Aspek Hukum Dalam Ekonomi
SUBJEK HUKUM
Subjek Hukum : Orang/perso atau setiap mahluk yang berwenang untuk
miliki/memperoleh dan menggunakan hak dan kewajiban dalam lalu lintas
hukum.
Manusia biasa/Natuleruly Person adalah Manusia sebagai subjek hukum yang
telah mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya dan di jamin oleh
hukum yang berlaku.
Badan Hukum adalah Merupakan badan‐badan/perkumpulan/badan hukum
yakni orang yang diciptakan oleh hukum.
Badan Hukum ada 2 (dua):
1. Badan Hukum Private (Privar Rechts Persoon) => Badan Amal, PT,
Koperasi, Yayasan.
2. Badan Hukum Publik (Publik Rechts Persoon) => BI, BNI, dan perusahaan
negara.
Badan Hukum Private adalah Badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum sipil/perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang didalam
badan hukum itu.
Badan Hukum Publik adalah Badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum publik yang menyangkut orang banyak/negara umumnya.
1
2
OBJEK HUKUM
1. Benda yang bersifat kebendaan
Suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dan dirasakan dengan
panca indra.
a. Benda berwujud
b. Benda tidak berwujud
2. Benda tidak bertubuh/tidak berwujud
Suatu benda yang hanya dirasakan oleh panca indra saja dan kemudian
dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan.
Contoh: Penciptaan Musik/Lagu, Lukisan, Merk/Hak Paten.
Pada Pasal 499 KUHPerdata (KUHPER) menjelaskan.
Objek hukum merupakan benda segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum/segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi
para subjek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi objek dari hak
milih atau eigendom.
HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAR PELUNASAN UTANG (Hak
Jaminan)
Adalah: Hak jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan
kewenangan untuk melakukan eksekusi kepada benda yang
dijadikan jaminan jika debitor melakukan wansprestasi terhadap
suatu perjanjian.
MACAM – MACAM PELUNASAN HUTANG
A. Perlunasan Hutang Dengan Jaminan Umum
Berdasarkan Pasal 1131 KUHPer:
Segala kebendaan si berutang baik yang ada maupun yang akan ada, baik
bergerak maupun tidak bergerak merupakan jaminan terhadap perlunasan
hutang yang dibuatnya.
Berdasarkan Pasal 1132 KUHper:
Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama‐sama bagi semua orang yang
mengutankan padanya, pendapatan, penjualan benda‐benda itu di bagi‐bagi
menutur keseimbangan.
Muhammad Brame Raufi Agean
3
B. Perlunasan Hutang Dengan Jaminan Khusus
Menurut Pasal 1150 – 1160 KUHPer
Gadai adalah hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak yang
diberikan kepadanya oleh orang lain atas namanya untuk menjamin suatu
hutang.
Menurut UU HT Pasal 1, Hak Tanggungan merupakan hak jaminan atas
tanah yang dibebankan berikut benda‐benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu. Untuk pelunasan hutang dan memberikan
kedudukan yang diutamakn kepada kreditor tertentu terhadap kreditor‐
kreditor yang lain (SHGB, Hak Milik, Hak Pakai Atas Tanah Negara).
SUMBER HUKUM
1. Undang – undang
2. Peraturan Pemerintah (PERPU), merupakan peraturan yang ditetapkan
oleh Presiden.
3. Yuris Prudensi, Merupakan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap yang secara umum memutuskan sesuatu
persoalan yang belum ada peraturannya pada sumber hukum lain.
4. Perjanjian adalah setiap perjanjian yang dibuat dengan sah dan berlaku
mengikat kedua belah pihak sebagaimana sepertihalnya undang‐undang.
5. Dokrin / Pendapat Para Ahli => dapat digunakan sebagai landasan untuk
memecahkan masalah‐masalah yang langsung tidak langsung berkaitan
satu sama lain.
6. Hukum Internasional
7. Kebiasaan.
KLASIFIKASI HUKUM.
1. Berdasarkan wilayah berlakunya (Hukum Nasional / Internasional)
2. Berdasarkan Isinya
a. Hukum Khusus (Lex Specialis) => Hukum waris, Hukum bisnis, Hukum
perkawinan, Hukum Agreris/pertanahan.
b. Hukum Umum ( Lex Generalis) => Pidana, Tata Usaha Negara, Hukum
Dagang, Hukum Pajak.
3. Berdasarkan Fungsinya.
a. Hukum Materil: Hukum yang terdiri dari aturan‐aturan yang
memberikan hak dan membebankan kewajiban.
b. Hukum Formil: Peraturan hukum yang fungsinya menegakkan hukum
materil tersebut agar tidak dilanggar.
Muhammad Brame Raufi Agean
4
HUKUM
PRIVATE PUBLIK
Nasional Hukum Hukum Hukum
Internasional Tata Negara Pidana Pajak
Perdata
Sistimatika Hukum Hukum Hukum Hukum Sistimatika Menurut
Ilmu Pengetahuan Waris Perkawinan Dagang Agreria KUHPerdata
1. Hukum Perorangan 1. Hukum Perorangan
2. Hukum Keluarga 2. Hukum Benda
3. Hukum Waris 3. Hukum Perikatan
4. Hukum Harta Kekayaan 4. Hukum Pembuktian dan
Daluarsa
Daluwarsa adalah :
Seseorang yang telah 20 tahun menguasai suatu benda tidak bergerak, suatu
bunga atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan
itikad baik dan dengan alas an yang sah dapat menjadi pemilik benda / hak
yang bersangkutan.
Muhammad Brame Raufi Agean
5
HUKUM PERIKATAN
A. Perikatan
Pendapat para ahli:
R. Subekti, tidak menggunakan hukum perikatan, tetapi menggunakn
istilah perikatn (verbintensi) mempunyai arti yang luas dari perjanjian,
sebab di dalam Buk III KUH Perdata memuat tentang perikatan dapat
terjadi karena:
1. Persetujuan atau perjanjian
2. Perbuatan yang melanggar hukum
3. Pengurusan kepentingan ornag lain yang tidak
berdasarkan persetujuan.
Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak
yang lain untuk melaksanakan suatu hal. Dari perjanjian ini ma ka timblah
suatu peristiwa berupa hubungan hukum antara kedua belah pihak.
Hubungan hukum yang dinamakan dengan Perikatan.
R. Setiawan, Perikatan adalah Suatu hubungan hukum antara sejumlah
subjek‐subjek hukum, sehubungan dengan itu, seorang atau beberapa
orang dari padanya mengikat dirinya untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu tehadap pihak lain.
Unsur‐unsur perikatan:
1. Adanya hubungan hukum
2. Antara seorang dengan satu atau beberapa orang
3. Melakukan atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu melakukan
atau tidak melakukan dan memberikan sesuatu di dalam perikatan
disebut dengna prestsi, atau objek dari perikatan.
Perikatan => Mempunyai kewajiban untuk memenuhi sesuatu yang menjadi
hak dari pihak lain (adanya dasar hukum).
Perjanjian => Salah satu pihak berhak menuntut sesuatu dari pihak lain dan
pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tunturan itu.
Muhammad Brame Raufi Agean
6
B. Dasar Hukum Perikatan
Menurut Pasal 1234 KUHPerdata suatu perikantan terjadi karena:
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2. Perikatan yang timbul dari undang‐undang
3. Perikatan terjadi karena perbuatan melanggar
hukum/perbuatan yang bertentangan dengan undang‐
undang.
C. Asas‐asas dalam Hukum Perikatan
1. Asas kebebasan berkontrak
Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu
perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya
dan belaku sebagai undang‐undang bagi mereka yang membuatnya.
2. Asas Konsensualisme
Artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya kata sekapat
antara para pihak mengenai hal‐hal pokok dan memerlukan sesuatu
formalitas.
Dalam Pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian:
a. Kata sepakat antara pihak yang mengikatkan diri
b. Cakap (21 Tahun) untuk membuat suatu perjanjian
c. Mengenai suatu hal tertentu.
d. Suatu sebab yang halal => Isi dan tujuannya tidak saling
merugikan.
D. Wansprestasi (kelalaian/ingkar janji/kealpaan)
Ada empat kategori :
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. Melaksanakan apa yang dijnjikannya, tetapi sebagaimana yang dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukanya.
Akibat‐akibat Wansprestasi ( sanksi/Hukuman):
‐ Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi)
‐ Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
‐ Peralihan resiko
Muhammad Brame Raufi Agean
7
E. Hapusnya Perikatan
Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, ada 10 (sepuluh) cara penghapusan suatu
perikatan sbb:
1. Pembayaran merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan
3. Pembaruan hutang
4. Perjumpaan uang atau kompensasi
5. Percampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Batal/pembatalan
9. Berlakunya suatu syarat batal
10. Lewat waktu
Muhammad Brame Raufi Agean
8
HUKUM PERJANJIAN
A. PERJANJIAN JUAL BELI
Yang dimaksud perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian 2 (dua)
orang atau lebih, dimana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk
menyerahkan hak milik atas barang yang dijualnya, sedangkan pihak yang
lain (pembeli) berjanji untuk membayar sejumlah uang sebagai imbalan
perolehan hak atas barang tadi.
Unsur pokok jual beli:
☺ Barang dan Jasa saat terjadinya jual beli/lahirnya jual beli adalah pada
saat tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harganya sesuai
dengan asas konsensualisme (Asal kata konsensus yang artinya
kesepakatan)
☺ Pasal 1458 KUHPerdata yang berbunyi jual beli dianggap sudah terjadi
antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai kata sepakat
tentang barang dan harga, meskipun barang belum diserahkan dan
hargannya belum dibayar.
Kewajiban Penjual :
1. Menyerahkan hak milik atas barang (meliputi semua perbuatan yang
menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang
yang dijual tadi)
‐ Penyerahan hak milik atas barang
‐ Penyerahan kekuasaan atas barang
2. Menanggung kenikmatan tenreram atas barang (cacat yuridis)
3. Menanggung atas cacat tersembunyi dari barang‐barang dijualnya.
Maksudnya barang yang dijual tidak dapat dipakai untuk keperluan
uang dimaksud/cacat yang tidak mudah dilihat oleh pembeli.
B. PERJANJIAN SEWA MENYEWA
Dalam Pasal 1548 KUHPerdata bahwa sewa menyewa ialah
persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk
memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang,
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga yang
oleh pihak penyewa yang tidak disanggupi pembayarannya.
Hak dan Kewajiban dari kedua belah pihak:
Menyerahkan barang yang disewahkan
Menjamin barang tidak cacat
Menjamin sipenyewa akan dapat menikmati dengan barang yang disewa
Muhammad Brame Raufi Agean
9
C. PERJANJIAN PINJAM (PINAJAM MEMINJAM)
Pada Pasal 1740 KUHPerdata dan perjanjian pinjaman pengganti,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1753 KUHPerdata, dalam perkembangan
bisnis selanjutnya dikenal perjanjian kredit sebagai perjanjian pinjaman
khusus.
D. PERJANJIAN PINJAM PAKAI
Perjanjian ini merupakan pinjaman barang oleh seseorang kepada
orang lain dan barang tesebut dikembalikan dalam bentuk aslinya atau
dalam bentuk semula.
Perjanjian pinjam yang tidak dapat diganti jenis perjanjian ini tidak
mengisyarakatkan penggantian jasa berupa sewa atau pembayaran, namun
sewaktu‐waktu si peminjam atau si pemilik dapat meminta kembali
barannya.
E. PERJANJIAN PINJAM PENGGATI
Diatur dalam Pasal 1754 – 1769 KUHPerdata
Pasal 1754 menyebutkan bahwa perjanjian pinjaman mengganti / pinjaman
dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah
tertentu yang dapat habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak
lain itu akan mengembalikan sejumlah yang sama jenis dan sifat yang sama.
F. PERJANJIAN PEMBERIAN KUASA
Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan pemberian kuasa adalah
suatu persetujuan dengan seorang memberikan kekuasaan kepada orang
lain, yang menerimanya untuk atas nama menyelenggarakan suatu urusan,
misalnya:
‐ Tindakan orang tua / wali terhadap anak
‐ Tindakan guru atas murid‐murid
‐ Tindakan buruh melakukan kuasa pada majikannya (di wakili oleh
pengacara karena ini menyangkut upah).
Muhammad Brame Raufi Agean