Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA R.I.

DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


Jl. Daan Mogot Km. 24, TANGERANG 15119
Telp. (021) 5524992, 55798864 Fax (021) 5525366 e-mail : dirgen@dgip.go.id

SISTEM HAKI NASIONAL DAN OTONOMI DAERAH¯ *

Oleh
A. Zen Umar Purba¯**

1. Sistem hak kekayaan intelektual (“HKI” atau “HaKI”) adalah konsep


yang sederhana dan logis. Pada intinya ia mengatur tentang
penghargaan atas karya orang lain, yang berguna bagi masyarakat
banyak. Ini merupakan titik awal dari kondisi yang atraktif untuk
pengembangan berbagai karya intelektual seperti invensi, desain, karya
cipta, dan lain-lain. Hak kekayaan intelektual bersifat privat. Namun hak
kekayaan intelektual akan bermakna jika diwujudkan dalam bentuk
produk di pasaran, digunakan dalam siklus perdagangan dan
perekonomian pada umumnya.

2. Pengembangan hak kekayaan intelektual pada hakekatnya adalah


pengembangan sumber daya manusia (“SDM”). Sebab hak kekayaan
intelektual berurusan dengan produk dan proses yang berkaitan dengan
olah pikir manusia. Dengan pengembangan sistem hak kekayaan
intelektual diharapkan akan berkembang pula SDM kita terutama
terciptanya budaya inovatif dan inventif. Hal ini sangat penting
dikaitkan dengan kenyataan, walaupun kekayaan atau sumber daya
alam (“SDA”) berlimpah, kita masih “begini-begini” saja bahkan
mundur, dan tingkat kemiskinan makin bertambah. Di sini saya ingin
mengutip editorial The Washington Post, 28 April 2001 yang berbunyi : “. .
. . if there is one lesson in the past half century of economic development, it is
that natural resources do not power economies, human resources do” (jika ada
pelajaran selama setengah abad yang lalu mengenai perkembangan
ekonomi adalah bahwa sumber daya alam tidak menggerakkan
ekonomi; sumber daya manusia yang melakukan itu). Di antara puluhan
ribu pulau dan perairan ditambah zona ekonomi eksklusif 200 mil, serta

¯
*Disampaikan pada acara seminar nasional, IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DESAIN
INDUSTRI DAN MEREK, diselenggarakan bekerjasama Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Fakultas Hukum Universitas Manado, Yayasan Klinik HaKI, JIII, APIC, Asosiasi Alumni JIII
Indonesia , didukung oleh JPO dan Ditjen HaKI Departemen Kehakiman dan HAM, Manado, 18
Februari 2002.
¯
** Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI.

Manado, 18 Februari 2002


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

SDA yang terkandung di atas, di dasar, di kolom, serta di bawah


permukaan tanah/air, kita bagaikan tikus kelaparan di lumbung padi.
Sementara kita ketahui beberapa negara yang tanpa SDA melesat maju
alang kepala ng. Tentu berkat kemampuan SDM mereka.

3. Pengembangan SDM mutlak perlu. Sebab tanpa SDM yang berkualitas,


kita hanya menjadi pengekor. Lihat saja bagaimana pemanfaatan SDA
yang ada di tanah air kita yang kaya itu (sebenarnya “kaya” dari sudut
potensi, bukan riil), hanya tergantung pada keahlian atau pengetahuan
SDM asing.1 Untuk jangka panjang, kapasitas berunding kita di forum-
forum internasional dalam kaitan dengan komoditas tertentu akan
berada pada posisi di bawah. Ada program alih teknologi, tapi dikaitkan
dengan kenyataan di atas, program ini hanya bersifat rutin saja, tidak
ada dampak strategis yang bisa diharapkan.2

4. Lalu apa yang harus dilakukan ? Pertama, segera mengubah orientasi


atau persepsi masyarakat terhadap SDA kita. Kedua, menggalakkan
program pengembangan SDM. Akan tetapi sementara yang terakhir ini
masih di awang-awang, yang dapat dilakukan secara konkret sekarang
adalah me-likuid -kan SDA tersebut. Untuk itu diperlukan investor asing.
Kebutuhan akan investor asing ini pada akhir-akhir ini makin mutlak.
Data menunjukkan anjloknya arus penanaman modal asing selama
kurun waktu setelah 1998, dibanding dengan sebelumnya3. Di sini kita
harus berupaya keras agar mereka benar-benar tertarik dan merasa
terjamin bahwa iklim usaha di tanah air benar-benar OK bagi mereka.

5. Dari sinilah sistem hak kekayaan intelektual mulai memegang peran.


Sistem itu merupakan langkah untuk melindungi kepentingan para
investor tersebut. Setiap karya intelektual mereka yang berkaitan dengan
produksinya tentu saja perlu dilindungi. Dan investor asing harus
diyakinkan bahwa sistem hak kekayaan intelektual ada dan
dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan salah satu butir World

1
Di bidang perminyakan sebagai contoh pada mulanya yang kita manfaatkan hanya minyaknya (crude oil)
saja. Tapi kemudian kemajuan teknologi telah dapat memberi nilai ekonomis pada derivatif crude oil
tersebut, maka jadilah LNG dan LPG. Begitu juga yang terjadi dengan air terjun Si Gura-gura sehingga air
menjadi tenaga pembangkit listrik Asahan. Kulit kelapa sawit yang keras di daerah perkebunan Sumatra
Timur lazim digunakan untuk mengeraskan jalan sehingga tidak perlu diaspal. Kini kulit kelapa sawit sudah
tidak digunakan untuk itu lagi karena menurut pihak Jepang kulit kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan.
Banyak lagi contoh lain. Semua ini menunjukkan betapa SDA itu berguna setelah diberitahukan pihak atau
SDM asing (yang memang menguasai teknologi).
2
Program alih teknologi adalah topik besar yang memerlukan pembahasan khusus. Namun menurut seorang
penulis, alih teknologi hanya dapat tercapai jika suatu negara berkembang memiliki sistem lisensi wajib yang
efektif, lihat Carlos M. Correa, INTELLECTUAL PROPERT Y RIGHTS, THE WTO AND DEVELOPING
COUNTRIES, Zed Books Ltd, New York, 2001, h.19
3
Lihat antara lain MEDIA INDONESIA, 12 Desember 2001

Manado, 18 Februari 2002 2


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

Intellectual Declaration yang dikeluarkan oleh Policy Advisory Commission


World Intellectual Property Organization (“WIPO”),4 yang pada salah satu
butirnya berbunyi : “Also in the context of development, efficient intellectual
property systems are indispensable elements in securing investment in crucial
sectors of national economies, particularly in developing countries and countries
in transition.” Sementara itu, walaupun mempersoalkan tentang belum
terdapatnya kesepakatan antara para akhli mengenai dampak langsung
antara sistem HaKI yang baik dan peningkatan arus modal asing,
Maskus menulis: ”Trade flows into large developing economies with
significant capacities for imitation are restricted by weak IPRs. Adoption of the
TRIPs standards bears the potential to raise their imports of technologically
sophisticated goods by significant amounts”. 5

6. Apresiasi terhadap konsep intelektual merupakan kunci


penyelenggaraan sistem HaKI di Indonesia. Berdasarkan Keputusan
Presiden No. 189/1998 penyelenggaraan sistem HaKI dipercayakan
kepada Departemen Kehakiman dan HAM c.q. Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dengan visi mengembangkan sistem HaKI yang
efektif dan kompetitif secara internasional dalam menopang
pembangunan nasional. Visi ini dituangkan dalam melaksanakan misi
sebagai berikut :

• Mengelola sistem HaKI dengan cara memberikan perlindungan,


penghargaan dan pengakuan atas kreatifitas;
• Mempromosikan teknologi, investasi yang berbasis ilmu
pengetahuan dan pertumbuhan ekonomi; dan
• Merangsang pertumbuhan karya dan budaya yang inovatif dan
inventif.

7. Apakah sistem hak kekayaan intelektual Indonesia itu sudah berjalan ?


Jawabnya positif: ya. Di antara negara -negara berkembang, Indonesia
memang termasuk yang peduli akan masalah hak kekayaan intelektual.
Sebagai peserta Agreement Establishing the World Trade Organization (dan
dengan sendirinya Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights/Persetujuan TRIPs), Indonesia telah memiliki dan

4
Komisi yang diketuai oleh Pangeran El-Hassan Bin Talal (Jordan) ini beranggotakan tokoh-tokoh kaliber
dunia, seperti Boutros Boutros Ghali (mantan Sekjen PBB), Sir Robert Jennings (mantan Ketua Mahkamah
Internasional), Hasamitsu Arai (MITI, Jepang), tiga mantan kepala negara masing-masing Carlos Menem
(Argentina), Fidel Ramos (Filipina) dan Mario Soares (Portugal) serta seorang kepala negara, yaitu Petar
Stoyanov (Bulgaria).
5
Keith E. Maskus, INTELLECTUAL PROPERT Y RIGHTS IN THE GLOBAL ECONOMY, Institute for
International Economics, Washington, DC, 2000, h.. 141.

Manado, 18 Februari 2002 3


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

melaksanakan sistem hak kekayaan intelektual. (Selanjutnya lihat data


administrasi pendaftaran HaKI pada Lampiran-lampiran I, II dan III).

8. Dalam kesempatan berada di daerah ini saya ingin mengajak para


peserta untuk menyinggung sistem HaKI ke dalam rumah otonomi
daerah. Namun sebelum itu perlu ditegaskan bahwa jauh sebelum ada
kebijakan untuk memberikan otonomi daerah, Departemen Kehakiman
dan HAM telah mendelegasikan beberapa kewenangan dalam kaitan
dengan pendaftaran HaKI, dengan tujuan pokok untuk memudahkan
masyarakat mendapatkan hak atas karya intelektual mereka. Dengan
Keputusan Menteri Kehakiman No. M-09-PR.07.06 tahun 1999 dan
Keputusan Direktur Jenderal HaKI No. H-08-PR.07.10 tahun 2000
pendaftaran hak cipta, merek dan paten dapat dilakukan melalui Kantor
Wilayah Departe men Kehakiman dan HAM. Sampai saat ini tercatat 60
permohonan pendaftaran hak cipta, 263 permohonan pendaftaran merek
dan 10 permohonan paten (lihat Lampiran-lampiran IV dan V). Catatan
perlu saya sampaikan bahwa yang dapat dilakukan oleh Kanwil adalah
penerimaan pendafataran dan dengan demikian memberikan tanggal
penerimaan yang secara hukum merupakan saat mulai diprosesnya
pendaftaran atau permohonan HaKI.. Keputusan untuk mendaftarkan
(bagi merek) dan pemberian paten dilakukan oleh kantor pusat. 6

9. Dalam kaitan dengan otonomi daerah minat masyarakat untuk


mendaftarkan atau mendapatkan hak atas karya intelektual mereka
diharapkan akan terus bertambah. Harapan ini sangat beralasan sebab
dengan otonomi daerah kunci pembangunan ada di daerah termasuk
proyek-proyek penanaman modal asing ("PMA"). Seperti telah
disinggung di muka, investasi asing sangat berkepentingan dengan
HaKI. Hal ini sangat jelas mengingat asal muasal konsep HaKI adalah
dari negara maju. Dalam kaitan ini pula Ditjen HaKI pada 31 Desember
2001 telah menyurati seluruh gubernur dengan tembusan kantor dinas
perindustrian/perdagangan provinsi untuk mengingatkan peranan
HaKI dalam pembangunan nasional, terutama dalam kaitan dengan
otonomi daerah. Saya bersyukur, telah ada tanggapan dari beberapa
kantor gubernur dan dinas perindustrian/perdagangan. Seminar atau
kegiatan-kegiatan semacam ini merupakan langkah lanjut dari
hubungan tersebut, yang diharapkan akan terus meningkat dari masa ke
masa. Pihak kami, baik yang di pusat maupun di daerah, siap sedia
melayani kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan HaKI.

6
Ini sesuai dengan konsep HaKI yang memberikan hak eksklusif bagi pemohonnya. Di negara-negara
federal seperti AS dan Australia pun pendaftaran dan pemberian hak dilakukan di kantor pusat HaKI.

Manado, 18 Februari 2002 4


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

10. Dalam kaitan ini saya mengharapkan partisipasi penuh dari berbagai
instansi dan kalangan terkait. Instansi pemerintah daerah dengan semua
perangkatnya merupakan titik sentral utama. Di samping itu saya
melihat peranan lembaga penelitian/pendidikan mempunyai kontribusi
yang besar dalam rangka penyemaian konsepsi HaKI ke masyarakat.
Titik sentral berikut adalah lembaga-lembaga non pemerintah atau yang
dikenal sebagai LSM serta media massa. Pada kutub lain aparat penegak
hukum yang dipimpin oleh kepolisian merupakan pelaku penting.
Perlindungan hukum tidak ada artinya jika pelanggaran terhadap hak
itu tidak ditindak. Dalam barisan penegakan hukum, peranan pihak
kejaksaan juga sangat penting untuk dapat mengantarkan sesuatu
tuntutan dengan sebaik-baiknya agar pengadilan dapat memberikan
putusan yang tepat. Saya perlu ingatkan bahwa pihak investor asing
sangat kritis terhadap masalah penegakan hukum ini. Tindakan balasan
di bidang perdagangan dapat saja dilakukan oleh mereka jika mereka
menilai penegakan hukum terhadap masalah HaKI sangat lemah
(walaupun sebenarnya penegakan hukum di bidang ini hanyalah satu
bagian saja dari sistem penegakan hukum nasional!)

Manado, 18 Februari 2002 5


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

LAMPIRAN I

JUMLAH PERMOHONAN PATEN


PATEN PATEN SEDERHANA
TAHUN JUMLAH
DN LN DN LN
1991 34 1,280 19 3 1,336
1992 67 3,905 12 43 4,027
1993 38 2,031 28 43 2,140
1994 29 2,305 33 60 2,427
1995 61 2,813 61 71 3,006
1996 40 3,957 59 76 4,132
1997 79 3,939 80 80 4,178
1998 93 1,753 109 32 1,987
1999 152 2,784 168 19 3,123
2000 156 983 213 38 1,390
2001 210 813 197 34 1,254
Jumlah 959 26,563 979 499 29,000
% 3.31% 91.60% 3.38% 1.72% 100.00%

JUMLAH PATEN YANG DIBERIKAN (GRANTED)

DALAM NEGERI LUAR NEGERI


TAHUN TOTAL
P PS JML P PS JML
1993 1 11 12 1 5 6 18
1994 5 26 31 54 7 61 92
1995 14 27 41 376 23 399 440
1996 19 41 60 883 17 900 960
1997 15 26 41 961 19 980 1.021
1998 10 6 16 1.207 157 1.364 1.380
1999 7 21 28 1.267 6 1.273 1.301
2000 5 13 18 1.048 8 1.056 1.074
2001 9 40 49 1.325 24 1.349 1.398
Jumlah 85 211 296 7.122 266 7.388 7.684

Manado, 18 Februari 2002 6


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

LAMPIRAN II

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK

PERMOHONAN PERMOHONAN
TAHUN
MASUK MELALUI KANWIL
1991 1,149
1992 15,284
1993 42,026
1994 23,803
1995 24,643
Mulai Januari 2001
1996 28,189
1997 28.339
1998 23,160
1999 23,355
2000 31,675
2001 38,648 226

JUMLAH PERMOHONAN DESAIN INDUSTRI

Non-UKM
TAHUN UKM JUMLAH
DN LN
14 Juni s.d. 31
3 1089 311 1403
Des. '01

Jumlah 3 1089 311 1403

% 0.21% 77.62% 22.17% 100.00%

Manado, 18 Februari 2002 7


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

LAMPIRAN III

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK YANG DIAJUKAN MELALUI KANWIL

NO KANWIL THN. 2001 THN. 2002 JUMLAH


1 ACEH 6 6
2 SUMATERA UTARA 21 21
3 SUMATERA BARAT 3 3
4 RIAU 0
5 SUMATERA SELATAN 12 1 13
6 LAMPUNG 0
7 DKI JAKARTA 6 1 7
8 JAWA BARAT 50 5 55
9 JAWA TENGAH 28 23 51
10 JAWA TIMUR 18 18
11 KALIMANTAN BARAT 0
12 KALIMANTAN SELATAN 1 1
13 KALIMANTAN TIMUR 2 2
14 SULAWESI UTARA 3 3
15 SULAWESI SELATAN 45 4 49
16 BALI 0
17 NTT 0
18 MALUKU 0
19 IRIAN 0
20 JAMBI 1 1 2
21 BENGKULU 0
22 DI. YOGYAKARTA 24 1 25
23 KALIMANTAN TENGAH 0
24 NTB 2 2
25 SULAWESI TENGGARA 0
26 SULAWESI TENGAH 1 1
JUMLAH 223 36 259

PERPANJANGAN
NO KANWIL THN. 2001 THN. 2002 JUMLAH
1 JAWA BARAT 2 1 3
2 JAWA TIMUR 1 0 1

JUMLAH 3 1 4

JUMLAH PERMOHONAN + PERPANJANGAN 263

Manado, 18 Februari 2002 8


Makalah Dirjen HaKI – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I.

LAMPIRAN IV

PERMOHONAN PATEN YANG DIAJUKAN MELALUI KANWIL

NO KANWIL THN. 2001 THN. 2002 JUMLAH

1 ACEH 1 1
2 SUMATERA UTARA 0
3 SUMATERA BARAT 0
4 RIAU 0
5 SUMATERA SELATAN 0
6 LAMPUNG 0
7 DKI JAKARTA 0
8 JAWA BARAT 1 1
9 JAWA TENGAH 3 3
10 JAWA TIMUR 0
11 KALIMANTAN BARAT 0
12 KALIMANTAN SELATAN 0
13 KALIMANTAN TIMUR 1 1 2
14 SULAWESI UTARA 0
15 SULAWESI SELATAN 1 1
16 BALI 0
17 NTT 1 1
18 MALUKU 0
19 IRIAN 0
20 JAMBI 0
21 BENGKULU 0
22 DI. YOGYAKARTA 1 1
23 KALIMANTAN TENGAH 0
24 NTB 0
25 SULAWESI TENGGARA 0
26 SULAWESI TENGAH 0
JUMLAH 7 3 10

Manado, 18 Februari 2002 9

Anda mungkin juga menyukai