Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU PENGARUH BUDAYA INDIA DI ASIA TENGGARA

Analisis Artikel HINDUISASI


Istilah hinduisasi secara umum dipakai oleh sarjana-sarjana untuk desakan kebudayaan India atas Asia Tenggara. Meskipun hinduisme telah melenyap sebelum kedatangan Islam di Semenanjung Melayu dan Indonesia pada akhir zaman pertengahan Eropa, Budhisme terus menerima kepatuhan di negara-negara yang ditaklukkan. Hubungan India dan Asia Tenggara munkin jauh ke belakang sejak zaman prasejarah melalui hubungan perdagangan antara kedua belah pihak. Negara-negara berkembang sekitar tempat-tempat yang sering ditatangi pedagangpedagang India sejak waktu-waktu yang tidak dapat diingat lagi. Sebab penyebaran kebudayaan India di Asia Tenggara tidak mudah didapat karena ada kekacauan situasi di India yang menyebabkan sejumlah besar pengungsi mencari rumah-rumah baru menyeberangi lautan. Selama dua abad sebelum tahun Masehi India telah kehilangan sumber penting bagi impor logam berharga ketika gerakan pengembara memotong jalan antara Backtria dan Siberia. Dalam kaitannya kebudayaan India juga mulaimemasukikawasan Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia. Festival budaya India, misalnya: rangkaian tarian klasik dari negeri India akan dipertontonkan di pulau Dewata Bali, melalui sebuah ivent yang bertajuk Festival Budaya India yang akan dilaksanakan mulai tanggal 1 11 November mendatang. Festival ini bertujuan untuk mendekatkan kebudayaan kedua belah pihak. Pertunjukkan ini mendapat apresiasi positif dari Gubernur Bali Made Mangku Mastika. Pertunjukkan ini akan dilaksanakan di Gedung Ksiramawa Taman Budaya, Denpasar Bali. Dalam hal ini nampak jelas sekali, bahwa Bali dan India memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini terkait dengan latar belakang religi masyarakat

di dua negara ini. Yakni Agama Hindu yang dipeluk oleh sebagian besar masyarakat Bali berasal dari negeri India. Dimana Bali sendiri merupakan penganut agama Hindu terbesar di Indonesia. Dan India sendiri juga salah satu negara yang masih sangat kental dengan agama Hindu. Jadi sangatlah berkaitan. Dalam kesempatan ini, Gubernur Bali mengucapkan banyak berterimakasih atas terpilihnya Bali sebagai salahs atu daerah yang berkesempatan menonton beragam budaya Inida, yang sangatlah menarik tentunya dimana Bali memiliki tarian-tarian yang khas dan tidak asing lagi bagi kita semua. Pertunjukkan serupa juga digelar di Puri Saraswati Ubud dengan pementasan tari menganrar dan kathak. Secara keseluruhan akan dilakukan 12 kali pentas dalam serangkaian festival Budaya India kali ini. Acara ini juga akan digelar dengani Puri Bagus Karangasem, Asram gandhi Klungkung, dan lain-lain. Tujuannya agar lebih banyak warga Bali yang bisa ikut menikmati Budaya India ini. Dan tentunya sebagai media hiburan serta media pembelajaran bagi masyarakat Bali. Secara historis, terdapat banyak kesamaan antara tarian Bali dan India. Utamanya pada tarian yang inspirasinya diambil dari kisah Ramayana da Mahabaratha. Tarian umumnya juga berakar pada persembahan untuk pemujaan sehingga memiliki nilai Spiritual yang sangat tinggi. Tapi dalam detail gerakan terdapat banyak perbedaan sesuai dengan tradisi budaya masing-masing negara. Di dalam pentas juga akan dipertunjukkan tarian Bali mirip dengan tarian India. Di sini bisa menjadikan proses saling belajar antara India dan Bali. Dimana Bali sendiri juga dikenal di India dengan berbagai tariannya yang sudah menjelajah di kawasan mancanegara. Jadi sangatlah jelas bahwa India memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan di Asia Tenggara khususnya di Indonesia.

TUGAS INDIVIDU PENGARUH BUDAYA INDIA DI ASIA TENGGARA

Oleh: Nama : Pradipta NIM : 3111410012 Prodi : Ilmu Sejarah

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010

Anaisis Artikel
HINDUISASI
Secara umum dipakai oleh sarjana-sarjana untuk desakan kebudayaan India atas Asia Tenggara. Hubungan India dan Asia Tenggara mungkin jauh ke belakang sejak jaman pra sejarah. Sesudah apa yang disebut hubungan dagang yang panjang suatu perubahan besar mulai muncul dalam suasana di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan terlihat muncul di Semenanjung dan Nusantara mempraktikkan agama dari India kesenian dan adat dan sanskerta sebagai bahasa sucinya. Negara-negara baru berkembang sekitar tempat-tempat yang sering didatangi pedagang-pedagang India sejak waktu-waktu yang tidak dapat diingat lagi. Perubahan itu haruslah disebabkan oleh datangnya para pendeta dan pujangga yang mampu menanamkan kebudayaan India. Walaupun tidak dapat disingkirkan bahwa orang-orang Indonesia sendiri berkenalan dengan India memainkan peranan penting sendiri dalam proses itu. Di Teluk Menam tempat pra phatom dan p ong tuk muncul bukti tertua pengaruh India. Laporang orang-orang china berikutnya, tahun 132, Mungkin ada artinya dalam hubungan ini. Seandainya interpretasi yang agak kurang pasti dari nama-nama yang disebut mempunyai nilai. Interaksi masyarakat di Nusantara dengan bangsa India dan China menjadikan terbuka peluang masuknya unsur budaya kedua bangsa tersebut bercampur dengan kebudayaan masyarakat disepanjang Nusantara. Bahwa masyarakat di sini memiliki 10 kepandaian, seperti: Mengembangkan seni hias ornament Mengenal pengecoranlogam Melaksanaan perdagangan barter Mengenal instrumen musik Memahami astronom Menguasai teknik navigasi dan pelayaran

Menggunakan tradisi lisan dalam menyampaikan pengetahuan Menguasai teknik irigasi Telah mengenal masyarakat yang teratur Jadi pengaruh budaya India tentunya akan berpadu dengan kebudayaan yang telah ada. Sesuai dengan respon masyarakat pada waktu itu, sehingga terjadilah akulturasi kebudayaan.

LEBIH dari sekadar budayanya yang telah berusia ribuan tahun, diaspora masyarakat Cina ke berbagai belahan dunia adalah salah satu unsur yang membuat kelompok masyarakat ini dikenal di pelosok dunia. Cara hidup mereka yang cenderung eksklusif dan sangat kuat mempertahankan tradisi, membuat mereka menjadi kelompok yang terlihat eksotis-menurut sudut pandang Barat-suatu cara pandang yang telah mendapat kritik karena memandang masyarakat lain berdasarkan kacamata Barat.Imigran dari Cina pertama telah ada di Indonesia bahkan sebelum Belanda merapatkan perahunya di Pelabuhan Sunda Kelapa pada 13 November 1596. Mereka telah menetap dan bertani di seputaran apa yang sekarang dikenal sebagai kawasan Jakarta Kota dan masuk dalam jaringan perdagangan rempah-rempah yang bergerak sampai ke Cina dan Jepang. Imigran pertama datang dari bagian selatan daratan Cina seperti Hokkien di Provinsi Funan kemudian menetap di Batavia. Imigran lain, orang-orang Hakka, datang dari Kwantung; orang-orang Punti datang datang dari Kanton; orang-orang Hoklo dari Swatow; dan orang Haifoeng atau Hai-lam, dari Pulau Hainan. Pergaulan dan bahkan percampuran dalam bentuk pernikahan dengan penduduk setempat memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat lokal. Pengaruh itu bisa dilihat bukan hanya dari kegiatan ekonomi, tetapi juga makanan, bentuk bangunan, seni ukir, ragam hias tekstil, sampai gaya pakaian. *** CINA berulang kali menjadi sumber inspirasi para perancang di berbagai belahan dunia. Setiap kali, selalu ada interpretasi baru, disesuaikan dengan perkembangan zaman. Ia terasa tetapi sekaligus tak nyata. Jean Paul Gaultier misalnya, menggunakan tema Cina untuk koleksi musim semi dan panas adibusana 2001-nya. Mulai dari rambut,

garis potongan, hingga ke materi kain, semua kental dengan nuansa Cina. Tetapi, gaun-gaun rancangan Gaultier tidak ada hubungannya dengan busana yang dipakai perempuan di daratan Cina. Perempuan di Cina tidak akan pernah bisa memakai gaun adibudana rancangan Gaultier. Pun dandanan rambut Gaultier tidak akan dipakai perempuan Cina sebab tidak praktis maupun karena tampak berlebihan. Gaultier hanyalah meminjam sebuah citra untuk mendapatkan kesan baru yang ia proyeksikan pada masyarakat urban yang barangkali menginjakkan kaki di daratan Cina pun belum pernah. Itulah mode, yang oleh sejumlah pemikir postmodernisme seperti Baudrillard dipandang sebagai simbol masyarakat kapitalis lanjut. *** PENGARUH budaya Cina pun merupakan bagian dari karya perancang Indonesia. Teknik sulam adalah salah satu bentuk pengaruh budaya Cina di Sumatera Barat. Inilah yang direkam Didi Budiardjo untuk shawl ekstra besar-aksesori yang umum pada busana Barat-yang muncul dalam pergelaran Didi pertengahan tahun 2001 lalu dengan motif bunga peoni merah berukuran besar. Didi juga mendapat inspirasi dari busana gaya cheongsam serta pohon bambu yang sering diidentikkan dengan Cina, untuk koleksi rumah busana Prajudi tahun 2002. Kebaya yang sekarang menjadi baju nasional perempuan Indonesia, menurut Rens Heringa dalam tulisannya Batik Pesisir as Mestizo Costume (Fabric of Enchantment, 1997) kemungkinan merupakan sumbangan yang diberikan oleh para pendatang dari India, Persia, dan Cina. Semuanya menyumbang pada bentuk baju yang dipakai perempuan Cina yang dilahirkan di Jawa dari orangtua imigran. Disebutkan Heringa, ada yang menyebut gaya kebaya berasal dari kota pelabuahn Cambay di India, meskipun sebenarnya Cambay hanyalah merupakan kota pelabuhan asal impor kain yang dipakai untuk kebaya di Jawa. Sementara itu, istilah kebaya merupakan kata yang berasal dari bahasa Persia cabay untuk jenis baju yang mirip kebaya.

Imigran Cina Muslim abad ke-15 berjasa memperkenalkan baju ini ke pantai utara Jawa. Gaun panjang yang longgar dengan lengan panjang gaya kebaya dengan bukaan depan yang bertemu pada sisisisinya, mirip dengan bei-zi, yang berfungsi sebagai baju upacara masyarakat Cina kelas bawah pada masa Dinasti Ming. Kebaya kemudian menjadi baju untuk kaum peranakan Cina maupun perempuan Belanda, meskipun yang disebut terakhir ini menggunakan kebaya dan sarung tidak dalam acara resmi. Kebaya keduanya sama-sama menggunakan renda untuk tepian, tetapi orang Belanda memilih berpotongan sederhana berwarna putih. Sementara itu, perempuan Cina memilih kebaya dalam warna-warna pastel, sering dengan motif bunga-bunga kecil, dan ujung sisi bawah yang dipanjangkan serta meruncing. Untuk merapatkan sisi-sisi belahan depan, mereka menggunakan kroncong, tiga peniti atau rantai yang bisa terbuat dari emas dan dihiasi batuan berharga. Ramli terkenal sebagai perancang yang mengkhususkan diri pada bordir, dan kebaya-kebayanya pun menggunakan bordir pada sisi-sisi belahan depannya. Sementara itu rumah kain Bin House mencoba memperkenalkan kembali busana nonya kepada orang-orang Singapura dalam sebuah pergelaran akhir tahun lalu di negara pulau itu, seperti yang diperlihatkan dalam pergelaran di Jakarta sebelum keberangkatan ke negeri tetangga itu. Pengaruh budaya Cina, seperti juga budaya-budaya pendatang lain seperti India dan Islam, tampak sangat jelas pada ragam hias, materi maupun teknik pembuatan kain di Nusantara, terutama di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, yaitu pulau-pulau di mana imigran dari bagian selatan Cina kemudian menetap. Iwan Tirta dalam bukunya Batik At Play of Light and Shades menyebutkan, sulaman pada awal-awal kedatangan imigran Cina ke Nusantara ikut mendorong tumbuhnya batik. Selama berabadabad, kain altar dan kain hiasan dinding dengan hiasan bersulam didatangkan dari daratan Cina. Ketika benang yang halus itu mulai retas

atau ketika semakin sulit mendapatkan kain yang asli, maka muncul kebutuhan atas teknik alternatif yang bisa menyediakan kain dengan motif yang sama. Menurut Iwan Tirta, baik warna maupun motif tersebut dengan mudah bisa dipenuhi melalui teknik batik. Di Sumatera, Sriwijaya yang berkembang pada abad ketujuh merupakan tempat persinggahan pedagang maupun pendeta Budha Cina yang akan berangkat ke India, sedikit banyak mempengaruhi corak kain songket setempat, terutama dengan benang emasnya. Ghea S Panggabean yang kini menaruh minat pada pengembangan songket palembang sebagai busana kontemporer. (nmp)

Anda mungkin juga menyukai