Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Siklisasi sitronelal menjadi isopulegol merupakan tahapan penting dalam
sintesis mentol. Mentol merupakan material penting dalam industri pewangi yang
mempunyai karakteristik bau pepermin. Mentol digunakan secara luas dalam
bidang farmasi, kosmetik, pasta gigi, dan produk-produk lainnya
(Sastrohamidjojo, 2004). Mentol alam diperoleh secara fisika melalui proses
sentrifugasi dari sumber-sumber alami (dementholized Cornmint Oil), seperti
minyak dari Mentha arvensis atau Mentha piperita (Trasarti et al., 2007). Produk
yang dihasilkan dari proses sentrifugasi ini hanya sedikit, sehingga perlu
dilakukan usaha untuk memproduksi mentol sintetis dari bahan baku yang lebih
mudah didapat. Mentol sintetis dapat diperoleh dari senyawa terpenoid seperti
(+)-sitronelal, sitral, (+)-pulegone, (+)-limonene, dan (+)-β-pinene (Nie et al.,
2007).
Produksi mentol dari minyak sitronela merupakan cara yang paling
populer. Proses ini telah digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Sitronelal dipisahkan dari minyak sitronela dengan distilasi kemudian dilakukan
siklisasi menggunakan katalis seperti silika. Isopulegol yang dihasilkan
selanjutnya dihidrogenasi menghasilkan mentol yang memiliki aroma pepermin
dan memberi pengaruh rasa dingin.
Katalis homogen yang ditemukan aktif untuk reaksi siklisasi sitronelal
bersifat asam Lewis. Diantara katalis homogen yang aktif untuk reaksi siklisasi
sitronelal adalah tris(2,6-diarilphenoksi) aluminium yang menghasilkan
selektivitas terhadap (-)-isopulegol mendekati 100% serta katalis ZnBr2 yang
menunjukkan selektivitas yang tinggi untuk (-)-isopulegol yaitu sebesar 94% dan
dipergunakan dalam industri (Yongzhong et al., 2005). Akan tetapi penggunaan
katalis homogen menghasilkan produk yang sulit dipisahkan dari campuran
reaksi, sehingga penggunaan katalis homogen kurang disukai untuk semua proses
yang dilakukan dalam skala industri, dan beralih ke penggunaan katalis heterogen.

1
Katalis heterogen yang aktif dan selektif pada reaksi siklisasi sitronelal
menghasilkan isopulegol, mengandung kombinasi sisi asam Lewis yang kuat dan
sisi asam Brønsted yang lemah (Chuah et al., 2001). Sejumlah katalis heterogen
yang aktif untuk reaksi siklisasi sitronelal termasuk logam Cu__Cr, zeolit beta,
MCM-41, HY, mordenit, MCM-22, alumina, campuran oksida SiO2__TiO2,
SiO2__ZrO2 dan SiO2__Al2O3 dengan maupun tanpa tembaga, zirkonia sulfat, dan
montmorillonit tersusbtitusi kation logam (Yongzhong et al., 2004). Penggunaan
katalis heterogen tersebut memudahkan proses pemisahan isopulegol yang
terbentuk dari campuran reaksi dan katalis tersebut dapat digunakan lagi
meskipun selektivitasnya untuk (±)-isopulegol biasanya rendah 52-75%
(Yongzhong et al., 2004). Dilaporkan juga bahwa zirkonium zeolit beta
merupakan katalis dengan aktivitas tinggi dalam reaksi siklisasi dan bahkan
selektivitasnya untuk (±)-isopulegol diatas 93%.
MCM-41 merupakan material dengan struktur teratur dengan rongga
(channel) seragam, membentuk susunan heksagonal, luas permukaan spesifik
yang besar (1000 m2/g) serta stabilitas termal yang baik (Beck et al., 1992).
Sebagai katalis heterogen, MCM-41 memiliki pori-pori cukup besar sehingga
dapat digunakan pada reaksi organik. Akan tetapi, katalis MCM-41 murni
tidak memiliki sifat keasaman yang cukup untuk digunakan secara langsung
sebagai katalis, sehingga perlu memasukkan logam atau bukan logam pada
MCM-41 untuk menciptakan sisi-sisi asam. Sejumlah ion logam transisi
seperti Zn (Lu et al., 2002) dan Ti, V, Cr, Fe, Co, Ni, Mn, Cu, La, dan Ru
(Chaliha dan Bhattacharyya, 2007) telah berhasil memasukkan dalam kerangka
MCM-41 dan menghasilkan katalis yang memiliki sisi keasaman, baik sisi
asam Brønsted maupun Lewis.
Penambahan ion logam Al dalam struktur MCM-41 dapat
meningkatkan sifat keasaman MCM-41 baik sisi asam Lewis maupun asam
Brønsted (Bhattacharyya et al., 2001). Keasaman katalis MCM-41 berbanding
lurus dengan jumlah ion logam Al dalam struktur MCM-41. Seperti yang
dilaporkan oleh Pandurangan et al., (2006), Ajaikumar et al., (2008) bahwa
keasaman katalis Al-MCM-41 meningkat dengan meningkatnya jumlah ion
logam Al yang masuk dalam struktur MCM-41.

2
Sifat keasaman tersebut di atas, lebih meningkat lagi jika ke dalam
struktur Al-MCM-41 dimasukkan ion-ion logam transisi seperti Zn, Fe, Mn
atau Ni. Hal ini sesuai dengan yang telah dilaporkan oleh Selvaraj et al.,
(2004) bahwa Al-MCM-41 memiliki jumlah keasaman Lewis dan Brønsted
rendah, namun setelah penambahan kation logam Zn, total keasaman Zn-Al-
MCM-41 menjadi lebih besar. Fenomena yang sama juga dilaporkan oleh
Savida dan Pandurangan (2004), bahwa keasaman katalis Al-MCM-41 yang
diukur dengan teknik TPD-NH3 meningkat dengan penambahan kation logam
Zn menjadi Zn-Al-MCM-41. Demikian pula dengan penambahan ion logam Fe
pada sintesis Al-MCM-41, keasaman katalis Fe-Al-MCM-41 yang dihasilkan
meningkat. Disamping itu juga dilaporkan bahwa hasil uji keasaman dengan
teknik piridin menunjukkan keasaman katalis (sisi asam Brønsted dan Lewis)
meningkat dengan penambahan ion logam Zn dan Fe (Savida dan
Pandurangan, 2004). Selain itu, Vetrivel dan Pandurangan (2004) juga
melaporkan bahwa dengan adanya ion logam Mn pada Mn-Al-MCM-41
meningkatkan sisi asam Lewis katalis yang berarti dapat meningkatkan
aktivitasnya dalam reaksi pembentukan benzaldehid dan asetofenon dari etil
benzena.
Fang et al., (2005) melaporkan bahwa Al-MCM-41 memiliki jumlah
keasaman Lewis dan Brønsted rendah, tetapi setelah diimpregnasi dengan ion
logam Ni, maka jumlah keasamannya menjadi lebih besar. Peningkatan keasaman
total juga teramati pada katalis Ni-Al-MCM-41 yang disintesis dengan metode
hidrotermal. Pengamatan lebih detail menunjukkan terjadinya peningkatan sisi
asam Lewis dan pengurangan sisi asam Brønsted pada katalis Al-MCM-41 setelah
ditambah ion logam Ni. Hasil uji aktivitas pada reaksi siklisasi sitronelal
menunjukkan bahwa aktivitas katalis Ni-Al-MCM-41 lebih besar dari pada
katalis Al-MCM-41 sesuai dengan nilai keasaman katalis tersebut dengan besar
konversi sitronelal masing-masing adalah 97% dan 96%, sedangkan produk
isopulegol berturut-turut adalah 75% dan 68% (Komariah, 2009).
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa peranan ion
logam Ni sangat penting dalam meningkatkan sisi keasaman Lewis yang pada
akhirnya dapat meningkatkan aktivitas dan selektivitas katalis. Namun belum

3
ada laporan tentang pengaruh variasi kandungan logam Ni dalam katalis Al-
MCM-41 terhadap peningkatan aktivitas dan selektivitas katalis. Oleh karena
itu perlu dilakukan sintesis Ni-Al-MCM-41 menggunakan metode hidrotermal
dengan memvariasikan jumlah ion logam Ni atau rasio (Si/Ni+Al), yang
diharapkan katalis dengan jumlah sisi asam Lewis lebih besar dari pada jumlah
sisi asam Brønsted. Sasaran ini disesuaikan dengan laporan dari Yongzhong et at.,
(2005), bahwa katalis yang mempunyai jumlah sisi asam Lewis lebih besar dari
sisi asam Brønstednya mempunyai aktivitas dan selektivitas yang tinggi terhadap
reaksi siklisasi sitronelal membentuk isopulegol.

1.2 Perumusan masalah


Aktivitas katalis Ni-Al-MCM-41 yang disintesis dengan metode
hidrotermal pada reaksi siklisasi sitronelal belum pernah dilaporkan dalam
publikasi ilmiah. Pada penelitian ini dilakukan sintesis katalis Ni-Al-MCM-41
dengan memvariasikan rasio ion logam Ni terhadap ion logam Si dan Al dengan
metode hidrotermal. Telah diuraikan bahwa adanya ion logam Ni dalam katalis
Al-MCM-41 dapat meningkatkan keasaman katalis. Akan tetapi, hasil
karakterisasi dengan teknik X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa
semakin besar kandungan ion logam Ni dalam katalis, struktur dari katalis Ni-Al-
MCM-41 semakin tidak teratur. Karena itu diperlukan penelitian yang mengarah
pada perolehan katalis Ni-Al-MCM-41 yang mempunyai sisi asam Lewis tinggi
dan sisi asam Brønsted rendah dengan tetap mempertahankan keteraturan struktur
MCM-41. Katalis yang diperoleh diharapkan mempunyai aktivitas dan
selektivitas yang tinggi terhadap reaksi siklisasi sitronelal membentuk isopulegol.

1.3 Batasan masalah


Metode sintesis Ni-Al-MCM-41 yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode hidrotermal. Rasio ion logam Ni terhadap ion logam Si dan Al
dalam gel dihitung sehingga bervariasi yaitu: 17, 27, dan 43 (Szegedi et al., 2007)
Suhu kalsinasi optimum ditentukan dengan analisis termal dari gel yang
terbentuk, sedang penentuan kadar Ni dan Al dalam katalis hasil sintesis setelah

4
proses kalsinasi dilakukan dengan peralatan Inductively Coupled Plasma- Atomic
Emission Spectroscopy (ICP-AES).
Karakterisasi terhadap katalis yang diperoleh dilakukan dengan X-Ray
Diffraction (XRD) dan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR),
sedangkan untuk mengetahui sisi asam Lewis dan Brønsted digunakan metode
FT-IR piridin. Analisis adsorpsi/desorpsi nitrogen digunakan untuk menentukan
luas permukaan spesifik, volume pori rata-rata dan diameter pori rata-rata dari
katalis Al-MCM-41 dan Ni- Al-MCM-41. Untuk mengetahui morfologi, bentuk,
dan ukuran partikel katalis digunakan Scanning Electron Microscope (SEM).
Sedangkan aktivitas dan selektivitas katalis ditentukan dari hasil pengujian pada
reaksi siklisasi sitronelal membentuk isopulegol yang hasil reaksinya dianalisis
dengan alat kromarografi gas (GC).

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis katalis heterogen Ni-Al-MCM-
41 dengan memvariasikan kadar ion logam Ni dalam gel, serta menguji aktivitas
dan selektivitas katalis hasil sintesis pada reaksi siklisasi sitronelal membentuk
isopulegol.

1.5 Manfaat penelitian


Katalis Ni-Al-MCM-41 hasil sintesis diharapkan aktif dan selektif pada
reaksi siklisasi sitronelal membentuk isopulegol yang merupakan intermediet
dalam industri mentol. Dengan demikian diharapkan katalis tersebut dapat
digunakan untuk memproduksi mentol yang permintaannya semakin meningkat
tiap tahunnya, seiring dengan berkembangnya produk-produk industri, khususnya
industri farmasi, kosmetik, pasta gigi, dan produk-produk lain. Manfaat lain dari
penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di
bidang kimia katalis.

5
Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai