Anda di halaman 1dari 4

Ada dua aliran filsafat yang saling bertentangan.

Di pihak yang satu berfaham bahwa manusia itu sama sekali tidak mempunyai ikhtiar apa-apa, Tuhanlah Yang aktif. Aliran ini menempatkan manusia dalam keadaan pasif sebenar-benarnya. Inilah Jabariyah, Fatalisme. Sedangkan pada pihak yang lain, adalah faham Qadariyah. Faham ini menganggap Tuhan dalam keadaan pasif, manusialah yang aktif dalam berkeinginan dan berikhtiar. Jadi setingkat di bawah faham Deisme, yang mengingkari adanya wahyu (komunikasi antara Tuhan dengan makhlukNya). Bagaimana sesungguhnya?


(S. AnnuR, 24:35), dibaca: yahdi-lLahu li-nnurihi ma-yyasya-u wa yadlribu-lLahulamtsala li-nnas wa-lLahu bikulli syaiinalim , artinya: Allah membimbing kepada cahaya-Nya kepada siapa yang mau, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. uraiannya: yahdi = kata kerja present, artinya = memberi hidayah ALLAH = Allah li-nnurihi = dengan CahayaNya man = siapa yasya = kata kerja present, artinya = mau ALLAH adalah mubtada' (subyek) sekaligus fa'il (Pelaku). YAHDY adalah khabar (predikat), Linnurihi adalah keterangan, MAN YASya adalah maf'ul (obyek) dalam wujud anak kalimat (anak kalimat yang menjadi obyek). Kalau anak kalimat itu diuraikan pula, maka: MAN = siapa adalah mubtada' sekaligus pula fa'il dan YASya = (yang) mau, adalah khabar (predikat). Maka ayat itu berarti: -- Allah memberi hidayah dengan CahayaNya kepada siapa yang mau. Atau ini:


kita kaji apa arti: wa-lLahu yahdi ma-y yasya-u ila shiratha-lmustaqiem (s. albaqarah 2:..213). ada dua kalimat disini, Allahu yahdi dan man yasya, induk dan anak kalimat. wa-lLahu = (wa = dan) Allah adalah mubtada' (subyekt) sekaligus fa'il (pelaku), yahdi ma-y yasya-u:

yahdi = yahdi- (=menunjuki, memberi petunjuk), adalah khabar (predikat, atau kata kerja), ma-y yasya-u man yasya-u = adalah maf'ul (obyek) dalam wujud anak kalimat (anak kalimat yang menjadi obyek). kalau anak kalimat itu diuraikan pula, man = siapa yasya = yang mau maka man (= siapa dalam anak kalimat ini, sebagai subyekt) adalah mubtada' sekaligus pula fa'il dan adapun yasya-u (= mau) adalah khabar (predikat, atau kata kerja). maka ayat itu berarti: Allah menunjuki siapa yang mau untuk mendapatkan petunjuk atau hidayah. adapun taufiq sukses itu tentu bagi mereka yang mau menerima hidayah tadi. sejak kapan hidayah itu untuk ummat sekarang diturunkan? sejak rasulu-lLah SAW dilantik jadi rasulNya. Bandinkan dengan ini:


dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (albaqarah 2:258) Coba perhatikan ini:


(S.ALR'AD, 13:11), dibaca: inna-lLaha la yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiru ma bianfusihim, artinya: -- Sesunggunya Allah tidak akan mengubah apa (yang ada) atas suatu kaum, hingga mereka mengubah apa atas diri mereka. Dan ini:


(S.ALANFAL, 8:53), dibaca: dzalika bianna-lLaha lam yaku mughayyiran ni'matan an'amaha 'ala qaumin hatta yughayyiru ma bianfusihim, artinya: -- Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang

dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa atas diri mereka sendiri HIDAYAH saya dapat kirim dari kawan, tuk menghadiri pengajian dengan emble2 yang tertera demikian, dibawah ini, dan sinkatan jawaban saya lebih bawah lagi.: Sering kali kita mendengar orang berujar : "Maaf, saya tidak ada waktu untuk Ngaji, maklum belum dapat HIDAYAH" "Suatu saat saya pasti pakai jilbab, tapi tidak sekarang. Soalnya saya belum dapat hidayah" .. "Saya belum sempat naik haji tahun ini, kelihatannya saya belum dapat hidayah ya?", ...ataupun ungkapan lainnya yang terkadang sering menghampiri diri kita ataupun kita dengar dari orang-orang disekitar kita. Di mana, ungkapan-ungkapan itu senantiasa mengajak kita untuk "menyalahkan" HIDAYAH, Kita belum soleh-lah, belum ber-Islam secara baik-lah yang kemudian bermuara pada HIDAYAH TIDAK MENGHAMPIRI KITA. Allah selalu memberi petunjuk kepada siapa saja yang mencari kebenaran, di mana pun hamba-Nya berada, di biara sekali pun. Itulah yang terjadi pada Irena Handono, mantan biarawati yang mendapat hidayah justru saat mencari kelemahan Islam. Ketika membaca surat Al Ikhlas hatinya tunduk akan keesaan Allah SWT. Ia mengakui bahwa tak ada yang paling berkuasa dan patut disembah di jagad raya ini selain Sang Khalik. (Sumber : http://cafe.degromiest.nl/) Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah, HIDAYAH itu, DIJEMPUT atau MENJEMPUT? saya faham hidayah itu seperti air hujan. turun untuk semua isi alam ini, manusia, tanaman ataupun hewan atau hanya tanah sekalipun, agar tanah yang mati itu dengan datangnya hujan jadi hidup. Seperti disebutkan dalam quran diantaranya:


Artinya: Allah turunkan dari langit air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi yang asalnya mati Kita lihat, perhatikan air hujan ini ternyata ada yang menampungnya ada juga yang hanya melewatkannya begitu saja. menampung misalnya, tanah: kolam2 tanah2 subur. adapun yang melewatkan begitu saja batu2 itu, basah ketika itu saja! begitu juga tanam2an ada yang meresapnya ada juga yang "mengambil" seperlunya saja. nach sekarang kita perhatikan manusia, kita lihat: ada yang menapungnya pake tong yang gede, atau hanya ember, ada juga yang hanya dengan setelapak tangannya bahkan ada juga yang malah menggerutu, khan? Bedebah... atau setidaknya mengatakan sialan hujan lagi, hujan lagi.

mereka yang menapung air hujan waktu turun akan memanfatakannya walaupun hanya dengan setelapak tangan, dia dapat seteguk air! Untuk diminumnya! pelepas dahaga. mereka yang punya ember, bukan hanya untuk minum, malah tuk cuci muka, wudlu! apalagi yang punya bak atau tong besar, bisa mandi dari situ khan? begiitu juga hidayah! sudah diturunkan hidayah ini, diterjemahkan dalam pertama kitabu-lLah alquran dan perikehidupan rasulu-lLah SAW yaitu yang disebut sunnahnya , yang dua itu adalah itu hidayah. tapi kita lihatlah: quran misalnya, ada yang hanya dipajankan dilemari ruang tamunya. ada yang dipake "penolak" kecelakaan dipajangkan di autonya -- hati2 ini bisa2 malah syirik lhoh!!!! -ada yang baca azza, baca doang, hatta saya dengar diperlombakan bacaannya pula. ayat2 Allah ini hanya sampe ditenggorokkannya saja. kaya kera ngagugulung kalapa kata orang sunda. Atau keledai membawa kitab. dan...... ada yang ayat2 quran ini dipikirkannya, ditadaburi, direnukan tuk dijadikan pedoman dan pegangan hidupnya. inilah ayat2 yang turun kekalbunya, dijabarkan dalam peri kehidupannya. pedoman bergerak sehari2nya. lain kata dengan kosa kata yang keren: jadi way of live. Nach sekarang.mereka mereka yang mana kita ini? kita masing2 bisa menjawabnya.

Anda mungkin juga menyukai