Oleh:
Andrixinata
A34070016
B
Dosen
Dr. Ir. Nina maryana, M.Si
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
merupakan komoditas unggul yang memiliki tingkat produksi dan nilai ekonomi
tinggi di Indonesia.Budidaya tanaman kelapa dan sawit di Indonesia sangat luas
sehingga banyak masalah terkait budidaya kelapa dan sawit.Salah satu permasalahan
dalam perkebunan kelapa dan sawit di Indonesia saat ini adalah produktivitas yang
masih di bawah potensi produksi. Hal ini antara lain disebabkan oleh gangguan OPT
(Suhardiono 1993). Oleh sebab itu, untuk mengendalikannya diperlukan pengenalan
OPT yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit.
Hama merupakan salah satu OPT yang menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan dalam perkebunan kelapa dan sawit. Perbedaan hama dari penyakit
adalah kerusakan yang ditimbulkan. Hama menimbulkan kerusakan fisik seperti
gerekan, tusukan, dan lain-lain.Sementara penyakit menimbulkan gangguan fisiologis
pada tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan hama cukup besar, baik penurunan
produksi maupun kematian tanaman. Jenis kerusakan yang ditimbulkan hama dapat
berakibat langsung pada komoditas, seperti serangan pada buah atau tidak langsung
seperti serangan pada bagian tanaman lainnya. Hama dapat menyerang tanaman
mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan.
Sebagian besar hama yang menyerang tanaman kelapa dan sawit adalah
golongan serangga dan mamalia. Hama ini masing-masing menyerang bagian
tanaman tertentu seperti hama daun, batang, buah dan akar. Daya rusak masing-
masing serangga berbeda satu sama lain, sehingga terdapat hama yang dianggap
penting dan kurang penting.
Hama penyerang daun umumnya berupa kutu-kutuan (Hem: Aphididae) atau
penggerek, baik itu ulat penggerek atau kumbang penggerek. Hama penyerang batang
umumnya adalah penggerek dan nematoda. Kemudian hama penyerang akar
umumnya serangga-serangga tanah. Lalu hama yang paling penting adalah hama
penyerang buah yang umumnya mamalia dan serangga.
Pengendalian hama pada tanaman sawit, seperti halnya pada komoditas lain
umumnya dilakukan pengendalian sesuai dengan tingkat keparahan serangan.
Tingakat toleransi keparahan ini tergantung dari ambang ekonomi setiap
komoditas.Umumnya, ambang ekonomi suatu komoditas pertanian adalah 10%.
Ambang ekonomi ini digunakan untuk meminimaliasasi biaya untuk pengendalian,
sehingga biaya pengendalian dapat ditekan sama atau kurang dari kerugian yang
ditimbulkan hama secara ekonomi.
HAMA TANAMAN KELAPA DAN KELAPA SAWIT
Kutu Aspidiotus sp
Ciri-ciri kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 mm betina,
jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah atau merah muda dan betina berwarna
kuning sampai merah. Gejala serangan hama ini berupa bercak-bercak kuning pada
permukaan bagian bawah daun. Pada tingkat serangan berat daun akan berwarna
merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya
terkulai dan mati. Serangan yang berlangsung terus-menerus dalam waktu 2-5 tahun
akan mengakibatkan tanaman tidak mau berbuah. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps
Marshall.atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.
Parasa lepida
Ciri-ciri kupu-kupu memiliki rentang sayap 32-38 mm berwarna kuning emas
muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Gejala yang ditimbulkan berupa gerekan
transparan pada anak daun bagian bawah, bekas ketaman/gigitan yang melebar dan
tersisa urat-urat serta jaringan daun bagian atas, ulat yang instar tua merusak daun
dari pinggir ke tengah sampai lidi, serangan berat menyebabkan daun hanya tinggal
lidinya dan nampak gundul. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan
musuh alami parasitoid larva Apanteles parasae, menggunakn lalat parasitoid pupa
Chaetexorista javana.Pengendalian manual dengan pengumpulan dan pemusnahan
larva dan kepompongnya.Pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan
insektisida Dimecron 50 EC.Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2
EC 2-3 cc/liter air pada stadium larva.
Darna sp
Ciri-ciri imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang sayap 14-20 mm. Masa
pertumbuhan 30-90 hari. Serangan terjadi pada musim kering, gejala berupa bekas
gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai, daun-daun yang
mengalami kerusakan parah berwarna merah padam, kecuali pucuknya dan beberapa
daun yang termuda, tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai seperti layu
terutama saat kering dan akhirnya jatuh, daun-daun muda jarang mengalami
kerusakan. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemangkasan dan pembersihan
daun.Pengendalian biologis dengan menggunakan parasitoid pupa Chaetexorista
javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens, atau tabuhan-tabuhan parasit Chrysis
dan Syntomosphyrum. Pengandalian kimiawi dengan menyuntikkan pestisida
Ambush 2 EC 2-3 ml/liter air atau penyemprotan pada stadium larva atau insektisida
Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi
0,3%.
Ulat Tirathaba
Ciri-ciri ulat berwarna coklat kotor bergaris memanjang pada punggungnya,
berukuran 22 mm. Masa keperidiannya 12-31 hari. Gejala kerusakan pada bunga
jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina, buah yang baru muncul
kadang berlubang-lubang, terdapat banyak kotoran ulat diarea sekitar lubang, bunga-
bunga jantan gugur dan kotoran-kotoran ulat melekat menjadi satu bergumpal-gumpal
kecil, bongkol bunga penuh kotoran ulat dan berbau menyengat. Pengendalian dapat
dilakukan dengan mengumpulakn bunga-bunga yang terserang dan membakarnya,
pemotongan mayang dan membakarnya, membersihan pangkal daun kelapa dari pupa
dan larva. Pengendalian secara biologis dengan menggunakan parasioid telur
Telenomus tirathabae, parasitoid larva Apanteles Tirathabae, lalat parasitoid larva
Eryciabasivulfa sp, parasitoid pupa Melachnineumon muciallae, Trichhospilus
pupivora dan Anacryptus, predator cocopet Exypnus pulchripenneis. Pengendalian
secara kimia dengan menggunakan insektisida Sevin 85 S dengan menyemprotkan
pada bagian bunga dan bagian pangkal daun.