Anda di halaman 1dari 12

Beriman kepada

Hari Akhir
Abu Bakr Jabir al-Jazairi

Orang Muslim menyakini dunia ini mempunyai saat terakhir di mana ia berhenti padanya.
Kemudian datang kehidupan kedua, yang tidak mempunyai penghabisan, yaitu hari lain di
negeri akhirat. Pada hari tersebut, Allah Ta’ala membangkitkan semua makhluk,
mengumpulkan mereka semua kepada-Nya untuk dihisab orang-orang baik dibalas
dengan kenikmatan abadi di surga, dan orang jahat dibalas dengan siksa yang
menghinakan di neraka.
Hari Kiamat didahului dengan tanda-tandanya, seperti keluarnya Al-Masih Ad-Dajjal,
Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa Alahis Salam, keluarnya hewan besar, kemunculan
matahari dari barat, dan tanda-tanda lainnya. Dilanjutkan dengan peniupan sangkakala
kebangkitan dan berdiri di hadapan Allah, Tuhan semesta alam. Dilanjutkan lagi dengan
pembagian buku catatan amal perbuatan. Ada orang yang menerimanya dengan tangan
kanan dan ada orang yang menerimanya dengan tangan kiri. Kemudian dilanjutkan
dengan peletakan timbangan, dilanjutkan dengan proses penghisaban(perhitungan), dan
dilanjutkan dengan pemasangan titian. Dan rentetan ini berakhir dengan menetapnya
penghuni surga di surga, dan menetapnya penghuni neraka di neraka. Orang Muslim
menyakini itu semua berdasarkan dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

Dalil-Dalil Wahyu
Penjelasan Allah Ta’ala tentang hari akhir dalam firman-firman-Nya, misalnya dalam
firman-firman-Nya berikut ini:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman: 26-27).
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu
(Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujikalian dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian
dikembalikan.” (Al-Anbiya’: 34-35).
“Orang-orang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah, ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kalian akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.’ Yang demikian
itu mudah bagi Allah.” (At-Taghabun: 7).
“Tidaklah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada
suatu hari yang besar. (yaitu) Hari manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (Al-
Muthaffifin: 4-6).
“Dan memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan di
dalamnya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.” (Asy-Syura: 7).
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat). Dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban beratnya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi
begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu
telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari
kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka
(balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa melakukan kebaikan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihatnya. Dan barangsiapa melakukan kejahatan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihatnya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8).
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk
mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-
tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat
lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia
(belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, ‘Tunggulah oleh
kalian sesungguhnya kami pun menunggu (pula)’.” (Al-An’am: 158).
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata
dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu
tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82).
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat
dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari
berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir.” (Al-Anbiya’: 96-97).
“Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy)
bersorak karenanya. Dan mereka berkata, ‘Manakah yang lebih baik? Tuhan-tuhan kami
atau dia (Isa)?’ Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan
maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tidak
lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami
jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel. Dan kalau Kami
kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat
yang turun-temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan
tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah
Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 57-61).
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa
yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (Padang
Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya dan diberikanlah buku (perhitungan
perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi
keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan
disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih
mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Az-Zumar: 68-70).
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka seseorang tidak
dirugikan sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami
datangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Al-Anbiya’:
47).
“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung,
lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan
terbelah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada
di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Tuhan kalian),
tidak ada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata,
‘Ambil, bacalah kitabku (ini).’ Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan
menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai. Di
surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan
minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang
telah lalu. ‘Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka
dia berkata, ‘Wahai alangkah bainya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan
aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang
menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.
Telah hilang kekuasaanku dariku.’ (Allah berfirman), ‘Peganglah dia lalu belenggulah
tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-
nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Sesungguhnya dulu dia tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan dia tidak
mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin’.” (Al-Haaqqah: 13-34).
“Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bengkitkan mereka bersama syaitan,
kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut.
Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang
sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan kemudian Kami sungguh lebih
mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka. Dan tidak ada
seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah
suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-
orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam
keadaan berlutut.” (Maryam: 68-72).
Penjelasan Rasulullah saw. dalam sabda-sabdanya, misalnya sabda-sabdanya berikut ini:
“Kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang berjalan melewati kuburan orang lain,
kemudian ia berkata, ‘Ah, seandainya aku berada di tempatnya’.” (Diriwayatkan Al-
Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
“Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh hal: gerhana di timur,
gerhana di barat, gerhana di Jazirah Arab, Dajjal, asap dan hewan besar, Ya’juj dan
Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, api keluar dari dalam Aden yang mengusir manusia,
dan turunnya Nabi Isa.” (Diriwayatkan Muslim).
“Dajjal muncul di umatku kemudian hidup selama empat puluh (hari, bulan, atau tahun),
kemudian Allah mengutus Isa bin Maryam yang mirip dengan Urwah bin Mas’ud yang
kemudian mencarinya dan membunuhnya. Setelah itu, manusia hidup selama tujuh tahun
tanpa ada permusuhan di antara dua orang. Kemudian, Allah mengirimkan angin dingin
dari arah Syam. Maka, tidak tersisa di atas permukaan bumi orang yang di dalam hatinya
terdapat kebaikan atau keimanan sebesar biji atom, melainkan direnggut oleh angin
tersebut. Bahkan kalau seandainya salah satu di antara kalian masuk ke tengah gunung,
maka angin dingin masuk kepadanya dan merenggutnya. Yang tersisa ialah orang-orang
jahat dalam kebodohan seperti burung, dan dalam mimpi-mimpi binatang buas. Mereka
tidak mengenal kebaikan dan tidak memungkiri kemungkaran. Kemudian syaitan muncul
kepada mereka dan berkata kepada mereka, ’Kenapa kalian tidak merespon ajakanku?’
Mereka berkata, ‘Apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Syaitan menyuruh mereka
menyembah berhala. Dalam kondisi seperti itu, rizki mereka banyak dan kehidupan
mereka enak. Kemudian, sangkakala ditiup. Maka, tidak ada seorang pun yang
mendengarnya melainkan ia memiringkan sisi lehernya (agar bisa mendengar), dan
mengangkatnya. Orang yang pertama kali mendengar tiupan sangkakala ialah orang yang
sedang melepa kolam untanya. Orang tersebut pun pingsan, begitu juga semua manusia.
Kemudian, Allah menurunkan hujan seperti tetesan embun. Kemudian, dari air hujan
tersebut tumbuhlah badan manusia. Sangkakala ditiup lagi pada manusia, tiba-tiba mereka
berdiri saling memandang yang lain. Dikatakan kepada mereka, ’Hai manusia, mari pergi
kepada Tuhan kalian. (Tahanlah mereka, karena sesungguhnya mereka akan ditanya)
(Ash-Shaffat: 24).’ Kemudian dikatakan, ’Keluarkan penghuni neraka.’ Ditanyakan,
’Sejak kapan?’ Dikatakan, ’Dari setiap tahun sejumlah sembilan ratus sembilan puluh
sembilan’. Itulah hari di mana (anak kecil menjadi tua) dan (hari tersingkapnya betis).”
(Diriwayatkan Muslim).
“Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada orang-orang jahat.” (Diriwayatkan Muslim).
“Jarak antara dua tiupan sangkakala adalah empat puluh (hari, atau bulan, atau tahun),
kemudian Allah menurunkan hujan dari langit kemudian manusia tumbuh seperti
tumbuhnya sayuran. Tidak ada anggota badan manusia melainkan diuji, kecuali satu
tulang, yaitu tulang di bawah. Dari tulang tersebut, manusia disusun pembentukannya
pada hari kiamat.” (Diriwayatkan Muslim).
Sabda Rasulullah saw. ketika berkhutbah, “Hai manusia, sesungguhnya kelak kalian
dikumpulkan kepada Tuhan kalian dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, dan
tidak khitan. Ketahuilah, bahwa orang yang pertama kali dikenakan pakaian ialah Ibrahim
a.s. Ketahuilah bahwa Nabi Ibrahim didatangkan dengan beberapa orang dari umatku,
kemudian mereka dibawa ke sebelah kiri. Aku berkata, ’Wahai Tuhanku, mereka sahabat-
sahabatku?’ Allah berfirman, ’Engkau tidak tahu apa yang mereka kerjakan
sepeninggalmu’.” (Diriwayatkan Muslim).
“Kedua kaki seorang hamba tidak bisa bergerak hingga ia ditanya tentang empat hal:
tentang umurnya di dalam hal apa saja ia gunakan, tentang ilmunya apa saja yang telah ia
amalkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan ia infakkan untuk apa saja,
dan tentang badannya di dalam apa saja ia habiskan.” (Diriwayatkan At-Tarmidzi. At-
Tarmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih dan juga disebutkan Muslim di Shahih-
nya).
“Telagaku (luasnya) adalah perjalanan sebulan. Airnya lebih putih dari pada susu,
aromanya lebih wangi daripada kesturi, dan tekonya seperti bintang-bintang di langit.
Barang siapa minum airnya, ia tidak akan haus selama-lamanya.” (Diriwayatkan Al-
Bukhari, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).
Sabda Rasulullah saw. kepada Aisyah Radhiyallahu Anha ketika ia ingat neraka kemudian
menangis, “Kenapa engkau menangis?” Aisyah menjawab, “Aku ingat neraka kemudian
menanngis. Apakah engkau ingat keluargamu pada hari kiamat?” Sabda Rasulullah saw.,
“Ada tiga tempat di mana seseorang tidak ingat pada orang lain: Di saat berada di
timbangan, hingga ia tahu apakah timbangannya ringan atau berat? Di saat buku-buku
catatan berterbangan, hingga ia tahu di mana buku catatannya jatuh, di tangan kanannya
ataukah di tangan kirinya, ataukah di belakang punggungnya? Dan di titian ketika
dipasangkan di antara tepi Jahannam hingga ia berhasil menyeberanginya.” (Diriwayatkan
Abu Daud dengan sanad hasan).
“Setiap nabi mempunyai doa dan ia telah berdoa dengannya untuk umatnya. Sedang aku
merahasiakan doaku sebagai syafaat untuk umatku.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim,
At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim yang
men-shahih-kannya).
“Aku penghulu anak keturunan Adam dan tidak ada kesombonngan dalam hal ini. Aku
orang yang pertama kali tanahnya terbelah pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan
dalam hal ini. Aku pemberi syafaat pertama kali dan orang yang pertama kali syafaatnya
diterima dan tidak ada kesombongan dalam hal ini. Panji pujian ada di tanganku pada hari
kiamat dan tidak ada kesombongan dalam hal ini.” (Diriwayatkan Muslim).
“Barang siapa meminta surga kepada Allah hingga tiga kali, maka surga berkata, ‘Ya
Allah, masukkan orang tersebut ke surga.’ Barang siapa berlindung diri dari neraka
hingga tiga kali, maka neraka berkata, ‘Ya Allah, lindungilah orang tersebut dari neraka’.”
(Diriwayatkan At-Tarmidzi, Ibnu Majah, An-Nasai, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Keimanan jutaan para nabi, rasul, ulama, dan orang-orang shalih kepada hari akhir dan
apa saja yang terjadi di dalamnya.
Dalil-Dalil Akal
Kebaikan kekuasaan Allah Ta’ala untuk mengembalikan manusia setelah kematian
mereka. Sebab, pengembalian mereka itu tidak lebih sulit dari penciptaan mereka tanpa
contoh sebelumnya.
Tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan akal pada hari kebangkitan dan hari
pembalasan. Sebab, akal hanya memungkiri dan memustahilkan pertemuan dua hal yang
saling berlawanan dan dua hal yang saling kontradiksi. Hari kebangkitan dan hari
pembalasan sedikit pun tidak masuk dalam pembahasan tersebut.
Hikmah Allah Ta’ala yang terlihat dalam semua tindakan-Nya terhadap seluruh makhluk-
Nya dan hikmah-Nya yang menjelaskan segala sesuatu itu mustahil menurut akal tidak
menghendaki adanya hari kebangkitan bagi makhluk setelah kematian mereka, dan tidak
berakhirnya kehidupan dunia, serta tidak adanya balasan atas perbuatan buruk mereka.
Keberadaan dunia dengan kenikmatan, dan penderitaan yang ada di dalamnya menjadi
bukti adanya kehidupan lain di alam lain di mana di dalamnya terdapat keadilan,
kebaikan, kesempurnaan, kebahagiaan, dan penderitaan yang jauh lebih banyak daripada
di dunia. Kehidupan di dunia dengan kebahagiaan dan penderitaan di dalamnya tidak
lebih dari sehelai daun kecil jika dibandingkan istana megah, atau taman asri di akhirat.
Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi
Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 46-56.

………………
Beriman kepada Risalah Muhammad
SAW

Abu Bakr Jabir al-Jazairi

Orang Muslim beriman bahwa Nabi yang ummi (buta huruf) Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Muththalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi Al-Arabi yang berasal dari keturunan Nabi
Ismail bin Ibrahim kekasih Allah, adalah hamba Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang diutus
kepada seluruh manusia. Kenabiannya menutup seluruh kenabian, dan risalahnya menutup
semua risalah. Tidak ada nabi dan rasul sesudah beliau.
Allah Ta’ala menyokong beliau dengan mukjizat-mukjizat, dan melebihkannya atas
semua para nabi, sebagaimana Dia melebihkan umatnya atas semua umat. Allah Ta’ala
mewajibkan mencintai beliau, mentaati beliau, dan mengikuti beliau. Allah Ta’ala
mengkhususkan beliau dengan kekhususan yang tidak diberikan kepada siapa pun, seperti
Al-Wasilah, surga Al-Kautsar, telaga di surga dan kedudukan yang tinggi. Orang Muslim
menyakini itu semua karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

Dalil-Dalil Wahyu
Kesaksian Allah Ta’ala dan para malaikat terhadap wahyu yang diterima Rasulullah saw.,
Allah SWT berfirman (yang artinya), “(Mereka itu mau mengakui yang diturunkan
kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah
menurunkan dengan ilmu-Nya dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah
yang mengakuinya.” (An-Nisa’: 166).
Penjelasan Allah Ta’ala tentang keumuman risalah Rasulullah saw., kenabian ditutup
dengan beliau, kewajiban taat kepada beliau, kewajiban mencintai beliau, dan keberadaan
beliau sebagai penutup para nabi dalam firman-firman-Nya, diantaranya adalah firman-
firman-Nya berikut ini.
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan
(membawa) kebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik
bagi kalian.” (An-Nisa’: 170).
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan
kepada kalian ketika terputus (peringatan) rasul-rasul, agar kalian tidak berkata, ‘Tidak
datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi
peringatan.’ Sesungguhnya telah datang kepada kalian pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al-Maidah: 19).
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melaikan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”
(Al-Anbiya’: 107).
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada merka, mencusikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesata yang nyata.” (Al-Jumu’ah: 2).
“Muhammad adalah utusan Allah.” (Al-Fath:29)
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya,
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al-Furqan: 1).
“Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Al-Ahzab: 40).
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.” (Al-Qamar: 1).
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.” (Al-Kautsar: 1).
“Dan kelak Tuhanmu pasti memeberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu
menjadi ridha.” (Adh-Dhuha: 5)
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan
bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kam ke tempat yang terpuji.” (Al-Isra’:
79)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya).” (An-Nisa': 59)
“Katakanlah, 'Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri
kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang
kalian khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih
kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah: 24)
“Kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)
“Dan demikian Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan
agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kalian.” (Al-Baqarah: 143)
“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian’.” (Ali Imran: 31)
Penjelasan Rasulullah saw. tentang kenabiannya, penutupan semua kenabian dengan
kenabiannya, kewajiban taat kepadanya, dan keumuman risalah dalam hadits-hadits dan
sabda-sabdanya, di antara sabda-sabdanya adalah sebagai berikut ini :
“Aku nabi yang tidak berdusta, dan aku anak Abdul Muththalib.” (Diriwayatkan Al-
Bukhari dan Muslim )
“Sesungguhnya aku hamba Allah, dan penutup para nabi. Sesungguhnya Adam
dilemparkan ke dalam tanahnya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Hibban
yang menshahihkannya)
“Perumpamaanku, dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku adalah seperti orang yang
membangun rumah, dan mempercantiknya kecuali tempat satu batu bata. Orang-orang
mengelilingi rumah tersebut merasa takjub padanya dan berkata, ‘Ah, seandainya batu
bata telah diletakkan di sini’. Akulah batu bata tersebut, dan penutup para nabi.”
(Muttafaq Alaih)
“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, salah seorang dari kalian tidak beriman
hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia.”
(Diriwayatkan Al-Bukhari)
“Semua dari kalian masuk surga kecuali orang yang tidak mau.” Para sahabat bertanya,
“Siapa yang tidak mau masuk surga, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
“Sesungguhnya risalah dan kenabian telah terputus. Oleh karena itu, tidak ada rasul dan
nabi sesudahku.” (Diriwayatkan Ahmad dan At-Tirmidzi yang menshahihkannya)
“Aku dilebihkan di atas para nabi dengan enam hal: aku diberi kalimat yang padat makna,
aku ditolong dengan ketakutan (yang dimasukkan ke pihak musuh), rampasan perang
dihalalkan bagiku, tanah dijadikan sebagai masjid dan tempat suci bagiku, aku diutus
kepada semua manusia, dan para nabi ditutup dengan aku.” (Diriwayatkan Muslim dan
At-Tirmidzi).
“Barang siapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah. Barang siapa bermaksiaat kepadaku, ia
bermaksiat kepada Allah. Barang siapa taat kepada gubenurku, ia taat kepadaku. Dan
barang siapa bermaksiat kepadaa gubenurku, ia bermaksiat kepadaku.” (Diriwayatkan Al-
Bukhari)
“Sesungguhnya surga diharamkan kepada seluruh nabi hingga aku memasukinya, dan
surga diharamkan kepada umat-umat hingga dimasuki umatku.” (Diriwayatkan Ad-
Daruquthi. Hadits ini mempunyai banyak sekali jalur yang menjadikannya sebagai hadits
hasan).
“Jika hari kiamat terjadi, aku imam para nabi, khatib mereka, dan pemilik syafaat mereka.
Tidak ada kesombongan dalam hal ini.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan
Ahmad).
“Saya penghulu anak keturunan Adam, orang yang pertama kali terbelah kuburnya pada
hari kiamat, orang yang pertama kali memberi syafaat, dan orang-orang yang pertama kali
diberi syafaat.” (Diriwayatkan Muslim).
Kesaksian Taurat, dan kesaksian Injil tentang pengutusan Rasulullah saw., risalah beliau,
kenabian beliau, dan pemberian berita gembira oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s.
tentang kedatangan beliau. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang ucapan Nabi Isa
a.s.
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, 'Hai Bani Israel, sesungguhnya aku
utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan
memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku,
yang namanya Ahmad (Muhammad)’.” (Ash-Shaff: 6)
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka.” (Al-A’raaf: 157).
Disebutkan dalam Kitab Taurat: “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi
sepertimu dari kalangan saudara-saudara mereka, dan Aku jadikan firman-Ku di
mulutnya. Ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan
kepadanya. Barang siapa tidak mentaatinya ucapannya yang ia ucapkan dengan nama-Ku,
Aku akan menghukumnya.”
Berita gembira yang ada pada Taurat sekarang ikut bersaksi atas kenabian Rasulullah
saw., risalah beliau, kewajiban mengikuti beliau, dan keharusan taat kepada beliau adalah
hujjah bagi orang-orang Yahudi, kendati mereka menafsirkannya aneh-aneh, dan
memungkirinya. Firman Allah Ta’ala, “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi
sepertimu.” Itu bersaksi tanpa ragu atas kenabian Rasulullah saw., dan risalah beliau.
Sebab, obyek bicara pada firman di atas adalah Nabi Musa a.s. yang merupakan nabi dan
rasul. Barang siapa seperti Nabi Musa, maka ia seorang nabi dan seorang rasul. Firman
Allah Ta’ala, “dari kalangan saudara-saudara mereka,” secara tegas menyatakan, bahwa
orang yang dimaksud ialah Nabi Muhammad saw., karena beliau orang yang membaca
firman Allah, dan menghafalnya yang tidak lain adalah Al-Qur’an. Firman Allah Ta’ala,
“ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan kepadanya,”
juga menjadi saksi atas kenabian Nabi kita Muhammad saw., sebab beliau berbicara
masalah ghaib yang tidak pernah dibicarakan nabi selain beliau, dan karena beliau
menceritakan apa yang terjadi pada masa lalu, dan apa yang akan terjadi hingga hari
kiamat.
Disebutkan dalam kitab Taurat seperti berikut, “Hai nabi, sesungguhnya Aku
mengutusmu sebagai pemberi khabar gembira, permberi peringatan, dan pelindung bagi
orang-orang ummi. Engkau hamba-Ku, dan rasul-Ku. Engkau Aku beri nama Al-
Mutawakkil yang tidak berperilaku kasar, tidak berkarakter keras, tidak berteriak-teriak di
pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun memaafkan, bermurah
hati, dan memberi ampun. Allah tidak akan mencabut nyawanya hinga dengannya Dia
meluruskan agama yang bengkok, agar manusia berkata. ‘Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah.’ Dengannya, Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli,
dan hati yang tertutup.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
Juga disebutkan dalam Taurat, “Mereka menyerangku dengan selain Allah, dan
membuatku marah dengan sesembahan-sesembahan mereka yang batil. Dan aku akan
menyerang mereka dengan bangsa lain, dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah.”
Ucapan Nabi Musa Alaihis-Salam, “dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah,”
menyatakan, bahwa bangsa jahiliyah yang dimaksud ialah bangsa Arab. Sebab, bangsa
tersebut jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. menjadi nabi dan rasul.
Bahkan, orang-orang Yahudi sendiri menamakan orang-orang Arab sebagai orang-orang
ummi (buta huruf) seperti terlihat pada ucapan Nabi Musa a.s. di Kitab Taurat, “pedang
selalu berasal dari Yahuda, dan pemimpin dari anak keturunannya, hingga datanglah
orang yang memiliki segala hal dan ditunggu-tunggu semua umat.” Orang yang ditunggu-
tunggu semua umat tidak lain adalah Nabi Muhammad saw., terutama orang-orang
Yahudi yang paling serius menunggu kedatangannya dengan pengakuan-pengakuan
mereka. Namun, dengki mengharamkan mereka beriman kepada Rasulullah saw. dan
menghalangi mereka mengikuti beliau. Allah Ta’ala berfirman, “Padahal sebelumnya
mereka memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir,
maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar
kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89).
Di Injil juga disebutkan banyak sekali berita gembira, di antaranya adalah sebagai
berikut :
“Pada hari-hari itu, datanglah Yohannes Al-Ma’madan yang membawa berita gembira
kedatangan nabi baru kepada orang-orang Yahudi sambil berkata kepada mereka,
‘Bertaubatlah kalian, karena telah dekat kerajaan langit’.” Yang dimaksud dengan
kerajaan langit ialah isyarat tentang kedatangan Nabi Muhammad saw., dan isyarat telah
dekat kenabiannya, karena beliau berkuasa dan memutuskan berdasarkan hukum dan
langit.
Selain itu, Yohannes Al-Ma’madan membuat perumpamaan bagi orang-orang Yahudi
dengan berkata kepada mereka, “Kerajaan langit itu mirip dengan biji sawi yang diambil
seseorang, kemudian menanamnya di kebunnya. Biji sawi adalah biji yang paling kecil,
namun jika telah berkembang, maka menjadi sayuran yang paling besar.” Perumpamaan
di Injil tersebut adalah perumpamaan yang sama yang disebutkan Al-Qur’an Al-Karim
ketika Allah Ta’ala berfirman, “dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” (Al-Fath: 29).
Yang dimaksud dengan tanaman tersebut ialah Rasulullah saw., dan sahabat-sahabatnya.
“Aku pergi, karena jika aku tidak pergi, maka Barqalith (orang terpuji) tidak datang
kepada kalian. Jika aku telah pergi, maka aku kirim dia kepada kalian. Jika dia telah
datang, dia memarahi dunia karena kesalahannya.” Bukankah kalimat di Injil tersebut
secara tegas memberi kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.? Siapa
yang dimaksud dengan Barqalith (orang terpuji) kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Siapa
yang memarahi dunia karena kesalahannya kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Sebab,
ketika beliau diutus, ketika itu dunia berenang di samudera kerusakan dan kejahatan, dan
berhalaisme memasang tali temalinya bahkan kepada Ahli Kitab. Siapakah yang datang
setelah pengangkatan Nabi Isa a.s. kemudian berdakwah kepada Allah Ta’ala, Tuhan
langit dan bumi kalau tidak Muhammad saw.?

Dalil-Dalil Akal
Apa susahnya Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai rasul, padahal
sebelumnya Dia telah mengutus utusan rasul, dan ribuan nabi? Jika hal tersebut tidak
mustahil menurut akal, dan syariat, maka apa alasannya risalahnya diingkari, dan
risalahnya kepada seluruh manusia itu ditolak?
Kondisi yang mengiringi diutusnya Rasulullah saw. menghendaki adanya risalah langit
dan seorang rasul yang memperbaharui pemahaman manusia terhadap Pencipta mereka,
Allah Azza wa Jalla.
Penyebaran Islam dengan cepat ke seluruh belahan dunia, penerimaan manusia
terhadapnya, dan pemilihan mereka terhadapnya daripada agama-agama lainnya adalah
bukti kebenaran kenabian Nabi Muhammad saw..
Kebenaran prinsip-prinsip yang dibawa Rasulullah saw., kejujuran prinsip-prinsip
tersebut, relevansinya, hasilnya yang baik dan berkah itu bersaksi bahwa prinsip-prinsip
tersebut berasal dari Allah Ta’ala, dan pembawanya ialah nabi dan rasul Allah Ta’ala.
Terjadinya berbagai mukjizat, dan kejadian-kejadian luar biasa dari tangan Rasulullah
saw. Itu mustahil menurut akal, terjadi pada selain nabi dan rasul. Inilah sebagian
mukjizat Rasulullah seperti dinyatakan dalam hadits shahih yang mirip dengan hadits
mutawatir yang tidak didustakan kecuali oleh orang yang lemah akalnya, atau bahkan
tidak mempunyai akal, yaitu:
Terbelahnya bulan untuk Rasulullah saw. Al-Walid bin Al-Mughirah, dan orang-orang
kafir Quraisy lainnya meminta mukjizat dari beliau yang menunjukkan kebenaran beliau
dalam pengakuan beliau sebagai nabi dan rasul. Kemudian bulan terbelah menjadi dua
bagian untuk beliau. Satu bagian di atas gunung dan satu bagian lainnya di bawah gunung.
Rasulullah saw. bersabda kepada orang-orang kafir Quraisy. “Lihatlah.” Sebagian orang-
orang kafir Quraisy berkata, aku lihat bulan di antara dua celah gunung Abu Qabais.”
Orang-orang kafir Quraisy bertanya kepada penduduk negeri lain, apakah mereka melihat
terbelahnya bulan? Mereka memberi tahu orang-orang kafir Quraisy apa yang mereka
lihat. Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah
bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka
berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus.’ Dan mereka mendustakan
(Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada
ketetapannya.” (Al-Qamar: 1-3)
Mata Qatadah r.a. terluka pada Perang Uhud hingga jatuh dari kelopaknya, Rasulullah
saw. memasukkannya kembali, dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.
Kedua mata Ali bin Abu Thalib r.a. sakit pada Perang Khaibar, kemudian Rasulullah saw.
meniupnya, lalu sembuh seperti tidak pernah sakit sebelumnya.
Betis Ibnu Al-Hakam r.a. putus pada Perang Badar, kemudian Rasulullah saw.
meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa meresakan sakit sedikit pun.
Pohon dibuat berbicara kepada Rasulullah saw. Kisahnya, orang Arab dusun mendekat
kepada beliau, kemudian beliau bersabda kepada orang Arab Dusun tersebut, “Hai orang
Arab dusun, engkau akan pergi ke mana?” Orang Arab dusun tersebut menjawab, “Pulang
ke rumah.” Rasulullah saw. bersabda, “Apakah engkai ingin kebaikan?” Orang Arab
dusun tersebut berkata, “Kebaikan apa?” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Rasul-Nya.” Orang Arab dusun tersebut berkata,
“Siapa yang menjadi saksi atas apa yang engkau katakan?” Rasulullah saw.bersabda,
“Pohon ini.” Beliau bersabda begitu sambil menunjuk ke arah salah satu pohon di tepi
lembah. Kemudian pohon tersebut berjalan hingga berdiri di depan beliau. Beliau
meminta pohon tersebut bersaksi hingga tiga kali, dan pohon tersebut pun bersaksi seperti
sabda Rasulullah saw.
Ratapan batang pohon kurma kepada Rasulullah saw., dan tangisannya dengan suara keras
yang bisa didengar seluruh orang yang berada di masjid beliau. Itu terjadi setelah
Rasulullah saw. meninggalkannya. Sebelumnya Rasulullah saw. berkhutbah di atas batang
tersebut sebagai mimbar beliau. Ketika beliau telah dibuatkan mimbar, dan tidak naik lagi
ke atas batang kurma tersebut, batang tersebut meratap menangis dan rindu kepada
Rasulullah saw. Suara tangisnya seperti tangis unta yang hamil sepuluh bulan. Batang
pohon kurma tersebut tidak berhenti menangis hingga Rasulullah saw. datang padanya,
dan meletakkan tangannya yang mulia di atasnya. Ia pun berhenti menangis.
Doa Rasulullah saw. akan tercabik-cabiknya kerajaan Kisra, kemudian kerajaan Kisra pun
tercabik-cabik.
Doa Rasulullah saw. untuk Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma semoga ia menjadi orang
yang faqih dalam agama ini. Hasilnya, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma menjadi ulama
umat ini.
Makanan menjadi banyak karena doa Rasulullah saw., hingga dua mud gandum bisa
dimakan lebih dari delapan puluh orang.
Air menjadi banyak karena doa Rasulullah saw. Di Hudaibiyah, para salabat kehausan.
Sedang, di depan Rasulullah saw. terdapat timba kecil tempat beliau berwudhu. Para
sahabat datang ke tempat beliau, dan berkata, “Kita tidak mempunyai air, kecuali air yang
ada di timba kecilmu.” Kemudian Rasulullah saw. meletakkan tangannya di timba kecil
tersebut, dan air pun mengucur dari kedua tangannya seperti mata air. Kemudian para
sahabat minum dan berwudhu dari air tersebut. Padahal, mereka berjumlah seribu lima
ratus orang.
Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian ke langit yang tinggi
hingga tiba di Sidratul Muntaha, kemudian kembali ke ranjangnya tanpa merasakan
kedinginan.
Al-Quran Al-Karim, yaitu Kitab yang di dalamnya terdapat informasi orang-orang
sebelum kita, informasi orang-orang sesudah kita, keputusan masalah yang terjadi pada
kita, petunjuk dan cahaya. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Rasulullah saw. dan bukti
kenabiannya yang abadi sepanjang zaman, agar Al-Qur’an menjadi dalil pasti akan
kebenaran kenabian Rasulullah saw., dan menjadi hujjah yang kuat bagi manusia, hingga
Allah Ta’ala mewarisi bumi.
Jadi, Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat teragung yang dianugerahkan kepada
Rasulullah saw., dan keterangan terbesar yang diberikan kepada beliau. Tentang Al-
Qur’an ini Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah salah seorang dari para nabi, melainkan ia
diberi apa yang seperti ayat-ayat yang diimani manusia. Namun yang diberikan kepadaku
adalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Aku berharap menjadi nabi yang paling
banyak pengikutnya pada hari kiamat.”
(Sebagian besar mukjizat Rasulullah saw. disebutkan di Shahih Al-Bukhari dan Shahih
Muslim. Mukjizat-mukjizat yang tidak disebutkan di keduanya disebutkan dalam sunnah
yang benar).
Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi
Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 35-46.

Anda mungkin juga menyukai