Kompos adalah hasil ahkir dari proses bahan organik dengan bantuan bakteri. Dalam kompos
tidak banyak terdapat unsur N, P & K sehingga berbeda dengan pupuk sintetis. Akan tetapi dalam
kompos banyak mengandung unsur hara mikro Fe, S, Ca, Mg dll. Unsur ini tidak terdapat dalam pupuk
buatan pada umunnya. Fungsi yang utama adalah memperbaiki stuktur dan kualitas tanah.
PENYUSUTAN
Karena dalam proses terjadi percernaan menjadi partikel-partikelyang lebih kecil maka jumlah
tumpukan akan menyusut 3/4 selama proses pencernaan.
pupuk KOMPOS 1
Beratnya juga akan berkurang sampai 1/2 karena ada penguapan dari air dan Co2.
PERBANDINGAN Karbon (C) dan Nitrogen (N)
Zat arang atau Carbon ditemukan diseluruh bagian sampah organik yang merupakan sumber energi.
Pembakaran antara Carbon dan oksigen menjadi kalor dan Co2 akan dilepas sebagai gas sedangkan
nitrogen yang terurai kemudian diambil oleh jasad renik, jika jasad renik mati maka nitrogen akan
tinggal ditanah (kompos) besarnya perbandingan antara C & N tergantung pada jenis bahan organik.
Untuk kompos yang lebih ideal adalah antara 15/1 - 30/1 jika perbandingan terlalu besar maka proses
kompos akan jalan lambat. Jika C dan N terlalu rendah suhu akan cepat turun dan apabila N terlalu
banyak maka Nitrogen yang dipakai akan menjadi amonia yang berbau.
MANFAAT KOMPOS
Memperbaiki kualitas tanah:
menyiapkan air lebih lama
mengemburkan tanah sehingga mudah untuk tumbuhnya akar.
memperbaiki porositas tanah ( jumlah rongga)
menyediaakan zat hara mikro dan makro
membantu pengolahan sampah
mengurangi pencemaran lingkungan hidup
melestarikan sumber daya
mengurangi biaya ( untuk beli pupuk kimia )
kemampuan melakukan pertukaran kation
CATATAN:
- pakai termometer alkohol
- pengukuran suhu sebaiknya di lima tempat dan diambil rata-rata, bagian dalam.
pupuk KOMPOS 2
Penyebab, pemilihan kurang teliti
Akibat , kompos tercemar
Pemecahan, pemilihan barang berbahaya harus lebih teliti
3. PROSES LAMBAT
Penyebab:
Tumpukan terlalu besar atau terlalu kecil, terowongan udara tidak memadai, kelembaban dan
suhu tidah dimonitor dengan baik, sehingga pembalikan dan penyiraman tidak mencukupi, bahan
organik yang dipakai sulit melapuk (tongkol, jagung,daun kelapa dll)
4. AKIBAT ;
merugikan usaha
Pemecahan:
Perbaiki ukuran tumpukan, gunakan dan letakkan terowongan udara dengan baik, monitoring
suhu dan kelembaban merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, bahan yang sulit
jangan dipakai.
5. PANAS TERUS MENERUS TERLALU TINGGI (SESUDAH 40 HARI)
Penyebab, tumpukan terlalu besar, tumpukan ditaruh diatas areal bekas sampah sehingga
sampah tersebut ikut terkomposkan proses monitoring dan pembalikan tidak baik sehingga
kompos lambat terproses.
Akibat , proses pengomposan menjadi lama.
Pemecahan, sesuaikan dengan ukuran yang dianjurkan, sebaiknya tidak mengomposkan di
areal bekas tumpukan sampah, apabila terpaksa lapisi dulu dengan tanah atau bahan lain
yang dapat mengisolasi terhadap bekas sampah tersebut, lakukan monitoring dan pembalikan
dengan baik.
6. TUMPUKAN TIDAK PANAS
Penyebab, kurang udara karena pembalikan kurang (atau terowongan udara rusak / tidak sesuai
dengan ukuran) tumpukan terlalu padat atau kurang lembab.
Akibat, proses tidak bisa berjalan
Pemecahan, perbaiki perlakukan sesuai dengan ketentuan yang ada.
7. PEMBALIKAN TIDAK MENYELURUH
Penyebab, pekerja malas terutam apabila lahan sudah padat dan suhu sedang tinggi (banyak uap
air)
Akibat, pengomposan akan tidak merata dan proses berjalan lebih lama
Pemecahaan, pembalikan yang harus selalu sesuai persaratan bagimanapun situasinya
8. SUHU KELEMBABAN TIDAK DIPANTAU DANTIDAK DIBALIK
Penyebab, sudah dianggap selesai padahal proses ini justru untuk mengecek apakah kompos
sudah matang, kesalahan mengukur suhu, tumpukan terlau kecil, masih memakai terowongan
Akibat, hal ini dapat mengganggu lingkungan, dapat menibulkan penyakit
Pemecahan, ikuti prosedur yang ada walaupun pada proses pematangan, gabungkan
tumpukan yang kecil, tidak mengunakan terowongan
9. BANYAK LALAT
Penyebab, sampah yang datang sudah busuk atau banyak mengandung protein: lingkungan
kurang bersih, hewan pemangsa larva lalat seperti burung, ayam, kodok, kadal dan capung tidak
banyak ditemui dilokasi.
Akibat, hal ini dapat mengganggu lingkungan, dapat menibumlkan penyakit
Pemecahan, usaha sumber sampah lain, tutup tumpukan dengan kompos sisa saring, bersihkan
lingkungan secara teratur dan usahakan tidak ada air kotor tergenang, usahakan pelihara
hewan pemangsa larva lalat.
Sumber bahan : Center for Policy and Implementation Studient (CPIS) 1992
pupuk KOMPOS 3