Anda di halaman 1dari 27

MANUAL

Konstruksi dan Bangunan

No. 003 / BM / 2008

PERALATAN PENGHAMPAR CAMPURAN ASPAL


(ASPHALT FINISHER)

BUKU 1 FUNGSI DAN CARA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Kata Pengantar

Salah satu aspek penting dalam menunjang keberhasilan pembinaan jalan adalah tersedianya Standar, Pedoman dan Manual (SPM) yang dapat diterapkan dengan mudah didalam penerapannya. Untuk hal tersebut diatas, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, menyusun manual pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher), merupakan penyempurnaan terhadap petunjuk pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) Nomor : 031/T/BM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Manual ini disusun dengan memperhatikan masukan-masukan dari para nara sumber yang ahli dibidang pekerjaan jalan serta peralatan. Pada manual pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) ini terdiri dari 3 (tiga) seri buku yaitu : 1. Fungsi dan cara kerja peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher), diuraikan mengenai fungsi dan cara kerja seluruh komponen peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt finisher) serta persyaratan teknis yang harus dimiliki. 2. Pemeriksaan kelaikan operasi peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) diuraikan mengenai tahapan-tahapan pemeriksaan yaitu mulai dari tahap Pemeriksaan tahap I adalah pemeriksaan komponen Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dengan kondisi tidak hidup, sedangkan pemeriksaan tahap II adalah pemeriksaan komponen Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dengan kondisi dihidupkan. Sedangkan pemeriksaan tahap III adalah pemeriksaan kelaikan operasi Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dalam kondisi produksi (beroperasi). Pengoperasian dan perawatan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher) diuraikan tahap pengoperasian dan perawatan yang meliputi tahapantahapan pemeriksaan kesiapan Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Ffinisher), pengoperasian tingkat persiapan, tahap operasi, yang dilengkapi dengan cara mengatasi gangguan (Trouble Shooting) yang meliputi permasalahan, penyebab dan cara mengatasinya.

3.

Tatacara penulisan manual ini mengacu pada Pedoman Nasional) No. 8 tahun 2000.

BSN (Badan Standardisasi

Akhir kata dengan telah diterbitkannya manual pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) diharapkan dapat memberikan andil dalam upaya untuk meningkatkan kualitas penghamparan sesuai dengan persyaratn teknis. Jakarta, Agustus 2008

DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA

A. Hermanto Dardak i

Daftar isi

Kata Pengantar . Daftar isi .. Daftar gambar ... Pendahuluan .. 1. Ruang lingkup ................................................................................................................ 2. Acuan normatif ............................................................................................................... 3. Istilah dan definisi .......................................................................................................... 4. Fungsi dan cara kerja peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher 4.1. Bak penampung (hopper) .................................................................................... 4.2. Ulir pembagi (auger) ............................................................................................ 4.3. Sepatu perata (screed) ........................................................................................ 4.4. Pengaturan tebal hamparan ................................................................................ 4.5. Pemanasan ......................................................................................................... 4.6. Penggetar (vibrasi) dan penumbuk (tamper) ...................................................... 4.7. Tenaga penggerak .............................................................................................. 5 Beberapa hal yang harus diperhatikan .......................................................................... 5.1. Pengisian hopper ................................................................................................ 5.2. Kecepatan menghampar ..................................................................................... 5.3. Penambahan ulir pembagi atau extension screw auger ..................................... 5.4. Ulir pembagi ........................................................................................................ 5.5. Keseimbangan atau equilibrium .......................................................................... 5.5.1. Perubahan kecepatan .......................................................................... 5.5.2. Kuantitas campuran aspal panas ......................................................... 5.5.3. Perubahan temperatur campuran aspal panas .................................... 6. Persyaratan teknis peralatan penghampar .................................................................... 6.1. Hopper ................................................................................................................. 6.2. Auger ................................................................................................................... 6.3. Screed ................................................................................................................. Lampiran Bibiliografi .....................................................................................................

hal. i ii iii iv 1 1 1 2 5 7 9 11 14 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 19 19 19 19 20 22

ii

Daftar Gambar

hal. Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher), tipe crawler Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher) tipe roda ban (wheel type) Hopper dengan push roller ........................................................................... Feed conveyor atau slat conveyor .. Hopper dengan hopper wings dilipat ............................................................ Pintu pengatur atau feeder gate.................................................................... Uir pembagi atau auger ................................................................................ Perpanjangan ulir pembagi atau extension auger ........................................ Jumlah campuran aspal panas pada ulir pembagi atau auger .................... Sepatu perata atau screed dengan perpanjangan (extension) .................... Perpanjangan sepatu perata secara hidrolis ................................................ Perpanjangan sepatu perata atau screed secara dibaut atau bolt on ......... Jarak sampai mencapai keseimbangan........................................................ Pengaturan turun dan naiknya sepatu perata atau screed .......................... Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line atau kawat baja .............................................................................................................. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line atau kawat baja .............................................................................................................. Pengontrol ketebalan atau grade controller dengan sepatu sensor ............. Pengontrol kemiringan otomatis atau automatic slope controller ................. Skema pengatur atau pengontrol sepatu perata otomatis atau automatic screed controller ........................................................................................... Sepatu perata dan pelat penumbuk bergetar atau vibrating screed dan vibrating tamper ........................................................................................... Motor diesel .................................................................................................. Skema screed pada asphalt finisher ............................................................ Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sepatu ................................................ Auger tambahan ........................................................................................... Permukaan tidak rata ................................................................................... Permukaan rata ............................................................................................ 3 4 5 6 6 7 8 8 9 9 10 10 11 12 12 13 13 14 14 15 16 17 18 20 20 21

iii

Pendahuluan

Manual pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (asphalt finisher), merupakan acuan teknis bagi para pemilik/pengelola, pengguna dan operator Peralatan tersebut guna mengetahui kelaikan sebelum peralatan tersebut dioperasikan. Manual ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan berkaitan dengan peralatan yang digunakan untuk menghampar campuran beraspal agar mendapatkan suatu lapisan perkerasan jalan sesuai dengan persyaratan. Untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap manual ini telah disusun menjadi 3 (tiga) seri buku yang terdiri dari : 1. Fungsi dan cara kerja peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher), 2. Pemeriksaan kelaikan operasi peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) 3. Pengoperasian dan perawatan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher) Buku 1 : Fungsi dan cara kerja peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher), diuraikan mengenai fungsi dan cara kerja seluruh komponen peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt finisher) serta persyaratan teknis yang harus dimiliki. Buku 2 : Pemeriksaan kelaikan operasi peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) diuraikan mengenai tahapan-tahapan pemeriksaan yaitu mulai dari tahap Pemeriksaan tahap I adalah pemeriksaan komponen Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dengan kondisi tidak hidup, sedangkan pemeriksaan tahap II adalah pemeriksaan komponen Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dengan kondisi dihidupkan. Sedangkan pemeriksaan tahap III adalah pemeriksaan kelaikan operasi Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) dalam kondisi produksi (beroperasi). Buku 3 : Pengoperasian dan perawatan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher) diuraikan tahap pengoperasian dan perawatan yang meliputi tahapan-tahapan pemeriksaan kesiapan Peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Ffinisher), pengoperasian tingkat persiapan, tahap operasi, yang dilengkapi dengan cara mengatasi gangguan (Trouble Shooting) yang meliputi permasalahan, penyebab dan cara mengatasinya.

iv

Pemeriksaan peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) Fungsi dan cara kerja

Ruang lingkup

Manual ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan cara kerja komponen komponen peralatan penghampar campuran aspal (Asphalt Finisher) serta persyaratan teknis yang harus dimiliki.

Acuan normatif

American Association Of State Highway And Transportation Officials (AASTHO), AASTHO Materials, Part I Specification, 13th Edition 1982. Ir. Jac Sttolk Ir. C. Kros, 1986, Elemen Bangunan Mesin, Erlangga. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher), Peralatan No. 031/T/BM/1996, Maret 1996. Bitelli Bb 640, Operating Instruction Bddk, Paver Finisher, Edition 330188. AASTHO Designation = M 156 89 (ASTM Designation = D 995 91), Standard Specification For Requirement For Mixing Plants For Hot Mixed, Hot Laid Bituminous Paving Mixtures.

3. Istilah dan definisi


3.1 bantalan karet (bearing) bantalan karet pada roda pendorong yang berfungsi menahan gesekan langsung 3.2 ban berjalan (bar feeder) alat pemasok campuran beraspal dari bak penampung ke baja ulir pembagi 3.3 baja ulir pembagi (auger) batang baja yang berbentuk ulir untuk membagi rata penyebaran campuran beraspal

1 dari 22

3.4 bak penampung (hopper) wadah untuk menampung campuran beraspal yang ditumpahkan dari truk 3.5 pemadat (tamper bar) alat pemadat yang merupakan bagian dari unit sepatu perata yang berfungsi untuk pemadatan awal campuran beraspal 3.6 pintu pengaliran (flow gate) pintu untuk mengontrol aliran campuran beraspal dari bak penampung ke ulir pembagi 3.7 pengatur ketebalan (thickness control) alat pengatur ketebalan hamparan campuran beraspal 3.8 roda rantai baja (crawler track) roda pada asphalt finisher yang berupa roda kelabang 3.9 roda pendorong (push roller) batang yang berbentuk silinder yang terbuat dari besi yang berfungsi untuk menahan truk 3.10 sepatu perata (screed) pelat baja yang terletak khusus pada bagian belakang alat penghampar mekanis untuk meratakan campuran beraspal

4.

Fungsi dan cara kerja peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher)

Peralatan penghampar campuran aspal panas atau Asphalt Finisher adalah peralatan bermesin untuk menghamparkan campuran aspal panas di atas permukaan badan jalan sesuai dengan lebar dan tinggi ketebalan hamparan yang direncanakan.

2 dari 22

Bagian utama peralatan ini secara garis besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian penggerak dan bagian penghampar. Dilihat dari jenis atau tipe penggeraknya peralatan ini ada dua tipe, yaitu tipe penggerak rantai kelabang atau crawler type dan tipe penggerak roda ban karet atau wheel type. Namun fungsi kedua tipe tersebut sebagai peralatan penghampar campuran aspal panas adalah sama.

Gambar 1. Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher), tipe crawler. Gambar 1. memperlihatkan peralatan penghampar campuran aspal panas tipe crawler dengan screed yang diperpanjang (extended). Gambar 2. adalah peralatan penghampar campuran aspal panas tipe roda ban atau wheel type dengan screed yang diperpanjang (extended).

3 dari 22

Gambar 2. Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher) tipe roda ban (wheel type) Peralatan penghampar tipe rantai kelabang atau crawler type mempunyai pijakan yang kuat yang berguna untuk mendorong dump truck pada waktu pengisian hopper, namun mempunyai kecepatan gerak yang rendah sehingga tidak cukup lincah pada waktu manuver atau mobilisasinya, sedangkan pada peralatan penghampar tipe roda ban lebih lincah dalam manuver atau mobilisasinya. Data kapasitas utama yang harus diketahui adalah : kapasitas muat dari hopper (ton); kapasitas lebar standar dan lebar maksimum hamparan (dengan perpanjangan screed atau extension) diukur dalam meter; tinggi ketebalan maksimum hamparan (cm).

Komponen-komponen utama yang penting dari peralatan penghampar campuran aspal panas ini adalah : bak penampung campuran aspal panas; ulir pembagi atau hopper atau auger; unit sepatu atau screed; tenaga penggerak.

4 dari 22

4.1.

Bak penampung (hopper)

Komponen-komponen yang penting di bagian ini adalah : bak penampung atau hopper; dinding atau sayap-sayap (hopper wings) yang bisa dilipat; ban berjalan atau feed conveyor atau slat conveyor; pintu masukan atau feeder gate; rol pendorong atau push roller.

Bak penampung atau hopper berfungsi untuk menampung campuran aspal panas yang dicurahkan dari dump truck, yang selanjutnya akan dihamparkan. Pengisian hopper dari dump truck ini terjadi, peralatan penghamparnya tetap berjalan sambil menghampar. Proses pengisiannya dapat dijelaskan sebagai berikut : Dump truck yang bermuatan campuran aspal panas berjalan mundur pelan-pelan dari arah depan hopper mendekati peralatan penghampar atau finisher, setelah dekat dump truck berhenti dan transmisi dump truck dinetralkan. Peralatan penghampar sambil melaksanakan penghamparan akan mendekati dump truck sampai rol pendorong yang ada di depan hoppernya mengenai roda belakang dump truck. Dump truck akan bergerak maju akibat dorongan peralatan penghampar. Sambil bergerak maju dump truck menumpahkan muatan campuran aspal panasnya ke atas hopper sedikit demi sedikit sampai habis. Dump truck akan segera maju memisahkan diri dari peralatan penghampar. Dump truck berikutnya sudah siap menunggu giliran untuk menumpahkan campuran aspal panas yang berada di atasnya. Menunggu sampai campuran aspal panas yang berada di dalam hopper sudah berkurang, namun tidak boleh sampai kosong habis. Campuran aspal panas yang berada di dalam hopper dibawa atau dialirkan ke belakang ke arah ulir pembagi atau auger karena feed conveyor atau slat conveyor yang berada pada alas hopper bergerak berputar ke arah belakang, sehingga campuran aspal panas yang berada di atasnya akan terbawa ke belakang. Gambar 3. di bawah ini adalah bagian dari bak penampung atau hopper dengan dinding atau sayap-sayap (hopper wings) tidak dalam keadaan dilipat, push roller terlihat di depan di sebelah bawah hopper, gambar 4. memperlihatkan feed conveyor atau slat conveyor yang terletak pada alas hopper.

Gambar 3. Hopper dengan push roller

5 dari 22

Gambar 4. Feed conveyor atau slat conveyor Jumlah atau banyaknya campuran aspal panas yang dialirkan menuju auger tidak boleh terlalu berlebihan sehingga menutupi auger (lihat gambar 9.), namun juga tidak boleh terlalu sedikit. Hal ini akan menimbulkan segregasi pada campuran yang akan dihampar. Pengaturan banyaknya campuran aspal panas yang dialirkan ke arah auger tersebut dilakukan dengan mengatur bukaan aliran yaitu dengan menaikkan atau menurunkan pintu pengatur atau feeder gate yang berada pada dinding belakang hopper (lihat gambar.6.)

Gambar 5. Hopper dengan hopper wings dilipat

6 dari 22

Gambar 6. Pintu pengatur atau feeder gate Campuran aspal panas di dalam hopper tidak boleh kurang sehingga berada di bawah pintu pengatur atau feeder gate. Apabila hal ini terjadi dan peralatan penghampar terus menghampar, maka akan terjadi bagian hamparan yang tidak cukup dipenuhi campuran sehingga akan mempengaruhi ketebalan lapisan hamparan. Apabila campuran aspal panas sudah berkurang maka dinding atau sayap-sayap hopper (hopper wings) dilipat agar campuran aspal panasnya terkumpul ke bagian tengah, setelah itu hopper harus segera diisi kembali agar tidak terlanjur habis. Untuk menjaga mutu hamparan, maka temperatur campuran aspal panas yang dituangkan ke atas hopper oleh dump truck harus minimum 1300C, maksimum 1500C (persyaratan mutu sesuai persyaratan dari Dep. Kimpraswil) lihat Lampiran Persyaratan Mutu Campuran Aspal Panas. 4.2. Ulir pembagi (auger)

Campuran aspal panas yang dialirkan dari hopper ke arah ulir pembagi atau auger berada di bagian tengah. Ulir pembagi atau auger ini berfungsi membagikan secara merata campuran aspal panas ini ke arah kiri dan kanan sepanjang sepatu atau screed sesuai lebar hamparan yang dikehendaki. Apabila hamparan cukup lebar sehingga screed perlu diperpanjang (extension), pada umumnya dijalankan secara hidrolis, maka untuk memperoleh pembagian campuran aspal panas yang merata sampai ujung kiri dan kanan perpanjangan screed, diperlukan penambahan pemasangan ulir pembagi atau auger baik pada ujung kiri maupun pada ujung kanan. Pemasangan tambahan auger ini biasanya cukup dengan baut pada poros auger aslinya.

7 dari 22

Gambar 7. Ulir pembagi atau auger

Gambar. 8. Perpanjangan ulir pembagi atau extension auger Dilihat dari bentuk ulir pembagi atau auger ini serta system kerjanya maka ulir pembagi ini selain berfungsi untuk membagi rata campuran aspal panas sepanjang sepatu atau screed, juga menjaga homogenitas campuran aspal panas yang akan keluar dari screed. Kadang-kadang segregasi terjadi dalam hopper akibat tumpahan dari dump truck maupun tumpahan dari sayap-sayap hopper. Dengan pengaturan bukaan pintu pengatur atau feeder gate (lihat gambar 6.) maka banyaknya campuran aspal panas pada daerah ulir pembagi dapat diatur sesuai yang seharusnya (lihat gambar 9.). Campuran aspal panas tidak boleh terlalu sedikit atau kurang dan juga tidak boleh terlalu penuh sehingga ulir pembagi tenggelam di dalamnya, hal tersebut akan menimbulkan segregasi. Selama dalam operasinya ulir pembagi ini akan mengalami aus atau rusak/ patah bidang ulirnya. Apabila hal ini terjadi ulir harus segera diganti, karena akan mengakibatkan pembagian campuran aspal panas tidak merata dan menimbulkan segregasi.

8 dari 22

Gambar.9. Jumlah campuran aspal panas pada ulir pembagi atau auger 4.3. Sepatu perata (screed)

Sepatu perata atau screed fungsi utamanya adalah membentuk hamparan campuran aspal panas dengan lebar hamparan, ketebalan lapisan hamparan, kemiringan dan kerataan permukaan sesuai yang direncanakan.

Gambar.10. Sepatu perata atau screed dengan perpanjangannya (extension) Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher pada umumnya dilengkapi peralatan sepatu perata atau screed dengan lebar standar ditambah dengan perpanjangannya atau extension screed ke kiri dan ke kanan untuk menambah kapasitas lebar hamparan. Perlu diingat bahwa apabila perpanjangan sepatu perata ini dipasang maka ulir pembagi atau auger juga harus dipasang perpanjangannya (lihat gambar 8. dan 12.). Perpanjangan sepatu perata ini bisa dilaksanakan dengan membuka lipatan sepatu perata yang ada di kiri dan kanan sepatu perata dasar atau dengan dibaut (bolt on), atau diperpanjang secara hidrolis. Umumnya sekarang ini sudah tidak pernah lagi dipakai yang dilipat atau dibaut. Jadi kebanyakan sudah diperpanjang secara hidrolis. Gambar.11. memperlihatkan perpanjangan sepatu perata atau screed secara hidrolis, dan yang dibaut (bolt on) gambar.12.

9 dari 22

Gambar.11. Perpanjangan sepatu perata secara hidrolis

Gambar.12. Perpanjangan sepatu perata atau screed Secara dibaut atau bolt on

10 dari 22

4.4.

Pengaturan tebal hamparan

Salah satu data kapasitas peralatan penghampar atau aphalt finisher adalah kemampuan ketebalan hamparan (dalam cm) maksimum dan ketebalan minimum. Pengaturan ketebalan serta kemiringan permukaan hamparan dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis. Pengatur ini terdapat di sebelah kiri dan kanan sepatu perata. Untuk melihat tebal (gembur) hamparan dapat dilakukan dengan alat pencolok ketebalan. Dari hasil pengukuran dengan pencolok tersebut, ketebalan hamparan dapat disesuaikan apabila belum benar. Sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan penyesuaian, sebab setiap penyesuaian memerlukan waktu untuk sampai ke kondisi seimbang (equilibrium) dengan ketebalan yang diinginkan setelah melewati kurang lebih 5 kali panjang lengan screed.

Level akhir screed


5 kali panjang lengan screed 100 % 36,6 % 15,5 % 5% 1,5 % 0,7 %

Gambar.13. Jarak sampai mencapai keseimbangan Pengaturan turun dan naiknya sepatu perata atau screed untuk mengatur ketebalan hamparan sekaligus mengatur kemiringan atau slope secara manual dapat dilakukan oleh operator/ pembantu operator, lokasi pengatur seperti terlibat pada gambar 14. di bawah ini.

11 dari 22

Gambar 14. Pengaturan turun dan naiknya sepatu perata atau screed Pengaturan ketebalan atau grade control secara otomatis dapat dilakukan dengan bantuan bentangan kawat baja yang dipasang memanjang di tepi hamparan dengan ketinggian terhadap permukaan asal atau elevasi sesuai dengan ketebalan hamparan yang direncanakan, lihat gambar 15. dan 16. Pemasangan kawat baja ini atau string line harus dilakukan dengan teliti dan akurat agar diperoleh ketinggian yang benar sesuai rencana. Sistem pengontrol akan secara otomatis mengatur ketinggian sepatu perata atau pelat screed mengikuti ketinggian dari kawat baja tersebut. Cara otomatis yang kedua adalah dengan peletakan sepatu sensor di atas permukaan yang sudah lebih dahulu dihampar dan dipadatkan, lihat gambar 17. Pada beberapa peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher yang dilengkapi dengan alat pengatur ketebalan otomatis biasanya dilengkapi juga dengan alat pengontrol kemiringan otomatis (automatic slope controller) gambar 18.

Gambar.15. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line Atau kawat baja

12 dari 22

Gambar.16. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line atau kawat baja

Gambar.17. Pengontrol ketebalan atau grade controller dengan sepatu sensor Skema pengaturan sepatu perata atau screed controller secara otomatis dapat dilihat pada gambar 19. di bawah ini.

13 dari 22

Gambar 18. Pengontrol kemiringan otomatis atau automatic slope cotroller

Gambar 19. Skema pengatur atau pengontrol sepatu perata otomatis atau automatic screed controller 4.5. Pemanasan

Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher yang baik akan dilengkapi alat pemanas sepatu perata atau screed heater, alat pemanas ini pada umumnya dari jenis pemanas atau burner dengan gas elpiji sebagai bahan bakarnya. Pelat sepatu perata atau screed plate harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum asphalt finisher dioperasikan sampai pelat sepatu perata tersebut mencapai temperatur sama dengan temperatur campuran aspal panas yang akan dihampar, minimum 1250C maksimum 1450C (lihat Lampiran Persyaratan Mutu Campuran Aspal Panas). Pemanasan pelat sepatu tersebut tidak dilaksanakan sepanjang operasi asphalt finisher, apabila telah mencapai temperatur di atas maka alat pemanas dimatikan. Apabila terlalu panas maka pelat sepatu perata tersebutkan akan melelehkan aspal pada lapisan atas dari hamparan campuran aspal panas yang terhampar. Sedang kalau pelat sepatu tersebut dingin, maka permukaan hamparan akan kasar, tidak rata atau juga beralur. Hindari juga pemanasan yang tinggi serta terlalu lama untuk mencegah membengkoknya alas dari sepatu atau pelat sepatu tersebut, sehingga permukaan hamparan jadi tidak rata.

14 dari 22

4.6.

Penggetar (vibrasi) dan penumbuk (tamper)

Sepatu perata atau screed biasanya dilengkapi alat penggetar atau vibrator dengan sistem poros eksentris. Dengan screed yang bergetar tersebut, maka screed berfungsi juga sebagai pemadat awal, sehingga hamparan yang keluar dari screed sudah lebih padat dibandingkan sebelumnya sewaktu masih pada ulir pembagi atau auger. Penggetar sepatu perata ini bisa juga dari jenis alat getar elektris. Kekuatan getar atau vibration force dan frekwensi dapat diatur tergantung jenis campuran aspal panas serta ketebalan hamparannya. Untuk lebih meningkatkan homogenitas dan kepadatan serta meningkatkan kelancaran aliran dari campuran aspal panas yang akan melewati pelat sepatu atau screed plate, maka pada beberapa asphalt finisher dilengkapi dengan alat pelat penumbuk bergetar atau vibrating tamper yang ditempatkan dimuka pelat sepatu atau screed plate.

VIBRATION SCREED

Gambar.20. Sepatu perata dan pelat penumbuk bergetar Atau vibrating screed dan vibrating tamper

15 dari 22

4.7.

Tenaga penggerak

Sebagai sumber tenaga penggerak utama peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher ini pada umumnya adalah motor diesel.

Gambar.21. Motor diesel Selain sebagai tenaga penggerak roda atau drive dari peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher), maka motor diesel ini juga memutarkan pompa hidrolik yang akan menggerakan komponen-komponen lainnya. Tidak semua komponen digerakan secara hidrolis, ada juga yang digerakan dari motor diesel langsung yang dihubungkan melalui rantai penggerak, misalnya feeder conveyor. Atau ada juga komponen lainnya yang digerakan dengan elektris, misalnya penggetar sepatu atau screed vibrator.

5.
5.1.

Beberapa hal yang harus diperhatikan


Pengisian hopper

Usahakan selalu agar pengisian hopper dilaksanakan tanpa menghentikan peralatan penghamparnya, serta tanpa menunggu hopper kosong. Temperatur campuran aspal panas pada waktu dituangkan ke atas hopper masih berkisar antara 1300C sampai 1500C, agar temperatur campuran aspal panas terhampar masih sekitar 1250C sampai 1450C untuk pemadatan awal atau breakdown rolling. 5.2. Kecepatan menghampar

Kecepatan laju waktu menghampar atau kecepatan menghampar (paving speed) tidak boleh terlalu pelan, tapi tidak juga terlalu cepat. Rata-rata kecepatan menghampar dianjurkan antara 2,5 m/min sampai 8 m/min. Kecepatan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan temperatur campuran aspal panas yang terhampar sudah terlalu rendah (di bawah 1250C) serta total hasil produksi hamparan jadi rendah. Sedangkan apabila kecepatan hamparan terlalu tinggi akan mengakibatkan hamparan tidak rata dan kurang homogen. Pengaturan kecepatan hamparan ini disamping berpengaruh pada hasil hamparan, juga harus memperhitungkan volume (lebar, tebal dan panjang) hamparan dan kapasitas bak penampungnya (hopper) serta pasokan campuran aspal panas. Jangan sampai sering terjadi asphalt finisher berhenti menunggu dump truck

16 dari 22

pemasok campuran aspal panasnya. Apabila hal ini terjadi maka hamparan cepat turun temperaturnya sebelum dipadatkan serta ada alur melintang. 5.3. Penambahan ulir pembagi atau extension screw auger

Apabila sepatu perata atau screed diperpanjang, maka ulir pembagi atau auger harus juga ditambah sesuai tambahan screed. Hal ini perlu agar campuran aspal panasnya terbagi secara merata ke seluruh perpanjangan screednya baik kiri maupun yang kanan. 5.4. Ulir pembagi

Jangan menunggu sampai ulir pembagi rusak atau patah atau aus. Kerusakan ulir pembagi dapat mengakibatkan segregasi. Apabila terjadi kerusakan ulir pembaginya maka segera harus diperbaiki atau diganti. 5.5. Keseimbangan atau equilibrium

Pada waktu operasi, posisi sepatu perata atau screed adalah seperti diperlihatkan pada gambar.22. di bawah ini.

Gambar.22. Skema screed pada asphalt finisher Pelat sepatu dengan bidang horizontal akan membentuk sudut yang disebut sudut gesek atau sudut serangan (angle of attack). Sudut yang dibentuk antara pelat sepatu dengan bidang horizontal tersebut, dengan kedudukan daripada sepatu yang berfungsi sebagai setrika, dapat berubah sesuai perubahan keseimbangan gayagaya yang bekerja. Gaya-gaya tersebut adalah gaya dorong dari belakang ke depan (P), gaya berat dari sepatu perata beserta lengannya (W), gaya reaksi dari campuran aspal panasnya, searah vertical (V) dan arah horizontal (H) seperti terlihat pada gambar.23.

17 dari 22

Gambar.23. Gaya-gaya yang bekerja pada pelat sepatu Gaya-gaya tersebut bekerja dalam kondisi seimbang (equilibrium). Kondisi itdak seimbang timbul apabila ada perubahan salah satu gaya dan akan menyebabkan perubahan sudut serangan atau angle of attack yang akan mengembalikan ke kondisi seimbang (equilibrium). Beberapa faktor seperti perubahan kecepatan, perubahan jumlah atau kuantitas campuran aspal panas yang akan masuk (melewati) sepatu perata atau screed serta perubahan temperatur dari campuran aspal panas, akan mengakibatkan perubahan keseimbangan. Sudut serangan atau angle of attack menentukan ketebalan dan tekstur permukaan hamparan campuran aspal panas. Apabila terjadi perubahan-perubahan di atas, maka pengaruhnya akan kembali normal atau dikatakan tercapainya kembali kondisi keseimbangan atau equilibrium setelah berjalan sejauh lima kali lengan penarik. 5.5.1. Perubahan kecepatan Sudut serangan atau angle of attack dari pelat sepatu akan mengecil apabila terjadi pemambahan kecepatan laju penghampar, sebaliknya bila kecepatan turun, angle of attack akan bertambah sehingga keseimbangan akan berubah, sampai kembali stabil lagi setelah terjadi keseimbangan (equilibrium). Oleh karena itu kecepatan menghampar harus dijaga agar selalu konstan. 5.5.2. Kuantitas campuran aspal panas Sudut serangan atau angle of attack akan naik apabila jumlah volume atau kuantitas campuran aspal panas yang akan melewati sepatu bertambah. Sebaliknya apabila kuantitas kurang maka angle of attack kecil, sampai kembali ke kondisi stabil dimana akan tercapai equilibrium. Hal seperti tersebut di atas bisa terjadi karena perubahan pintu pengatur pada hopper, atau dihidup matikan conveyor (feed conveyor).

18 dari 22

5.5.3. Perubahan temperatur campuran aspal panas Campuran aspal panas dengan temperatur yang rendah bersifat lebih kaku sehingga lebih kuat menekan pelat sepatu, sehingga mengakibatkan angle of attack membesar. Sebaliknya apabila temperatur campuran aspal panasnya tinggi, maka angle of attack akan mengecil, sampai kemudian tercapai kondisi seimbang (equilibrium) kembali.

6.
6.1. a)

Persyaratan teknis peralatan penghampar


Hopper Sepasang push roller di depan (bawah) dari hoppernya yang berfungsi pada saat mendorong dump truck waktu pengisian (penumpahan campuran aspal panas ke dalam) hopper. Hopper harus memiliki sayap-sayap hopper atau hopper wings yang bisa dibuka dan diipat. Di bagian dinding hopper belakang harus dilengkapi pintu pengatur atau feeder gate yang bisa dinaik-turunkan untuk mengatur bukaan pengaliran campuran aspal panas yang dibawa oleh feed conveyor atau slat conveyor dari depan ke belakang ke arah ulir pembagi atau auger. Kecepatan feed conveyor harus konstan selama beroperasi. Auger

Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher harus memiliki :

b) c)

d) 6.2.

Lempeng-lempeng ulir dari auger harus utuh, tidak boleh ada yang patah atau diameter menjadi kecil serta harus utuh menerus sepanjang porosnya. Apabila sepatu perata atau screed diperpanjang untuk hamparan yang lebih lebar, maka auger harus ditambah untuk dapat membagi rata campuran aspal panasnya sampai ke ujung kiri dan kanan screed.

19 dari 22

Gambar 24 Auger tambahan 6.3. a) b) Screed Screed harus rata, tidak ada bagian-bagian yang aus dan harus dilengkapi alat pemanas screed. Screed harus bisa dinaikkan dan diturunkan secara manual atau secara otomatis untuk mengatur ketebalan hamparan, baik bagian kiri maupun kanan secara sendiri-sendiri.

Gambar 25. Permukaan tidak rata

20 dari 22

Gambar 26 Permukaan rata

21 dari 22

LAMPIRAN (Informatif) Bibliografi

1.

Departemen Pekerjaan Umum, direktorat Jendral Bina Marga. Penunjuk Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher), No. 031/T/BM/1996. American Association of Stete Highway and Transportation Officials, Hot Mix Asphalt Paving, Hand book 2000. Wiranto Aris Munandar, Motor Diesel Putaran Tinggi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1979. American Association Of State Highway And Transportation Officials (AASTHO), AASTHO Materials, Part I Specification, 13th Edition 1982 American Association Of State Highway And Transportation Officials (AASTHO), AASTHO Materials, Part II Test, 13th Edition 1982. Ir. Jac Sttolk Ir. C. Kros, 1986, Elemen Bangunan Mesin, Erlangga. Dinas PU. Bina Marga Jawa Tengah, Buku Petunjuk Penghamparan Dan Pemadatan HMA Untuk Supervisi Lapangan Dan Inspeksi Lapangan, Mei 1994. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt Finisher), Peralatan No. 031/T/BM/1996, Maret 1996 Bitelli Bb 640, Operating Instruction Bddk, Paver Finisher, Edition 330188. AASTHO Designation = M 156 89 (ASTM Designation = D 995 91), Standard Specification For Requirement For Mixing Plants For Hot Mixed, Hot Laid Bituminous Paving Mixtures. Cmi Corporation Okla City, Usa, Fundamentals Of Asphalt Paving. Bitelli, Operating Instruction Book, Paver Finisher, PT. Tradisi Mulia

2. 3. 4. 5. 6. 7.

8.

9. 10.

11. 12.

22 dari 22

Anda mungkin juga menyukai