Anda di halaman 1dari 8

CATATAN-CATATAN PENTING SEPUTAR YASINAN1

Oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

Pak Maman (bukan nama sebenarnya) seorang yang hafal Surat Yasin di luar kepala, padahal dia buta huruf dan tidak bisa membaca al-Qur'an. Setelah diusut, dia adalah seorang "aktivis Yasinan" yang diadakan di kampungnya setiap malam Jum'at dan pada acara-acara lainnya. Pengalaman mirip juga dialami oleh Hendra (bukan nama sebenarnya). Pemuda yang beridentitas "santri pesantren" tersebut hafal Surat Yasin di luar kepala karena nyantri selama lima tahun di salah satu pondok pesantren, padahal surat-surat lainnya dia belum hafal!!! Dua fakta di atas merupakan contoh sekaligus bukti bahwa Yasinan adalah suatu tradisi yang mengakar di masyarakat kita. Nah, timbul sebuah pertanyaan: Apakah tradisi tersebut ada tuntunannya dalam agama Islam?! Ataukah itu adalah perkara baru dalam agama kita yang mulia?!! Inilah yang akan kita dudukkan permasalahannya pada lembaran catatan singkat ini. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang menerima kebenaran. LEMAHNYA SEMUA HADITS TENTANG YASIN Kita sangat gembira dengan banyaknya orang yang hafal Surat Yasin, tetapi kita yakin tentunya ada beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin menghafal surat tersebut. Setelah diperiksa, ternyata memang ada faktor pendorongnya, yaitu beberapa hadits yang menerangkan keutamaan dan ganjaran bagi orang yang membaca Surat Yasin. Akan tetapi, semua hadits yang menerangkan Surat Yasin lemah. Kami akan menyebutkan dan menjelaskan sebagian hadits tersebut supaya kaum muslimin mengetahui bahwa hadits-hadits tersebut tidak bisa dipakai sebagai hujjah meskipun untuk fadho'il a'mal (keutamaan amalan).2 1. Surat Yasin, Jantungnya al-Qur'an


"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki jantung, dan jantungnya al-Qur'an adalah Surat Yasin, barang siapa membacanya maka dia seakan membaca al-Qur'an sepuluh kali." MAUDHU' (PALSU). Diriwayatkan at-Tirmidzi: 4/46, ad-Darimi: 2/456 dari Humaid bin Abdurrahman dari Hasan bin Sholih dari Harun Abu Muhammad dari Muqotil bin Hayyan dari Qotadah dari Anas secara marfu'. Sanad ini lemah sekali, bahkan maudhu' karena Harun Abu Muhammad adalah pendusta. Dalam al-Ilal: 2/55-56 dinukilkan ucapan Abu Hatim bahwa hadits ini batil.3 2. Yasinan Malam Jum'at


"Barang siapa membaca Surat Yasin pada malam Jum'at akan diampuni." LEMAH SEKALI. Dikeluarkan al-Ashfahani dalam at-Targhib wat-Tarhib: hlm. 244 dari jalur Zaid bin Huraisy dari Aghlab bin Tamim dari Ayyub dan Yunus dari Hasan dari Abu Huroiroh. Sanad ini lemah sekali. Kecacatannya pada Aghlab bin Tamim. Ibnu Hibban berkata: "Mungkar haditsnya, dia

1 2

Majalah Al-Furqon, Edisi 12, th. Ke-8 1430/2009 Yasinan karya al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hlm 7-8, terbitan Media Tarbiyah, Bogor 3 Silsilah Ahadits adh-Dho'ifah: 169

meriwayatkan dari orang-orang terpercaya hadits-hadits yang bukan dari mereka, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah kerena banyaknya kesalahan dia."4

3. Baca Surat Yasin di Kuburan


"Barang siapa berziarah ke kuburan kedua orang tuanya setiap Jumat lalu membacakan di sisinya Surat Yasin, niscaya akan diampuni sebanyak jumlah ayat dan huruf yang dia baca." MAUDHU'. Diriwayatkan Ibnu 'Adi: 1/286, Abu Nu'aim dalam Akhbar Ashbahan: 2/344-345 dari jalur Abu Mas'ud Yazid bin Khalid: Menceritakan kepada kami Amr bin Ziyad: Menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ath-Thaifi dari Hisyam bin Urwah dari ayahya dari Aisyah dari Abu Bakar secara marfu'. Sanad ini maudhu' karena Amr bin Ziyad pemalsu hadits. Ibnu Adi berkata: "Batil." Hadits ini dicantumkan Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at: 3/239. Itulah tiga contoh hadits palsu tentang masalah ini. Sebetulnya masih banyak 'kawannya' yang semuanya tidak shohih dari Nabi 5. BEBERAPA CATATAN TENTANG YASINAN Berikut ini beberapa catatan berharga seputar masalah Yasinan dan hadits-hadits yang berkaitan tentang Surat Yasin: Catatan Pertama: Semua Haditsnya Tidah Shohih Semua hadits tentang keutamaan Surat Yasin6 adalah lemah sekali dan palsu, tidak dapat dijadikan sebagai landasan, menurut penelitian ilmu hadits. Dan kalau telah terbukti bahwa haditsnya tidak shohih maka kita dilarang untuk menyandarkannya kepada Nabi karena hal itu merupakan kedustaan atas nama beliau yang merupakan dosa besar.7 Demikian juga kita dilarang untuk mengamalkan isinya karena ibadah itu harus dibangun di atas dalil yang shohih. Imam al-Harowi meriwayatkan bahwasanya Ab-dulloh bin Mubarok pernah tersesat dalam safar. Sebelumnya telah sampai kabar kepadanya: "Barang siapa yang terjepit dalam kesusahan kemudian berseru: 'Wahai hamba Alloh, tolonglah aku!' maka dia akan ditolong." (Abdulloh bin Mubarak) berkata: "Maka aku mencari hadits ini untuk aku lihat sa-nadnya." Al-Harowi berkomentar: "Abdulloh bin
4 5

Silsilah Ahadits adh-Dho'ifah: 5111 Lihat masalah ini secara luas dalam buku Ahadits wa Marwiyyat fil Mizan Hadits Qolbul Qur'an Yasin karya Syaikh 'Amr Abdul Lathif, Yasinan oleh al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Hadits-Hadits Seputar Keutamaan Surat Yasin tulisan al-Ustadz Dzulqornain dalam Majalah An-Nashihah Vol. 6, Tahun 1424 6 Faedah: Yasin bukanlah salah satu nama Nabi . Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah berkata: "Adapun apa yang disebutkan oleh orang-orang awam bahwa Yasin dan Thoha termasuk nama-nama Nabi maka hal itu tidak benar. Tidak terdapat dalam hadits yang shohih, hasan, mursal, ataupun atsar dari sahabat. Huruf-huruf ini adalah seperti Alif Lam Mim, Ha Mim, Alif Lam Ro, dan sejenisnya." (Tuhfatul Maudud him. 109). Yasin adalah dua huruf hijaiyyah Arab yaitu ya' dan sin, dua huruf ini tidak memiliki arti karena bukan susunan kata bahasa Arab yang sempurna, tetapi dia memiliki tujuan mulia yaitu tantangan kepada orang-orang kafir yang mendustakan al-Qur'an agar mendatangkan kitab sepertinya yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang mereka ketahui. Oleh karena itu, seringkali setelah potongan huruf hijaiyyah tersebut, Alloh menyebutkan tentang kehebatan al-Qur'an. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, asy-Syinqithi, Ibnu Utsaimin, dll 7 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani berkata: "Para ulama bersepakat bahwa sengaja berdusta atas nama Rosululloh termasuk dosa besar, bahkan Abu Muhammad al-Juwaini sangat keras sehingga mengkafirkan orang yang sengaja dusta atas nama Rosululloh ( ". Nuzhotun Nadhor fi Taudhih Nukhbah Fikar him. 122)

Mubarak tidak memperbolehkan dirinya untuk berdo'a dengan suatu do'a yang tidak dia ketahui sanadnya."8 Setelah membawakan ucapan di atas, Syaikh al-Al-bani berkomentar: "Demikianlah hendaknya ittiba' (mengikuti Nabi)."9 Dan apabila memang dirimu pernah berpedoman pada hadits-hadits lemah dan palsu tersebut dan engkau pernah menjadi pembelanya, lalu Alloh memberikan petunjuk kepadamu, maka janganlah engkau segan-segan untuk memeluk kebenaran dan meninggalkan keyakinanmu yang dulu sekalipun telah mengakar dalam hatimu. Penulis merasa takjub dengan kisah Ibnul Jauzi tatkala beliau mengamalkan sebagian hadits tentang dzikir setelah sholat. Beliau berkata: "Dahulu saya telah mendengar hadits ini sejak kecil. Saya pun mengamalkannya kurang lebih tiga puluh tahun lamanya karena saya bersangka baik kepada para rowinya. Namun, tatkala saya mengetahui bahwa haditsnya adalah maudhu' (palsu) maka saya pun meninggalkannya. Ada seorang pernah berkata padaku: "Bukankah itu mengamalkan suatu kebaikan?!" Saya menjawab: "Mengamalkan kebaikan itu harus disyari'atkan. Kalau kita tahu bahwa itu adalah dusta maka berarti keluar dari perkara yang disyari'atkan."10 Catatan Kedua: Gambaran Acara Yasinan Acara Yasinan adalah acara yang telah mendarah daging di kalangan kaum muslimin di Indonesia. Acara ini biasanya diadakan setiap malam Jum'at atau malam-malam lainnya di masjid atau diadakan secara bergilir dari rumah ke rumah. DisebutYasinan karena yang dibaca pada acara ini adalah Surat Yasin secara bersama-sama sesudah membaca Surat al-Fatihah secara bersama-sama pula, kemudian diiringi dengan do'a Surat Yasin, takhtim, dan tahlil. Kemudian acara ditutup dengan membaca do'a takhtim dan tahlil. Semua itu dilakukan secara bersama-sama dan dengan suara keras.11 Yasinan di berbagai daerah terkadang disendirikan pada malam Jum'at dan terkadang dijadikan satu acara dengan 'temannya' yang bernama Tahlilan. Kegiatan ini dimulai dengan bacaan pujian, Surat Yasin, atau surat-surat lain, dzikir-dzikir, serta do'a-doa yangditujukan untuk si mayit di alam kubur, hingga diakhiri dengan hidangan aneka makanan yang lebih dari ala kadarnya, bahkan biasanya ada juga makanan buah tangan (berkat) yang dibawa pulang."12 Catatan Ketiga: Ritual Yasinan Bid'ah Tetapi Dianggap Sunnah Hadits No. 2 di atas sering dijadikan pedoman sebagian kaum muslimin yang mengadakan acara Yasinan setiap malam Jum'at padahal hadits tersebut tidak shohih. Dan anggaplah bahwa haditsnya shohih sekalipun, cara seperti itu tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Seandainya hal itu baik, tentu akan dianjurkan oleh Nabi dan para sahabatnya.13 Ingat, agama Islam telah sempurna dan ibadah itu harus berdasarkan dalil yang shohih. Namun, yang harus dipahami dan diperhatikan, ini bukan merupakan pelecehan kepada salah satu Surat al-Qur'an. Yang diingkari adalah tata acara ibadah yang tidak ada tuntunannya tersebut!! Mirip dengan masalah ritual ini adalah fatwa al-Hafizh as-Sakhowi ( murid al-Hafizh Ibnu Hajar )ketika beliau ditanya tentang kebiasaan manusia usai sholat bahwa mereka membaca al-Fatihah dan menghadiahkannya kepada kaum muslimin yang hidup dan mati, maka beliau menjawab: "Cara seperti itu tidak ada contohnya, bahkan ini termasuk kebid'ahan dalam agama."14
8 9

Dzammu al-Kalam: 4/68 Silsilah Ahadits adh-Dho'ifah: 2/109 10 Al-Maudhu'at: 1/245 11 Lihat Surat Yasin Takhtim Tahlil dan Doa, disusun oleh Muhammad Anwar, penerbit Sumber Ilmu Jaya, Medan. Dinukil dari Bincang-Bincang Seputar Tahlilan, Yasinan, dan Maulidan him. 15 karya Ust. Abu Ihsan alAtsari 12 Lihat Penjelasan Gamblang Seputar Hukum Yasinan, Tahlilan dan Selamatan hlm. 21-22 karya al-Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali A.M.) 13 Alangkah bagusnya ucapan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, ketika menafsirkan Surat an-Najm [53]: 39: "Dari ayat yang mulia ini, Imam Syafi'i dan para pengikutnya mengambil dalil bahwa menghadiahkan pahala bacaan al-Qur'an tidak sampai kepada mayit karena bukan amal dan usaha mereka. Oleh karena itu, Nabi tidak menganjurkan kepada umatnya untuk (melakukan) hal itu dan tidak dinukil adanya seorang sahabat pun yang melakukan hal itu, padahal seandainya itu baik tentu mereka akan lebih mendahului kita. Masalah ibadah harus berdasarkan pada nash, tidak boleh berdasarkan analogi dan pendapat semata." Berangkat dari ungkapan indah inilah, Ustadzuna Abdul Hakim bin Amir Abdat menulis bukunya Lau Kana Khoiron Lasabaquna Ilaihi. Semoga Alloh membalas kebaikan untuk penulisnya 14 Al-Ajwibah al-Mardhiyyah: 2/721

Nah, sekarang timbul pertanyaan: Apakah ritual Yasinan adalah ritual Islami?! Jawaban pertanyaan di atas dapat kita kutip dari sebuah diskusi kecil yang terjadi antara A dan B sebagai berikut: A: Mengapa anda tidak pernah kelihatan ikut acara Yasinan? B: Karena acara itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi kita. A: Bukankah ini termasuk ritual Islami? B: Ritual Islami berarti ibadah, sedangkan ibadah harus berdasarkan dalil yang jelas. Dan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya adalah bid'ah dan tidak diterima oleh Alloh, sehingga perbuatan itu sia-sia. A: Bukankah semua manusia sekarang mengamalkannya? B: Banyaknya manusia bukan sandaran kebenaran. Bukankah kebanyakan manusia sekarang berbuat maksiat? Apakah Nabi kita dan para sahabatnya dan generasi terbaik mengetahui ritual Yasinan? A: Mungkin saja mereka tahu! B: Mengapa mereka tidak melakukannya? Padahal mereka lebih tahu masalah agama daripada manusia sekarang. Bukankah para sahabat lebih rajin dan lebih semangat ibadah daripada kita? Apakah Nabi dan para sahabatnya bodoh masalah agama? Atau Nabi kita berkhianat tidak menyampaikan amanatnya?! Akhirnya, si A yang merupakan simpatisan ritual Yasinan pun terdiam dan setelah itu dia mulai meninggalkan ritual-ritual yang dikatakan Islami padahal tidak ada dasarnya sama sekali.15 Jadi, sampai sekarang belum kita temukan bukti nyata berupa riwayat atau hadits yang shohih bahwa Nabi pernah menyelenggarakan acara Yasinan di masjid beliau atau menganjurkannya kepada seorang sahabatnya. Bahkan Nabi telah melarang kita mengkhususkan hari Jum'at atau malamnya untuk diisi dengan ibadah-ibadah tertentu. Rosululloh bersabda:


"Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum'at dari malam-malam lainnya untuk sholat malam. Jangan pula kalian mengkhususkan hari Jum'at dari hari-hari lainnya untuk puasa kecuali bila bertepatan dengan puasa sun-nah yang biasa dia lakukan." (HR. Muslim: 1144) Catatan Keempat: Membaca Yasin di Kuburan Hadits No. 3 menunjukkan sunnahnya membaca al-Qur'an di kuburan padahal membaca al-Qur'an di kuburan tidak ada contohnya dalam sunnah yang shohih, tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Di antara dalilnya adalah hadits Nabi :

: .

Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh bersabda: "Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, karena sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya Surat al-Baqoroh." (HR. Muslim: 1300) Hadits ini mengisyaratkan bahwa kuburan bukanlah tempat untuk membaca al-Qur'an. Oleh karena itu, Nabi menganjurkan untuk membaca al-Qur'an di rumah dan melarang menjadikan rumah sebagai kuburan yang tidak dibacakan al-Qur'an di dalamnya.16 Bahkan dalam riwayat Muslim (1619) ketika Aisyah bertanya kepada Nabi " : Apa yang saya katakan pada mereka (ahli kubur), wahai Rosululloh?" Nabi m tidak mengajarkan kepada Aisyah agar membaca al-Qur'an tetapi hanya mengajarkan do'a dan salam saja. Seandainya hal itu disyari'atkan, tentu Nabi tidak akan menyembunyikan kepada kekasihnya.

15

Penjelasan Gamblang Seputar Hukum Yasinan, Tahlilan, dan Se-lematan karya al-Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali A.M. him. 32-33, Penerbit Pustaka Al-Ummat, cetakan pertama 16 Lihat Fathul Bari karya Ibnu Hajar 1/685

Dengan keterangan di atas, jelaslah bahwa membaca al-Qur'an di kuburan merupakan suatu kebid'ahan sebagaimana ditegaskan oleh sejumlah ulama seperti Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad dalam suatu riwayat.17 Wahai saudaraku muslim, peganglah erat-erat sunnah Nabimu dan waspadalah dari perkara bid'ah dalam agama sekalipun dianggap baik oleh kebanyakan manusia karena setiap bid'ah adalah sesat sebagaimana ditegaskan oleh Nabi 81. Catatan Kelima: Jangan Salah Paham!!! Hal yang perlu diingat dan diperhatikan dari tulisan ini adalah bahwa dengan membahas masalah ini bukan berarti kami melarang membaca Surat Yasin. Kami ingin menjelaskan kesalahan orang-orang yang menyandarkan dalil keutamaannya kepada Nabi karena berdusta atas nama Nabi diharamkan dan diancam masuk neraka. Selain itu, kita wajib melihat apakah ada contoh dari Nabi berupa riwayat yang menerangkan bahwa Nabi membaca Surat Yasin setiap malam Jum'at, setiap mulai atau menutup majelis ta'lim, ketika ada orang mati, dan lain-lain. Mudah-mudahan, penjelasan dan keterangan ini tidak mematahkan semangat tetapi malah sebagai dorongan untuk membaca dan menghafal seluruh isi al-Qur'an dan berupaya untuk mengamalkannya.19 Maka janganlah engkau tertipu dengan ucapan ahli bid'ah kepada Ahli Sunnah tatkala Ahli Sunnah mengingkari ritual seperti ini dengan ucapan mereka: "Mereka adalah Wahhabi!! Melarang manusia dari dzikir dan membaca al-Qur'an! Tidak suka bacaan al-Qur'an dan sholawat kepada Nabi!!" Jadikanlah atsar berikut ini sebagai pelajaran. Sa'id bin Musayyib melihat seorang laki-laki menunaikan sholat setelah fajar lebih dari dua roka'at, ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Akhirnya, Sa'id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata: "Wahai Abu Muhammad, apakah Alloh akan menyiksaku dengan sebab sholat?" Beliau menjawab: "Tidak, tetapi Alloh akan menyiksamu karena menyelisihi as-Sunnah."20 Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani mengomentari atsar ini: "Ini adalah jawaban Sa'id bin Musayyib yang sangat indah dan merupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid'ah yang menganggap baik kebanyakan bid'ah dengan alasan dzikir dan sholat kemudian membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlus Sunnah) mengingkari, dzikir dan sholat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlu bid'ah dari tuntunan Rosul dalam dzikir, sholat, dan lain-lain."21 Catatan Keenam: Menepis Beberapa Syubhat Ada beberapa alasan yang dijadikan landasan sebagian kalangan yang biasa menyelenggarakan acara tersebut, seperti ucapan mereka: "Ritual itu sudah merupakan bagian mayoritas masyarakat yang tidak bisa ditinggalkan", "Hadits-hadits keutamaan Yasin", dan sebagainya. Kami tidak ingin membahasnya satu persatu22 karena kami kira keterangan di atas sudah memuat jawabannya. Hanya, ada dua syubhat lainnya yang kami rasa penting untuk menjawabnya: Syubhat Pertama: Yasinan masalah Khilafiyyah. Syubhat ini mereka lontarkan seakan-akan Yasinan adalah masalah ijtihadiyyah yang boleh berbeda pendapat tentangnya, sehingga tidak boleh diingkari23
17

Syarh Ihya' karya az-Zabidi: 2/285 Silsilah Ahadits adh-Dho'ifah: 50. Lihat juga Ahkatnul Jana'iz: hlm. 241-242 19 Yasinan karya al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas him. 8-9, terbitan Media Tarbiyah, Bogor 20 Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Sunan Kubro: 2/466 dan dishohihkan al-Albani dalam Irwa'ul Gholil: 2/236 21 Irwa'ul Gholil: 2/236 22 Lihat secara luas dalam Penjelasan Gamblang Seputar Hukum Yasinan, Tahlilan, dan Selamatan karya Ust. Abu Ibrahim dan Bincang-Bincang Seputar Tahlilan, Yasinan, dan Maulidan karya Ust. Abu Ihsan al-Atsari 23 Sungguh mengherankan ucapan sebagian orang yang dianggap militan dalam organisasinya tatkala mengatakan: "Dari hasil penelitian dengan metodologi modern, maka tahlilan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan keagamaan, tahlilan merupakan alat pemersatu umat, dan tahlilan adalah masalah khilafiyyah yang tidak boleh diingkari oleh lainnya." (Sumber Konflik Masyrakat Muslim NU-Muhammadiyyah him. 257-259). Subhanalloh, apakah teknologi modern dapat merubah kebatilan menjadi suatu kebenaran?!! Hanya kepada Alloh kita mengadu, keadaan manusia zaman sekarang!!
18

Jawaban: 1. Kita bertanya-tanya: Apakah setiap perbedaan pendapat tidak boleh diingkari? Jawabannya tidak24, sebagaimana dahulu dikatakan:


Tidak semua perselisihan itu dianggap Kecuali perselisihan yang memang memiliki dalil yang kuat.25 2. Kewajiban setiap muslim ketika menjumpai perbedaan pendapat adalah mengembalikannya kepada Alloh dan Rosul-Nya, sebagaimana firman Alloh:


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur'an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa' [4]: 59) 3. Anggapan mereka bahwa Yasinan adalah masalah khilafiyyah adalah tidak benar karena perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan para ulama salaf adalah tentang masalah "menghadiahkan pahala amalan kepada orang mati" bukan masalah Yasinan. Adapun Yasinan adalah pengkhususan bacaan-bacaan tertentu sebagaimana yang mereka lakukan, dan ini termasuk bid'ah idhofiyyah karena tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya" dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Kalaupun seandainya kita mengatakan pahala bacaan al-Qur'an yang dihadiahkan akan sampai kepada orang mati maka ini pun sama sekali bukan dalil untuk melegalkan acara Yasinan. 4. Kemudian, mengapa mereka mengikuti sesuatu yang tidak ada landasannya, sedangkan sunnahsunnah lainnya yang jelas disyari'atkan mereka lalaikan?!!26 Syubhat Kedua: Jangan Sibuk Dengan Masalah Parsial!! Sebagian da'i yang 'hikmah' dan ustadz gaul yang 'tidak kolot' dengan 'kearifan' mereka mencoba untuk menempuh jalan pintas. Kata mereka: "Mengapa sih kita sibuk dengan masalah-masalah kulit!! Lihatlah, banyak saudara-saudara kita yang teraniaya!! Gereja-gereja timur saling bantu-membantu dengan gereja barat. Lantas, masihkan kita menyibukkan diri dengan masalah-masalah kulit seperti ini?!! Semuanya baik, yang yasinan atau yang tidak yasinan baik. Yang tidak baik adalah yang tidak ngaji al-Qur'an!!" Jawaban: 1. Ucapan ini sangat berbahaya karena akan berdampak meremehkan hukum-hukum Islam dengan alasan bahwa ini hanya masalah kulit, kecil, dan sebagainya. Lalu tidak ada pengingkaran dalam hatinya kepada seorang yang melanggarnya padahal mengingkari kemungkaran merupakan kewajiban setiap muslim. Apakah kita ingin seperti ahli kitab yang dilaknat Alloh karena mereka tidak mengingkari kemungkaran?!! Bukankah kewajiban bagi orang yang mengerti untuk tegas mengingkari kemungkaran?! Lantas, mengapa harus ditutup-tutupi?! 2. Pembagian agama Islam kepada isi dan kulit merupakan pembagian yang bid'ah. Dan kalau-lah pembagian ini dianggap benar maka hal itu bukan berarti bahwa kita harus meremehkan kulit karena
24

Untuk memahami masalah perbedaan, silakan lihat kembali tulisan kami "Perbedaan Pendapat Adalah Rahmat?!" dalam Majalah AL FURQON Edisi 9 Th. ke-8, hlm. 12-14 25 Lihat al-Itqon fi Ulum Qur'an karya al-Hafizh as-Suyuthi 1/24 26 Disadur dengan beberapa perubahan dari Penjelasan Gamblang Seputar Hukum Yasinan, Tahlilan, dan Selamatan karya Ust. Abu Ibrahim Muhammad Ali, cetakan pertama him. 70-76

kulit tidaklah diciptakan sia-sia tetapi untuk menjaga isi buah. Hal ini mendorong kita agar tidak meremehkan masalah kulit dalam agama!! Alangkah indahnya ucapan al-Izz bin Abdus Salam: "Seandainya dikatakan kepada seorang di antara mereka: 'Sesungguhnya ucapan gurumu itu cuma kulit, niscaya dia akan sangat mengingkarinya, lantas bagaimana dia menganggap kulit terhadap syari'at Islam!! Padahal syari'at diambil dari al-Qur'an dan sunnah. Maka hendaknya orang jahil ini mendapatkan hukuman yang pantas karena dosanya tersebut."27 3. Adapun masalah kehinaan kaum muslimin dan gencarnya makar musuh-musuh Islam, hal ini tidak boleh menjadikan terhambat (tertunda) nya penerapan sunnah Nabi . Bukankah para sahabat dan salaf dahulu juga menghadapi perlawanan hebat dari musuh-musuh Islam? Namun, apakah hal itu menjadikan mereka meremehkan dan meninggalkan penerapan sunnah Nabi dan mengingkari bid'ah?!! Sama sekali tidak.28 Catatan Ketujuh: Beberapa Bid'ah Berkaitan Surat Yasin Ada- beberapa kesalahan dan kebid'ahan yang biasa dilakukan oleh sebagian manusia berkaitan dengan Surat Yasin, di antaranya: a. Membaca Surat Yasin ketika memandikan mayit. b. Membaca Surat Yasin kepada orang yang akan meninggal dunia. c. Membaca Surat Yasin di kuburan. d. Menjadikan Surat Yasin sebagai jimat. e. Membaca Surat Yasin sebanyak empat puluh kali.29 Catatan Kedelapan: Marilah Banyak Membaca dan Mempelajari al-Qur'an Sekali lagi, bukanlah tujuan tulisan ini untuk menggembosi semangat kaum muslimin untuk membaca al-Qur'an. Sekali'-kali tidak, bahkan kami sangat mengimbau diri kami pribadi dan kepada seluruh kaum muslimin di mana pun berada untuk banyak membaca, mempelajari, merenungi, dan mengamalkan isi al-Qur'an karena di dalamnya terdapat mutiara-mutiara ilmu berharga yang akan menambah keimanan kita dan ketenteraman hati kita. Marilah kita ingat tujuan diturunkannya kitab suci al-Qur'an kepada kita. Alloh berfirman:


Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shod [38]: 29) Inilah tujuan diturunkannya al-Qur'an. Jadi, ia bukan untuk sebagai jimat, pajangan, atau ritualritual rutinitas yang tidak diizinkan dalam syari'at. Maka sebagai ganti dari acara Yasinan kita bisa mengubahnya menjadi pengajian tafsir al-Qur'an, pengajian agama lainnya, atau mengkaji bersama membaca al-Qur'an disertai artinya. Sungguh hal-hal ini lebih baik dan lebih berbarokah.30

27

Al-Fatawa him. 71-72, sebagaimana dalam Ilmu Ushul Bida' karya Ali bin Hasan al-Halabi him. 258 Lihat Tabshiru Ulil Albab bi Bid'ah Taqsim Din lla Qosyri wa Lubab karya Muhammad bin Ahmad Ismail hlm. 122-136. Lihat juga masalah ini secara panjang lebar dalam kitab Dalail ash-Showab fi Bid'ah Taqsim Din lla Qosyr wa Lubab karya Syaikh Salim bin 'Id al-Hilali 29 Lihat Mu'jamul Bida' him. 679 karya Syaikh Ro'id bin Shobri Abu 'Ulfah 30 Sebagai kenangan dan faedah, kami ceritakan bahwa ketika di Arab Saudi beberapa waktu yang lalu ada sekumpulan saudara kita warga Indonesia yang tetap aktif mengadakan ritual Yasinan di sana setiap malam Jum'at. Ketika melihat dari sebagian jama'ah wajah kebosanan dan kemalasan dari acara tersebut, sebagian saudara kami mengusulkan agar acara tersebut diselingi dengan pengajian agama dan meminta kepada penulis untuk berpartisipasi sebagai pematerinya. Kami pun menyetujui usulan tersebut. Awalnya, kami memberikan pengajian dengan materi umum tentang tauhid, sholat dll. tanpa membahas bid'ahnya acara tersebut sehingga setelah pengajianpun selesai dilanjutkan dengan acara Yasinan mereka, tentunya tanpa kehadiran kami karena kami pamit pulang dulu dengan berbagai alasan. Dengan berjalannya waktu, mereka pun akhirnya meninggalkan acara tersebut dan mencukupkan dengan pengajian agama padahal kami tidak pernah membahasnya secara langsung dalam kajian tersebut. Segala puji hanya bagi Alloh atas hidayah dan rahmatNya. Kami kisahkan ini dengan tujuan agar menjadi pelajaran bagi saudara-saudara kami untuk tidak gegabah dalam mengingkari ritual-ritual yang mengakar di masyarakat seperti ini
28

Akhirnya, kita berdo'a kepada Alloh agar menjadikan al-Qur'an penyejuk hati kita dan petunjuk hidup kita serta lentera jalan kita. []31

31

Di ketik ulang oleh Ibnu Majjah www.ibnumajjah.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai