saja. Yang percaya, boleh.
Tidak percayapun boleh."

Koan Sam Yang mengantar keterangannya sambil menggoyang-goyang tangan


dalam sikap untuk meyakinkan orang supaya jangan percaya pada cerita tentang
rumput itu.

mailto:22111122@yahoo.com 281
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi tampaknya orang tua berpenyakitan itu tak terpengaruh. Pelahan-lahan


dia menepuk-nepuk bahu Kun Hiap dan berkata, "Koan tocu, anak muda ini,
apakah engkau pernah bertemu?"

Koan Sam Yang julurkan leher dan memandang Kun Hiap dengan seksama, "Ya,
aku pernah bertemu."

"Waktu bertemu, bagaimana pendapatmu mengenai ilmu silatnya?"

Koan Sam Yang cebirkan bibir, "Biasa sajalah."

"Tetapi cobalah sekarang engkau boleh memukulnya," kata orang tua itu.

"Memukulnya? Apakah dia mampu menerima pukulanku?" teriak Koan Sam


Yang.

"Ilmu tenaga-dalam sam-yang-cin-gimu itu," kata onang itu dengan tenang,


"selain hanya dapat melukai seorang nona, kurasa tak pernah terdengar dapat
menundukkan seorang tokoh yang lihay. Mengapa engkau takut untuk memukul
anak muda ini?"

Terhadap orang tua berpenyakitan itu, dalam hati kecilnya Koan Sam Yang
memang mengindahkan dan takut. Kini setelah mendengar kata-kata orang tua
itu, tahulah kalau yang dimaksud nona yang menjadi korban hantamannya itu,
bukan lain adalah Tian Hui Yan. Seketika merahlah mukanya dan menyeringai.

Memang lucu sekali. Seorang tokoh persilatan yang termasyhur seperti Koan
Sam Yang saat itu tak beda seperti anak kecil saja.

Beberapa saat kemudian barulah dia dapat berkata pula, "Aku .... aku tak
sengaja melakukan hal itu."

"Apakah tadi aku memang kalau engkau sengaja?" balas orang tua, “lekaslah
engkau menjajal anakmuda itu baru nanti kita bicara lagi."

Koan Sam Yang tak mau banyak bicara. Serentak dia melangkah maju ulurkan
tangan menutuk bahu Kun Hiap. Sebelum menyentuh bahu orang, jarinya sudah
berbunyi mendesis-desis. Jelas kalau sedang memancarkan tenaga sam-yang-
cin-gi.

Tetapi alangkah kejutnya ketika jari menyentuh bahu Kun Hiap, tiba? bahu anak
muda itu memantulkan tenaca-tolak yang hebat sehingga jarinya terpental.
Celakanya tenaga sam-yang-cin-gi itu membalik deras dan membentur
pergelangan tangannya. Seketika lengannyapun lunglai.

mailto:22111122@yahoo.com 282
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Nah, tahu tidak," seru orang tua itu, "sekarang kepandaiannya lebih tinggi dari
engkau!"

Karena lengannya lunglai akibat dibentur oleh sam-yang-cin-ginya yang mengalir


balik, untuk beberapa saat Koan Sam Yang terlongong-longong kesima dan tak
dapat berkata apa2.

Orang tua berpenyakitan itu menghela napas, "Engkau mau tahu apa yang
menyebahkan dia menjadi begitu sakti? Tak lain karena akibat dari rumput leng-
cau yang paling beracun itu. Tetapi kesadaran pikirannya juga kabur sehingga
dia seperti orang limbung. Itu akibat daya-guna racun yang mulai bekerja.
Sebuah benda dapat memancarkan dua jenis daya guna yang berbeda. Rasanya
dalam dunia ini tiada keduanya lagi kecuali rumput Bi-hun-sian-cau itu."

Muka Koan Sam Yang seperti orang yang makan makanan kecut tetapi ditahan
supaya jangan kelihatan orang.

"Yas ya, engkau orangtua memang benar " dia hanya dapat mengatakan begitu.

"Sudah tentu racun itu bukan tak mungkin diobati, benarkah itu ?" tanya orang
tua pula.

Wajah Koan Sam Yang makin tak sedap dipandang, katanya, "Kalau engkau
mengatakan dapat diobati, tentu saja bisa diobati."

Wajah orang tua itu mulai mengerut serius, "Koan tocu, baiklah, tak usah kita
bicara seperti orang bermain teka-teki. Begitu racun dari Bi-hun-sian-cau itu
bekerja, delapan uratnadi besar segera macet tetapi delapan kuda besi yang lain,
setiap kuda besi, didalamnya,, berisi obat mujarab yang dapat membuat setiap
uratnadi utama itu melancar lagi. Maka kalau bisa memperoleh delapan kuda
besi itu, racun tentu dapat dilenyapkan, tenaga kepandaian orang itu tiada yang
melawan. lagi. Koan tocu, kedelapan kuda besi itu jelas berada di pulau Mo-hun-
to, Kalau tidak masa ayah mu mengatakan hal itu ? Terus terang anakmuda ini
berjodoh dengan aku. Kalau engkau mau memberikan kedelapan kuda besi itu
kepadaku, sudah tentu aku takkan melupakan budi kebaikanmu. Begitu
uratnadinya sudah pulih kembali, kelak akan kusuruh dia menerima engkau
sebagai mu-ridnya!'

Mendengar ucapan tu bukan main kejut dan marah Koan Sam Yang. Dia
meringis. Betapa tidak. Koan Sam Yang, kepala dari pulau Mo-hun-to yang
bergelar Ing-put-hoan-jiu atau Selamanya-tak pernah-balas-menyerang, sudah
termasyhur di seluruh jagad, mengapa dianjurkan menjadi murid Kun Hiap,
seorang anakmuda yang belum hiIang bau pupuknya ? Dan lagi, disuruh

mailto:22111122@yahoo.com 283
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menyerahkan kedelapan kuda besi itu sebagai tanda bakti seorang murid kepada
calon gurunya ? Wah. wah

"Jangankan kedelapan kuda besi itu memang tak ada di pulau Mo-hun-to," teriak
Koan Sam Yang dengan kalap, "taruh kata ada, pun aku juga .,.."

"Engkau akan bagaimana ?" cepat orangtua itu serentak menukas.

Koan Sam Yang terkesiap tak tahu bagai-mana hendak menjawab. Sebenarnya
dia sendiri juga tidak begitu jelas siapakah orang tua itu. Tetapi dia masih ingat,
dulu ketika masih kecil, orang tua becpenyakitan itu memang pernah berkunjung
ke pulau Mo-hun-to. Waktu itu ayahnya masih hidup. Ayahnya bersikap
menghormat sekali terhadap orang tua berpenyakitan itu dan pernah
memberitahu kepadanya bahwa orang tua yang tam-paknya seperti orang sakit
itu sesungguhnya seorang sakti yang memili kepandaian luar biasa. Pesan
ayahnya itu hingga sekarang dia masih ingat be-tul.

Sejak itu dia tak pernah hertemu lagi dengan orang tua itu. Dan pertemuan kah
ini sudah berselang 40 tahun lebih dari pertemuan yang pertama kali dahulu.
Anehnya, orang tua itu masih tetap seperti dahulu, tidak berobah lebih tua Masih
tetap kurus kering dan bicaranyapun masih lemah seperti orang yang habis sakit.
itulah sebabnya begitu melihat, Koan Sam Yang lantas mengenalinya.

Diam2 Koan Sam Yang menimang. aigin meniup roboh pohon yang. lapuk.
Demikian siasat gerakan. Kalau gertakannya berhasil, orang tentu akan
mengkeret mundur. Ah, benarkah orang tua yang lemah itu mempunyai
kepandaian yang luar biasa saktinya ? Hm, jangan2 hanya main gertak saja. .

Terlintas pula dalam benak Koan Sam Yang bahwa pemuda Kun Hiap itu
memang telah berobah hebat sekali kepandaiannya. Tetapi kesadaran pikirannya
hilang. Hm, kalau dapat mengalahkan orang tua lemah itu, dia akan membawa
Kun Hiap. Dia akan berusaha cara bagaimana dapat memindahkan tenaga-sakti
Kun Hiap kepada dirinya.

Nanti kalau rencana itu berhasil, pikirnya le-bih lanjut, biarlah dia tebalkan muka
berguru pada Tok Liong cuncia, seorang durjana besar di daerah Biau-ciang. Dia
akan minta pada Tok Liong untuk mengajarkan ilmu Sip-seng-sin kang atau ilmu
Menghisap-bintang. Ilmu itu dapat dia-gunakan untuk menyedot tenaga-dalam
orang. Setelah menguasai ilmu itu baru dia nanti akan menyedot tenaga-sakti
Kun Hiap untuk dipindah kedalam tubuhnya.

Lintasan rencana itu telah membangkitkan angan-angan jahat dalam benak Koan
Sam Yang.

mailto:22111122@yahoo.com 284
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dan cahaya mukanyapun pelahan-Iahan mulai be-robah bengis.

“Taruh kata barang itu berada padaku, aku-pun takkan memberikan," katanya
sesaat kemu-dian.

Orang tua itu tidak terkejut mendengar pernyataan Koan Sam Yang. Tenang2
saja dia bertanya, "Koan tocu, masih ingatkah engkau bagai-mana dulu ayahmu
sampai meninggal itu?"

Koan Sam Yang seperti dipagut ular kejut-nya sehingga punggungnya sampai
basah dengan keringat dingin, Tetapi dia tetap pada rencananya tadi dan
berkata, "Beliau meninggal tanpa menderita suatu penyakit apapun juga."

Tiba2 orang tua itu tertawa gelak2, "Koan tocu, harap jangan membengkakkan
pipimu su-paya dianggap orang gemuk. Tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dari
keluargamu itu, jauh lebih unggul dari ilmu tenaga-dalam partai2 persilatan baik
dari aliran Ceng-pay maupun Shia-pay, Jelas tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi itu
memang hebat bukan kepalang. Tetapi orang yang berlatih ilmu iti, tubuhnya
juga menderita akibat. Sampai akhirnya apabila latihannya sudah mencapai
tingkat tinggi, akibat yang dideritanya itupun makin he-bat. Dia akan menderita
kesakitan yang mengerikan dan akhirnya mati. Kurasa para leluhurmu dulu,
semua juga mengalami kematian seperti itu, Maka engkaupun harus menyadan
bahwa umurmu juga takkan panjang juga."

Mendengar itu wajah Koan Sam Yang pucat seketika. Serentak dia berseru tidak
lampias, "Aku .... aku masih . . . .”

Tetapi tiba2 dia hentikan kata-katanya. Dia memang sudah tahu bahwa hidupnya
hanya ting-gal tiga tahun lagi. Kecuali dia mendapat saluran tenaga-dalam yang
hebat agar tenaga Sam-yang-cin gi dalam tubuhnya dapat ditindas, maka da-lam
tiga tahun lagi dia bakal mengalami penderi-taan yang hebat dan mati, Tetapi
saat itu dia tak mau mengatakannya karena dia sudah mempunyai rencana tadi.
Yalah hendak menyedot tena-ga-sakti dari tubuh Kun Hiap agar Sam-yang-cin-gi
itu dapat di halau.

Dengan tatapan mata yang dingin, berkataIah orang tua itu pula, "Kalau engkau
bersedia meluluskan dan mau menjadi muridnya, tiap hari dia akan menyalurkan
tenaga-murni kepadamu untuk melenyapkan sam-yang-cin-gi dalam tubuhmu.
Dengan begitu engkau akan dapat hidup lebih panjang.”

Dalam mendengar kata si orang tua, Koan Sam Yang miringkan kepala, memutar
otak ba-gaimana cara menyerang orang tua lemah itu.

“Benarkah budak ini mempunyai tenaga-dalam yang begitu hebat? Aku tak

mailto:22111122@yahoo.com 285
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

percaya dan hendak mengujinya sekali lagi."

"Silakan saja. Apakah aku bilang melarang-mu?" kata orang tua itu.

Koan Sam Yang maju selangkah, selekas ja-ri tangan kirinya merentang, dia
terus menerkam bahu Kun Hiap.

Kepandaian Koan Sam Yang jelas lebih ting-gi dari Hui Giok. Tetapi terkamannya
itu, juga mengalami nasib seperti Hui Giok. Tiba2 dia mera-sa dari bahu Kun
Hiap telah memancar ge-lombang tenaga dahsyat yang menghalau balik kelima
jarinya. Kalau saja dia tak Iekas2 menank pulang tangannya, jelas tentu akan
menderita.

Selekas tangan kiri ditarik, tangan kanan Koan Sam Yang cepat sudah menerkam
jalanda-rah jwan-hiat di pinggang Kun Hiap. Jalandarah itu dapat melumpuhkan
tenaga orang.

Tetapi waktu telunjuk dan jari tengahnya menyentuh jalandarah itu, seketika
Koan Sam Yang rasakan pancaran tenaga-hebat telah melandanya. Untung
sebelumnya dia sudah bersiap-siap. Telunjuk jarinya di lingkarkan ke atas, crer .
. . sam-yang-cin-gipun dipancarkan dari telunjuk jari itu, tepat membentur
tenaga-dahnyat yang-me-mancar dari jalandarah Kun Hiap.

Akibatnya, Koan Sam Yang terpental mundur selangkah. Tetapi Kun Hiap lebih
parah. karena pemuda iitu kesadaran pikirannya kabur maka dia tak tahu
bagaimana harus mengerahkan tenaga-dalam. terbentur sam-yang-cin-gi dari
Koan Sam, Yang, dia mencelat ke udara ....

Waktu memancarkan sam-yang-cin-gi, Koan Sam Yang. sudah memperhitungkan


arah jatuhnya Kun Hiap. Dan benar juga. Kun Hiap ter~ pental dan melayang ke
udara lalu persis jatuh di atas punggung keledai. Koan Sam Yangpun serentak
bersuit, keledai itu meringkik aneh lalu lari dengan kencang sekali.

Setelah bersuit nyaring, Koan Sam Yang menjorok ke muka dan wut, wut, wut,
kedua ta-ngannya susul menyusul melepaskan hantaman dahsyat ke arah orang
tua itu. Dalam pukulan itu juga disaluri dengan tenaga sam-yang-cin-gi. He-
batnya bukan alang kepalang, seperti beribu-ribu senjata pisau yang mencurah
lebat.

Jarak orang tua lemah dengan Koan Sam Yang hanya setombak. Koan Sam Yang
memperhitungkan, keempat hantamannya kalau tidak da-pat merobohkan orang
tua itu paling tidak tentu dapat mendorongkan mundur bebetapa langkah. Dan
itu sudah cukup untuk memberi kesempatan kepadanya melankan diri.

mailto:22111122@yahoo.com 286
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi setelah keempat pukulannya dilan-carkan, hatinya sangat mengeluh


melihat apa yang disaksikan pada saat itu sehingga pukulan yang kelima tak jadi
dilontarkan. Apa yang terjadi ?

Ternyata orang tua yang tampaknya akan rubuh apabila tertiup angin, masih
tetap tegak di tempatnya. Empat buah pukulan dahsyat dari Koan Sam Yang itu,
hanya seperti kesiur angin lembut pada bulan kelima. Hanya pakaian orang tua
itu saja yang tampak berkibaran dan rambutnya sedikit bergerak-gerak.

Sebagai seorang tokoh yang berkepandaian tinggi sudah tentu Koan Sam Yang
segera menyadari bahwa yang dihadapinya itu bukan tokoh sembarangan.
Karena jetas bahwa orang tua itu telan mencapai tataran yang tinggi dalam
latihan ilmu tenaga-dalam sehingga mampu memancarkan tenaga-dalamnya
keluar untuk melindungi diri dari pukulam Sam-yang-cin-gi.

Dalam soal memancarkan tenaga-dalam, bia-sanya memang bisa saja dilakukan


oleh tokoh.2 sakti, tetapi harus dengan gerakan tangan atau kakinya, Bahwa
orang tua itu tetap tegak berdiam diri tetapi dapat memancarkan tenaga-dalam
untuk melindungi diri, benar2 jarang bahkan hampir tak pernah dimiliki oleh
tokoh persilatan yang manapun dalam dunia persilatan.

Koan Sam Yang menimang, kalau melanjutkan pertempuran jelas dialah yang
akan menderita sendiri. Maka dia memutuskan, lebih lekas tinggal kan tempat
itu,.lebih baik dan lebih aman baginya.

Sekali menghimpun semangat, dia terus enjoti tubuh melambung ke udara,


berjumpalitan dan terus melayang sampai empat lima tombak jauhnya lalu
meluncur turun ke tanah. Karena berjumpalitan maka waktu menukik ke tanah,
kepalanya yang berada di bawah. Begitu hampir tiba di tanah dia gunakan kedua
tangan untuk menekan tanah dan , melambung ke udara lagi lalu melayang
turun.

Dua kali melambung keudara dan melayang turun itu telah mencapai delapan
tombak jauhnya. Gerakannya cepat bukan kepalang. Dan dengan beberapa kali
mengadakan gerakan semacam itu dalam sekejab saja Koan Sam Yang sudah
jauh sampai setengah li. Setelah tiba di bagian tengah yang sepi dan dalam
lembah, barulah dia berhenti.

Ah, dia menghela napas longgar karena mengira sudah terlepas dari orang tua
berpenya kitan itu„ Tetapi betapa kageinya ketika baru saja dia berhenti atau
tiba2 terdengar suara orang tua itu berseru dengan nada yang lemah, "Apakah
keledai hitam lari ke arah sini? Kukuatir engkau saIah hitung!”

Koan Sam Yang melengking, tanpa berpaling ke belakang lagi, dia terus lari

mailto:22111122@yahoo.com 287
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sekencang-kencangnya.

Kali ini setelah mencapai lima enam li jauhnya barulah dia berani berhenti dan
terus saja berseru tergagap-gagap, "Apakah eng . .. engkau masih mengikuti ?"

Seperti mendengar petir meletus, Koan Sam Yang kaget setengah mati ketika.
suara orang tua yang lemah itu terdengar dari belakang, "Cobalah engkau
berpaling ke belakang, apakah aku ada atau tidak ?"

Koan Sam Yang cepat berpaling. Tampak orang tua berpenyakitan itu berada
antara lima tombak di sebelah belakang dan sedang berjalan menghampirinya.

Semula Koan Sam Yang mengira kalau orang tua itu tentu berada dekat di
belakangnya. Kini setelah tahu bahwa orang tua itu masih terpisah lima tombak
jauhnya, timbullah semangat Koan Sam Yang. Dia percaya masih ada harapan
untuk lolos.

Dia lari lagi dan berputar-putar di tengah. gunung. Tetapi setiap kali dia mengira
kalau sudah terlepas dari bayangan orang tua itu, setiap 'kali itu juga terdengar
suara orang tua tersebut mengiangkan nada suaranya yang lemah.

Tak terasa Koan Sam Yang telah lari pon-tang panting selama delapan jam.
Walaupun ilmu kepandaian tinggi tetapi mau tak mau napasnya makin lama
makin berkembang kempis, keringat sederas hujan mencurah.

Mau tak mau dia terpaksa berhenti juga. Eh, ternyata orang tua itu sambil
mendukung kedua tangannya dengan langkah tertatih-tatih tengah berjalan
menghampirinya.

"Eh, mengapa berhenti?" serunya dengan nada lemah.

Koan Sam Yang julurkan Iehernya sampai panjang dan deliki mata. Sampai
beberapa detik baru berkata, "Kedelapan .... kuda besi itu tersebar di seluruh
penjuru tanah air. tidak berada padaku."

Orang tua mengangguk, "Bagus, tetapi dimana saja? Apakah satupun tidak
berada pada mu?"

Dalam hati Koan Sam Yang terlintas sesuatu atau tetapi rupanya orang tua
berpenyakitan itu seperti dapat mengetahui isi hatinya sehingga dia mati kutu
dan kehilangan akal.

"Aku hanya.... hanya ada.... ada satu," akhirnya dia mengaku terus terang.

mailto:22111122@yahoo.com 288
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

“Hanya satu ?" orang tua itu menegas.

Koan Sam Yang terbelalak kaget dan gopoh menyusuh keterangan, "tidak ... ada
dua, ya

dua !"

"Betul ?" kembali orang tua menegas.

Dibawah cengkam tatapan mata orang tua yang tajam seperti seorang hakim
yang menekan pesakitan, hati Koan Sam Yang kebat kebit tak karuan.

"Engkau .... engkau jangan menekan aku terlalu kelewatan," akhirnya tertawa
meringis.

"Berapa biji? Berapa biji yang ada padamu?" kata orang tua itu.

"Tiga, sungguh, hanya tiga biji, tidak lebih dan tidak kurang," seru Koan Sam
Yang.

Apakah benar keterangan Koan Sam Yang itu? Mari kita kembali sejenak pada
peristiwa. dalam Istana Tua dulu itu. Sebenarnya Koan Sam Yang sendiri
memang memiliki satu biji. Kemudian ketika di Istana Tua, dia berjumpa dengan
Im Som ketua Thian--sim-kau yang waktu itu sedang menderita luka parah.
Tanpa banyak cing-cong, Koan Sam Yang merampas kuda besi yang berada di
tangan Im Som.

Kun Hiap memperoleh satu biji tetapi dibe-rikan kepada Hui Giok. Kemudian Kun
Hiap ditangkap Koan Sam Yang dan agar Koan Sam Yang mau melepaskan
pemuda itu maka Hui Giok terpaksa menyerahkan kuda besinya kepada Koan
Sam Yang. Dengan begitu dia memang mempunyai tiga biji kuda besi.

"Baik, berikan ketiga kuda besi. itu kepada-ku semua," kata orang tua tersebut.

Rupanya Koan Sam Yang masih bersangsi.

"itu akan bermanfaat besar sekali kepadamu. Mengapa engkau masih berat hati
untuk memberikan?" seru orang tua pula.

Koan Sam Yang mundur selangkah dan berdiri melekatkan punggungnya pada
segunduk baru besar. Sekali menghimpun tenaga, tiba2 tubuhnya meluncur ke
atas batu itu dan pada lain kejab su-dah turun ke belakang batu, Tetapi baru
saja dia menginjak bumi, orang tua berpenyakitan itu sudah berdiri menunggu di
muka.

mailto:22111122@yahoo.com 289
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Koan Sam Yang benar2 mati kutu. Dia mengbela napas panjang lalu
mengeluarkan ketiga biji kuda besi dari kantong bajunya dan lengan
bergemetaran, berkata, "Berpuluh puluh tahun lamanya kuhabiskan umurku
untuk mencari jejak kedelapan biji kuda besi itu. Dan lagi kecuali aku, tak ada
lain orang lagi yang tahu akan rahasia hubungannya antara kuda besi itu dengan
rumput Bi-hun-sian-cau. Pernah aku mengun-dang mereka di Istana Tua.

"Mengapa harus di Istana Tua? Apakah tidak ada lain tempat lagi? Bukankah
setiap tempat itu juga baik untuk mengadakan pertemuan?" seru orang tua.

Koan Sam Yang terkesiap, serunya, "Mengapa tak bisa di istana itu? pemilik
istana tua itu kan sudah mati, takut apa?

Kedengaran orang tua itu, menghela napas panjang dan tak bicara apa2.

Tampak Koan Sam Yang juga termangu-mangu beberapa saat, baru berkata,
"Tetapi entah bagaimana, sebelum aku tiba di tempat itu mereka yang kuundang
sudah sama datang ke si-tu. Dan di dalam peristiwa itu telah terjadi beberapa
peristiwa aneh. Lui Toa Gui kepala keluarga Lui di Hopak, Thian-san-sim-kau Lo
Pit Hi telah ma-ti dengan cara yang mengherankan. Juga Im Som, ketua Thian-
sim-pay dari gunung Bu h juga menderita luka parah . .. '? Karenanya aku tak
sem-pat lagi untuk bertanya kepada mereka."

Orang tua itu menengadabkan kepala memandang ke langit dan berkata, "Ah,
rupanya engkau juga tak tahu kekuatanmu sendiri. Kuda besi yang paling beasr
berada pada Tian Put Bi-at. Taruh kata engkau berhasil memperoleh ke delapan
biji kuda besi itu, tetapi apa gunanya?”

Sebenarnya Koan Sem Yang sedang meran-cang rencana tetapi setelah orang
tua berpenyakitan berbata begitu, diapun tidak dapat bicara apa2.

"Puteri sulung dari Tian Put Biat, punya satu biji tetapi sudah diberikan
kepadaku, Nyo Hwat ketua partai Hoa-san-pay juga punya satu biji demikian
pula Thay-san Sin-ki Pek Ing Ing dan Thian Go lojin ketua partai Ceng-Shia-pay,
mereka masing2 punya satu biji."

"Lalu mana ada dua biji lagi. ke mana?" seru orang tua berpenyakitan.

"Bermula tentu berada pada Lui Toa Gui dan Lo Pit Hi.. Tetapi anehnya, waktu
keduanya mati, kuda besi yang mereka milikipun lenyap entah kemana" kata
Koan Sam Yang.

Orang itu diam. Tiha2 dia membenturkan ke tiga kuda besi yang dipegangnya,

mailto:22111122@yahoo.com 290
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tring, tring.

Dengan muka sedih Koan Sam Yang berkata, "Dengan menumpahkan segenap
waktu dan tenaga, baru aku berhasil mengumpulkan tiga biji kuda besi itu.
Te.tapi sekarang harus kuberikan kepadatnu, aku . . . . "

"Aku kan sudah bilang," tukas si orang tua. "Nanti setelah ke delapan uratnadi
utama Kun Hiap terbuka lancar lagi, engkau. boleh menjadi muridnya."

Jelas Koan Sam Yang tentu tak sudi menjadi mmid Kun Hiap maka buru2 diapun
berseru, "Soal .... soal menjadi murid itu, sebaiknya ja-ngan dibicarakanlah."

"Kalau begitu apakah engkau rela menderita siksa urat2 nadimu akan
dihancurkan oleh tenaga Sam-yang-.cin-gi dan kemudian mati?" tanya orang tua.

Koan Sam Yang meringis, "Dalam hal ini .... aku telah memberinya tiga biji kuda
besi dan akan kuberitahu di mana kelinia kuda besi yang lainnya. Karena hal itu
merupakan pertolongan baginya bagaimana kalau dia saja yang menjadi
muridku?"

Orang tua tertawa gelak2. Biasanya dia bi-cara dengan lemah seperti orang yang
habis menderita sakit berat. Tetapi ternyata sekali dia tertawa, Koan Sam Yang
terkejut bukan kepalang.

Nada tawa orang tua itu bagaikan halilintar yang memekik, sehingga bumi
bergetar-getar, Karena kejutnya Koan Sam Yang sampai tersurut mun-dur tujuh
delapan langkah. Keringat dingin seperti dicurahkan.

Untunglah orang tua itu segera hentikan ta~ wanya. Kalau tidak tentulah Koan
Sam Yang akan terjungkal rubuh.

"Oho, kiranya engkau ini seorang mayat yang masih mengutamakan soal muka?
Baik, kelak pada saatnya engkau pasti akan menyesal karena engkau tak mau
menurut perintahku saat ini.

Dengan bukti tawa yang dahsyat tadi, makin yakinlah Koan Sam Yang bahwa
orang tua itu memang seorang yang luar biasa saktinya. Ya, hanya dengan
tertawa saja, orang tua itu sudah da-pat menghancur berantakkan nyali Koan
Sam Yang menjadi berkeping-keping.
Dalam pada itua diam2 Koan Sam Yang bergembira dalam hati karena orang tua
itu tidak menanyakan di mana kelima biji kuda besi yang lainnya.

Sambil mundur ke belakang dia berseru, "IImu kepandaian pulau Moh-hun-to


turun temurun sampai beberapa turunan. Selamanya tak pernah menerima

mailto:22111122@yahoo.com 291
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

pelajaran dari orang luar. Maka kuharap anda suka memaakan . . . . "

Waktu habis berkata ternyata dia sudah berada tiga tombak jauhnya.. Melihat
orang.tua itu tidak mengejar dan hanya tersenyum meman-dangnya, diam2
Koan Sam Yang malah berdebar sendiri.

Bukankah orang tua itu melihat bagaimana tadi Kun Hiap telah dibawa lari oleh
keledai hitam? Mengapa orang tua itu tidak menanyakan hal itu kepadanya ?
Apakah dia sudah tak menghiraukan keselamatan Kun Hiap lagi ? Ah, aneh,
aneh.

Merenungkan hal itu tanpa disadari Koan Sam Yan berhenti dan berseru,
"Selamat ting-ga!. aku mohon pamit."

Orang tua itu tertawa, "Aku toh tidak bergerak dari tempatku ? Uruslah dirimu
sendiri saja."

Koan Sam Yang makin heran sehingga tak pergi.

"Kalau begitu, aku sungguh2 akan mohon diri," katanya sekali lagi.

Dia memang benar2 merasa aneh dan diam2 pun curiga, jangan2 orang tua itu
memang sudah mengadakan persiapan kalau tidak, mengapa orang tua itu tidak
menanyakan tentang diri Kun Hiap? Koan Sam Yang bersangsi sendiri dan
hendak menyelidiki apa sebenarnya yang dikandung orang tua itu.

Diluar dugaan orang tua itu masih tetap tersenyum simpul dan berkata,
"Pergilah. Mengapa harus bilang sampai beberapa kali ? "Dan mengapa tidak
lekas angkat kaki ?"

Masih Koan Sam Yang meragu tetapi diam2 dia memperhitungkan bahwa keledai
hitam itu tentu sudah lari sampai tujuh delapan li jauhnya, Asal dia dapat
memilih jalan yang sepi, tentulah orang tua itu sukar untuk mengikuti jejaknya.

Hm, kalau sekarang tidak lekas2 kahur, mau tunggu kapan lagi, pikirnya. Dalam
menimang-nimang itu, Koan Sam Yang mundur sambi! terus memandang lekat2
pada si orang tua Dia kuatir kalau2 orang tua itu akan bergerak untuk
mengejarnya.

Tetapi diluar dugaan, ternyata orang tua itu tetap tak bergerak. Saat itu Koan
Sam Yang sudah mundur sampai setengah li dan mengitari tikung gunung. Tiba2
dia menyelinap dan dengan bcberapa gerak loncat, dia segera menyusup masuk
kedalam sebuah gua. Mulut gua itu penuh ditumbuhi semak rotan dan dia
bersembunyi didaIamnya. Disitu dia menahan pernapasannya agar tidak

mailto:22111122@yahoo.com 292
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menimbulkan suatu gerak dan bunyi.

Lebih kurang setengah jam lamanya, ternyata orang tua itu tak kelihatan muncul
Walaupun belum tahu pasti dimana dan bagaimana keadaan orang tua itu, tetapi
paling tidak dia sudah dapat benapas longgar.

Kemudian setelah melongok ke luar, melihat ke sana ke mari dsn ternyata sudah
tak ada jejak-jejak muuculnya seseorang, barulah dia berani ke luar lagi dan
terus lari sampai sepuluh li jauhnya.

Saat itu hari sudah mulai gelap. Koan Sam Yang muncul dalam dunia dengan
gelar yang mengagumkan yakni ing-put-hoan-jiau atau Selamanya, tak-pernah-
balas-menyerang. Dari gelagatnya jelas menandakan betapa saktilah
kepandaiannya, Orang bolah menyerangnya sampai puas tetapi dia takkan balas
menyerang.

Tetapi keadaannya saat itu benar2 menyedihkan sekali. Tokoh yang sehebat dia,
terpaksa harus lari pontang panting dan ketakutan setengah mati karena kuatir
dikejar oleh seorang tua yang lemah dan berpenyakitan. Selama hidup baru
pertama kali itu dia mengalaminya.

Sekalipun saat itu sudah merasa aman namun dia tetap tak berani bersuit untuk
memanggil keledai peliharaannya itu. Dia tahu selama tak mendengar tanda
suitannya, keledai hitam itu ten-tu tetap akan melanjutkan lari. Keledai itu akan
lari non stop siang dan malam. Diperhitungkan pada hari kedua keesokan
harinya, tentulah bina-tang itu sudah dapat mencapai 200an li jauhnya. Pada
waktu itu barulah dia akan bersuit untuk menghentikannya.

Setelah menunggu beberapa waktu sampai fajar, barulah dia mulai melancarkan
suitan yang nyaring. Suitan itu berkumandang jauh sampai ke empat penjuru.
Setelah itu dia berhenti dan menunggu begaimana reaksinya.

Hatinya tegang sekali. Kemungkinan orang tua itu memang bisa saja tidak
mengejarnya tetapi siapa tahu kalau orang tua itu mengalihkan perhatian untuk
mengejar keledai dan lal.u merebut Kun Hiap.

Setelah menunggu beberapa saat, dari jauh terdengar derap lari binatang yang
kencang. Su-dah tentu dia gembira sekali dan cepat memanjat keatas sebetang
pohon. Dari situ dia memandahg ke empat penjuru.

Tak berapa lama suara derap lari kuda itu makin dekat dan memang tak lain
adalah keledai hitam. Diatas punggungnya masih terdapat tubuh seseorang,
Posisi orang itu agak aneh, seperti tidak naik, seperti rebah tetapi juga tidak
rebah.

mailto:22111122@yahoo.com 293
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi Koan Sam Yang melihat jelas bahwa orang itu tak lain memang pemuda
Kun Hiap. Dia bersuit girang dan terus melayang turun lalu lari menyambut.

Melihat tuannya, keledai itu memperdengar-kan ringkik aneh. Koan Sam Yang
memperhatikan Kun Hiap. Wajah pemuda itu masih hampa menandakan kalau
dia masih belum sadar pikirannya.

Koan Sam Yang pelahan-Iahan menyongsong keledai hitam. Tiba2 dia


mendengar keledai itu mendesus-desus dan serempak terdengar suara seorang
nona melengking, Hai, keledai maling, mengapa engkau lari begitu cepat ?
Sudah tahu kalau tenagaku masih lemah, kan aku tak dapat mengejarmu !"

Walaupun suara itu terengah-engah tetapi Koan Yang cukup mengenalinya..


Cepat dia memandang kearah suara itu. Tampak seorang dara cantik berpakaian
warna kuning tengah bergegas mendatangi. Siapa lagi dara itu kalau bukan...
Tian Hui Yan.

Koan Sam Yang terkejut Cepat dia melesat ke muka dara itu. Tetapi rupanya Hui
Yan sudah menduga, Wajahnya yang pucat itu tak mengunjukkan rasa kejut.
Dara itu hanya memandangnya dingin2..

"Ih, kiranya engkau yang memanggilnya. Makanya dia lari kemati-matian." seru
dara itu.

Koan Sam Yang tak mau menjawab melainkan kibaskan lengan bajunya. Setiup
tenaga-sakti Sam-yang cin-gi menderu kearah Hui Yan, Dara itu buru2 miringkan
tubuh tetapi tetap kesrempet hamburan tenaga Sam-yang-cin-gi dan jatuh.
Wajahnya makin pucat

"Tahu kalau aku belum sembuh dari lukaku, mengapa engkau bertindak begitu
sadis ?" seru Hui Yan.

tenaga-dalam dahsyat dari punggung Kun Hiap itu melandanya lagi sehingga dia
terpaksa melambung ke udara. Dia mengira setelah menghindar ke uda-ra,
tentulah gelombang tenaga-sakti itu dapat terhapus. Tetapi sungguh tak terduga
sama sekali, dia rasakan tubuhnya terdampar lagi sehingga hilang-lah
keseimbangannya. Bagaikan layang2 putus ta-li, tubuhnya seperti dibanting ke
tanah.

Waktu masih berada di udara tadi, dia su-dah berusaha sekuat mungkin untuk
menjaga ke seimbangan tubuh dengan menghimpun semangat dan tenaga
murni, namun sia2 saja.

mailto:22111122@yahoo.com 294
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Brakkkkk ..,. tubuhnya terlempar melayang sampai 7-8 tombak dan membentur
sebatang pohon. Pohon roboh, dengan begitu layang tubuhnyapun terhenti dan
dia jatuh ke tanah, Tetapi begitu tiba di tanah dia masih terhuyung-huyung dua
tiga langkah baru dapat berdiri tegak.

Saat itu dia mendapatkan dirinya terpisah 10an tombak dari keledai hitam.
Wajahnya merah padam dan jantung berdetak keras, napas terengah-engah.

Peristiwa itu dirasakannya seperti dalam im-pian yang seram, Jika dia tak
menyadari kalau saat itu terpisah sepuluhan tombak jauhnya dari .keledai yang
membawa Kun Hiap, tentulah dia, takkan percaya bahwa peristiwa yang
dialaminya itu benar2 terjadi sungguh2..

Setelah menghela napas berulang-ulang ba-rulah perasaannya tenang Kembali.


Saat itu dia baru menyadari benar bahwa tubuh Kun Hiap itu memang
mengandung tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya.

Pikirannya mulai bergolak lagi. Ya, kalau dia mampu menyedot tenaga-dalam
anak muda i-tu ke dalam tubuhnya, bukan saja tenaga-dalam sam-yang-cin-gi
akan dapat dilenyapkanpun dia tentu akan menjadi seorang tokoh nomor satu
yang tiada lawannya.

Kesimpulan itu membawanya teringat akan Tok Liong cuncia atau si Naga
Berbisa dari dae-rah Bau-ciang. Dahulu dia pernah mempertim-bangkan untuk
berguru pada tokoh itu. Tetapi dia takut kalau diejek dan ditertawakan tokoh
dunia persilatan.

Tetapi sekarang tetelah menyadari bahwa so-al itu menyangkut mati hidupnya,
diapun mulai mempertimbangkan lagi. Walaupun kalau menjadi murid Tok Liong
cuncia itu dia harus memberikan pengorbanan yang besar, tetapi apablla sudah
dapat memiliki ilmu Sip-seng-sin-kang (il-mu-sakri-menyedot-bintang), kemudian
dapat menyedot tenaga-sakti dari tubuh Kun Hiap, rasanya segala pengorbanan
itu cukup memadai.

Sambil berpikir, dia ayunkan 1angkah

***** edit: salah tempat *****

Dengan hati2 Koan Sam Yang menutuk jalan darah leng-tayhiat pada punggung
anakmuda itu. Dan begitu tangan sudah melekat dia lalu salurkan hawa murni.
Seketika telapak tangannya memancarkan daya keras. Maksudnya, dia ingin
menguji apakah dia mampu untuk menghisap tenaga-dalam sakti dari tubuh Kun
Hiap kedalam tubuhnya.

mailto:22111122@yahoo.com 295
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dan ternyata dia berhasil. Dia merasa suatu gelombang tenaga-dansyat


melancar kearah telapak tangannya, Bukan main girangnya. Buru2 dia
menghimpun tenaga-murni untuk menyedot gelombang tenaga-dalam itu.

Tetapi astaga! Gelombang tenaga-dalam dari punggung Kun Hiap itu sedemikian
dahsyatnya sehingga bukan saja Koan Sam Yang tak mampu menyedot bahkan
dia telah dilemparkan sampai tersurut tiga langkah ke belakang. Setelah berdiri
tegak lagi, dia lalu kendorkan tenaga-murninya.

Tetapi siapa tahu, kalau semula gelombang tenaga dalam punggung Kun Hiap
itu sudah agak reda tiba2 saat itu kembali melancar keras sekali dan
mendorongnya sampat terjungkal ke belakang dan rubuh ke tanah.

Koan Sam Yang berusaha untuk menekan-kan tangannya ke tanah dan


meminjam tenaga ke kanan itu dia terus melenting bangun. Tetapi baru dia
menginjakkan kaki ke tanah, kembali

***** akhir dari salah tempat *****

Koan Sam Yang mendengus, "Sam-ahthau, mengapa engkau mengejar


keledaiku?"

Hui Yan menghela napas pelahan, lalu memandang ke arah tubuh yang merebah
di punggung keledai. Koau Sam Yang cepat mengisar tubuh untuk menutup
pandang mata dara itu dan membentak, "Apa yang engkau lihat!"

"Ih, aneh," desuh Hui Yan, "apa saja yang kulihat, apa pedulimu?"

"Sam-ah-thau," teriak Koan Sam Yang, "ingatlah. Kalau engkau sampai bilang
kepada orang bahwa aku bersama Kun Hiap, terpaksa aku akan mencabut
nyawamu."

Hui Yan kicupkan matanya dan balas bertanya, "Mengapa aku tak boleh bilang?"

"Tak perlu engkau ketahui!" bentak Koan Sam Yang.

"Kalau engkau melarang aku mengatakan hal itu," jawab Hui Yan, "mudah saja.
bawa saja aku bersamamu, kan beres,"

Mata Koan Sam Yang berkilat-kilat memandang si dara. Dia tahu kalau dara itu
berwatak aneh dan banyak akal muslihatnya. Dan saat itu dia (Koan Sam Yang)
bermaksud hendak berguru pada Tok Liong cuncia. Tujuannya itu jangan sampai
diketahui orang dan bahwa Kun Hiap dibawanya itupun sekali-kali tak boleh
tersiar..

mailto:22111122@yahoo.com 296
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kedua hal itu amat penting sekali. Karena kalau Tok Liong cuncia sampai tahu
hal itu, kemungkinan durjana itu timbuI nafsunya untuk menyedot tenaga-sakti
dari tubuh Kun Hiap.

Sejenak menatap tajam pada Hui Yan, dia membentakaya lagi, "Engkau mau
memasang tipu muslihat apa lagi kepadaku?"

Hui Yan tertawa hambar, engkau telah melukai aku dengana tenaga Sam yang-
cin gi. ke-mungkinan dalam waktu dua bulan ini belum ten-tu dapat sembuh.
Mengapa engkau takut kalau aku menggunakan tipu muslihat?"

Koan Sam Yang mendengus. Pikirnya, kalau dia melepaskan dara itu, mengingat
dara itu bermulut tajam tentulah akan membocorkan rahasianya sewaktu
bertemu orang, Dan kalau sampai terjadi begitu, jelas akan membahayakan
rencananya.

Tctapi kalau menuruti permintaan Hui Yan untuk membawanya bersama dalam
perantauan, dia kuatir pada suatu saat akan menderita tipu muslihatnya. Jalan
satu-satuiiya yang paling aman, tak lain hanyalah melenyapkan saja budak
perempuan itu agar jangan sampai menimbulkan bahaya di kemudian hari.

Dengan membayangkan keputusan itu, sinar matanya memancarkan hawa


pembunuhan. Teta-pi agar jangan sampai diketahui si dara, dia ce-pat
mencerahkan wajah dan tertawa berseri.

"Kalau engkau tidak mengacau, tak' apa kalau kuajak engkau bersama-sama.
Tetapi tahukah engkau aku hendak menuju ke mana? Apakah .engkau tidak
keberatan berpisah dengan mamamu?" tanyanya.

Mendengar orang mengatakan tentang mamanya, sepasang mata Hui Yan


menjadi merah seketika.

"Hai, mengapa engkau ini ?" seru Koan Sam Yang.

Dengan airmata bercucuran, Hui Yan menjawab, "Ma... ma.. , mamaku sudah
meninggal.”

Koan Sam Yang terbeliak. Dia memang be-Ium mendengar berita tentang
kematian Biau-koh. Tadi mengapa dia tak serentak membunuh Hui Yan karena
masih takut kepada Biau-koh. Kini setelah mendengar keterangan dara itu
bahwa mamanya sudah mati, diam2 Koan Sam Yang terkejut gembira

"Mengapa dia sampai mati?" tanyanya.

mailto:22111122@yahoo.com 297
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dengan airmata masih mengalir deras, Hui Yan hanya terisak-isak tak dapat
menjawab. Koan Sam Yangpun tak mau mendesak. Biau-koh adalah janda dari
tokoh durjana besar Tian Put Biat. Ka!au wanita itu sampai mati, dunia persilatan
pasti gempar membicarakan dan mencari tahu bagaimana, sebab kematiannya
itu Dengan begitu lambat laun, dia toh akan mengetahui hal itu juga.

Kini setelah mendengar keterangan dari mu-Iut Hui Yan sendiri tentang kematian
Biau-koh, apa lagi yang harus dia takuti ? Dengan gerak yang hati2 sehingga tak
diketahui Hui Yan, diam-diam dia sudah berkisar ke belakang dara itu.

Saat itu Hui Yan sedang menangis sedih. Sama sekali dia tak tahu akan gerak
gerik Koan Sam Yang yang saat itu sudah mulai mengangkat tangan kanan,
henghimpun tenaga-dalam dan setelah. mengarah ubun-ubun kepala si dara,
diapun segera mengayunkan tinjunya.

Saat itu di sekeliling penjuru tiada barang sesosok mahluk yang hadir. Tindakan
Koan Sam Yang itu tak ada setan yang tahu. Dan saat itu Hiu Yan sedang
menumpahkan tangis kesedihannya. Koan Sam Yang yakin, sekali hantam tentu
hancurlah kepala dara itu.

Tetapi pada saat tinju Koan Sam Yang melayang turun, secara kebetulan atau
tidak, Hui Yan sedikit miringkan tubuhnya ke samping sembari menyurutkan
lengan kanannya untuk membenturkan siku lengannya kepada Koan Sam Yang.

Gerakan dara itu begitu mendadak dan tak terduga sama sekali. Jarak keduanya
mera-pat dekat, bagaimanapun Koan Sam Yang tak mungkin dapat menghindar
lagi, Duk, dagunya, kena kesikut dengan telak-

Andaikata Hui Yan tidak terluka, pun dia takkan dapat melukai Koan Sam Yang,
apalagi saat itu dia masih menderita luka. Jelas tidak mempunyai pengaruh apa2
bagi Koan Sam Yang. Sekalipun begitu, paling tldak Koan Sam Yang telah
menderita kejut yang hebat. Karena sebelumnya tak menduga si dara bakal
melakukan gerakan begitu, Koan Sam Yang tak sempat memancarkan tenaga-
sakti Sam-yang-cin-ginya.

Karena kaget, Koan Sam Yang hentikan tinjunya di tengah jalan atau di atas
kepaIa Hui Yan.

Tepat pada saat itu, Hui Yan berpaling, dia terkejut karena tangan Koan Sam
Yang sedang mengancam di atas kepalanya, "Koan tocu, maaf, karena tak tahu
aku tak sengaja telah menyikut-mu."

Koan Sam Yang meringis. Dia tahu gerakan si dara Itu bukan suatu tindakan

mailto:22111122@yahoo.com 298
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

yang tidak di,sengaja. Tetapi mengapa dara itu tahu kalau dia hendak
membunuhnya? Ah, tak mungkin begitu apabila dara itu tak mengetahui
rencananya (Koan Sam Yang) kepada Kun Hiap.

Walaupun bersangsi tetapi karena dia seorang tokoh yang mati-matian menjaga
gengsi sebagai Ing-put-hoan-jiu (selamanya-tak-pernah-balas-menyerang) maka
diapun lalu menarik pulang ta-ngannya dan tertawa lebar.

"Sam-ah-thau, engkau anggap pamanmu Koan ini orang yang limbung


pikirannya?" serunya.

Sambil menghapus airmatanya, Hui Yan berkata, "Koan tocu, mamaku sudah
meninggal. Aku sudah sebatang kara, tidak punya tempat tinggal tidak punya
sanak keluarga lagi. Aku akan ikut engkau ke mana saja engkau pergi."

Apabila Koan Sam Yang tadi berhasil membunuh si dara, dia tentu segera
membawa pergi Kun Hiap. Tetapi kini dia harus memikirkan ren-cana lebih jauh
untuk menyembunyikan Kun Hi-ap, setelah itu baru dia akan berangkat ke
daerah Biau-ciang untuk berguru pada Tok Liong cuncia. Serentak dia mendapat
pikiran. Dara itu baik sekali hubungannya dengan Kun Hiap. Ya, dia dapat
memanfaatkan tenaga dara itu.

Cepat dia merobah sikapnya. Sambil menunjuk ke arah Kun Hiap, dia berkata,
"Engkau tentu kenal dengan orang itu. Dia terkena racun aneh sehingga
kesadaran pikirannya hilang. Aku hendak berusaha menolongnya dan
memerlukan orang untuk merawatnya. Kalau engkau mau ikut aku, boleh saja.
Tetapi engkau harus merawat dan menjaganya baik2, jangan sampai dia hilang,"
.

Hui Yan mengangguk, "Ah, itu mudah sekali."

Sekali lagi Koan Sam Yang memandang wajah dara itu dengan tajam2. Dia
mendapat kesan wajah dara itu hanya pucat tetapi tidak mengandung maksud
buruk. Pikirnya, sekalipun dara itu sudah sembuh, toh tetap takkan mampu
melawannya. Mengapa ia harus takut ? Lebih baik dia mengajak dara itu ke Biau-
ciang. Nanti dia akan mencari sebuah tempat di pegunungan yang sepi dan
suruh dara itu menjaga Kun Hiap disitu, kemudian dia sendiri baru akan
menemui Tok Liong cuncia.

"Baik," akhirnya dia berseru dengan gembira," kalau begitu engkau boleh naik
keledai itu bersamanya dan kita segera berangkat sekarang."

Hui Yan tak mau banyak bicara lagi dan terus melakukan perintah.

mailto:22111122@yahoo.com 299
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

(bersambung ke jilid 11).


Hui Yan meletakkan posisi tubuh Kun Hiap di atas punggung keledai supaya
enak. melihat keadaan si anakmuda yang lunglai tak sadarkan diri, diam2 Hui
Yan mengeluh dalam hati.

Dia lantas naik dan duduk di belakang Kun Hiap. Walaupun membawa dua orang
tetapi keledai itu tetap lincah sekali larinya . Koan Sam Yang lari di samping
keledai.

Memang selama dalam perjalanan, mereka banyak berjumpa dengan orang-


orang persi!atan. Orang2 persilatan itu tentu berhenti dan memberi hormat.
Setelah Koan Sam Yang dan keledainya jauh, barulah mereka beramai bergerak
lagi.

Tetapi ada juga yang tak begitu kenal, mereka pura tak tahu dan menyingkir.
Sedang tokoh persilatan yang ternama terpaksa baru menyapa dengan tegur
salam.

Setiap tokoh persilatan tahu sampai di mana kelihayan Koan Sam Yang itu,
Sudah tentu mereka tak berani cari penyakit.

Selama menempuh perjalanan, bermula da-lam beberapa hari Koan Sam Yang
masih cemas kalau orang tua berpenyakitan itu akan mengejar. Tetapi setelah
melintasi sungai Hong-ho dan be-ngawan Tiangkang kemudian tiba di wilayah
Kang-lam, waktunya malah hampir sebulan dan tetap tak melihat bayang orang
tua itu, barulah hatinya longgar.

Pada hari itu menjelang sore mereka berja-lan di sepanjang tepi lembah sungai
kecil sampai setengah li jauhnya, baru mereka melihat sebuah jembatan batu.

Setiap jembatan tentu dibawahnya terdapat anak sungai yang mengalirkan air.
Hal itu memang umum di wilayah Kanglam. Koan Sam Yang menuju ke jempatan
kecil itu, maksudnya hendak memberi minum keledainya.

Waktu tiba di tengah jembatan, kebetulan di bawah jembatan sedang melintas


sebuah pera-hu. Tukang perahunya mendayung dengan ga-lah bambu. Tetapi
entah bagaimana tiba2 galah bambu itu ditusukkan ke muka Hui Yan..

Selama sebulan ini, luka Hui Yanpun ma-kin sembuh. Tusukan galah bambu itu
dengan mudah dapat dihindarinya. Tetapi dia terkejut ketika pada ujung galah
itu terselip secarik kertas. Cepat sekali dia menyambar kertas itu dan galah
itupun ditarik si tukang perahu ke bawah lagi.

Tukang perahu itu memakai topi nelayan yang berdaun lebar sehingga menutupi

mailto:22111122@yahoo.com 300
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mukanya.. Dan perahu melaju cepat sekali sehingga dalam beberapa kejab
sudah membiluk pada tikungan dan lenyap dari pandang mata.

Pertama Hui Yan mengangkat muka. Dilihatnya Koan Sam Yang berjalan di
depan dan tak mengetahui peristiwa itu. Maka dara itu baru be-rani membuka
gulungan kertas itu. Sebuah surat yang berisi huruf2 kurus, berbunyi;

Menunggu di pohon itu tepi sungai kita nanti berjumpa.

Surat itu tanpa tanda tangan. Tetapi meli-hat bentuk tulisan itu, diam2 Hui Yan
tergerak hatinya. Dia melepas pandang ke muka tetapi tukang perahu itu sudah
lenyap.

Hui Yan menyimpan surat itu. Setelah melintasi jembatan dan makan malam,"
barulah dia berkata, "Koan tecu, silakan berjalan dulu, nanti kususul."

"Kenapa?" tanya Koan Sam Yang berpaling.

Hui Yan banting2 kaki, "anak perempuan yang sudah dewasa, kalau bilang ada
perlu, papa mama sendiri juga tak dapat bertanya melilit. Perlu apa engkau mau
tahu?"

Koan Sam Yang meringis. Selama sebulan dalam perjalanan itu memang Hui Yan
bersikap baik sekali. Oleh karena itu kecurigaannya terhadap dara itupun mulai
berkurang.

"Baik," dia mengangguk, "kutunggu di sebelah muka. Jangan terlalu lama."

"Tentu, masa aku tak dapat menyusul," kata Hui Yan.

Setelah Hui Yan turun dari keledai, baru Koan Sam Yang menceplak keledai dan
membawa Kun Hiap melanjutkan perjalanan.

Setelah melihat Koan Sam Yang dengan keledainya sudah jauh, barulah Hui Yan
bergegas menyusur tepi sungai dan tak berapa lama melihat sebatang pohon liu
yang tumbuh di tepi sungai itu.

Dahan dari pobon liu yang rindang daunnya itu bergeliatan menaburkan bayang2
pada permukaan air.Di bawah pohon itu tampak seseorang sedang duduk
dengan santai, Cepat sekali Hui Yan mengenalnya sebagai orang tua yang
berpenyakitan itu. Dia terbeliak kaget.

Orang tua itu menggapaikan tangannya, "Kemarilah!"

mailto:22111122@yahoo.com 301
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Jarak Hui Yan dengan orang tua berpenya-kitan itu masih enam tujuh tombak.
Tetapi ucapan orang tua itu seperti terngiang jelas sekali di telinga si dara.

Hui Yau cepat melesat, Dengan beberapa loncatan dia sudah tiba di samping
orang tua itu tetapi tak berani bicara.

Sejenak orang tua itu memandang Hui Yan dan berkata, "Apakah lukamu sudah
sembuh sa-ma sekali?"

Hui Yan menghela napas. "Ya, sudah."

"Tempo hari kubilang, engkau hanya boleh menjenguk Kun Hiap. Tetapi
mengapa sampai sebulan lamanya? Dari pesisir utara sungai meman-dang ke
pesisir selatan, apakah masih belum cukup?"

Hui Yan tundukkan kepala tak bicara. Orang tua itu pelahan-lahan berbangkit,
"Jangan cari perkara lagi, ikutlah aku."

"Cianpwe," seru si dara, "menilik gelagat-nya, Koan Sam Yang memang hendak
membawa Kun Hiap ke daerah Biau-cang."

"Ya, memang," sahut orang tua itu, "Koan Sam Yang re!a menerima hinaan
dunia persilatan. Dia hendak masuk menjadi murid ToK Liong cuncia. setelah
dapat memiliki ilmu Sip-sing-sin-kang, dia hendak menyedot tenaga-sakti dari
tubuh Kun Hiap."

Dengan napas terengah engah tegang, Hui Yan berseru, "Cianpwe, tahu kalau
dia akan melakukan rencana begitu jahat, mengapa engkau tidak
mencegahnya?"

Orangtua berpenyakitan itu tersenyum, "Jangan kuatir, ilmu kepandaiannya


memang hebat sehingga setiap orang persilatan takut kepadanya. Dan yang
jelas, dia tentu tak akan membiarkan Kun Hiap sampai diketahui oleh anakbuah
Tok Liong cuncia. Sebenarnya Kun Hiap aman kalau dibawanya itu. Mengapa
engkau harus kuatir?"

"Tetapi bagaimana kalau dia sampai dapat-mempelajari ilmu Sip-seng-sin-kang?"


tanya Hui Yan.

Orang tua itu menepuk pelahan bahu si da-ra, "Apa engkau kira ilmu Sip-seng-
sinkang itu mudah dipelajari? Kemungkinan sampai nanti Koan Sam Yang akan
menderita siksaan, belum tentu dia sudah bisa mempelajari ilmu itu. Taruh kata
dia berhasil, juga paling tidak harus makan waktu selama dua atau tiga tahun
lagi. Dalam waktu dua tiga tahun itu, kita kan sudah berhasil menemukan ke

mailto:22111122@yahoo.com 302
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

delapan biji kuda besi itu. Pada wak-tu itu kiranya masih belum terlambat kalau
kita ke Biau-cang utuuk mencari Kun Hiap. Untuk saat ini biarlah Kun Hap berada
padanya saja."

Walaupun apa yarg diucapkan orang tua itu memang beralasan sekali namun Hui
Yan tetap cemas. Sejenak terdiam, ia berkata pula, "Ah, dia .... hanya seorang
diri . . . . "

"Sekalipun engkau menemaninya, dia toh takkan tahu. Bukankah hal itu malah
akan menga-baikan urusanmu sendiri. Lekaslah cari ji-cimu dan minta kuda besi
yang ada padanya. Menurut katamu, engkau sendiri sebenarnya juga punya satu
biji tetapi waktu engkau terluka, barang itu telah hilang. Sudah tentu diambil
oleh jicimu i-tu,"

Rupanya Hui Yan masih enggan, katanya, "Di mana jiciku, bagaimana aku ....
tahu?"

"Uh, sudahlah. jangan banyak alasan lagi," kata orang tua, "kudengar berita
orang bahwa ji-cimu saat ini sudah tiba di Kanglam, bersama dengan Tong Wan
Giok. Rupanya hendak menuju ke gunung Ki-lok hong, minta bantuan pada ne-
nek tua yang menetap di situ. Kalau engkau cepat-cepat pergi, tentulah engkau
dapat berjumpa dengan mereka,"

Mendengar itu Hui Yan tak dapat berdalih lagi. Namun teringat keadaan Kun
Hiap yang kesadaran pikirannya hilang dan ditawan oleh Koan Sam Yang yang
membawanya ke Biau-ciang, ra-sanya beratlah kaki dara itu untuk melakukan
perintah orang tua berpenyakitan.

Tiba2 wajah orang tua itu berobah sarat dan membentaknya, "Lekas berangkat!"

Dia berdiri berhadapan Hui Yan. Tanpa menggerakkan tangan, tahu2 dari lengan
bajunya menghamhur setiup tenaga dahsyat sehingga Hui Yan mencelat ke ud
ra.

Ih . . . dara itu mendesis ketika melayang turun dan dapatkan dirinya sudah
berada di lain seberang tepi sungai kecil itu.

"Cianpwe, kalau sampai terjadi sesuatu pada diri Kun Hiap, engkau . . , , " belum
Hui Yan sempat menyelesaikan kata-katanya, orang tua itu sudah berputar
tubuh dan melesat pergi.

Hui Yan terkesiap kesima. Menilik gerakan orang tua yang sekali berkelebat
sudah lenyap dari pandang maka jelas orang tua itu tentu seorang sakti sekali.
Tetapi anehnya, sampai sekarang, ia belum tahu siapakah sesungguhnya orang

mailto:22111122@yahoo.com 303
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tua itu.

Karena orang tua itu sudah membuat ren-cana tertentu, apa boleh buat, tiada
lain pilihan bagi Hui Yan kecuali harus melakukan perintahnya, Dia akan menuju
ke telaga Thay-ou untuk mencari ji-cinya (Hui Giok). Sebenarnya dia enggan
bertemu dengan taci yang berhati buruk itu.

Dia berjalan menyusur tepi sungai, Hatinya penuh dengan kesan dan pesan,
pahit dan pedih. Kini sikapnya tidak lagi sebagai seorang yang lincah dan nakal,
melainkan lebih bersifat pendiam.

Lebih kurang berjalan setengah li, dari arah muka terdengar suara burung
berbunyi riuh rendah, macam ribuan ekor burung yang sedang pulang ke sarang.

Memandang ke muka, dilihainya di tepi su-ngai terdapat segunduk batu besar


yang di atasnya diduduki oleh seorang imam, Anehnya, di sebelah imam itu
tengah berkumpul lima atan enam jenis burung yang tengah terbang naik turun
sem-bari tak henti-hentInya berbunyi riuh sekali. Ada yang hinggap di lengan
baju imam itu, bahkan ada yang menclok di kepala imam itu.

Imam itu tak bergerak dan tak tampak akan berusaha untuk menghalau mereka.
Malah mulutnya tak hentihentinya bercuit seperti menirukan bunyi burung2 itu.

Sudah tentu Hui Yan heran. Pelahan-lahan dia menghampiri. Setelah dekat baru
dia melihat jelas bagaimana imam itu. Kulit imam itu hitam mengkilap, tubuh
kurus kering, memberi kesan menyeramkan bagi pandang mata. Sepasang ma-
tanya memancarkan sinar berapi-api. Waktu melihat Hui Yan, dia hanya dingin2
saja menatap sejenak dan tetap melanjutkan bermain-main dengan burung2 itu.

Justeru ilmu tenaga-dalam dari keluarga Tian itu adalah ilmu yang disebut Peh
tia-tian-beng, cu-sim-toh-hun atau Ratusan-burung-serempak-berbunyi.
Melelapkan-perasaan mencabut nyawa.

Pelajaran pertama dari ilmu itu, adalah mempelajari berbagai jenis bunyi burung.

Melihat imam itu juga tengah mempelajari bunyi burung, diam2 tergeraklah hati
Hui Yan. Serentak dia juga mengeluarkan bunyi burung kenari. Beberapa ekor
burung kenari yang tengah beterbangan di depan imam itu, begitu mende-ngar
bunyi dari Hui Yan, tiba2 terus terbang ke udara, Rupanya burung kenari itu lari
ketakutan karena bunyi yang di keluarkan Hui Yan.

Imam itu deliki mata dan. membentaknya, "Pergi :."

Sebenarnya Hui Yan sendiri juga akan pergi. Tetapi karena dibentak Imam itu,

mailto:22111122@yahoo.com 304
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dia malah tak mau pergi. Diapun balas deliki mata dan berseru, "Aku tak mau
pergi, engkau mau apa?"

Mata imam itu terbeliak dan serentak berdi-ri. Hui Yan mengira kalau imam itu
hendaki tu-run tangan, Tetapi di luar dugaan, setelah mengebutkan lengan
jubahnya, imam itu terus melangkah pergi.

Beratus-ratus burung itu makin berbunyi riuh dan mengikuti terbang di sebelah si
imam. Sudah tentu Hui Yan heran. Pikirnya, imam itu tentu bukan orang
semharangan. Mengapa ia tak bertanya kepadanya.

Hui Yan cepatkan langkah menyusul kesam-ping imam itu dan bertanya. "Tolong
tanya kalau ke telaga Thay-ou harus mengambil jalan yang mana?"

Dia sudah memperhitungkan. Kalau imam itu tak mengacuhkan, dia sudah siap
dengan lain rencana,. Tetapi di luar dugaan imam itu menja-wab, "Telaga Thay-
ou itu luasnya tiga puluh enam ribu meter. Tepi sebelah barat dengan sebelah
timur berpisah ratusan li. Engkau hendak ke~telaga itu bagian yang mana?"

"Ke puncak Ki-lok-hong," sembarangan sa-ja Hui Yan memberi keterangan.

Tiba2 imam itu mendesuh dan serentak menebarkan kedua tengannya sehingga
kawanan burung yang mengerumuninya sama terbang ke udara. Dan dari
matanya yang cekung tampak memancar berkilat-kilat, menatap Hui Yan sampai
beberapa saat.

Sudah tentu Hui Yan risih dipandang begitu lekat oleh imam itu, tegurnya,
"Mengapa engkau tak bicara?”

"Di bawah puncak gunung Ki-lok-bong, saat ini sedang terjadi peristiwa besar.
Perlu apa engkau ke sana?"

"Sudah tentu ada keperluan," sahut Hui Yan seenaknya," cukuplah kalau engkau
beritahukan jalannya saja."

Imam itu tertawa aneh, serunya, "Kalau menunjukkan engkau jalan mati, apa
sukarnya? Terus saja menuju ke timur, sebelum hari gelap engkau tentu sudah
melihat kemilau air telaga. Asal engkau bilang pada orang kalau engkau hendak
menuju ke Ki-lok hong, Anakbuah Pek lobo ten-tu akan mengirim perahu
meayambutmu."

Hui Yan mendapat kesan banwa imim itu tahu tentang keadaan di telaga Thay-
ou, bahkan tentang diri wanita tua yang ditebut Pek lobo, dia juga
mengatakannya. Hanya apa yang di mak-sud dengan kata2 ‘jalan mati' tadi, ia

mailto:22111122@yahoo.com 305
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tidak mengerti. Siapakah sesunggubnya imam itu. diapun belum tahu

Tetapi akhirnya Hui Yan memutuskan un-tuk menurut apa yang ditunjukkan
lmam itu saja. Daa segera memberi hormat dan menghaturkan terima kasih
kepada imam itu. "Totiang. sampai bertemu lagi."

Imam itu tertawa dingin, "Budak perempuan kecil, kelak jangan engkau belajar
bunyi bu-rung lagi. Kalau mau belajar, baiklah engkau masuk dalam
perguruanku.''

Sambil berkata sepasang mata aneh dari, imam itu masih tetap memandang
lekat pada Hui Yan.

Sebenarnya Hui Yan tidak tahu siapakah i-mam itu. Tetapi dia teringat orang
persilatan sering mengatakan bahwa di didunia penilatan terdapat seorang tokoh
aneh yang berilmu tinggi dan pandai menirukan segala macam bunyi burung. Dia
adalah keturuuan dari tokoh Kongyap Tiang, namanya Kongyap Hong bergelar
Pek-lin-Cin-jin atau pertapa Raja-burung.

Konon kabarnya dia memang seorang tokoh yang aneh wataknya. Tetapi sekali
dia mau bicara dengan orang, betapapun tak enak kata-katanya, itu berarti dia
mempunyai kesan baik kepada orang itu.

Imam itu luas sekali pengetahuannya, pikir Hui Yan lebih lanjut. Kepergiannya ke
puncak Ki-Ink-hong kali ini tentu akan mengalami rintang-an-rintangan,
mengapa dia tak mau minta petun-juk kepada imam itu taja. Barang kali imam
itu mau membantunya?

Tiba2 terdengar suit burung seriti dan dua ekor burung seriti melesat terbang ke
muka imam itu, terbang melayang berputar-putar sambil berbunyi tak henti-
hentinya.

Imam itu lalu mengeluarkan bunyi burung se-riti juga-maka ramailah percakapan
antara seorang manusia dengan dua ekor burung. Tampak wajah imam itu
makin lama makin serius. Bebe-rapa saat kemudian .terdengar dia menghe!a
napas panjang dan kedua burung seriti itupun lantas terbang pergi lagi.

Sebenarnya Hui Yan merasa kalau dia juga tahu bahasa burung seriti, Tetapi
ternyata apa yang dibicarakan kedua burung seriti dengan imam itu, sama sekali
dia tak dapat mendengarnya. Terpaksa dia memandang Imam itu.

"Hm," si imam mendesuh, "kalau mau mengantar jiwa, pergilah, tunggu apa
lagi?"

mailto:22111122@yahoo.com 306
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Yan tertawa, "Cianpwe ini apakah bu-kan pek lin cinjin Kongyap Hong?"

Imam itu deliki mata. "Kalau ya lalu ba-gaimana? aku kau tidak minta uang
kepadamu, perlu apa engkau harus tahu namaku?"

Hui Yan tertawa, "Kongyap cianpwe, aku hendak ke puncak Ki-lok-hong tetapi
totiang mengatakan kalau di sana itu merupakan jalan kematian. Entah apa
maksud totiang?"

Kongyap Hong berbalik tubuh dan berkata, "Entahlah, jangan tanya kepadaku."

Dari belakang si imam, Hui Yan menyengir muka dan berkata, "Kongyap
cianpwe, jangan mengelabuhi aku, Apa yang dilaporkan kedua bu-rung seriti
tadi, akupun mendengar semua."

Hui Yan mangira dengan menjual bual itu tentulah si imam terpaksa akan
memberi keterangan. Tetapi siapa tahu sekonyong-konyong imam itu berbalik
badan dan terus menerkam bahu Hui Yan.

Terkaman itu tak terduga sama sekali. Te-tapi Hui Yan memang tangkas sekali.
Begitu me-lihat bahaya mengancam dia terus miringkan tu-buh sehingga hanya
bahu bajunya yang kena se-dikit.

Kongyap Hong terbeliak. Dia tidak menye-rang lagi, katanya, "Ha, 'aku salah
lihat. Kalau engkau mempunyai kepandaian begitu, bolehlah engkau lanjutkan
perjalanan mengantar nyawa."

"Kongyap cianpwe," kata Hui Yan, "apakah sebenarnya yang terjadi di Ki-lok-
hong dan berbahaya tidak kalau aku ke sana?"

Tetapi Kongyap Hong hanya mengelus-elus burung2 yang hinggap di bahunya


dan tidak menyahut. Sampai Hui Yan mengulang beberapa kali pertanyaan itu
tetapi si imam tak menjawab.

Lama kelamaan Hui Yan mendongkol juga. Sudah bebarapa kali dia menyebut
cianpwe na-mun tak digubris. Dia seorang dara yang centil. Biasanya dialah yang
mengolok-olok orang, bukan yang diolok..

"Hm," akhirnya dia mendengus, “Biar ba-gaimana bahaya itu masa aku tak jadi
ke sana,"

Dia tahu bagaimana kelihayan imam itu maka diapun tak mau bicara lebih
panjang lagi Setelah menyengir dan menyeringai kearah imam itu, baru dia
berputar tubuh dan melesat pergi.

mailto:22111122@yahoo.com 307
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Waktu dia mencapai jarak lima tombak jauhnya, terdengar imam itu tertawa
dingin bebera-pa kali Tetapi Hui Yan tak mau berpaling mela-inkan hanya
mengejek, "Ih, kalau dirinya sendiri takut pergi lalu mengira kalau semua orang
tentu takut juga. Rasanya di dunia ini tiada yang. lebih menggelikan dari
anggapan begitu."

Dikira kalau mendengar, Kongyap Hong tentu marah. Maka sehabis mengejek
dia terus melesat loncat lebih kencang. Tetapi ternyata Kong-yap Hong tidak
mengejarnya dan hanya memperdengarkan dua kali tawa dingin yang tidak
sedap didengar.

Dalam menempuh perjalanan itu pikiran Hui Yan tak lepas mengenangkan Kun
Hiap yang oleh orang tua berpenyakitan telah dibiarkan ditawan Koan Sam Yang.
Walaupun orang tua itu menja-min tentu takkan terjadi suatu apa pada diri
anakmuda itu namun Hui Yan terpaksa masih cemas juga. Maka diapun cepat
melakukan perjalanan, biar lekas seleaai dan lekas dapat kembali ke tempat Kun
Hiap.

Menjelang hari mulai gelap, di sebelah mu-ka dia sudah melihat permukaan air
telaga. kabut malam yang berwarna merah tertingkah sinar mentari tenggelam,
menimbulkan warna yang beraneka indahnya. Puncak gunung demi puncak
gunungpun menimbulkan bayang2 yang rebah berjajar-jajar di permukaan air.
Alam pemandangan di telaga pada waktu menjelang senjakala, sungguh indah
sekali. Diam2 Hui Yan memuji. Dia terus lari ke tepi dan berdiri tegak. Tiba2
terde-ngar bunyi gemercik seperti air tersiak kayuh dan dari balik gerumbul
ilalang, muncul sebuah perahu kecil.

Yang mendayung perahu itu seorang wanita pertengahan tahun, mengenakan


celana kuning biru dan baju pendek kembang. Dandanannya sederhana sekali.

"Toasoh," seru Hui Yan, "apakah toasoh dapat mengantarkan aku ke Ki-lok-
hong?”

Wanita setengah tua itu mengangguk, "Baik, silakan nona naik kemari."

Sekali enjot kaki, Hui Yan sudah melayang ke dalam perahu kecl itu. Dan wanita
itupun segera mendayung. Aneh, perahu itu meluncur cepat sekali sehingga Hui
Yan hampir saja tak sempat berdiri tegak.

Pada saat dia sudah dapat berdiri tegak dan memandang ke tepi, bukan
kepalang kejutnya.

Ternyata perahu itu sudah terpisah 18-an tombak dari tepi telaga.

mailto:22111122@yahoo.com 308
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Toasoh, engkau sungguh kuat benar!" seru Hui Yan memuji.

Wanita itu tertawa tawar, "Ah, hanya karena mencari makan di telaga, lama2
juga terlatih," kata wanita itu, "nona, puncak Ki-lok-hong itu menjadi tempat
kediaman Cui-hoa Pek-lo-poh-poh, perlu apa engkau hendak ke sana?"

"Aku hendak mencari taciku," sahut Hui Yan.

Wanita itu miringkan kepala sembari memandang Hui Yan. Tampaknya dia
seperti kurang percaya atas keterangan dara itu.

"Mengapa tacimu berada pada Pek lo-poh-poh?" tanyanya beberapa saat


kemudian.

Sebenarnya Hui Yan tak senang kepada Hui Giok tetapi karena bagaimanapun
juga Hui Giok itu adalah kakaknya, mendengar pertanyaan wanita itu
mengandung hinaan terhadap Hui Giok, Hui Yan marah juga, "Siapa sih Pek lo-
poh-poh itu? Mana mungkin taciku berada di tangannya.

Mendengar kata2 itu serentak si wanita hentikan kayuhnya dan perahupun


berputar-putar di tengah telaga.

"Hai, mengapa engkau berhenti mendayung?" seru Hui Yan.

"Karena engkau menganggap dirimu hebat, silakan mendayung sendiri," sahut


wanita itu.

Hui Yan tertawa dingin. Begitu berputar tubuh dia sudah meluncur ke muka
wanita itu, menyambar lengan orang dan disentakkan, "Kalau begitu, minggirlah
saja!"

Hui Yan tak mau menggunakan tenaga besar. Ia kira sekali sentak tentulah
wanita itu su-dab terlempar. Tetapi siapa tahu, wanita itu membiarkan saja
dirinya disiak ke samping tetapi dia tidak jatuh malah balas menendang
pinggang Hui Yan.

Tendangan itu tak terduga sama sekali, plak, pinggang Hui Yau terkena dan dara
itu mencelat ke udara.

Hui Yan bergeliatan di udara dan meluncur turun. Tetapi alangkah kejutnya
ketika mengeta-hui bahwa dia bakal kecebur dalam air. Bukan main kejut dan
cemasnya. Dan dilihatnya wanita setengah tua itu mendayung lagi sehingga
perahu melesat setombak jauhnya, jelas wanita itu menghendaki agar Hui Yan

mailto:22111122@yahoo.com 309
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tercebur ke dalam air.

"Hai, lekas dayung perahumu kemari!" seru Hui Yan yang saat itu sudah mulai
meluncur turun.”

Wanita itu bukan menurut sebaliknya malah mendayung lagi. Gerak kayuhnya
telah menimbulkan gelombang yang besar sehingga air mendampar ke atas.
Tiba2 seekor ikan besar yang panjangnya selengan orang, ikut terdampar ke
atas permukaan air. Melihat itu Hui Yan girang sekali. Dia cepat menahan napas
agar tubuhnya meluncur turun dengan cepat.

Hui Yau memang cerdas di samping memiliki kepandaian yang tinggi. Begitu
melihat ikan besar muncul, dia sudah mendapat akai. Maka luncur tubuhnya itu
tepat sekali tiba di tubuh ikan. Secepat ujung kakinya menginjak tubuh ikan itu,
dengan meminjam tenaga pijakan itu dia sudah melambuiig ke udara dan
melesat ke bagian belakang perahu.

Melihat itu cepat si wanita mengayunkan kayuhnya untuk membabat kaki Hui
Yan. Tetapi dara itu membungkukkan tubuh memegang buritan perahu dan
menggelincir sepanjang tepi perahu dan terus berdiri di daIam perahu.

Brakkk karena luput menghantam Hui Yan, kayuh itu mendapat sasaran geladak
perahu dan putus. Rupanya wanita itu mengayun dengan sekuat tenaga maka
waktu kayuh putus dia sampai terhuyung-huyung mau jatuh sendiri dan hampir
saja terpelanting jatuh ke dalam air.

Hui Yan mencelat maju dan berseru, "Lekas kayuh lagi, kalau sampai terlambat
datang di Ki-lok-hong. terpaksa engkau harus menikmati tanganku.

Wajah wanita setengah tua itu tampak berobah gelap.Dia membungkuk seperti
hendak memungut kayuh tetapi ternyata gerakannya itu hanya suatu sialat
pura2 saja, Dia melingkar, sambil menekankan siku lengannya sebagai
penyangga tubuh pada papan perahu, tangan kirinya menghantam Hui Y-an.

Sudah tentu Hui Yan bukan seorang gadis lemah yang dengan mudah dapai
disengkelit dengan cara semacam itu, Sebelumnya dia memang sudah dapat
menduga akan gerak gerik wanita itu tentu mengandung maksud buruk. Maka
diapun sudah berjaga-jaga.

Dia sedikit miringkan tubuh, kelima jarinja segera balas mencengkeram


pergelangan tangan orang lalu meremaskan sedikit keras.

Kepala wanita itu bercucuran keringat dingin dan tanpa dapat dipertahankan
lagi, kedua lututnya lunglai, duk. ... dia berlutut di lantai.

mailto:22111122@yahoo.com 310
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

“Harap nona suka memberi ampun," katanya meratap kasihan.

"Hm, apakah sekarang engkau kenal kelihayanku? tanya Hui Yan, "apakah taciku
berada di Ki-lok-hong?”.

"Siapakah kakak nona itu, aku taktahu."

"Namanya Tian Hui Giok, "kata Hui Yan.

Kalau tadi muka wanita itu sudah tak sedap dipandang kini demi mendengar
nama Tian Hui Giok, wajahnya makin pucat. Duk, duk. .. .dia menundukkan
kepala sehingga membentur papan perahu sebagai tanda memberi hormat yang
sedalam-dalamnya.

"Hamba tak tahu kalau nona ini sam-siu-cia, harap nona memberi ampun.
Hamba tak berani berbuat yang kurang menghormat lagi, "katanya.

Sebenarnya Hui Yan itu seorang dara yang berhati pemurah. Mendengar wanita
itu meratap beriba-iba, diapun mengendorkan cengkeramannya. Dan melihat
bagaimana jidat wanita itu sampai benjol karena terbentur dengan papan, Hui
Yan tertawa, "Baiklah. lekas dayung lagi !”

Wanita itu gopoh berbangkit lalu mulai mendayung menuju ke arah puncak
gunung yang hijau lebat.

Saat itu hari sudah gelap, tetapi di puncak gunung terdapat sederetan
penerangan, mulai dari kaki sampai ke atas gunung. Sepintas pandang
menyerupai seekor naga api yang melingkar-lingkar ~di puncak gunung.

Tak berapa lama kemudian, perahu tibalah di tepi telaga. Beberapa orang lelaki
berdiri berjajar di tepi telaga dengan membawa lentera. Rata2 lentera mereka
berwarna biru gelap sehingga menimbulkan pemandangan yang seram.

"Yang datang adalah Tian sam-siocia, mengapa kalian tak lekas memberi
hormat?"-

Keempat lelaki itu terkejut dan serta merta berlutut memberi hormat.

Hui Yan merasa seperti mendapat kehormatan besar. Dengan langkah


bergoyang gontai dia naik ketepi, "Ah, tak usah banyak peradatan," serunya.
Tetapi walaupun mulut mengatakan begitu. dia tak mau balas memberi
anggukan kepada mereka.

mailto:22111122@yahoo.com 311
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Wanita setengah tua tadi tetap mengikuti di belakang Hui Yan sembari
menunjukkan jalan. Selama mendaki, banyak sekali Hui Yan berjumpa dengan
orang2 yang membawa lentera biru. Sikap dan gerak gerik mereka memang
aneh.

Setiap kali wanita setengah tua itu memerintahkan mereka, ada yang disuruh
memberi hormat dan ada yang disuruh berdiri tegak seperti prajurit yang
menyambut panglimanya. Rupanya wanita setengah tua itu mempunyai
kekuasaan be-sar di Ki-lok-hong. Sebab perintahnya, tak ada orang yang berani
membantah.

Berjalan lebih kurang setengah li, Hui Yan melihat di sebelah muka sebuah
gedung besar. Menilik bangunannya, gedung itu sudah tua. Dimuka gedung
dipasang empat buah Ientera besar yang terang benderang. Juga keempat
lentera itu berwarna biru. Para penjaga yang berjajar di muka pintu wajahnya
tampak biru legam tertimpah caha-ya Ientera itu.

Begitu tiba di muka pintu, dari dalam segera terdengar suara Tian Hui Giok
menyambut "Kami tiga saudara, yang tua dan yang bungsu sudah mati semua,
jelas tetamu yang datang dan mengaku sebagai adikku ini tentu penipu yang
menggunakan nama adikku!”

Terdengar pula suara seorang nenek tua yang berkata dengan nada tak enak
ditelinga, "Hm, sungguh berani sekali !"

Pembicaraan kedua orang itu, terdengar oleh Hui Yan dan wanita setengah tua
yang berada di sampingnya.. Serentak wanita setengah tua itu berpaling dan
memandang Hui Yan dengan marah.

Hui Yap mengempos semangat dan menghambur tawa dingin, "Ji-ci, semula kita
ini taci-adik tetapi sekarang tiba2 menjadi palsu, lucu sekali bukan. ?"

Dia sengaja menggunakan tenaga-dalam untuk menghembuskan suaranya agar


menyusup jauh ke dalam.

Pada lain saat terdengar suara Hui Giok berkumandang, "Aya, kiranya memang
benar sam-moay."

Kalau mendengar nadanya jelas suatu curah kegembiraan sehingga Hui Yan
tertegun. Memang walaupun tingkah lakunya centil dan nakal, tetapi sebenarnya
Hui Yan itu berhati baik dan jujur.

Hui Yan sudah tahu semua perbuatan tacinya. Dia menduga Hui Giok tentu akan
terkejut ketakutan atas kehadirannya. Siapa tahu sebaliknya Hui Giok malah

mailto:22111122@yahoo.com 312
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menyambut dengan girang.

Kembali suara Hui Giok terdengar berturut-turut, “Sam-moay, engkau dimana?


Sammoay...."

Cepat sekali sesosok tubuh melesat dan tahu-tahu Hui Giok muncul di ruang itu,
diiring empat orang yang membawa Ientera biru. Begitu melihat Hui Yan, Hui
Giok bercucuran airmata.

"Ai, sam-moay, tak kira kita masih dapat bertemu muka..." suaranya pilu sekali
sehingga Hui Yan sampai tersentuh hatinya.

Hui Giok maju selangkah dan menjabat tangan adiknya. Pada saat tangan
keduanya bersentuhan tiba2 Hui Yan rasakan telapak tangannya kesemutan.
Cepat dia meronta seraya menyurut mundur. Memeriksa telapak tangannya dia
tak mendapatkan sesuatu perobahan apa2..

Hui Yan curiga memandang ke muka. Tampak Hui Giok terlongong seperti tak
tahu apa2, Bahkan masih sesenggukan dan tertawa, "O, terima kasih Tuhan.
Kukira kalau aku sudah sebatang kara, ternyata engkau masih hidup!"

"Ji-ci, mengapa engkau mengatakan kalau engkau sudah sebatang kara?" tegur
Hui Yan.

Hui Giok banting2 kaki, "Sam-moay, apa engkau tak tahu ? Dua orang rahib
busuk bersama Thian Go lojin dan Sam Cpat sianseng telah membunuh mama
dan toa-ci. ..."

Teringat akan hal itu, meluaplah kemarahan Hui Yan, "Mengapa mereka bisa
bersama-sama mencari mama ?"

Hui Yan hendak mendesak Hui Giok dengan pertanyaan yang menyudutkan
karena ia tahu.

Tetapi diluar dugaan Hui Giok tenang2 saja. Dia menghela napas, "Siapa yang
tahu mengapa mereka dapat datang bersama-sama ?"

Sambil menjawab, airmatanya masih bercu-curan. Pada saat itu terdengar derap
langkah yang sarat, tengah mendatangi dengan cepat. Hui Yan mengangkat
muka. Dilihatnya seorang wanita setengah tua bersama seorang nenek sudah
muncul dibelakang Hui Giok.

Nenek itu mengenakan pakaian warna hijau, bertubuh tinggi kurus seperti nenek
yang lemah. Tetapi sepasang matanya yang meram melek itu, begitu beradu

mailto:22111122@yahoo.com 313
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

pandang dengan. Hui Yan. tampak jmemancarkan sinar berkilat tajam yang
menikam.

Berkata nenek itu dengan suara yang lemah.

"Nona Tian, selekas kami rundingkan, masa takut kalau dendam sakithati
mamamu takkan terbalas ?"

Dengan masih bercucuran airmata, Hui Giok berkata, "Asal dendam darah
mamaku itu terhimpas, aku tentu akan menghaturkan kedua pusaka, itu kepada
lo-cianpwe."

Nenek itu tertawa mengekeh. Tampaknya dia girang sekali seperti merasa kalau
kedua pusaka baju Kim-wi-kah dan cakar Hiat-hun-jia sudah berada ditangannya

Mendengar ita Hui Yan tak senang. Tetapi pada saat dia hendak membuka suara
tiba2 nenek itu berseru. "Leng-moay (adikmu) jidatnya sepertl memancarkan
hawa hitam. Mirip dengan terkena racun ganas !"

Hui Giok tergetar. Dia segera menggenggam tangan Hui Yan dan berkata, "Sam-
moay, dalam perjalananmu apakah engkau bertemu dengan hai2 yang tak wajar
?"

Saat itu Hui Yan segera tahu behwa nenek itu bukan lain adalah Cui-ih pek lo-
pohpoh atau nenek Pek berbaju hijau. Mendengar nenek itu berkata dengan
nada serius, dia terkejut sekali.

"Tidak. selama dalam perjalanan.-..,," baru dia hendak memberi keterangan


tiba2 dia teringat bagaimana tadi waktu berjabat tangan dengan Hui Giok secara
tiba2 telapak tangannya terasa kesemutan dan tubuhnya mendadak terasa
dingin. dia tak jadi melanjutkan kata2nya.

"Pek lo-cianpwe," cepat Hui Giok menjawab, "adikku ini lincah dan cerdas.
Apalagi kepandaiannya juga tinggi. Kemungkinan tak ada orang yang dapat
melukainya. Engkau orang tua, mungkin salah lihat. Mari, sam-moay,
kuperkenalkan. Yang ini adalah Can hujin, Soh-jiu-sian-cu Tong Wan Giok."

Hui Yan tahu kalau Tong Wan Giok itu adalah mamanya Kun Hiap. Seharusnya
dia bersikap sungkan diri menghormati. Tetapi saat itu hatinya sedang kacau
sehingga dia tak mengacuhkan omongan Hui Giok. Bahkan dia terus
membalikkan tangan menerkam pergelangan tangan Hui Giok. Tetapi di luar
dugaan Hui Giok mena-rik tangannya sehingga cengkeramannya HuiYan luput.

"Ji-ci, apa saja yang engkau lakukan pada telapak tanganku tadi?" seru Hui Yan.

mailto:22111122@yahoo.com 314
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui GioK membelalak, "Melakukan apa?"

"Kutahu engkau tetap membenciku, "Hui Yan melengking tajam," membenci toa-
ci dan juga membenci mama. Tentu engkau telah melumurkan racun pada
telapak tanganku!"

Hui Giok mundur selangkah. Dengan lunglai dia memandang pek lo-pohpoh dan
Tong Wan Giok lalu tertawa getir, "Cobalah kalian dengar, bagaimana dengan
adikku itu?"

Memang dalam keadaan seperti itu setiap orang tentu menganggap kalau Hui
Yan sedang ngaco belo.

Pek lo-pohpoh pun maju selangkah ulurkan ta-ngan dan mencekal pergelangan
tangan Hui Yan. Tampak wajah nenek itu berobah lalu lepaskan cekalannya lagi
dan diam.

"Bagaimana?" seru Hui Yan tegang.

"Bagaimana?" hampir berbareng dengan Hui Yan, Hui Giokpun bertanya.

Tetapi Pek lo-pohpoh tak mau bicara. melainkan bertanya, "Apakah nona Tian
hendak nginap di Ki-lok-hong sini?"

Mendengar kata nenek itu, Hui Yan mengira kalau dirinya tak terkena sesuatu
racun seperti yang ia kuatirkan. Tetapi dia tak dapat menerima tawaran nenek
itu, "Ah, tidak, kedatanganku kemari hanyalah perlu hendak mengambil barang
dari ji-ci. Setelah itu aku akan terus pulang.”

"Bagus, bagus, .., "kata Pek lo-pohpoh.

"Tak perlu engkau bilang, akupun sudah tahu, "Hui Giok cepat menimbrang,
"bukankah sigkau hendak meminta kembali kuda besi itu?"

Sebelum Hui Yan sempat menjawab, tiba2 Tong Wan Giok sudah mendahului
bertanya, "Bagaimana Kun Hiap? Dia dimana?" dia menghampiri Hui Yan
dengan wajah cemas sekali.

Hui Yan menghela napas "Dia. . . . sekarang tenaganya memang bertambah


hebat sekali.. .. ." ia berhenti sejenak lalu melanjutkan," tetapi entah bagaimana
kesadaran pikirannya seperti hiIang tak sadarkan diri..."

"Dia dimana!" teriak Tong Wan Giok kalap.

mailto:22111122@yahoo.com 315
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Dia ditawan Koan Sam Yang dan dibawa ke daerah Biau-ciang?” sahut Hui Yan.

"Celaka! Celaka! 'Tong Wan Giok banting2 kaki, "Koan Sam Yang itu bukan
manusia baik. Kalau Kun Hiap bersama dia, tentulah akan menderita. Aku akan
menyusul kesana!" '

Habis berkata Tong Wan Giok terus melesat keluar. Seolah-olah daerah Biau-
Ciang itu hanya dekat saja.

Hui Giok cepat melesat mengejar dan menghadang, "Pehbo, kalau saat ini mana
mungkin da-pat menyusulnya? Taruh kata bisa menyusul teta-pi apakah pehbo
mampu menandingi Koan Sam Yang?"

Tong Wan Giok tertegun. Kerena kehilangan faham dia hanya bingung tak
karuan.

"Pehbo," bisik Hui Giok," sam-moayku tentu bisa memberi keterangan, harap
jangan kuatir.”

Saat itu Hui Yan juga memburu datang, katanya, "Penyakit Can kongcu bisa
disembuhkan. Apabila dia sudah sembuh, ilmu kepandaiannya akan sakti sekali
tiada orang yang mampu menawannya. Harap pehbo jangan kuatir."

Hui Giok kerutkan alis, "Siapa yang bilang?" tegurnya.

"Orang tua berpenyakitan itu yang mengatakan, "sahut Hui Yan, "ji-ci, beberapa
biji kuda besi yang ada padamu itu, adalah benda yang diperlukan untuk
pengobatan Can kongcu. Berikanlah kepadaku!"

Wajah Hui Giok membesi seketika. Sebenarnya dia hendak bertindak kepada
adiknya tetapi tiba2 dia merasa kalau saat itu Tong Wan Giok sedang
memandang kepadanya. Maka cepat-cepat dia tenang kembali..

"Ah, "serunya seperti orang kaget,"mengapa tidak tadi2 engkau bilang? Asal
dapat menolongnya, jangankan hanya kuda besi itu, sekalipun benda yang lebih
berharga dari itu, tentu akan kuserahkan."

Sudah tentu Hui Yan girang mendengar pernyataan tacinya itu. Dia tak mau
memikirkan apa2 yang dibalik kata2 tacinya itu.

"Kalau begitu, lekas berikan kepadaku saja.” katanya gopoh.

Hui Giok mengeluarkan dua biji kuda besi dan diberikan kepada adiknya. Hui Yan

mailto:22111122@yahoo.com 316
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tertegun melihat tacinya mempunyai dua biji kuda besi.

Memang Hui Yan tahu kalau tacinya punya dua biji, Yang satu biji pemberian
Kun Hiap. Dan yang satu biji adalah miliknya yang dirampas ji-cinya ketika dia
sedang pingsan. Yang membuat Hui Yan tertegun tak lain karena sedemikian
cepat dan sukarela tacinya menyerahkan kedua biji kuda besi itu kepadanya.

"Menolong orang semisal memadamkam api kebakaran." kata Hui Giok "setelah
mendapatkan benda itu, mengapa engkau tak lekas2 berangkat?”

"Baik,” kata Hui Yan. Baru dia hendak berputar tubuh, tiba2 dia kembali berbalik
menghadap Hui Giok. Dipandangnya taci itu dengan tak mengucap sepatah
katapun juga. Setelah. Menghela napas, Hui Yan terus melesat lari dan cepta
tiba di tepi telaga. Disitu sudah menunggu sebuah perahu dengan tukang
dayung yang segera mengantarkan keluar dari telaga.

*****

Malam itu rembulan bersinar terang. Tetapi Hui Yan tiada mempunyai gairah
untuk menikmati alam pemandangan malam. Pikirnya, karena sekarang benda
yang dibutuhkan itu sudah berada di tangannya, lebih baik dia cepat2 pulang.

Selain daripada kuda besi yang belum diketemukan, menilik kepandaian orang
tua berpenyakitan yang begitu sakti, kiranya bukan suatu hal yang sukar untuk
mendapatkannya. Asal delapan biji kuda besi .sudah terkumpul semua, Kun Hiap
tentu dapat disembuhkan.

Teringat hal itu hati Hui Yan gembira tegang sekali. Dia terus kerahkan
semangat lari dengan menggunakan ginkangnya, Dia ingin lekas kembali ke
Biau-ciang dan bertemu dengan orang tua berpenyakitan.

Dalam sekejab saja dia sudah lari sampal enam tujuh li. Tiba2 dia mendengar
suara orang mendesus. Tanpa hentikan larinya, dia berpaling. Ditingkah cahaya
rembulan terang, dilihatnya ada seseorang berdiri ditepi jalan. Ternyata orang itu
tak lain adalah Pek-lin tojin atau imam Kongyap Hong. Dasar dara centil. Dia
bukannya berhenti tetapi malah menyeringaikan mukanya kearah imam itu.

"Berhenti!" tiba2 Kongyap Hong membentak.

Bentakannya itu luar biasa kerasnya sehingga Hui Yan terkejut dan berhenti.
Saat itu si imam sudah melesat kemukanya dan menimangnya dari ujung kaki
sampai ke ubun2 kepala.

"Hai, apa-apaan engkau ini ?" tegur Hui Yan. yang merasa risih dipandang begitu

mailto:22111122@yahoo.com 317
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

rupa.

Koogyap Hong menghela napas, "Sayang, sayang, ah ..., sayang, sayang !"

Sudah tentu Hui Yap tak mengerti maksud si imam. Tetapi sebelum dia sempat
membuka mulut, imam itu sudah berkata dulu, "Tetapi takkan menderita
kesakitan. Begitu saatnya tiba, hanya seperti orang tidur saja."

"Hai, engkau mengingau apa?" tanya Hui Yan..

Tetapi Kongyap Hong tak menjawab. Sambil menggendong kedua tangannya dia
terus ngeloyor.

"Seperti melihat setan saja, huh .. , ." dengus Hui Yan. Dia terus hendak
melanjutkan perjalanan tetapi tiba2 terkilas dalam pikirannya. Imam itu seorang
sakti. Kalau tiada sesuatu tak mungkin dia akan mengoceh begitu. Ya, tentu ada
sesuatu. Apakah tidak seperti Pek lo-pohpoh yang mengatakan kalau dirinya Hui
Yan terkena racun ganas ?

Ah, tetapi dia merasa tak ada suatu peroba-han dalam tubuhnya. dia lalu coba
mengambil pernapasan beberapa kali. Ah, tidak apa-apa.

Saat itu si imam sudah jauh. kalau mau mendampratnya, toh percuma saja,
malah akan menunda waktu. Tetapi dasar dia seorang dara centil, Daripada
menyimpan dalam hati, lebih baik dia tumpahkan saja, Dia segera berteriak
mendamprat sampai dua kali, setelah itu buru melanjutkan perjalanan lagi.

Selama dalam perjalanan karena ingin lekas tiba di Biau-ciang maka dia tak mau
membuang buang waktu. Kecuali berhenti untuk bertanya jalan kepada orang
atau bertanya tentang diri orang tua berpenyakitan itu, dia tak mau cari perkara.

Dalam waktu sebulan, berkat menempuh perjalanan dengan cepat dan non-stop,
tibalah dia di jalan kecil yang akan mencapai perbatasan wilayah Hun-kwi. Jalan
kecil itu merupakan jalan utama yang harus dilalui apabila hendak ke Biau-ciang.

Hui Yan sangat bernafsu sekali untuk lekas-lekas mencari orangtua


berpenyakitan, Tetapi sepanjang jalan kearah baratdaya yang dilaluinya selama
itu, tiapkali bertanya, tiada seorangpun yang pernah melihat orang tua yang
dimaksudkan Hui Yan.

Hui Yan hampir putus asa Dia tak tahu dimanakah Koan Sam Yang
menyembunyikan Kun Hiap. Bahkan dimana tempat kediaman Tok Liong cuncia
yang hendak diangkat sebagai guru Koan Sam Yang itu, pun dia tidak tahu.
Akhirnya dia terus melintas masuk ke daerah pegunungan di pedalaman.

mailto:22111122@yahoo.com 318
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Saat itu sudah senja, mentari mulai tenggelam disebelah barat. Sehari berjalan
di daerah gunung itu, Hui Yan tak bertemu dengan seorang manusia. Sudah
tentu hatinya pepat sekali. Kaku rasanya sehari suntuk tak bicara. Ingin dia
menumpahkan kemendongkolannya dengan menghajar batu dan pohon. Ya,
mengamuk itu memang obat mujarah untuk menumpahkan perasaan yang
kheki.

Tiba2 di sebelah muka, disamping sebatang pohon yang tua, tampak seorang
lelaki berdiri. Orang itu berdiri seperti patung, sama dengan pohon disebelahnya
yang sudah Iayu dan lapuk.

Hui Yan cepat menghampiri, Waktu dekat, dari sisa sinar matahari senja,
dilihatnya orang itu bertubuh tinggi besar, tulang2nya kokoh dan be-sar.
Seorang lelaki yang jantan perkasa, Tetapi saat itu seperti mummi. Mukanya
kempot, penuh dengan brewok. Matanya tak bersinar. Sepintas tak ubah seperti
sesosok mayat.

Sejenak mengawasi, rasanya Hui Yan sudah pernah mengenal orang itu tetapi
dia lupa siapa, Setelah memandang beberapa saat, ia mundur be-berapa langkah
dan berseru, "Hai, siapa engkau ?"

Dia mengulang sampai beberapa. kali, tetap tak menyahut. Akhirnya dia menjerit
sekuat-kuatnya dan barulah orang itu seperti tergetar lalu mengangkat
kepalanya.

"Hai, apakah engkau tuli ?" teriak Hui Yan.

Orang itu gelengkan kepala.

"Engkau siapa ? Apakah engkau seorang diri saja disini?" ulang Hui Yan.

Tetapi orang itu diam seperti patung. Hui Yan maju mendekat lagi dan ulurkan
tangan dan mentowel pucuk hidung orang itu, plek...

Orang itu tertawa kecut, serunya, "Nona kecil, silakan engkau melanjutkan
perjalanan saja, jangan menganggu aku,"

Hui Yan tertawa gelak2. "Engkau seorang lelaki yang begitu besar. selainkan
hanya meminta supaya aku tak mengganggu , apakah tak punya daya lain lagi ?"

Hui Yan memang sengaja hendak turun tangan dan menghambur makian.
Pikirnya, biar orang itu marah dan balas memaki serta menyerang dengan begitu
dia dapat menggerakkan urat untuk berkelahi.

mailto:22111122@yahoo.com 319
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi diluar dugaan orang itu hanya menghela napas panjang penuh kepedihan
sehingga Hui Yan turut terharu. Pikiran untuk mengganggu orang itu pun lenyap.

"Sahabat," beberapa saat kemudian Hui Yan berkata pula, "apa yang menjadi
kesusahanmu, su-kalah engkau mengatakan."

Kembali orang itu menghela napas. Hui Yan buru2 mendekap telinganya dan
berseru. "Jangan menghela napas, jangan menghela napas lagi, maukah ?"

Orang itu tertawa masam. Celaka, lebih baik tidak ketawa saja karena begitu
tertawa, sikapnya makin menyayat hati orang, "Ah, nona kecil, engkau tak
mengerti,"

"Sudahlah, jangan mengurusi aku mengerti atau tidak mengerti. Bilanglah!" seru
Hui Yan.

Mata orang itu memandang jauh ke muka.

Saat itu cuaca senja makin petang. Entah apa yang dipikirkan tetapi yang jelas
beberapa saat kemudian baru dia berkata dengan pelahan, "Ada seorang nona
yang cantik sekali. Aku.,. aku suka kepadanya "

Hui Yan terkesiap. Dia tak kira manusia yang kaku seperti batang kayu itu
ternyata memiliki hati yang bernyala asmara.

“Tetapi dia...” kata orang itu pula, "tak pernah mau menganggap diriku.
Kemudian, dia .... dia . .. ."

Tiba2 orang itu berbalik tubuh dan berteriak, “Sudahlah, tak perlu diceritakan,
tak usah diceritakan!"

"Katakanlah," pinta Hui Yan. Tetapi orang itu terus melesat pergi.

"Hai, mau kemana engkau ? Mengapa baru cerita separoh terus tak mau
melanjutkan ?" teriak, Hui Yan, seraya terus mengejar.

Baru setombak jauhnya, tiba2 bahunya ditepuk orang dan sepasang tangan
menekannya, sehingga dia tak dapat lari.

Hui Yan terkejut dan cepat menghantam tangan orang yang menekan bahunya
itu. Dia bergerak cepat sekali tetapi orang itupun juga cepat2 sudah menarik
tangannya Plak .... karena tak sempat menahan, pukulan Hui Yan mengenai
bahu-nya sendiri.

mailto:22111122@yahoo.com 320
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dara itu makin terkejut dan berkisar kesamping lalu berbalik tubuh. Aii, ternyata
yang berdi-ri dihadapannya dengan tertawa mengikik itu bukan lain adalah orang
tua berpenyakitan yang dicarinya itu.

Ah, Hui Yan mendesah dalam hati. Dia tahu kalau orang berpenyakitan itu
seorang sakti yang tiada tandingannya. Tetapi mengapa masih mau bergurau
dengan dirinya ?

Dia pura2 marah dan menegur, "Hah, kiranya engkau. Mengapa main kucing-
kucingan begitu ?"

Melihat si dara marah, orang tua berpenyakitan itu malah makin gembira. Tetapi
baru mukanya cerah, tiba2 mengerut beku lagi. Sikapnya aneh sekali.

Sudah tentu Hui Yan terkesiap karena tak tahu apa yang terjadi. Tiba2 orangtua
itu memegang pergelangan tangan Hui Yan dan dibalikkan untuk melihat telapak
tangannya, kemudian memijat pois (denyut nadi).

"Engkau, engkau bertemu dengan siapa?" serunya terkejut.

Walaupun Hui Yan seorang yang cerdas.tetapi saat itu dia bingung dan tak
mengerti apa maksud orang tua itu.

"Ak tak bertemu dengan siapa2," sahutnya.

"Waktu engkau berpisah dengan aku, apa saja yang engkau lakukan ? Dan
bertemu dengan siapa?" desak orang tua itu. Dia minta agar Hui Yan
menceritakan dengan jelas.

“Setelah berpisah, aku langsung menuju ke puncak Ki-lok-hong di telaga Thay-


ou. Ditengah jalan aku bertemu dengan Pek-lin cinjin Kong-yap Hong."

Orang tua itu gelengkan kepala, "Bukan dia."

Hui Yan makin tak mengerti,. katanya pula, "Setelah tiba di Ki-lok-hpng, aku
berteniu dengan ji-ci dan Tong Wan Giok. Juga Ciu-ih Pek lo-pohpoh. Setelah
kukatakan maksud kedatanganku kepada ji-ci, dia terus memberikan kuda besi
itu. Tampaknya dia masih punya liangsim (hati baik) Setelah itu aku segera
cepat2 , kembali ke Biau-ciang sini."

Orang tua berpenyakitan itu mengangguk, "Bagaimana sikap tacimu waktu


berhadapan dengan engkau ?"

mailto:22111122@yahoo.com 321
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Rupanya setelah tahu kalau gagal mencelakai aku, dia menyesal, begitu melihat
aku dia terus memegang tanganku dan menangis dengan sedih dan penuh
kemenyesalan," kata Hui Yan.

Tiba2 orang tua berpenyakitan itu menengadahkan kepala dan menghela napas
panjang "Ah. ya, tentu dia. ..."

"Lo-jin-ke, engkau mengatakan apa?"seru Hui Yan.

Orang tua berpenyakitan itu berputar kepaIa, sahutnya, "Tidak apa-apa "

Nadanya menggigil seram. Hui Yan malah tertarik. Pikirnya, mengapa orang tua
itu berobah seperti anak kecil yang hendak menakut nakuti dirinya? Hm, kalau
aku takut, berarti aku kena tipunya, kata Hui Yan dalam hati.

Tiba2 dia tertawa melengking dan mengam-bil kedua biji kuda besi, serunya,
"Cianpwe, ma-sih ada berapa biji kuda besi lagi? Apakah engkau sudah
mendapatkan semua?"

Orang tua itu manyambut kedua biji kuda besi itu dan menyahut stngkat,
"Sudah."

Hui Yan kagum sekali, "Ah, cianpwe benar2 sakti sekali sehingga dengan mudah
dapat memperoleh benda itu. Kalau suruh aku yang harus minta kepada Thian
Go lojin, entah harus makan waktu berapa lama?"

Waktu mengamati kedua biji kuda besi itu tiba2 orang tua itu berteriak, "Budak
perempuan keji!"

Hui Yan tertegun. Dia teringat selama dirawat orang tua itu, belum pernah orang
tua itu memanggilnya dengan nada yang begitu mesra,

"Kenapa cianpwe?" buru Hui Yan mengham-piri.

Orang tua itu memandang terlongong pada Hui Yan. Sampai beberapa saat tak
berkata apa-apa hanya alisnya yang mengernyit seperti memikirkan suatu
persoalan yang gawat.

Wajah orang tua itu seperti orang yang habis sakit. Kini dengan wajahnya yang
mengerut gelap itu, makin menimbulkan kesan yang menggetarkan hati.

Sebaliknya Hui Yan malah geli tetapi dia berusaha untuk menahan tawanya.
Beberapa saat kemudian orang tua itu mengulurkan tangan dan memegang
bahu Hui Yan, "Budak kecil, pada waktu itu apapila aku kebetulan tak lewat,

mailto:22111122@yahoo.com 322
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

engkau tentu sudah binasa dalam iubang pohon besar, ya atau tidak?"

Hui Yan mendesis tertawa, "Ya, benar, kalau aku mati, tentu tak ada orang lagi
yang berani bergurau dengan cianpwe."

Orang tua itu tertawa hambar. Dia tahu kalau dara itu sedang mengoloknya
tetapi dia tak menghirauKan dan melanjutkan berkata, "Kalau begitu, sejak saat
itu sampai sekarang engkau dapat hadir hidup, katakan suatu kelonggaran
besar, ya atau tidak?"

Hui Yan makin geli. Dia tak tahu apa maksud orang tua itu. Dengan serius, ia
menjawab, "Ya, aku memang telah mendapat kemurahan hidup. Kali ini Raja
Akhirat tentu rugi."

Orang tua menarik tangannya dan berkata. “Budak perempuan, ketahuilah,


Memang dalam dunia persilatan banyak sekali tokoh sakti. Tetapi untuk mencari
seorang yang benar2 menonjol dan mampu menundukkan tokoh2 persilatan dan
mendapat, penghormatan mereka, haruslah dia benar2 memiliki kepandaian
yang tiada lawannya. Dan untuk mencari orang semacam itu tidak mudah!”

Hui Yan makin tak mengerti kata2 orang tua yang beralih ke lain jurusan itu,
serunya, "Ya, sejak Tat Mo locausu dan Thio Sam Hong cousu, rasanya tiada lagi
penggantinya. Cianpwe, engkau hampir mendekati."

Orang-tua itu paksakan tertawa, "Aku sama seperti mendiang ayahmu. Kalau
membicarakan soal ilmu kepandaian, ayahmu memang paling terkemuka. Aku
pernah menguji kepandaian dengan ayah-mu-sampai beberapa kali tetapi
kesudahannya ha-nya. berimbang saja. Kami berdua sama2 dianggap Sebagai
tokoh nomor satu dalam dunia persilatan. Kemudian, karena ingin mengalahkan
ayahmu, aku lalu mengembara sampai keluar lautan. tetapi ternyata malah
runyam. Aku telah melukai seorang ketua partai persilatan dan ilmu
kepandaianku malah rusak tidak seperti semula lagi... . "

Mendengar sampai disitu, tergeraklah hati Hui Yan, Dia ingat dulu mendiang
ayahnya pernah menceritakan tentang seorang tokon dan tokoh itu tak lain
adalah suheng dari ayahnya sendiri. Adakah .... adakah orang tua berpenyakitan
yang dihadapannya itu tak lain dari tokoh yang pernah dikatakan mendiang
ayahnya, yakni supeknya (paman guru) sendiri ?

Tengah Hui Yan masih menduga-duga, kem-bali orang tua itu berkata pula,
"Setelah aku kem-bali dari seberang lautan, ayahmupun telah meninggal. Kami
berdua memang sempit dada, terlalu membanggakan keAkuan untuk
mengalahkan yang lain. Ketahuilah bahwa kodrat dunia itu tak dapat direbut
dengan paksa. Tepat sekali kata peribaha-sa 'Perhitungan manusia itu kalah

mailto:22111122@yahoo.com 323
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dengan keten-tuan takdir'. itulah sebabnya maka tokoh yang benar' mengungguli
semua tokoh persilatan, sampai beratus tahun belum muncul lagi. Kini... kini
tokoh seperti itu telah muncul...."

Mendengar itu cepat2 Hui Yan menyambut dengan muka tersipu merah, "Apakah
engkau maksudkan Kun Hiap itu?"

Orang tua berpenyakitan mengangguk, "Benar, aku memang mengatakan dia.


Setelah tersedia obat mustika yang terdapat dalam delapan biji kuda besi itu. dia
pasti dapat disembuhkan dari pikirannya yang hilang. Pada saat itu ilmu tenaga-
dalamnya takkan ada yang menandingi lari. Setiap kali menghadapi niusuh,
begitu melihat apa yang dimainkan musuh, dia tentu segera dapat menjalankan
juga. Ditambah dengan pikiran terang dan dada lapang, tentu tak sampai 10
tahun lagi dia akan menjadi tokoh nomor satu dalam dunia persilatan."

"Kalau begitu mengapa cianpwe tak lekas2 mencari dia? Mau tunggu apa lagi?"
seru Hui Yan.

"Saat ini aku belum dapat mengambil kepu-tusan apakah obat mustika dalam
delapan biji kuda besi akan kuberikan kepadanya agar dia tersadar, "kata orang
tua itu.

Sudah tentu Hui Yan terkejut sekali. Jelas orang tua itu bukan sedang bergurau.
Dia cepat berserii, "Mengapa?. . . . dia kenapa?"

Orang tua itu gelengkan kepala, "Tidak apa-apa. Koan Sam Yang tentu akan
menyembunyikannya dengan baik, mengapa sampai terjadi sesuatu. Budak
perempuan, aku bertanya kepadamu. "Kini jiwamu terancam bahaya dan harus
diobati dengan obat mustika yang berada dalam delapan kuda besi ini, apakah
engkau mau merelakan jiwamu? Ataukah engkau akan memberikan kepada Kun
Hiap agar anak muda itu sembuh dari pikirannya yang hilang? Dengan begitu
biarlah dunia persilatan akan kehilangan seorang calon tokoh yang paling sakti?"

Hui Yan tercengang menerima pertanyaan seperti itu. Dia balik bertanya, "Apa
maksudmu bertanya begitu?"

Orang tua itu menghela napas panjang.

"Sebenarnya aku tak Ingin mengatakan kepadamu. Tetapi aku bingung. Engkau..
. . engkau telah terkena jenis racun yang amat ganas. racun itu telah menyusup
dari tengah telapak tanganmu dan terus mengalir kelengan. Sekarang sudah
menyusup ke dalam hati. Paling banyak engkau hanya dapat hidup tiga hari
lagi..." berkata sampai disini wajah orang tua itu menampilkan kerut kesedihan
yang mendalam.

mailto:22111122@yahoo.com 324
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mendengar itu jantung Hui Yan berdetak keras. Dia segera teringat kalau Pek-lin
cinjin Kongyap Hong pernah mengatakan begitu juga. Waktu itu dia tak
mengacuhkan. Dan setelah sebulan menempuh perjalanan ke Biau-ciang, dia-
pun sudah melupakan hal itu. Kalau sekarang orang tua berpenyakitan itu jaga
mengatakan begitu, adakah hal itu memang sungguh2?

Tetapi kalau umurnya hanya tinggal 3 hari saja, mengapa sampai sekarang dia
tak merasa ada perobahan dalam tubuhnya? Huh, kemungkinan besar orang tua
berpenyakitan itu tentu hendak menakut-nakutinya, apabila dia benar2
ketakutan, orang tua itu tentu tertawa senang. Pikirnya.

Memang sebagai dara centil, Hui Yan sering berbuat begitu untuk
mempermainkan orang. karena mengukur tabiat orang tua berpenyakitan itu
seperti dirinya sendiri, bukannya takut kebalikannya Hui Yan lalu tertawa
mengikik.

"Kalau memangnya harus mati, biarlah saja. Toh aku sudah mengenyam
kemurahan hidup sampai beberapa hari. Kalau sudah mendapat kemurahan
masa aku harus temaha?" katanya dengan nada mengejek.

"Budak perempuan, aku tidak bergurau dengan engkau," kata orang tua itu
dengan nada serius.

Hui Yan rasakan nada kata2 orang tua itu menggetar gelisah. Dia malah tertawa.

"Cobalah engkau menyalurkan hawa pernapasan. sampai ke Tay-po dan berhenti


sebentar," perintah orang tua itu.

Hun Yan cepat melakukan perintah. Ketika tenaga-murninya sampai ke


jalandarah Tay-po--hiat, memang agak sendat. Bermula dia masih tak merasa
apa2 tetapi beberapa saat kemudian dia rasakan tubuhnya lemas sekali.
pandang matanyapun berkunang-kunang gelap dan bluk . .. akhirnya dia jatuh
ke tanah . .

Bukan main kejut Hui Yan. Buru2 dia lon-cat bingun dan menyalurkan hawa-
murninya lagi. Tetapi saat itu dia tak merasakan suatu apa.

Dia mengicup-ngicupkan mata dan seketika timbuliah perasaan takut yang hebat
sehingga dia tak dapat omong apa2.

Orang tua itu menghela napas, "Sekarang apa engkau sudah percaya ?"

Karena bingungnya Hui Yan hampir menangis, "Cianpwe, tolonglah aku . ,.!"

mailto:22111122@yahoo.com 325
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Sudah tentu aku dapat menolongmu," kata orang tua itu.

Mendengar itu agak longgarlah kesesakan dada Hui Yan. Dia segera tertawa,
pikirnya, "Ah, aku ini memang tolol. Masa di depan seorang berilmu tinggi, aku
takut akan mati ?"

"Kalau begitu harap cianpwe lekas menolong saja," serunya seenak sendiri,
"kalau tidak, wah, apabila aku bertempur dengan orang dan tiba2 pandang
mataku gelap lalu rubuh, tentulah celaka,"

Masih diliputi keragu-raguan, orang tua, itu berkata, "Aku.... aku masih bingung
untuk mengambil keputusan, menolong engkau atau tidak."

Hui Yan yang berotak cerdas segera dapat mengetahui keraguan orang tua itu.
Dia terlongong-longong melongo. Beberapa saat kemudian baru berkata,
"Apakah kalau hendak melenyapkan racun dalam tubuhku itu juga harus
mengguuakan obat Mustika dalam kuda besi itu ?"

Orang tua itu mengangguk pelahan, "Racun yang masuk iedalam tubuhmu itu
adalah Jit-seng-ki-tok (racun ganas tujuh bintang). Terbuat dari ramuan tujuh
jenis racun yang hebat. Kalau baru saja terkena racun itu, memang dapat
disembahkan dengan obat lainnya. Tetapi kini racun itu sudah menyusup dalam2
ke tubuhmu . ..." dia geleng2 kepala dan tak melanjutkan kata-katanya lagi.

Hui Yan gemetar, dia lalu mencari pegangan pada segunduk batu besar tetapi
tetap rasakan ke dua kakinya lemas sehingga dia ngelumpuk duduk di batu itu.

"Apakah tiada lain pengobatan lagi ?" mengangkat muka dia bertanya.

Orang tua itu gelengkan kepala, "Kalau hawa racun menyusup dari lain
jalandarah, dengan terpaksa memotong uratnadi bagian itu, dapatlah
mengeluarkan hawa racun, Tetapi sekarang racun itu sudah masuk kedalam urat
hati, apabila urat itu dip.otong, engkau... hehi heh .. . ." dia tertawa rawan.
Sebab kalau urat sim-meh dipotong, bagaimana akibatnya sudah jelas.

"Tentu masih ada lain cara! Tentu masih ada daya lain !" teriak Hui Yan deangan
suara yang makin lain makin lemah sampai akhirnya tak bersuara lagi.

Orang tua itu tak bicara apa2. Dia letakkan kedua kuda besi yang dipegangnya,
di tanah lalu mengeluarkan lagi keenam biji besi dari dalam bajunya. Semuanya
itu dijajar-jajar di tanah, Kemudian berputar tubuh dia terus ayunkan langkah
dan berkata, "Soal ini, aku benar2 sukar memutuskan. Lebih baik engkau sendiri
yang memutuskan."

mailto:22111122@yahoo.com 326
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

'Tidak, tidak, jangan pergi," teriak Hui Yan dengan suara sember. Tetapi orang
tua itu sudah melesat lima tombak jauhnya. Hui Yan berbang-kit hendak
mengejar tetap baru bergerak selangkah, dia sudah jatuh Lagi.

Sekarang baru dia percaya kalau orang tua itu tidak bergurau. Sambil menekan
tanah, dia mengangkat kepala dan berseru, "Cianpwe, tahukah engkau siapa
yang telah mencelakai diriku ini.

Orang tua itu sudah membeluk pada ujung gunung. Entah dia dapat mendengar
suara si dara atau tidak. setelah berteriak dua kali, Hui Yan berhenti.

Dia teringat ketika baru tiba di Ki-lok-hong, dia memang berjabat tangan dengan
Hui Giok. Tiba2 saat itu dia rasakan telapak tangannya kesemutan. Teringat hal
itu, kedua tangannya lunglai dan kembali dia jatuh ke tanah.

Pelahan-Iahan ia membalikkan telapak tangan dan memeriksanya. Pada


jalandarah lo-kiong-hiat Wi tengah telapak tangannya tampak sebuah titik
berwarna merah mengkilap. Dipandangnya titik itu dengan termangu-mangu .
,...

Ah, kelihatannya titik merah itu makin mengembung besar dan makin besar, lalu
berputar-putar dan tiba2 .... tampaklah bayangan wajah Hui Giok tersenyum
menyeriggai ....

Uh .. . . . sekonyong-konyong Hui Yan mennyambar dan menerkamnya. Tetapi


yang diterkam itu tak lain hanyalah beberapa biji kuda besi yang berjajar
dihadapannya, "Tidak, tidak, aku tidak akan mati. Jangan harap engkau dapat
tertawa gi-rang. ..."

Tiba2 ia meinbuka tangan dan kuda besi yang dipegangnyapun jatuh ke tanah,
Dia terkejut karena saat itu dia seperti melihat Kun Hiap muncul dan tengah
tertawa seperti orang gila Tingkah laku pemuda itu tak ubah seperti seorang
yang sakit ingatan....

"Ah, dia bakal menjadi tokoh unggul yang sudah ratusan tahun tak pernah
terdapat dalam dunia persilatan. Asal dia dapet diobati dengan obat mustika
dalam delapan biji kuda besi itu. Ah, tetapi dia sendiri, jika tidak mendapat obat
mustika dalam kuda besi itu, juga pasti mati ... ."

Hui Yan rasakan kepalanya seperti mulai berputar-putar, makin lama makin
deras. Kedela-pan biji kuda besi yang diatas tanah itu seperti meringkik dan
melonjak-lonjak. Hui Yan menjerit, lalu serentak berdiri.

mailto:22111122@yahoo.com 327
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dipandangnya kuda-besi kuda-besi itu lekat-lekat. Hatinya kacau balau tak


menentu.

Orang tua berpenyakijan tak dapat mengam-bil keputusan untuk menggunakan


obat mustika dalam kuda besi itu karena dia ingin menciptakan seorang tokoh
nomor satu pada diri Kun Hiap.

Dan Hui Yan juga tak dapat mengambil keputusan karena rasa cintanya kepada
Kun Hiap. Rasa cinta itu menimbulkan rasa egoistis (keakuan). Kalau dia sampai
mati, bukankah Hui Giok akan tertawa girang karena dapat merebut Kun Hiap?

Andaikata tidak ada taci yang menjadi saingannya itu, Hui Yan tentu rela
memberikan obat mustika itu kepada Kun Hiap.

Sampai beberapa saat belum juga Hui Yan dapat mengambil keputusan. Dia
berusaha untuk menenangkan ketegangan hatinya dulu, Dan setelah tenang, dia
dapat menemukan sesuatu pikiran terang. Ya, dia masih punya waktu tiga hari
lamanya. Memang tiga hari itu waktu yang singkat sekali dan apa yang dapat ia
lakukan selama itu ? Ah kembali pikirannya bingung tak keruan.

Beberapa waktu kemudian baru, timbul pi-kirannya, Dia ingin bertemu dengan
KunHiap la-gi, Ia hendak melihat bagaimana keadaan anakmuda itu, Apakah
pikirannya masih hilang atau sudah ada perobahan. Kepada pemuda itu ia
hendak mengucapkan beberapa pesan hatinya.

Tiba2 dia terbeliak, pikirnya, "Dengan ren-cana itu, berarti aku sudah
memutuskan untuk menyerahkan obat mustlka itu keaada Kun Hiap."

Ya, memang dalam hati kecil dara itu sudah mempunyai keputusan untuk
memberikan obat mustika kepada pemuda yang dicintainya. itulah sebabnya
maka timbul keinginan untuk bertemu muka yang terakhir kalinya dengan
pemuda itu.

Kembali dia, terlongong-longong beberapa saat lalu memunguti delapan biji kuda
besi dan di simpan kedalam bajunya. Dia mengambil pernapasan sebentar untuk
menenangkan suara kemudian baru berseru, "Cianpwe, aku sudah mengam-bil
keputusan. Lekaslah engkau kemari."

Setelah dua kali berteriak barulah dari jauh terdengar suara penyahutan orang
tua itu, 'Engkan memutuskan bagaimana? Lekas kasih tahu aku!"

Hui Yan menghimpun napas dan berseru pula, "Aku memutuskan untuk
memberikan obat mustika itu kepada Kun Hiap!"

mailto:22111122@yahoo.com 328
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Jelas orang tua itu tentu mendengar jawaban Hui Yan yang sengaja diteriakkan
lebih keras. Tetapi beberapa jenak belum juga kedengaran orang tua itu
bersuara.

Berselang beberapa saat baru terdengar sebuah suara parau dari kejauhan,
"Nona Tian Nona Tian kukira d dunia itu hanya aku seorang yang menjadi
manusia sebatang kara dan rela mengorbankan diri. Tetapi ternyata tidak.."

Suara itu makin terdengar dekat. Selain bernada parau juga napasnyapun
terdengar terengah-engah. Jelas kalau orang itu sedang berlari mendatangi.

Waktu Hui Yan masih tercengang, sesosok manusia sudah berkelebat muncul
dihadapannya.

Aa, orang itu bukan lain adalah orang yang sudah pernah dilihatnya, lelaki
bertubuh tinggi kurus yang tegak berdiri di samping pohon seperti patung.

Hui Yan menyurut mundur setengah langkah dan membentak, "Siapa!"

Orang itu tidak menjawab melalnkan ulurkan tangan hendak memegang tangan
si dara. Hui Yan cepat memiringkan tubuh dan hendak menghindar. Tetapi ketika
matanya beradu pan-dang dengan orang itu, dia dapatkan pandang mata orang
itu memancarkan rasa kagum dan terima kasih kepadanya.

Hui Yan tergerak hatinya. Dia merasa orang itu tak mengandung maksud jahat
kepadanya. Tangannya yang hendak ditarik itu dijulurkan kembali dan orang
itupun segera menjabat dengan kencang. Bibir gemetar beberapa saat kemudian
baru terdengar dia bersuara, "Nona Tian, ....”

Orang itu hanya mengatakan sepatah kata nama Hui Yan tetapi tak melanjutkan
lagi. Jelas dia sedang mengalami kegoncangan batin yang hebat.

"Siapakah sebenarnya anda ini?" tegur Hui Yan.

"Ah, kiranya engkau tak kenal aku! Ah, aku ternyata banyak berobah sekali.
Kadang bahkan aku sendiri juga hampir tak mengenali diriku sendiri,” kata orang
itu.

Walaupun berkata cukup panjanig tetapi orang itu belum mengatakan siapa
dirinya. Waktu Hui Yan hendak bertanya, orang itu melanjutkan berkata lagi,
"Nona Tian. entah bagaimana aku harus menyatakan terima kasih kepadamu."

"Mengapa engkau berterima kasih kepadaku?"

mailto:22111122@yahoo.com 329
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dengan terputus-putus orang itu berkata."Walaupun dia...a bukan anak


kandungku sendiri. Tetapi selama itu kuanggap dia itu sebagai anakku. Engkau
mau menolongnya.... ai, seharusnya, aku tak perlu berterima kasih kepadamu.
Tetapi entah, bagaimana aku harus mengatakan kepadamu. Andaikata hal itu
terjadi pada dia, kemungkinan dia takkan mau memberi pengorbanan
sedemikian besar seperti yang engkau lakukan sekarang ini."

Hui Yan kerutkan dahi dan tetap tak tahu siapakah gerangan orang yang
mengoceh dihadapannya itu. Dia menghela napas, "Sahabat, engkau...."
sebenarnya Hui Yan hendak mencegah agar orang itu jangan mengoceh tak
keruan begitu tetapi harus berkata dengan urut dan mengatakan dirinya itu
siapa.

Tetapi sebelum Hui Yan sempat membuka mulut, terdengar suara orang
berpenya-kitan berkata dengan pelahan-lahan, "Jangan memutuskan
omongannya. Biarkan saja dia melan-jutkan kata-katanya. Dia terlalu gembira
sekali. Sudah sebulan ini aku tak pernah mendengar dia mau bicara!"

Hui Yan cepat berpaling. Ah, ternyata orang tua berpenyakitan itu sudah berada
di sebelahnya.

"Siapakah dia ?" tanya Hui Yan.

“Apakah engkau belum tahu ? Coba, lihat ikat pinggangnya," sahut orang tua itu.

Waktu memandang kearah pinggang orang kurus itu, Hui Yan melihat sebatang
kerangka pedang yang kosong. Kerangka itu panjang dan le-bar bentuknya.
Pada bagian atas, berukir sepasang naga. Hui Yan tertegun.

"Kim-liong-kiam-khek Wi Ki Hu," serunya serentak, seraya menarik tangannya.


Wajahnya berobah merah lalu tertawa dingin, "Ho, kiranya engkau ! Tak kira
kalau seorang manasia yang tak punya malu!"

"Tutup mulutmu!" orang tua cepat membentaknya.

"Kalau dia kebetulan disini, itu bagus sekali," kata Hui Yan, "cianpwe, dimana
Kun Hiap ? Le-kas usahakan mencarinya. Setelah ingatannya sembuh, biarlah dia
segera melampiaskan dendam terhadap musuh yang telah membunuh ayah dan
mencemarkan mamanya.

Orang tua berpenyakitan diam tetapi Wi Ki Hu tertawa gelak2, "Membunuh ayah


mencemarkan mamanya? Ha, ha, dendam ayah dibunuh, mama dicemarkan ! Ai,
nona Tian, engkau telah rela berkorban nyawa untuk menolong Kun Hiap. Tetapi
kalau engkau dianggap orang engkau telah membunuh ayah dan mencemarkan

mailto:22111122@yahoo.com 330
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mamanya, ba-gaimana perasaan hatimu?"

Hui Yan mencibirkan bibir, "Omong kosong! Apakah aku yang membunuh
ayahnya? Ayahnya Can Jit Cui itu mati ditangan siapa?"

Wi Ki Hu menyurut mundur dua langkah dan memegang batang pohon, serunya,


"Memang benar. Cin Jit Cui itu mati ditanganku."

Hui Yan maju selangkah, mendesaknya "Bukankah Can Jit Cui itu saudara-
angkatmu?"

Wajah Wi Ki hu yang kurus seperti mayat itu tiba2 memancarkan cahaya aneh.
Namun dia tidak marah karena dituduh dan didesak begitu rupa oleh si dara,
Dengan mantap dan tandas dia menyahut, "Benar!"

"Engkau dan Can Jit Cui mancintai Tong Wan Giok. tetapi Tong Wan Giok tidak
suka kepadamu. Dia mencintai Can Jit Cui apa lagi sudah mengandung bibit
anaknya. Lalu engkau bunuh saudara-angkatmu. Waktu Tong Wan Giok bingung
dan putus asa, engkau lalu menggunakan kesempatan untuk memperisterinya,
benar atau tidak ? " Hui Yan menyerocos menghujani pertanyaan seperti seorang
jaksa yang sedang menuntut kesaIahan seorang tertuduh.

"Separoh bagian muka dari omonganmu itu, memang benar. Tetapi yang
separoh lagi, tidak benar, "sahut Wi Ki Hu.

Hui Yan tertawa dingin, "Mengapa tidak be-nar? Katakanlah, aku bersedia
mendengar pembelaan dirimu."

Tiba2 orang tua berpenyakitan melesat kemuka, "Siau Wi, aku tahu jelas akan
peribadimu maka aku percaya kalau dalam peristiwa itu tentu ada sebabnya.
Katakanlah, mengapa engkau sam-pai membunuh Can Jit Cui."

Tubuh Wi Ki Hu menggigil keras sehingga batang pohon yang dicengkeramnya


itu berbunyi berkeretekan karena ditutupi kelima jarinya.

"Dunia persilatan saat ini sedang gencar membicarakan dirimu. Katakanlah


mengapa engkau sampai membunuh Can Jit Cui. Kurasa tentu ada sebabnya."

Dalam berkata-kata itu sepasang mata si orang tua berki!at~kilat memandang


Wi Ki Hu dengan tajam. Tetapi Wi Ki Hu tidak menampakkan rasa kemenyesalan.
Hanya daging pipinya berkerenyutan, menandakan kalau batinya, tegang

Beberapa saat kemndian baru dia menghela napas dan berkata tersendat-
sendat. "Aku.. . . membunuhnya karena cintaku yang besar kepada Wan Giok!”

mailto:22111122@yahoo.com 331
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Dan engkau lalu melakukan rencana buruk itu?"Hui Yan menyeletuk.

Sekonyong-konyong Wi Ki Hu meraung keras, teriaknya, "Ngaco! Bermula


akupun hanya seperti engkau yalah hanya ingin menasehatinya.. ..tctapi dia tak
mau mendengar, dia tak mau menurut.

Suaranya makin lama makin lemah, kepala menunduk lalu diam. Suasana di
hutan pegunungan itupun kembali sunyi senyap.

Sekonyong-konyong dari jauh terdengar suatu bunyi yang aneh. Kadang


terputus, kadang terdengar, Nadanya seram dan rawan, membuat bulu kuduk
tegak meregang.

"Dia tak mau menurut bagaimana ? Mengapa tidak menerangkan selanjutnya?"


kata suara itu.

Hati Hui Yan resah. Buru dia menghimpun hawa-murni untuk menjaga
semangatnya agar tetap tenang.

Wajah orang tua berpenyakitanpun juga be-robah. Dia kebutkan lengan baju
sehingga Hui Yan terdorong beberapa Iangkah jauhnya, kemudian membentak
"Jangan bergerak, disitu saja !"

Sudah tentu Hui Yan tak mengerti. Dan memangnya dia juga tak punya tenaga
untuk berjalan kemana-mana lagi.

Saat itu suara yang menyeramkan tadi terdengar pula. "Toh-loji, sudah
bertahun-tahun tak berjumpa. Apakah engkau sudah mengganti nama? Kalau
mendengar nada suaramu, seperti ada su-aranya tetapi tak berisi semangat,
tampaknya kedelapan uratnadimu tak bekerja normal lagi. Mengapa engkau tak
lekas2 menyediakan liang kubur tetapi masih nongol disini cari perkara ?"

Suara itu berkumandang nyaring dan cepat sekali sudah menghampiri dekat.
Orang berpenyakitan berbalik tubuh untuk menghadapi arah datangnya suara
itu. Dengan begitu Hui Yan dan Wi Ki Hu berada di belakangnya.

Hui Yan berusaha untuk menenangkan diri katanya, "Siapakah yang datang itu?"

Sebelum orang tua berpenyakitan itu menja-wab, sesosok bayangan dengan


kecepatan yang tinggi sudah melesat datang dan tegak tiga meteran
dihadapannya. Tetapi walaupun dalam jarak sede-kat itu, tetap orang itu belum
dapat diketahui wajahnya yang jelas karena tubuhnya masih barge-rak dan
bergoyang-goyang, sepertinya setiap saat dia akan melesat melayang ke udara.

mailto:22111122@yahoo.com 332
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pakaian warna kelabu yang dipakainya memancar sinar, Sepintas memang


menyedapkan pandang tetapi kalau dipandang dengan cermat sangat menusuk
mata, Bahkan wajah orang itupun seperti dilingkari oleh cahaya berkilau itu
sehingga tak dapat kelihatan dengan jelas, Kalau orang menga-takan bahwa di
dunia ini terdapat bangsa setan maka tak salah lagi kiranya pasti begitulah kea-
daannya.

Setelah berdiri tegak, orang itu tertawa aneh, "Toh loji, kita hanya berpisah
beberapa tahua sa-ja, mengapa engkau berobah menjadi begitu rupa? Engkau
menderita putus urat sebuah atau dua buah ?"

"Sudah tentu hanya sebuah, Kalau tidak, begitu melihat engkau aku tentu akan
menyingkir jauh2?"

"Baik, baik," sahut orang itu, "dulu kita ini bertiga, Lo-toa yang paling tinggi
kepandaiannya. Aku dan engkau memang sering ingin hendak mengalahkannya.
Akhirnya, yang satu mengembara ke luar lautan dan yang satu menyembunyikan
diri di pedalaman Biau-ciang, Kini lotoa sudah meninggal. tinggal aku dan
engkau berdua. Sudah tentu kita akan menyelesaikan keinginan yang belum
pernah terselesai, siapakah yang lebih unggul diantara kita berdua ini ?"

Mendengar kata2 orang itu, wajah orang tua berpenyakitan tampak mengerut
serius tetapi tak mau bicara.

Mendebur keras jantung Hui Yan waktu mendengar percakapan kedua orang itu.
Kini dia mu-lai tahu jelas bahwa yang dimaksud dengan lo-toa atau saudara
tertua itu, bukan lain adalah mendiang ayahnya sendiri. Orang tua berpenyakitan
itu orang she Toh dengan. begitu jelas saudara angkat dari ayahnya, Namanya
yang lengkap adalah Toh Lian Hong bergelar Bu-ing-hui-liong atau si Naga-
terbang-tanpa-bayangan.

Hui Yan teringat bahwa, mamanya pernah berulang kali menerangkan bahwa
Bu-ing-hui-liong itu bertubuh kekar tinggi, seorang lelaki yang gagah perkasa.
Ilmu kepandaiannya dalam ginkang tiada lawannya. Dalam dunia persilatan,
tokoh yang memiliki ilmu Sut-te-seng-cun, sebuah ilmu ginkang tinggi mungkin
hanya dia seorang. Tetapi siapa tahu sekarang tokoh yang sehebat itu hanya
tinggal seorang tua yang kurus kering dan wajahnya seperti orang yang
berpenyakitan.

Bukan saja tahu riwayat orang tua berpenyakitan, pun Hui Yan juga tahu
siapakah tokoh menyeramkan yang baru muncul itu. Dia tak lain adalah durjana
besar dari daerah Biau-ciang yani Tok Liong cuncia, tokoh yangdisebut-
sebutakan Sam Yang akan dijadikan guru itu.

mailto:22111122@yahoo.com 333
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Nona kecil," kau Tok Liong cuncia, "apa-kah.engkau takut?"

Bu-ing-hui-liong Toh Lian Hong atau si orangtua berpenyakitan berkata dengan


nada dingin, "Dia adalah puteri bungsu dari lo-toa. Ma-sa dia takut kepadamu ?"

Mendengar itu gemetarlah Tok Liong cuncia. Dia meraung keras dan
menyakitkan telinga sehingga menyebabkan mata Hui Yan berkunang-kunang
hampir jatuh pingsan.

Serempak menghamburkan raung yang aneh itu, tubuh Tok Liong cuncia
mencelat ke udara, lalu meluncur turun, melambung lagi dan lalu tu-run lagi..
Dalam gerak melayang dan turun itu, dia sudah melampui kepala Toh Lian Hong
dan kini tiba di hadapan Hui Yan.

Hui Yan rasakan seperti d landa oleh gelombang angin deras sehingga dia
menyurut mundur diri secara kebetulan membentur tubuh Wi Ki Hu.

Tetapi tepat pada saat itu juga, bayangan kelabu dari tubuh Tok Liong cunciapun
sudah melesat tiba dan. terus ulurkan tangan mencekam dada si dara.

Hui Yan terkejut sekali. Dia cepat menghantam tetapi baru setengah jalan, siku
lengannya terasa mengencang karena sudah dicengkeram Tok Liong cuncia.

Hui Yan menjerit ngeri

(bersambung ke jilid 12).

Melihat Hui Yan terancam bahaya, orangtua berpenyakitan Toh Lian Hong cepat
bertindak, Dia gunakan kedua siku tangannya untuk membentur Tok Liong
cuncia. Ketika Tok Liong cuncia balikkan tangan kiri untuk menampar, Toh Lian
Hong cepat menekuk siku lengan kanannya untuk diganti dengan gerak
menghantam sedang siku kiri tetap membentur tubuh Tok Liong cuncia.

Sudah tentu Tok Liong cuncia tak mau menderita. Terpaksa dia lepaskan
cengkeramannya pada tangan Hui Yan.

Merasa lengannya sudah bebas, Hui Yan ce-pat melesat ke samping sampai dua
tombak jauhnya. Setelah menenangkan semangat beberapa je-nak baru dia
memandang ke muka.

Ternyata saat itu Toh Lian Hong tengah tegak berhadapan dengan Tok Liong
cuncia. Kedua tokoh itu hanya terpisah satu meteran. Tampaknya mereka santai-
santai juga.

mailto:22111122@yahoo.com 334
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Toh Lian Hong tetap masih menekuk pinggang seperti orang yang setiap saat
akan jatuh. Sedang tubuh Tok Liong masih bergoyang gontai kian kemari.
Keduanya berdiri diam. Beberapa saat kemudian baru terdengar Tok Liong
cuncia berkata, "Loji, apakah mau bertempur sungguhan?”

"Rupanya memang tak dapat tidak harus bertempur ini," sahut Toh Lian Hong,
"dalam beberapa tahun terakhir ini aku telah dapat menguasai ilmu Toan-meh-
sinkang." Dan ilmu kepandaianmu Sip-seng-sinkang juga sudah merajai dunia
persilatan."

Tok Liong cuncia menghela napas, "Kita bertiga saudara, seharusnya dulu tidak
perlu ang-kat saudara saja, Sebaiknya engkau bunuh ayahku dan akupun
membunuh isterimu. Lalu kita terikat dendam permusuhan besar sehingga kalau
bertem-purpun tak perlu kasihan karena mengingat tali persaudaman. Tetapi
sekarang kita saling menye-but adik-engkoh, kalau bertempur mau tak mau
tentu agak sungkan, bukan ?"

Toh Lian Hong menengadahkan kepala tertawa, "Siapa yang bilang bahwa di
dunia yang begini luasnya, kita tiada lawannya lagi. Dapat la-wan kok saudara-
angkat sendiri." demikian keduanya saling buka suara seperti ayam sabung yang
saling besar-besar kokonya, Tetapi kalau menilik kepandaian yang mereka miliki,
memang mereka bukan menyombongkan diri melulu.

Tok Liong cuncia mundur beberapa langkah lalu berseru, "Loji, Ilmu Sip-seng-
sinkang itu khusus untuk menghisap tenaga-dalam orang. Harap engkau berhati-
hati, jangan sampai tanganku melekat pada tubuhmu."

Toh Lian Hong menjawab dengan sarat, "Ja-ngan memandang rendah kalau
tubuhku bergetar getar seperti mau jatuh. itu memang tanda2 dari ilmu koan-
meh-sinkang (ilmu sakti memutuskan uratnadi) yang lihay. Engkaupun harap
berhati-hati menghadapi aku!"

Sebelum bertempur, keduanya saling menga-takan kesaktian dari


ilmukepandaian masing2. dengan begitu jelas bahwa mereka masih mengingat
rasa ikatan persaudaman. Dan karena mereka hendak menguji kepandaian untuk
menentukan siapa yang lebih unggul, maka merekapun tak dapat
menghindarkan hal2 yang negatif.

"Baiklah, loji," Tok Liong cuncia mengang-guk, "terimalah seranganku lebih


dulu!"

Dari lengan bajunya segera memancar cahaya kelabu. Tetapi ketika tiba di
tengah jalan, cahaya kelabu itu berhenti sehingga lengan bajunya masih seperti

mailto:22111122@yahoo.com 335
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"tergantung" di udara.

Pada lain saat lengannya terdengar berbunyi berkeretekan dan tangannyapun


menjulur maju kearah Toh Lian Hong.

Toh Lian Hong tetap berdiri tenang. Seakan-akan dia tak menghiraukan terhadap
pukulan maut yang mampu membengkah bumi dan meruntuhkan langit itu.

"Hai, kita kan sudah mulai, mengapa masih diam saja dan mengingat hubungan
persaudaraan kita ?" melihat itu Tok Liong cuncia sendiri menjadi kelabakan.

Tetapi sekalipun begitu dia tetap melanjutkan serangannya, Tubuhnya melonjak


setengah meter

keatas dan pukulaanya itu dari atas menghantam kebawah dengan makin
dahsyat. Anginaya menderu-deru seperti badai yang menggetarkan bumi.

Mendadak Toh Lian Hong menggembor keras dan tubuhnyapun seperti


membengkak besar sampai beberapa senti. Dan sekali balikkan tangan kanan
diapun balas menyongsong.

Kedua tokoh itu dengan kekuatan yang dahsyat saling berhantam dengan
kecepatan tinggi Hui Yan' yang menyaksikan pertempuran maut itu tak urung
terkejut sekali.

Dia teringat tadi Tok Liong cuncia telah memberi peringatan kepada Toh Lian
Hong bahwa ilmunya Sip-sen sin kang itu bukan olah2 hebatnya, Toh Lian Hong
jangan sekali2 sampai tubuh Toh Lian Hong kena tercengkeram. Dengan begitu
kalau Toh Lian Hong sampai beradu pukulan, bukankah itu berbahaya sekali?
Teringat hal itu Hui Yan terus hendak berteriak memberi peringatan, Tetapi
sebelum ia sempat mengeluarkan suara, tangan kedua tokoh itu sudah makin
mendekat dan sekonyong-konyong tulang lengan To Lian Hong seperti patah.

Hui Yan makin terkejut sekali. Tulang lengan Toh Lian Hong yang teklok dan
menjulai ke bawah itu, menghantam tanah, bum.....

Aneh, aneh sekali Toh Lian Hong orang tua berpenyakitan itu. Untuk
menghindari pukulan lawan, bukan dia menangkis atas loncat ke samping, tetapi
kebalikannya dia malah menghantam kebawah. Dengan begitu jelas pukulan Tok
Liong cuncia tadi masih tetap melaju kearah tubuhnya.

Melihat itu jeritan Hui Yan yang tertahan di kerongkongannya tadi, kini
dihamburkan lagi....

mailto:22111122@yahoo.com 336
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tepat pada saat si dara berteriak, tangan kiri Toh Lian Hongpun sudah bergerak
mengayun keatas menghantam Tok Liong cuncia.

Astaga ! Pukulan Toh Lian Hong itu ternya-ta bukan kepalang hebat dan
indahnya. Ternyata pukulan tangan kanan yang menghantam tanah tadi ikut
mendukung pukulan tangan kirinya, bersama-sama menghantam Tok Liong
cuncia.

Saat itu baru Hui Yan tahu tujuan dari orang tua berpenyakitan Toh Lian Hong
menghantam tanah itu. Jelas jago tua itu menyadari, kalau dia terus
menghantam kemuka untuk beradu kekuatan, jelas tenaganya tentu tak cukup.
Disamping itu tentulah Tok Liong cuncia dengan mudah dapat menghindar ke
samping.

Tetapi kini Tok Liong cuncia telah terperangkap. Karena mengira tangannya tak
ada yang merintangi dan terus maju menerkam maka tubuhnyapun ikut maju
lebih mendekat Toh Lian Hong Dengan begitu tak. mungkin dia mampu
menghindari dari. pukulan dua tangan Toh Lian Hong.

"Bagus!" seru Hui Yan memuji gembira.

Tok Liong cuncia mendengus sekonyong-konyong tubuhnya mencelat ke udara


sembari menamparkan kedua lengan bajunya ke bawah. Sepintas menyerupai
dua ekor naga kelabu yang menyambar-nyambar diudara.

Dengan demikian tenaga-dalam siu-keng (tenaga-dalam-lengan-baju) dan


tenaga pukulan keduanya saling beradu. :

Darrr.... .

Terdengar letusan macam halilintar membelah bumi. Toh Lian Hong mundur dua
langkah. Tetapi Tok Liong cuncia juga terlempar dan jungkir balik sampai
delapan langkah baru dapat malayang turun ke tanah.

Gerakan jungkir balik itu mencapai delapan tombak jauhnya. Dan secepat
mendarat di tanah dia terus berjumpalitan sampai delapan kali ke muka.
Berjumpalitan mundur dan maju itu dilakukan sama cepatnya. Dan gerakannya
itu menimbulkan hambaran angin keras. Beberapa dahan pohon dan ranting,
berderak-derak patah karena terlanggar hamburan tenaga tokoh itu.

Waktu berjumpalitan ke muka itu, Tok Liong cuncia melakukan beherapa tutukan
dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah, Dan tutukan jari itu menghamburkan
desis angin yang mencurah kearah Toh Lian Hong.

mailto:22111122@yahoo.com 337
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tubuh orang tua berpenyakitan Toh Lian Hong melengkung miring. Tampaknya
begitu didorong tentu rubuh. Dengan tubuh miring itu, kakinya bergerak dalam
suatu tata-langkah maju mundur aneh tetapi yang jelas dia dapat menghindari
tutukan jart Tok Liong cuncia dengan mudah sekali.

Setelah jurus ilmu tutukan dari Tok Liong cuncia itu dimainkan habis, Toh Lian
Hongpun mulai gerakkan kedua tangannya untuk menyambut serangan lawan.

Hui Yan tertarik sekali, sampai da terbeliak melongo menyaksikan pertempuran


yang dahsyat dan indah itu, Baik Toh Lian Hong maupun Tok Liong cuncia
sampai tak tampak. Yang kelihatan hanyalah bayang taburan tangan yang
sederas hujan mencurah sementara sesosok bayangan keIabu tengah menari-
nari didalamnya.

Gerakan kedua tokoh itu makin lama makin cepat sehingga mereka tak kelihatan
lagi kecuali hanya tedengar bunyi deru angin dan pukulan.

Tetapi pukulan siapa, sukar diketahui.

Belum satu jam saja mereka sudah melancarkan belasan jurus. Tiba2 mereka
sama2 menggembor keras terus tercerai. Yang satu loncat ke timur yang satu
mencelat ke barat, Mereka kini terpisah satu tombak jauhnya.

Wajah Tok Liong cuncia tampak berseri-seri. Mengangkat tangan, dia lontarkan
secarik kain warna kelabu yang sebesar tinju orang, kain itu berkibar-kibar
melayang ke udara.

"Loji," serunya, "itulah robekan kain baju-mu!" serunya.

Wajah Toh Lian Hong masih pucat lesi seperti si orang sakit, Setelah kain itu
melayang turun ke tanah, barulah dia menjentik dengan jari tengah cret....
ternyata dia menjentikkan sebuah benda pada robekan kain itu.

Waktu Tok Liong cuncia memandang kearah robekan kain, barulah dia tahu
kalau benda yang melekat diatas kain itu, semacam giok-pwe atau pengikat
sabuk dari batu giok.

Cepat Tok Liong cuncia merabah pinggangnya. Seketika wajahhya yang berseri-
seri itu pun berobah pucat kaget.

"Loji," dia tertawa meringis. "Jurus apakah yang engkau gunakan tadi?"

"Ping-jip-ko-bong (penyakit masuk kedalam usus), sebuah jurus dari ilmu


pukulan Toan-meh-ciang-hwat. Jurus yang engkau gunakan untuk merobek

mailto:22111122@yahoo.com 338
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

bajuku itu apa namanya ?" balas Toh Lian Hong.

"Ah, Jurus itu tidak mempunyai nama yang bagus," sahut Tok Liong cunoia,
"hanya jurus Kim-si-kau-poan-jiu-ciat-kou (kera bulu emas-memutus-dahan-
memetik-buah) yang dirobah sana sini dan kuberi nama Kim-wan-ciat-koh (Kera-
emas-memetik-buah). Loji, jangan menertawakannya,"

"Apa-apaan itu ?" sahut Toh Lian Hong, "memang banyak sekali jurus2 yang
sakti berasal dari gerak binatang2 di hutan. Sungguh hebat sekali.

Tok Liong cuncia juga acungkan jempol tangannya balas memuji, "Ah, jurus
Ping-jip-bong ko yang engkau mainkan tadi, barulah pantas dipuji. Sungguh
dapat dikatakan, hidup kembali walaupun dalam keadaan mati. Waktu tubuhnya
miring ke samping tadi, kukira dengan sekali gebrak saja tentulah aku dapat
menyelesaikan engkau. tetapi siapa tahu, aku malah kena engkau perangkap 1"

Keduanya saling puji memuji, kemudian saling berjabatan tangan, dan tertawa
gelak2.

Waktu bertempur keduanya melanearican se-rangan dahsyat bahkan main


seperti orang musuh besar yang saling menginginkan nyawa lawannya. Tetapi
setelah berhenti bertempur, keduanya saling memuji kepandaian masing2 dan
mereka menun-jukkan bagian2 indah dari ilmu tingkat tinggi. Hal itu
menyebabkan Hui Yan meringis dalam hati

Setelah puas tertawa, kedua tokoh itu saling berpandang dengan mata kilat kilat.
Tok Liong cuncia tegak tak bergerak, kedua kakinya terpaku di tanah. Tiba2 dia
meluncur maju. Rumput dan pasir yang dilintasi, menjadi terbabat rata, mening-
galkan dua buah parit kecil.

"Walaupun jurus2nya luar biasa tetapi masing-masing mempunyai sumber yang


hampir tak berbeda. Kalau tidak adu tenaga-dalam, tentu tak dapat diketahui
siapa yang lebih unggul," kata Tok Liong cuncia setiba dihadapan Toh Lian Hong.

"Ya, silakan mulai." sahut Toh Lian Hong dingin.

Tok Liong cuncia katupkan kelima jari dan songsongkan tinjunya ke muka. Dia
tak mau menggunakan ciang atau pukulan dengan tangan, melainkan dengan
kun atau tinju. Dengan begitu dia hendak menunjukkan kalau dia tak mau
menggunakan ilmu Sip-seng sinkang untuk mencari kemenangan.

Perlu diketahui, bahwa ilmu menghisap tenaga dalam lawan, atau Sip-seng-
sinkang yang dimiliki Tok Liong cuncia itu memang merupakan, ilmu kepandaian
luar biasa yang khusus dipunyai Tok Liong cuncia seorang. Ilmu itu akan

mailto:22111122@yahoo.com 339
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

memancarkan balik tenaga-murni dalam tubuh dan melalui telapak tangan akan
dapat mengeluarkan daya sedot untuk menghisap tenaga-dalam lawan.

Tok Liong cuncia tidak mau membuka telapak tangannya dan menggantinya
dengan kepalan tinju. Berarti bahwa dia tak mau menyedot tenaga-dalam lawan.

Toh Lian Hong mundur dua langkah untuk menghindar, serunya, "Kalau mau
mengadu tenaga-dalam, haruslah mengeluarkan kepandaian demgan sungguh2,
Losam, mengapa engkau gunakan tinju tidak tangan ? Apakah eagkau
memandang rendah kepadaku ?"

Tok Liong cuncia menjawab, "Ah, mana aku berani " tiba2 kelima jarinya
ditebarkan dan pelahan-lahan didorongkan ke muka. Walaupun gerakannya
lambat tetapi menimbulkan hembusan angin yang cukup keras. Angin yang
berputar-putar seperti angin lesus. Bermula angin itu tidak menghambur ke
muka melainkan ke belakang, lalu kembali lagi ke telapak tangannya. Oleh
karena itu waktu jari tangannya mendekati Tok Lian Hong, pakaian orang itupun
berkibar keras ke belakang lalu mencuat ke muka lagi.

Toh Lian Hongpun mulai mengangkat tangan nya tetapi sama sekali tidak
mengeluarkan hamburan tenaga. Memang gerakan kedua tokoh kali ini dilakukan
dengan pelahan sekali, tidak segencar gebrak pertama tadi.

Hui Yan tahu bahwa dalam gerakan kedua orang itu tentu akan meletus suatu
kejadian yang mengejutkan maka diapun menahan napas untuk mengikuti
dengan penuh perhatian.

Lebih kurang dua peminum teh lamanya, baru tampak tangan kedua orang itu
pelahan-lahan saling mendekati. Plak, .,. pada lain saat mengatup keras dan
saling merapat.

Ah, Hui Yan diam2 mengeluh heran. Apa yang diperkirakannya ternyata tidak
betul. Waktu saling membentur, ternyata dua tangan mereka; tidak
mengeluarkan bunyi yang hebat, melainkan biasa2 saja.

Tetapi begitu saling menempel, cepat sekali Tok Liong cuncia sudah mundur tiga
langkah begitu juga Toh Lian Hoog, pun mundur tiga langKah. Kemudian
masing2 tegak berdiri ditempat sembari tangan mereka masih saling menempel.

Entah berapa lama, tetap mereka masih tegak berdiri seperti patung. Sudah
tentu Hui Yan kelabakan, Dia berpaling ke arah Wi Ki Hu, "Bagai... bagaimana ini
?"

"Entah, aku juga tak tahu," sahut Wi Ki Hu "Hai, kapan tak ada yang menang

mailto:22111122@yahoo.com 340
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

atau kalah, lebih baik berhenti saja !"

Karena kuatir kedua tokoh itu akan sama2 remuk maka sambil berseru, Wi Ki
Hupun maju menghampiri untuk melerai.

Tetapi pada saat dia mendekat hampir dua meter dan tempat kedua tokoh itu,
tiba2 dia menjerit aneh dan tubuhnya melayang-layang kebelakang dan
terbanting jatuh ke tanah. Mulutnya mengumur darah. Jelas dia telah menderita
luka.

Ternyata walaupun tampaknya tidak bergerak tetapi darah dan pernapasan


Kedua tokoh itu memburu keras seperti kuda binal. Ilmu Sip-seng-sinkang dari
Tok Liong cuncia sedang memancarkan daya-sedot dan Toh Lian Hong sedang
berjuang untuk menolak.. Dan karena juga hendak berusaha menggempur lawan
maka diapun memancarkan segenap tenaga-dalamnya.

Itulah sebabnya maka begitu mendekat, Wi Ki Hupun terbentur dengan


hamburan tenaga-sakti mereka. Melihat itu Hui Yan terkejut dan buru2
menghampiri ketempat Wi Ki Hu, serunya dingin, “Ih, jangan mati dulu engkau !"

Wi Ki Hu terbeliak. Dia tak mengerti mengapa tiba2 dara itu begitu menaruh
perhatian kepa-danya. Dia mengerang dan berusaha untuk berbangkit, "Ah,
mungkin aku beluma mati."

"Bagus," seru Hui Yan pula, "kalau engkau mati, dan Kun Hiap belum sempat
melampiaskan pembalasanaya, dia tentu akan menyesal seumur hidup."

Wi Ki Hu menarik napas. Dia tertawa rawan.

"Nona Tian, kurasa " baru dia berkata begitu tiba2 sesosok tubuh melesat tiba
dengan cepat sekali.

Hui Yan terkejut, demikian pula Wi Ki Hu. Ah, ternyata pendatang itu seorang
lelaki tua yang tubuhnya panjang tetapi kepalanya kecil. Siapa lagi kalau bukan
Koan Sam Yang.

Lebih dulu Koan Sam Yang memandang kearah kedua tokoh yang sedang adu
tenaga-dalam. Dia lerkejut. Kemudian dia melirik kepada Hui Yan dan sekali
melesat dia sudah tiba di hadapan dara itu, tegurnya, "Apakah engkau melihat
dia?"

Hui Yan deliki mata, "Engkau melihat setan barangkali. Apa yang engkau
tanyakan kalau melihat dia itu ?"

mailto:22111122@yahoo.com 341
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Koan Sam Yang menghela napas dan banting2 kaki lalu ngeloyor pergi, Tiba2
Hui Yan tersentak, serunya, "Hai. siapakah yang engkau katakan ‘dia’ itu?"

Tetapi Koan Sam Yang sudah jauh. Dii tak menghiraukan pertanyaan si dara.

Timbul suatu pemikiran dalam hati Hui Yan hendak mengejar tetapi tiba2 Koan
Sam Yang yang sudah jauh itu tiba2 berhenti dan balik menghampiri dengan
melangkah mundur.. Sambil melangkah mundur dia menghambur tawa yang tak
sedap di dengar

"Aku..... beritikad baik. Jangan memandang aku dengan tertawa. Apa sih yang
lucu?" serunya.

Ketika Hui Yan n rmandang lebih seksama, ternyata mundur Koan Sam Yang itu
ada sebabnya, yakni karena ada seseorang yang berada di mukanya dan maju
mendesak.

Orang itu berpakaian compang-camping, muka kotor dan sepasang matanya


memandang lekat ke muka, mulut menyungging tawa yang aneh. Sepintas
menyerupai bangsa setan alas yang membuat bulu kuduk orang berdiri.

Pada saat lain Koan Sam Yang dan orang aneh itu makin dekat ke tempat Hui
Yan dan sa-at itu barulah Hui Yan terkejut bukan kepalang Ternyata orang aneh
itu bukan lain adalah Kun Hiap sendiri.

Hui Yan girang sekali tetapi sebelum dia sempat untuk memanggil, tiba2 Koan
Sam Yang ayunkan tangan menghantam kearah dada Kun Hiap.

"Ha!"Hui Yan berteriak kager tetapi sudah terlambat. Duk. .... pukulan Koan Sam
Yang tepat menghujam dada Kun Hiap.

Tetapi aneh sekali. Pemuda itu seperti tak merasa apa2, hanya langkahnya yang
agak terhenti sejanak. Tetapi kebalikannya, Koan Sam Yang sendirilah yang
malah tersurut mundur tiga langkah. Kun Hiap tidak membalas melalukan hanya
memandang Koan Sam Yang dengan tertawa.

"Hai, engkau telah merebut gelarku, ya? Aku selamanya apabila bertempur tak
pernah balas menyerang. Mengapa. engkau juga tidak mau balas menyerang?"
Koan Sam Yang tertawa meringis.

Melihat kejadian itu Hui Yan tertawa gem-bira sekali dan berseru, "Koan tocu,
kalau dia mau membalas, dikuatirkan engkau memang bakal takkan balas
menyerang untuk selama-lamanya!"

mailto:22111122@yahoo.com 342
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sudah tentu Koan Sam Yang tahu maksud Hui Yan. Dara itu mengatakan kalau
Kun Hiap mau balas menyerang, dia (Koan Sam Yang) ten-tu tidak dapat balas
menyerang selama-lamanya kerena tentu sudah mampus..

Tiba2 dara itu tersadar. Kerena Kun Hiap sudah muncul disitu maka diapun harus
segera melaksanakan keputusannya, Itu berarti, bahwa dia hanya dapat hidup
selama tiga hari lagi saja.

Tetapi biarlah, rasanya dia rela. Karena setelah minum obat pusaka, tentulah
Kun Hiap akan pulih kembali ingatannya sebelum dia sendiri (Hui Yan) keburu
mati. Dan sejak itu akan lahirlah di dunia persilatan seorang tokoh baru, seorang
pemimpin persilatan yang tak ada tandingannya. Dan pada waktu itu, tentulah
Kun Hiap akan dapat membalas dandam kematian ayahnya.

Hui Yan tertawa rawan, menghampiri ke muka Kun Hiap. Dia seorang dara yang
centil, yang tak kenal takut. Tetapi kala itu disaat berhadapan muka dengan Kun
Hiap, airmatanya berderai-derai seperti hujan mencurah.....

Tetapi Kun Hiap yang sudal. kehilangan daya ingatannya itu hanya ganda
tertawa seperti orang limbung. Hui Yan perlahan-lahan memegang tangan
pemuda itu, menghela napas dalam lalu berpaling.

"Toh locianpwe, Kun Hiap telah datang. Obat pusaka dari delapan kuda besi. ..."
tiba-tiba dia hentikan kata-katanya karena melihat Toh Lian Hong masih
berjuang seru dalam adu tenaga-dalam lawan Tok Liong cuncia. Dan pada saat
itu Koan Sam Yang menghampiri ketempat kedua tokoh itu seraya berseru,
"Suhu, suhu..."

Hui Yan tertegun. Kini baru dia tahu kalau Koan Sam Yang memang sudah nekad
tetap berguru kepada Tok Liong cuncia. Dia makin terke-jut ketika melihat Koan
Sam Yang terus maju menghampiri kedua tokoh itu dengan mata berkilat-kilat.

"Koan tocu, engkau mau apa?" serentak dia berteriak menegur.

Tetapi sudah terlambat, Koan Sam Yang meringkik dan aneh terus menghantam
kearah Toh Lian Hong.

Tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi yang dimiliki Koan Sam Yang, merupakan tenaga-


keras yang merajai. Seketika angin memburu dahsyat,...

Hui Yan menjerit keras, "Koan Sam Yang, engkau sungguh munafik.. ..", sambil
teriak dia segera loncat ke muka.

Pada saat Koan Sam Yang mengayunkan tenaga Sam-yang-cin-gi, tangannyapun

mailto:22111122@yahoo.com 343
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menampar ke belakang sehingga Hui Yan terhalang dan terdorong mundur


sampai tiga langkah.

Kini Hui Yan tahu jelas bahwa tindakan Koan Sam Yang untuk menyerang secara
pengecut kepada Toh Lian Hong itu adalah karena hendak mengambil hati Tok
Liong cuncia, karena dia su-dah menjadi muridnya.

Suatu perbuatan edan. Sebenarnya dalam dunia persilatan, Koan Sam Yang juga
mempunyai nama besar. Tetapi karena ingin menyedot tenaga-sakti dari tubuh
Kun Hiap, dia sudah tak menghiraukan segala cemooh dan hinaan, mati-matian
berguru kepada Tok Liong cuncia.

Hui Yan bingung, Dia tahu tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi itu telah dikuasai Koan
Sam Yang dengan sempurna, Saat itu orang tua berpenyakitan tengah beradu
tenaga-dalam dengan Tok Liong cuncia.

Tiba2 Hui Yan teringat bahwa satu-satunya yang mampu menghalangi tindakan
Koan Sam Yang itu hanyalah Kun Hiap maka cepat dia berpaling dan seru, "Kun
Hiap...."

Tetapi secepat itu pula dia hentikan kata-katanya karena melihat Kun Hiap masih
tersenyum menyeringai seperti orang tolol. Jelas anak-muda itu seperti tak tahu
apa yang telah terjadi dihadapannya. Andaikata saat itu dia memberikan obat
pusaka dalam delapan kuda besi, toh tak mungkin anakmuda itu akan segera
pulih ingatannya dalam waktu yang begitu singkat.

Hui Yan mengeluh sekali dan berpaling kemuka lagi. Saat itu pukulan Koan Sam
Yan sudah hampir tiba di bahu kiri Toh Lian Hong, Dan waktu pukulan mendarat
pada bahu, kedua tokoh itu masih tegak diam seperti tak merasa terjadi sesuatu.

Tetapi itu hanya sementara waktu saja. Beberapa saat kemudian tiba2 terdengar
bunyi letupan, tahu2 Tok Liong cuncia menyurut mundur selangkah. Dia
memandang Koan Sam Yang dengan marah.

Kemudian Toh Lian Hongpun mencelat melayang seperti layang2 putus tali. Dan
berbareng itu Koan Sam Yang meringkik aneh, kedua tangannya dijulurkan lurus
ke muka, keringat.

Bluk, kedua lututnya teklok dan terus berlutut ditanah, mulutnya meloroh-loroh
seperti orang kedinginan, Kedua tangan menekan pada tanah, kelima jarinya
mencengkeram keras sehingga masuk kedalam tanah. Dia meringkik aneh.
beberapa kali, napas terengah-engah keras.

“Suhu, tolong, tolonglah aku, lekas... lekas! Gunakan Sip-seng-sin-kang untuk

mailto:22111122@yahoo.com 344
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menyedot tenaga Sam-yang-cin-gi dari tubuhku, lekas lekas... sukalah


memandang pada mendiang ayahku dan menolong aku, tolonglah, aku..."

Koan Sam Yang melolong-lolong, keringat dan airmata bercucuran. Tidak lagi dia
itu Koan Sam Yang yang diagulkan sebagai tokoh ternama, melainkan seperti
lelaki tua yang sedang sekarat!

Wi Ki Hu saling berpandang dengan Hui Yan. Tetapi Wi Ki Hu juga tak berdaya.


Dia tak mampu memberi pertolongan.

Saat itu tubuh Toh Lian Hong yang melayang sampai tiga tombak di udara,
tengah meluncur turun. Gerak luncurnya aneh sekali. Tidak-meluncur deras
tetapi pelahan-lahan seperti daun kering yang bertebaran ke tanah.

Melihat itu Hui Yan tertegun. Kemudia ia meras lengah dalam hati, karena
percaya Toh Lian Hong tentu tak menderita luka sehingga dapat menguasai
tubuhnya waktu meluncur turun. Bahkan orangtua berpenyakitan itu sengaja
memamerkan kepandaiaannya yang istimewa.

Melihat layang turunnya Toh Lian Hong, Tok Liong cuncia meringkik aneh dan
terus ayunkan tubuh melayang ke muka untuk menyambuti tubuh Toh Lian
Hong. Tiba2 dia menghambur jeritan yang kera. dan aneh sehingga telinga Hui
Yan sampai terasa terngiang pecah. Dara itu melihat dengan hati2 seperti
membawa barang gelas, Tok Liong cuncia pelahan-lahan meletakkan tubuh Toh
Lian Hong.

Hui Yan benar2 tak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Baru setelah
teriakan Tok Liong cuncia itu mulai sirap, barulah dara itu maju menghampiri.
Dan begitu melihat apa yang terjadi, seketika mata dara itu terbeliak lebar2.

Tok Liang cuncia tegak berdiri seperti orang yang kehilangan semangat.
Sepasang mata tak berkedip memandang ke muka. Sedang Toh Lian Hong
menggeletak ditanah. wajahnya pucat seperti mayat, matanya tak bersinar lagi,
tak ubah seperti sesosok mayat yang sudah membeku bertahun-tahun. Jelas
orang tua berpenyakitan itu telah meninggal dunia.

Ternyata pada waktu pukulan Koan Sam Yang belum sampai mengenai Toh Lian
Hong, maklum sedang mencurahkan semangat menghadapi Tok Liong cuncia,
tetapi Toh Lian Hong merasa kalau dirinya bakal celaka. Maka diapun segera
bersiap.

Pada saat pukulan Koan Sam Yang hendak tiba, Toh Lian Hong menggunakan
ilmu meminjam tenaga lawan untuk mengembalikan hantaman orang, dia
menyalurkan tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang untuk

mailto:22111122@yahoo.com 345
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menghantam Tok Liong cuncia, Dengan mendapat tambahan tenaga pukulan


dari Koan Sam Yang, Toh Lian Hong memancarkan tekanan keras kepada Tok
Liong cuncia. Akibatnya Tok Liong cuncia terpental selangkah ke belakang.

Tetapi karena bertindak begitu, tenaga sakti dari tubuh Toh Lian-Hong sendiri
ditambah tenaga sakti "Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang tentu tersedot oleh
ilmu Sip-seng-sinkang Tok Liong cuncia hingga habis. Dan getaran tenaga-sakti
Sam-yang-cin-gi dari Koan Sam Yang telah menbuat Toh Lian Hong terpental ke
udara.

Dahulu karena ingin mengalahkan Tian Put Biat (ayah Hui Yan) maka Toh Lian
Hong sampai merantau ke seberang lautan untuk mencari ilmu kesaktian. Tetapi
karena dia sangat bernafsu sekali berlatih dengan keras maka jalan sebuah
uratnadinya telah putus.

Sebenarnya apabila salah satu dari delapan uratnadi pokok tubuh manusia itu
putus, orang itu kalau tidak cacat tentu mati. Tetapi kebetulan sekali pada waktu
itu dia bertemu dengan seorang sakti yang memberi pelajaran ilmu Toan-meh-
sinkang atau ilmu sakti urat yang putus. Dengan meyakinkan ilmu itu,
kepandaian Toh Lian Hong malah bertambah hebat.

Tetapi ilinu Toan-meh-sinkang itu tidak boleh digunakan secara paksa dan
berkelebihan. Berbeda dengan ilmu tenaga-dalam dari partai2 persilatan
umumnya, Toan-meh-sinkang hanya digunakan pada saat2 yang berbahaya dan
tidak boleh menggunakan kekerasan kalau berhadapan dengan lawan. Dan kalau
sekali menderita kekalahan, maka pemilik Toan-meh-slnkang itu takkan tertolong
lagi jiwanya.

Waktu Toh Lian Hong terpental ke udara karena getaran tenaga-sakti Sam-yang
Cin gi tadi dia sudah merasa bakal celaka. Dia berusaha untuk menghimpun
tenaga dalam tetapi macet. Sampai diulang tiga kali, tetap saja gagal. Malah
karena gerakan pernapasan untuk menghimpun tenaga-murni itu menyebabkan
urat-urat nadi dalam tubuhnya membengkak dan putus. Maka sebelum jatuh ke
tanah, sebenarnya Toh Lian Hong sudah putus jiwanya.

Yang tahu keadaan itu hanya Tok Liong cuncia seorang. Maka dia lalu meringkik
aneh dan buru2 loncat menyanggupi tubuh Toh Lian Hong. Makaudaya. hendak
menolong tetapi ketika menyentuh tubuh orang tua itu, dia dapatkan kalau
sudah tak bernyawa lagi. Walaupun dia memiliki ilmu kepandaian yang tinggi,
tetap tak dapat menolongnya.

Melihat Toh Liang Liong sudah binasa, seketika Hui Yan rasakan bumi seperti
berputar-putar sehingga tubuhnya bergoyang-goyang hendak rubuh. Pada saat
itu dari arah belakang setiup angin menghambur. Terpaksa dara itu miringkan

mailto:22111122@yahoo.com 346
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tubuh.

Waktu memandang dengan seksama ternyata ada sesosok bayangan melesat


dari sampingnya. Baru tiga langkah bayangan itu sudah terjungkal rubuh di
tanah. Ternyata orang itu adalaii Koan Sam Yang.

Koan Sam Yang berusaha untuk bangkit, tapi tubuhnya bergoyang kian kemari
seperti dari empat penjuru ada orang yang mendorongnya.

Napasnya masih terengah- engah dan dengan tersendat-sendat dia berseru,


“Suhu.. .. tolonglah aku.. ..."

Tok Lion cuncia berpaling kearah Koan Sam Yang berseru dingin, "Tadi aku
sedang menguji kepandaian dengan Toh-ji-ko, siapa suruh engkau campur
tangan? Setelah dia meninggal, lalu dengan siapa lagi aku bisa mendapat lawan?
Perlu apa aku harus menolong engkau?”

Melihat Tok Liong cuncia bicara dengan nada dingin dan matanya berkilat-kilat,
Koan Sam Yang makin mengigil.

"Suhu, tolonglah aku. ... akan kuberitahukan kepadamu .. .. untuk mengisap


tenaga-dalam sakti dari seseorang. ... tenaga-sakti dan orang itu tiada lawannya
di dunia ini !"cepat Koan Sam Yang berseru keras.

Mendengar itu Hui Yan segera tahu siapa yang dimaksudkan Koan Sam Yang itu.
Sudah tentu dia terkejut sekali. Setelah Toh Lian Hong meninggal, kalau Tok
Liong cuncia hendak mengisap tenaga-dalam Kun Hiap, tentulah tak ada yang
dapat merintangi lagi.

"Koan Sam Yang!" teriaknya dengan marah sekai, Engkau sudah mau mampus,
mengapa masih mau mencelakai orang!"

Koan Sam Yang, menuding Kun Hiap dan berteriak keras, "Dia, dia, ya dialah
orangaya! Tenaga dalamnya sungguh tiada taranya dalam dunia ini. Kalau dapat
menghisapnya, tentu. . .

"Kutahu " tukas Tok Liong cuncia dingin, "tujuanmu berguru kepadaku tak lain
hanya hendak belajar ilmu Sip seng-sin-kang. Setelah kau memiliki, engkau terus
mau menghisap tenaganya bukan?''

Koan Sam Yang mengangguk-angguk, "Ya. . .. ya.. .. mohon suhu lekas turun
tangan!"

Tok Liong cuncia ayunkan kaki. Selangkah demi selangkah dia maju

mailto:22111122@yahoo.com 347
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menghampiri ketempat Koan Sam Yang. Sepasang matanya memandang lekat2


pada Kun Hiap.

Melihat itu menggigillah hati Hui Yan. Dia seperti mendapat firasat tak baik maka
cepat2 dia melangkah maju menghadang di depan Kun Hiap untuk melindungi
pemuda itu dari kemungkinan yang berbahaya.

Dengan nada dingin berserulah Tok liong cuncia kepada Koan Sam Yang, "aku,
aku. ... akan turun tangan!"

"Terima kasih...," belum selesai Koan Sam Yang berkata, Tok Liong cuncia sudah
mengangkat tangan dan duk... . seperti buuyi guruh yang tak jadi meletus maka
tangan Tok Liong itupun segera mendarat di dada Koan Sam Yang.

Seketika tubuh Koan Sam Yang mencelat ke belakang, brukkk terhentur pada
sebatang pohon besar dan menghamburkan gema kumandang suara yang
bergemuruh.

Memang pukulan yang dilancarkan Tok-Liong-cuncia itu disebut pukulan Biat-pik


jong-hong atau pukulan-berkumandang. tenaga pukulan yang melontarkan
tubuh Koan SamYang masih berkuasa untuk menumbangkan pohon yang
sebesar paha orang.

Setelah hamburan daun dan debu yang mengabut itu menipis barulah Hui Yan
dapat melihat pemandangan yang dilihatnya itu, serentak ngerilah hatinya.

Ternyata tubuh Koah Sam Yang sudah tidak merupakan mayat yang utuh lagi.
Waktu membentur pohon, tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi , dalam tubuhnya
memancar keluar, pohon tumbang dan pecah berkeping~keping, tetapi
tubuhnya sendiri juga hancur berantakan tak karuan. .....

Hui Yan menghela napas. Nama Koan Sam Yang sudah cukup termasyhur di
dunia persilatan. Teapi karena dikuasai oleh nafsu angkara untuto menyedot
tenaga-sakti Kun Hiap, dia rela merendahkan diri untuk menjadi murid Tok Liong
cun-cia. Tetapi hasilnya, bukan ilmu Sip-seng-sinkang (ilmu penyedot tenaga
dalam) yang diperolehnya melainkan suatu kematian yang mengerikan sekali.

Tok Liong cuncia membuat liang dengan hanya mengebutkan tangan baju. Angin
tajam bergulung2 mengungkap bongkah2 tanah dan terbukalah sebuah liang
kubur. Dan sekali lengan bajunya mengebut pula, maka jenasah Toh Lian Hong
melayang masuk kedalam liang. Kemudian untuk yang ketiga kalinya Tok Liong
cuncia mengebutkan lengan bajunya lagi maka bongkah2 tanah tadipun
menimbun kembali liang kubur itu.

mailto:22111122@yahoo.com 348
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Setelah mengubur Toh Lian Hong, barulah Tok Liong cuncia baralih memandang
Kun Hiap. Dia kerutkan wajah, menunjukkan keheranan besar, serunya, "Benar,
tenaga-dalam pada tubuh anakmuda itu memang luar biasa sekali, jarang
terdapat dalam dunia!"

Mendengar itu hati Hui Yan makin tegang, serunya, "Wi tayhiap, lekas kemarilah
berdiri disebelahku."

Wi Ki Hu mengerti apa yang dimaksud Hui Yan. Cepat dia melesat ke samping si
dara. keduanya tegak didepan Kun Hiap untuk melindunginya.

Tetapi tampaknya Tok Liong cuncia seperti tak merasa kalau ada kedua orang itu
yang hadir disitu. Dia mengigau seorang diri. "Ah. kemungkinan memang
mentakdirkan aku menjadi jago nomor satu dalam dunia persilatan yang tak
pernah muncul sejak beratus tahun ini!"

"Cuncia, "cepat Hui Yan gopoh berteriak, ilmu kepandaianmu tiada tandingannya
dalam dunia persilatan. Perlu apa engkau.. .. hendak meng-hisap tenaga-dalam
orang lagi?”

Tok Liong cuncia tertawa gelak2, "Berilmu makin tinggi tentu saja makin bagus
Siapa yang tak mau memiliki kepandaian tinggi?"

Sambil berkata dia terus maju selangkah. Seketika terasa menghambur setiup
angin kuat melanda kearah Hui Yan dan Wi Ki Hu sehingga terdorong mundur
beberapa langkah.

Kebetulan mereka mundur ke tempat Kun Hiap. Walaupun pikiran Kun Hiap
masih kabur tetapi karena tenaga-dalam Tok Liong cuncia itu melanda
kearahnya juga maka secara spontan tubuh pemuda itu memancarkan daya-
lawan untuk menolak. Dengan demikian terhentilah Hui Yan dan Wi Ki Hu.
Mereka tersiak kesamping.

Kini tiada lagi perintang yang menghalang diantara Kun Hiap dan Tok Liong
cuncia. Tok Liong cuncia menampilkan kerut wajah cerah dan maju selangkah
demi selangkah. Setelah tiba satu meter didepan Kun Hiap, barulah dia berdiri
tegak.

Melihat itu, Hui Yan dan Wi Ki Hu tegang sekali. Mereka tahu kalau Tok Liong
cuncia hendak mengisap tenaga-dalam dari tubuh Kun Hiap.

"Tunggu, cuncia!" serentak Hui Yanpun berteriak.

Tetapi Tok Liong cuncia seperti orang kesurupan. Dia tak menghiraukan teriakan

mailto:22111122@yahoo.com 349
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

si dara. yang nyaring. Dia tetap hendak melanjutkan rencananya.

"Cuncia, jangan menghisap tenaga-dalamnya," kembali Hui Yan berteriak malah


kali ini terus melesat maju.

Tok Liong cuncia berpaling dan kebukan lengan baju untuk menghentikan Hui
Yan. Dengan mata berapi-api dia membentak, "Kenapa tak boleh?"

Dia bertanya dengan nada yang menusuk telinga Hui Yan. Malah kedua lengan
bajunya juga berkibas sehingga menimbulkan hamburan angin kenyang
membuat Hui Yan berputar-putar ke belakang sampai tujuh langkah baru dia
akan jatuh. Untung dia dapat memegang sebatang pohon sehingga dapat
menjaga keseimbangan tubuhnya. Sekalipun begitu karena tubuhnya berputar-
putar seperti gangsingan, kepalanya terasa pusing dan mata berkunang.

Dengan wajah lesi, berserulah Wi Ki Hu, "cun-cia, ilmu kepandaianmu sudah


tiada yang mengalahkan dalam dunia persilatan. Mengapa engkau masih tak
puas?"

"Siapa bilang kalau kepandaianku itu tidak ada yang menandingi lagi?" balas Tok
Liong cuncia.

"Siapakah yang dapat menandingi kepandaian.cuncia?" seru Wi Ki Hu.

Pelahan-lahan Tok Liong mengisar pandang kearah Kun Hiap. Beberapa jenak
kemudian baru dia berkata, "Ada, ada orang yang kepandaiannya memang lebih
tinggi dari aku."

Kata-katanya itu penuh tanda iri dan cemas.

Wi Ki Hu dan Hui Yan terkejut, "Siapa? Serempak mereka berdua berseru.

Tok Liong cuncia menuding Kun Hiap, "Dia!" Tiba2 dari ujung jarinya mendesis
angin tajam yang menuju ke jalandarah Jin-tiong-hiat diatas bibir Kun Hiap.

Sebenarnya Tok Liong juga tak bermaksud hendak membuuuh. Tetapi karena
hatinya tegang sekali sehingga dia tak dapat menguasai hawa murni yang
memancar deras maka begitu tangan menuding, dari ujung jari itupun segera
meluncur tenaga-sakti Sam-yang-cin-gi. Apalagi jaraknya begitu dekat sehingga
cepat sekali sudah mengenai sasarannya.

Tenaga-dalam yang dipancarkan melalui jari Tok Liong cuncia itu dapat
menghancurkan batu karang. Dan jalandarah yang diarahnya yalah jalandarah
Jin-tiong-hiat yang merupakan jalandarah vital pada tubuh manusia. Jelas Kun

mailto:22111122@yahoo.com 350
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hiap tentu akan.mati seketika.

Tetapi apa yang terjadi sungguh membuat orang terbelalak. Bahkan Tok Liong
cuncia sendiri sampai tertegun kesima. Ternyata Kun Hiap tidak apa2 tampaknya
dia tak merasa apa, hanya menjulurkan lidah untuk menjilat jalandarah Jin-tiong-
hiat yang terletak diatas bibirnya, seolah seperti oang yang habis makan saja,
masih ada lekatan makanan yang melumur pada atas bibirnya.

Tok Liong cuncia menarik napas, serunya, "Nah, kalian lihat tidak?" sambil
berkata dia ayunkan tangan kanan ke belakang dan setiup tenaga kuat segera
menghambur untuk menghalangi langkah Hui Yan dau Wi Ki Hu yang hendak
menghampiri.

Kemudian tangan kanannya pelahan-lahan diangkat ke atas seperti hendak


menghantam.

"Cuncia," teriak Hui Yan tegang, "tahukah engkau, dari mana dia mendapat
tenaga-dalam yang luar biasa hebatnya itu?"

"Sudah tentu karena mendapat rejeki yang luar biasa, Kalau tidak begitu, taruh
sata sejak dalam kandungan dia sudah mulai dilatih pun tidak muugkin akan
memperoleh hasil yang begitu luar biasa hebatnya."

"Benar," kata Hui Yan, "memang tanpa sengaja dia telah meminum sejenis leng-
yok (obat mujarah). Tetapi sebenarnya leng-yok itu mengandung racun maka
walaupun mendapat tenaga dalam yang luar biasa saktinya tetapi dia berobah
menjadi limbung pikiran. Apabila cuncia menghi-sap tenaga-dalamnya,
kemungkinan engkau juga akan berobah hliang ingatan. Lalu apa gunanya?

Sambil mendengar keterangan Hui Yan, tangan tangan Tok Liong cuncia
pelahan-lahan diturunkan ke dada Kun Hiap. Waktu Hui Yan selesai bicara,
tangan Tok Liongpun sudah berada kira2 tiga Inci dari dada Kun Hiap. Sejenak
berhenti, wajahnya menampil senyum, ujarnya, "Nona Tian, rupanya engkau
hendak menghalangi tindakanku. Kata orang, ilmusilat itu tiada batasnya. Tetapi
itu hanya kata2 saja. Misalnya aku. Dengan kepandaian yang kumiliki sekarang
ini, apabila aku dapat menghisap tenaga-dalamnya, aku berani mengatakan
bahwa akulah tokoh pertama sejak dulu sampai sekarang yang memiliki ilmu
kepandaian tiada lawannya. Bahkan Tat Mo cousu dan Thio Sam Hong cousu
pada masa itu juga tak mampu menandingi aku. Oleh karena itu, sekalipun
ingatanku hilang, sekalipun jadi orang gila, mengapa aku harus menyesal?"

Mendengar itu Hui Yan tidak dapat omong lagi. Dia memperhatikan bahwa
sebelum menghisap tenaga-dalam Kun Hiap, ternyata omongan Tok Liong cuncia
itu sudah seperti orang yang tidak waras lagi.

mailto:22111122@yahoo.com 351
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tiba2 terdengar Wi Ki Hu menghela napas panjang.. Mendengar kata2 Tok Liong


tadi perasaan Wi Ki Hu berbeda jauh dengan Hui Yan.

Kedua orangtua Hui Yan itu adalah tokoh2 persilatan yang berkepandaian tinggi.
Oleh karena itu sejak kecil semula, Hui Yan sudah dilatih ilmusilat. Dia itu merasa
bahwa ilmu-silat adalah suatu kepandaian yang harus dituntut secara wajar. Dia
tidak pernah mengira bahwa demi mencari ilmusilat yang lebih tinggi, orang
akan berbuat apa saja seperti orang gila. Diapun tak pernah memikirkan bahwa
begitu besar harganya sebuah jurus ilmusilat itu sehingga orang rela dirinya
dihina, seperti tindakan Koan Sam Yang. Rela memberi imbalan jiwa dan raga,
rela menjadi orang gila seperti Tok Liong cuncia.

Itu pikiran Hui Yan yang hendak memberi peringatan kepada Tok Liong cuncia.
Tetapi lain lagi pikiran Wi Ki Hu yang lebih luas pengetahuan dan
pengalamannya. Dia menghela napas karena menganggap bahwa orang yang
belajar ilmu-silat itu seperti orang yang kemasukan setan. Buktinya, Koan Sam
Yang dan sekarang Tok Liong cuncia. Keduanya seperti khilaf untuk memburu
ilmu kepandaian yang sakti.

Sajenak tertegun, Hui Yan hendak berkata lagi untuk mencegah Tok Liong
cuncia. Tetapi teringat akan jawaban Tok Liong tadi, dia batal.

Saat itu ketika melihat telapak tangan Tok Liong makin merapat ke dada Kun
Hiap, Hui Yan menjerit dan tanpa menghiraukan segala apa lagi, dia terus
menerjang.

Tetapi baru maju empat atau lima iangkah, dia sudah terbentur dengan tenaga
yang terhambur dari tangan kiri Tok Liong tadi. Seperti membentur tembok karet
yang memiliki daya mental keras, dara itu menjerit aneh dan mencelat balik
seperti dilemparkan ke udara. Di udara terpaksa dia jungkir balik sampai tujuh
atau delapan kali, Bluk, bluk, bluk .... delapan biji kuda besi dalam bajunya
berhamburan jatuh ke tanah.

Sudah tentu dia gugup sekali dan buru2 mengerahkan tenaga-dalam agar
meluncur ke bawah. Tetapi sebelum kaki menginjak bumi tiba2 terdengar suara
ledakan keras seperti dua keping papan saling dihantamkan sekuat-kuatnya.
Buru2 dia memandang ke arah suara itu ternyata tangan kanan Tok Liong cuncia
sudah melekat pada dada Kun Hiap.

Seketika Hui Yan rasakan pandang matanya gelap seperti tertutup kabut. Dalam
kabut itu seperti memercik bintang2 emas. Dia hendak mengempos semangat
untuk menghimpun tenaga-murni tetapi macet maka tak ampun lagi dia jatuh ke
tanah.

mailto:22111122@yahoo.com 352
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tepat pada saat itu pula, samar-samar ia mendengar suara dua orang wanita.
Yang satu menjerit kaget dan yang satu tertawa dingin. Dia tidak lupa dengan
nada suara itu. Yang melengking kaget adalah mama dari Kun Hiap yaitu Soh-
jiu-sin-cu Tong Wan Giok. Dan yang lain adalah Tian Hui Giok, taci kedua dari
Hui Yan.

Hui Yan tertawa hambar. Dia merasa tertulung karena jiwanya segera melayang
maka pandang matanya sampai gelap. Tetapi setelah mendengar nada suara
kedua wanita itu, dia berusaha keras untuk menenangkan hatinya.

Tiba2 Wi Ki Hu tertawa dan berteriak keras, "Wan Giok hati-hatilah !"

Hui Yan terkejut dan cepat membuka mata. Tampak sesosok tubuh melesat
menyerang Tok Liong cuncia tetapi terpental balik oleh pukulan Tok Liong.

Hui Yan melihat jelas bahwa yang menyerbu Tok Liong adalah Tong Wan Giok,
mama dari Kun Hiap. Dan dilihatnya pula ji-cinya, Hui Giok, sedang
membungkukan tubuh ke tanah, memunguti ke delapan biji kuda besi. Melihat
itu, Hui Yan paksakan diri untuk menggeliat bangun.

“Ji-ci apakah engkau baik2 saja?" serunya. Racun dalamt tubuh dara itu sudah
mulai bekerja dan diapua merasa kalau tidak berapa lama lagi tentu mati. Maka
ucapannya itupun bernada sinis.

Rupanya Hui Giok yang melakukan peracunan kepada adiknya itu, tergetar juga
dia segera berdiri. Dia sudah dapat memungut empat biji kuda besi.

Hui Yan berjalan pelahan-lahan menghampiri tacinya. Mulutnya mengulum


senyum sinis. Diam2 Hui Giok membatin, apakah adiknya itu belum tahu kalau
yang mencelakainya itu adalah tacinya sendiri.

Diam2 Hui Giok tenangkan hati dan bersikap seperti biasa agar jangan sampai
ketauan.

"Ai, sam-moay, bagaimaga engkau?" serunya sambil tertawa menyambut.

Mendengar itu rupanya Hui Yan tak tahan lagi melihatnya. Serentak dia
menghambur tawa keras dan berseru, "Aku segera mati, apakah engkau tidak
tahu?"

Hai Giok pura2 kaget, "Sam-moay, apa maksudmu berkata begitu ? Jangan
omong tak keruan begitulah!"

mailto:22111122@yahoo.com 353
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Seperti mau meledak rasanya dada Hui Yan melihat tingkah laku tacinya yang
berani mati melakukan sandiwara itu. Namun dia tetap tertawa dan berkata,
"Mengapa aku harus omong tak keruan? Apakah aku masih dapat hidup lagi? Ji-
ci, engkau sungguh baik sekali memperlakukan adikmu ini !"

Berobah seketika wajah Hui Giok, tetapi secepat itu diapun sudah menenangkan
diri, katanya, “Sam-moay, sudah tentu aku merasa sedih juga. Kita taci-adik
tidak dapat berkumpul selamanya. Ai, kebaikan apa yang kulakukan kepadamu,
ah . . . .?”

Hui Giok memang lihay seperti seekor ular berbisa yang tampaknya jinak. Dia
sengaja menerima ucapan sindiran dari adiknya itu seperti hal yang
sesungguhnya. Maka diapun mengucapkan kata-kata merendah untuk berbasa
basi.

Hui Yan selangkah demi selangkah makin mendekati. Setelah tiba lebih kurang
dua meter di depan tacinya, tiba2 dia berteriak keras, dia merentang kedua
ttangan dan menebarkan ke sepuluh jari lalu menerjangnya.

Merasa kalau bersalah melakukan perbuatan keji terhadap adiknya, saat itu Hui
Giok seperti melihat sesesok iblis yang mengerikan tengah menyerbunya.
Padahal Hui Yan memang melancarkan apa yang disebut Li-kui-hoa-sim atau
ilmu merobah diri menjadi sengeri setan.

Hui Giok ketakutan. Sambil sempoyongan mundur dia lontarkan sebuah kuda
besi ke arah Hui Yan.

Saat itu Hui Yan sudah kalap, Dia memang bertekad hendak membunuh tacinya.
Kalau dia mati, biarlah tacinya juga mati. Dia sudah mata gelap. Tiba2 dia
melihat setitik benda hitam melayang kepadanya, mungkin suatu senjata pisau.
Tanpa memikir dan melihat lebih jelas, dia ngangakan mulut dan menggigit
benda hitam itu dengan mulutnya.

Creto . . . . ah, benda itu keras sekali, Hui Yan makin gemas dan menggigit lebih
keras. Ah, dia merasa linu karena giginya seperti mau putus rasanya. Saat itu
baru dia menyadari kalau yang digigit itu tak lain adalah kuda besi. Dan ternyata
pula giginya telah menyusup masuk ke perut kuda besi itu dan pada lain saat
lidahnya seperti dialiri cairan air yang sejuk sekali. Tanpa disadari mulutnya lalu
meneguk, menelan cairan itu ke dalam kerongkongan.

Entah bagaimana seketika itu juga dia merasa dadanya merekah longgar dan
pernapasannya manjadi wangi. Rasa longgar dan enak itu cepat berkembang
menyalur ke seluruh tubuhnya.

mailto:22111122@yahoo.com 354
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Yan tercengang dengan kedua tangan masih menjulur ke muka hendak
menerkam, mulut masih menggigit kuda besi. Sepintas seperti setan yang
menggigit daging kuda.

Hui Giok makin takut, dia menggigil makin keras dan mundur terus.

Beberapa saat kemudian baru Hui Yan tenang kembali. Dia mengambil kuda besi
di mulutnya. Dilihatnya pada perut kuda besi itu terdapat sebuah lubang kecil
semacam pintu dan pintu itu terbuka karena digigitnya tadi. Dari lubang pintu itu
mengalir cairan warna hijau gelap yang tanpa disadari telah mengalir masuk
kedalam perutnya.

Ternyata, cairan dalam lubang perut kuda besi itu sudah kering, jelas semuanya
sudah pindah ke dalam perut Hui Yan.

Hui Yan tegak terlongong memegang kuda besi itu. Dahinya bercucuran keringat
deras sekali. Dia tak tahu apakah cairan hijau gelap itu. Tetapi dia tahu kalau
cairan itu tentu sejenis leng-yok atau obat mujijat yang dapat menolong jiwanya
dan dapat menyembuhkan pikiran Kun Hiap yang hilang.

Tadi telah terjadi pertentangan hebat dalam batinnya dan akhirnya dia
memutuskan untuk mengorbankan diri demi menyembuhkan Kun Hiap. Dia
hendak menyerahkan ke delapan biji kuda besi itu kepada Kun Hiap tetapi di luar
dugaan kini dia telah meminum isi daripada salah satu kuda besi itu.

Kini delapan biji kuda besi itu tinggal tujuh biji. Apakah masih ada khasiatnya?
Apabila ke tujuh kuda besi itu sampai tak dapat menyembuhkan Kun Hiap ....
memikir sampai di situ keringat makin mencurah keluar 1ebih deras. sekujur
tubuhnya berkeringat dingin. dia menatap Hui Giok lekat2.

Hui Giok tak berani beradu pandang dan berpaling kepala. Dilihainya Tong Wan
Giok dengan wajah merah padam berdiri di bawah sebatang pohon, sedang Wi
Ki Hu memandangnya dari sisi pohon lain, Tangan kanan Tok Liong masih
menempel lekat pada dada Kun Hiap.

Wajah pemuda-itu masih tetap berseri cerah seperti tak terjadi suatu apa.

Saat itu empat keliling sunyi senyap. Tiba2 Tok Liong cuncia menghamburkan
engah napas yang berat. Ubun2 kepala mengeluarkan gumpal hawa putih yang
menggerombol di atas kepalanya. tak mau terpencar sehingga dalam beberapa
saat kemudian menjadi sebuah lingkaran besar. Sepintas dia seperti memakai
topi putih yang aneh bentuknya.

Melihat itu hati Hui Yan makin gugup Di menduga Tok Liong cuncia tentu sudah

mailto:22111122@yahoo.com 355
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

berhasil menghisap tenaga-sakti dari Kun Hiap. Pada hal delapan biji kuda besi
itu kini sudah berkurang satu. Dan celakanya lagi yang tiga biji berada di tangan
Hui Giok.

Rasa tegang menyerang perasaan Hui Yan. Dara itu menganggap bahwa situasi
yang di hadapinya benar2 celaka sekali. Sesaat dia rasakan uluhatinya sakit
sekali dan huak, tiba2 dia meledakkan tangis.

Hui Giok longgar perasaannya. Saat itu dia menyadari kalau Hui Yan bukan
manusia setan dan takkan mati.

"Mengapa engknu menangis?" bentaknya keras-keras.

Saat itu Hui Yan rasakan bumi seperti berputar deras, Dia tak mendengar
bentakan tacinya. Begitu tubuh terhuyung ke samping dia terus rubuh ke tanah.

Hui Giok kerutkan alis. Waktu dia hendak maju menghampiri tiba2 Tong Wan
Giok berseru, "Nona Tian, cobalah engkau carikan upaya. Lihatlah Kun Hiap . ...
dia .... dia ...., wajahnya begitu menyeramkan !"

Hui Giok mengangkat muka memandang. Dia juga terkejut sekali. Dilihatnya
kabut putih di badan Tok Liong cuncia makin tebal dan saat itu separoh dari
tubuhnya sudah tertutup kabut sehingga wajahnya tak tampak lagi.

Kun Hiap masih berseri tawa tetapi wajahnya pucat sepeni mayat dan
tubuhnyapun agak gemetar.

"Peh-bo, jangan kuatir .... aku akan melerai mereka," seru Hui Giok-

"Nona Tian, berhati-hatilah!" teriak Tong Wan Giok.

Hui Giok melesat ke muka tetapi dia tertahan oleh gumpalan tenaga besar.
Ternyata tangan kanan Tok Liong cuncia melekat pada dada Kun Hiap sedang
tangan kirinya mendorong ke belakang. Dari tangan kiri itu memancar tenaga-
sakti yang makin lama makin besar seperti membentuk sebuah tembok hawa
yang kuat. Bukan saja dapat menahan Hui Giok dan Tong Wan Giok yang
hendak mengganggu, pun bahkan dapat mendorong mereka mundur ke
belakang.

Sekarang Hui Giok maju lagi. Dia merasakan tenaga penghalang yang
dipancarkan Tok Liong cuncia itu tidak sekuat tadi sehingga dia dapat
melanjutkan langkah.

Makin maju mendekati makin dia merasakan bahwa dinding-tenaga itu makin

mailto:22111122@yahoo.com 356
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

keras. Dan ketika terpisah dua meter dari kedua orang itu, dia mulai susah
melangkah. Setiap langkah harus menggunakan tenaga dan semangat
sepenuhnya. Malah ketika tinggal satu meter dari tempat mereka, dia tak dapat
melangkah lagi.

Apa boleh buat. Hui Giok bentikan langBah dan dengan paksakan diri dari
napasnya yang menghimpit dada, dia segera berseru, "Kun Hiap

Baru dia berseru begitu tiba2 telah terjadi perobahan besar. Tok Liong cuncia
menghambur, pekikan yang dahsyat sekali, mirip seperti naga meringkik karena
menderita luka. Bumi seolah tergetar. Sedemikian dahsyat pekikan itu
sampaipun Hui Yan yang rebah di tanah, melonjak bangun.

Karena berada dekat sekali dengan Tok Liong cuncia, Hui Giok menderita
kegoncangan paling hebat. Dia berusaha mengerahkan semangat dan tenaga-
murni untuk maju menghampiri ke tempat kedua orang itu. Setelah hanya
terpisah satu meter, dia kendorkan pengerahan tenaga-murni itu untuk
mengambil napas. Siapa tahu pada saat itu tiba2 Tok Liong meringkik seperti
halilintar. Tak ampun lagi Hui Giok mencelat terlempar ke udara.

Untung dia tidak gugup dan karena kepandaiannya tinggi maka dia lalu
berjungkir balik dan berusaha meluncur turun.

Begitu menginjak bumi dan memandang ke muka, dia lebih terkejut lagi. Saat itu
dilihatnya tangan kanan Tok Liong sudah ditarik dari dada Kun Hiap dan
tubuhnya berguncang-guncang keras tetapi wajahnya mengulum tawa berseri.

Kun Hiap masih tetap berdiri terlongong se-perti orang bengong. Beberapa saat
kemudian tiba-tiba Tok Liong cuncia tertawa, sesaat mengikik, sesaat
mengguguk dan sesaat ingin terbahak-bahak.

Memang tidak berapa keras nada tawanya itu tetapi suara tawa itu sungguh tak
sedap didengar bahkan seram menggidikkan buluroma. Sambil tertawa aneh itu
dia mundur sampai beberapa langkah dan sandarkan diri pada sebatang pohon.
Dan di situ dia tegak diam terlongong-longong.

Apakah yang telah terjadj, seorangpua tia-da yang tahu. Hui Giok dan Tong Wan
Giok memandang lekat pada wajah Tok Liong. Diiihatnya daging pipi cunciaa itu
mulal berkerenyutan makin lama makin cepat dan akhirnya daging pi-pinya itu
berdenyut-denyut riuh seperti dikeru-bungi ribuan semut yang tengah menari-
nari.

Asap putih yang menyelubungi tubuhnya tadi saat itu mulai menghilang. Tampak
wajahnya bercucuran keringat yang dihamburkan ke muka oleh daging pipinya

mailto:22111122@yahoo.com 357
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

yang berkerenyutan.

"Dia mau mati!'' tiba2 Hui Giok mendahu-lui memecah kesunyian.

"Hui Giok, hati21ah kalau bicara," seru Tong Wan Giok dengan suara tertahan.

Tetapi Hui Giok menunjuk pada Tok Liong cuncia dan berkata, "Lihatlah
gayanya, bukankah dia sedang menghambur keluar tenaga dalamnya?"

Sepasang mata Tok Liong cuncia melotot keluar, memancarkan cahaya suram
yang tajam. Tiba-tiba terdengar dia berteriak keras dam lalu berputar tubuh,
kedua lengan dijulurkan memeluk kencang batang pohon. Pohon itu memang
sepemeluk besarnya maka dapatlah dipeluknya dengan erat.

Krak, krak, krak, batang. pohon itu mengeluarkan bunyi berderaka-derak dan
kedua tangan Tok Liong makin lama makin menyusup masuk ke dalam batang.
Tak berapa lama kemudian le-ngannya lenyap karena ambles ke dalam batang
pobon, separoh dari dari tubuhnya pun ikut ma-suk ke dalamnya.

Beberapa saat lagi batang pohon itu tumbang ke tanah, menimbulkan bunyi
yang gempar. Kedua lengan Tok Liong seperti sepasang pedang tajam yang
mengacipnya. Setelah terbebas dari batang pohon, Tok Liong cuncia
menengadah ke langit dan terus rubuh ke tanah. Sekujur badannya seperti
ditusuki beribu-ribu jarum sehingga menimbulkan bintik2 kecil yang berdarah.
Dalam beberapa kejab saja dia sudah berobah menjadi seperti manusia darah,
Dan sejak saat dia jatuh, dia sudah tak berkutik lagi., Rupanya serempak-dengan
tumbangnya batang pohon, nyawa Tok Liong cunciapun ikut amblas.

Karena pada saat jiwanya melayang, tenaga-dalamaya masih belum


menghambur ke luar, ma-ka tenaga~dalam itupun membobol ke luar mela-lui
setiap jalandarah. itulah sebabnya maka seku-jur tubuhnya saperti ditusuki
ribuan jarum dan menimbulkan bintik2 yang menyemburkan darah.

Tok Liong cuncia seorang tokoh yang jarang terdapat tandingannya dalam dunia
persilatan. Na-mun rasanya jarang kalau tak boleh dikata hampir tak ada,
manusia yang mengalami kematian dalam cara yang begitu mengerikan seperti
itu.

Setiap manusia yang berhamba pada Nafsu, tentulah akan memperoleh ganjaran
kematian yang meriah dari penderitaan, siksa dan kehancuran yang mengerikan.

Tong Wan Giok dan Hui Giok mengantar kematian Tok Liong cuncia dengan
pandang mata terlongong dalam kebisuan.

mailto:22111122@yahoo.com 358
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Beberapa saat kemudian, adalah Hui Giok yang mulai bergerak lebih dulu. Tetapi
bukan menghampiri untuk memeriksa bagaimana keadaan Tok Liong cuncia,
melainkan mulai sibuk memungut biji Kuda besi yang masih berceceran di tanah.

Melihat tingkah laku tacinya, Hui Yan tertawa hambar "Obat mujijat yang berada
dalam delapan kuda besi itu, sebenarnya dapat menyembuhkan ingatan Kun
Hiap, tetapi sekarang hanya tinggal tujuh biji, entah apakah masih ada
manfaatnya ?"

"Karena yang satu biji telah engkau rusakkan," cepat Hui Giok menyahut dingin.

Sudah tentu Hui Yan meluap kemarahannya mendengar kata2 itu. Sudah
berulang kali ta-cinya menggunakan bermacam-macam cara yang keji untuk
mencelakainya, tetapi sekarang malah seenaknya sendiri menuduh dia yang
merusak salah sebuah kuda besi itu.

Sebenarnya dia sudah tak tahan dan hendak bertindak tetapi pada lain saat dia
dapat menekan perasaannya dan hanya berkata, "Lebih dulu minumkan obai
mujijat dalam tujuh kuda besi itu kepada Kun Hiap, baru nanti kita bicara lagi."

Hui Giok hanya tertawa dingin dan berputar tubuh. Tetapi waktu berhadapan
dengan Tong Wan Giok, wajahnyapun sudah bersih dari kerut2 keganasan.

“Peh-bo, bagaimana maksudmu?" tanyanya dengan lembut kepada Tong Wan


Giok.

Saat itu Tong Wan Giok sedang memandang penuh dendam kepada Wi Ki Hu.
Tampak Wi Ki Hu masih berdiri tegak seperti patung. Entah bagaimana, Tong
Wan Giok lalu menjawab pertanyaan Hui Giok dengan nada yang tenang sekall,
"Kukira kurang satu bijipun tak mengapa. Inilah saatnya Kun Hiap dapat
melampiaskan pembalasan dengan tangan sendiri!"

"Peh-bo, kalau dia sudah pulih kesadaran pikirannya . . . "

Bcium Hui Giok menyelesaikan kata-katanya, Tong Wan Giok sudah mengetahui
isi hatinya maka ditepuknya bahu nona itu pelahan-lahan dan berkata, "Jangan
kuatir, akulah yang akan berusaha untuk kepentinganmu, Kun Hiap tentu akan
menurut omonganku."

Sudah tentu Hui Yan juga mengerti apa yang akan dituntut Hui Giok. Seketika ia
rasakan kepalanya berputar-putar keras. Jelas tacinya tetap akan merebut Kun
Hiap.

Tiba-tiba Hui Yan tertawa. Dia sendiri tak tahu mengapa dia tertawa. Bukankah

mailto:22111122@yahoo.com 359
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dia seha-rusnya menangis? Mengapa dia tertawa?

Dia tahu bahwa tacinya itu tentu tahu kalau dia takkan hidup lama tetapi
nyatanya Hui Giok masih tak mau melepaskan Kun Hiap. Dia tetap akan merebut
pemuda itu dari adiknya.

Tawa Hui Yan itu telah membuat Hui Giok dan Tong Wan Giok terkesiap.. Hui
Giok me-mandang adiknya dan bertanya-tanya dalam hati: Dia,. menertawakan
apa? Mengapa dia tertawa?

Tetapi dia tetap tak tahu apa sebabnya. Jelas pernyataan Tong Wan Gok sudah
memberi jaminan bahwa selekas Kun Hiap pulih kembali kesadaran pikirannya,
pemuda itu tentu akan dijodohkan kepadanya.

Tentulah Hui Yan tahu hal itu. Tetapi mengapa dia tertawa? Bukankah
seharusnya bersedih dan marah?

Walaupun belum dapat mengetahui apa artinya Hui Yan tertawa itu, namun
sebagai seorang nona yang julig pikiran, dia menduga tentu ada sesuatu
dalam.tawa, Hui Yan itu.

Dia menyadari bahwa selama Hui Yan masih hidup, Kun Hiap akan menjatuhkan
pilihan kepada siapa, masih belum pasti, walaupun mamanya tentu akan
membujuknya supaya memilih Hui Giok. Maka satu-satunya jalan yang paling
aman adalah, Hui Yan haus lenyap.

Demikian Hui Gjok menimang-nimang suatu keputusan yang ganas dan sadis.
Betapa tidak. Demi merebut kasih. seorang pemuda dari tangan adiknya dia
sampai hati untuk membunuh adik kandungnya.

Memang kedengarannya begitu. Tetapi bagi seorang gadis yang sudah hilang
rasa kemanusiaannya, jangankan adik, bahkan mamanya sendiripun tegah juga
dikorbankan.

Tetapa diapun menyadari bahwa saat ita Tong Wan Giok hadir disitu. Dia harus
mencari akal cara bagaimana supaya calon mama mertuanya itu jangan sampai
tahu isi hatinya yang ganas dan sadis.

Cepat sekali dia sudah menemukan akal. Ia pura-pura menanggapi tawa Hui Yan
itu sebagai rasa girang dari adiknya maka dengan ramah diapun segera berseru,
"Sam-moy, kemarilah untuk membantuku. Aku kuatir karena masih kehilangan
kesadarannya mungkin Kun Hiap tak mau meminum obat itu. Mungkin kalau aku,
seorang tentu tak dapat meneatasinya.

mailto:22111122@yahoo.com 360
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hui Yan berhenti tertawa dan memandang tacinya beberapa jenak, beru berkata.
"Hm, engkau hendak main siasat apa lagi?"

Hui Giok kerutkan alis dan berpaling ke samping, "Peh-bo, lihatlah adikku itu,
betapa kecil sekali hatinya."

Tong Wan Giok tertawa, "Dia masih muda sekali, tak dapat disalahkan. Lebih
baik aku saja yang membantumu."

Saat ita Hui Yan sudah pelahan-lahan mendekati, serunya, "Ji-ci, sekali lagi
kuberi peringatan kepadamu. Jangan engkau main siasat jual aksi lagi. Paling
banyak aku hanya dapat hidup tiga hari lagi, engkau masih mau bagaimana lagi
? Bahwa terhadap orang yang sudah hampir sampai ajalnya engkau tak mau
melepaskan, apakah itu bukan keliwat ganas sekali ?"

Hui Giok tertawa. "Tuh lihat engkau ini. Mengapa ngoceh. tak keruan begitu ?"

Kedua taci adik itu sama2 menghampiri ke tempat Kun Hiap, Dan berkatalah Hui
Giok. "Sam-moay, peganglah bahunya, bia aku yang memberinya minum obat!"

Tadi telah disaksikan Hui Giok, bahwa seorang tokoh sakti seperti Tok Liong
cuncia saja ketika memegang tubuh Kun Hiap, telah termakan daya tolak dari
tenaga-sakti tubuh pemuda itu hingga tenaga-dalam Tok Liong berhamburan
keluar dan mati seketika. Jelas bahwa dalam tu-buh Kun Hiap itu penuh dengan
tenaga-sakti yang luar biasa. Dan karena saat itu Kun Hiap masih hilang pikiran,
tentulah dia tak tahu siapa yang memegang bahunya. Pokok asal tubuhnya
mendapat tekanan atau pukulan, otomatis daya-tolak tenaga-saktinya tentu akan
memancar.

Dengan demikian, Hui Giok hendak meminjam tenaga sakti Kun Hiap untuk
membunuh Hui Yan. Tong Wan Giok pasti takkan tahu dan Hui Yan pasti mati.
Bukankah suatu cara yang tepat ?

Sejenak HuiYan meragu. Tetapi pada lain saat dia terus ulurkan kedua tangan
memegang bahu Kun Hiap. Seketika dia rasakan dari bahu pemuda itu menguap
suatu aliran tenaga-dalam keatas. Hui Yan menyadari apa bila dia menekan
dengan keras, tentulah aliran tenaga sakti itu akan lebih keras dan memancarkan
daya tolak yang hebat. Dan kalau sampai begitu, bukan saja Hui Yan tak dapat
menguasai Kun Hiap, pun malah dia sendiri tentu akan menderita luka dari daya-
tolak itu. Maka dia tak mau menekan keras dan hanya memegang dengan
pelahan saja.

Setelah melihat adiknya masuk perangkap dalam ancaman bahaya, diam2 Hui
Giok gembira sekali.

mailto:22111122@yahoo.com 361
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Sam-moay, peganglah baik?, jangan sampai dia meronta. Kalau sampai obatnya
tumpah, tentu sia-sialah usaha kita semua," seru Hui Giok dengan nada serius.

Hui Yan tak mau banyak bicara dengan ta-cinya. Dia pura2 memegang erat2
bahu KunHiap. Memandang wajah Kun Hiap yang tetap tertawa seperti orang
limbung, hati dara itu seperti disayat sembilu.

Tetapi pada lain saat diapun memikir bahwa sekalipun keadaan Kun Hiap tampak
begitu mengenaskan tetapi sebenarnya pemuda itu tak sadar dan tak merasa
menderita kesakitan apa2, Hui Yan tak tahu pasti apakah sisa ketujuh biji kuda
besi itu akan dapat menyembuhkan Kun Hiap.

Suatu hal yang paling menyakitkan hati Hui Yan adalah bukan itu melainkan
suatu hal yang akan terjadi nanti. Yalah apabila Kun Hiap berhasil sembuh,
pastilah pemuda itu takkan mampu lepas dari cengkeraman Hui Giok, tacinya
yang ganas dan sadis itu. Dan disitulah ia (Hui Yap) nanti baru merasakan
penderitaan batin yang sesungguhnya.

Memikir sampai disitu, hati Hui Yan seperti tawar. Dia memikir lebih lanjut,
adakah keputusan nya untuk menyerahkan kedelapan biji kuda.besi kepada Kun
Hiap itu, sebenarnya suatu langkah yang benar atau salah.

Pada saat Hui Yan terbenam dalam lamunan, adalah Hui Giok mulai bekerja. Dia
memegang sebuah kuda besi dan menyelentik dengan jarinya, trik .... lubang
pintu dari kuda besi itupun terbuka dan seketika menguaplah hawa yang pedas
menyengat hidung. Hui Giok lekatkan kuda besi itu ke bibir Kun Hiap dan sekali
gunakan tenaga-dalam, cairan hitam dari kuda besi itupun segera mencurah
kedalam mulut Kun Hiap.

Mulut Kun Hiap tetap menganga seperti orang tertawa. Waktu cairan hitam itu
meluncur ke tenggorokannya, gluk .. . diapun segera mene-lannya. Seketika
wajahnya yang selalu berseri tawa itu, tidak tampak tertawa lagi.

Hui Yan terkejut gembira. Hui Giok tak mau membuang tempo lagi. Kelingking
tangan kanan nya melingkar dan mengait kaki kuda besi yang dia tempelkan ke
mulut Kun Hiap tadi. Dalam kece-patan gerak yang sukar dilihat orang, cepat dia
tusukkan kaki kuda besi itu ke jalan-darah Jin-tiong-hiap (diatas bibir) Kun Hiap.

Karena cepatnya, sampai Hui Yan yang berada dekat, tidak mengetahuinya. Dara
itu hanya merasa bahwa sepasang bahu Kun Hiap tiba2 saja, bergetar dan
menghamburkan tenaga-sakti yang besar. Hui Yan hanya sempat menjerit kaget
dan tubuh dara itupun segera mencelat dan berbareng itupun ada dua arus
tenaga-dalam kuat membentur siku lengannya dan dengan cepat arus tenaga-

mailto:22111122@yahoo.com 362
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dalam itu mengalir kearah dadanya. blek. . .. dadanya serasa dihantam dua
pukulan yang berat sekali.

Waktu melayang di udara Hui Yan rasakan pandang matanya gelap dan bumi
berputar-putar, bibirnya terasa anyir. Ketika melayang jatnh ke tanah, dia terus
saja menyemburkan darah segar seperti hujan mencurah.

Hui Yan sudah limbung. Namun dalam saat2 itu dia sempat mendengar sehuah
suara yang memanggilnya dengan nada mesra sekali, "Hui Yan . . . . "

Nada itu iapun masih sempat mengingat seperti suara Kun Hiap. Tetapi apakah
Kun Hiap benar memanggilnya? Bukankah pemuda itu belum sembuh sama
sekali?

Hui Yan tak dapat mengetahui jelas apa yang terjadi di sekelilingnya. Pandang
matanya sudah berbinar-binar dan kepalanya berat sekali. Pikirnya, tentulah saat
ita dia sudah hampir dekat ajalnya. Kalau tidak mengapa dia seperti mendengar
suara Kun Hiap memanggilnya? Bukankah itu hal yang mustahil?

Tubuhnya terus melorot ke bawah dan rubuh. tetapi dia heran. Mengapa bukan
jatuh di tanah yang keras melainkan seperti di tubuh seseorang. Tetapi dia tak
tahu siapakah orang itu karena saat itu juga dia terus pingsan ....

Entah berselang berapa lama ketika dia sudah dapat merasa, dia masih
mendengar suara orang tadi memanggil-manggilnya, "Hui Yan! Hui Yan!"

Dan jelas kalau suara itu jelas suara Kun Hiap. Hui Yanpun menghimpun napas
dan tenangkan perasaannya untuk mendengarkan lebih seksama. Dan ah,
memang yang didengarnya itu tetap suara Kun Hiap yana tetap memanggil
namanya, "Hui Yan,. Hui Yan!"

Hui Yan membuka mata tetapi pandang matanya masih kabur. Dia merasa
dilhadapannya itu bersilang selisih banyak sosok2 tubuh. Lama kelamaan,
bayangan2 inipun makin berkurang dan akhirnya menjadi hanya empat orang.

Yang seorang terpisah jauh dari tempatnya dan orang itu adalah Wi Ki Hu. Yang
seorang, paling dekat dengan dia, sedang menekuk sebelah kakinya dan berlutut
di hadapannya. memandangnya dengan penuh harap. Da tak lain adalah Kun
Hiap. Dan masih ada dua orang lagi, berdiri di belakang Kun Hiap, yalah Tong
Wan Giok dan Hui Giok.

Hui Yan benar2 tidak tahu apa yang telah terjadi. Diapun hanya memandang
lekat2 pada Kun Hiap saja dengan hati diliputi pertanyaan.

mailto:22111122@yahoo.com 363
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Benarkah dia itu Kun Hiap?"

Beberapa saat kemudian, ia terkejut dan terlongong. Dia lupa kalau dirinya
menderita luka parah. Perhatiannya hanya tertumpah pada pemuda yang
berlutut di hadapannya itu. Ah, dia memang benar2 Kun Hiap dan sekarang dia
sudah pulih ingatannya. Aneh, padahal dilihatnya Hui Giok masih membawa
enam biji kuda besi. Mengapa tadi hanya makan satu biji obat dalam kuda besi
itu, Kun Hiap sudah sembuh?

Melihat wajah dan sikap Kun Hiap saat itu, serentak timbul ingatan Hui Yan
untuk mengoloknya.. Tetapi entah bagaimana. Pada lain saat keinginannya itu
lenyap.

Memang setelah mengalami berbagai penderitaan, rupanya watak dan hati Hui
Yanpun telah mengalami perobahan besar. Tidak lagi dia seorang dara yang
suka ugal-ugalan dan tak takut segala apa.

Hui Yan tidak mau tertawa, melainkan menghela napas panjang, katanya, "Aku...
aku tak apa2, jangan engkau bingung."

Mendengar itu Kun Hiap lalu memapahnya berdiri. Tetapi karena Hui Yan masih
terluka parah dan tak dapat berdiri tegak, pun waktu berdiri itu hawa-murni
dalam tubuh Kun Hiap belum terhimpun maka anakmuda itu juga sempoyongan.
Akibatnya, keduanya sama2 jatuh lagi.

Hui Giok cepat loncat menghampiri, “Kun Hiap, jangan bergerak. Engkau baru
minum obat sebiji kuda besi, tentu belum sembuh betul.."

Kun Hiap memandang nona itu dengan penuh kemuakan Dia berpaling, ah, tiba2
dia melihat mamanya. Diapun tertegun.

Waktu habis minum obat tadi, memang kesadaran pikiran Kun Hiap pulih
kembali, Tetapi pada saat itu yang tampak di hadapannya hanyalah Hui Yan. Dia
tak tahu yang lainnya. Baru sekarang dia tahu kalau ada beberapa orang yang
berada ditempat itu.

"Ma . . . !" teriaknya. Saat itu juga diapun melihat Wi Ki Hu. Serentak dia berdiri.

Tong Wan Giok memegang ujung pedang dan menyodorkan tangkai pedang
kepada Kun Hiap, "Kun Hiap, ambilah!"

Walaupun hanya singkat saja kata-kata mamanya itu tetapi Kun Hiap sudah tahu
jelas apa maksudnya. Diapun segera menyambuti. Tetapi sesaat menyambuti,
tubuhnya gemetar dan kedua kakinya lunglai mau jatuh. Buru2 dia gunakan

mailto:22111122@yahoo.com 364
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ujung pedang untuk menahan tubuhnya, baru dia dapat berdiri tegak.

Tahu musuh besar yang telah mengelabuhi dan menyuruhnya memanggil


sebagai ayah, Kun Hiap memang tak dapat menahan diri lagi. Tetapi dia gemas
mengapa dia serasa tak punya daya kekuatan sama sekali. Untuk melampiaskan
kemengkalan hatinya dia memekik keras.

Melihat keadaan puteranya. Tong Wan Giok tak habis herannya Kalau tadi
seorang tokoh seperti Tok Liong cuncia saja dapat dihancurkan mengapa
sekarang Kun Hiap lemas lunglai seperti tak punya tenaga.

Melihat itu Hui Yan alilikan pandang ke arah tacinya. Dia curiga jangan2, Hui
Giok main gila lagi.

Hui Giok membelalakkan mata dan memandang Tong Wan Giok. Jelas dia sendiri
juga tak tahu apa sebab tiba2 tenaga-sakti Kun Hiap hilang tanpa bekas.

Sesaat mereka terlongong heran, Pada saat itu tampak Wi Ki Hu pelahan-lahan


ayunkanlangkah menghampiri dan berdiri dihadapan Kun Hiap.

Kedua orang yang selama duapuluh tahun pernah menjadi ayah dan anak, saling
beradu pandang dengan tajam. Sampai beberapa jenak kedua tak bicara.

Kun Hiap masih berdiri dengan menggunakan ujung pedang sebagai


penyanggah. Tubuhnya agak gemetar dan matanya seperti memancarkan api.

Beberapa saat kemudian barulah Wi Ki Hu berkata dengan nada sarat, "Kun


Hiap, apakah engkau sudah memperoleh ketenangan. pikiranmu kembali ?"

Sejak pingsan di kamar rahasia Tian Put Biat, Kun Hiap terus berobah menjadi
orang yang hilang pikiran. Dia tak tahu sama sekali apa yang telah terjadi pada
dirinya. Bahkan mengapa tahu2 dia bisa tiba ditempat sekarang, diapun tak
tahu.

Kun Hiap tak tahu dia memang tak mau tahu apa yang ditanyakan Wi Ki Hu. Dia
menghimpun tenaga untuk mengangkat pedangnya tetapi dia merasa seolah
seluruh tubuhnya itu penuh dengan lubang-lubang kecil sehingga hawa-murni
yang telah dihimpunnya itu merembes keluar lagi. Dengan begitu dia tak
mempunyai tenapa lagi untuk mengangkat pedang. Bahkan dia rasakan
tubuhnya itu serasa kosong melompong tiada daya kekuatan sama sekali.

Dja geleng-geleng kepala. pikirnya, "Aku ini barangkali sedang bermimpi. Karena
hanya dalam impian saja kesemuanya yang kualami ini dapat terjadi . . . . "

mailto:22111122@yahoo.com 365
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dan pada saat ia miringkan tubuh, byur, dia terus jatuh ke tanah. Uh, dia
merasa sakit karena kebetulan jatuh pada batu yang tajam.

Melihat itu Wi Ki Hu cepat maju untuk memapahnya, tetapi sebelum tangannya


menjamah tubuh Kun Hiap, Tong Wan Giok sudah melengking, "Jangan
menyentuhnya!"

Wi Ki Hu seperti disambar petir rasanya sehingga tubuhnya tergetar keras. Saat


itu tangannya hanya terpisah beberapa dim dari tubuh Kun Hiap. Tetapi jarak
sedekat itu cukup menggariskan pemisahan tajam dari kasih sayangnya antara
seorang ayah terhadap puteranya selama duapuluhan tahun. Da seperti
kehilangan daya kekuatan untuk melanjutkan uluran tangannya.

Menyusul Tong Wan Giok berteriak nyaring lagi, "Apakah engkau masih pantas
untuk menyentuhnya? Apakah engkau tak pernah teringat bahwa ayahnya telah
mati ditanganmu? Pada waktu itu dia memang belum lahir ke dunia!"

Pelahan-lahan Wi Ki Hu berdiri. Daging pipinya berkerenyutan keras. tetapi tak


dapat berkata apa-apa.

"Nona Tian," kata Tong Wan Giok pula, lekas minumkan obat dalam beberapa
biji kuda besi itu kepada Kun Hiap. Dia .... dia harus menuntut balas untuk
ayahnya!"

Hui Giok mengiakan dan segera menghampiri.. Wi Ki Hu seperti sebuah patung


yang segera menyisih mundur sampai beberapa langkah.

Setiba dimuka Kun Hiap, lebih dulu Hui Giok memberi keterangan, "Sebenarnya
kuda besi ini berjumlah delapan biji. Tetapi ada satu biji yang telah direbut sam-
moay untuk diminumnya. Kalau engkau minum obat ketujuh biji kuda beri ini,
entah apakah khasiatnya....masih. tetap sama."

Mendengar kata-kata “direbut oleh sam-moay" Hui Yan membuka mulut hendak
berteriak tetapi tak dapat bersuara. Dan malah pandang matanya gelap terus
pingsan lagi.

Karena saat itn terhalang oleh Hui Giok maka Kun Hiap tak tahu kalau Hui Yan
pingsan.

Hanya Wi Ki Hu yang mengetahui itu. Dia menghela napas lalu memapah Hui
Yan supaya duduk.

Sedangkan Kun Hiap memalingkan muka tak mau melihat Hui Giok seraya
berkata dengan dingin, "Kalau Hui Yan suka, biarlah diminumnya saja. Lukaku

mailto:22111122@yahoo.com 366
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

dapat sembuh sendiri.

Mendengar itu Hui Giok merasa tersinggung dan marah sekali sehingga
tangannya sampai gemetar.

"Kun Hiap, lekas minumlah !" Tong Wan Giok gopoh berteriak, "jangan bicara tak
karuan, Engkau menolak apa saja tetapi apakah engkau menolak untuk bertemu
dengan.. . ayahmu yang belum pernah engkau lihat itu .... apakah engkau tak
mau membalaskan sakit hatinya ?"

(bersambung ke jilid 13).

Diluap oleh emosi maka Tong Wan Giok telah memberi peringatan kepada
putranya dengan kata-kata, yang cukup keras.

Kun Hiap gelagapan. Apalagi didengarnya nada kata2 mamanya tadi amat sendu
dan saat itu mamanya berpaling memandang ke arah Wi Ki Hu.

Tampak Wi Ki Hu tenang saja tak menghiraukan sikap dan kata2 Tong Wan
Giok.

Kun Hiap seperti tenusuk ujung pedang mendengar kata2 mamanya itu.
Serentak dia mengertek gigi dan berseru, "Baik, bawalah kemari.”

Hui Giok cepat mengangsurkan kuda besi.

Sekali teguk maka cairan manis itupun segera masuk ke dalam tenggorokan Kun
Hiap. Gluk, begitu masuk ke dalam perut, sebuah aliran panas segera mengalir
dari bawah ketiak menuju ke jari tengah. Tapi serentak aliran itu berhamburan
balik kembali.

Dia terkejut dan kebaskan tangan ke atas. Wut, segulung angin bertenaga kuat
berhamburan, menyiak Tong Wan Giok ke belakang dan menerbangkan pasir
dan batu.

Kun Hiap sendiri kaget tetapi dia rasakan hawa-murni dalam tubuhnya hanya
naik turun di antara jalandarah Thian-coan-hiat dan Tiong-jong-hiat saja. Hanya
lengan kirinya yang sudah bertenaga kuat, dia minta semua obat dalam kuda
besi lainnya dan diminumnya habis.

Setiap obat dalam kuda besi dapat memulihkan kembali sebuah uratnadi besar
sehingga hawa-murni dalan tubuhnya akan lancar lagi.

Saat itu Hui Yan sudah sadar dari pingsannya, Berpaling ke arah Wi Ki Hu,

mailto:22111122@yahoo.com 367
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

terlihat wajah lelaki itu tampak rawan, Entah bagaimana tiba2 timbullah rasa
kasihan dalam hatinya.

"Wi tayhiap," katanya, "tenaga-sakti dan ingatan Kun Hiap akan pulih kembali.
Mengapa engkau tak cepat2 tinggalkan tempat ini?"

Wi Ki Hu terkesiap. Rupanya dia tak menduga Hui Yan akan berltata demikian
demi memikirkan keselamatannya.

Beberapa saat kemudian baru terdengar dia menyahut, "Tidak, aku tak ingin
pergi."

"Kurasa Kun Hiap akun membunuhmu nanti!" kata Hui Yan pula.

Kumis dan jenggot Wi Ki Hu meregang serunya tegas, "Apa yang telah


kuperbuat dalam hidupku, tak pernah aku merasa menyesal. Andaikata aku jadi
setan, pun harus terang-terangan. Perlu apa aku harus pergi?"

"Tutup mulutmu!" tiba2 terdengar suara hentakan yang menggeledek sehingga


bumi seolah bergetar.

Pandang mata Hui Yan kembali berkunang. Dia berusaha untuk menghimpun
semangat memandangnya. Tampak Kun Hiap sudah berdiri. Walaupun tubuh
berlumutan kotoran dan pakaian compang camping, tetapi pemuda itu tampak
gagah sekali.

Jelas dilihat Hui Yan bahwa lengan kiri pemuda itu masih menjulai lemak ke
bawah seperti tak bertenaga. Sepasang matanya berapi-api memandang Wi Ki
Hu.

Tetapi Wi Ki Hu tetap bersikap tenang saja. Dia berpaling memandang Kun Hiap
dan beberapa saat kemudian baru berkata, "Apaka engkau sudah sembuh?
Tetapi mengapa lengan kananmu itu?”

Memang walaupun seluruh tubuh Kun Hiap sudah dapat mengalirkan tenaga-
sakti tapi tak dapat mengalir ke arah lengan kanannya. Bahwa dia mampu
memegang pedang itu saja adalah karena memaksa diri dengan susah payah.

Namun akhirnya dia memindahkan pedang ke tangan kiri juga. Tanpa menjawab
pertanyaan Wi Ki Hu, dia balas bertanya, "Apakah dulu engkau ingat pernah
membayangkan bahwa kelak akan tiba hari seperti saat ini ?”

Wi Ki Hu tertawa gelak2. Nadanya di luar dugaan, tenang sekali. Serunya,


“Tidak, aku memang tak pernah membayangkannya,"

mailto:22111122@yahoo.com 368
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap maju selangkah. Waktu menginjak segunduk batu, batu itu terdengar
bergemerutukan. Ternyata batu itu hancur berantakan.

Pedang di tangan kiri pelahan-lahan diangkat ke atas. Karena disaluri tenaga-


dalam dari tangan kirinya maka batang pedang itupun berdering dering keras.

"Dulu engkau telah membunuh seorang saudara-angkatmu, sekarang engkau


hendak mengatakan apa?"

Wajah Wi Ki Hu memancarkan seri tawa. Walaupun tawanya bernada hambar


tetapi dia memang tertawa. kemudian dengan tenang dia berkata, "Tak ada
yang perlu kukatakan apa lagi. Aku telah merawat dan membesarkan engkau.
Demikian pula telah memperlakukan dengan baik kepada mamamu selama
duapuluh tahun. Kelak kalian juga akan menikmati hari2 bahagia. Untuk itu aku
sudah ikut merasa bahagia juga. Nah, mengapa engkau tak lekas turun tangan?
Mau tunggu apa lagi?"

Kun Hiap memegang pedangnya erat-erat. Menurut nalarnya, karena telah


membunuh saudara-angkat dan merebut isterinya selama duapuluh tahun,
tentulah Wi Ki Hu akan gemetar menghadapi kematian.. Tetapi mengapa dia
begitu tenang sekali?

Ujung pedang Kun Hiap sedikit demi sedikit makin maju tetapi berbareng, itu
perasaan hatinyapun makin berat..

Wi Ki Hu tak mau memandang Kun Hiap dan tak mempedulikan sama sekali
maut yang akan tiba itu. Dia hanya memandang2 ke arah Tong Wan Giok
dengan terlongong-longong.

Sinar mata Wi Ki Hu sangat teduh, bukan seperti orang yang ketakutan akan
mati di bawah ujung pedang.

Waktu melihat ujjung pedang makin mendekati dada Wi Ki Hu, sebenarnya Tong
Wan Gi-ok akan gembira sekali. Tetapi setelah melihat sinar mata Wi Ki Hu,
entah bagaimana ada sesuatu yang timbul dalam hatinya. Dia ingin menghalau
perasaan itu tetapi malah makin lama makin berat.

"Hiap-ji, tunggu dulu. Aku hendak bertanya lagi kepadanya," akhirnya dia
berseru mencegah puteranya.

Kun Hiap tertegun. Sebelum dia sempat menarik kembali pedangnya, Wi Ki Hu


sudah melantang, "Wan Giok, apa yang hendak engkau tanyakan lagi? Sudah
kukatakan semuanya,"

mailto:22111122@yahoo.com 369
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tong Wan Giok melesat maju ke muka Wi Ki Hu. Lebih dulu dia suruh Kun Hiap
mundur. "Ma, hati-hatilah," kata Kun Hiap.

Wi Ki Hu tertawa hebat "Tak perlu engkau kuatir, Kun Hiap. Cobalah pikirkan.
Kalau aku memang mempuuyai pikiran untuk mencelakai mamamu, masa aku
tak dapat melakukannya selama duapuluh tahun yang lalu. Kalau selama itu saja
aku tak berbuat demikian, masakan aku harus menunggu sampai hari ini?"

Merah muka Kun Hiap mendengar ucapan itu. Dia segera mundur beberapa
langkah tetapi tetap bersiap dengan pedangnya.

Dengan nada sarat bertanyalah Tong Wan Giok kepada Wi Ki Hu, "Mengapa
engkau membunuh dia? Bilanglah, mengapa engkau harus membunuhnya?"

"Wan Giok, aku tak percaya kalau engkau tak tahu. Aku ..... membunuhnya, itu
karena di luar kehendakku .... tetapi aku memang telah membunuhnya karena
aku mencintai engkau,"

Wan Giok menghela napas dalam2, "Tetapi engkau telah membunuhnya dan
engkaupun telah mengambil aku sebagai isteri. Tetapi selama dua-puluh tahun
ini . . . . . kita hanya menjadi suami isteri secara simbolis. Mengapa begitu?"

"Demi cintaku kepadamu," sahut Wi Ki Hu.

"Tidak," teriak Tong Wan Giok, "engkau tentu hendak menyiksa batinku. Engkau
benci kepadaku karena aku mencintainya. Oleh karena itu maka engkau
membunuhnya. Dan kemudian engkau menyiksa batinku agar setiap saat aku
merasa bahwa aku ini adalah miliknya dan bukan isterimu. Karena aku telah
mempunyai putera dari dia maka engkau tak mau menyentuhku lagi."

Habis berkata Tong Wan Giok terus menampar muka Wi Ki Hu tetapi kali ini Wi
Ki Hu menyambarnya. Melihat itu Kun Hiap terus gopoh menghampiri ....

"Tunggu!" teriak Wi Ki Hu mencegah anak muda itu, "sebenarnyaku sudah tak


mau bilang apa-apa lagi. Tetapi karena kalian mendesak begitu rupa, aku
terpaksa akan bicara."

Karena dia masih memegang erat-erat tangan Tong Wan Giok, Kun Hiap
terpaksa tak berani turun tangan.

"Bilanglah, hayo bilanglah! Kurasa engkau masih dapat berkata apa lagi," seru
Tong Wan Giok.

mailto:22111122@yahoo.com 370
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Wan Giok," kata Wi Ki hu dengan nada sarat, "engkau tak percaya kalau aku
benar-benar mencintaimu? Sejak pertama kau bertemu padaku sampai saat itu."

Mendengar itu Tong Wac Giok tertawa keras.

“Engkau sudah mau mati, masih mau merayu apa lagi. Apa gunanya?"

Wajah Wi Ki Hu pucat seperti mayat dan tubuhnyapun gemetar, serunya,


"Sebelum engkau tahu kalau aku membunub Can losam, apakah tidak ada setitik
rasa cintamu kepadaku?"

Tong Wan Giok menyahut hambar, "Waktu itu aku hanya berterima kasih sekali
kepadamu karena engkau mau mengambil aku sebagai isteri. Kalau engkau tidak
melakukan hal itu aku tentu akan mendapat malu besar!"

Cahaya wajah Wi Ki Hu mulai tenang kembali, katanya, "Selama duapuluh tahun


kita menikah, apakah hanya rasa terima kasih saja yang berada dalam hatimu?"

"Ya," sahut Tong Wan Giok, "hanya rasa terima kasih saja. Selama duapuluh
tahun ini, engkau pura-pura menjadi seorang kuncu karena sengaja tak mau
menyentuh aku. Tetapi hal itu takkan dapat menutupi sifat pribadimu yang
sebenarnya. Hm, engkau kira peristiwa itu takkan ada orang yang tahu! Apakah
engkau tak pernah memikirkan bahwa pada suatu hari perbuatanmu itu akan
diketahui orang?"

Tenang-tenang saja Wi Ki Hu berkata, "Kalau pada waktu itu aku tak


mengambilmu sebagai istri, lalu engkau bagaimana? Bilanglah?"

Tubuh Tong Wan Giok agak bergetar. Peristiwa selama duapuluh tahun kembali
membayang di pelupuknya. Pada waktu itu tiba-tiba Can Jit Cui lenyap tak
ketahuan dimana rimbanya. Pada saat itu, dia sudah mengandung. Sebagai
puteri dari keluarga tokoh persilatan yang ternama kalau sebelum menikah
sudah melahirkan anak, bukan saja dirinya akan dinista orang pun keluarganya
pasti akan hancur dalam kecemaran.

Kegelisahan dan keresahan hati Tong Wan Giok bukan alang kepalang.
Beruntung muncullah Wi Ki Hu yang bersedia mengawininya. Dengan begitu
terlepaslah dia dan keluarganya dari nasib kenistaan.

Saat itu tak terperikan rasa terima kasihnya kepada Wi Ki Hu. Tetapi sekarang
setelah mengetahui bahwa Wi Ki Hulah yang telah membunuh Can Jit Cui, bukan
saja rasa terima kasih itu hilang sama sekali, pun dia menganggap Wi Ki Hu itu
sebagai musuh besarnya.

mailto:22111122@yahoo.com 371
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Mengapa engkau tak bertanya, kalau engkau tak membunuh Can Jit Cui, lalu
keadaanku bagaimana?" balas bertanya Tong Wan Giok dengan menyala-nyala.

Wi Ki Hu tertawa, "Baik. baik, memang aku sebelumnya sudah menduga kalau


engkau pasti akan mengajukan pertanyaan begitu. Kalau aku tak membunuhnya,
keadaanmu lalu bagaimana? Hal itu tak perlu kukatakan lagi karena sekalipun
kujawab, engkau pasti takkan percaya. Tetapi rumah yang pemah kita tinggal
selama dua-puluh tahun itu, di kamar tulisku ada sebuah kamar rahasia kecil.
Kalau engkau ingin tahu peristiwa itu, silahkan engkau cari ke kamar rahasia itu
dan melihatnya apa yang ada disitu!"

Wi Ki Hu membawakan kata-katanya sepatah demi sepatah dengan tandas


sekali. Matanya penuh rasa duka dan mengibakan.

Tetapi Tong Wan Giok tak mau mendengarkan sama sekali. Dia hanya tertawa
dingin. Dan setelah Wi Ki Hu selesai bicara baru dia berkata dengan sinis,
"Apakah engkau masih ada muslihat lainnya lagi? Tetapi kalau ingin kami harus
kembali ke Liongse yang ribuan li jauhnya itu, tentulah ditengah jalan engkau
mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri, bukan? Ah, su-dahlah. Jangan
harap engkau bermimpi lebih lanjut!"

Wi Ki Hu tertawa pula, "Apakah aku pernah berkata begitu? Tetapi kupercaya,


engkau pasti teringat apa yang kukatakan ini . . . "

Dia mengangkat muka dan memandang kepada Kun Hiap lalu berkata dengan
pelahan, "Dan engkau nantipun juga akan ingat kata-kataku tadi. Pasti akan tiba
saatnya, kalian akan mencari ke kamar rahasia ini. Dan setelah tahu, pasti kalian
baru tahu kesemuanya."

Habis berkata dia lepaskan genggamannya pada tangan Tong Wan Giok. Dia
memandang ke langit dan berkata, "Kalau waktu itu, dalam pertempuran dengan
Can Jit Cui aku tak dapat membunuhnya maka aku tentu akan mencarinya untuk
bertempur yang kedua, ketiga kalinya sampai dia dapat kubunuh!"

Mendengar kata2 Wi Ki Hu yang begitu sadis, Tong Wan Giok dan Kun Hiap
serempak memekik keras. Tong Wan Giok sudah terlepas dari genggaman Wi Ki
Hu, Kun Hiap tak perlu cemas lagi. Pedang tiba2 diTusukkan dan menyusup ke
dalam daging Wi Ki Hu sampai tiga bagian. Tetapi anehnya Wi Ki Hu tidak mau
mundur dan menghindar.

"Tunggu!" sekonyong-konyong Hui Yan berteriak.

Kun Hiap hentikan tusukannya.

mailto:22111122@yahoo.com 372
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Kun Hiap," seru Hui Yan gugup, “Apakah. engkau tak merasa bahwa dalam soal
itu ada sesuatu yang aneh?"

Kun Hiap termangu tak dapat berkata.

"Kun Hiap, kalau saat ini engkau tak mau melampiaskan dendam sakithati
ayahmu. mau tunggu kapan lagi?" teriak Tong Wan Giok.

Wajah Kun Hiap berobah relap dan bertanyalah dia dengan nada sarat, "Hui Yan,
katakanlah, mengapa aku tak boleh membunuhnya?"

"Nona Tian," kata Wi Ki Hu pelahan, "harap jangan mencegahnya lagi. Kecuali


Toh Lian Hong masih hidup, mungkin saja dapat membuat aku tak sampai mati
di tangan mereka. Tetapi karena Toh Lian Hong sudah meninggal, maka akupun
pasti mati juga, Ha, ha, tenaga-sakti yang begitu dibanggakan ternyata begitu
kacau balau, tak dapat membedakan yang salah dengan yang benar, hitam
dengan putih!"

Kata2 itu diucapkan sepatah demi sepatah dengan nada sendu bagai kucuran
airmata darah membuat hati orang seperti disayat-sayat.

Mendengar itu, hati Kun Hiap seperti tergetar sehingga ujung pedang tak daPat
diajukan ke muka lagi. Tetapi pada saat itu, tiba2 seperti orang kerangsukan
setan Tong Wan Giok menyerbu datang, kedua tangan memegang lengan Kun
Hiap dan terus didorong ke muka sekuat-kuatnya ....

Kun Hiap terkejut. Sebenarnya dia hendak memancarkan tenaga-sakti menolak


mamanya tetapi dia kuatir akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada diri
mamanya. Karena tenaga-tolakan yang dimilikinya itu tentu akan melukai mama
nya.

Kun Hiap meragu dan dalam keraguan itu tiba2 terdengar suatu suara tertahan
cias . . ujung pedang telah menyusup masuk ke dada Wi Ki Hu . . . .

Kun Hiap terkejut dan cepat menarik tangannya. Seraya melepaskan


genggamannya. Na-mun tenaga menebarkan genggaman tangan itu telah cukup
membuat kedua tangan Tong Wan Giok terpental.

Dengan pedang masih menancap di dada, Wi Ki Hu terhuyung-huyung mundur


tiga langkah. Tangan kiri meraba ke belakang, rupanya hendak mencari
pegangan pada pohon. tetapi ternyata di belakangnya tak ada pobon sehingga
ka . rena meraba tempat kosong, dia terjungkal tertelentang jatuh ke tanah.

Hui Yan cepat lari menghampiri untuk menolong. Tampak sepasang mata Wi Ki

mailto:22111122@yahoo.com 373
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Hu berkeliar sejenak lalu pelahan-lahan mengatup rapat. Rupanya dia telah


meninggal.

Tong Wan Giok juga menghampiri. Melihat keadaan Wi Ki Hu dia tertawa gelak2,
serunya, "Ha, ha, akhirnya engkaupun skan merasakan saat seperti ini. Ya saat
seperti ini . . . . !"

Walaupun tertawa tetapi airmata wanita itu mengucur dengan deras di kedua
pipinya.

Kun Hiap tegak terlongong-longong. Waktu tahu kalau orang yang selama
duapuluh tahun dianggap sebagai ayahnya yetapi ternyata malah musuh yang
telah membunuh ayah kandungnya, ingin rasanya dia mencincang tubuh musuh
itu untuk membalaskah sakit hati mendiang ayahnya. Ayah yang belum pernah
dilihatnya itu.

Tetapi kini setelah Wi Ki Hu binasa di ujung pedangnya, bukankah seharusnya


dia bergembira? Mengapa Wi Ki Hu mati dengan begini tenang dan sebelum
ajalnya tiba telah menghamburkan penderitaan yang begitu mengerikan,
mencurahkan isi hatinya begitu menyayat perasaan?

Apa yang disaksikan itu terbayang pula dalam benaknya sehingga rasa gembira
karena sudah dapat melampiaskan dendam kesumat, malah makin kabur.

"Ma . . . , " beberapa saat kemudian dia baru dapat berseru dengin suara tak
lampias.

Pelahan-lahan Tong Wan Giok berpaling.

Walaupun mulut menyungging senyum tetapi wajahnya basah dengan airmata.

Kun Hiap tak mau melihat jenasah Wi Ki Hu, bukan karena dia benci melainkan
karena suatu hal yang dia sendiri tak mengerti. Dia berseru pula, "Ma . . . . "

"Sudahlah nak, semuanya telah berjalan baik, kita seharusnya pulang," kata
Tong Wan Giok.

"Pulang?" Kun Hiap tergagap, "Ke mana ki-ta akan pulang?"

"Sudah tentu pulang ke Wi-ke-chung di Liongse , . . . tidak, setelah kita pulang,


kita ganti nama desa itu dengan Can ke-cung. Wi Ki Hu telah membunuh
ayahmu, kita persembahkan desa kediamannya itu untuk memperingati arwah
ayah-mu, rasanya juga bukan suatu perbuatan yang keterlaluan."

mailto:22111122@yahoo.com 374
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Pulang ke Liongse . . . . ma , . .. . apakah engkau tak kuatir dalam kamar


rahasia di kamar tulisnya itu . . .. .

"Huh, itu hanya tipu muslihatnya saja," sahut Tong Wan Giok, "agar kita
bimbang dan tak jadi membunuhnya. Akan kutendang mayat bangsat itu ke
bawah karang!"

Tong Wan Giok terus memanggil 'nona Tian' sehingga Hui Yan tertegun tetapi
Hui Giok cepat menyahut, "Ya.." dia terus melesat dan sekali kebutkan lengan
baju, segulung angin kuat telah menerbangkan tubuh Wi Ki Hu yang masih
berhias pedang di dadanya itu bergelundungan jatuh ke bawah jurang karang
yang curam. Sebuah jurang yang tak pernah dijelajahi manusia karena dalam
sekali.

Lalu Tong Wan Giok memegang tangan puteranya dan berkata, "Nak, sekarang
semuanya telah beres. Engkau telah membunuh musuhmu dengan tanganmu
sendiri Sekarang ilmu kepandaianmu hebat sekali Ditambah nona Tian yang
memiliki cakar Hiat-hun-jiau dan baju Kim-wi-kah itu, rasanya kalian berdua
tentu akan merupakan pasangan yang tiada tandingannya dalam dunia
persilatan. Setelah pulang ke Liongse, kita segera akan mengirim undangan pada
seluruh tokoh dunia persilatan. Di dalam desa kita itu, kita nanti akan
mengadakan pertemuan besar dari para tokoh dunia persilatan.

Kata2 Tong Wan Giok itu sudah jelas artinya.. Hati Hui Giok kebat kebit tak
keruan. Mukanya merah dan dia tundukkan kepala.

Kun Hiap tertegun, serunya, "Ma, apa arti kata-katamu itu?"

"Nak, apakah engkau belum mengerti? Adanya mamamu hari ini dapat
menyaksikan engkau melakukan pembalasan kepada musuhmu itu, adalah
berkat bantuan dari nona Tian. Dialah yang menemani aku mencarimu kemana-
mana. Di telaga Thay-ou tempat kediaman Pik lo-pohpoh pun telah mengundang
banyak sekali tokoh2 persilatan. Kalau Toh Lian Hong belum mati, dia tentu akan
melarang kita melakukan pembalasan. Pada saat itu, tokoh2 persilatan yang
telah diundang di telaga Thay-ou itu akan membantu usaha kita. Hal itu
merupakan berkah Thian yang besar sekali, mengapa engkau tak bergembira?"

"Kalau begitu mama hendak mengajaknya pulang bersama kita ke Liongse?"


tanya Kun Hiap..

"Engkau belum mengerti," kata Tong Wan Giok, "aku menghendaki dia . . . . "

Tliba2 Kun Hiap tertawa keras, mendengar ucapan mamanya, "Liongse tempat
itu entah bagaimana hong-suinya (perhitungan mengenai baik buruknya tanah).

mailto:22111122@yahoo.com 375
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Baru saja telah mati seorang durjana yang sampai hati membunuh saudara-
angkatnya, sekarang kembali akan kedatangan seorang ratu momok yang telah
membunuh mama dan saudara kandungnya sendiri. Bukankah ganjil sekali?"

Kata2 yang diucipkan Kun Hiap dengan tegas dan tandas itu menyebabkan
wajah Hui Giok pucat seketika, "Pehbo..." katanya berbisik, seraya sandarkan diri
pada Tong Wan Giok.

Kun Hiap melesat menyelak ke tengah kedua wanita itu dan menegur, "Engkau
mau main gila apa lagi?"

Dengan bermacam usaha dan upaya, Hui Giok berjuang untuk merebut Kun Hiap
tetapi pada akhirnya dia hanya mendapatkan kesudahan yang begitu
menyakitkan. Sudah tentu dendam kebenciannya menyala-nyala, Dia menghela
napas dalam2.

"Can kongcu," serunya, "aku akan .... aku hendak bertanya kepadamu, dalam
soal apa aku telah menyalahi engkau?"

"Ya, memang engkau tak pernah menyalahi aku," jawab Kun Hiap, "tetapi
apakah engkau tak menyalahi mamamu Biau-koh cianpwe, tacimu dan adikmu
Hui Yan itu? Bilanglah!''

Wajah Hui Giok berobah seketika, "Engkau begitu membenci kepadaku?"

"Hiap-ji," seru Tong Wan Giok, "mengapa engkau mengoceh tak keruan begitu?
Mari kita lekas pulang!"

"Baik ma," sahut Kun Hiap, "kita memang harus lekas pulang, engkau, aku dan
nona Hui Yan. Ke mana saja aku pergi, apabila masih ada Tian Hui Giok manusia
iblis yang ganas itu, pasti akan kulenyapkan. Kalau tidak, Thian tentu akan
mengutuk diriku!"

Sambil berkata, dia terus balikkan tangan kiri menghantam. Seperti diketahui
lengan kanan anakmuda itu sampai saat itu masih melentuk tidak ada kekuatan
sama sekali.

Hui Giok terkejut sekali ketika sebuah ge-lombang tenaga dahsyat melandanya.
Untung dia cukup siaga. Walaupun terhuyung ke belakang tetapi dia tak balas
menghantam.

Memang bergerak cepat tetapi tenaga-han-taman Kun Hiap tadi cepat


mengejarnya sehingga dia terpental jungkir balik sampai enam tujuh kali, baru
dapat berdiri tegak di depan sebatang pohon besar.

mailto:22111122@yahoo.com 376
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dengan napas terengah-engah dia berseru, "Engkau .... begini rupa


memperlakukan aku, harap jangan menyesal di kemudian hari!"

"Adalah karena masih memandang muka Hui Yan, sekalipun kejahatanmu sudah
melewati takeran, tetapi sekali ini aku masih dapat memberi ampun. Apapun
yang hendak engkau gunakan, silahkan saja aku tak takut!"

Bum, bum .... untuk melampiaskan dendam kemarahannya, Hui Giok


menghantam batang pohon besar itu sehingga ranting dan daunnya
berhamburan jatuh.

Karena tak tahu mengapa kedua anakmuda itu bertengkar, Tong Wan Giok
berseru, "Nona Tian, tunggu, jangan pergi dulu!"

Karena sudah terlanjur malu dan marah, Hui Giok menyahut getas, "Sudahlah,
jangan engkau berpura-pura!" secepat berputar tubuh dia terus lari pergi.

Kun Hiap pelahan-lahan berputar tubuh dan berkata, "Kurasa sebelum tiba di
rumah, lukamu tentu sudah sembuh."

Terhiburlah hati Hui Yan melihat adegan tadi. Kun Hiap mengusir getas Hui Giok
dan bersikap lemah lembut kepadanya. Tapi teringat akan luka pada dirinya,
diam2 dia tersedu dan mengbela napas rawan, "Ah, rasanya sebelum
meninggalkn gunung ini, jiwaku sudah melayang ...”

"Jangan mengocch tak keruan begitu," Kun Hiap gugup, "apakan engkau hendak
menakut-nakuti aku?"

Hui Yan tertawa rawan, "Kun Hiap, engkau . . . kira aku ini masih seperti dulu?
Waktu berada di telaga Thay-ou tempat kediaman Pik aku telah dicelakai dengan
racun ganas oleh ji-ciku. Dan saat ini aku hanya dapat hidup selama dua hari
lagi, Apalagi masih menderita luka pa-rah, aku .... apakah masih bisa ke luar dari
gunung ini dalam keadaan hidup?"

Kun Hiap memegang pergelangan tangan Hui Yan untuk memeriksa denyut
darahnya, kemudian berkata gugup, "Engkau telah minum obat dari sebiji kuda
besi, apakah sama sekali tak ada manfaatnya?"

Dengan berlinang-linang airmata Hui Yan tersenyum, “Toh cianpwe pernah


bilang. Kalau mau menyembuhkan racun dalam tubuhku, harus makan delapan
biji kuda besi itu semua. Pada waktu itu sebenarnya kedelapan biji kuda besi
berada padaku, tetapi aku . . . . "

mailto:22111122@yahoo.com 377
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Mendengar itu Kun Hiap terus berjongkok sebelah kaki di hadapan si dara dan
memandangnya lekat2, "Ah, engkau telah melakukan hal yang tolol sekali!"

"Tidak," sahut Hui Yan, "aku telah berbuat hal yang kurasa paling baik," Dia
pejamkan mata, wajahnya mengulum senyum.

Sudah tentu Kun Hiap menjadi kelabakan sekali, Dia terus memeluk dara itu dan
berteriak, “Hui Yan .... Hui Yan ....!"

Hui Yan tidak mati tetapi napasnya lemut sekali Bibirnya yang pucat tak berdarah
itu tampak bergerak, "Biasanya kalau bertemu aku, engkau tentu takut dan
selalu menghindari. Tetapi mengapa sekarang . . . . "

"Sudahlah Hui Yan, jangan mengatakan hal itu lagi," kata Kun Hiap dengan hati
tersayat. Beberapa saat kemudian dia berpaling dan berseru, "Ma, apakah
engkau sudah jelas? Dialah yang menolong aku!"

Tong Wan Giok terlongong tak dapat bicara apa2

Sambil memegang pergelangan tangan si dara, dengan gemetar Kun Hiap


berkata pula, "Ah, mengapa engkau . . . menyiksa dirimu sendiri?"

Wajah Hui Yan yang pucat itu merekah seri tawa. “Kulihat engkau tersadar,
akhirnya kulihat engkau dapat pulih kembali. Aku gembira sekali. Sayang lengan
kananmu . . . . "

Tiba2 Kun Hiap teringat sesuatu, cepat dia berkata, "jangan kuatir Hui Yan,
engkau telah minum obat dari sebiji kuda besi. Masa tak ada khasiatnya sama
sekali. Asal dapat menahan supaya racun itu jangan sampai bekerja, akan
kubawamu ke ujung dunia untuk mencari tabib pandai. Tentu akan dapat
menyembuhkan engkau!"

Hui Yan pejamkan mata. Ah, betapa bahagianya kalau dia tak sampai mati, dia
melamun. Tetapi dia menyadari kalau hal itu hanya lamunan kosong.

Orang tua berpenyakitan atau Toh Lian Hong adalah seorang tokoh yang punya
segudang pengalaman. Kalau dia mengatakan bahwa hanya obat pusaka dari
dalam kedelapan kuda besi itu saja yang mampu menyembuhkan Hui Yan,
tentulah bukan omong kosong. Tak mungkin ada lain daya lagi.

Hui Yan tersenyum rawan, "Bukankah engkau hendak pulang ke Liongse?


Apakah engkau dapat membawa aku ke sana?"

"Tentu Hui Yan, tentu akan kubawamu pulang " seru Kun Hiap penuh haru.

mailto:22111122@yahoo.com 378
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sambil masih pejamkan mata, berkatalah dara itu dengan nada beriba-iba,
"Sepanjang perjalanan engkau temani aku, kalau napasku sesak, jangan
lemparkan diriku, maukah engkau?"

Kun Hiap mengangkat muka agar butir2 air mata yang yang hendak mengucur
pada pipinya dapat tertahan. Tetapi tetap airmata yang hangat itu tak tertahan,
mengalir melalui kedua celah pipinya.. Dengan paksakan tawa keras, dia berseru
penuh yakin, "Tidak, Hui Yan, engkau takkan mati.''

"Setiba di Liongse nanti," kata Hui Yan dalam nada yang tenang sekali, "kuburlah
aku di samping tempat tinggalmu, begitulah. Aku . . . tenang dengan bunga
warna ungu. Tanamlah pohon-pohon bunga di depan pusakaku. Dengan begitu
tidak kecewalah kita ....saling mengenal.

Mendengar itu Kun Hiap tundukkan kepala. Mukanya sudah penuh dengan
airmata maka begitu dia menundukkan muka butir2 airmata itupun mencurah ke
muka Hui Yan.

"Hai, apakah engkau menangis?" serentak dara itu membuka mata.

Kun Hiap makin terisak-isak sehingga tidak dapat mengeluarkan kata2. Dia
hanya mengangguk.

"Sudahlah, jangan menangis," Hui Yan menghiburnya, "engkau seorang lelaki


jantan, kepala boleh putus dan darah boleh mengalir, tetapi jangan sampai
menangis. Kalau aku mengolokmu dengan beberapa patah kata lihat saja engkau
akan malu atau tidak!"

Kun Hiap tahu bahwa dara itu sengaja hendak menghapus kesedihannya tetapi
dia bukan saja tidak tertawa, bahkan malah lebih sedih sehingga tak tertahan
lagi dia terus menangis keras.

Melihat itu, Hui Yan mengalihkan pembicaraannya, "Ji-ciku itu berhati ganas. Kali
ini dia pergi dengan membawa dendam penasaran. Tentu, dia akan melancarkan
siasat yang jahat lagi. Selama dalam perjalanan nanti, harap kalian berhati-hati."

Kun Hiap kembali hanya mengangguk. Tong Wan Giok hanya tegak termangu-
mangu di sam-ping, Sebenarnya tadi dia tak puas karena Kun Hiap telah
mengusir Hui Giok. Tetapi setelah mendengar percakapan antara kedua
anakmuda itu barulah dia tahu persoalan yang sebenarnya, ternyata antara Kun
Hiap dengan Hui Yan telah terjalin suatu ikatan cinta yang murni saling rela
berkorban. Buktinya, walaupun dirinya sudah dalam keadaan yang gawat,
namun mesih tetap memikirkan keselamatan Kun Hiap dan mamanya.

mailto:22111122@yahoo.com 379
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tong Wan Giok tergerak hatinya. Diam2 ia teringat apa yang telah diiakukan
selama itu. Karena kuatir Toh Lian Hong akan menghalanginya membunuh Wi Ki
Hu, maka dia sampai mau diajak Hui Giok yang dengan atas nama mendiang
ayahnya Tian Put Biat, telah mengundang jago2 sakti dari kalangan Hitam untuk
mengadakan pertemuan di telaga Thay-ou tempat kediaman Pik lo-pohpoh.

Kini Hui Giok telah pergi dengan membawa dendam kemarahan. Kalau nona itu
sampai mengajak kawanan tokoh2 hitam untuk menghadang perjalanannya,
tentulah akan menimbulkan kesulitan besar.

Hiap-ji buru2 dia berkata kepada puteranya, "apakah yang dikatakan nona Tian
itu memang benar, engkau harus berhati-hati.”

Kun Hiap menghimpun tenaga-murni lalu memanggul Hui Yan dan berkata,
"Harap mama jangan kuatit, Sekarang aku sudah memiliki tenaga-sakti yang
hebat. Biarkan saja kalau dia mau mengajak kawanan tokoh2 hitam untuk
mengganggu, aku tak takut!"

Tong Wan Giok memandang kepada putranya lalu berganti kepada Hui Yan yang
pernapasannya sudah lemah. Serentak teringat dia akan kisah percintaannya
dengan Can jit Cui pula. keduanya saling memadu cinta yang setya tetapi
akhirnya harus mengalami nasib yang mengenaskan. Diam2 hatinya merasa
sendu. Dia pun tidak mau banyak bicara lagi dan terus mengikuti Kun Hiap
melakukan parjalanan pulang ke Liongse.

Tenaga-murni dalam tubuh Kun Hiap mengalir bagaikan laut yang luas.
Walaupun memanggul Hui Yan tetapi dia tidak merasa susah payah waktu
mendaki dan menuruni lembah dan gunung. Satu-satunya cacat, hanyalah
sebelah lengan kanannya itu yang masih lentuk tak bertenaga.

Hari ketiga pada tengah hari baru mereka ke luar dari daerah pegunungan lebat
itu dan ketika tiba di sebuah kota kecil lalu mencari kereta dan seekor kuda
kurus untuk Hui Yan.

Saat itu napas Hui Yan makin lemah sehingga sampai tak dapat bersuara lagi.
Setiap kali Kun Hiap harus melekatkan telinganya ke mulut dara itu baru tahu
apa yang dikatakannya.

Karena berjalan tanpa berhenti, siang dan malam. Selama itu Kun Hiap tetap
berada dalam kereta untuk menemani Hui Yan, Dia ingat apa yang dikatakan Hui
Yan bahwa umur dara itu hanya tinggal tiga hari lagi. Dan pada hari itu adalah
hari yang terakhir.

mailto:22111122@yahoo.com 380
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Pada malam itu cuaca gelap. Hutan yang mengelilingi kedua samping jalan tak
henti-hentinya berhias dengan suara burung hantu. Dalam gerbong kereta diberi
penerangan lilin yang suram. Karena diguncang oleh roda maka lilin itupun
bergoyang-goyang tak henti-hentinya. Menimbulkan suatu suasana yang makin
menyeramkan.

Kun Hiap masih termangu-mangu memandang wajah si dara yang makin suram.
Apa yang hendak dikatakan kepada Hui Yan, dalam dua hari yang lalu ini telah
disampaikan semua. Sekarang walaupun dia masih hendak menyampaikan
segudang kata2, namun belum tentu dara itu dapat menangkap.

Jari kiri Kun Hiap tetap memegang pergelangan tangan Hui Yan, Menjelang
malam dia rasakan denyut nadi dara itu lemah sekali. Dan sekarang lebih lemah
sehingga hampir tak terasa lagi. Mata Hui Yan mengatup rapat, tubuhnya
bergoyang goyang dihentak gejolak kereta. Tetapi wa jahnya yerg pucat itu
tampak tenang sekali.

Kun Hiap terkenang dulu waktu pertama kali berjumpa dengan Hui Yan, dia
masih merupakan seorang dara yang lincah dan nyentrik. Tetapi sekarang gaya
kelincahan dan gairah kenyentrikannya itu sama sekali sudah tak tampak lagi.
Kini dara itu rebah dalam kereta seperti seorang mayat yang menunggu ajal.
Dan kematiannya itu adalah karena berkorban untuk dia ....

Dengan berlinang-linang airmata, Kun Hiap mengangkat tangan Hui Yan dan
dilekatkan ke dadanya sendiri (Kun Hiap). Dia merasa kalau saat itu Hui Yan
sudah meninggal. Sebenarnya dia ingin menangis keras2 tetapi
kerongkongannya serasa tersumbat batu sehingga tak dapat mengeluarkan
suara.

Entah berselang berapa lama, dalam pandang matanya yang kabur itu tiba2 dia
melihat kelopak mata Hui Yan agak terbuka sedikit. benar-benar dia tak percaya
akan yang dilihatnya itu. Dia mengira kalau melamun. Dia seperti melihat dara
itu tersenyum kepadanya dan malah bicara.

Tetapi jelas suara dara itu nyata sekali kedengarannya seperti bukan dalam
impian. Dara itu berkata kepadanya, "Sekarang kita sudah sampai di mana ini?"

Kun Hiap tersentak kaget sampai menegakkan tubuh. Gerakannya cepat dan
keras dan seketika menimbulkan tiup angin yang besar sehingga padamlah lilin
itu.

Kun Hiap mengepak-epak kepala untuk memulihkan kesadaran pikirannya. Dia


masih teringat bahwa jelas Hui Yan bertanya kepadanya. Apakah hal itu benar2
terjadi dalam kenyataan? demikian dia bertanya kepada diri sendiri

mailto:22111122@yahoo.com 381
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Tetapi bukankah Hui Yan sudah meninggal? Mengapa dara tu dapat bicara
kepsdanya? Pelahan-lahan Kun Hiap merabah pergelangan tangan dara lagi.
Ternyata tangan dara itu masih hangat.

Selagi dia masih bingung tiba2 terdengar suara Hui Yan lagi, "Apakah lilinnya
padam?"

Segelombang rasa gembira telah meluap dan melanda napas Kun Hiap. itu
bukan lamunan, itu bukan dalam impian. Yang didengarnya itu jelas suara Hui
Yan, Dengan begitu Hui Yan tidak mati. Jelas dia pelahan-lahan mulai sembuh.

Beberapa jenak kemudian baru Kun Hiap menyulut korek. Dan ketika api
menyala dilihatnya Hui Yan tengah merentang mata lebar2 memandangnya.
Seketika gemetaran Kun Hiap sehingga tak jadi menyalakan lilin, melainkan
memandang dara itu saja. Setelah korek habis kembali kereta menjadi gelap lagi.

"Hui Yan," teriak Kun Hiap. Tong Wan Giok yang mengendarai kereta, terkejut
mendengar suara putranya, dia segera hentikan kereta.

"Hiap ji, orang yang sudah meninggal dunia, tak mungkin dapat hidup kembali,
Sadarlah . . . " serunya.

Tetapi penyahutan dari dalam gerbong kereta membuat Tong Wan Giok kaget
setengah mati, "Ma, engkau salah. Dia . . . dia sudah sadar! Lekaslah engkau
kemari, ma!."

Tong Wan Giok gopoh melorot turun dan membuka pintu kereta. Tetapi dalam
ruang kereta itu gelap sekali. Segera dia menyulut korek dan baru tahu kalau Hui
Yan memang sedang tersenyum memandang kepadanya.

"Nona Tian, engkau sudah, sadar! Bagaimana perasaanmu!" serunya gembira.

Hui Yan mengeliarkan biji matanya, "Bukankah aku ini orang yang sudah mati?"

“Sudahlah, jangan membicarakan hal itu lagi," kata Kun Hiap, "engkau tentu
akan sembuh, seperi sediakala lagi."

Pada waktu pingsan tadi, Hui Yan merasa seperti melangkah ke sebuah alam
yang gelap gelita. Tetapi entah bagaimana dari ubun kepalanya terasa merekah
sepercik sinar terang yang makin lama makin terang sehingga dia tersadar
kembali.

Sekarang dia rasakan sekujur tubuh lemas lunglai tak bertenaga sehingga

mailto:22111122@yahoo.com 382
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menggerakki sebuah jari tangannya saja tak dapat.

"Aku tidak mati, aku tidak mati," katanya berbisik. Dia gembira tetapi pada lain
saat dia seperti dilingkupi oleh suatu perasaan takut.. Sekalipun sudah sadar
tetapi dia tak dapat bergerak.

Dia menyadari karena makan obat pusaka dari sebuah kuda besi maka
nyawanya tertolong, Tetapi hanya makan satu biji saja tentu, tidak cukup.
Tubuhnya tetap lunglai tak dapat berkutik. Merenungkan hai itu, diapun terpukau
dalam longong yang hampa.

Kun Hiap yang sejak tadi memperhatikan, terkejut karena dara itu diam saja,
"Hui Yan, engkau kenapa??"

Pikir Hui Yan, mungkin apa yang dipikirkan tadi hanya suatu ketakutan kosong
maka dia menjawab kalau tidak kurang suatu apa..

Karena girangnya, Kun Hiap bersiul keras dan membisiki beberapa puluh kata ke
dekat telinga dara itu.

Demikian perjalanan dilanjutkan lagi. Tiga hari kemudian, Kun Hiap dan Tong
Wan Giok mendapatkan bahwa sekalipun si dara sadar tetapi Hui Yan tetap
lemas tak dapat bergerak. Mereka takut kalau dara itu sampai lumpuh.

Selama tiga hari itu Hui Yan sendiri juga berusaha untuk menggerak-gerakkan
anggauta badan. Asal dapat menggerakkan jari-jemarinya, dia sudah puas.
Tetapi ternyata sia2 saja. dia rasakan tubuhnya seperti 'kosong’. Kecuali bagian
kepala, lain2 anggauta tubuh tak dapat bergerak sama sekali.

Usaha selama tiga hari itu sudah cukup dan Hui Yan tahu apa artinya. Tetapi dia
tak mau mengatakan apa2 dan membiarkan saja Kun Hiap tak jemu-jemunya
menghibur dengan kata2 yang membangkitkan.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh, kuda diganti dengan kuda yang
lebih segar. Setiap singgah di kota, Kun Hiap tentu mencari sinshe untuk
mengobati penyakit Hui Yan tetapi dara itu tetap tak berobah keadaannya.
Wajahnya pucat hanya biji matanya yang menyala terang.

Pada hari itu tibalah mereka di Kanglam, tempat kediaman keluarga Poa Ceng
Cay. Tong Wan Giok membawa keretanya menuju ke tempat tinggal tokoh itu.
Begitu tiba di muka rumah, dua orang lelaki menyambutnya, "Anda ini . . . . "

"Aku adalah adik ipar ketiga dari Poa tay-hiap," sahut Wan Giok.

mailto:22111122@yahoo.com 383
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kedua orang itu saling berpandangan heran tetapi mau juga mereka membawa
kereta masuk. Tidak berapa lama mereka melihat seorang lelaki tengah duduk di
tepi sebuah sungai kecil. Dia memandang permukaan air dengan diam. Orang itu
bukan lain adalah Poa Ceng Cay sendiri.

"Poa toako !" teriak Tong Wan Giok.

Poa Ceng Cay pelahan-lahan mengangkat kepala., Demi melihat kehadiran Tong
Wan Giok bersama Kun Hiap dia menegur,. "O, engkau ..... !"

"Ya, kami datang, Poa toako. Manusia yang telah mengotorkan dunia itu telah
kami lenyapkan . . . "

Mendengar itu seketika wajah Poa Ceng Cay berobah, "Benarkah itu? Dia
mengatakan apa saja ketika mau meninggal?"

"Dia bilang di dalam kamar tulisnya terdapat sebuah kamar rahasia. Di situ
tersimpan sebuah rahasia. Dan juga mengatakan kalau sam-te (Can Jit Cui) tidak
mati, dia tetap akan mencarinya sampai dapat membunuhnya. Tampaknya dia
tidak menyseal sama sekali."

Poa Ceng Cay diam beberapa jenak, baru berkata, "Selama beberapa hari ini aku
memang sedang menimang-nimang, Ji-te (Wi Ki Hu) itu tampaknya memang
bukan manusia sejahat itu."

"Tetapi dia sendiri sudah mengaku, masa dia bohong?" teriak Tong Wan Giok.

Poa Ceng Cay menghela napas, "Dunia ini penuh dengan hal2 yang aneh, sukar
untuk menarik kesimpulan antara yang tulen dengan yang salah."

Tong Wan Giok tertawa dingin lalu bersama Kun Hiap berputar tubuh naik ke
atas kereta lagi dan terus hendak mengayunkan cambuk melarikan keretanya.

Setelah mengantar pandang ke arah kereta, Poa Ceng Cay pun memandang
permukaan air lagi, seolah-olah dia hendak mencari penyelesalan atas
pertanyaan2 yang menghuni dalam hatinya.

Tak berapa lama setelah meninggalkan perkampungan marga Poa, haripun mulai
gelap tetapi Tong Wan Giok tetap tak mau berhenti. Baru setelah beberapa
waktu dilihatnya lari kuda sudah mulai menurun dan bahkan dari mulutnya
sudah mengeluarkan buih, barulah Tong Wan Giok hentikan kereta.

Sejak mendapat sambutan yang dingin dari Poa Ceng Cay tadi, pikiran TongWan
Giok menjadi kacau, itulah sebabnya dia seperti tak menghiraukan apa2 lagi dan

mailto:22111122@yahoo.com 384
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

terus melarikan keretanya.

Pun setelah kereta berhenti dia masih bingung pikirnya, Sebenarnya waktu
berhadapan dengan Wi Ki Hu, dia anggap omongan Wi Ki Hu itu hanya untuk
mengulur waktu saja agar tidak segera dibunuh. Tetapi setelah bertemu dan
mendengar kata2 Poa Ceng Cay, dh mulai gelisah. Apakah yang tersimpan dalam
kamar rahasia di karnar tulis Wi Ki Hu itu?

Tengah dia masih melamun, tiba2 terdengarlah suara angin mendesis tajam dari
sebuah benda yang melayang ke arahnya. Untung dia dapat bertindak cepat,
menyambut benda itu dengan cambuk. 'Ujung cambuk berhasil melilit benda dan
ketika diperiksa ternyata sebilah badik kecil yang panjangnya hanya tujuh dim.

"Hiap ji, awas hati2" serentak dia berseru memberi peringatan kepada
puteranya.

Kun Hiap yang masih menemani Hui Yan di dalam kereta terkejut dan cepat
melongok ke luar. Tetapi baru kepalanya menongol, wut, wut, dua batang badik
telah melayang ke mukanya. Jelas yang melontarkan badik itu orangnya sama
dengan yang. menyerang Tong Wan Giok tadi. Hanya bedanya, serangan badik
kepada Kun Hiap itu lebih cepat dan lebih kuat.

Crei, crct .... Kun Hiap menyurut mundur dan kedua badik itupun menembus
gerbong melayang ke luar.

"Kun Hiap, ada apa itu?" seru Hui Yan.

"Jangan kuatir, ada orang yang hendak mencelakai kita," kata Kun Hiap.

"Apakah bukan orang2 yang dikerahkan ji-ciku?"

"Entahlah, belum tahu," kata Kun Hiap.

Ia berseru kepada mamanya, "Ma, siapakah yang datang itu? Apakah kawanan
pembunuh?"

Tetapi sampai diulang dua kall, ternyata dari atas kereta tak terdengar jawaban
dari mamanya.

"Ma!" kembali Kun Hiap berteriak keras.

Tetapi sebagai jawaban dari sebelah kiri kereta terdengar suara orang tertawa
dingin dan menyusul kereta bergoncang keras seperti kejatuhan benda berat.

mailto:22111122@yahoo.com 385
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kun Hiap makin kaget. Dia hendak melo-ngok tetapi kuatir diserang badik.

"Kun Hiap, apakah engkau takut kalau saja terjadi apa-apa?" kata Hui Yan.

Kun Hiap mengertek gigi lalu brak , . . . ia menghantam jebul pintu dan
memandang keluar. Apa yang dilihatnya saat itu, benar-benar menyayat hati.
Mamanya telah terkapar di atas roda dengan tiga batang badik menancap pada
dadanya. Darahnya mengucur deras Sepasang matanya masih melotot,
menandakan kalau dia mati dengan penasaran.

Pandang mata Kun Hiap semua gelap dan hampir saja dia rubuh. Untung dia
dapat memegang tiang pintu, krakkk . . . tanpa terasa tiang itu teluh diremasnya
hancur.

Dia berusaha untuk menenangkan perasaan baru kemudian menangis, "Ma ... "
Dia terus menerobos kamar dan menangis menelungkupi tutup mamanya.

Kun Hiap seorang anak yang berbakti kepada orang tua, Setelah tahu bagaimana
asal usul dirinya, diam-diam dia sudah berjanji nanti sepulang di Wi-ke-chung dia
hendak merawat mamanya dengan sepenuh hati. Siapa tahu ditengah jalan
mamanya telah dibunuh orang.

Dia kehilangan faham. Dia rasakan dirinya hampa. Dia merasa kehllangan
sesuatu yang paling dicintai didunia ini. Sedemikian besar dia tenggelam dalam
kedukaan sehingga dia tak tahu bahwa saat itu ditepi jalan telah muncul seorang
lelaki dan seorang perempuan yang diam-diam telah menyelinap ke
belakangnya.

Yang lelaki berumur 40an tahun, bermuka brewok menyeramkan. Dia adalah Im
Som ketua perkumpulan agama Thian-sim-kau. Dan yang perempuan tak lain
adalah Pek Ing Ing, si cantik sakti dari Thaysan, Setelah berada di belakang Kun
Hiap, keduauya tertegun seperti menunggu sesuatu.

Bukan saja tak tahu apa yang terjadi di belakangnya, pun Kun Hiap juga tak
merasa bahwa gunduk tanah di mukanya itu tiba tiba menjulang keatas. Dan
pada lain saat tanah berhamburan di sekeliling lalu muncul sebuah topi baja,
kemudian wajah seorang manusia dan terakhir seluruh tubuhnya, Orang itu tak
lain adalah mauusia yang pandai ambles bumi yaitu Sam Coat sianseng.

"Kun Hiap, bagaimana? Terjadi apa saja?" seru Hui Yan dari dalam kereta.
Karena tak bertenaga, suaranyapun lemah sekali sehingga tak terdengar oleh
Kun Hiap.

"Hola, ada peristiwa yang hebat!" tiba-tiba Sam Coat sianseng berteriak terus

mailto:22111122@yahoo.com 386
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

menerjang roda kereta, bum . . . rodapun putus. Kuda kaget dan meringkik
keras lalu lari membinal.

Waktu Tong Wan Giok terkapar dari atas kereta, sebelah kakinya masih tercantol
pada tiang kereta. Dan karena kuda itu lari dengan membawa sebagian rangka
kereta maka tubuh Tong Wan Giokpun ikut terbawa.

Kun Hiap memang benar-benar seperti orang bingung. Dia tak mendengar
teriakan Sam Coat sianseng tad Hanya ketika tubuh mamanya terangkat keatas
dibawa lari kuda, dia mengira kalau mamanya tidak mati maka diapun girang
sekali dan terus meloncat-loncat. Tetapi pada saat itu juga sebuah benda telah
menghantam dadanya.

Karena gopoh, dia tak mengerti benda apa itu. Dia tak tahu kalau benda aneh itu
sebenarnya adalah kepala dari Sam Coat sianseng yang tengah menerjangnya.
Dalam gugup Kun Hiap miringkan tubuh untuk menghindar.

Tetapi gerakan Sam Coat sianseng memang gesit sekalj, Melihat Kun Hiap
miringkan tubuh, waktu masih melambung diudara Sam Coat sianseng sudah
memutar tubuh dan menyerang lambung si anakmuda.

Pada waktu menggeliatkan tubuh tadi, Kun Hiap sudah dapat melihat kehadiran
Im Som dan Pek Ing Ing dan pada saat itu juga diapun melihat seorang wanita
tua baju hijau sedang tegak berdiri diatas payon kereta.

Teringat akan Hui Yan yang masih berada dalam kereta, Kun Hiap makin gugup,
serunya, "Siapakah kalian ini?" sambil berkata dia kebutkan lengan baju kirinya
untuk menampar batok kepala Sam Coat sianseng.

Pada saat itu Sam Coat sedang menerjang datang. Kebutan lengan baju Kun
Hiap itu menimbulkan deru angin yang luar biasa tebalnya sehingga napasnya
terasa sesak. Sebagai seorang tokoh yang menguasai ilmu ambles bumi dan
menyelam dalam air, seumur hidup dia belum pernah merasa napasnya sesak
sepetti saat itu.

Kejutnya bukan kepalang. Dia hendak menyurut mundur tetapi sudah tak keburu
lagi. Lengan baju anakmuda itu sudah melibat kepalanya. krak, krak .... Kun Hiap
terkejut. Dia cepat kendorkan libatannya karena dia mengira kalau ada lain
musuh yang hendak mencelakai Hui Yan.

Kun Hiap mundur dua langkah dan mengawasi keadaan d sekeliling. Ternyata
tak ada orang yang menyelundup kedalam kereta, Dan ketika memandang
kemuka, dia terkesiap. Ternyata waktu dia lepaskan lilitan lengan bajunya tadi,
Sam Coat siansengpun ambruk ke tanah tak berkutik. Topi baja Sam Coat telah

mailto:22111122@yahoo.com 387
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

ringsek gepeng. Dan karena kepala Sam Coat berada didalam topi maka batok
kepalanya juga ikut remuk sehingga orangnya terpaksa harus menghadap ke
akhirat.

Saat itu baru Kun Hiap menyadari bahwa suara berderak-derak tadi adalah dari
topi baja Sam Coat yang remuk. Dan serempak itu diapun menyadari bahwa
tenaga saktinya sudah pulih kembali.

Im Som tamparkan lengan jubah. Tiga batang badik yang beterbangan dalam
formasi susun tiga segera melayang ke dada Kun Hiap.

Melihat itn merahlah mata Kun Hiap. Darahnya meluap dan hawa murni dalam
tubuhnya bergolak keras sehingga pukulannya berguncang-guncang seperti
tertiup angin.

Blak, blak, blak .... ketiga badik itu tertampar jatuh oleh kibaran bajunya. Melihat
itu Im Som dan Pek Ing Ing terkejut dan ketakutan setengah mati. Mereka terus
hendak melarikan diri.

"Apakah yang melontarkan badik tadi itu engkau:'' Kun Hiap meraung dahsyat.

Kedatangan Im Som dan Pek Ing Ing ke tempat itu tak lain karena bujukan Hui
Giok. Gadis itu memberi penawaran yang menarik. Kalau mereka dapat
membunuh Kun Hiap bertiga maka Hui Giok bersedia menyerahkan cakar Hiat-
hun-jiau dan baju Kim-wi-kah sebagai imbalan.

Karena temaha akan kedua pusaka itu maka ketua Thian-sim-kau Im Som dan
Pek Ing Ing segera berangkat. Begitu datang Im Som berhasil membunuh Tong
Wan Giok. Dia mengira kalau pekerjaan selanjutnya akan mudah dan lancar.

Tetapi waktu melihat kepala Sam Coat sianseng remuk, Im Som baru kaget dan
menyadari siapa sebenarnya Kun Hiap sekarang ini. Lebih dulu dia melontarkan
tiga batang badik setelah itu dia terus hendak melarikan diri.

Tetapi bentakan Kun Hiap itu sedemikian dahsyat sehingga Im Som tertegun.
Kun Hiap maju menghampiri dan menjulurkan kelima jarinya..

Im Som menjerit, "Ampunilah . . . ." tetapi sebelum dia menyelesaikan kata-


katanya, kelima jari Kun Hiap sudah menyusup ke dalam dadanya.

Sebenarnya maksud Kun Hiap hanya hendak mencengkeram dada baju Im Som
pembunuh mamanya. itupun dia tak mengira kalau tenaga-sakti pada jarinya itu
mampu menembus batu karang.

mailto:22111122@yahoo.com 388
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Sudah tentu tubuh Im Som yang hanya terdiri dari darah dan daging, tak kuat
menahan jari Kun Hup. Kun Hiap tersadar apa yang telah terjadi ketika
tangannya terasa basah dengan darah. Cepat dia menarik ke luar jarinya. Dada
Im Som menyembur darah, dan tubuhnyapun rubuh tak bernyawa lagi.

Saat itu Pek Ing Ing sudah berputar tubuh tetapi melihat Imu Som mati secara
begitu mengerikan, dia tertegun dan berseru dengan gemetar, “Yaa . . . . ya
dialah ,..., yang telah melemparkan badik tadi!"

Menyadari begitu turun tangan akan menimbulkan pembunuhan yang ngeri, Kun
Hiap tidak mau sembarangan bergerak. Dia membentak, "Aku merasa tak
mempunyai permusuhan dengan kalian, mengapa kalian menyerang aku?"

"Kami memang rakus untuk mendapatkan senjata cakar Hiat-hun-jiau ...... "baru
Pek Ing Ing berkata begitu, Kun Hiap sudah tahu apa ying dimaksud. Jelas
mereka datang karena diundang Hui Giok.

"Dia ..,.!" bentak Kun Hiap.

Pek Ing Ing seperti dihambur oleh gelombang tenaga yang dahsyat sehingga
mau mengiakan pertanyaan anakmuda itu saja, dia tak dapat bersuara.
Tubuhnya gemetar terus dan, bluk, tahu-tahu dia rubuh ke tanah.

Kun Hiap tak menghiraukan apakah durjana wanita itu mati atau hanya pingsan,
dia terus berputar tubuh. Dilihatnya nenek baju hijau tadi masih berdiri diatas
kereta dan menusukkan ujung tongkat kedalam ruang kereta.

"Kalau engkau berani bergerak, tongkat ini akan kuteruskan kedalam," nenek itu
mengancam.

Teringat bahwa Hui Yan masih berada dalam kereta. wajah Kun Hiap berobah
seketika, "Engkau . . . engkau ini siapa?"

Nenek baju hijau tertawa dingin, "Dengan melihat warna pakaianku ini, masa
engkau tak kenal aku ini siapa?"

Kun Hiap tersadar, serunya, "O, kiranya engkau ini ... Jui-ih Pik lo-pohpoh,
jangan turun tangan, nona Tian yang berada dibawah itu sudah tak dapat
berkutik, mengapa engkau masih tega hendak mengambil nyawanya?"

"Boleh," seru nenek itu dengan dingin, "aku takkan mengambil jiwanya tetapi
engkau harus menghantam ubun-ubun kepalamu sendiri,"

Kun Hiap terkesiap, "Mengapa begitu?"

mailto:22111122@yahoo.com 389
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Kalian berdua harus mati salah satu. Kalau tidak, bagaimana aku bisa
mendapatkan cakar Hiat-hun jiau itu?"

"Kun Hiap, sudahlah, jangan menghiraukan ocehan nenek busuk ini. Jangan
pedulikan aku la-gi!" tiba-tiba dari dalam kereta terdengar suara Hui Yan.

Kun Hiap meraung keras, nadanya aneh sekali dan tampak tubuh Pik lo-pohpoh
bergetaran. Melihat kesempatan itu Kun Hiap segera ayunkan tangan kirinya.
'~

Hantaman itu dilakukan secara tiba2 dan hebatnya bukan alang kepalang. Hek,
Pik lo-poh-poh sesak napasnya, cepat dia membuang tubuh berjumpalitan ke
bawah.

Tenaga pukulan Kun Hiap itu masih belum tertahan walaupun sudah mendapat
sasaran tubuh si nenek baju hijau, sebuah pohon besar yang terlanda, dahannya
putus, menimbulkan bunyi gelegar dahsyat ketika jatuh ke tanah. Dan serentak
dengan itu tiga sosok tubuh manusia ikut berhamburan jatuh dari dahan pohon
itu. Mereka adalah pembunuh2 yang telah diundang Hui Giok, tetapi akhirnya
hanya kematian yang mereka peroleh.

Kun Hiap tak mau mempedulikan nasib mereka. Dia terus lari masuk ke dalam
kereta untuk memondong Hui Yan.

"Kun Hiap, yang dapat bergerak hanya sebelah tangan kirimu. Kalau engkau
memondong aku, bagaimana engkau dapat menghadapi musuh?" kata Hui Yan.

Kun Hiap tertegun. Sebelum dia sempat menjawab, dari belakang terdengar
angin sambaran tongkat menderu ke arah kepalanya.. Ternyata Pek lo-pohpoh
yang menyerang.

Karena sedang memondong Hui Yan, Kun Hiap tak dapat menangkis. Tangan
kanannya masih lunglai tak bertenaga. dia tak berdaya menghadapi serangan
dahsyat dari tongkat nenek.

Bum .... tongkat itu menghantam punggung Kun Hiap. Karena tak berdaya
menghindar lagi, terpaksa Kun Hiap kerahkan tenaga-sakti ke arah punggungnya
untuk menerima hantaman tongkat Pik lo-pohpoh

Dahulu Pik lo-pohpoh itu merupakan seorang wanita yang memiliki bakat bagus,
dia bertenaga kuat. Setelah berumur empatpuluh tahun dia bertemu dengan
seorang tokoh sakti. Dan baru setelah berumur 50 an tahun, nenek itu dapat
mengangkat nama. Walaupun memperoleh ilmu kepandaian sudah agak tua,

mailto:22111122@yahoo.com 390
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

tetapi berkat tulang-tulangnya yang bagus dan bakat yang menonjol, diapun
dapat memiliki tenaga-dalam yang hebat.

Kuatir kalau luput maka hantaman tongkatnya itu disertai dengan beberapa jurus
gerak ilmu permainan tongkat. Dan betapa girangnya ketlka Kun Hiap berani
menerimanya.

Tongkat mengenai tepat pada punggung Kun Hiap dan karena kerasnya
hantaman, ujung tongkat sampai menekan ke bawah, terbenam daging lawan,
Seharusnya dia gembira karena melihat hasil itu. Tetapi dia tidak demikian. Dia
malah merasa terancam bahaya. Karena seharusnya tubuh Kun Hiap hancur dan
rubuh, bukannya masih tetap berdiri.

Sebagai seorang ahli silat, Pik lo-pohpoh tahu gelagat tak baik maka buru2 dia
menarik dan kemudian hendak menyerang lagi. Tiba2 Kun Hiap mendengus lalu
menegakkan tubuh dan tahu2 tongkat yang melekat terbenam dalam daging itu
mental ke luar.

Pik lo-pohpoh terkejut bukan kepalang. Dia berusaha untuk mempertahankan


tongkat tetapi akibatnya mengerikan Sekali. Tenaga tolak dari punggung Kun
Hiap tadi berhamburan melanda melalui batang tongkat dan serentak terdengar
bunyi bergemeretak, tulang pergelangan tangan Pik lo pohpoh pecah dan
tongkatnyapun terlempar ke udara.

Pik lo-pohpoh menjerit kejakitan. Dia mundur beberapa langkah. Tetapi tenaga-
tolak dari Kun Hiap itu masih melaju ke dadanya, huak ...... dia muntah darah,
pakaiannya sampai berlumuran warna merah.

Kun Hiap cepat berputar tubuh. Sambil masih memondong Hui Yan, wajahnya
pucat sekali ujung bibirnya juga mengucur darah. Ternyata walaupun tenaga-
sakti Kun Hiap sudah jarang yang dapat menandingi tetapi bagaimanapun dia
masih belum mencapai tingkat Kun kong-put-hoay (malaekat yang. kebal).
Hantaman tongkat Pik lo-pohpoh itu paling tidak juga lebih dari seribu kati
beratnya dan tepat mengenai pada bagian jalandarah penting di punggungnya,
Walaupun dia berhasil mengerahkan tenaga tolak yang dapat melukai lawan
tetapi dia sendiri juga tidak luput dari menderita luka-dalam. Hanya karena
disebabkan tenaga-dalamnya hebat maka dia berusaha untuk bertahan sehingga
tak sampai muntah darah dan rubuh karena kehabisan tenaga.

Melihat Kun Hiap berputar tubuh, Pik Io-pohpoh terkejut. Tetapi dia segera tahu
kalau Kun Hiap juga menderita luka-dalam, Ah, kalau saja dia sendiri tidak
terluka-dalam yang parah, tentulah mudah untuk menyelesaikan anakmuda itu.
Sekarang dialah yang akan terancam jiwanya.

mailto:22111122@yahoo.com 391
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Kecemasan yang mencengkam hati nenek itu telah membuat darahnya bergolak
keras sehingga luka-dalamnya makin terasa. Pandang matanya serasa gelap dan
pada lain saat dia pun rubuh ke tanah tak sadarkan diri lagi.

Dengan lunglai bagai seekor anakdomba, Hui Yan membiarkan dirinya dipondong
Kun Hiap tidak henti-hentinya tersenyum kepadanya, untuk menghibur si dara.
Tetapi Hui Yan tahu kalau Kun Hiap terluka, Dia bingung tak keruan, Dia tak
tahu tacinya (Hui Gok) masih mengundang siapa lagi. Padahal Kun Hiap saat itu
menderita luka dalam dan masih melindungi dirinya.

Mampukah pemuda itu akan menghadapi musuh yang baru datang lagi? Tetapi
hati dara itu terhibur karena tahu betapa kasih sayang Kun Hiap kepadanya.

Setelah lari sampai dua atau tiga li jauhnya, tiba2 terdengar suara derap kuda
lari mendatang. Kun Hiap terkesiap dan pada saat iui juga muncullah seekor
kuda tegar yang loncat melampaui gerumbul pobon kecil dan tiba di
hadapannya.

Hui Yan menghela napas Dia pejamkan mata.

"Hui Yan, jangan takut," kata Kun Hiap seraya memandang siapa pendatang itu.
Kuda itu berbulu belang, merah dan hitam, bulunya mengkilap sekali. Dia
penunggangnya juga tak kurang luar biasanya. Kepalanya lancip, kedua bahunya
bidang sekali, lengan panjang luar biasa tetapi kakinya pendek. Benar2 seorang
manusia yang mempunyai pancaindera aneh sekali yang satu sama lain saling
kontras atau berlawanan. Dan pakaiannya juga nyentrik. Separo bagian merah
dan separo bagian hitam.

Kun Hiap terlongong melihat manusia yang seaneh itu. Tapi tiba2 Hui Yan
berbisik. “Jangan mengurus diriku, lekas engkau berusaha untuk menjaga
dirimu."

Kun Hiap kerutkan alis, "Ah, jangan berkata begitu."

"Dia adalah Cui Hwat cuncia dari gunung Liok-poan-tan. Tingkat kepandaian dan
kemasyhuran namanya sejajar dengan Tok Liong cuncia dari Biau-ciang. Ilmu
kepandaiannya luar biasa anehnya. Tangannya yang kanan dan kiri memiliki
tenaga-dalam yang berbeda. Meskipun hanya satu orang tapi sama dengan dua
otang tokoh sakti ..."

Wajah Kun Hiap membeku sarat, jelas dia tak jerih. Dia hanya tertawa hambar
dan tak berkata apa-apa, Sebenarnya Kun Hiap hanya ingin supaya Hui Yan
jangan cemas maka dii sengaja bersikap demikian. Pada hal dalam hati dia-pun
berdebar-debar. Sungguh tak disingkanya bahwa Hui Giok akan mampu

mailto:22111122@yahoo.com 392
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mengundang seorang momok durjana besar seperti Cui Hwat cun-cia.

Semasa ayah Hui Yan yakni Tian Put Biat masih hidup, Cui Hwat cuncia tak
berani muncul karena kalah Sakti. Setelah Toh Lian Hong mengembara keluar
lautan dan Tok Liong cuncia mengasingkan diri di daerah pedalaman Biau-ciang
maka Cui Hwat cunciapun bersembunyi di gunung Liok-poan-san. Itulah
sebabnya walaupun sudah lama Tian Put Biat meninggal, beberapa tokoh yeng
menyembunyikan diri, termasuk Cui Hwat cuncia, kebanyakan masih belum
betari keluar. Tetapi berkat kelihayan Hui Giok yang menggunakan pusaka
mendiang ayahnya yaitu cakar Hiat-hun-jiau dan baju Kim-Wi-kah untuk
memikat, selain Cui Hwat cuncia, mungkin masih ada beberapa tokoh lihay yang
akan keluar lagi.

Ha, Kun Hiap memandang tajam kearah Cui Hwat dan Cui Hwatpun memandang
dingin kepada anakmuda itu. Keduaaya tidak bicara apa-apa.

Kun Hiap baru mengetahui beberapa ciri aneh dari pancaindera orang itu. Muka
sebelah kiri besar tetapi yang sebelah kanan kecil. Sinar yang memancar dari
kedua mata Cui Hwat cuncia itu juga tak sama. Mata kiri memancarkan sinar
berkilat tajam menikam. tetapi sinar mata sebelah kanan redup menyeramkan.

Beberapa saat kemudian terdengar Cui Hwat cuncia tertawa aneh, "O, kiranya
engkau sudah terluka, Kalau begitu tak perlu bertempur lagi. Lekas saja engkau
bunuh diri! Setiap bulan akan kusuruh orang untuk menyembayangi
kuburanmu."

Kun Hiap kheki dan geli, serunya dingin- dingin, "Benar, memang aku sudah
terluka. Tetapi barangsiapa hendak menghadang perjalananku pasti
kuhancurkan!"

Cui Hwat cuncia picingkan mata memandangnya. Beberapa saat kemudian baru
berkata, "Jangankan manusia, semut pun tentu akan berusaha mempertahankan
nyawa kalau diinjak. Maka tekadmu itu memang wajar. Lepaskan budak
perempuan yang engkau pondong itu dan mari kita bertempur beberapa jurus,
biar kukirim engkau ke akhirat."

Kun Hiap memang merasakan kesukaran. Tangan kanannya tak punya kekuatan.
Kalau mau bertempur dengan Cui Hwat, tentu dia harus menggunakan tangan
kiri. Pikirnya, walaupun seorang tokoh jahat tetapi Cui Hwat cuncia masih punya
setitik nurani yang baik, Kalau dia menyuruh meletakkan Hui Yan, tentulah
takkan mencuri kesempatan untuk mencelakai dara itu.

Tetapi bagaimana kalau nanti ada orang lain yang diam2 selagi dia tengah
bertempur, lalu mencelakai Hui Yan? Setelah menimang-nimang, akhirnya dia tak

mailto:22111122@yahoo.com 393
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

mau melepaskan Hui Yan.

"Tidak usah, dengan begini saja aku mampu melayanimu,” katanya sambil
mangangkat muka.

Tiba2 kuda tegar milik Cui Hwat meringkik keras. Tergerak hati Kun Hiap
seketika, serunya, "Kalau engkau menghendaki supaya kuletakkan nona Tian,
boleh saja, asal boleh kuletakkan diatas punggung kuda itu agar jangan sampai
ada orang yang mencelakai."

"Boleh," sahut Cui Hwat cuncia, Tanpa beranjak dari tempatnya, dengan hati-
hati Kun Hiap melemparkan tubuh Hui Yan ke punggung kuda. Hui Yan tepat
jatuh menelungkup di punggung kuda. Kuda itu menyepak-nyepakkan kaki tetapi
tidak melakukan gerakan yang membahayakan Hui Yan. Kun Hiap pun lega.
Kemudian dia berkata, "Nah, sekarang mari kita mulai!”

Memandang kearah lengan kanan si anak-muda, Cui Hwat bertanya, "Lho,


tangan kananmu itu kenapa?"

Kun Hiap tertawa tawar, "Memang lengan kananku ini tak ada kekuatan, tetapi
tangan kiriku cukup untuk melayani engkau.Sudahlah tak perlu banyak
bertanya."

Merah seketika wajah Cui Hwat cuncia tetapi pada lain kejap dia sudah kembali
tenang lagi. Dia tertawa dingin, "Baiklah, karena engkau minta mati secara tak
jantan?"

Dia gerakkan lengannya yang panjang, kelima jari ditebarkan untuk menerkam
kepala Kun Hiap. Begitu menyerang terus hendak menerkam jelas menunjukkan
kalau dia tak terlalu memandang mata kepada Kun Hiap.

Diam-diam marahlah Kun Hiap. Begitu mengendapkan tubuh kebawah, dia


bukan menghantam melainkan meletakkan tangan kirinya keatas kepalanya.
Melihat itu, ditengah jalan Cui Hwat cuncia terus merobah jurusnya. Dia bukan
menerkam tetapi menghantam. Selain menghamburkan angin tenaga keras, pun
juga hawa yang panas.

Setelah pukulan orang hampir tiba, barulah Kun Hiap mengayunkan tangan
untuk menyongsong, bum . . . . . seketika Cui Hwat rasakan segelombang angin
pukulan panas melandanya. Jelas itulah hawa panas dari pukulan Hwe-yan-sin-
kang atau pukulan api yang dilancarkannya. Rasanya didunia tiada orang kedua
yang mampu memiliki ilmu pukulan itu. Dengan begitu jelas tentu berasal dari
pukulannya sendiri.

mailto:22111122@yahoo.com 394
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Buru-buru dia gunakan pukulan Kui-cui-sin-ciang atau pukulan air dingin untuk
menghapus hawa panas itu. Dahulu dia pernah kalah dengan Tian Put Biat tetapi
kekalahan itu tidak sedemikian berantakan seperti saat ini. Dia terlongong-
longong, Sama sekali tak disangkanya kalau seorang pemuda yang pucat
mukanya, ternyata memiliki tenaga dalam yang begitu luar biasa.

Cui Hwat penasaran sekali. Segera dia menerjang dan melancarkan empat buah
serangan kiIat. Plak, plak, plak, plak, beruntut empat kali tubuhnya kena pukulan
Cui Hwat, tetapi anehnya setiap kali terpukul, tubuh Kun Hiap lalu memancarkan
tenaga tolak yang hebat.

Kun Hiap tak merasakan sakit maka diapun curahkan semangatnya untuk
menunggu kesempatan. Dan kesempatan itupun tiba. Dia dapat balas
menghantam Cui Hwat, tepat mengenai bahu kirinya.

Cui Hwat memekik keras, tubuhnya berputar-putar mau jatuh, Dia berusaha
untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Hawa murni pada separoh tubuhnya
bubar, rasanya seperti hendak menjebolkan tulang-tulangnya. Dia kaget dan
ketakutan. Tetapi pada saat itu Kun Hiap sudah mengirim hantaman yang kedua.

Tiba-tiba terdengar desing sambaran benda seperti senjata rahasia, Tetapi


karena tidak terarah kepadanya, Kun Hiappun tak menghiraukan. Tetapi kuda
tegar itu meringkik keras. ketika Kun Hiap berpaling, dilihatnya kuda itu
mencungklang lari membawa Hui Yan.

Cepat Kun Hiap dapat melihat bahwa kuda itu telah terkena sebatang piau.
Karena kaget dan kesakitan maka kuda itu membinal. Sudah tentu Kun Hiap
kaget sekali, Tanpa mempedulikan Cui Hwat lagi, dia terus berputar tubuh
hendak mengejar. Tepat pada saat itu Cui Hwat mengirim tendangan, plak,
pantat Kun Hiap terkena.

Sebenarnya Kun Hiap sudah mengayunkan tubuh hendak loccat mengejar kuda,
karena mendapat tetidangan itu, tubuhnya maktin melaju cepat. Tetapi kuda im
yang-ma milik Cui Swat itu merupakan kuda istimewa yang dapat lari mencapai
seribu li sehari. Karena kesakitan kuda itu mencongklang keras. Kun Hiap
melayang tiba di belakang lalu menyambar ekor kuda. Tetapi kuda tetap tak mau
berhenti, akibatnya ekornya jebol.

Kuda tetap lari dan Kun Hiappun matmatian mengejarnya. Setelah limapuluh li
jauhnya jarak antara kuda dan Kun Hiap tetap tiga tombak jauhnya. Tak jauh di
sebelah muka telah kelihatan dinding pagar dari rumah kediaman marga Wi.

Wataupun tak berhasil mencandak tetapi Kun Hiap lega juga hatinya karena
melihat tubuh Hui Yan masih tetap menelungkup di punggung kuda. Dia faham

mailto:22111122@yahoo.com 395
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

keadaan di desa marga Wi. Setelah melintasi hutan tentu akan tiba disebuah su-
ngai. Kud.a itu pasti berhenti dan pada saat itu-lah Kun Hiap akan dapat
menangkapnya.

Dia lalu kencangkan larinya dan tak berapa lama tampak di sebelah muka
gerumbul kehijauan daun dari hutan. Ternyata kuda itu terus menyusup masuk
ke dalam hutan. Kun Hiap mengejar masuk juga.

Bum .... tiba2 terdengar letusan gempar. Asap tebal dan percik api yang
berhamburan ke arah dirinya. Waktu menimpa pakaiannya, percik api itu masih
tak padam dan tetap melekat, Yang menempel di pakaian sih tak begitu sakit,
tetapi' yang mengenai muka dan tubuhnya, dia benar2 tak tahan sakitnya. Dia
menjerit dan bergulung-gulung ke tanah untuk memadamkannya.

Memang percikan api itu padam tetapi bekas muka dan tubuhnya yang terkena,
masih terasa sakit dan gatal sekali. Jelas kalau api itu tentu mengandung racun.

Dia melonjak bangun, Asap masih berhamburan tebal. Buru2 dia menutup
pernapasan. Tepat pada saat itu dilihatnya dari empat jurusan beberapa sosok
tubuh berhamburan menerjangnya.

Kun Hiap terkesiap, Dari arah sehelah kiri terdengar suara senjata berayun ke
udara. Dia ce-pat kebutkan lengan baju kiri, tring, tring, tenaga-sakti dari
kebutan lengan baju itu telah melenyapkin hantaman senjata, tiga diantaranya
saling berbentur sendiri, menimbulkan suara bergemerincingan.

Kun Hiap menyadari bahwa dalam asap yang tebal itu terdapat beberapa musuh
yang lihay.

Dia merunduk ke bawah. Dalam keremangan asap dia melihat kaki seorang
manusia, Cepat dia menyambar kaki orang itu. Entah kaki siapa. Dan kebetulan
pada saat itu sebuah Kim-that (palu-besi emas) melayang ke arah kepalanya.
Cepat dia menarik kaki orang itu umuk menyongsong. Krak, krak .... kaki hancur
dan palu-besi emas masih berlanjut menghantam punggung Kun Hiap. Tetapi
Kun Hiap sudah siap mengerahkan tenaga-sakti untuk menolak. Palu besi emas
mental, kebetulan ada sesosok bayangan yang melintas. Palu besi tepat
menghantam muka orang itu. Dia mengerang dan jatuh tertelentang.

Dalam sekejap dapat membasmi dua musuh membuat nyali Kun Hiap timbul.
Walaupun musuh berjumlah banyak tetapi kepandaian mereka tidak berapa
tinggi, tidak selihay Cui Hwat cuncia.

Setelah mendapat pengetahuan itu, dia tidak mau membiarkan dirinya dilihat
musuh dalam kegelapan asap. Dia terus berlincahan loncat kian kemari, maju

mailto:22111122@yahoo.com 396
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

sembari melontarkan hantaman.

Dengan cara itu tak berapa lama dia sudah dapat ke luar dari selubung asap
Tetapi baru saja ke luar, dia sudah disambut oleh tiga batang golok kui-thau-to
yang membabat pinggangnya. Cepat dia ayunkan tubuh loncat ke atas, selekas
tiga golok itu berayun di bawah kakinya, dia mengirim tiga buah tendangan.
Tetapi hanya seorang musuh yang menjerit dan jatuh terpelanting.

Musuh yang kedua dan ketiga hendak menabas lagi tetapi Kun Hiap sudah
mendahului menamparkan lengan bajunya. Yang satu dapat dililit tetapi yang
satu lolos dan dapat membabatkan golok ke betis Kun Hiap. Uh, Kun Hiap
mendesuh tertahan karena betisnya terbacok. Darahpun berhamburan.

Tetapi hal itu makin membangkitkan kema-rahan Kun Hiap. Dia menarik lengan
bajunya.

Karena orang itu tak mau melepaskan goloknya, dia ikut tertarik dan membentur
kawannya sendiri sehingga keduanya sama2 jatuh. Kun Hiap menyusul dengan
sebuah tendangan. Orang itu hanya sekali menjerit lalu diam tak berkutik
selama-lamanya.

Baru menyelesaikan yang itu, tiba2 dari belakang terdengar sambaran angin.
Kun Hiap meraung keras, berputar tubuh dan melontarkan dua kali hantaman.
Bum, bum .... tiga sosok tubuh berhamburan terhempas ke tanah.

Kun Hiap memandang ke sekeliling. Asap tebal sudah mulai menipis dan di tanah
telah berserakan lebih dari sepuluh sosok tubuh manusia. Dia merobek baju
mereka untuk membalut betisnya. Tepat pada saat itu punggungnya terasa sa-
kit karena dihantam oleh sebuah tangan yang kuat.

Kun Hiap merah matanya. Dengan meraung seperti singa kelaparan, dia
membalikan tubuh dan menghantam dengan tangan kiri, darr . . .

Orang itu terlempar sampai dua tombak dan rebah tak berkutik lagi.

Kun Hiap menjadi kalap. Dia tak lagi menunggu diserang musuh. Dia lari kian
kemari seperti orang mengamuk, Tetapi ternyata sudah tak ada musuh lagi.

Sejenak menenangkan napas, dia ayunkan langkah. Ke mana kuda im-yang-ma


yang membawa Hui Yan tadi? Aneh mengapa kuda itu hilang seperti ditelan
hutan?

Setelah mencari ke sana sini tidak berjumpa akhirnya dia terpaksa menuju ke
Wi-ke-cung. Dia teringat akan ucapan Wi Ki Hu bahwa di kamar rahasia dalam

mailto:22111122@yahoo.com 397
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kamar tulisnya tersimpan sepucuk surat yang akan membuka rahasia, yang
selama ini merupakan teka teki misterius.

Gedung kediaman Wi Ki Hu sudah kosong. Dia heran. Apakah sebelumuya Wi Ki


Hu memang sudah bertekad hendak mati maka menyuruh semua bujang pergi?

Duapuluh tahun lamanya Kun Hiap dibesarkan di rumah itu. Kini apa yang
dirasakan saat itu benar2 seperti langit dengan bumi bedanya. Rumah itu
tampak samun dan terasa menyeramkan.

Dia melangkah masuk dan langsung menuju ke kamar tulis Wi Ki Hu. Setelah
mencari beberapa saat, akhirnya dia menemukan tempat rahasia itu. Sekali
hantam dinding tembok berguguran dan terbukalah sebuah lubang. Dalam
lubang itu terdapat sebuah peti besi. Diambilnya peti besi itu dan setelah dibuka
ternyata terdapat sehelai surat yang sudah mangka.

Dengan hati berdebar-debar segera dia merentang surat itu, kemudian


dibacanya:

Surat Pernyataan

Aku, Can Jit Cui, adalah seorang jantan yang takkan mengingkari apa yang telah
kutulis dalam surat pernyataan ini.

Dalam petualanganku dengan gadis2 cantik, telah banyak gadis yang


menyerahkan diri. Tetapi aku hanya main-main dengan mereka dan tak pernah
aku merasa serius. Merekalah yang dengan suka rela menyerahkan
kehormatannya kepadaku. Merekalah yang memburu aku . . .

Diantara yang jatuh hati kepadaku adalah gadis cantik Wi Sian Hoa. Dia tergila-
gila kepadaku dan pada malam itu telah rela menyerahkan kesuciannya
kepadaku. Tetapi sungguh lacur. Perbuatannya itu telah dipergoki oleh ayahnya,
Wi Kiam Ong. Karena hendak dibunuh, terpaksa aku melawan dan akhirnya
dalam pertempuran itu, aku dapat menusuknya sampai tewas. . .

Melihat itu Wi Sian Hoa marah dan nekad menikam aku dari belakang. Saat itu
aku marah sekali karena punggungku terluka parah. Tanpa banyak pikir,
kubunuh gadis itu.

Beberapa tahun kemudian, aku bertemu dengan Tong Wan Giok. Dengan gadis
ini aku baru jatuh cinta. Tetapi pada saat itu juga aku didatangi Wi Ki Hu..

Wi Ki Hu juga mencintai Tong Wan Giok, tetapi ditolak.

mailto:22111122@yahoo.com 398
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

Dengan merah padam karena marah, Wi Ki Hu datang kepadaku dan


melemparkan sepucuk aurat. Waktu kubaca isinya, aku pucat. Ternyata Wi Ki Hu
adalah putera dari Wi Kiam Hong dan engkoh dari Wi Sian Hoa.

"Apa katamu?" serunya dengan bengis.

Sebagai seorang lelaki kuakui semua perbuatan yang kulakukan dulu. Tetapi
kukatakan bahwa aku tak sengaja membunuh mereka dan memang aku tak
mempunyai maksud begitu.

"Aku minta maaf dan terserah saja bagaimana yang engkau kehendaki," kataku
kepada Wi Ki Hu.

"Aku dapat memaafkan,” kata Wi Ki Hu, "tetapi engkau harus menerima


syaratku."

"Katakanlah," kataku.

"Engkau harus menyingkir tak boleh bergaul dengan Tong Wan Giok lagi!"

"Oh, mengapa?" tanyaku.

"Aku mencintainya. Demi cintaku aku rela tidak menuntut balas kematian ayah
dan adik perempuanku."

Sebenarnya berat rasanya hatiku meninggalkan Tong Wan Giok. Aku


mencintainya. Tetapi akupun merasa bersalah dan harus menebus dosaku
kepada keluarga Wi Ki Hu. Akhirnya aku terima syaratnya itu.

Pada malam itu aku hendak pamit kepada Tong Wan Giok. Aku tidak mau
menceritakan soal perjanjianku dengan Wi Ki Hu. Aku hanya mengatakan kalau
aku hendak pergi jauh untuk waktu yang tak dapat ditemukan lamanya. Tong
Wan Giok terkejut dan menangis. Hatiku hancur karena aku sebenarnya
mencintainya. Dan akhirnya aku tak dapat menguasai diriku lagi waktu dengan
serta merta Wan Giok menyerahkan kehormatannya kepadaku sebagai tanda
kesetyaannya.

Aku lalu pergi. Tetapi sejak itu aku sadar dan menyesal sekali karena telah
menghianati perjanjianku kepada Wi ki Hu. Aku memang telah menghancurkan
kehidupan Wi Ki Hu. ayah dan adiknya kubunub, gadis yang dicintainya kunodai
....

Ah, tidak. Aku seorang jantan aku harus menebus kedosaanku. Kalau bertemu
dengan Wi ki Hu akan kuceritakan semua itu kepadanya, Akan kupancing

mailto:22111122@yahoo.com 399
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

kemarahannya supaya dia membunuh aku . . .

Aku harus mati. Manusia semacamaku tak layak hidup di dunia. Aku mati dengan
rela.

Kelak anakku yang dikandung Wan Giok itu besar, jangan menuntut balas
kepada Wi Ki Hu tetapi harus memperlakukannya dengan baik.

Tertanda :

Can Jit Cui

Bergemetaranlah tubuh Kun Hiap sehabis membaca isi surat itu. Tanah yang
diinjaknya serasa amblong dan pandang matanyapun gelap. Bluk . .. dia rubuh
tak sadarkan diri.

Entah berselang berapa lama, ketika dia membuka mata, ternyata dihadapannya
tampak Poa Ceng Cay.

"O, engkau sudah siuman?" tanyanya.

Kun Hiap menggeliat bangun.

"Nak, engkau banyak mengalami penderitaan," kata Poa Ceng Cay pula.

Kun Hiap masih termangu-mangu.

"Itulah perjalanan hidup," kata Poa Ceng Cay, "engkau harus tahan dan bangkit
kembali.Yang sudah biarlah berlalu. Tak perlu engkau sesali lagi."

Kun Hiap teringat akan surat tadi, "Apakah paman sudah membaca surat ini?"

Kun Hiap berbangkit dan terus ayunkan langkah. Sudah tentu Poa Ceng Cay
kaget, "Hai, hendak kemana engkau?"

"Mencari Hui Yan sampai ketemu. Biar ke ujung langit dan keliling neraka, tetap
akan kucarinya."

Poa Ceng Cay tertawa, "Tak perlu ke neraka, nak. Dia selamat. Bersyukurlah
kepada Tuhan bahwa dia lolos dari bahaya maut."

Kun Hiap terkejut, "Apa katamu?" serunya gugup, "Hui Yan selamat? Dimana dia
sekarang?"'

mailto:22111122@yahoo.com 400
Pdf by KANG ZUSI http://cerita-silat.co.cc/

"Setelah engkau dan mamamu pergi, akupun menyusul. Kupikir, aku hendak
mencari surat yang dikatakan Wi Ki Hu itu. Tetapi ditengah jalan aku berpapasan
dengan seekor kuda tegar yang memanggul seorang gadis, dikejar oleh seorang
gadis lain.

"Ternyata waktu kuhampiri, gadis yang rebah dipunggung kuda itu Hui Yan dan
yang mengejarnya Hui Giok. Kuteriaki Hui Giok supaya berhenti. Tetapi
bukannya menurut, tiba-tiba dia malah melontarkan sebuah bahan peledak
kepadaku. Hampir saja aku mati kalau tak segera menyingkir ..."

"Kuda itu lari kencang mendaki gunung. Dan Hui Giok seperti kerasukan setan
mengejar terus. Dia hampir berhasil mengejar dibelakang kuda itu atau tiba-tiba
kuda itu meringkik keras dan menyepakkan kaki belakangnya. Karena jarak
terlalu dekat dan tak menduga-duga, Hui Giok kena disepak dan mencelat dua
tombak jauhnya. Ketika terbanting ketanah terdengarlah letusan keras. Tubuh
Hui Giok hancur berkeping-keping, jelas dia masih membawa bahan peledak."

“Dan Hui Yan?" tanya Kun Hiap.

"Dia dipondokku."

"Ah," serta merta Kun Hiap belutut menghaturkan terima kasih.

"Jangan berterima kasih kepadaku. Tetapi bersyukurlah kepada Tuhan atas


berkah kemurahannya. Yang jahat pasti akan menerima buahnya," kata Poa
Ceng Cay, "bangunlah, mari kita pulang."

Kun Hiap mengikuti Poa Ceng Cay pulang ke Poa-ke-cung. Bagaimana nanti,
apakah Hui Yan akan dapat disembuhkan dari kelumpuhannya bukan soal.
Baginya, bertemu dan berkumpul dengan Hui Yan merupakan kebahagiaan
hidupnya.

TAMAT

mailto:22111122@yahoo.com 401

Anda mungkin juga menyukai