Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE TIPE STAD PADA PENGAJARAN PKN SD KELAS V SDN MALANG

G KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN Dosen Pengampu : : Drs Edy Siswanto, M.Pd

Disusun oleh SATRIYO AGUNG NUGROHO ( 09141196 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian dengan judul Pengembangan Model Pembelajaran Koopetarif Dengan Metode Tipe STAD Pada Pengajaran PKn SD Kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Selama penulisan tugas penelitian ini banyak pihak yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penulisan tugas penelitian ini sampai dengan selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada: 1. Bapak Drs Edy Siswanto, M.Pd 2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan tugas penelitian ini. Saran dan kritik dari semua pihak selalu penulis tunggu demi perbaikan dan kesempurnaan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Besar harapan penulis semoga penelitian ini menjadikan amal sholeh dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita, Amin. Madiun, 17 - 01 - 2013

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Kegunaan Penelitian.. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTISIS PENELITIAN. 2.1 Kajian Pustaka.. 2.2 Kerangka Pemikiran.... BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 3.2 Subyek Penelitian.. 3.3 Metode dan Desain Penelitian... 3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. 3.5 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian..... 3.6 Analisis Data. DAFTAR PUSTAKA... Halaman i ii iii 1 1 4 4 5 6 6 23 24 24 25 25 29 31 34 37

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan sebagai salah satu pengembangan SDM yang bermakna sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada ke beradaan pendidikan yang berkualitas yang berlangsung dimasa kini. Oleh karena itu, upaya peningkatan sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya SDM yang berkualitas dan ber IMTAQ serta berbudi pekerti luhur. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dunia pendidikan di Indonesia pun harusnya mengalami kemajuan. Dan kemajuan yang akan dicapai dalam pendidikan dapat diwujudkan melalui suatu perubahan, pengembangan, penyempurnaan, dan inovasi terhadap kurikulum pendidikan. Di dalam kurikulum pendidikan itu sendri memuat bahan atau materi ajar, pola pengajaran atau pengelolaan (metode pembelajaran, model pembelajaran, dan media pembelajaran sebagai pendekatan proses belajar mengajar), serta penilaian sebagai bentuk evaluasi pendidikan yakni tolak ukur keberhasilan pendidikan. Di dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, sehingga tercipta SDM yang berkualitas dan ber IMTAQ serta berbudi pekerti luhur tidak lepas dari PKn. Di dalam hal ini PKn memiliki peran penting yaitu di dalam

pembentukan watak atau karakteristik, moral, nilai, sikap dan perilaku peserta didik sebagai warga negara yang baik. Serta memiliki kepribadian, IMTAQ dan berbudi pekerti yang luhur di dalam kehidupannya sebagai warga negara. Karena itulah, PKn sangat penting untuk diberikan sejak usia dini yaitu di tingkat SD. Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn, menurut Mulyasa (2007) yaitu untuk menjadikan siswa: 1. Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. 3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Menurut KTSP PKn di SD terdiri dari 24 standart kompetensi yang dijabarkan dalam 53 kompetensi dasar, secara umum meliputi 8 aspek yaitu : (1) Persatuan dan kesatuan, (2) Norma hukum dan peraturan, (3) HAM, (4) Kebutuhan warga negara, (5) Konstitusi negara, (6) Kekuasaan politik, (7) Kedudukan pancasila, dan (8) Globalisasi. Dan kesemua materi ini harus dikuasai dengan atau secara baik dan tuntas oleh siswa SD dengan memahami dan menguasai kesemua materi tersebut.

Menurut penemuan di lapangan bahwa antusiasme siswa SD terhadap mata pelajaran PKn sangatlah rendah. Hal ini disebabkan begitu banyaknya materi yang harus diserap dan dikuasai oleh siswa. Siswa menguasai materi ini dengan bersusah payah memahami, menghafal bahkan mengingat materi yang ada di dalam 8 aspek yang disebutkan di atas. Sehingga mata pelajaran PKn sepertinya berubah menjadi momok atau hal yang menakutkan kedua setelah mata pelajaran matematika bagi siswa SD. Hal ini didorong juga oleh kinerja guru yang mengajarkan atau menyampaikan materi PKn terkesan monoton, yakni dengan cara penyampaian materi selalu menggunakan ceramah, tanya jawab, diskusi yang sifatnya klasikal tanpa adanya variasi yang mampu menarik minat siswa untuk mengikuti atau mempelajainya. Sehingga mata pelajaran PKn oleh siswa dianggap sebagi mata pelajaran yang

membosankan. Bila ini dibiarkan terjadi terus menerus maka yang ada adalah kegagalan penanaman konsep dan penamaman nilai nilai luhur kepada siswa hanya tinggal menunggu waktu. Dengan demikian, sebagai guru perlu mengambil langkah dan inisiatif untuk senantiasa membenahi dan melakukan berbagai inovasi dalam pembelajarannya. Dan aspek yang perlu dibenahi dan dikembangkan

meliputi: materi ajar, media pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, pendekatan dan penilaian (evaluasi) dalam pembelajaran PKn di SD. Berdasarkan penjelasan di atas kami (peneliti) akan melakukan penelitian tentang sejauh mana pengembangan pembelajaran PKn di SD

dilakukan. Sehingga, kami mengangkat judul penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Tipe STAD Pada Pengajaran PKn SD Kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran seperti apa yang telah digunakan / dikembangkan dalam pembelajaran PKn di SDN Kelas V Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan? 2. Bagaimanakah pengaruh pengembangan model pembelajaran yang telah digunakan dengan pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD yang ditawarkan terhadap hasil prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn di SDN Malang Kec. Maospati Kab. Magetan ? 3. Adakah upaya upaya pengembangan model pembelajaran yang lain. Selain yang telah digunakan untuk peningkatan hasil prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn di SDN Malang Kec. Maospati Kab. Magetan ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD pada pengajaran PKn SD kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti, siswa dan sekolah. a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan penelitian dalam membekali diri sebagai calon guru SD yang memperoleh pengalaman meneliti secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan model dalam mengajar. b. Bagi Guru Merancang model pembelajaran PKn yang kreatif sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Bagi Siswa 1. 2. 3. d. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka pengembangan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD khususnya mata pelajaran PKn dan mata pelajaran lainnya dengan memperhatikan metode-metode yang dipergunakan secara tepat dan baik untuk meningkatkan prestasi belajar. Meningkatkan kretifitas siswa dalam proses pembelajaran. Meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa dapat terpacu lebih bersemangat untuk belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menyelesaikan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus

yang

disebut keterampilan

kooperatif.

Keterampilan

kooperatif

berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain : 1. Keterampilan kooperatif tingkat awal. a. Menggunakan kesepakatan. b. Menghargai kontribusi. c. Mengambil giliran dan berbagai tugas. d. Berada dalam kelompok. e. Berada dalam tugas. f. Mendorong partisipasi. g. Mengundang orang lain untuk berbicara. h. Menyelesaikan tugas pada waktunya. i. Menghormati perbedaan individu. 2. Keterampilan tingkat menengah. a. Menunjukkan penghargaan. b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. c. Mendengarkan dengan aktif. d. Membuat ringkasan. e. Menafsirkan. f. Mengatur dan mengorganisir.

g. Menerima tanggung jawab. h. Mengurangi ketegangan. 3. Keterampilan tingkat mahir. a. Mengelaborasi. b. Memeriksa dengan cermat. c. Menanyakan kebenaran. d. Menetapkan tujuan. e. Berkompromi. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 (enam) langkah utama yaitu : Fase 1. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase 5. Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. tujuan dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu.

b. Unsur - unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson dalam bukunya Lie (2002:30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai perkembangan kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu : a. Saling ketergantungan yang positif b. Saling interaksi tatap muka c. Setiap individu bertanggungjawab d. Adanya komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok (Lie 2002 : 30) Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya, sehingga seluruh anggota diharapkan mampu untuk memberikan peran aktif dalam kegiatan kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga pada akhirnya seluruh anggota kelompok bisa mencapai tujuan mereka. Dalam kegiatan kelompok setiap anggota kelompok, harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Dengan menyatakan pendapat akan terbentuk sinergi positif yaitu adanya saling

menghargai

perbedaan,

memanfaatkan

kelebihan

dan

mengisi

kekurangan masing-masing. Pola penilaian dan penugasan dalam pembelajaran kooperatif, membuat setiap siswa merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan terletak pada persiapan dan penyusunan tugas pembelajaran yang harus dilakukan oleh tiap-tiap anggota kelompoksecara betanggung jawab, agar tugas selanjutnya dapat dilaksanakan. Anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugas akan diketahui dengan jelas dan mudah. Hal ini menimbulkan dorongan dari teman-teman dalam satu kelompok untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lain. Sebelum penugasan siswa, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan mengeluarkan

pendapatnya. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama perlu direncanakan oleh guru. Waktu evaluasi tidak perlu setiap kali ada kerja kelompok, namun dapat dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran. c. Macam Model Pembelajaran Kooperatif 1. JIGSAW Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah

mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. 2. Student Team Game Tournament (STAD) Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. 3. Team Games Tournament (TGT) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. 4. Kelompok Investigasi Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). 5. Pendekatan Struktural Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan- kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numberedhead-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi

tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan

keterampilan sosial. d. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Slavin (pembelajaran kooperatif model STAD, siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi,sedang dan rendah. Pada model STAD siswa dikelompokkan secara

heterogen,kemudian siswa yang pandai menjelaskan kepada anggota yang lain sampai mengerti. Model kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotifasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. e. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Karakteristik pembelajaran STAD ( Student Team

Achievement Division) antara lain : 1. Menyampaikan materi pelajaran

2. Membagi siswa dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4

atau 5 siswa 3. Menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok

4.

Membimbing siswa dalam kerja kelompok

5. Menugasi siswa melaporkan hasil kerja kelompok

6.

Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: 1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai

materi akademis. 2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa

yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. 3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok

kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin. 4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok

daripada individu. http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf f. Tahap tahap Pembelajaran Tipe STAD 1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompokkelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam

kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :

a. Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang. b. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll. 2. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut : a. Pendahuluan Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. b. Pengembangan Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. c. Praktek terkendali Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah

agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

3.

Kegiatan kelompok Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

4.

Evaluasi Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok

5.

Penghargaan kelompok Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

6.

Perhitungan

ulang

skor

awal

dan

pengubahan

kelompok

Satu periode penilaian (3 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.

Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

Menurut salvin ( dalam Zainuris,2007:8)mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : a. b. Guru menyampaikan materi pelajaran Guru membentuk beberapa kelompok,setiap kelompok

terdiri dari empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan

dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar d. Guru memfasilitasi siwa dalam bentuk

rangkuman,mengarahkan,dan memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah dipelajari e. f. Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu Guru memberikan penghargaan kepada kelompok

berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari enam langkah yaitu : a. b. c. Persiapan pembelajaran Penyajian materi Belajar kelompok

d. e. f.

Tes Penentuan skor peningkatan individual dan Penghargaan kelompok.

g. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Tipe STAD Landasan yang mendasari model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini

menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Dengan bekerja sama maka kelangsungan hidup dapat terpenuhi. Sampai saat ini model pembelajaraan kooperatif belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Kagan ataupun Slavin dalam bukunya Kauchak (1998:136,137) mengatakan adanya masalah menetapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang tidak efektif. Ramai, biasanya yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang produktif. Ketika menerapkan strategi belajar bersama, kita harus berharap agar kelas lebih ramai sedikit karena siswa bekerja dan berbicara dalam kelompok kecil. Namun sesuatu yang berkelebihan, bagaimanapun akan mengganggu guru dan mengganggu fungsi kelompok dan kelas lainnya.

Gagal untuk menyatu, biasanya terjadi pada siswa yang terisolasi secara sosial. Dalam kegiatan belajar, siswa duduk diam terisolir dari siswa-siswa lainnya. Belajar bersama mengharuskan mereka berbicara, mendengarkan dan membantu lainya untuk belajar. Proses biasanya dibuat lehih rumit oleh keheterogenan kelompok tersebut. Perilaku yang salah, biasanya timbul karena adanya ketidaktahuan siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini yang menimbulkan peningkatan masalah manajemen pada siswa sehingga memerlukan solusi untuk masalah potensial yang menantang, pemikiran lebih, penyusunan dan pengawasan agenda dan pengawasan siswa dengan hati-hati.

Penggunaan waktu yang tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang bergurau dan bermain sendiri sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok tidak efektif. Selain masalah-masalah yang kemungkinan terjadi, menurut disertasinya Soewarso (1998:23) kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil. b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.

c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi. d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat. e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya Meskipun banyaknya kelemahan yang timbul, menurut

disertasinya Soewarso (1998:22) pembelajaran kooperatif juga memiliki keuntungan. Keuntungan ini meliputi: a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya. c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya. g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama. Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) : a.Meningkatkan kecakapan individu b. Meningkatkan kecakapan kelompok

c.Meningkatkan komitmen d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

e.Tidak bersifat kompetitif f. Tidak memiliki rasa dendam Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu: a.Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan

karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

2. Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan didasarkan modern pada adalah negara yang atau

pembentukannya

semangat

kebangsaan

nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negar yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama,ras,etnik,atau golongannya. ( Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1988) Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secar terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan Bentuk Republik. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, termpil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.2 Kerangka Pemikiran Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan, guru dengan lingkungan. Dalam proses ini terjadi kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada individu yang mencangkup pengetahuan, perasaan, kognitif, afektif dan psikomotor dalam jangka waktu yang relatif lama. Mengajar adalah menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar. Dalam pembelajaran, mata pelajaran PKn memiliki tujuan agar siswa mampu berfikir kritis, rasional, dan kreatif. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan mata pelajaran PKn peneliti berusaha untuk meneliti beberapa factor yang dapat memberikan sumbangan positif agar tujuan mata pelajaran PKn dapat terlaksana diantaranya melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Malang Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012 / 2013. a. Peneliti memilih tempat ini karena ditempat ini menunjukkan

fenomena karakteristik masalah yang sedang diteliti. b. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2012 pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013 dengan tahapan sebagai berikut : Tahap I : Menyusun proposal untuk menyampaikan gambaran secara singkat mengenai pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Tabap II : Penentuan model, metode dan instrumen yang digunakan untuk memperoleh data secara tepat sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan. Tahap III : Pengambilan dan analisis data yang dilaksanakan pada setiap siklus. Tahap IV : Penarikan kesimpulan dan pembuktian hipotesis tindakan. Penarikan kesimpulan dan hipotesis tindakan berdasarkan atas semua data yang diperoleh dari kegiatan penelitian.

3.2

Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek adalah siswa-siswi kelas V SDN Malang, Kecamatan maospati, Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 8 yang terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan.

3.3

Metode dan Desain penelitian

1. Metode Sebelum mengadakan penelitian, peneliti perlu menetapkan metode yang tepat agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau biasa disebut PTK. Yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memenuhi apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, 2006: 115). Penelitian tindakan kelas membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu mencapai tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam rangka etika yang disepakati bersama. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan,

penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Berdasarkan metode tersebut, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus terdapat 4 tahapan, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) pengamatan/observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Gambar dan keterangan siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan Siklus :

1. Siklus pertama : Peneliti mengadakan observasi dan pengamatan di SDN Malang, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan serta mewawancarai guru guru SD tersebut mengenai model model pembelajaran yang digunakan selama ini khususnya pada mata pelajaran PKn. Selanjutnya, peneliti melihat hasil model pembelajaran yang telah digunakan selama ini dengan melihat hasil tugas dan ulangan harian, kemudian menawarkan peneliti model merencanakan pembelajaran yang dengan belum

digunakan selama ini untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, yaitu dengan menawarkan model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD. 2. Siklus Kedua : Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD khususnya pada mata pelajaran PKn. Kemudian melihat hasil prestasi belajar siswa dengan melihat hasil tugas dan ulangan harian selanjutnya membandingkannya dengan penggunaan model pembelajaran sebelumnya, hasil prestasi belajar yang telah dicapai akan terlihat jelas, baik

menggunakan metode sebelumnya ( ceramah ) atau menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan

metode tipe STAD, dan peneliti mengharapkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran apapun dan mata pelajaran PKn khususnya. 3. Siklus Ketiga : Urutan tindakan pada siklus III ini seperti tahap sebelumnya. Meliputi planning, acting, observing, dan reflecting. Tindakan yang dilakukan dari tindakan sebelumnya dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang optimal. 2. Desain penelitian Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Desain penelitian ini merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian tersebut, serta memberikan gambaran jika penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan. Desain penelitian yang baik dapat memudahkan kita dalam melakukan penelitian. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain observasi untuk mengumpulkan data dan peneliti dapat membuat beberapa catatan dari sebuah data.

3.4

Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample

1. Populasi Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SDN Malang, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, dengan jumlah siswa 8 yang terdiri dari 5 laki-laki dan 3 perempuan. 2. Teknik Pengambilan Sample Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol Sampel adalah sebagian (cuplikan) dari populasi yang masih mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi dan mampu mewakili keseluruhan populasi penelitian. Sampel dipergunakan ketika jumlah seluruh anggota populasi terlalu banyak sehingga tidak

memungkinkan untuk melakukan penelitian terhadap populasi secara keseluruhan, misalnya populasi penelitian adalah masyarakat pada suatu kota tertentu. Sampel juga digunakan ketika jumlah populasi secara keseluruhan tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya populasi pengguna produk tertentu pada suatu kota. Persyaratan utama adalah bahwa sampel harus mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penentuan jumlah sampel dan pengambilan sampel penelitian harus ditentukan secara sistematis agar benar-benar mampu mewakili populasi secara keseluruhan. Secara garis besar, metode penentuan jumlah sampel terdiri dari dua ciri, yaitu metode acak (random sampling) dan tidak acak (non random sampling). Metode acak adalah memberikan kesempatan kepada seluruh populasi penelitian untuk menjadi sampel penelitian tanpa melihat struktur atau karakteristik tertentu. Metode non random sampling dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada populasi dengan ciri atau karakteristik tertentu untuk menjadi sampel penelitian, di mana ciri dan karakteristik tersebut harus dikaitkan dengan tujuan penelitian.

3.5

Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah pengamatan atau observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

a. Pengamatan atau observasi Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi laku anak pengamatan dan kondisi anak interaksi dalam

pembelajaran,

tingkah

interaksi

kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain. Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi penganalisis dapat memperoleh pandanganpandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan, melihat langsung keterkaitan diantara para pembuat keputusan di dalam organisasi, memahami pengaruh latar belakang fisik terhadap para pembuat keputusan, menafsirkan pesan-pesan yang dikirim oleh pembuat keputusan lewat tata letak kantor, serta memahami pengaruh para pembuat keputusan terhadap pembuat keputusan lainnya. Untuk mengamati perilaku para pembuat keputusan, penganalisis sistem juga harus mengamati lingkungan di sekitar mereka. Beberapa unsur konkret di lingkungan pembuat keputusan bisa diamati dan diterjemahkan. b. Wawancara Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau

fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis). Untuk menghasilkan sebuah berita yang baik sangat tergantung dari hasil wawancara di lapangan. Sedikitnya data yang diperoleh di lapangan, akan menyulitkan wartawan dalam menulis berita. Untuk itu, dalam melakukan wawancara, upayakan mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya wawancara. c. Dokumentasi Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk mendapatkan data skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti gambaran umum lokasi penelitian. Kondisi fisik bangunan, sarana, media pendidikan dan kegiatan rutin sekolah. Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam rangka menghasilkan kesimpulan yang benar. d. Tes Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran di lapangan, khususnya melalui proses

(measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang

aspek yang diteliti. Pengumpulan data dari berupa hasil tes maupun tes unjuk kerja yaitu dari hasil siswa mengerjakan tugas yang diberikan dari guru Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulangulang direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan.

3.6

Analisis Data

Kegiatan menganalisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan tingkat kemampuan siswa secara individu maupun klasikal dan tingkat ketuntasan klasikal dalam pembelajaran PKn. Untuk mencapai hal tersebut, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menyusun data dalam bentuk tabel dengan teknik distribusi frekuensi.

2. Menentukan nilai rata-rata tiap siklus berdasarkan data pada tabel

fX M= N
berikut. Keterangan

distribusi menggunakan

frekuensi, rumus mean

dengan sebagai

= mean

fX = Jumlah skor N = Jumlah siswa (Sutrisno Hadi, 1987:37)

3. Mencocokkan dengan patokan keberhasilan Untuk penentuan kategori siswa ini peneliti dapat menggunakan Penafsiran Acuan Patokan (PAP), yaitu penafsiran hasil dalam yang

bertumpu pada patokan atau kriteria itu ditentukan lebih dahulu. Patokan (kriteria) yang ditentukan sebagai berikut. Prosentase 90%-100% 80%-89% 65%-80% 55%-64% <55% Penafsiran Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali (Suyoto, 1997:921). 4. Setelah tiap-tiap siklus diketahui nilai rata-ratanya, dibandingkan antar siklus. Jika makin tinggi grafik kenaikan, artinya ada peningkatan. DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

____________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Sutopo, 1988. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Suyoto, 1997. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. http://sunartombs.wordpress.com/2009/06/15/pengertian-dan-penerapan-metodejigsaw/ http://www.trisnimath.blogspot.com/ http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teamsgames-tournaments-tgt/ http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-groupinvestigation/ http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://www.sdbinatalenta.com/arsipartikel/artikel_ina.pdf

Anda mungkin juga menyukai