IMPLIKASI TEKTONIK
ABSTRAK
GEOLOGI REGIONAL
Stratigrafi
Batuan dasar Pra-Tersier tersingkap di Pegunungan Meratus (Kalimantan
bagian tenggara), Sulawesi Selatan, dan beberapa hasil pemboran eksplorasi lepas
pantai antara lain bancuh (melange) yang terdiri dari sekis biru dan fragmen-
fragmen ofiolit, material gerusan kerak samudera. Material-material ini diduga
merupakan batuan akresi sepanjang kerak dataran Sunda, pada Kapur Awal
(Letouzey, dkk., 1990; Bransden & Matthews, 1992; Phillips, L.T., dkk., 1991).
Namun selain ditemukannya batuan akresi, juga didapatkan sedimen berlapis
busur depan (Bransden & Matthews, 1992) (gambar 2).
Ketidakselarasan regional pada horison atas Mesozoikum (gambar 3) yang
diduga merupakan bancuh atau metasedimen (Bransden & Matthews, 1992;
daerah Kangean, gambar 2), memperlihatkan peninggian (uplift) dan pengaruh
erosi Paparan Sunda bagian Timur sebelum fase ekstensi. Umur half-graben
berkisar Eosen Awal yang diisi oleh endapan klastik non-marin (Tyrel, dkk., 1986;
Bransden & Matthews, 1992). Selain endapan klastik non-marin ini, juga
ditemukan adanya endapan batubara (gambar 4 & 5).
Pertumbuhan batuan karbonat laut dangkal regional menyebar secara luas
(gambar 6B, 6C & 10), pada tepian paparan dan beberapa daerah yang mengalami
perubahan morfologi dasar laut, yang diduga akibat berkembangnya
struktur tinggian (horst ) Eosen-Miosen Awal dan munculnya intrusi dasar laut.
Pertumbuhan karbonat secara luas terjadi pada Kala Miosen Awal (gambar
6B), yaitu di bagian utara punggungan Kangean dan barat daya Doang, serta
daerah-daerah selatan Kangean, utara Lombok yang mengalami perubahan bentuk
morfologi dasar laut, sedangkan pada Kala Pliosen (gambar 6C) pertumbuhan
karbonat berkurang dan lebih intensif diendapkan material-material klastik litoral
sampai laut dalam.
Secara regional perubahan karbonat pada daerah-daerah paparan atau
tinggian, di daerah-daerah lain yang dengan bentuk cekungan yang ekuivalen,
maka lumpur air dalam, telah diendapkan pada graben-graben yang terbentuk
(lihat gambar 5 & 7). Subsiden regional berlanjut seluruhnya pada Tersier Akhir
dengan tipe fasies yang serupa (gambar 6B, C).
KERANGKA STRUKTUR
Struktur-struktur yang berkembang di Paparan Sunda bagian timur
merupakan produk dari tiga fase tektonik dan telah mengalami penurunan
(subsiden) yang berlangsung selama Kenozoikum.
Struktur-struktur normal Eosen berupa graben-half graben, merupakan
hasil reaktifasi dari struktur-struktur sesar naik Pra-Tersier dengan sesar-sesar
normal sudut rendah dan membentuk geometri ekstensi listrik (Bransden &
Matthews, 1992; Letouzey, dkk., 1990; Prasetyo, 1992) (gambar 8). Selain itu
pula terdapat dip sesar-sesar normal utama yang membatasi graben-half graben
aktif dengan dip umum sebesar 60-80.
Fase selanjutnya adalah fase tenang dengan berhentinya struktur-struktur
normal (post rifting) Paleogen dan penurunan permukaan umum pada Miosen
Tengah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya penebalan lokal dari kumpulan
sesar-sesar normal dengan graben-half graben utamanya mempunyai perbedaan
dalam proses kompaksi (Letouzey, dkk., 1990).
Berkembangnya struktur-struktur kompresi berupa struktur inversi dan struktur
sesar-sesar naik busur belakang (backarc thrusting) pada Miosen Tengah pada
bagian atas-Pliosen merupakan hasil fase tektonik selanjutnya. Yang merupakan
reaktifasi struktur-struktur normal Paleogen (khususnya inversi), selain
membentuk patahan-patahan baru pada busur belakang.
KESIMPULAN
Perkembangan sekitar Cekungan Bali, secara keseluruhan merupakan
produk multifase deformasi dari ekstensi ke kompresi. Berkembangnya struktur-
struktur normal Paleogen diduga akibat gaya pengendali berupa subduksi lempeng
Indo-Australia terhadap busur Sunda-Banda. Selanjutnya terjadi perubahan rejim
tektonik ke kompresi melalui fase tenang (transisi) yang menghasilkan struktur-
struktur inversi sebagai hasil tumbukan mikro kontinen-mikro kontinen terhadap
busur volkanik Sulawesi pada Miosen Tengah, yang diikuti oleh adanya subduksi
dan tumbukan lempeng Indo-Australia ke utara terhadap busur Sunda-Banda pada
Mio-Pliosen yang diduga sebagai penyebab terbentuknya sesar naik busur
belakang (backarc thrusting).
Perkembangan “Cekungan Bali” dapat dianalogikan dengan pra-Cekungan
Jawa Timur (Zona Kendeng) Paleogen.
Implikasi terhadap prospek hidrokarbon, menunjukkan bahwa struktur
inversi akan berperan sebagai jebakan migas (oil trap), sedangkan rift basin
Paleogen dapat berperan sebagai penyedia batuan asal (source rock).