Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 25 /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PINJAMAN JAPAN INTERNATIONAL COORPORATION AGENCY NOMOR IP-553 DEVELOPMENT OF BANDUNG INSTITUTE OF TECHNOLOGY (III) DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengembangkan pendidikan dan penelitian di Institut Teknologi Bandung baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan cara meningkatkan fasilitas dan kapasitas penelitian, Pemerintah Indonesia memperoleh pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) Nomor IP-553 Development of Bandung Institute of Technology (III); b. bahwa untuk pengelolaan dana pinjaman JICA Nomor IP-553 (Development of Bandung Institute of Technology (III)) dimaksud, diperlukan petunjuk pelaksanaan penyaluran dan pencairan dana;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran dan Pencairan Dana Pinjaman Japan International Coorporation Agency Nomor IP-553 Development of Bandung Institute of Technology (III); and Sanitation Program Sub-Program J-Technical Assistance for Flood Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Dana Pinjaman Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4092); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);

6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418); 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.05/2006 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143.1/PMK.01/2009; 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 11. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor 185/KMK.03/1995 dan Kep.031/Ket/5/1995 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan SKB Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor 459/KMK.03/1999 dan KEP-264/KET/09/1999; 12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 239/KMK.01/1996 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.04/2000; 13. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-59/PB/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembebanan Dana Pinjaman dan/atau Pinjaman Luar Negeri Melalui Mekanisme Reksus;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PINJAMAN JAPAN INTERNATIONAL COORPORATION AGENCY NOMOR IP-553 DEVELOPMENT OF BANDUNG INSTITUTE OF TECHNOLOGY (III). INDONESIA WATER AND SANITATION PROGRAM SUB-PROGRAM JTECHNICAL ASSISTANCE FOR FLOOD MITIGATION PROJECT.

http://www.wikiapbn.org

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Pinjaman nomor IP-553 Development of Bandung Institute of Technology (III) adalah dana pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk Pemerintah Indonesia yang diperuntukkan untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian di Institut Teknologi Bandung baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan cara meningkatkan fasilitas dan kapasitas penelitian. Pemberi Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat PPLN adalah pemerintah suatu negara asing, lembaga multilateral, lembaga keuangan dan atau lembaga non-keuangan asing serta lembaga keuangan non-asing, yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik Indonesia, yang memberi pinjaman kepada Pemerintah Indonesia. Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat NPPLN adalah naskah perjanjian atau naskah lain yang disamakan yang memuat kesepakatan mengenai pinjaman luar negeri antara Pemerintah Indonesia dengan PPLN. Executing Agency adalah Kementerian Negara/Lembaga yang menjadi penanggung jawab secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan. No Objection Letter, yang selanjutnya disebut NOL adalah persetujuan dari pemberi pinjaman atas suatu kontrak dengan jumlah batasan tertentu atau tanpa batasan nilai berdasarkan jenis pekerjaan yang sudah ditetapkan. Initial Deposit adalah dana awal atau uang muka (advance payment) yang dapat ditarik dari pinjaman luar negeri dan ditransfer ke Rekening Khusus (Special Account) setelah NPPLN dinyatakan efektif. Withdrawal Application, yang selanjutnya disingkat WA adalah dokumen yang digunakan untuk melakukan penarikan Initial Deposit dana pinjaman, pengisian kembali Rekening Khusus, dan/atau penarikan untuk penggantian atas pengeluaran-pengeluaran yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh pemerintah. Replenishment adalah pengisian kembali dana Rekening Khusus berkenaan yang berkurang karena pelaksanaan pembayaran melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana Reksus dan sekaligus berfungsi sebagai pertanggungjawaban pemerintah kepada PPLN. Reimbursement adalah penggantian kembali dana talangan Pemerintah yang terpakai akibat dana Rekening Khusus tidak mencukupi untuk pelaksanaan pembayaran melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana Rekening Khusus dan sekaligus berfungsi sebagai pertanggungjawaban Pemerintah kepada PPLN.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

http://www.wikiapbn.org

10. Ineligible adalah pengeluaran atas Surat Perintah Pencairan Dana Rekening Khusus berdasarkan Surat Perintah Membayar yang diajukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam NPPLN, pengeluaran atas Surat Perintah Pencairan Dana Rekening Khusus tersebut tidak diakui dan/atau tidak mendapat penggantian dari PPLN. 11. Closing Date adalah batas akhir waktu untuk penerbitan dana pinjaman luar negeri melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. 12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya disebut DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. 13. Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 14. Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut Kuasa PA adalah pejabat yang memperoleh kewenangan dan tanggung jawab dari PA untuk menggunakan anggaran yang dikuasakan kepadanya. 15. Kantor Bank Indonesia, yang selanjutnya disingkat KBI adalah Kantor Bank Indonesia di daerah tertentu yang merupakan mitra kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. 16. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kewenangan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara. 17. KPPN KBI adalah KPPN yang bermitra dan berlokasi satu kota dengan KBI yang melakukan perintah pencairan dana kepada KBI. 18. KPPN Non-KBI adalah KPPN yang tidak berlokasi satu kota dengan KBI, yang melakukan perintah pencairan dana kepada Bank Operasional I untuk pihak ketiga atau bendahara. 19. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. 20. Rekening Khusus (Special Account) yang selanjutnya disebut Reksus adalah Rekening Pemerintah yang berada di Bank Indonesia atau bank pemerintah lainnya yang ditunjuk Menteri Keuangan yang dibuka untuk menampung dana pinjaman luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan kegiatan pembangunan. 21. Rupiah Murni Pendamping, yang selanjutnya disingkat RMP adalah dana pendamping yang diwajibkan oleh PPLN namun tidak mengikat terhadap proporsi pinjaman. 22. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/ Kuasa PA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.

http://www.wikiapbn.org

23. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan, yang selanjutnya disingkat SPM-GUP adalah surat perintah membayar yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA dengan membebani DIPA, yang dananya dipergunakan untuk menggantikan uang persediaan yang telah dipakai. 24. Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara kepada Bank Operasional/Kantor Pos dan Giro untuk memindahbukukan sejumlah uang dari Kas Negara ke rekening pihak yang ditunjuk dalam SPM berkenaan. 25. Surat Perintah Pembebanan, yang selanjutnya disingkat SPB adalah surat perintah pembebanan Reksus yang diterbitkan KPPN Non-KBI berdasarkan SP2D Reksus. 26. Daftar SPB adalah daftar yang memuat seluruh SPB yang diterbitkan KPPN Non-KBI pada hari bersangkutan sebagai dasar perintah pendebetan dana Reksus untuk disampaikan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara u.p. Subdirektorat Pinjaman dan Hibah. 27. Uang Persediaan, selanjutnya disingkat UP adalah uang dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran hanya untuk kegiatan operasional kantor sehari-hari Satuan Kerja dapat dilakukan dengan Pembayaran Langsung. muka kerja (revolving), membiayai yang tidak

28. Tambahan Uang Persediaan, selanjutnya disingkat TUP adalah uang yang dapat diberikan kepada Satuan Kerja untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan. 29. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja, yang selanjutnya disingkat SPTB adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh PA/Kuasa PA atas transaksi belanja sampai dengan jumlah tertentu. Pasal 2 (1) Spesifikasi Hibah adalah sebagai berikut: a. Nomor Perjanjian Pinjaman b. Nomor Register c. Tanggal Penandatanganan d. Tanggal Efektif e. Closing date f. Jumlah Pinjaman g. Nomor Reksus h. Initial Deposit i. Executing Agency : : : : : : : : : IP-553 21618801 31 Maret 2009 28 Juli 2009 28 Juli 2018 JPY5,659,000,000 601.293111 JPY40.000.000 Institut Teknologi Bandung

(2) Perubahan terkait spesifikasi dan kategori hibah dimaksud sesuai amendment loan agreement dan/atau persetujuan PPLN, diatur dan ditetapkan melalui Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama Direktur Jenderal Perbendaharaan.

http://www.wikiapbn.org

BAB II PEMBEBANAN DAN PEMBAYARAN Pasal 3 (1) Tata cara pembayaran dana pinjaman untuk Kategori B dibebankan pada Reksus nomor 601.293111 di Bank Indonesia Jakarta. (2) Untuk Kategori A,Kategori C, dan Kategori D mekanisme penarikan pinjaman akan dilakukan dengan cara Pembayaran Langsung (Direct Payment) dan/atau Letter of Credit. (3) Pembebanan dan pembayaran dilakukan sesuai dengan kategori/ persentase Loan JICA IP-553 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan memperhatikan Schedule 2 Allocation of Proceeds of Loan. (4) Pembebanan dan pembayaran dana pendamping untuk mendampingi loan dalam rangka penarikan pinjaman melalui Pembayaran Langsung dan/atau Letter of Credit dapat dilakukan terpisah dan dalam waktu yang tidak bersamaan dengan pembayaran dan pembebanan SP2D Reksus. BAB III PENCAIRAN DANA Pasal 4 (1) Pencairan dana dilaksanakan melalui penerbitan SP2D oleh KPPN atas dasar SPM yang diajukan oleh PA/Kuasa PA berdasarkan DIPA. (2) Pembayaran dengan UP/TUP tidak dibebankan pada Reksus. (3) SP2D UP/TUP dibebankan pada Kas Negara. (4) KPPN KBI dalam menerbitkan SP2D Reksus GU Nihil/Potongan, wajib menerbitkan SPM dan SP2D Reksus Pengganti sebesar potongan SPM dimaksud. (5) KPPN Non KBI dalam menerbitkan SP2D Reksus, wajib menerbitkan SPB dan Daftar SPB. Pasal 5 Dalam penerbitan SP2D, KPPN harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pembayaran terhadap kontrak-kontrak yang mensyaratkan NOL, dapat dilaksanakan apabila SPM yang diajukan dilampiri copy NOL (Form 384C untuk pekerjaan kategori consultant dan Form 384P untuk pekerjaan kategori goods and works) atas kontrak yang bersangkutan. b. Pada SPM tercantum nomor hibah, nomor register, kode/uraian kategori, persentase menurut kategori, nilai kontrak, nomor kontrak dan tanggal kontrak termasuk adendum, nomor dan tanggal BAP, beserta tanggal NOL (apabila dipersyaratkan). c. Dalam hal penerbitan SP2D untuk keperluan pembayaran kontrakkontrak valuta asing tidak diperkenankan merupiahkan tagihan valuta asing tersebut.
http://www.wikiapbn.org

d. Pengajuan dokumen untuk pembayaran sebagaimana dimaksud pada huruf c disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI. BAB IV PENGISIAN KEMBALI DANA REKSUS Pasal 6 (1) Pengisian kembali dana Reksus dilaksanakan secara berkala dengan penyampaian aplikasi Withdrawal Application Replenishment kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara sesuai prosedur yang berlaku dan menjadi tanggung jawab penuh Executing Agency bersangkutan. (2) Direktorat Pengelolaan Kas Negara menyampaikan copy rekening Koran Reksus berkenaan kepada Executing Agency. (3) Executing Agency menyampaikan aplikasi replenishment berdasarkan copy rekening koran Reksus dari Bank Indonesia serta dokumen pendukungnya kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara dengan ketentuan sebagai berikut : a. PA/Kuasa PA mengirimkan copy SP2D Reksus beserta dokumen pendukungnya kepada Executing Agency. b. Executing Agency menerima copy rekening koran Reksus hibah berkenaan dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara. c. Berdasarkan copy rekening koran Reksus dan copy SP2D yang diterima, Executing Agency menyiapkan dan menyampaikan konsep Withdrawal Application dalam rangka Replenishment ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara. d. Apabila terdapat pengeluaran yang membebani rekening dana talangan, Executing Agency menyiapkan dan menyampaikan konsep Withdrawal Application dalam rangka Reimbursement ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara. (4) Direktorat Pengelolaan Kas Negara memeriksa dan meneliti Withdrawal Application yang diterima dari Executing Agency. Setelah Withdrawal Application dinyatakan benar, Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara membuat covering letter Withdrawal Application dan menyampaikan secara lengkap Withdrawal Application tersebut kepada PHLN. (5) Apabila Executing Agency/Kuasa PA tidak melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan aplikasi replenishment secara berkala, dan mengakibatkan saldo dana yang tersedia pada Reksus berkenaan di Bank Indonesia tidak mencukupi, Direktur Pengelolaan Kas Negara menyampaikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga dalam tenggat waktu masing-masing 1 minggu. (6) Apabila dalam waktu lima (5) hari kerja setelah menerima surat peringatan ketiga, Executing Agency belum mengajukan aplikasi Replenishment maka Direktur Pengelolaan Kas Negara dapat menerbitkan Surat Perintah Penghentian Pembayaran Sementara kepada KPPN.

http://www.wikiapbn.org

(7) Pembayaran kembali atas penghentian pembayaran sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dapat dilaksanakan setelah KPPN menerima surat pemberitahuan dari Direktur Pengelolaan Kas Negara. Pasal 7 Dalam hal dipersyaratkan, Executing Agency menyusun Financial Statement of Special Account (FISSA) untuk kepentingan audit penggunaan Reksus oleh auditor. BAB V PELAPORAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN Pasal 8 (1) KPPN KBI agar menyampaikan lembar ke-2 SP2D-LS, SP2D-GUIsi, SP2D GU-Nihil, dan SP2D-GU-Pengganti Reksus kepada satuan kerja bersangkutan. (2) KPPN Non KBI agar menyampaikan lembar ke-2 SP2D-LS, SP2D GU- Isi dan SP2D-GU-Nihil dengan dilampiri copy SPB SP2D berkenaan kepada satuan kerja bersangkutan. Pasal 9 (1) KPPN KBI agar menyampaikan copy SP2D-LS, SP2D-GU-Isi, SP2D GU-Nihil, dan SP2D GU-Pengganti Reksus kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara. (2) KPPN Non KBI agar menyampaikan copy SP2D-LS/GU-Isi/GU-Nihil dengan dilampiri copy SPB SP2D kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara. (3) Pengiriman dokumen untuk keperluan Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan setiap hari Senin atau awal hari kerja minggu berikutnya atas seluruh transaksi penerbitan SP2D Reksus minggu sebelumnya, dikelompokkan per masing-masing kode NPHLN dalam satu surat pengantar dan dialamatkan kepada: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan Kas Negara Subdirektorat Dana Pinjaman dan Hibah Gedung Prijadi Praptosuhardjo I Lantai IV Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4, Kotak Pos 1127 Jakarta 10710 BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 10 (1) PPN, PPnBM, dan PPh yang terutang untuk porsi hibah luar negeri dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Pengesahan faktur pajak dan Surat Setoran Pajak dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

http://www.wikiapbn.org

Pasal 11 (1) Pengeluaran atas SP2D yang telah membebani Reksus tetapi belum dimintakan penggantiannya kepada PHLN dinyatakan backlog sampai dengan SP2D Reksus berkenaan diajukan Replenishment/Reimbursement dan telah mendapat penggantian. (2) Pengeluaran atas SP2D Reksus berdasarkan SPM yang diajukan oleh PA/Kuasa PA yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam NPHLN dikategorikan sebagai pengeluaran ineligible. (3) Atas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan surat pemberitahuan kepada Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Anggaran. (4) Pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada ayat (3), menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dan harus diperhitungkan dalam revisi DIPA tahun anggaran berjalan atau dibebankan dalam DIPA tahun anggaran berikutnya. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 23 Juli 2010 DIREKTUR JENDERAL,

HERRY PURNOMO NIP 195305081976031002

http://www.wikiapbn.org

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 25 /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PINJAMAN JAPAN INTERNATIONAL COORPORATION AGENCY NOMOR IP-553 DEVELOPMENT OF BANDUNG INSTITUTE OF TECHNOLOGY (III)

DAFTAR PERSENTASE PEMBIAYAAN DANA PINJAMAN JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY NOMOR IP-553 DEVELOPMENT OF BANDUNG INSTITUTE OF TECHNOLOGY (III) Jumlah Pembiayaan Loan (dalam valuta Yen)
(3)

Kode
(1)

Uraian Kategori
(2)

Porsi Pembiayaan Loan


(4)

A B C D

Construction and Equipment Staff Development Consulting Services Contingencies Total

4.601.000.000 413.000.000 376.000.000 269.000.000 5.659.000.000

100% 100% 100% -

DIREKTUR JENDERAL,

HERRY PURNOMO NIP. 195305081976031002

http://www.wikiapbn.org

Anda mungkin juga menyukai