Anda di halaman 1dari 4

c  

 ÷     
 ÷ 
 
 ÷    ÷    

     
 
÷ 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berbicara mengenai kebutuhan hidup, biasanya terdiri dari beberapa
tingkat kebutuhan yang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri yakni kebutuhan
primer dan sekunder yang terdiri dari pangan, sandang dan perumahan.selain dari
kebutuhan tersebut, pendidikan juga merupakan kebutuhan utama yang harus
dimiliki oleh setiap manusia, karena pendidikan merupakan salah satu sarana
dalam meningkatkan taraf hidup manusia.
Pendidikan merupakan dasar pembangunan manusia. Pentingnya
pendidikan harus dilihat dalam konteks hak-hak azasi manusia, artinya setiap
manusia berhak untuk memperoleh pendidikan. Pada sisi lain pendidikan
merupakan kebutuhan dasar dari keberhasilan dan kesinambungan pembangunan,
karena pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas serta
mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Usman 2004:145) 1 Akan tetapi bagi keluarga miskin memilih
menyekolahkan anak merupakan beban yang berat. ILO dan UNICEF juga
menyatakaan bahwa kesempatan mendapatkan pendidikan bagi anak-anak miskin
terbatas dan biayanya masih dirasakan mahal. Mutu pendidikan yang rendah
mengakibatkan anak-anak tidak mempunyai motivasi untuk tetap sekolah..
(Usman 2004:146)
Menurut Nimrah (2007)2 untuk masalah pendidikan, anak-anak pemulung
umumnya terbilang rendah. Pendidikan mereka paling tinggi hanya sebatas SLTP.
Faktor utamanya adalah dikarenakan tidak mempunyai uang. Sekalipun pengaruh
kemiskinan sangat besar terhadap anak-anak yang tidak bersekolah, kemiskinan
bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh. Salah satu faktor yang
berpengaruh adalah pola pikir yang pendek dan sederhana akibat rendahnya

 
1
Usman, hardius dan nachrowi. 2004. Pekerja Anak Di Indonesia Kondisi, Determinan dan
eksploitasi (kajian kuantitatif). Jakarta : PT. Gramedia.
2
Khairani, nimrah. 2007. Kehidupan sosial ekonomi pemulung (desa namo bintang kecamatan
pancur batu, deli serdang) FISIP USU skripsi tidak diterbitkan 
c  

 ÷     
 ÷ 
 
 ÷    ÷    

     
 
÷ 





pendidikan. Dalam sosiologi Indonesia, kepala rumah tangga terutama seorang


ayah, mempunyai peranan yang sangat besar dalam rumah tangga termasuk dalam
mengambil keputusan boleh atau tidaknya seorang anak untuk mendapat
pendidikan. Untuk mengambil keputusan tersebut tentunya akan sangat tergantung
kepada persepsi atau pandangan orang tua terhadap pendidikan.
Sebaliknya di TPA Air dingin pendidikan merupakan sebuah hal yang
sangat penting bagi keluarga pemulung, hal ini terbukti berdasarkan hasil survey
ditemukan jumlah pemulung di TPA Air Dingin mencapai 200 orang pemulung
yang terdaftar di RW 9 RT 1 sampai dengan 4, kesemua pemulung tersebut terdiri
dari berbagai tingkat usia, termasuk anak usia sekolah atau yang memiliki
pendidikan. Berdasarkan penuturan dari Andi sebagai ketua RT 03 RW 09 Air
Dingin didapatkan gambaran tingkat pendididikan anak pemulung yang orang
tuanya memulung di TPA Air dingin sebagai berikut :
2able 1.1
Frekuensi Pendidikan Anak Pemulung

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 Tidak Tamat SD 4 5.0
2 SD /Sederajat 36 45.0
3 SLTP 19 23.8
4 SLTA 9 11.3
5 Universitas 12 15.0
Sumber : data sekunder

Tabel diatas dapat dijelaskan hampir 80% dari jumlah anak-anak


pemulung tersebut berada pada usia sekolah (7-18 tahun) keseluruhannya
mengecap pendidikan dari tingkat SD sampai SLTA, dan 15% dari jumlah anak-
anak tersebut bersekolah pada bangku perkualiahan, sedangkan 5% lagi dari anak-
anak tersebut tidak mengecap pendidikan sama sekali.
Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bagaimana kepedulian keluarga
pemulung terhadap pendidikan anak-anak mereka, hal ini juga dipertegas oleh
penuturan Pak Imran salah seorang pemulung di TPA Air Dingin yang
mengatakan bahwa pendidikan untuk putra-putrinya sangat penting sekali,
c  

 ÷     
 ÷ 
 
 ÷    ÷    

     
 
÷ 





walaupun mereka hanya bekerja sebagai pemulung, namun anak-anaknya tidak


boleh ikut bekerja dengan mereka ketika jam sekolah, mereka hanya boleh
membantu saat sudah pulang bersekolah, agar kelak anak-anak mereka dapat
merubah nasib dan tidak menjadi pemulung seperti mereka. Dengan penghasilan
yang didapatkan dari memulung mereka menjelaskan bahwa mereka selalu
menyisihkan sedikit dari uang belanja dari kebutuhan sehari-hari mereka untuk
dapat membelikan anak-anak mereka buku dan alat-alat tulis untuk keperluan
sekolah, sedapat mungkin mereka akan bekerja ekstra agar pendidikan anak-anak
mereka tidak terganggu.
Hal ini juga disampaikan dan dipertegas pengawas TPA Air Dingin yang
mengeluarkan peraturan bahwa yang diizinkan memulung adalah anak-anak yang
memang tidak bersekolah atau anak yang telah pulang dari sekolah dan membantu
orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun anak-anak ikut membantu
bekerja, akan tetapi mereka tetap bersekolah. Memulung bukanlah hambatan
mereka untuk bersekolah walaupun dengan kondisi ekonomi yang tidak
berkecukupan. Ini menjadi suatu hal yang menjadi menarik dengan keterbatasan
orang tuanya dan pendidikan orang tuanya yang juga relative rendah namun
keinginan untuk menyekolahkan anaknya cukup besar, dengan jumlah
keseluruhan pemulung yang berada di TPA Air Dingin setiap harinya berkisar
antara 200 orang, yang menjadi sebuah pemikiran baru apa sebenarnya persepsi
orang tua pemulung tersebut tentang pendidikan anak-anaknya, karena biasanya
sering secara umum kita temukan dengan pendidikan yang rendah, serta ekonomi
yang tidak berkecukupan orang tua sering lebih menomor duakan pendidikan
anaknya.3

1.2 Perumusan Masalah Dan Batasan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi keluarga pemulung tentang
pendidikan. Adapun masalah penelitian diperjelas dengan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
 
3
Pendapat nara sumber secara umum oleh Bapak : Epon Dinur selaku pengawa TPA Air dingin
c  

 ÷     
 ÷ 
 
 ÷    ÷    

     
 
÷ 





1.? Mengapa keluarga pemulung memandang pendidikan suatu hal yang


positif padahal secara ekonomi mereka termasuk tidak mampu ?
2.? Apa-apa saja yang dapat membentuk persepsi mereka memandang
pendidikan merupakan suatu hal yang positif ?

1.3 2ujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.? Untuk mengetahui bagaimana keluarga pemulung memandang pendidikan
suatu hal yang positif padahal secara ekonomi mereka termasuk tidak
mampu.
2.? Untuk mengetahui apa-apa saja yang dapat membentuk persepsi mereka
tentang memandang pendidikan suatu hal yang positif padahal secara
ekonomi mereka termasuk tidak mampu.

1.4 Manfaat Penelitian


Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini nantinya diharapkan
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.? Memberi sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan dalam
studi sosiologi keluarga.
2.? Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat umum dalam
membenahi pendidikan anak-anak untuk masa yang akan datang.


Anda mungkin juga menyukai