Anda di halaman 1dari 15

10/6/2018 Listiani Ester H.

Utomo: November 2015

Lainnya fatah.ramdhan@gmail.com Dasbor Logout

Listiani Ester H. Utomo

SELASA, 03 NOVEMBER 2015 MENGENAI SAYA


Listiani Ester H. Utomo
TEKTONIK PULAU SUMATRA Lihat profil lengkapku

Tugas Geologi Indonesia


ARSIP BLOG
▼ 2015 (7)
PETA TEKTONIK PULAU ▼ November (7)
TEKTONIK PULAU SUMATRA

SUMATRA TEKTONIK PULAU SULAWESI


TEKTONIK PULAU PAPUA
TEKTONIK PULAU MALUKU
TEKTONIK PULAU KALIMANTAN

TEKTONIK PULAU JAWA


PETA TEKTONIK PULAU BALI DAN
NUSA TENGGARA

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 1/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

Berdasarkan peta tektonik Sumatra tersebut terdapat lipatan-lipatan yaitu, antiklin,


sinklin, normal faults, transcurrent fault, batas transform, monocline, normal fault, thrust.
1. Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling
berlawanan dan saling menjauh (bentuk concav dengan cembung ke atas).
Antiklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang lunak
dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan atau tidak patah
tetapi terbentuk sebuah lipatan.
2. Sinklin merupakan lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu
arah dan saling mendekat (bentuk concav dengan cekungnya mengarah ke atas.
- Jika tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya mendatar dan
bertumpukan yang mengakibatkan permukaan bumi melipat akan
menyebabkan antiklin dan sinklin.
Sinklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang
lunak dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan
atau tidak patah tetapi terbentuk sebuah lipatan.
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling berpapasan (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun
saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-
bentuk (transform fault). Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga
yang berada di daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di
California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang
bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Sesar yang berkembang pada batas transform ini adalah sesar mendatar. Sesar mendatar
merupakan pergerakan strike-slip yang terjadi akibat adanya pelepasan tegasan secara
lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah
sumbu tegasan normal terbesar. Berarti gaya utama (main stress) dan gaya terlemah
berkerja pada arah horizontal. Sesar mendatar ini terdapat di kerak benua dimana selama
pergerakannya menghasilkan slip dan separation dengan arah yang sama.
Batas Transform terjadi Sumatera karena di Sumatera ada dua lempeng yang
begerak berpapasan dan berlawanan disebabkan oleh adanya tenaga endogen. Contohnya
disepanjang Barat Daya pulau Sumatera.

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 2/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015
4. Monocline adalah lipatan sederhana dengan kemiringan (dipping) landai atau hampir
harozontal seperti lengkungan seperti tangga.

Monoklin terjadi di Sumatera karena di Sumatera terdapat jenis batuan yang lunak
dan pada saat terjadi kompresi, batuan tidak akan mengalami patahan atau tidak patah
tetapi terbentuk sebuah lipatan. Antiklin, sinklin, dan monoklin pada umumnya hampir
sama terjadi karena adanya lipatan. Hanya saja jenis batuan dan besar kacilnya tekanan
yang mempengaruhi keterbentukannya.
5. Normal Fault adalah patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu bagiannya
mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya. Gerakan patahan ini adalah
disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan perluasan (ada bidang fault plane).
Nama lain adalah normal-slip fault, patahan gaya berat atau patahan tegang.

Dari empat gambar di atas dapat diketahui dan dilihat dengan jelas bidang
patahan. Pada 4 gambar diatas merupakan contoh yang terjadi dilapangan. Patahan
yang terjadi akan membentuk fault plane. Itulah yang merupakan salah satu ciri yang
menandakan bahwa batuan tesebut mengalami normal fault.
Norma Fault terjadi di Sumatera karena dibagian lempeng sumatera mengalami
hilangnya gaya gravitasi sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi).
6. Thrust (Zona Subduksi) Pada zona subduksi Sumatra, lempeng tektonik India
dan Australia bergerak perlahan ke arah timur laut sebesar 61 mm/ tahun dan
menujam lempeng Burma (bagian dari lempeng Eurasia). Proses penujaman ini
sangat mengakibatkan kedua lempeng saling menekan satu sama lain, dan
menimbulkan tegangan. Apabila tegangan semakin membesar hingga besar
tertentu, maka bagian lempeng akan mulai runtuh karena tidak kuat menahan
tegangan. Keruntuhan tidak terjadi di sepanjang zona subduksi akan tetapi
berada pada bidang-bidang tertentu.
Thrust terjadi di Sumatera karena ada dua lempeng yang saling bertubrukan.
Salahh satu contohnya adalah lempeng tektonik India dan Australia bergerak perlahan ke
arah timur laut sebesar 61 mm/ tahun dan menujam lempeng Burma (bagian dari lempeng
Eurasia).

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 3/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

7. Volcanic centre adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses
keluarnya magma dari dalam bumi (vulkanisme).
- Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi karena aktivitas vulkanik gunung berapi,
gempa vulkanik ini dapat terjadi ratusan kali pada gunung berapi. Gempa ini juga dapat
menyebabkan tsunami.
Paler colours represent undersea extension:
1. Volcanic units (unit vulkanik)
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah
bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan,
terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar
(bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah,
dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km
dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat
menyababkan radang paru-paru jika terhirup.Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun
1883 mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat
mencapai Australia. Abu vulkanik dapat digunakan sebagai bahan pozolan karena
mengandung unsur silika dan alumunia sehingga dapat mengurangi penggunaan semen
sebagai bahan bangunan. Abu vulkanik juga dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung.
- Penyebabnya karena adanya material dari dalam bumi yang keluar saat gunung berapi
mengalami erupsi.
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan
material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri
dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar
(bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah,
dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km
dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat
menyababkan radang paru-paru jika terhirup.Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun
1883 mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat
mencapai Australia. Abu vulkanik dapat digunakan sebagai bahan pozolan karena
mengandung unsur silika dan alumunia sehingga dapat mengurangi penggunaan semen
sebagai bahan bangunan. Abu vulkanik juga dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung.
- Abu yang dikeluarkan Gunung Merapi bisa berdampak serius bagi kesehatan yang
menghirupnya. Abu adalah partikel halus batuan vulkanik yang kelaur dari erupsi
gunung. Diameternya kurang dari 2 mikrometer. Abu vulkanik yang baru saja jatuh
memiliki kandungan lapisan asam yang dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru dan
mata.
2. Sedimentary units (unit sedimen) Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari
pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian
diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama
kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan
tempat lain akan berbeda.

Referensi :
1. A.J.Barber, M.J.Crow and J.S Milson. 2005. Sumatra Geology, Resources and
Tectonic Evalution. The Geological Society London. www.univpgri-
palembang.ac.id. 03 Oktober 2015
2. Anan. (2010, 09 juli). Lipatan dan Patahan. 03 Oktober 2015, dari
http://fernandian.co.id/2010/07/lipatan-dan-patahan.html
3. Anonym. (2015 11 Maret). Abu Vulkanik. 03 Oktober 2015, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Vulkanik
4. Charles adrianto. (2013, 03 Juni). GEOLOGI STRUKTUR. 03Oktober 2015,
dari http://heaveni-truelov3.blogspot.co.id/2013/06/geologi-struktur.html?m=1

Diposting oleh Listiani Ester H. Utomo di 09.35 Tidak ada komentar:

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 4/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

TEKTONIK PULAU SULAWESI

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU


SULAWESI

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

Geologi Sulawesi
Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi
menjadi empat, yaitu: Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc)
sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala
tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 5/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala Timur (East Sulawesi
Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi
dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan keempat adalah Fragmen Benua Banggai-
Sula-Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan
pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.
TEKTONIK PULAU SULAWESI
Tektonik pulau sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform.
Untuk kawasan konvergen di sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan
lempeng Indo-Australia saling bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini
bersifat tumbukan. Tumbukan antar lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-
Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng benua hingga masuk ke
Astenosfer merupakan (zona melange), dimana di tempat ini merupakan kedudukan titik-
titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona mélange di pulau sulawesi, palung
lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sedimen tersebut
terperangkap diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami pergeseran dan teranjakan.
Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, maka terbentuklah cekungan sedimen di
pulau jawa
Setelah mengalami pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga
lempeng ini, Pulau Sulawesi mengalami morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous
accretionary Complex berupa busur vulkanik Neogene yang terjadi di daerah barat
Sulawesi. Kemudian juga terbentuk Ophiolite complex pada bagian timur dan sisa lengan
timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk batuan metamorf yang mana batuan
metamorf ini terkandung pada material-material yang terdapat pada kedua benua dan
lautan, yang kemudian mengalami pendorongan dari barat menuju bagian atas barat
Sulawesi, kemudian terangkat keatas sehingga terbentuklah rangkaian pegunungan.
Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas magmatik tersier khususnya di
bagian barat sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai zaman Kristalisasi
Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene. Khus pada
zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga pliocene terjadi
prores ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek
dari Miocene tengah hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan
Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada
umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-benua, pada benua kecil terbagi dari
lempeng Australian-New Guinea yang disubduksikan bagian bawah barat-Sundaland
utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan antara dua benua (Buton-
Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau Sulawesi ini juga
terdapat benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah
kearah barat sepanjang pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut
Philipine, yang kemudian berlanjut mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite
Complex.
Sedangkan untuk kawasan Transform di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng
bergerak lateral berlawanan arah, yang mana tepi lempeng bergesekan sehingga
mengakibatkan adanya patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW bagian
palu koro yang mengalami sesar Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju
bagian utara dari Sulawesi timur. Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi
akibat terasosiasi dengan rezim transtensional. Pergerakan transtensional ini juga
mengalami cekungan-cekungan sehingga terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi
Sulawesi.
TEKTONIK DAN STRUKTUR
Secara tektonik Pulau Sulawesi dibagi dalam empat mintakat yang didasari atas
sejarah pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan
Sulawesi Tengah yang bersatu pada kala Miosen – Pliosen oleh interaksi antara
lempeng Pasifik, Australia tehadap lempeng Asia. Interaksi ketiga lempeng tersebut
memberikan pengaruh cukup besar terhadap kejadian bencana alam geologi di
Sulawesi pada umumnya dalam wujud gempa bumi, tsunami, gerakan tanah,
gunungapi dan banjir yang senantiasa terjadi seiring dengan berlangsungnya aktivitas
tektonik.
Di kawasan Pulau Sulawesi terdapat sedikitnya 9 unsur tektonik dan struktur
yang dapat memicu terjadinya gempa dan tsunami yaitu patahan Walanae, patahan

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 6/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015
Palu-Koro, patahan Matano-Lawanoppo, patahan Kolaka, patahan Paternoster,
patahan Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut Sulawesi dan
subduksi lempeng Maluku. Struktur – struktur tersebut diatas merupakan dampak dari
pada aktivitas tektonik Neogen yang bekerja di kawasan Sulawesi
1. Patahan Walanae
Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan
membentang dari selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui
Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan
berakhir di Selat Makassar. Sifat pergerakan adalah sinistral atau mengiri.
Patahan Walanae merupakan percabangan dari lanjutan patahan Palu-Koro
yang melalui Teluk Bone dan di ujung barat laut menerus hingga patahan
Paternoster di Selat Makassar.
2. Patahan Palu-Koro
Patahan Palu-Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan (Malili)
hingga teluk bone sepanjang ± 240 km. Bersifat sinistral dan aktif dengan
kecepatan sekitar 25-30 mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005).
Patahan Palu-Koro berhubungan dengan patahan Matano-Sorong dan
Lawanoppo-Kendari, sedang di ujung utara melalui Selat Makassar berpotongan
dengan zona subduksi lempeng Laut Sulawesi.
3. Patahan Matano dan Lawanoppo
Patahan Matano dan Lawanoppo berpotongan atau menyatu di ujung
utara dengan patahan Palu-Koro, yang mendapat energi dari perpanjangan
patahan Sorong dan Tukang Besi di Laut Banda. Kedua patahan ini bersifat
sinistral dan aktif, berhubungan dengan pembentukan danau Matano, Towuti
dan beberapa depresi kecil lainnya.
4. Patahan Kolaka
Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda
membentuk patahan geser Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Patahan ini
memanjang dari tenggara ke baratlaut melalui Kolaka hingga Teluk Bone
memotong patahan Palu-koro (bawah laut) berlanjut ke kota Palopo ke arah
puncak Palopo-Toraja.
5. Patahan Paternoster
Patahan ini terbentang memanjang dari tenggara ke baratlaut di Selat
Makassar bersifat destral (menganan) dan aktif. Patahan ini berhubungan
dengan patahan Walanae di daratan Sulawesi. Pada bagian selatannya sejajar
dengan patahan Flores Barat yang memotong patahan naik Selat Makassar
yang juga sifatnya destral.
6. Patahan Gorontalo
Patahan Gorontalo terbentang melalui kota Gorontalo dari tenggara ke
baratlaut. Pembentukannya berhubungan dengan keaktifan subduksi lempeng
Laut Sulawesi. Sifatnya destral dan aktif.
7. Patahan naik (thrust) Batui-Balantak
Patahan Batui-Balantak terbentuk oleh pengaruh pergerakan lempeng
Pasifik Barat ke barat melalui patahan Sorong dan Matano membentuk patahan
naik yang aktif.
8. Subduksi lempeng Laut Sulawesi
Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang dari
barat ke timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan di bawah
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang aktif
diduga membentuk gunungapi Una-una dan deretan gunungapi Manado-
Sangihe.
9. Subduksi lempeng Laut Maluku
Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara Sulawesi dari
utara ke selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku menunjam ke
barat masuk di bawah busur Manado-Sangihe, berhubungan dengan
volkanisme dan gempa di kawasan ini.

Referensi
1. Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau Sulawesi. Diperoleh 20 Oktober 2015
dari http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html
2. Armstrong F. Sompotan. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakan Sains Kebumian
Institut Teknologi Bandung.
http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 7/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

https://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_sulawesi_oleh. Diperoleh 20
Oktober 2015

Diposting oleh Listiani Ester H. Utomo di 09.22 Tidak ada komentar:

TEKTONIK PULAU PAPUA

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU


PAPUA

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

PETA TEKTONIK PAPUA

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 8/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

Zona – zona tektonik papua


ANTIKLIN

Peta Tektonik Papua


Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu
lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur
subduksi terdapat di perairan utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat
Fakfak sampai perairan selatan Kaimana.
Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia dan
lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur sesar pegunungan tengah
yang memanjang dari barat ke timur di bagian tengah pulau Papua, cekungan utara Papua
dan pengangkatan di pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun).
Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang
terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser
mengiri, sebelah utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke
timur. Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Lereng
curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami ketika ada getaran

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 9/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

gempa. Gempa yang sering terjadi dengan kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan di
sekitar leher burung.

Sesar Sorong

Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama 40 juta
tahun telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-
pulau yang terbentuk karena adanya sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke
arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang
sampai sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal
melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah bercabang di
wilayah kepala burung.
Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang berpotensi
menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koor yang membentang dari
Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki,
sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat
laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang membentang
dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang
membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang
membentang dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang
di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan
akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan
tsunami.

Refernsi
1. Anonym. Tektonik Geologi Papua. Diperoleh 22 Oktober 2015 dari
(https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/

Diposting oleh Listiani Ester H. Utomo di 09.14 Tidak ada komentar:

TEKTONIK PULAU MALUKU

Tugas Geologi Indonesia

PETA TEKTONIK PULAU


MALUKU

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 10/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

Oleh
Kelompok 3

AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 11/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

1. Maluku Utara
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan,
dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353
pulau dengan luas kira-kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas 107.381
km². Gugusan kepulauan di kawasan Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang
besar, Palung-palung samudra, dan Punggung Pegunungan yang sangat mencolok
saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku
Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua sistem
bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem
Bentang Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan
Cekungan Halmahera di timur.
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di
kawasan ini. Lempeng Laut Maluku, yaitu sebuah lempeng benua kecil
mengalami tumbukan ke Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah
timur di bawah Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh Patahan
Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang
pantai barat Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis,
antara lain adalah : Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material
vulkanis yang terangkat, sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat.
Mayu dan Tifore yang terletak di sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi
merupakan keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia
bagian Timur termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979).
Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng Samudera Philipina yang menunjam di
bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur
kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan
dengan Double ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan
barat dan nonvulkanik di lengan timur.
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat
bersamaan dengan Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat
jelas pada formasi Weda yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan
berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.

Tektonik Indonesia Timur (Hamilton,2000)


Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah
Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal
dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan
batuan berumur Eosen-oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang
berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi
pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa
pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu gamping.
2. Sistem Ternate
a. palung belakang (bagian dari halmahera)
b. busur dalam vulkanis (zona ternate)
c. palung antara (palung-palung morotai-ternate-batjan)
http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 12/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

d. busur luar non vulkanis (punggungan snellius-maju-obi)


3. Maluku Selatan/ Busur Banda
Bagian tengah dari basin banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar
a. busur dalam (adanya vulkanisme aktif)
b. busur luar (bebas dari vulkanisme)
4. Basin Banda Tengah
Diantara damar dan buru dan juga diantara api dan bada
5. Basin Banda
a. Terdiri dari bagian utara dan selatan
b. Utara (terletak diantara sulawesi dan buru)
c. Selatan (terletak antara batutara dibagian barat dan manuk sebelah timur)
6. Busur banda

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 13/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

Laut Maluku merupakan zona tumbukan busur dengan busur, yang terletak di
daerah pertemuan antara lempeng – lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina (Gambar 1).
Disebelah timur dijumpai busur gunung api aktif Halmahera, dan disebelah barat di
jumpai busur gunung api aktif Sangihe. Data gempa bumi menunjukkan adanya zona
Benioff yang menunjam kearah timur dan yang menunjam kearah barat, atau kearah
menjauh dari Laut Maluku. Kedua busur magmatik didaerah ini di pisahkan oleh jarak
terdekat 250k m, dimarta dimasing – masing sisi busur dijumpai palung sampai 3 k m
dalamnya. Di antara palung - palung tersebut di jumpai morfologi tinggi, yaitu
punggungan Mayu - Talaud yang dibeberapa tempat muncul kepermukaan sebagai pulau,
yaitu Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore. Gempa – gempa dangkal
terkonsentrasikan dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis
mekanisme fokal menunjukkan tipe sesar naik (Fitch, 1970) .

a. Struktur Zona Tumbukan


Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesetangkupan struktur yang menonjol.
Punggungan Mayu – Talaud adalah bagian dari punggungan besar yang terdeformasi dan
terdiri atas batuan sedimen klastik. Punggungan tersebut di bagian sisi timur maupun

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 14/15
10/6/2018 Listiani Ester H. Utomo: November 2015

baratnya dibatasi oleh palung yang juga ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap
bagian depan kedua busur. Singkapan punggungan tersebut dijumpai di Pulau Mayu,
Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa batuan sedimen Tersier yang terdeformasi, serta
bancuh yang mengandung bongkab – bongkah aneka ragam batuan, seperti peridotit,
serpentinit, gabro, serta batuan gunung api dan sedimen Tersier dalam matriks yang
tergeruskan.
b. Perkembangan Zona Tumbukan
Silver & Moore (1981) menjelaskan bahwa perkembangan struktur zona
tumbukan di Laut Maluku adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 3. Diasumsikan
bahwa masing - masing system busur sebelum terjadi tumbukan terdiri atas busur gunung
api aktif, kompleks tunjaman, serta cekungan busur muka. Diduga tunjaman kebarat
dibaw ah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama dibanding tunjaman kearah timur dibawah
Halmahera. Hal ini didasarkan bahwa zona Benioff diSangihe lebih dalam dibanding
yang di bawah Halmahera, meskipun ini juga dapat mencerminkan bahwa laju
penunjaman dibawah Sangihe lebih cepat. Prosesa krasi kedua kompleks tunjaman
ditafsirkan berhenti ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya, proses konvergen
sitersebut mengakibatkan zona tumbukan terangkat dan te rjadi penebalan di zona ini,
disertai pelipatan dan pensesar - naikan.

Referensi
1. Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23
Oktober 2015, dari earthjay.com/?p=2040
2. B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU,
KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR. Pusat
survey Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15.
repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf.
Diperoleh 23 Oktober 2015

Diposting oleh Listiani Ester H. Utomo di 08.51 Tidak ada komentar:

Postingan Lebih Baru Beranda Postingan Lama

Langganan: Postingan (Atom)

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

http://listianiesterhutomo.blogspot.com/2015/11/ 15/15

Anda mungkin juga menyukai