Anda di halaman 1dari 30

Kasus 7

aBAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang
memiliki banyak fungsi untuk menunjang kehidupan manusia.
Tanpa kondisi fit tulang dan sendi, manusia akan kesulitan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Reumatologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit sendi,
termasuk penyakit artritis, fibrositis, bursitis, neuralgia dan kondisi
lainnya yang menimbulkan nyeri somatik dan kekakuan. Sehingga
kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendi yang seringkali
memberikan gejala yang hampir sama. Oleh karena itu pendekatan
diagnostik sangat diperlukan agar didapatkan diagnosis yang tepat,
sehingga pasien akhirnya memperolah penatalaksanaan yang
adekuat. Perlu diingat pula bahwa gangguan reumatik dapat
merupakan manifestasi artikular berbagai penyakit dan sebaliknya
beberapa penyakit reumatik mempunyai manifestasi ekstra-
artikular pada berbagai organ.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos,
yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir
dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan
rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada
perubahan struktur mucine sendi (mukopolisakarida, asam
hialuronat) pada beberapa jenis penyakit reumatik, sehingga istilah
yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai saat
ini. Setiap kondisi yang disertai nyeri dan kaku pada sistem
muskuloskeletal disebut reumatik, termasuk penyakit jaringan ikat
(penyakit kolagen). Sedangkan istilah artritis, umumnya dipakai bila
sendi merupakan tempat utama penyakit reumatik.
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah
Keperawatan Medikal Bedah 2 1
Kasus 7

poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan


seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala
artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa
kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non artikular
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Kasus 4
Ny. S mengeluh nyeri , kemerahan dan bengkak serta kaku disekitar
sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan,bahu, lutut dan kaki.
NY. S mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari,
demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan lemah.
Hasil pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, S 37C, N 100x/menit
regular, P 20x/menit.
Pertanyaan
1. Kemungkinan diagnosa medis pada kasus di atas adalah?
2. Pengkajian apa yang harus dilengkapi untuk menentukan
masalah utama pasien?
3. Pemeriksaan lanjutan apa yang harus dilakukan pada pasien
tersebut?
4. Komplikasi apa yang mungkin terjadi jika hal ini tak segera
diatasi?
5. Sebutkan jenis obat-obatan yang sebaiknya diberikan dalam
kasus diatas?
6. Buatlah diagnosa keperawatan untuk kasus diatas?
7. Tindakan-tindakan keperawatan apa yang seharusnya dilakukan?
8. Carilah video yang terkait dengan kasus tersebut di atas?
1.3 Tujuan
1. Menambah pengetahuan tentang keperawatan Medikal Bedah
2. Mengetahui pengertian dan gangguan sistem imun
3. Menambah pengetahuan ilmu keperawatan

Keperawatan Medikal Bedah 2 2


Kasus 7

4. Memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Imun


Sistem imun merupakan system yang terbentuk dari sel-sel darah
putih,sumsum tulang,dan jaringan limfoid yang mencakup kelenjar
timus,kelenjar limfe, lien,tonsil,serta adenoid dan jaringan serupa.
Diantara sel-sel darah putih yang terkibat dalam imunitas terdapat
limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T). Kedua jenis sel ini berasal dari
limfoblas yang dibuat dalam sumsum tulang. Limfosit B mencapai
maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi
darah. limfosit T bergerak dari sumsum tulang kekelenjar timus tempat
sel-sel tersebut mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang
dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda. Struktur yang
signifikan lainnya adalah kelenjar limfe,lien,tonsil dan adenoid. Kelenjar
limfe yang tersebar diseluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari
system limfe sebelum benda asing tersebut memasuki aliran darah dan
juga berfungsi sebagai pusat untuk proliferasi sel imun. Lien yang
tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja seperti saringan. Pulpa rubra
merupakan tempat sel-sel darah merah yang tua dan mengalami cidera
dihancurkan. Pulpa alba mengandung kumpulan limfosit.Jarinan limfoid
lainnya seperti tonsil dan adenoid serta jarinan limfatik mukoid
lainnya,mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.
Sementara istilah imunitas mengacu pada respon protektif tubuh
yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganisme yang
Keperawatan Medikal Bedah 2 3
Kasus 7

meninvasinya,maka istilah imunopatologi berarti ilmu tentang penyakit


yang terjadi akibat disfungsi dalam system imun. Kelainan pada system
imun dapat berasal dari kelebihan atau kekurangan sel-sel
imunokompeten, perubahan pada fungsi sel-sel ini, serangan imunologi
terhadap antigen sendiri atau respon yang tidak tepat atau yang
berlebihan terhadap antigen spesifik. Kelainan yang berhubungan dengan
autoimunitas adalah penyakit dimana respon imun protektif yang normal
secara paradoksal berbalik melawan atau menyerang tubuh sendiri
sehinggag terjadi kerusakan jaringan. Kelainan yang berhubungan dengan
hipersensitivitas adalah keadaan dimana tubuh memproduksi respon yang
tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik. Kelainan yang
berhubunga dengan gamopati adalah kelainan yang terjadi akibat
produksi immunoglobulin berlebih. Kelainan yang berhubungan dengan
imunodefisiensi dapat dikatagorikan sebagai kelainan primer dimana
defisiensi terjadi akibat perkembangan jaringan atau sel-sel imun yang
tidak tepat dan umumnya bersifat genetic,atau kelainan sekunder dimana
defisiensi terjadi akibat gangguan pada system imun yang sudah
berkembang.
2.2 Gangguan Imunodefisiensi
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau
defisiensi pada sel-sel fagositik, Limfosit B, limfosit T atau komplemen.
Gejala yang spesifik serta beratnya penyakit, usia saat penyakit dimulai
dan prognosis penyakit bergantung pada komponen apa yang terkena
dalam system imun dan sampai dimana fungsi imun tersebut terganggu.
Terlepas dari penyebab yang mendasari kelainan imunodefisiensi, gejala
utamanya mencakup infeksi kronik atau infeksi berat kambuhan, infeksi
karena mikroorganisme yang tidak lazim atau mikroorganisme yang
merupakan flora normal tubuh, respon tubuh yang buruk terhadap
pengobatan infeksi dan diare kronik. Imunodefisiensi bisa diklasifikasikan
sebagai kelainan prime atau sekunder.
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang
penyebabnya bersifat genetik dan terutama ditemukan pada bayi dan

Keperawatan Medikal Bedah 2 4


Kasus 7

anak-anak kecil. Gejalanya biasa timbul pada awal kehidupan. Tanpa


terapi, bayi dan anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan
hidup sampai usia dewasa. Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih
komponen pada sistem imun.
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
• Gambaran Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada
penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki
gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian
hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1
jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di
tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan
leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan)

Keperawatan Medikal Bedah 2 5


Kasus 7

kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.


Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan
gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon
(sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis),
paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi


1987.

Kriteria Definisi
1. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2. Artritis pada 3 Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
daerah lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan MTP kiri
dan kanan.
3. Artritis Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
pada persendian tangan seperti yang tertera diatas.
persendian
tangan
4. Artritis Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
simetris kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP

Keperawatan Medikal Bedah 2 6


Kasus 7

atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak


mutlak bersifat simetris.
5. Nodul Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
rheumatoid permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular yang
diobservasi oleh seorang dokter.
6. Faktor Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
rheumatoid yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
serum positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.
7. Perubahan Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
gambaran bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis


reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas.
Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan
dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis
reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

* PIP : Proximal Interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP:


Metatarsophalangeal

BAB III
PEMBAHASAN

1. Tanda dan Gejala Ny. S menunjukan bahwa Ny. S kemungkinan


diagnosa mengarah kepada penyakit Artritis Reumatoid (AR).
 Definisi
Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit inflamasi sistemik kronik yang
tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial, yang

Keperawatan Medikal Bedah 2 7


Kasus 7

menyebabkan kerusakan pada tulang


sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges,
E Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial
yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin,
Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi
inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi
kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin
Tucker.1998)
 Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui
secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor
pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma
dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-
hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun

Keperawatan Medikal Bedah 2 8


Kasus 7

4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe
II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan
antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
 Diagnostik Artritis Reumatoid
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari
tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau
lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-
artikuler pada foto rontgen.
 Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism
Association (ARA) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness
).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-
kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Keperawatan Medikal Bedah 2 9


Kasus 7

- Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-


kurangnya selama 6 minggu
- Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
- Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan
berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
 Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan
proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi
untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi
membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus
tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi.
2. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan
dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung,
paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi
dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/
kelaianan pada sendi.
 Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).

Keperawatan Medikal Bedah 2 10


Kasus 7

 Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia. Kesulitan untuk
mengunyah ( keterlibatan
TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
 Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan
 Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan. Pembengkakan sendi simetris.
 Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
 Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, Lesi kulit,
ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta
dan membran mukosa.
 Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
 Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, ”penyembuhan”
arthritis tanpa pengujian.

 Pengkajian fisik yang meliputi :

Keperawatan Medikal Bedah 2 11


Kasus 7

a. Kulit ( lakukan inspeksi)


 Ruam/lesi
 Peningkatan memar
 Eritema(kemerahan atau rubor)
 Panas atau hangat
b. Rambut(inspeksi)
 Alopesia/penipisan
c. Mata(inspeksi)

 kering/kasar
 penurunan ketajaman penglihatan/kebutaan
 katarak
 penurunan daya penglihatan perifer
 konjungtivitis/uveitis
d. Telinga(tanyakan)

 tinnitus
 penurunan ketajaman pendengaran
e. Mulut(inspeksi dan tanyakan)

 lesi pada pipi sublingual


 perubahan daya pengecap
 kering
 disfagia
 kesulitan mengunyah
f. Dada(inspeksi dan tanyakan)

 nyeri pleuritik
 penurunan ekspansi dada
 intoleransi terhadap aktivitas bernapas(dispnue)
g. Abdomen
 Nyeri abdomen
 Perubahan berat badan

Keperawatan Medikal Bedah 2 12


Kasus 7

h. Muskuloskeletal( inspeksi dan palpasi)


 Sendi yang merah/hangat/bengkak/nyeri
tekan/deformitas lokasi sendi pertama yang terkena ,pola
perjalanan penyakitnya
 Rentang gerak sendi
 Kekuatan otot dan gangguan genggaman
i. genitalia(inspeksi dan tanyakan)
 kering/gatal-gatal
 haid yang abnormal
 perubahan pada kinerja seksual
 higiene
 uretritis
 disuria
 lesi
j. neurologi(inspeksi dan tanyakan)
 parastesia ekstremitas
 corak reflek yang abnormal
 sakit kepala
3. Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid
• Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
• Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
• Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-
kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
• Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
• SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
• JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
• Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun sebagai penyebab AR.

Keperawatan Medikal Bedah 2 13


Kasus 7

• Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan


pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang
yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi
kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
• Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
• Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
• Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang
lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna
kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
• Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi
dan perkembangan panas.
Faktor yang data memberikan konribusi penegakan AR yaiu,
nodul rheumatoid,inflamasi sendi yang diremukan ada saat palpasi
dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium tertentu, faktor hematoid
terdaat lebih dari 80 % penderita AR, namun , keberadaan faktor ini
saja belum meriupakan tanda diagnostic untuk AR. Pemeriksaan Lab
untuk penyakit AR adalah:
a. Laju endap darah (LED) merupakan mengukur kecepatan sel
darah merah dari darah yang tidak dibekukan dalam waktu satu
jam. Nilai normal LED westergen=laki-laki 0-15mm/jam, wania 0-
20 mm/jam
wintrobe laki2 0-9 mm/jam wanita 0-15 mm/jam
Peningkatan LED menunjukkan peningkatan inflamasi yang
mengakibatkan penggumpalan sel darah merah sehingga
membuatnya lebih berat dari keadaan normal. Semakin tinggi
LED, semakin besar aktifittas inflamasinya.
b. Pemeriksaan jumlah sel darah merah dan c4 menurun
Kadar komlemen c4
Keperawatan Medikal Bedah 2 14
Kasus 7

Komlemen meruakan subansi rotein yg terikat dengan


kompleks anigen antibody dgn ujun untuk menimbulkan lisis bila
jumlah kompleks meningkat dgn nyata komlemen digunakan
untuk menimbulkan lisis dan dengan demikian mengurangi
jumlahnya didalam darah
c. Pemeriksaan c reaktif protein (crp) dan antibody anti
nucleus(ana) dapat menunjukkan hasil positif
Imunologi serum
Antibody antinukleus ANA mengukur antibody yang
bereaksi dengan antigen nucleus. Jika terdapatt anttibodi,
pemeriksaan lebih lanjut tipe ANA yang beredar dalam darah
( anti DNA, anti RNP).
Nilai normal ANA adalah negative namun beberapa orang
dewasa mempunyai hasil positif, makna negative, apabila hasil
test positif berkaitan dengan SLE, AR, scleroderma, penyakit
raynaud, atritis nekrotika.
CRP memerlihatkan adanya glikoprotein abnormal karena
proses inflamsi, nilai normal 6ug/ml, nilai yg positif menunjukkan
inflamasi yang aktif. Sering ositif pd Aritiis rheumatoid, Lupus
eritematosus diseminata.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang
kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada periksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi
yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris.
Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi
pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular.
Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi.
4. Komplikasi :

Keperawatan Medikal Bedah 2 15


Kasus 7

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat penutupan


epifisis dini, komplikasi akibat pengobatan steroid, vaskulitis,
ensefalitis, amiloidosis sekunder, kelainan tulang dan sendi yang
lain seperti ankilosis, luksasi atau fraktur.
Ankilosis sendi rahang adalah keterbatasan pergerakan pada
sendi rahang baik secara unilateral maupun bilateral yang
disebabkan oleh adanya penulangan atau fibrosis pada diskus
artikularis atau oleh karena pengaruh kondisi patologis di luar sendi
rahang yang mengganggu ruang gerak sendi rahang. Ankilosis sendi
rahang dapat diklasifikasikan sebagai ankilosis sejati dan ankilosis
palsu serta dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran
jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
Cedera vertebra menurut kestabilannya terbagi menjadi
cedera stabil dan cedera tidak stabil. Cedera dianggap stabil jika
bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis
anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan
normal, ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis
tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh
cedera stabil.
Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser
dengan gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau

Keperawatan Medikal Bedah 2 16


Kasus 7

robek, Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan


integritas dari ligamen posterior.
Cedera Saraf pada cedera spinal akibat pergeseran struktur
dapat merusak korda atau akar saraf, atau keduanya; lesi servikal
dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia lesi torakolumbal.
Kerusakan dapat sebagian atau lengkap.
5. Obat
Prinsip dasar dari pengobatan artrtitis rematoid adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena, karena pemakaian sendi yang
terkena akan memperburuk peradangan. Mengistirahatkan sendi
secara rutin seringkali membantu mengurangi nyeri.
Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan
mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk mencegah
kekakuan, perlu dilakukan beberapa pergerakan sendi yang
sistematis.
Terdapat dua kelompok dari obat-obatan digunakan dalam
merawat rheumatoid arthritis, yaitu “obat-obat baris pertama” yang
bekerja cepat dan "obat-obat baris kedua" yang bekerja lambat
(juga dirujuk sebagai obat-obat anti-rematik yang memodifikasi
penyakit / disease-modifying antirheumatic drugs atau DMARDs).
1. Obat-obat baris pertama, seperti aspirin dan kortisone (corticosteroids),
digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
• NSAIDs (nonsteroidal antiinflammatory drugs) adalah
obat-obat yang dapat mengurangi peradangan jaringan, nyeri,
dan bengkak contohnya : Acetylsalicylate (Aspirin),
naproxen (Naprosyn), ibuprofen (Advil, Medipren,
Motrin), dan etodolac (Lodine). Efek samping yang paling
umum dari aspirin dan NSAIDs antara lain: gangguan
lambung, nyeri perut, borok-borok, dan bahkan perdarahan
pencernaan (gastrointestinal bleeding).
Untuk mengurangi efek-efek samping lambung, NSAIDs
biasanya dikonsumsi dengan makanan. Obat-obat tambahan yang

Keperawatan Medikal Bedah 2 17


Kasus 7

seringkali direkomendasikan untuk melindungi lambung dari efek-


efek buruk NSAIDs. Obat-obat ini termasuk antacids, sucralfate
(Carafate), proton-pump inhibitors (Prevacid, dan lainnya), dan
misoprostol (Cytotec). NSAIDs yang lebih baru termasuk selective
Cox-2 inhibitors, seperti celecoxib (Celebrex), yang menawarkan
efek-efek antiperadangan dengan resiko iritasi dan perdarahan
lambung yang lebih kecil.
• Kortikosteroid (misalnya prednison) merupakan obat paling efektif
untuk mengurangi peradangan di bagian tubuh manapun.
Kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati peradangan diluar
sendi, seperti peradangan selaput paru-paru (pleuritis) atau
peradangan kantong jantung (perikarditis). Kortikosteroid efektif
pada pemakaian jangka pendek dan cenderung kurang efektif jika
digunakan dalam jangka panjang, padahal artritis rematoid adalah
penyakit yang biasanya aktif selama bertahun-tahun. Kortikosteroid
biasanya tidak memperlambat perjalanan penyakit ini dan
pemakaian jangka panjang menyebabkan berbagai efek samping,
yang melibatkan hampir setiap organ.
Obat-obat kortikosteroid dapat diberikan secara oral (melalui
mulut) atau disuntikan langsung ke dalam jaringan-jaringan dan
sendi-sendi, tetapi bisa menyebabkan kerusakanjangka panjang,
terutama jika sendi yang terkena digunakan secara berlebihan
sehingga mempercepat terjadinya kerusakan sendi. Kortikosteroid
dapat mempunyai efek samping yang serius, terutama ketika
diberikan dalam dosis tinggi untuk periode waktu yang panjang.
Efek samping : kenaikan berat badan, muka yag bengkak,
penipisan kulit dan tulang, mudah memar, katarak, resiko infeksi,
penyusutan otot, dan kerusakan sendi-sendi besar (seperti pinggul),
osteoporosis, tekanan darah tinggi, dan kadar gula darah yang
tinggi. Karena itu obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi
kekambuhan yang mengenai beberapa sendi atau jika obat lainnya

Keperawatan Medikal Bedah 2 18


Kasus 7

tidak efektif. Untuk menghindari resiko terjadinya efek samping,


maka hampir selalu digunakan dosis efektif terendah.
2. “Obat-obat baris kedua” yang bekerja lambat, seperti senyawa
emas, methotrexate dan hydroxychloroquine (Plaquenil) mengurangi
penyakit dan mencegah kerusakan sendi yang progresif, obat-obat
tersebut bukan termasuk obat anti-peradangan.
• Hydroxychloroquine (Plaquenil) dikaitan dengan quinine dan
juga digunakan dalam perawatan malaria. Digunakan untuk
mengobati artritis rematoid yang tidak terlalu berat. Efek samping
yang mungkin antara lain gangguan lambung, ruam-ruam kulit (skin
rashes), kelemahan otot, dan perubahan-perubahan penglihatan.
Meskipun perubahan-perubahan penglihatan adalah jarang, pasien-
pasien yang mengkonsumsi Plaquenil harus dimonitor oleh seorang
dokter mata (ophthalmologist). Tetapi beberapa kelainan mata bisa
menetap, sehingga penderita yang mendapatkan obat ini harus
memeriksakan matanya sebelum dilakukan pengobatan dan setiap
6 bulan selama pengobatan berlangsung. Jika setelah 6 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, maka pemberian obat ini dihentikan. Jika
terjadi perbaikan, pemakaian obat ini bisa dilanjutkan sesuai
dengan kebutuhan.
• Sulfasalazine (Azulfidine) adalah suatu obat oral yang
secara tradisional digunakan dalam perawatan penyakit
peradangan usus besar yang ringan sampai berat, seperti
radang usus besar atau ulcerative colitis dan penyakit Crohn.
Azulfidine digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis
dalam kombinasi dengan obat-obat anti peradangan. Dosisnya
dinaikkan secara bertahap dan perbaikan biasanya terjadi
dalam 3 bulan. Azulfidine umumnya ditolerir dengan baik.
Efek samping yang umum termasuk ruam kulit (rash) dan
gangguan lambung, kelainan hati, kelainan sel darah. Karena
Azulfidine terbentuk dari senyawa-senyawa sulfa dan

Keperawatan Medikal Bedah 2 19


Kasus 7

salicylate, dan harus dihindari oleh pasien-pasien dengan


alergi-alergi sulfa yang diketahui.
• Methotrexate lebih banyak dipilih dokter-dokter sebagai
suatu obat baris kedua awal karena keefektifan dan efek
sampingnya yang relatif jarang. Methotrexate juga
mempunyai suatu keuntungan dalam fleksibilitas dosis
(dosisnya dapat disesuaikan menurut keperluan). Metotrexate
diberikan per-oral 1 kali/minggu, digunakan untuk mengobati
artritis rematoid stadium awal. Methotrexate adalah suatu
obat penekan imun. Dan dapat mempengaruhi sumsum
tulang dan hati, bahkan jarang menyebabkan sirosis. Semua
pasien yang mengkonsumsi methotrexate memerlukan tes-tes
darah secara teratur untuk memonitor jumlah darah dan tes-
tes darah fungsi hati.
• Garam-garam emas (Gold salts) telah digunakan untuk
merawat rheumatoid arthritis beberapa abad yang lalu. Gold
thioglucose (Solganal) dan gold thiomalate
(Myochrysine) diberikan dengan suntikan, awalnya diberikan
secara mingguan, berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
Emas oral, auranofin (Ridaura), diperkenalkan pada tahun
sembilan belas delapan puluhan (1980s). Efek samping dari
emas (oral dan yang disuntikan) termasuk ruam kulit (skin
rash), luka mulut, kerusakan ginjal dengan kebocoran protein
dalam urin, dan kerusakan sumsum tulang dengan anemia
dan jumlah sel putih yang rendah. Pasien-pasien yang
menerima perawatan emas dimonitor secara teratur dengan
tes-tes darah dan urin. Emas oral dapat menyebabkan diare
sehingga banyak perusahaan-perusahaan tidak lagi
memproduksi obat ini.
Senyawa emas ini berfungsi memperlambat terjadinya
kelainan bentuk tulang. Biasanya diberikan sebagai suntikan
mingguan. Suntikan mingguan diberikan sampai tercapai dosis total

Keperawatan Medikal Bedah 2 20


Kasus 7

1 gram atau sampai timbulnya efek samping atau terjadinya


perbaikan yang berarti. Jika obat ini efektif, dosisnya dikurangi
secara bertahap.
Kadang perbaikan dicapai setelah diberikannya dosis
pemeliharaan selama beberapa tahun. Senyawa emas bisa
menimbulkan efek samping pada beberapa organ, karena itu obat
ini tidak diberikan kepada penderita penyakit hati atau ginjal yang
berat atau penyakit darah tertentu. Sebelum pengobatan dimulai
dan setiap seminggu sekali selama pengobatan berlangsung,
dilakukan pemeriksaan darah dan air kemih. Jika terjadi efek
samping yang serius, maka pemakaiannya segera dihentikan.
• D-penicillamine (Depen, Cuprimine) dapat bermanfaat pada
pasien dengan bentuk-bentuk rheumatoid arthritis yang progresif.
Pasien-pasien pada obat ini memerlukan tes-tes darah dan urin
yang rutin. D-penicillamine jarang dapat menyebabkan gejala-gejala
dari penyakit autoimun lain. Efeknya menyerupai senyawa emas
dan bisa digunakan jika senyawa emas tidak efektif atau
menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Dosisnya
secara bertahap dinaikkan sampai terjadinya perbaikan. Efek
sampingnya adalah penekanan terhadap pembentukan sel darah di
dalam sumsum tulang, kelainan ginjal, penyakit otot, demam,
kedinginan, luka mulut, suatu rasa metal/logam dalam mulut, ruam
kulit, kerusakan ginjal dan sumsum tulang, gangguan lambung, dan
mudah memar.. Jika terjadi efek samping tersebut, maka pemakaian
obat harus dihentikan. Obat ini juga bisa menyebabkan miastenia
gravis, sindroma Goodpasture dan sindroma yang menyerupai
lupus. Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan
darah dan air kemih setiap 2-4 minggu sekali.
• Obat-obat penekan imun adalah obat-obat sangat kuat
yang menekan sistem imun tubuh. Sejumlah obat-obat
penekan imun digunakan untuk merawat rheumatoid arthritis,
termasuk methotrexate (Rheumatrex, Trexall) seperti yang

Keperawatan Medikal Bedah 2 21


Kasus 7

digambarkan diatas, azathioprine (Imuran), cyclophosphamide


(Cytoxan), chlorambucil (Leukeran), dan cyclosporine
(Sandimmune). Karena efek samping yang berpotensi serius,
obat-obat penekan imun (lain daripada methotrexate)
umumnya dicadangkan untuk pasien- dengan penyakit yang
sangat agresif atau dengan komplikasi peradangan
rheumatoid yang serius, seperti peradangan pembuluh darah
(vasculitis). Pengecualian adalah methotrexate, yang tidak
seringkali dikaitkan dengan efek samping yang serius dan
dapat secara hati-hati dimonitor dengan pengujian darah.
Methotrexate telah menjadi suatu obat baris kedua yang
disukai.
“Obat-obat baris kedua” yang lebih baru untuk perawatan
rheumatoid arthritis termasuk leflunomide (Arava) dan obat-obat
biologi etanercept (Enbrel), infliximab (Remicade), anakinra (Kineret),
adalimumab (Humira), rituximab (Rituxan), dan abatacept (Orencia).
• Leflunomide (Arava) untuk menghilangkan gejala-gejala
dan menahan progress penyaki dengan memblokir aksi dari
suatu enzim yang penting yang mempunyai suatu peran
dalam pengaktifan imun. Arava dapat menyebabkan penyakit
hati, diare, kehilangan rambut, dan/atau ruam (rash) pada
beberapa pasien-pasien.
• Etanercept, infliximab, dan adalimumab adalah obat-obat
biologi. Obat-obat ini menangkap/mencegah suatu protein
dalam sendi-sendi (tumor necrosis factor atau TNF) yang
menyebabkan peradangan sebelum dapat bertindak pada
reseptor alaminya untuk menyebabkan peradangan. Secara
efektif memblokir kurir peradangan TNF memanggil keluar sel-
sel peradangan. Gejala-gejala dapat secara signifikan dan
seringkali secara cepat membaik pada pasien-pasien yang
menggunakan obat-obat ini. Etanercept harus disuntikan
secara subkutan sekali atau dua kali dalam seminggu.

Keperawatan Medikal Bedah 2 22


Kasus 7

Infliximab diberikan dengan infusi langsung ke dalam suatu


vena (intravena). Adalimumab disuntikan secara subkutan
setiap minggu. Setiap obat-obat ini akan dievaluasi oleh
dokter dalam prakteknya untuk menentukan tindakan yang
mungkin dilakukan pada berbagai tingkatan-tingkatan
rheumatoid arthritis.
Penelitian telah menunjukan bahwa pemodifikasi respon
biologi juga mencegah kerusakan sendi yang progresif dari
rheumatoid arthritis. Sekarang direkomendasikan untuk
penggunaan setelah “obat-obat baris” kedua lain tidak efektif.
Pemodifikasi-pemodifikasi respon biologi (TNF-inhibitors) adalah
perawatan yang mahal dan seringkali digunakan dalam kombinasi
dengan methotrexate dan DMARDs lain. Semua TNF-blocking
biologics lebih efektif ketika dikombinasikan dengan methotrexate.
• Anakinra adalah perawatan biologi lain yang digunakan
untuk merawat rheumatoid arthritis yang sedang sampai
berat. Anakinra bekerja dengan mengikat pada suatu protein
carier sel (IL-1, suatu proinflammation cytokine). Anakinra
disuntikan dibawah kulit setiap hari. Anakinra dapat
digunakan sendirian atau dengan DMARDs lain. Angka respon
dari anakinra tidak nampak setinggi obat-obat biologi lain.
• Rituxan adalah suatu antibodi yang pertama kali digunakan
untuk merawat lymphoma, suatu kanker dari simpul-simpul
getah bening. Rituxan dapat efektif dalam merawat penyakit-
penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis karena
menghabiskan sel-sel B (sel-sel peradangan yang penting
dalam memproduksi antibodi-antibodi abnormal yang umum
pada kondisi-kondisi ini). Rituxan sekarang tersedia untuk
merawat rheumatoid arthritis aktif yang sedang sampai berat
pada pasien-pasien yang telah gagal dengan TNF-blocking
biologics. Studi-studi permulaan telah menunjukan bahwa
Rituxan juga ditemukan bermanfaat dalam merawat

Keperawatan Medikal Bedah 2 23


Kasus 7

rheumatoid arthritis yang berat dan dipersulit oleh


peradangan pembuluh darah (vasculitis) dan
cryoglobulinemia.
• Orencia adalah suatu obat biologi baru ini dikembangkan
dengan memblokir pengaktifan sel-sel T. Orencia sekarang
tersedia untuk merawat pasien-pasien dewasa yang telah
gagal dengan suatu DMARD tradisional atau obat biologi
pemblokir TNF.
Dimana obat-obat biologi seringkali dikombinasikan dengan
DMARDs tradisional dalam perawatan rheumatoid arthritis, dan
umumnya tidak digunakan dengan obat-obat biologi lain karena
resiko infeksi-infeksi serius yang tidak dapat diterima. Prosorba
column therapy melibatkan memompakan darah yang dikeluarkan
melalui suatu vena dalam lengan ke dalam suatu mesin apheresis
atau pemisah sel (cell separator). Mesin ini memisahkan bagian cair
dari darah (plasma) dari sel-sel darah. Prosorba column adalah
suatu silinder plastik kira-kira berukuran sebuah cangkir kopi yang
mengandung suatu senyawa seperti pasir yang dilapisi dengan
suatu material khusus yang disebut Protein A. Protein A adalah
suatu material yang mengikat antibodi-antibodi yang tidak
diinginkan dari darah yang menyebabkan arthritis. Prosorba column
bekerja menangkal efek dari antibodi-antibodi yang berbahaya ini.
Prosorba column diindikasikan mengurangi tanda-tanda dan gejala-
gejala dari rheumatoid arthritis yang sedang sampai berat pada
pasien-pasien dewasa dengan penyakit yang telah berjalan lama
dan gagal atau tidak mentolerir pada obat-obat anti-rematik yang
memodifikasi penyakit atau disease-modifying anti-rheumatic drugs
(DMARDs). Peran yang tepat dari perawatan ini sedang dievaluasi
oleh dokter-dokter, dan ia tidak umum digunakan sekarang ini.
6. Asuhan Keperawatan
ANALISIS DATA
Tgl/ Pengelompokan Data Masalah Kemungkinan

Keperawatan Medikal Bedah 2 24


Kasus 7

jam Penyebab
 DO : - nyeri, • Gangguan
- TD: 120/80 mmHg kemerahan, Mobilisasi
- S: 37oC bengkak dan • Makanan atau
- N: 100x/menit reguler panas serta cairan.
- P: 20x/menit kaku disekitar
 DS : sendi-sendi
- Pasien mengeluh nyeri, bagian jari,
kemerahan, bengkak dan pergelanagan
panas serta kaku disekitar tangan, bahu,
sendi-sendi bagian jari, lutut dan kaki.
pergelanagan tangan, bahu, - tidak dapat
lutut dan kaki. melakukan
- Pasien mengatakan tidak aktivitas sehari-
dapat melakukan aktivitas hari, demam,
sehari-hari, demam, nafsu nafsu makan
makan menurun, BB menurun, BB
menurun dan lemah. menurun dan
lemah.
PERENCANAAN ( INTERVENSI )

Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria Hasil


1. Nyeri b.d inflamasi Tujuan:
Dapat dihubungkan dengan : • Nyeri hilang atau berkurang
agen pencedera; distensi • perbaikan dalam tingkat kenyamanan
jaringan oleh akumulasi cairan/ KH :
proses inflamasi, destruksi • Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
sendi. • Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
nyeri, ketidaknyamanan, kemampuan.
kelelahan. • Mengikuti program farmakologis yang
diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi
dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Intervensi Keperawatan Rasional


• Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi • Membantu dalam menentukan
dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat keefektifan program
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
• Berikan matras/ kasur keras, • Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
bantal kecil. Tinggikan linen besar akan mencegah pemeliharaan
Keperawatan Medikal Bedah 2 25
Kasus 7

tempat tidur sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,


menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
• Tempatkan/ pantau penggunaan terinflamasi/nyeri.
bantl, karung pasir, gulungan • Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
trokhanter, bebat, brace. dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan
• Dorong untuk sering mengubah nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
posisi,. Bantu untuk bergerak di pada sendi
tempat tidur, sokong sendi yang • Mencegah terjadinya kelelahan umum
sakit di atas dan bawah, hindari dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
gerakan yang menyentak. mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
• Anjurkan pasien untuk mandi air sendi
hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada
waktu tidur. Sediakan waslap • Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
hangat untuk mengompres sendi- mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
sendi yang sakit beberapa kali melepaskan kekakuan di pagi hari.
sehari. Pantau suhu air kompres, Sensitivitas pada panas dapat
air mandi, dan sebagainya. dihilangkan dan luka dermal dapat
• Berikan masase yang lembut disembuhkan.
• Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat) • meningkatkan relaksasi/ mengurangi
nyeri
• sebagai anti inflamasi dan efek analgesik
ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.

PERENCANAAN ( INTERVENSI )

Diagnosa Keperawatan Tujuan danKriteria Hasil


2. Keletihan b.d penaikan Tujuan :
aktifitas penyakit dan rasa nyeri. • mengikutsertakan tindakan sebagai
bagian dan aktivitas hidup sehari-hari
yang diperlukan untuk mengubah
keletihan.
KH :
• Melaksanakan evaluasi sendiri dan
pemantauan pola keletihan
• Mengutarakan dengan kata-kata
hubungan keletihan dengan aktivitas
penyakit

Keperawatan Medikal Bedah 2 26


Kasus 7

• Melakukan tindakan yang


menimbulkan kenyamanan jika
diperlukan
• Mempraktikkan tindakan rutin dan
higiene untuk menghasilkan tidur yang
efektif

Intervensi Keperawatan Rasional


• Evaluasi/ lanjutkan pemantauan • Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada perkembangan/ resolusi dari peoses
sendi inflamasi
• Pertahankan istirahat tirah baring/ • Istirahat sistemik dianjurkan selama
duduk jika diperlukan jadwal eksaserbasi akut dan seluruh fase
aktivitas untuk memberikan penyakit yang penting untuk mencegah
periode istirahat yang terus kelelahan mempertahankan kekuatan
menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu. • Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
• Bantu dengan rentang gerak sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
aktif/pasif Catatan : latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi
• Mencegah fleksi leher
• Gunakan bantal kecil/tipis di
bawah leher. • Memaksimalkan fungsi sendi dan
• Dorong pasien mempertahankan mempertahankan mobilitas
postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan

PERENCANAAN ( INTERVENSI )

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil


3. Resiko gangguan citra Tujuan:
tubuh b.d perubahan fisik dan • Mencapai rekonsiliasi antara konsep
psikologis yang disebabkan oleh diri dan perubahan fisik serta psikologik
penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit
KH :
• Mengutarakan kesadaran bahwa
perubahan yang berlangsung dalam

Keperawatan Medikal Bedah 2 27


Kasus 7

konsep diri merupakan respons normal


terhadap penyakit reumatik dan
penyakit kronik lainnya
• Mengenali strategi untuk
menghadapi perubahan konsep diri

Intervensi Keperawatan Rasional


• Bantu pasien untuk mengenali • Konsep diri seseorang dapat diubah
unsur-unsur pengendalian gejala oleh penyakit atau penanganannya
penyakit dan penanganannya
• Bantu dalam kebutuhan • Mempertahankan penampilan yang
perawatan yang diperlukan. dapat meningkatkan citra diri
• Berikan bantuan positif bila perlu. • Memungkinkan pasien untuk merasa
senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif.
• Dorong verbalisasi perasaan, • Meningkatkan rasa percaya diri,
persepsi, dan rasa takut strategi koping seseorang menunjukkan
a. Membantu menilai kekuatan konsep dirinya
situasi sekarang dan
mengenali masalahnya
b. Membantu mengenali
mekanisme koping pada
masa lalu
c. Membantu mengenali
mekanisme koping
yang efektif

BAB IV
PENUTUP

 Kesimpulan :

Keperawatan Medikal Bedah 2 28


Kasus 7

1. Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun


sistemik menahun yang proses patologi utamanya terjadi di
cairan sinovial.
2. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan
keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan
sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah,
demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri,
dan kaku sendi.
3. Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai
menimbulkan kematian, namun apabila tidak segera ditangani
dapat menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap.
Selain itu karena penyakit ini bersifat kronis dan sering kambuh,
maka penderita akan mengalami penurunan produktivitas
pekerjaan karena gejala dan keluhan yang timbul menyebabkan
gangguan aktivitas fisik, psikologis, dan kualitas hidup
menderita.
4. Meskipun prognose untuk kehidupan penderita tidak
membahayakan, akan tetapi kesembuhan penyakit sukar
tercapai.
5. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan
mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha
menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program
terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau
memeperbaiki deformaitas.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Medikal Bedah 2 29


Kasus 7

 Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah.Vol 3. Edisi 8. Jakarta : EGC.

 Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed
3. EGC. Jakarta: 2000

 file:///D:/My Documents/bahan internet/Askep Artritis


Reumatoid_Nursing Begin.com.htm
 file:///D:/My Documents/bahan internet/artritis-reumatoid 1.htm
 file:///D:/My Documents/bahan internet/artritis-rheumatoid-
juvenil.html
 file:///D:/My Documents/bahan internet/kmb 3a.htm

Keperawatan Medikal Bedah 2 30

Anda mungkin juga menyukai