عن عائشت ان النبي ﷺ قبّل بعض نسائه ثم خرج الى الصالة ولم يتوضأ
MAKALAH
Oleh:
Hadist dalam makna secara bahasa adalah adalah hal yang baru baik yang dekat
maupun jauh, atau bisa juga bermakna sebagai berita atau pembicaraan yang
ditransmisikan lewat suara ataupun tulisan. Makna hadist secara istilah adalah
ketetapan, sifat.
hukum setelah Al-Qur’an. Maka jika para ulama’ tidak menemukan penjelasan
tentang suatu hal dalam al-Qur’an maka mereka mencarinya dalam hadsit.
sebuah hadist. Mereka tidak serta merta menilai sebuah hadist sebagai hadist
shohih, hasan, do’if. Namun mereka memeriksa hadist tersebut melewati jalur
perawinya apakah yang meriwayatkan itu dapat dipercaya atau tidak, hal itulah
yang disebut takhrij hadist. Dalam makalah ini kami memilih satu hadist Nabi
2
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Takhrij hadist sendiri bermakna penulusuran letak hadist pada kitab-kitab primer
dibawah ini:
1
عن عائشت ان النبي ﷺ قبّل بعض نسائه ثم خرج الى الصالة ولم يتوضأ
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam at-Turmudzi, Imam Abu
Daud, Imam Ibu Majah dan Imam Al Baihaqi. Seluruhnya mengambil dari jalur
A’masy dari Habib bin Abi Tsabit dari ‘urwah bin Zubair dari Aisyah Ra. bahwa
Nabi Saw mencium sebagian istrinya kemudian dia sholat dengan tanpa berwudu’
kembali.2
Memang hadist ini ada yang menilai shohih dan ada juga yang
merinci satu persatu perawi yang meriwaytakan hadist ini untuk mengetahui status
hadist ini atau mentakhrij hadist ini dari segi sanadnya yang kami nukil semuanya
dari kitab tahdzibut tahdzib karya syekh Abi Fadl Ahmad bin Ali bin Hajar
Syihabuddin al-Asqlani.
a) Urwah bin Zubair bin Awwam bin Khuwaylid / Abu Abdillah al Madani,
beliau lahir di permulaan masa kholifah Ustman bin Affan dan meninggal
1
Ibnu Hajar al-Asqolani, Bulugh al-Marom (Surabaya: Maktabah Imarotulllah) hal. 25
2
Sunan Ibnu Majah, 1:502
4
pada tahun 94 H menurut pendapat yang shohih.3 Dia merupakan salah
saudaranya yaitu Abdullah, ibunya asma’ binti Abu Bakr, bibinya yaitu
Sayyidah ‘Aisyah Ra, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
Maka berkata al-ijly mengenai Urwah bahwa dia merupakan tabi’in yang
Tsiqqoh dan dia merupakan seorang yang sholih yang tidak pernah terjun
b) Habib bin Tsabit Qais bin Dinar, beliau merupakan seorang tabi’in kufah
yang tsiqqoh dan jujur sebagaimana yang dikatakatan oleh Imam an-
Nasa’i, al-‘Ijliy, dan Abu Hatim.5 Dia meriwayatkan hadist dari Ibnu
Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Zaid bin Arqom, Abi Tufail, dll.
hadist, dan ahli dalam ilmu faroid dan beliau mendapat julukan mushaf
karna kejujurannya.6
Dalam hal sanad semua perawinya tsiqqoh, berangkat dari hal ini dapat
memunggkinkan hadist itu dalam kategori shohih. Namun, setelah penulis cermati
3
Ibnu Hajar al-Asqolani, Taqribu at-Tahdzib ( Medan, Dar al-A’simah) hal. 674
4
Ibnu Hajar al-Asqolani, Tahdzib at-Tahdzib (Muassasah ar-Risalah, 1995) vol.3, hal. 93
5
Ibid.,vol. 1, hal. 347
6
Ibid.,vol. 2, hal. 110
5
kembali ditemukan bahwa Habib bin Tsabit tidak meriwayatkan hadist dari
Sehingga di sebagian redaksi itu hanya di sebut dengan Urwah saja, maka ada
sebagian ulama’ hadist mengatakan bahwa itu adalah Urwah al-Mazini. Kemudian
penulis telusuri kembali dan dikatakan bahwa Habib bin Abi Tsabit pun tidak
pernah mendengar atau meriwayatkan dari ‘Urwah al-Mizani. Maka berkata Imam
ini disebabkan terputusnya sanad. Karena status seorang ‘Urwah al-Maziniy tidak
diketahui siapa dia, maka status wudu’ saat telah menyentuh istri menjadi batal.
Hal ini senarai dengan pendapat bahwa batal wudu’ seseorang jika menyentuh
selain mahromnya (yang haram dinikahi karna sebab mahrom nasab) . Namun,
Imam yang lain ada yang berpendapat bahwa tidak batal seperti Imam Abu
Hanifah dan Imam Malik dikarnakan perbedaan mereka dalam menilai suatu
hadist. Meskipun banyak juga dari kalangan ulama’ malikiyah yamg juga
menganggap hadist itu mursal. Namun, banyak pula hadist yang kasus hukumnya
Terlepas dari perbedaan dalam menilai hadist diatas, bahwa setiap Imam
Imam yang lain seperti Imam Abu Hanifah memaknai ayat tersebut dengan makna
7
al-Qur’an, 3:43.
6
jima’ maka menurut pendapat beliau bahwa menyentuh istri tidak membatalkan
BAB III
PENUTUP
Maka setelah pengamatan pada sanad hadist diatas maka dapat dapat disimpulkan
bahwa hadist itu munqoti’ karna sebab seorang perawi tidak bertemu lansung
dengan pembawa berita. Namum ini hanya analisa penulis semata yang kemudian
8
Muhammad Ali as-Shobuni, Tafsir Ayat al-Ahkam (Beirut, Dar Ibn Assosoh, 2004) vol.
1, hal. 347
7
8