Anda di halaman 1dari 10

STUDI DAUR ULANG LIMBAH SISA MAKANAN KANTIN PUJASERA POLBAN SEBAGAI ALTERNATIF CAMPURAN RANSUM PAKAN AYAM

PEDAGING ________________________________________________________________________ OLEH :Slamet Sutjipto, Waluyo MusionoBintoro ABSTRAK


Sisa makanan rumah makanan dapat dijadikan alternatif campuran ransum pakan ayam pedaging . Dalam banyak hal, khususnya kantin pujasera Polban sisa makanan ini dibuang bersamaan pada saat melakukan mencuci piring ke saluran pembuangan, yang mengakibatkan saluran tersumbat dan menimbulkan bau disekitar lokasi pembuangan. Berdasarkan hasil pengujian, sisa makanan memiliki kandungan energi metabolisme 970 kkal/kg, protein 21.2 %, lemak 1.9 %, serat 10 %, kalsium 2 % , forfor 8 %, lisin 0.73% methionin 0.05 % dan sistin 0.41 %. Energi metabolisme dan nutrisi ini dapat ditingkatkan dengan cara mencampur dengan tepung jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, tepung kedelai, bungkil kelapa, tepung kacang tanah, minyak kelapa dan suplemen top mix, sehingga energi metabolismenya mencapai 2230,2 kkal/kg . Energi metabolisme ini cukup untuk ransum pakan ayam atau unggas. Hasil pengujian terhadap ayam pedaging menunjukkan adanya perbedaan nilai konversi (feed conversion rate ) antara 12.42 16,54 pada awal dan akhir pertumbuhan yang ternyata masih tinggi dibandingkan pakan standar dengan feed convertion ratio antara 9,54 10,64, yang berakibat pada waktu panen yang lebih lama 1.5 s/d 2 hari. Penggunaan ransum sisa makanan dapat menurunkan penggunaan tepung jagung dari rata-rata 49.5 % menjadi 29 %, dan bungkil kedelai dari 27.29 % menjadi 8 %. Kata-kata kunci Sisa makanan , Ransum Pakan Ayam , Energi Metabolisme , Nutrisi , Nilai Konversi. I. Latar Belakang Masalah Kantin Pujasera (Pusat Jajan Serba ada) Polban merupakan salah satu kantin mahasiswa Polban, yang berlokasi di bagian selatan Laboratorium Aeronautika , dan Laboratorium Kimia . Pembangunan kantin Pujasera dimulai panda awal tahun 2005 dan merupakan wujud pemberdayaan Polban dengan warga /penduduk didaerah sekitar (Shearing Community Development) dalam membantu ekonomi keluarga. Pengelolaan kantin Pujasera ini oleh koperasi Polban dalam bentuk sewa per bulan atau kontrak per tahun . Jumlah kantin pujasera saat ini berjumlah 16 lapak, visualisasi lokasi seperti terlihat pada Gambar 1

Gambar 1 Kantin Politeknik Negeri Bandung Tampak Luar Pengelolaan limbah/sampah saat ini, belum dilakukan pemisahan sampah organik dan unorganik. Sampah atau limbah tersebut di kumpulkan, dan kemudian dipindahkan ke kontainer pembuangan sementara (TPS) di pasar terdekat dengan cara membayar restribusi bulanan. Proses pengelolaan limbah/sampah di lakukan oleh koperasi Polban. Pekiraan volume sampah per hari di hitung berdasarkan volume sampah total (organik dan unorganik) yang mencapai sekitar 2 M3/ hari, dengan asumsi masa jenis sampah 950 kg/m3, maka masa sampah diperkirakan pada kisaran 1900 kg/hari. Untuk

memperkirakan limbah sisa makan di asumsikan bahwa 25 % dari 800 gram porsi makan per orang akan berupa limbah sisa makanan kali jumlah pengunjung 430 orang, kurang lebih 86 kg /hari atau sekitar 4.5 % dari total volume sampah. Hasil pengamatan di lapangan limbah sisa makan (makanan yang tidak habis disantap), tidak dilakukan pengelolaan melainkan dibuang bersamaan saat melakukan pencucian piring dengan air. Hal ini menyebabkan saluran air tersumbat di beberapa bagian dan bau di sekitar lokasi kantin Pujasera , yang diperlihatkan pada Gambar 2

Gambar 4. Sisa nasi yang dikeringkan dengan matahari 1.1. Perumusan Masalah Perumusan masalah dilakukan sebagai berikut. 1. Volume sisa makanan pada kantin Pujasera, cukup besar kurang lebih 86 kg/hari. 2. Terjadi penyumbatan pada saluran pembuangan dan menimbulkan bau. 3. Memanfaatkan sisa makanan untuk ransum pakan ayam pedaging 1.3.Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian antara lain; 1. Rancang bangun mesin pembuat pelet sisa makanan (prototipe) 2. Menganalisis kandungan nutrisi pelet sisa makanan 3. Membandingkan nutrisi pelet sisa makanan dengan kandungan nutrisi pakan ayam yang ada dipasaran 4. Mendapatkan perbandingan campuran yang ideal pakan ayam terhadap energi metabolisme 5. Menghasilkan pakan ayam sisa makanan produksi Polban Manfaat penelitian antara lain; 1. Mengolah limbah sisa makan kantin pujasera. 2. Membantu ketergantungan pakan ayam impor dengan harga yang murah 3. Membantu peternak ayam . II. Dasar Teori 2.1.Pengertian Sampah Pengertian sampah sebagian dari bendabenda atau hasil-hasil yang dipandang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi dan harus dibuang sehingga tidak mengganggu. Perkembangan jumlah sampah biasanya disebabkan oleh hubungan konsumsi dan produksi. Faktor terpenting dalam permasalahan sampah adalah besarnya populasi manusia (laju

Daerah Bau

Gambar 2. Saluran pembuangan limbah sisa makan pada bagian tengah belakang Akibat terjadinya penyumbatan pada saluran pembuangan, dilakukan dengan cara mengocekocek saluran dengan menggunakan potongan bambu atau batang kayu. Hasil pengamatan dilapangan terlihat banyak potongan bambu disekitar saluran atau bak kontrol, seperti diperlihatkan pada Gambar 3

Gambar 3. Saluran tersumbat & potongan bambu Sedangkan sisa makanan berupa nasi sisa, sayur dilakukan atas inisiatif sendiri-sendiri dikeringkan atau cara dijemur seperti diperlihatkan Gambar 4

pertambahan penduduk). Sangat logis bila jumlah penduduk tinggi, kebutuhan pangan meningkat, pemukiman juga tumbuh, yang pada akhirnya akan meningkatkan limbah domestik maupun limbah industri. Sampah memiliki hubungan timbalik-balik dengan kesehatan manusia terutama tiga hal ; 1. Sampah merupakan tempat berkembang biaknya berbagai jenis binatang vector seperti kecoak, lalat, tikus, dan lain-lain 2. Pembuangan sampah yang sembarangan akan menyebab tersumbatnya saluran air dan juga pencemar air permukaan atau air tanah. 3. Sampah yang dibuang sembarangan akan menyebabkan pemandangan yang tidak enak dan bau busuk yang menyengat. Begitu banyak sumber dan jenis sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang pada akhirnya akan memiliki dampak negative maupun positip tergantung pada cara pengelolaanya.1) 2.1.1.Sampah Sisa Makanan Sampah sisa makanan hampir terjadi di bergai rumah makan. Bila diruntut kebelakang makanan yang disajikan sesuai dengan menu pesanan konsumen (manusia), yang diproses melalui memasak didapur oleh manusia. Manusia yang melakukan aktivitas memasak memerlukan energi, demikian halnya untuk menggoreng ikan, memasak nasi dan lainlainnya memerlukan bahan bakar minyak/gas yang semuanya adalah energi. Manusia memakan karena perlu energi, selanjutnya berhenti memakan karena kebutuhan energinya telah tercukupi. Sudut pandang ini makanan adalah energi maka penulis berpendapat sisa makanan yang tidak habis dimakan adalah bentuk energi. Berdasarkan jenis limbah sisa makanan terdapat barbagai jenis ; mulai sisa tulang ayam, ikan, nasi , sayur, daging dll yang secara umum memiliki nutrisi atau zat-zat gizi yang secara umum digolongkan dalam bentuk air, karbonhidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Hasil penelitian nutri makanan dalam bentuk nasi putih, kaki ayam , daging , sop ayam di tambah seledri dan wortel, saus sambal, memiliki kandungan energi, mineral, vitamin, asam lemak jenuh satureted, asam lemak tak jenuh monounstureted dan asam aminimo.

organenisme hidup membutuhkan energi karena banyak reaksi biokimia yang berlangsung dalam tubuh orgamisme membutuhkan energi. Makanan yang dimakan organisme akan mengalami proses pembakaran di dalam tubuh organisme dimana proses tersebut disebut dengan metabolisme. Dalam proses metabolisme ini energi dalam makanan diubah menjadi energi yang dapat digunakan untuk melakukan kerja. Sel makluk hidup membutuhkan energi yang terus menerus untuk melakukan berbagai proses, seperti pertumbuhan dan pembiakan. Energi ini diperoleh dengan oksidasi senyawa organik yang mengandung karbon (C), sedangkan pembakaran di dalam sel ini disebut dengan pernapasan (respirasi) dengan percepatan katalis enzym, akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Dari 88 jenis unsur alam yang sudah ditemukan ada 40 jenis yang dibutuhkan sistem kehidup utamanya adalah karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen . Oksigen yang terdapat di alam dalam berbagai bentuk O2, CO2, H2O dan berbagai ikatan organik penting lainnya, seperti karbonat, protein, dan sebagian ion yang teratur (nitrat maupun karbonat). Siklus oksigen diawali oleh proses organik tumbuhan, melalui bantuan sinar matahari yang disebut dengan fotosintesis. Sedangkan karbon yang terdapat di atmosfir dalam bentuk CO2 sekitar 0.03 % . Hubungan C dan O akan membentuk CO2 dan selanjut akan bereaksi dengan air dan selanjutnya menguap kembali. Nitrogen merupakan unsur penting dalam protein, jadi penting bagi tumbuhan dan hewan. Namun demikian kebanyakkan organisme tidak menggunakan nitrogen secara langsung 9). Konsepsi di atas memberikan arahan pemikiran bahwa energi (bersifat kekal), oleh karena itu sudut pandang energi dapat disubsitusikan sebagai berikut.

2.2. Energi Energi dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan kerja/usaha. Semua

Gambar 5 Energi subsitusi manusia vs hewan

2.3. Nutrisi Dalam Pakan Ayam Ras Pedaging Semua bahan makanan dalam komposisi pakan ayam ras pedaging mengandung nutrisi. Bagi ternak, energi yang masuk ke dalam tubuh melaluhi makanan memiliki 4 fungsi yaitu : 1. Membantu melakukan reaksi fisik dan biologis seperti gerak, pernapasan, peredaran darah , pencernakan , suhu tubuh dll. 2. Menciptakan pertumbuhan secara normal 3. Memproduksi daging,bulu,dan tenaga 4. Untuk berreproduksi. Energi bahan makan secara umum di kelompokan menjadi empat bagian yaitu : energi broto, energi dicerna , energi metabolisme dan energi netto. Skematik ini dapat dijelaskan pada Gambar 6. berikut ini.

mengubah asam amino sehingga terjadi keseimbangan yang optimal. Ternak unggas akan berhenti mengkonsumsi makanan, jika kebutuhan energinya terpenuhi . Jika energi ini ditingkatkan, maka protein dan kebutuhan nutrisinya juga harus ditingkatkan, artinya semakin tingggi nilai energi pakan akan semakin sedikit tingkat komsumsi pakan. Untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukan suatu hubungan antara energi dan protein. 2.4. Bahan-Bahan Baku Pakan Unggas. 2.4.1.Bahan baku pakan sebagai sumber energi a. Jagung Dari tiga jenis jagung yang ada , yaitu jagung kuning, jagung merah , dan jagung putih maka jagung kuning yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pakan. Berdasarkan hasil pengujian terhadap jagung kuning terhadap nutrisi per 100 gram porsi makanan terdapat kandungan energi 86 kkal , protein 3.22 g, lemak 1.18 g , karbon hidrat 19.02 g , serat 2.7 g dan ampas 0.62 g . Selain itu jagung kuning juga memiliki kandungan mineral seperti : kalsium, besi ,magnesium dll , serta berbagai jenis vitamin : seperti vitamin A,B,C dan juga kandungan asam lemak jenuh pada kisaran 0.182 g . b. Dedak Padi Dedak padi biasanya mengandung serat kasar diperlukan karena kandungan vitamin B, namun demikian harus dipilih yang mengandung serat halus dan menir. Bahan-bahan lain seperti sorgom, tepung ubi kayu, minyak nabati , lemak hewan dll. 2.4.2. Bahan baku pakan sumber protein Sumber proteinnya dapat dipilih dari berbagai sumber misalnya a. Bugkil kacang kedelai. b. Kacang kedelai c. Bungkil kacang tanah d. Bungkil kelapa e. Ampas kecap f. Bungkil kapuk g. Tepung daun lamtoro h. Tepung ikan i. Tepung keong j. Tepung udang 2.4.3. Bahan baku mineral Sumber mineral dapat dipilih dari berbagai sumber misalnya : a. Tepung tulang b. Tepung kerang c. Kapur

Energi broto ( EB) adalah energi total yang terdapat dalam bahan makanan , sedangkan energi netto (EM) adalah energi yang digunakan dalam perhitungan-perhitungan energi pakan ayam (ras pedaging). 2.3.1.Nutrisi Protein dan Asam Amino Protein merupakan unsur pokok dalam tubuh dan jaringan lunak tubuh unggas yang diperlukan untuk memenuhi fungsi : 1. Zat pembangun untuk membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak dan reproduksi 2. Regulator yang berperan dalam pembentukan enzim dan metabolisme tubuh 3. Penghasil energi apabila dari sumber karbn hidrat dan lemak tidak tercukupi. Penyerapan protein oleh tubuh unggas adalah dengan cara memecah menjadi asam-asam amino melalui pernapasan oleh asam kuat atau dipengaruhi oleh enzim tertentu. Kualitas protein dalam makanan sangat ditentukan oleh asam aminonya dan ketersediaan asam amino dalam tubuh unggas . Kemampuan unggas untuk

d. e.

Dikalsium Fosfat Garam dapur

2.4.4. Bahan baku tambahan ( Pelengkap) Bahan baku tamhan ini diperlukan untuk melengkapi kandungan nutrisi dan biasanya dalam bentuk vitamin suplement , seperti top mix, vetmix, rhodiamix 22 dan mineral A, arsomix. Bahan bahan lainnya yang perlu ditambahkan adalah bahan anti jamur dan anti racun serta bahan pengawet lainnya. 2.4.5. Formula pakan ayam 2) Formula pakan yang diberikan peternak ternyata beragam, berdasarkan Lembar Informasi Pertanian(LIPTAN) LPTP Koya Barat ,Irian Jaya No 07/2000 ransum pakan ayam didasarkan pada lima hal penting yaitu : a. Sumber nabati yang terdiri dari : Jagung , dedak halus, ampas kelapa, ubi kayu,beras mentah b. Sumber protein yang meliputi : Kacang hijau, kedelai, bungkil kelapa, bungkil kedelai, ampas tahu, c. Sumber hewani yang meliputi : Bekecot, cacing tanah, ulat, kumbang dll d. Sumber mineral meluputi ; tepung ikan, dan tepung kerang dll e. Sumber dedaunan melupti : daun lamtoro, daun turi, kangkung, daun umbi-umbian, dan bayam dll. Berdasarkan fomula pakan ayam yang dikembangkan oleh LPTP (Loka Pengkajian Teknologi Pertanian ) Koya Barat di formulasikan sebagai berikut : 1. Tepung jagung : 35 % 2. Tepung kedelai : 20 % 3. Tepung bekatul : 30 % 4. Tepung ikan : 10 % 5. Kapur :1% 6. Minyak kelapa :1% Konsumsi ransum optimal sebesar 58.47 gram/ekor/hari , dengan penambahan bobot badan 16.52 gram/ekor/hari. Hal yang musti diperhatikan dalam pemberian pakan adalah menghindari pakan berhamburan dari wadah, oleh sebab itu dianjurkan untuk diisi 2/3 dari tempat makanan. Dan pemberian pakan dapat dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan petang hari 2.5. Perhitungan Konversi Pakan Dalam sistem pemeliharaan yang intensif, sekitar 60-70% dari biaya yang dikeluarkan digunakan untuk membeli pakan. Oleh karena itu efisiensi produksi unggas sangat ditentukan oleh jumlah

biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan serta jumlah produksi yang dihasilkan dalam bentuk telur atau daging. Jumlah pakan yang dikonsumsi tergantung pada sifat bobot badan yang divariasi nutrisi dan nilai gizi pakan. Konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ,

Konversi pakan =

jumlah konsumsi pakan pertambahan bobot badan

2.6. Desain Mesin Pembuat Pellet Proses desain mesin pembuat pellet sisa makan dilakukan untuk menghasilkan kontruksi mesin yang murah dan mudah untuk dioperasikan . Mekanisme desain dimulai dengan membuat gambar desain yang disesuaikan dengan tempat dan kelengkapan mesin yang dibutuhkan . Gambar mesin yang direncanakan ( draf ) sebagimana terilihat pada Gambar 2.2. berikut ini .

Gambar 7 Mesin pembuat pelet 2.6.1 Perhitungan Kontruksi Mesin Pembuat Pellet Sisa Makanan. A. Material Mesin Penggiling Material atau bahan mesin penggiling terdiri dari beberapa komponen antara lain : Bahan rangka mesin penggiling terbuat dari besi cor atau proses casting yang terbuat bari besi cor kelabu Poros spiral dengan diameter :720 mm , terbuat dari bahan besi cor kelabu dengan kekerasan 74 HRC

Pisau potong dengan jumlah pisau 4 buah bahan terbuat dari AISI 3040 diameter :72 mm, dengan kekerasan 72 HRC kekerasan ini diasumsikan lebih keras dibandingkan dengan tulang ayam sehingga mampu untuk memotong. Cetakan pellet , diameter : 81 mm , diameter lubang cetakan: 6 mm , bahan terbuat dari AISI 304 ,julah lubang cetakan 54 buah. Tutup catakan , dimeter luar : 1180 mm , diameter ulir dalam :930 mm dan jumlah ulir 6 buah jenis ulir metrik

III. MATERI DAN METODA PELAKSAAN 3.1. Proses Pembuatan Pelet Sisa Makanan Proses pembuatan pellet dilakukan di Lab Produksi dengan cara sebagai berikut : 1. Sisa makanan yang berasal dari kantin Pujasera dikering dengan menggunakan oven 2 s.d 3 jam /4 kg atau dijemur untuk menghilangkan kadar airnya. 2. Setelah itu masukkan kedalam mesin penggiling untuk menghasilkan serbuk 3.2. Proses penggilingan sisa makanan Proses penggilingan dilakukan sebagai berikut: 1. Sisa makanan yang sudah dikeringkan dimasukkan kedalam mesin penggiling. 2. Penggilingan dilakukan secara bertahap untuk menghindari kelebihan beban mesin.

B. Sistem Penggerak Energi motor penggerak AC : 220 Volt /0.5 hp : 1.9 Amper , putaran : 1400 rpm Reduction gear putaran input : 1400 rpm , untuk mendapatkan putaran pada tersebut dihitung berdasarkan putaran ideal pada mesin penggiling.Untuk menghasilkan gerak antara motor dan reduction gear dipasangan dua buah pully yang terpasang pada pully motor dan pully reductian gear dengan diameter pully motor :100 mm dan pully reduction gear : 100 mm. Bahan pullly terbuat dari aluminum , sedangan spesifikasi belt adalah : A.36 Gear poros penggiling dan output reduation gear memiliki jumlah gigi :35 buah dan 35 buah , dengan mekanisme transmisi menggunakan rantai Dudukan poros gear dirancang terpisah dengan penggiling dan di baut pada rangka mesin. C. Perhitungan Kapasitas Produksi Pellet C.1. Perhitungan kecepatan dan effisiensi penggilingan Putaran penggiling (n) = 47 Rpm Jumlah pisau potong (m) = 4 buah Jumlah lubang cetakkan (i) = 54 lubang umlah pellet (np) yang dihasilkan perputaran dihitung : np = nxmxi = 47 x 4 x 54 = 10152 pelet per menit Volume = 286895.5 mm3/menit np = 609120 pelet / jam (dalam kondisi basah) volume /jam = 17213731 mm3/jam., p = 500 kg/m3 berat pelet per jam hasil penimbangan (k) = 2.151 kg /jam berat sisa makanan yang di proses (L) = 2195.629 kg/jam , jadi efisisensi mesin dihitung

Gambar 8. Proses penggilingan 3.3. Produk hasil penggilingan Produk hasil penggilingan, dilanjutkan dengan pengayakan untuk memisahkan butiran yang kasar dengan butir halus, dengan hasil seperti Gambar 9. berikut;

Gambar 9. Serbuk hasil penggilingan Serbuk hasil penggilingan ini, perlu dilakukan pemeriksaan kandungan energi dan nutrisinya terhadap 10 komponen Tabel 1.sebagai berikut;

L-k (m) = x100% = 98 % L

Tabel 1.Komponen pengujian


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Komponen Pengujian Energi Metabolisme Protein Lemak Serat Kalsium Fosfor Lisin Methionin Sistin Satuan kkal/kg % % % % % % % %

Untuk perhitungan energi dan nutrisi campuran antara tepung sisa makanan dan tepung-tepung lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan program microsof exels. Bahan bahan pembuatan ransum sisa makanan, dapat perlihatkan pada Gambar 10

% 10 M+S Referensi : Wawan Muhammad Ichwan W ,Agromedia pustaka

Apabila hasil pemeriksaan energi metabolisme dan nutrisi masih rendah dibandingkan ransum pakan ayam pedaging komersial sebagaimana diperlihatkan pada Table 2. maka perlu dilakukan pencampuran Tabel 2.Kamponen ransum standar komersial
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Komponen Energi Metabolisme Protein Lemak Serat Kalsium Pospor Lisin Methionin Sistin M+S Standart 2900 22 6.5 4 1 0.8 1.2 0.5 0.4 0.9 satuan kkal/kg % % % % % % % % % No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah

Gambar 10. Bahan-bahan campuran Untuk mendapatkan hasil pencampuran yang baik lakukan dengan harga prosentase yang rendah dulu, dengan cara menimbang bagian perbagian seperti diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Bahan-bahan ransum sisa makanan
Masa campuran (gram) 400 290 30 20 50 80 80 50 1000

Nama Ransum Sisa Makanan Jagung Kuning Minyak Kelapa Dedak Padi Tepung Ikan Bungkil Kedelai Tepung Kacang Tanah Top Mix

% 40 29 3 2 5 8 8 5 100

Referensi : Yani Sudarso , Anita Siriwa Aneka pilihan ransum ayam

3.4. Proeses pencampuran Proses pencampuran antara tepung sisa makanan berpedoman pada tabel energi ,Tabel 3. Tabel 3.Energi metabolisme (kkal/kg)
No 1 2 3 4 5 6 Bahan Ransum Jagung Kuning Minyak Kelapa Dedak Padi Tepung Ikan Bungkil Kedelai Bungkil Kelapa kkal/kg 3430 9000 1630 2930 2330 1570

3.5. Pengujian Ransum Campuran Sisa makanan dan Ransum Pakan Standar Pengujian ransum campuran sisa makanan dan ransum pakan standar, dilakukan pengujian terhadap ayam pedaging masingmasing lima ekor , seperti terlihat pada Gambar 11 berikut ini .

Referensi : Wawan Muhammad Ichwan W ,Agromedia pustaka

EM

3000 2000 kkal/kg 1000 0 EM

Standar 2900

Sisa mak anan 2230.20

Gambar 11. Pengujian ransum sisa makan Pengujian dilakukan kurang lebih 1 bulan, dengan memberikan ransum campuran sisa makan dan ransum pakan standar. Pemberian ransum pakan harus di cacat dalam satu minggu nya. Dan kemudian dilakukan penimbangan berat ayam perminggu. Pencacatan ini penting dilakukan untuk mengetahui nilai konversi nya IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Analisis Energi Metabolisme dan Nutrisi Untuk mengetahui kandungan energi metabolisme dan nutrisi , diperlukan pengujian tersendiri . Mengingat hal tersebut pengujian dilakukan di luar yaitu di Laborium Teknologi Pangan Unpas. Dengan hasil sebagaimana terlihat pada Tebel 5. berikut ini
Tabel 5.Perbandingan Ransum Pakan Unggas Komersial Dan Sisa Makanan Hasil PengujianSisa makanan 970 21.2 1.9 10 2.0 8.00 0.73 0.05 0.41 0.46 Satuan

Gambar 12 Perbandingan EM sisa makanan campuran dan standar komersial Sedangkan hasil pengujian terhadap kandungan mineral dapat di sajikan pada Gambar 13 berikut ini :
Kandungan Mineral
25.00 20.00 15.00 % 10.00 5.00 0.00 Campuran Standar

1 22.00 22

2 6.81 6.5

3 7.28 4

4 1.13 1

5 4.64 0.8

1.Protein.2Lemak,3.Serat,4 Kalsium,5.Fosfor

Gambar 13. Perbandingan Kandungan Mineral Demikian halnya kandungan asam amino esensial dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini
1.20 1.00 0.80

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Komponen EM Protein Lemak Serat Kalsium Fosfor Lisin Methionin Sistin M+S

Standar 2900 22 6.5 4 1 0.8 1.2 0.5 0.4 0.9

kkal/kg % % % % % % % % %

% 0.60 0.40 0.20 0.00 Sisa Mak anan Standar Lisin 1.01 1.2 Methionin 0.47 0.5 Sistin 0.33 0.4 M+S 0.80 0.9

Gambar 14. Perbandingan Asam Amino Esensial Gambar 14 menunjukkan bahwa asam amino esensialnya sisa makan campuran ternyata di bawah standar pakan komersial , hal ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain , bahwa cara mencapur ramuan dan prosentasi komposisi campuran sisa makanan tidak homogen. Rendahnya kandungan asam amino menyebabkan laju pertumbuhan berat ayam akan menjadi lebih rendah di bandingkan dengan ransum ayam yang ada di pasaran, hal ini di

Pada tabel 5 terlihat bahwa, EM (energi metabolisme ) sisa makan masih terlalu rendah untuk di konsumsi ayam, oleh karenan itu energi metabolisme tersebut perlu di tingkatkan, minimal mendekati ransum ayam stndar. Hasil pencampuran antara sisa makanan dan tepung ransum dapat di lihat pada Gambar 12.

perlihatkan dari pengamatan selama 1 bulan pengujian sebagaiman terlihat pada Gambar 15.
900 800 700 Berat ( gram ) 600 500 400 300 200 100 0 Ransum Sisa Makanan Standar

4.

5.
0 1 2 3 4
Minggu

Gambar 15 . Perbadingan laju berat ayam Laju petumbuhan berat ayam dengan menggunakan ransum campuran mengindikasikan bahwa proses pencapuran yang telah dilakukan tidaklah mencerminkan perbandingan yang ideal. Pembuktian akan rendahnya kandungan energi metabolisme ini dapat di bedakan dalam feed conversion ratio ( fcr) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ransum ayam standar, seperti terlihat pada Gambar 16
18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1 2 3 4
Sisa Makanan Campuran Standar Pakan

6.

yang lebih halus, dan sangat baik untuk dibuat pellet. Kandungan energi metabolisme sisa makanan masih rendah pada kisaran 970 kcal/kg , demikian halnya dengan asam aminonya yang berakibat pada laju pertumbuhan berat ayam lebih rendah dibandingkan ransum ayam standar. Feed Convesion Ratio (FCR) yang tinggi menyebabkan jumlah konsumsi pakan dengan menggunakan ransum sisa makanan akan lebih banyak dibandingkan dengan ransum pakan standar. Kondisi ini akan menyebabkan waktu panen akan lebih lama 1,5 s/d 2 hari untuk bobot ayam 1.5 kg per 40 hari. Secara umum penggunaan ransum ayam sisa makanan dapat mengurangi penggunaan tepung jagung, dan tepung kedelai dari 49.5 % ke 29 % , dan bungkil kedelai dari 27.29 % ke 8 %.

Umur -Minggu

Gambar 16.Perbandingan FCR V. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembuatan ransum ayam pedaging dengan bahan baku sisa makanan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses pembuatan pellet dengan menggunakan mesin yang telah dibuat belum optimal , utamanya adalah proses oven . Pada volume pemasukkan sisa makan yang berlebihan akan menyebabkan mesin overload sehingga mesin tidak lagi mampu untuk menggiling. Proses pembuatan pellet , sebaiknya sisa makanan, dikeringkan lebih dahulu dengan tingkat kekeringan 5-10 % . Kandisi ini akan menghasilkan tepung

5.2. Saran 1. Bahwa sisa makanan yang berasal dari kantin Pujarasera polban sebaiknya ditampung terlebih dahulu ditempat penampungan yang terpisah dengan sampah unorganik 2. Untuk menghasilkan kontinuitas produksi diperlukan tempat pengering dan tempat proses produksi yang khusus 3. Sebaiknya sisitem oven tidak menggunakana energi listrik karena akan menambah biaya produksi, di sarankan menggunakan sekam padi untuk pengahasil panas. 4. Sebaiknya hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk mendapatkan ransum ayam pedaging yang lebih tinggi energi metabolismenya dibandingkan dengan ransum ayam yang ada dipasaran , dengan harga yang jauh lebih murah Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. Daryanto, Drs . Masalah Pencemaran . Edisi Pertama Penerbit Tarsito Bandung 2004 Wawan Mochamad Ichwan W . Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging .Penerbit PT. AgroMedia Pustaka Jakarta,2003 http://www.pikiran rakyat.com/cetak/0804/26/ckrawala/utama0 2.htm http://www.asiamaya.com/nutrients.htm

Konversi

2.

3.

5. 6. 7.

http://balitnak.libang.deptan.go.id http://peternakan.com/Tip.hmtl Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) Koya Barat. Penerbit Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat 8. Kusdwiratri Setiono , Johan S.Masjhur,Anna Alisyahbana . Manusi,Kesehatan dan Lingkungan Penerbit Alumni Bandung 1998 9. Ir.Philip Kristonto, Ekologi Industri, Penerbit ANDI Yogyakarta 2002. 10. Robert C.Juvinall . Fundamental of Machine Component Design. Penerbit John Wiley & Sond 1983 11. D.A.Pratiwi , Srimaryati dan kawan-kawan , Biologi SMA jilid 3 , Penerbit Erlangga 2006.

10

Anda mungkin juga menyukai