adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi
dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda
yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika
langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam
nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian astronomis: yang paling
tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung
memasukkan astrofisika di nama mereka, kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi,
untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya
astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau
matematika daripada astronomi.
Astronomi Bulan: kawah besar ini adalah Daedalus, yang dipotret kru Apollo 11 selagi
mereka mengedari Bulan pada 1969. Ditemukan di tengah sisi gelap bulan Bumi, garis
tengahnya sekitar 93 km
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih
memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena
sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmusemu yang mengasumsikan
bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit.
Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom
menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Daftar isi
1 Cabang-cabang astronomi
o 1.1 Berdasarkan subyek atau masalah
o 1.2 Cara-cara mendapatkan informasi
2 Sejarah Singkat
3 Astronomi di Indonesia
o 3.1 Masyarakat tradisional
o 3.2 Masa modern
4 Lihat pula
5 Alat astronomi
6 Pranala luar
o 6.1 Organisasi Dalam Negri
o 6.2 Organisasi Internasional
o 6.3 Referensi
7 Catatan kaki
Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek',
biasanya menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti
pembentukan bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian
pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua
ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoretikus mencoba
menggunakan informasi yang ada, di semua panjang gelombang, dan pengamat sering
mengamati di lebih dari satu daerah spektrum.
Astronomi Planet, atau Ilmu Pengetahuan Planet: setan debu Mars. Dipotret oleh NASA
Global Surveyor di orbit Mars, coret gelap yang panjang terbentuk oleh gerakan gumpalan
atmosfer Mars yang berputar-putar (dengan kesamaan ke angin tornado darat). Setan debu
(tempat hitam) mendaki tembok kawah. Coret di setengah tangan benar gambar adalah bukit
pasir di lantai kawah.
Arkheoastronomi
Astrobiologi
Astrokimia
Lihat daftar topik astronomi untuk daftar halaman yang berhubungan dengan astronomi yang
lebih lengkap.
Dalam astronomi, informasi sebagian besar didapat dari deteksi dan analisis radiasi
elektromagnetik, foton, tetapi informasi juga dibawa oleh sinar kosmik, neutrino, dan, dalam
waktu dekat, gelombang gravitasional (lihat LIGO dan LISA). Pembagian astronomi secara
tradisional dibuat berdasarkan rentang daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:
Astronomi optikal menunjuk kepada teknik yang dipakai untuk mengetahui dan
menganalisa cahaya pada daerah sekitar panjang gelombang yang bisa dideteksi oleh
mata (sekitar 400 - 800 nm). Alat yang paling biasa dipakai adalah teleskop, dengan
CCD dan spektrograf.
Astronomi inframerah mengenai deteksi radiasi infra merah (panjang gelombangnya
lebih panjang daripada cahaya merah). Alat yang digunakan hampir sama dengan
astronomi optik dilengkapi peralatan untuk mendeteksi foton infra merah. Teleskop
Ruang Angkasa digunakan untuk mengatasi gangguan pengamatan yang berasal dari
atmosfer.
Astronomi radio memakai alat yang betul-betul berbeda untuk mendeteksi radiasi
dengan panjang gelombang mm sampai cm. Penerimanya mirip dengan yang dipakai
dalam pengiriman siaran radio (yang memakai radiasi dari panjang gelombang itu).
Astronomi optik dan radio bisa dilakukan di observatorium landas bumi, karena atmosfer
transparan pada panjang gelombang itu. Cahaya infra merah benar-benar diserap oleh uap air,
sehingga observatorium infra merah terpaksa ditempatkan di tempat kering yang tinggi atau
di angkasa.
Penelitian astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali penelitian astronom
Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom Muslim al-Farghani (Abu'l-Abbas Ahmad ibn
Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif tentang gerakan benda langit.
Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10,
observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi
yang mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk
menghitung sudut miring dari gerhana. Di Parsi, Umar Khayyām (Ghiyath al-Din Abu'l-Fath
Umar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel astronomis dan
melakukan reformasi kalender yang lebih tepat daripada Kalender Julian dan mirip dengan
Kalender Gregorian. Selama Renaisans Copernicus mengusulkan model heliosentris dari Tata
Surya. Kerjanya dipertahankan, dikembangkan, dan diperbaiki oleh Galileo Galilei dan
Johannes Kepler. Kepler adalah yang pertama untuk memikirkan sistem yang
menggambarkan dengan benar detail gerakan planet dengan Matahari di pusat. Tetapi, Kepler
tidak mengerti sebab di belakang hukum yang ia tulis. Hal itu kemudian diwariskan kepada
Isaac Newton yang akhirnya dengan penemuan dinamika langit dan hukum gravitasinya
dapat menerangkan gerakan planet.
Bintang adalah benda yang sangat jauh. Dengan munculnya spektroskop terbukti bahwa
mereka mirip matahari kita sendiri, tetapi dengan berbagai temperatur, massa dan ukuran.
Keberadaan galaksi kita, Bima Sakti, dan beberapa kelompok bintang terpisah hanya terbukti
pada abad ke-20, serta keberadaan galaksi "eksternal", dan segera sesudahnya, perluasan
Jagad Raya dilihat di resesi kebanyakan galaksi dari kita.
Kosmologi membuat kemajuan sangat besar selama abad ke-20, dengan model Ledakan
Dahsyat yang didukung oleh pengamatan astronomi dan eksperimen fisika, seperti radiasi
kosmik gelombang mikro latar belakang, Hukum Hubble dan Elemen Kosmologikal. Untuk
sejarah astronomi yang lebih terperinci, lihat sejarah astronomi.
Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama
menaruh perhatian pada langit. Keterbatasan pengetahuan membuat kebanyakan pengamatan
dilakukan untuk keperluan astrologi. Pada tingkatan praktis, pengamatan langit digunakan
dalam pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat Jawa misalnya dikenal pranatamangsa,
yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan
tata letak bintang di langit.
Nama-nama asli daerah untuk penyebutan obyek-obyek astronomi juga memperkuat fakta
bahwa pengamatan langit telah dilakukan oleh masyarakat tradisional sejak lama. Lintang
Waluku adalah sebutan masyarakat Jawa tradisional untuk menyebut tiga bintang dalam
sabuk Orion dan digunakan sebagai pertanda dimulainya masa tanam. Gubuk Penceng adalah
nama lain untuk rasi Salib Selatan dan digunakan oleh para nelayan Jawa tradisional dalam
menentukan arah selatan. Joko Belek adalah sebutan untuk Planet Mars, sementara lintang
kemukus adalah sebutan untuk komet. Sebuah bentangan nebula raksasa dengan fitur gelap di
tengahnya disebut sebagai Bimasakti.
Pelaut-pelaut Belanda pertama yang mencapai Indonesia pada akhir abad-16 dan awal abad-
17 adalah juga astronom-astronom ulung, seperti Pieter Dirkszoon Keyser dan Frederick de
Houtman. Lebih 150 tahun kemudian setelah era penjelajahan tersebut, misionaris Belanda
kelahiran Jerman yang menaruh perhatian pada bidang astronomi, Johan Maurits Mohr,
mendirikan observatorium pertamanya di Batavia pada 1765. James Cook, seorang penjelajah
Inggris, dan Louis Antoine de Bougainville, seorang penjelajah Perancis, bahkan pernah
mengunjungi Mohr di observatoriumnya untuk mengamati transit Planet Venus pada 1769[1].
Ilmu astronomi modern makin berkembang setelah pata tahun 1928, atas kebaikan Karel
Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan teh di daerah Malabar, dipasang
beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat, yang menjadi cikal bakal Observatorium
Bosscha, sebagaimana dikenal pada masa kini.
Penelitian astronomi yang dilakukan pada masa kolonial diarahkan pada pengamatan bintang
ganda visual dan survei langit di belahan selatan ekuator bumi, karena pada masa tersebut
belum banyak observatorium untuk pengamatan daerah selatan ekuator.
Lembaga negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di Indonesia
adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Selain pendidikan formal, terdapat wadah informal penggemar astronomi, seperti Himpunan
Astronomi Amatir Jakarta, serta tersedianya planetarium di Taman Ismail Marzuki, Jakarta
yang selalu ramai dipadati pengunjung.
Demikian juga dengan adanya salah seorang putra terbaik bangsa dalam bidang astronomi di
tingkat Internasional, yaitu Profesor Bambang Hidayat yang pernah menjabat sebagai vice
president IAU (International Astronomical Union).
Astronot
Kosmonot
Planet
Roket
Taikonot
Tata surya
Rasi bintang
Astronom dan astrofisikawan
Garis waktu ilmu fisika lubang hitam
Garis waktu kosmologi
Garis waktu astronomi latar belakang mikro-gelombang kosmis
Garis waktu bidang radiasi latar belakang lain
Garis waktu galaksi, kelompok-kelompok galaksi, dan skala besar struktur
Garis waktu medium antar-bintang dan intergalaktik sedang
Garis waktu orang kerdil putih, neutron bintang, dan supernovae
Garis waktu astronomi bintang
Garis waktu astronomi surya
Garis waktu astronomi sistem surya
Garis waktu peta astronomis, katalog, dan meninjau
Garis waktu teleskop, observatorium, dan mematuhi teknologi
Garis waktu satelit buatan dan angkasa memeriksa
International Astronomical Union
American Astronomical Society
Royal Astronomical Society
European Southern Observatory
Himpunan Astronomi Amatir Jakarta
Jogja Astro Club
Departemen Astronomi
Institut Teknologi Bandung
Observatorium Bosscha
[sunting] Referensi