Anda di halaman 1dari 30

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya, setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda
akan suatu hal. Cara pandang yang berbeda tersebut tidak jarang dapat
menimbulkan suatu konflik baik secara individu maupun berkelompok sehingga
dibutuhkan suatu alat yang mengikat yaitu adanya aturan yang mengatur perilaku
hidup manusia.
Secara langsung maupun tidak langsung, kehidupan manusia selalu
dipengaruhi oleh peraturan-peraturan hidup bersama yang membatasi dan mengatur
hubungan antar manusia. Peraturan-peraturan tersebut memberikan batasan
perbuatan mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Peraturan
hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin tata
tertib dalam masyarakat, dinamakan kaidah hukum.
Hukum mengatur dan berkaitan dengan banyak hal, tidak terkecuali yang
berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota. Jika hukum
dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait maka keteraturan yang diinginkan akan
tercapai. Tetapi bagaimana bila pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan
wilayah dan pembangunan kota tidak memenuhi hukum-hukum yang berlaku? Dapat
dipastikan berbagai bencana, persengketaan dan kekacauan akan terjadi.
Di Kota Surabaya, kasus mengenai sengketa tanah, penggusuran bangunan,
reklame roboh dan berbagai kasus serupa bukan merupakan hal yang susah untuk
ditemukan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh pihak-pihak terkait yang akibatnya dirasakan oleh banyak pihak yang tidak
bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan juga
dirasa sangat kurang karena pengetahuan hukum masyarakat sekitar yang kurang.
Melihat fakta di atas, sudah seharusnya masyarakat mulai peka akan kasus
yang terjadi dan hukum apa yang berlaku khusunya di masyarakat. Hal tersebut
sangat penting dilakukan agar masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap
lingkungan sekitar dan mengurangi pelanggaran hukum yang terjadi.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 1


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Masalah regulasi apa yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan
pembangunan kota yang terjadi di Kota Surabaya?
2. Apa yang menyebabkan permasalahan regulasi tersebut terjadi?
3. Regulasi apa yang dilanggar sehingga menyebabkan masalah tersebut terjadi?
4. Jenis regulasi apa saja yang berkaitan dengan masalah tersebut?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan
regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota di
Surabaya.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi ruang lingkup
penulisan dan ruang lingkup wilayah. Untuk ruang lingkup penulisan yaitu tentang
permasalahan regulasi dalam perencanaan wilayah dan pembangunan kota di
Surabaya, sedangkan untuk ruang lingkup wilayah yang diambil dalam makalah ini
adalah kota Surabaya.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam makalah ini sebagai meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi mengenai permasalahan-permasalahan regulasi yang berhubungan dengan
perencanaan wilayah dan pembangunan kota di Surabaya.
BAB III PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan permasalahan regulasi dalam
perencanaan wilayah dan kota.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 2


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB II
PEMBAHASAN

Adapun masalah regulasi yang bertautan dengan perencanaan wilayah dan


pembangunan kota yang terjadi di Surabaya diantaranya:
1. Pembongkaran Eks Penjara Kalisosok
● Identifikasi masalah
Sebuah bangunan cagar budaya di kawasan Krembangan bernama
Kalisosok akan dilakukan pembongkaran karena sang pemilik bangunan ingin
merubah fungsi dari bangunan eks penjara tersebut. Pemkot meminta agar
pembongkaran itu dihentikan karena pihak mereka belum mengetahui secara
pasti akan diajadikan apa eks penjara tersebut dan sang pemilik juga belum
mengantongi surat Izin Robohkan Bangunan (IRB). Hal ini mengingat penjara
Kalisosok  merupakan salah satu cagar budaya  yang dilindungi  Undang-
Undang dan Perda Nomor 5 tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan Cagar
Budaya di Kota Surabaya. 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya mengakui bahwa
tak semua pemilik cagar budaya di Surabaya itu mempunyai niatan yang sama.
Ada yang baik adapula yang tidak. Namun pihak pemkot masih akan berusaha
terus berkoordinasi dengan pemilik yang sampai sekarang masih dicoba untuk
ditelusuri. Hingga saat ini ada sekitar 167 cagar budaya yang ada di Surabaya
yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta. Pihak pemkot juga tak mengetahui
keadaan cagar budaya yang dikelola oleh pihak swasta.
Dari fakta lain, pembongkaran bangunan cagar budaya berupa bekas
penjara Kalisosok tersebut ternyata tidak diketahui Pemkot Surabaya. Akibat dari
pembongkaran tersebut, Lurah Krembangan Selatan, Slamet, dan Camat
Krembangan, Sumarno, langsung mendatangi lokasi pembongkaran dan
memerintahkan pekerja untuk menghentikan aktivitasnya. Beliau menegaskan
selama ini tidak ada pemberitahuan atau izin sama sekali untuk melakukan
pembongkaran tersebut. Pihaknya meminta supaya segala aktivitas
pembongkaran tesebut dihentikan, dengan alasan apapun, entah itu akan
dibangun ulang atau sekadar renovasi, tetap harus memiliki izin. Pihak pemilik
bekas penjara Kalisosok seharusnya melayangkan surat pemberitahuan jika
hendak membongkar bekas penjara Kalisosok tersebut.
Lurah Krembangan Selatan Slamet, menambahkan selama ini pihaknya
sulit untuk memantau keadaan bekas penjara Kalisosok ini.  Aparat kelurahan
juga kesulitan masuk ke tempat tersebut. Pendataan itu akhirnya baru berhasil

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 3


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

dilaksanakan baru-baru ini. Itu pun setelah pihaknya melakukan koordinasi


dengan Satpol PP. Sedangkan untuk mengecek bangunan, ia menyatakan
memang tidak dilakukan karena setelah bisa masuk ke bekas penjara Kalisosok,
fokusnya adalah pendataan penduduk.   Pada banguna itu terdapat 32 orang
yang kos dan semuanya putri. Atas dasar itulah pihak kelurahan Krembangan
sulit untuk masuk.
Diketahui kondisi cagar budaya ini memang sangat memprihatinkan karena
bangunan yang telah dibongkar gentengnya itu adalah ruangan semacam aula.
Tetapi di lokasi lain didapati tumpukan kayu-kayu dengan ukuran besar yang
kemungkinan juga dari hasil pembongkaran. Kayu-kayu itu sendiri kondisinya
sudah lapuk.
Di dalam bekas penjara ini juga ada bangunan gereja yang bernama gereja
Anugerah. Kondisinya juga sama, memprihatinkan karena gereja tersebut juga
sudah tidak memiliki genteng. Namun saat ditanya siapa pemilik bangunan itu,
penjaga bekas penjara Kali Sosok Romli mengaku tidak tahu.
Pembongkaran juga ini membuat komunitas Surabaya Heritage prihatin.
Komunitas ini langsung  menggalang Gerakan Solidaritas Keprihatinan pada Eks
Penjara Kalisosok sebagai salah satu cagar budaya di Surabaya.
Menurut Freddy Handoko Istanto, Vice Chairman Surabaya Heritage,
pembongkaran Kalisosok membuktikan ada sebuah penelantaran cagar budaya
Surabaya. Beliau mengaku prihatin dengan kondisi penjara yang diberi status
Cagar Budaya A. Status A cagar budaya artinya bangunan ini punya nilai
langsung terhadap perjuangan bangsa.

● Regulasi yang Terkait


Apabila merujuk dari Perda Nomor 5 tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan
Cagar Budaya di Kota Surabaya, maka pembongkaran ini telah melanggar
beberapa pasal sebagai berikut:
Pasal 32
(1) Setiap orang dapat melakukan pemugaran bangunan dan/atau lingkungan
cagar budaya.
(2) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan pada
penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah
ditetapkan.
(3) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat izin dari
Kepala Daerah.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 4


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 33
Setiap orang yang akan membongkar sebagian atau melakukan demolisi
terhadap bangunan dan /atau lingkungan cagar budaya harus memiliki Izin
Membongkar.
Pasal 34
(1) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33
diajukan kepada Kepala Daerah melalui Pejabat yang ditunjuk.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33 harus
mendapat pertimbangan terlebih dahulu dari Tim Cagar Budaya.
Pasal 36
(1) Setiap orang yang memiliki, menghuni dan/atau mengelola bangunan
dan/atau lingkungan cagar budaya wajib melindungi, memelihara dan
melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya tersebut.
(2) Pemilik, penghuni dan atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar
budaya wajib melaksanakan pemugaran sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
(3) Bagi pemilik, penghuni dan atau pengelola yang tidak mampu melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka kewajiban tersebut
dapat dialihkan kepada Pemerintah Daerah atau pihak lain dan pemanfaatan
atas bangunan serta lingkungan cagar budaya tersebut dilakukan sesuai dengan
kesepakatan bersama.

2. Pembangunan Tower BTS di Surabaya yang Semakin Bertambah


Pembangunan Base Transceiver Station (BTS)
di Surabaya sudah melanggar estetika dan tidak
memperhatikan lingkungan di sekitar tower. Pemerintah
Jawa Timur akan membatasi pembangunan tower.
Bahkan pembangunan tower harus dikurangi dari
jumlah yang ada dengan cara membangun tower yang
bisa digunakan bersama oleh operator pengguna
gelombang radio. Di Jawa Timur terdapat 325 titik tower
dan kesemuanya berada di Surabaya. Saat ini sedang
diusulkan penggunaaan tower bersama pada Menteri
Komunikasi dan Informasi. Tentang pengaturan
pembangunan tower di Jawa Timur sudah memiliki
Pembangunan Tower BTS aturan hukum yang mengatur, yaitu Peraturan Gubernur
dalam Jarak yang Berdekatan
Jatim Nomor 61 tahun 2006 tentang pengawasan ketat

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 5


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

pembangunan konstruksi di atas tanah. Namun peraturan gubernur tersebut masih terlalu
luas cakupannya. Karena untuk pembangunan tower komunikasi diperlukan pengaturan
yang khusus menyangkut konstruksi dan pengaturan frekuensi yang digunakan.

● Permasalahan
Pembangunan tower BTS di Surabaya semakin bertambah. Selain itu pembangunan
tower tersebut tidak lagi memperhatikan keadaan lingkungan sekitar. Tower tersebut
dibangun dalam jarak yang berdekatan. Hal ini tentunya akan merusak estetika dari
lingkungan itu sendiri dan membahayakan kawasan sekitar.

● Identifikasi masalah
Peraturan yang mengatur tentang pembangunan tower BTS, yaitu Peraturan Gubernur
Jatim Nomor 61 tahun 2006 tentang pengawasan ketat pembangunan konstruksi di atas
tanah. Di dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai bangunan konstruksi di atas
tanah termasuk tower BTS di dalamnya. Regulasi yang terkait dengan permasalahan ini
yaitu:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
telekomunikasi
Berisi tentang peran pemerintah berupa pembinaan yang meliputi penentuan
kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dengan mengikutsertakan
peran masyarakat. Peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
telekomunikasi tidak mengurangi prinsip dasar yang terkandung dalam Pasal 33
ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945, yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut
pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit
b. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 52 tahun 2000 tentang
penyelenggaraan telekomunikasi.
c. Peraturan menteri komunikasi dan informatika tentang sanksi denda terhadap
penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak memenuhi kewajiban, meliputi:
Pasal 25
Perlindungan konsumen dinilai berdasarkan tolok ukur pemenuhan kewajiban
perlindungan konsumen sebagaimana dicantumkan dalam izin penyelenggaraan
jaringan telekomunikasi yang dimiliki, yaitu pemenuhan:
a. kewajiban terhadap pelanggan; dan
b. kewajiban hubungan dengan pelanggan.
Pasal 26

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 6


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Penilaian perlindungan konsumen dilakukan setiap saat berdasarkan


pengaduan pengguna.
Pasal 27
(1) Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 diberikan
peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing
7 (tujuh) hari kerja.
(2) Setelah kurun waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi tidak dapat
memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
penyelenggara jaringan telekomunikasi dikenakan denda yang besarnya sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.61 Tahun 2006 tentang


pemanfaatan ruang pada kawasan pengendalian ketat skala regional di
propinsi Jawa Timur dijelaskan tentang pembangunan konstruksi yang termasuk
di dalamnya Base Transceiver Station (BTS) tercantum dalam :
Pasal 17
(1) Permohonan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16, dilampiri dengan :
a. gambar teknis arsitektural (site plan, denah, tampak, potongan dan situasi);
b. gambar teknis konstruksi sipil ;
c. data pendukung berupa penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak
milik atau bukti perjanjian sewa.
(2) Pemanfaatan ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang
akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

3. Permasalahan Bangunan Liar di Sekitar Rel Kereta Api


● Permasalahan
Satpol PP kota Surabaya, tidak mau berlama-lama lagi dalam menoleransi pemilik
bangunan di sepanjang rel KA Tambak Mayor. Instansi penegak perda menargetkan
dalam waktu dekat memiliki agenda penertiban bangunan di sepanjang rel kereta
Kertomenanggal. PT KA Daop 8 menyebutkan telah mengadakan investigasi internal
terkait dugaan adanya permainan sewa izin lahan yang dilakukan orang PT. KA.
Koordinator humas, Heri Winarno mengatakan sudah mengecek seluruh bangunan
di sepanjang rel KA Tambak Mayor. Ternyata bangunan tersebut sudah tidak
memiliki izin resmi dari PT KA. PT KA sendiri menargetkan seluruh bangunan liar di

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 7


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

sepanjang rel KA akan ditertibkan. Selain karena akan digunakan untuk


pembangunan proyek rel jalur ganda, PT KA memiliki alasan lain menertibkan
bangunan liar tersebut.

● Identifikasi masalah
Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan tentang pelanggaran bangunan
liar yang ada di sekitar rel kereta api adalah;
1. UU No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman.
2. Inpres No.5 Tahun 1990 tentang peremajaan permukiman kumuh di atas tanah
negara
Para urban atau pendatang baru tidak mampu mendapatkan tempat tinggal
yang layak karena harga lahan untuk tempat tinggal yang semakin tinggi terutama di
pusat kota. Mereka terpaksa mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal
seadanya baik secara legal maupun ilegal, sehingga tanpa disadari
perkembangannya telah mengakibatkan munculnya permukiman kumuh di kota.
Semakin banyaknya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan
salah satunya adanya pemukiman di sepanjang sempadan rel kereta api ini dapat
menimbulkan masalah tersendiri.
Adapun dasar hukum yang menangani masalah permukiman kumuh diatur
dalam UU No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman. Pada Bab I
Ketentuan Umum disebutkan bahwa lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi
penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan, yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi (pasal 2
ayat 1). Sedangkan pada pasal 2 ayat 2 lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) yang menyangkut penataan perumahan meliputi kegiatan
pembangunan baru, pemugaran, perbaikan, peremajaan, perluasan, pemeliharaan,
dan pemanfaatannya.
Dalam Bab II Azas dan Tujuan pasal 4 menyebutkan bahwa penataan
perumahan dan permukiman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai
salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat (huruf a), mewujudkan perumahan dan permukiman yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur (huruf b), memberikan
arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional (huruf c),
menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang
lainnya (huruf d).
Bab III Perumahan, pasal 5 menjelaskan bahwa:

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 8


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(1) Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati
dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
serasi, dan teratur.
(2) Setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan
serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman.
Selain itu, jika ditinjau dari regulasi yang terkait yaitu pada Inpres No.5 Tahun
1990 tentang peremajaan permukiman kumuh di atas tanah negara, diketahui bahwa
untuk menangani masalah permukiman kumuh tidak bisa hanya satu pihak saja yang
melaksanakannya. Untuk itu perlu adanya kerjasama dengan beberapa pihak yang
terkait (stakeholders). Menurut Budiharjo dan Hardjohubojo (1993) bahwa persepsi
dan aspirasi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran, sekaligus sebagai subyek
peremajaan permukiman kumuh, mesti dipahami dan diserap untuk diwadahi,
sehingga luluh dalam perencanaan.

4. Permasalahan Bangunan yang Melanggar IMB


Rumah dan toko (Ruko) berjumlah 13 unit di
Dukuh Kupang Barat I dirobohkan Pemerintah
Kota Surabaya. Alasan pemkot merobohkan
bangunan itu dikarenakan tidak adanya izin
mendirikan bangunan (IMB) atau melanggar
peraturan daerah nomor 7 tahun 1992 yang
diubah peraturan daerah nomor 7 tahun 2009.

Bangunan yang tidak memiliki IMB


Bangunan yang didirikan di atas tanah seluas 75x60 meter ini dirobohkan oleh 450
personel dari Satpol PP, Linmas, dan Polres Surabaya Selatan. Kabid Tata Bangunan
Dinas Cipta Karya Pemkot Surabaya melakukan eksekusi karena bangunan ini tidak
mempunyai IMB sehingga dilakukan pembongkaran.

● Identifikasi masalah
Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dengan bangunan yang
melanngar IMB adalah;
1. Peraturan Pemerintah pasal 4 tentang Ijin Mendirikan Bangunan.
2. Peraturan daerah kota Surabaya nomor 2 tahun 2005 tentang izin perencana
bangunan gedung.

Pada peraturan pemerintah pasal 4 telah disebutkan bahwa: “ Mendirikan


Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. Termasuk

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 9


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantauan
pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan
dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan
(KLB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam
rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut.”
Permasalahan yang terjadi pada wilayah studi adalah banyaknya
pelanggaran bangunan yang didirikan tidak mempunyai izin. Sangat tidak lazim bila
Peraturan Pemerintah yang dilanggar, tetapi tetap diberikan kemudahan oleh
instansi pemerintah yang berwenang.
Berikut merupakan isi dari regulasi yang terkait dengan permasalahan
bangunan yang melanggar IMB:
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2005 tentang izin perencana
bangunan gedung :

Pasal 2
(1) Orang perseorangan yang menyelenggarakan usaha jasa perencanaan
bangunan gedung di Daerah wajib mendapatkan izin dari Kepala Daerah.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Warga Negara
Indonesia atau Warga Negara Asing yang berkerjasama dengan Warga Negara
Indonesia yang telah memiliki izin, dalam melakukan perencanaan bangunan
gedung di Daerah;
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas bidang :
a. Arsitektur Bangunan Gedung;
b. Sipil Bangunan Gedung;
c. Mekanikal dan Elektrikal Bangunan Gedung;
d. Tata Lingkungan Bangunan Gedung;
Pasal 4
(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlaku selama 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang atas permohonan pemegang izin;
(2) Permohonan perpanjangan izin, harus diajukan paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum batas berlaku izin tersebut berakhir, kepada Kepala Daerah melalui
Kepala Dinas;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian permohonan izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 10


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

5. Reklame Rawan Roboh


● Permasalahan
Masalah reklame di Surabaya seakan tidak ada habisnya. Belum tuntas satu
masalah, muncul masalah baru. Meski sudah ada regulasi yang jelas dan tegas,
yakni Peraturan Daerah (Perda) No 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan
Reklame dan Pajak Reklame, tidak berarti masalah reklame di Kota Buaya ini bisa
diselesaikan dengan mudah. Berbagai bentuk pelanggaran terus terjadi. Mulai
reklame tak berizin, izin kedaluwarsa, ukuran reklame menyalahi perda, reklame
dengan satu tiang, sampai praktik alih fungsi secara ilegal. Semua itu seperti sengaja
dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan tegas sama sekali. Agus Sudarsono,
anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya,
mengatakan meski pemkot dan DPRD Surabaya
sudah sering mengingatkan agar konstruksi reklame
diperkuat, para pemilik reklame tetap saja mokong,
terutama papan reklame yang didirikan lebih dari 5
tahun.
Pantauan di lapangan, beberapa reklame
berkaki satu masih dan usianya sudah lebih 5 tahun
masih berdiri di sejumlah ruas jalan. Di antaranya di
Jl. Basuki Rachmad, Jl. Bubutan, Jl. Mayjen
Reklame Roboh di Jl. Basuki
Sungkono dan lainnya. Besarnya kontruksi reklame Rahmat
sangat membahayakan penguna jalan. Pasalnya,
dengan satu tiang kekokohan reklame tidak dijamin tahan angin dan ini sangat
membahayakan masyarakat. Tiap memasuki musim hujan pihaknya sudah
mengirimkan surat peringatan kepada pemilik reklame. Peringatan ini guna
mengantisipasi terjadinya hujan lebat yang disertai angin kencang. Apabila sudah
ada peringatan lantas ada reklame roboh berarti kejadian itu sudah bukan
tanggungjawab pemkot. Kejadian itu menjadi tanggung jawab pemilik reklame.

● Identifikasi Masalah
Kasus reklame roboh di ata melanggar Perda reklame No. 8 tahun 2006 tentang
penyelenggaran reklame. Di dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa semua papan
reklame pondasinya harus sepertiga dari tiang reklame yang dipasang. Tujuannya
agar tahan terpaan angin dan hujan. Ketentuan ini wajib dipatuhi, sehingga jika ada
reklame roboh dan pondasinya kurang dari sepertiga tiang, berarti terjadi
pelanggaran. Berikut merupakan bentuk spasial dari perda mengenai tiang reklame:

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 11


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

3 meter
1 meter

Berdasarkan peraturan daerah kota Surabaya Nomor 8 tahun 2006, Reklame


merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk
menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan
atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum,
kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006


Pasal 19
(1) Penyelenggaraan reklame di Lokasi Bukan Persil harus memenuhi ketentuan:
a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik atau yang menguasai lahan;
b. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame masuk
ke dalam/di atas persil;
c. luas bidang reklame paling besar 50 m2 (lima puluh meter persegi);
d. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan terhadap sebidang kereta
api;
e. jarak dari as rel kereta api sampai bidang/konstruksi reklame terdekat harus
mendapat rekomendasi dari PT.KAI;
f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah keatas harus medapat
rekomendasi dari PT. PLN;
g. tidak mengganggu fungsi atau merusak sarana dan prasarana kota serta
tidak mengganggu pemeliharaannya;
h. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau badan jalan;
(2) Penyelenggaraan reklame di trotoar harus memenuhi ketentuan:

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 12


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

a. lebar trotoar paling sedikit 1,5 m (satu setengah meter);


b. di bawah trotoar tidak terdapat saluran tepi yang lebarnya sama atau lebih
besar dari lebar trotoar;
c. diameter tiang reklame paling besar 10 % (sepuluh persen) dari lebar trotoar;
d. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus terletak pada sisi trotoar
yang berbatasan/ berdekatan dengan persil;
e. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) tidak berada di atas saluran tepi
(apabila di bawah trotoar terdapat saluran tepi);
f. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) dan bidang reklame tidak
mengganggu/ merusak jaringan utilitas baik yang berada di bawah (dalam
tanah) maupun di atas;
g. ketinggian/ elevasi dari pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus rata
dengan permukaan trotoar;
h. bidang reklame tidak melebihi sisi trotoar bagian luar, yang berbatasan
dengan badan jalan, dan tinggi bidang reklame paling sedikit 3 (tiga) meter;
i. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame masuk
kedalam/diatas persil
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi
penyelenggaraan reklame pada sejalur tanah dan di bahu jalan.
(4) Dalam hal pada ruas jalan terdapat sejalur tanah, maka penyelenggaraan
reklame dilarang dilaksanakan di trotoar dan/ atau di bahu jalan.
(5) Dalam hal pada ruas jalan tidak terdapat sejalur tanah, maka penyelenggaraan
reklame dapat dilaksanakan pada trotoar.
(6) Penyelenggaraan reklame di median jalan atau jalur hijau atau pulau jalan,
bidang reklame dilarang melebihi median atau pulau jalan yang bersangkutan.

6. Pencemaran Air Sungai oleh Limbah Pabrik


Pencemaran yang terjadi pada Kali Surabaya merupakan akumulasi dari wilayah
hulu yang berada di daerah lebih tinggi. Misalnya, buangan dari Malang, maka saat
mengalir ke Surabaya akan bertambah tinggi tingkat pencemarannya setelah ditambah
limbah dari Wonorejo, Mojokerto dan daerah lain. Belum lagi pabrik-pabrik yang
membuang limbahnya ke kali. Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan
kualitas air Kali Surabaya, yang dinilai tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga
serta tingginya pencemaran yang berasal dari limbah domestik rumah tangga, hotel dan
restoran. Untuk diketahui, di sepanjang kali Surabaya dan anak sungainya, umumnya
ribuan pemukiman tidak memiliki fasilitas WC umum. Ini membuat masyarakat
membuang kotoran manusia langsung ke sungai. Di Kali Pelayaran yang melewati

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 13


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

wilayah Sidoarjo misalnya, sedikitnya terdapat 582 WC tipe helikopter (langsung hanyut
di air). Sedangkan di Kali Surabaya jumlah WC model ini mencapai 700 buah. Direktur
Ecoton, Prigi Arisandi mengungkapkan, besarnya volume tinja menjadi faktor serius yang
mengakibatkan menurunnya kualitas air Kali Surabaya.

● Permasalahan
Beberapa pabrik di Surabaya terbukti telah membuang limbah tanpa diolah
terlebih dahulu ke badan sungai. Limbah tanpa olahan tersebut dikhawatirkan akan
berbahaya bagi kesehatan penduduk Surabaya.
Pencemaran limbah industri dari pabrik-pabrik yang ada di Surabaya
menyebabkan kali Surabaya mengalami penurunan kualitas air. Selain itu adanya
pemukiman di sepanjang kali Surabaya yang sebagian besar tidak memiliki fasiitas
WC pada umumnya membuang kotoran tinja langsung ke sungai. Hal ini tentunya
dapat mencemari keadaan kali Surabaya sendiri, dimana dengan adanya
pencemaran tersebut selama 10 tahun terakhir ini kualitas air kali Surabaya tidak
dapat lagi digunakan sebagai bahab baku air minum.

● Identifikasi Masalah
Peraturan perundangan yang berhubungan dengan permasalahan pencemaran air
sungai tercantum dalam:
1. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
2. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan hidup.
3. Keputusan menteri perindustrian No.12/M/SK/1/78 tentang pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari usaha industri.
4. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.

Adapun penjelasan tentang regulasi tentang permasalah pencemaran air sungai tertera
pada:
1. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001
Pasal 5

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 14


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas
batas negara.

(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas air lintas


Kabupaten/Kota.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di


Kabupaten/Kota.

Pasal 15

(1) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi cemar, maka Pemerintah dan
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing melakukan upaya penanggulangan pencemaran dan pemulihan
kualitas air dengan menetapkan mutu air sasaran.
(2) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi baik, maka Pemerintah dan
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing mempertahan-kan dan atau meningkatkan kualitas air.

Pasal 43

(1) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan


pembinaan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. pemberian penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;
b. penerapan kebijakan insentif dan atau disinsentif.
(3) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan
upaya pengelolaan dan atau pembinaan pengelolaan air limbah rumah tangga.
(4) Upaya pengelolaan air limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dapat dilakukan oleh pemerintah Propinsi, pemerintah Kabupaten/Kota
dengan membangun sarana dan prasarana pengelolaan limbah rumah tangga
terpadu.
(5) Pembangunan sarana dan prasasara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.

2. Undang-undang no. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan hidup

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 15


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
a. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya
b. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan
c. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain
Pasal 6
(1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.
(2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup
(3) Peraturan menteri Negara lingkungan hidup nomer 111 tahun 2003 tentang
pedoman mengenai syarat dan tata cara perizinan serta pedoman kajian
pembuangan air limbah ke air atau sumber air

3. Keputusan menteri perindustrian No.12/M/SK/1/78 tentang pencegahan dan


penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari usaha industri
Pasal 1
Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan
hidup.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 16


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 4
Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat
terlepasnya sesuatu/bahan/zat yang berbahaya, pengusaha industri yang
menggunakan bahan/ zat yang berbahaya diwajibkan untuk menyusun rencana
keadaan darurat (emergency plan).

4. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air


Pasal 17
(1) Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib mentaati baku mutu
limbah cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang
ditetapkan baginya.
(2) Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair sebagaimana ditetapkan
dalam izin pembuangannya, dilarang melakukan pengenceran.
Pasal 18
Pembuangan limbah dengan kandungan bahan redioaktif diatur oleh Pimpinan
lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bidang tenaga atom setelah
berkonsultasi dengan Menteri.
Pasal 19
Pembuangan limbah cair ke tanah dapat dilakukan dengan izin Menteri berdasarkan
hasil penelitian.
Pasal 20
Penanggung jawab kegiatan wajib membuat saluran pembuangan limbah cair
sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit
limbah cair di luar areal kegiatan.
Pasal 21
(1) Pembuangan limbah cair ke dalam air dikenakan pembayaran retribusi.
(2) Tata cara dan jumlah retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I.
Pasal 22
Dalam hal Pemerintah Daerah menyediakan tempat dan atau sarana pembuangan
dan pengolahan limbah cair, Pemerintah daerah dapat memungut retribusi.

Pasal 23
Upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh masuknya limbah cair
atau bahan lain tidak melalui saran yang dibuat khusus untuk itu dan atau yang
bukan berupa sumber yang tertentu titik masuknya ke dalam air

7. Pembongkaran Bangunan di atas Brandgang

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 17


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Setelah izin untuk mendirikan


bangunan diatas brandgang dihentikan
sejak tahun 2007, penertiban bangunan
diatas brandgang terus dilakukan oleh
Pemkot Surabaya. Terdata sejumlah
bangunan di seluruh kota Surabaya
direncanakan akan dibongkar oleh pihak
Satpol PP Surabaya, setelah sebelumnya
pemilik diberitahukan dan diminta untuk
Pembongkaran Rumah di Jl. Tumapel
memindahkan barang-barang sampai pada Sumber: Surabaya Post
batas waktu yang telah disepakati.
Bangunan diatas brandgang yang terdata akan dibongkar antara lain adalah
rumah penduduk di Jalan Tumapel, Jalan
Bogowonto, Jalan Dr. Soetomo, SPBU Biliton,
Toko Mirota (awalnya sudah mengantongi izin
dari pemkot sekitar tahun 1997-1998, akan
tetapi, sejak tahun 2007, izin tidak boleh
diperpanjang), dan Restoran Nur Pasifik di
Jalan Gubeng. Berbeda dengan pemilik Toko

Brandgang Saluran di Jl. Bogowonto Mirota yang memilih membongkar sendiri


Sumber: Surabaya Post bangunan diatas brandgang-nya, pemilik
Restoran Nur Pasifik terlihat belum
mengadakan pembongkaran terhadap lift restoran yang didirikan diatas brandgang ini.

● Permasalahan :
Adanya bangunan permanen diatas brandgang yang seharusnya dilarang untuk
didirikan bangunan apapun diatasnya.
● Identifikasi Masalah :
Brandgang adalah suatu jalur alternatif yang disediakan khusus untuk jalur
pemadam kebakaran. Berdasarkan UU No.28 tahun 2002 tentang bangunan
gedung, brandgang disiapkan untuk mendukung efektifitas sistem proteksi pasif
yang dipakai untuk evakuasi dan pemadaman api. Melihat pentingnya fungsi
brandgang maka tidak seharusnya didirikan suatu bangunan diatas brandgang
tersebut. Terlebih lagi, bangunan yang berada diatas brandgang tidak memiliki IMB.
Oleh karena itu, pendirian bangunan diatas brandgang jelas merupakan
pelanggaran.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 18


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

8. Pemalsuan dan Penyerobotan Tanah


Walikota Surabaya, Bambang DH, dilaporkan ke Mabes Polri oleh seorang warga
Tenggilis Mejoyo, Surabaya, atas dugaan kasus penyerobotan tanah seluas lima
hektare. Walikota Surabaya menjadi terlapor karena posisinya sebagai pembina YKP,
yaitu yayasan yang bernaung di bawah Pemda Surabaya. "Karena diduga telah
melanggar pasal 242 KUHP tentang penyalahgunaan jabatan dan pasal 266 KUHP
tentang memberikan keterangan palsu," kata pengacara pelapor. Terlapor diduga terlibat
dalam pemalsuan dan penyerobotan lahan seluas lima hektare di Kelurahan Tenggilis
Mejoyo. Dalam keterangan tertulis, tanah itu dibeli oleh pelapor tahun 1976 sesuai
dengan bukti-bukti surat kepemilikan yang sah disaksikan oleh beberapa orang. Tanah
itu dibeli seharga Rp70 juta dari M Thohir, yang ketika itu menjabat sebagai Lurah
Tenggilis, Surabaya. Namun, secara diam-diam, Thohir menjual tanah kepada YKP.
Diduga telah terjadi pemalsuan surat saat jual beli tanah antara Thohir dan YKP. Kini, di
atas tanah itu telah berdiri ratusan rumah mewah.
Kasus ini sebenarnya telah dilaporkan ke Polda Jawa Timur tahun 2003 namun
oleh penyidik dinyatakan tidak terbukti adanya unsur pidana. Selama dua tahun
menangani kasus ini, penyidik Polda Jawa Timur tidak berhasil menemukan titik terang
kasus ini bahkan 11 surat tanah malah ditahan hingga menyulitkan gugatan perdata.

● Permasalahan :
Penyerobotan tanah pada kasus di atas dapat terjadi karena adanya kecurangan
oknum dengan penyalahgunaan jabatan dalam pemalsuan surat. Seharusnya oknum
tersebut dapat berperan sebagai aparat penegak hukum dengan jabatannya. Dari
kasus di atas dapat dilihat kelemahan hukum yang mengatur tentang
penyalahgunaan jabatan dan pemalsuan dokumen.

● Identifikasi masalah :
Dalam kasus penyerobotan tanah ini, dapat dikenai pasal 242 KUHP tentang
penyalahgunaan jabatan dan pasal 266 KUHP tentang memberikan keterangan
palsu.
9. Sengketa Pasar Turi
● Permasalahan
Sengketa kepemilikan tanah pasar turi antara PEMKOT Surabaya dengan PT.
KA semakin rumit, berawal dari PEMKOT Surabaya yang menyewa lahan kepada PT.
KA seluas 1.6 Ha, namun akhirnya tanah tersebut disertifikasi dan diklaim milik
PEMKOT Surabaya tanpa adanya perundingan dengan DPRD Kota Surabaya maupun
dengan PT. KA. Akhirnya PT. KA mengajukan gugatan kepada Mahkamah Agung yang

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 19


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

ditujukan terhadap PEMKOT Surabaya dan memenangkan gugatannya. Nasib para


pedagang yang menunggu pembangunan Pasar Turi baru yang nantinya berdiri di atas
lahan yang sedang bersengketa menjadi semakin tidak jelas dan terlantar dikarenakan
ketidakjelasan kepemilikan lahan dan berujung pada berhentinya pembangunan Pasar
Turi baru. Apabila sengketa lahan pasar turi tidak segera diselesaikan maka akan
menambah masalah baru di perkotaan, karena banyak masyarakat yang bekerja
sebagai pedagang di pasar turi tidak dapat berdagang dan mencari nafkah lagi untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Tentunya para pedagang harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, disini timbul lagi permasalahan, karena tuntutan tersebut para pedagang bisa
saja berdagang ditempat-tempat yang menurut mereka strategis meskipun tidak ada
izin dan menyalahi aturan. Banyak dampak yang dapat ditimbulkan karena para
pedagang yang berjualan sembarangan, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga
mengurangi nilai estetika dari suatu kota.
Untuk itu diperlukan strategi penyelesaian konflik dalam sengketa tanah
pasar turi ini. Join problem solving merupakan salah satu strategi yang cukup efektif
dalam penyelesaian kasus sengketa tanah pasar turi ini, yang dimaksud disini adalah
dimana tiap kelompok yang berkonflik sama-sama mengatasi permasalahannya.
Prinsipnya disini adalah kedua pihak yang bersengketa mencari solusi bersama
terhadap masalah yang dihadapi, walaupun ada bantuan dari pihak ketiga. Yang harus
dilakukan disini adalah melakukan identifikasi kepentingan pihak-pihak yang
bersengketa, dimana nantinya akan diketahui kepentingan  tiap pihak yang
bersengketa, setelah mengetahui kepentingan kedua pihak yang bersengketa dilakukan
pembobotan kepentingan, pembobotan ini dilakukan untuk dapat menilai kepentingan
tiap pihak yang bersengketa.

● Identifikasi Masalah
Adapun regulasi yang terkait dengan permasalahan ini yaitu:
1. UU No. 5 th 1960 (Undang-Undang Pokok Agraria)
Pasal 23.
(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya
dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang
dimaksud dalam pasal 19.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 20


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang
kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak
tersebut.
Pasal 24.
Penggunaan tanah milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur dengan
peraturan perundangan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1998 Tentang


Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
BAB III
KRITERIA TANAH TERLANTAR
Bagian Kedua
Tanah Hak Pengelolaan
Pasal 7
(1) Tanah Hak Pengelolaan dapat dinyatakan sebagai tanah terlantar, apabila
kewenangan hak menguasai dari Negara atas tanah tersebut tidak dilaksanakan
oleh pemegang Hak Pengelolaan sesuai tujuan pemberian pelimpahan
kewenangan tersebut.
(2) Jika hanya sebagian dari bidang tanah Hak Pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi kriteria terlantar, maka hanya bagian
bidang tanah tersebut yang dapat dinyatakan terlantar.

Bagian Ketiga
Tanah Yang Belum Dimohon Haknya
Pasal 8
(1) Tanah yang sudah diperoleh penguasaannya, tetapi belum diperoleh hak atas
tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat
dinyatakan sebagai tanah terlantar, apabila tanah tersebut oleh pihak yang telah
memperoleh dasar penguasaan tidak dimohon haknya atau tidak dipelihara
dengan baik.
(2) Jika hanya sebagian dari bidang tanah yang sudah diperoleh dan dikuasai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi kriteria terlantar, maka
hanya bagian bidang tanah tersebut yang dapat dinyatakan terlantar.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang


Pendaftaran Tanah

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 21


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pembuktian Hak Lama

Pasal 24

(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut
berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang
bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak,
pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan
berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan
selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahuluanpendahulunya, dengan syarat:
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh
yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh
kesaksian orang yang dapat dipercaya;
b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat
hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

4. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Retribusi


Pasar Grosir dan Atau Pertokoan Serta Pusat Perbelanjaan Pasar Turi

10. Persoalan PKL di Surabaya


Dalam sejarahnya, pedagang kaki lima (PKL) adalah istilah untuk menyebut
penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Namun saat ini istilah PKL juga
digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. Berbagai produk ditawarkan
pedagang-pedagang ini baik berbentuk barang maupun jasa dengan bermodalkan
keuletan dan harga yang sangat terjangkau bagi masyarakat kebanyakan di kota ini.
Oleh karena itu, pada kenyataannya PKL sangatlah diperlukan oleh masyarakat
khususnya masyarakat yang mempunyai tingkatan ekonomi menengah ke bawah.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 22


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Persoalan PKL ini memang sudah menjadi permasalahan yang krusial hampir di
semua kota besar di Indonesia. Berdasarkan data resmi Dinas Koperasi dan Sektor
Informal Pemkot Surabaya pada tahun 2006 menyebutkan terdapat 18.823 PKL yang
berada di kota Surabaya. Mereka tersebar 600 titik yang ada di 31 kecamatan. Dari
18.823 PKL itu, 40% adalah warga Surabaya, sementara 60% sisanya berasal dari luar
kota. Namun menurut Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), jumlah PKL di
Surabaya mencapai 56.000.

● Permasalahan

Di kota-kota besar, keberadaan PKL merupakan suatu fenomena kegiatan


perekonomian rakyat kecil. Akhir-akhir ini fenomena penggusuran terhadap para PKL
marak terjadi. Para PKL digusur oleh aparat pemerintah seolah-olah mereka tidak
memiliki hak asasi manusia dalam bidang ekonomi sosial dan budaya (EKOSOB).
Permasalahan PKL ini merupakan fenomena kegiatan perkonomian rakyat kecil, yang
mana mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Pada dasarnya, kuatnya magnet bisnis kota Surabaya ini mampu
memindahkan penduduk dari desa berurbanisasi ke kota dalam rangka beralih profesi
dari petani menjadi pedagang kecil-kecilan. Namun seiring perkembangan waktu,
seringkali kita jumpai permasalahan terkait PKL yaitu ketika mereka berjualan di trotoar
jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan di badan jalan. Ini
sangatlah dilematis mengingat bahwa mereka di satu sisi sangat dibutuhkan oleh
masyarakat namun disisi lain sering ditengarai menjadi penyebab kemacetan lalu lintas
ataupun merusak keindahan kota. Disamping itu, PKL sesungguhnya juga merupakan
aset dan potensi ekonomi jika benar-benar bisa dikelola dengan baik. Namun, masalah
yang juga muncul berkenaan dengan PKL ini adalah banyak disebabkan oleh
kurangnya ruang untuk mewadahi kegiatan PKL di perkotaan. Untuk itulah Pemkot
Surabaya harus segera menertibkan PKL yang telah melakukan pelanggaran-
pelanggaran hukum, seperti telah berjualan di tempat yang tidak diperuntukan untuk
berjualan (trotoar jalan, taman kota, jembatan penyebrangan dan badan jalan),
sehingga PKL tidak hanya memberikan keuntungan bagi konsumennya saja, melainkan
dapat memberikan keuntungan pula bagi kota.

● Identifikasi masalah
Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan penertiban PKL adalah ;
1. Perlindungan hukum bagi PKL :
● Undang – Undang Dasar 1945

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 23


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

a. Pasal 27 ayat (2):


Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
● Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia
a. Pasal 11
Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak.
b. Pasal 38
(1) Setiap warga Negara, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan,
berhak atas pekerjaan yang layak
(2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang di sukainya
● Undang – Undang No.09 Tahun 1995 tentang usaha kecil
Pasal 13 UU nomor 09/1995 tentang usaha kecil : “ Pemerintah menumbuhkan
iklim usaha dalam aspek perlindunga, dengan menetapkan peraturan perundang-
undangan dan kebijaksanaan untuk :
a. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar,
ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi
pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima , serta
lokasi lainnya.
b. Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
2. Hak-hak PKL saat mengalami pembongkaran :
● Undang – Undang Dasar 1945
a. Pasal 28 G ayat (1)
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi; keluarga; kehormatan;
martabat; dan harta benda yang dibawah kekuasaannya , serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi
b. Pasal 28 H ayat (4)
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang.”
c. Pasal 28 I ayat (4)
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab Negara terutama pemerintah.
● Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia
a. Pasal 36 ayat (2)
Tidak seorang pun boleh dirampas hak miliknya dengan sewenang-wenang
b. Pasal 37 ayat (1)

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 24


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pencabutan hak milik atas sesuatu benda demi kepentingan umum; hanya dapat
diperbolehkan dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera diperbolehkan
dengan mengganti kerugian yang wajar dan serta pelaksanaannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada.
c. Pasal 37 ayat (2)
Apabila ada sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum
harus dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik itu untuk selama-lamanya maupun
untuk sementara waktu, maka hal itu dilakuakan dengan mengganti kerugian.
d. Pasal 40
Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak
3. Undang – Undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan
● Pasal 2
a. Jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik,
sosial budaya. dan pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
b. Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan semua Satuan Wilayah
Pengembangan, dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang
semakin merata.
c. Jalan merupakan suatu kesatuan sitem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.
● Pasal 70
a. Dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terganggunya peranan jalan
di dalam Daerah Milik Jalan dan Daerah Pengawasan Jalan.
b. Dilarang menyelenggarakan wewenang pembinaan jalan yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Dilarang menyelenggarakan suatu ruas jalan sebagai Jalan Tol tanpa Keputusan
Presiden.
d. Dilarang memasuki Jalan Tol, kecuali Pemakai Jalan Tol dan Petugas Jalan Tol.
4. RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006-2010
Dalam RPJMD 2006-2010, Pemkot Surabaya menegaskan komitmen penataan dan
pengelolaan sektor informal. Selain itu, secara khusus didirikan Dinas Koperasi dan
Sektor Informal. Lembaga tersebut berupaya menyediakan kawasan “legal” bagi PKL
untuk berjualan dan menyediakan dana bergulir.
5. Peraturan Daerah Kota Surabaya No.17 Tahun 2003 tentang penataan dan
pemberdayaan PKL di Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 25


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pada peraturan ini, Kota Surabaya benar – benar mengatur penataan dan
pemberdayaan PKL secara rinci, untuk lebih rinci dapat melihat keseluruhan isi
peratutan perda ini.
6. Peraturan Walikota Surabaya No. 34 Tahun 2005 tentang penetapan lokasi, waktu
kegiatan, jumlah PKL dan jenis barang yang diperdagangkan pada usaha PKL di Kota
Surabaya
Pasal 1
Penetapan lokasi, waktu kegiatan, jumlah PKL dan jenis barang yang diperdagangkan
pada usaha Pedagang Kaki Lima, sebagai berikut :
● Lokasi Gelora 10 Nopember
a. Jumlah PKL : 76
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 16.00 – 24.00 WIB
● Lokasi Jalan Banyu Urip
a. Jumlah PKL : 53
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 17.00 – 24.00 WIB
● Lokasi Jalan Indrapura
a. Jumlah PKL : 43
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 08.00 – 17.00 WIB
● Lokasi Jalan Dharma Husada
a. Jumlah PKL : 144
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 18.00 – 24.00 WIB
● Lokasi Kompleks Pertokoan RMI
a. Jumlah PKL : 76
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 16.00 – 24.00 WIB
● Lokasi Gelora 10 Nopember
a. Jumlah PKL : 30
b. Jenis Dagangan : Makanan
c. Waktu Kegiatan : Pukul 18.00 – 24.00 WIB

Pasal 2
Denah lokasi Pedagang Kaki Lima dimaksud dalam Pasal 1, sebagaimana dinyatakan
dalam Lampiran I sampai dengan V Peraturan Walikota ini.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 26


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 3
Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, semua ketentuan yang pernah
ditetapkan sebelumnya sepanjang bertentangan dengan Peraturan Walikota ini, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surabaya.

11. Monumen-monumen yang terabaikan di Surabaya

Monumen atau “Denkmal“, secara harifiah memiliki fungsi yang utama, yakni
menjadi sebuah simbol dalam ruang publik yang mengajak orang untuk berpikir
(denken), dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada jejak sejarah. Dengan berdirinya
suatu Monumen, diharapkan mampu mendorong para pengunjungnya untuk
merefleksikan peristiwa sejarah, menjadi motivasi di kehidupan sehari-hari. (Goethe
Institute). Gencarnya kegiatan pembangunan di kota-kota besar, jika tidak dikendalikan
bisa mengancam kepunahan benda dan bangunan kuno yang memiliki sejarah penting
bagi bangsa ini. Sudah banyak contoh sejumlah bangunan kuno yang tergolong cagar
budaya telah berubah menjadi pusat pertokoan. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan terus-
menerus sehingga perlu langkah kongkret untuk menyelamatkan cagar budaya. 
Surabaya dengan statusnya sebagai Kota Pahlawan, memang sudah lengkap dengan
masih tersisanya Cagar Budaya dan berdirinya Monumen Perjuangan di beberapa
lokasi. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya mencatat,
setidaknya ada 26 Monumen berdiri kokoh di kota ini. Namun sayang memang, jumlah
yang cukup besar itu, tidak memiliki arti apapun bagi kemajuan Surabaya.

● Permasalahan

Dengan melihat keadaan seperti ini, monumen-monumen yang terabaikan


seharusnya dapat terpelihara dengan baik. Bagaimanapun monumen – monumen
yang berada di Kota Surabaya ini merupakan cagar budaya yang harus
dipertahankan, bukan malah menjadi cagar budaya yang terabaikan.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 27


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

● Identifikasi Permasalahan

Peraturan yang berhubungan dengan monument – monument yang terabaikan


adalah :
1. Undang – undang No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya
Pasal 1 ayat (1)
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah:
● Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang
berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa
gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.
● Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.
Pasal 2
Perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan melestarikan dan
memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

Pasal 4
● Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara.
● Penguasaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi benda cagar budaya yang terdapat di wilayah hukum Republik
Indonesia.

Pasal 18
● Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
Pemerintah
● Masyarakat, kelompok, atau perorangan berperanserta dalam
pengelolaan benda cagar budaya dan situs
● Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan benda cagar budaya dan situs
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. Undang – Undang No. 5 Tahun 2005 tentang pelestarian dan atau lingkungan
cagar budaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 28


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan dari sebuah kota akan berdampak pada pertumbuhan kota
yang semakin maju. Kemajuan dari kota ini akan berpengaruh pada tata ruang kota
tersebut. Apabila pembangunan kota tidak dikendalikan, maka hal ini akan

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 29


Pembangunan Kota di Surabaya
Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

menimbulkan dampak pada tata ruang kota yang semakin tidak terarah.
Pembangunan kota yang terarah diharapkan dapat menjaga keindahan dan
kelestarian lingkungan, salah satunya dengan cara tidak menyalahgunakan
kegunaan lahan RTH menjadi fasilitas umum, tidak mendirikan bangunan liar di
sepanjang bantaran sungai, sempadan sungai, bahkan di sepanjang rel kereta api.
Oleh karena itu agar pembangunan kota tersebut dapat dikendalikan
diperlukan suatu aturan yang mengatur tentang pembangunan kota agar tata ruang
kota dapat terarah, yakni melalui hukum. Hukum yang mengatur tentang
pembangunan kota diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan untuk
keberlangsungan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Penegakan hukum tentang peraturan pembangunan kota masih belum
sepenuhnya terlaksana, baik dari segi pelaksanaan peraturan dan pengawasan,
bahkan pemberian sanksi yang jelas. Dalam penegakan hukum ini perlu adanya
pengawasan yang ketat mengenai pembangunan kota yang sesuai dengan
peraturan tertulis yang tertuang jelas di dalam peraturan daerah maupun undang-
undang. Selain itu, pentingnya kesadaran masyarakat dan penegak hukum untuk
menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat mereka tinggal juga dibutuhkan.

3.2 Rekomendasi
Diharapkan aturan dan undang-undang yang sudah ada ini dapat lebih
ditegakkan lagi dalam hal pengawasannya. Selain itu, dibutuhkan sanksi hukum
yang jelas bagi pelaku pelanggaran agar pelanggaran mengenai hukum
pembangunan kota dapat diminimalisir.

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan 30


Pembangunan Kota di Surabaya

Anda mungkin juga menyukai